Senin, 08 April 2019

bendrio sibarani: Kumpulan Khotbah

bendrio sibarani: Kumpulan Khotbah: Bacaan Alkitab: Yosua 5:9-12; Lukas 15:1-3, 11b-32 Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus             Gil...

bendrio sibarani: bendrio sibarani: Kumpulan Khotbah

bendrio sibarani: bendrio sibarani: Kumpulan Khotbah: bendrio sibarani: Kumpulan Khotbah : Bacaan Alkitab: Yosua 5:9-12; Lukas 15:1-3, 11b-32 Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan...

bendrio sibarani: bendrio sibarani: Renungan Pekan Keluarga Minggu S...

bendrio sibarani: bendrio sibarani: Renungan Pekan Keluarga Minggu S...: bendrio sibarani: Renungan Pekan Keluarga Minggu Sengsara 2019 GPID : HARI PERTAMA Persiapan I.                Pembukaan Ibadah: Oleh ...

bendrio sibarani: bendrio sibarani: Khotbah Pelka Pria Kaum Bapak Si...

bendrio sibarani: bendrio sibarani: Khotbah Pelka Pria Kaum Bapak Si...: bendrio sibarani: Khotbah Pelka Pria Kaum Bapak Sinode GPID 2019 : Tanggal 4-9 Februari 2019 Stola: Hijau Pembacaan Alkitab: 1 Raja-...

bendrio sibarani: bendrio sibarani: Khotbah Minggu Sinodal Gereja Pr...

bendrio sibarani: bendrio sibarani: Khotbah Minggu Sinodal Gereja Pr...: bendrio sibarani: Khotbah Minggu Sinodal Gereja Protestan Indonesia ... : Minggu, 3 February 2019 (Minggu Biasa) Tata Ibadah: Bentuk I ...

bendrio sibarani: Khotbah Minggu Sinodal Gereja Protestan Indonesia ...

bendrio sibarani: Khotbah Minggu Sinodal Gereja Protestan Indonesia ...: Minggu, 3 February 2019 (Minggu Biasa) Tata Ibadah: Bentuk I Stola & Antependium: Hijau Bacaan Alkitab: YEREMIA 1:4- 10 ...

bendrio sibarani: Khotbah Pelka Pria Kaum Bapak Sinode GPID 2019

bendrio sibarani: Khotbah Pelka Pria Kaum Bapak Sinode GPID 2019: Tanggal 4-9 Februari 2019 Stola: Hijau Pembacaan Alkitab: 1 Raja-raja 17:8-16; 1 Korintus 2:6-16 Pelka bapak yang diberkati...

bendrio sibarani: Renungan Pekan Keluarga Minggu Sengsara 2019 GPID

bendrio sibarani: Renungan Pekan Keluarga Minggu Sengsara 2019 GPID: HARI PERTAMA Persiapan I.                Pembukaan Ibadah: Oleh Ibu                        (Jemaat Berdiri) Marilah kita memu...

bendrio sibarani: Kumpulan Khotbah

bendrio sibarani: Kumpulan Khotbah: Bacaan Alkitab: Yosua 5:9-12; Lukas 15:1-3, 11b-32 Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus             Gil...

Kumpulan Khotbah


Bacaan Alkitab: Yosua 5:9-12; Lukas 15:1-3, 11b-32
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
            Gilgal ada tempat yang sangat bersejarah dalam perjalanan hidup umat Israel. Sebab di Gilgallah umat Israel memasuki fase baru kehidupan. Jika selama di perjalanan di padang gurun umat Israel makan manna, maka di Gilgal manna itu tidak lagi jatuh dari langit. Mereka telah dapat menikmati makanan yang dihasilkan alam melalui pekerjaan mereka. di Gilgal umat Israel merayakan Paskah setelah usainya acara sunat massal bagi umat yang lahir di padang gurun. Paskah kali ini merupakan perayaan yang dimaksudkan untuk mengenang Karya penyelematan Allah sejak umat itu mulai keluar dari Mesir. Gilgal menjadi tempat di mana kemudian umat Israel diarahkan untuk merenungkan kilas balik kehidupan mereka yang senantiasa ada dalam kedaulatan Allah yang menyelamatkan mereka. di Gilgal pula umat itu memandang masa depan dengan menerima bukti kasih pemeliharaan Tuhan, yakni mereka untuk pertama kali menikmati bertih gandung sebagai makan setelah 40 tahun makan manna di padang gurun. Perayaan Paskah ini sesungguhnya menjadi awal mula tradisi perayaan paskah dalam sejarah umat Israel kemudian, walaupun kemudian mengalami pergeseran bentuk dalam pelaksanaannya, akan tetapi makna paskah bagi mereka jelas, yakni bahwa mereka telah keluar dari kebinasaan melalui penyelamatan Allah. Dengan laburan darah domba di pintu-pintu rumah mereka di Mesir, Allah melewatinya dan tidak membinasakan mereka.
Sidang jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Peristiwa bersejarah dalam memasuki fase hidup baru dalam kehidupan umat Israel di Gilgal merupakan peristiwa yang hendak mengingatkan umat Allah itu untuk senantiasa mengingat jati diri mereka sebagai umat yang senantiasa dikasihi oleh Tuhan Allah, oleh sebab itu mereka tidak boleh melupakan Allah yang telah dan senantiasa berkarya di sepanjang jalan hidup mereka. masa derita dan sengsara di perjalanan hidup di masa silam penting untuk dijadikan perenungan hidup dengan tujuan untuk mempersiapkan diri menjadi umat yang tetap setia kepada Tuhan Allah. Setelah puluhan tahun mengalami kehidupan yang serba tidak menetap dan menentu di padang gurun, kini umat Israel kembali ke kehidupan yang dijanjikan. Hidup yang dijamin dan diberkati melalui pemeliharaan Tuhan menjadi kehidupan mereka, maka satu hal yang mesti dipegang teguh ialah tetap menjadi diri sebagai umat Allah. Jalan panjang menggapai kehidupan yang penuh harapan telah mereka tempuh, kini mereka boleh menikmati hasil bumi yang diberikan kepada mereka. semuanya itu ada di Tangan Tuhan Allah. Di dalam Tuhan Allah semuanya tersedia bagi mereka, di dalam Tuhan keselamatan dan sukacita tersedia, maka kembali kepada Tuhan Allah, berarti menikmati keselamatan dan sukacita.
Sidang jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Jika umat Israel mengalami peristiwa penting di Gilgal, maka setiap orang percayapun dipersiapkan Tuhan untuk memasuki fase hidup kearah hidup yang dijamin untuk menikmati damai sejahtera. Perumpamaan tentang anak yang hilang dalam pengajaran Tuhan Yesus melalui kesaksian Alkitab dalam bacaan kita yang kedua saat inipun menegaskan bahwa Tangan Tuhan senantiasa terbuka menantikan anak-anakNya kembali kehadiratNya. Tuhan Allah tidak pernah menghendaki kebinasaan umat kepunyaanNya, melainkan pertobatannya. Laksana si anak bungsu yang kembali setelah merasakan hidup yang perih dan penuh derita akibat ketidakmampuannya mengelola hidup dengan benar, menghabiskan milik yang menjadi bagiannya, meninggalkan ayahnya dan berfoya-foya dengan pelacur-pelacur. Si bungsu merenungkan hidupnya, perenungan tersebut membawanya teringat rumah bapanya, kemudian perenungan ini ditindaklanjutinya dengan aksi kembali. Kembali sama ayah dengan konsekwensi apapun, termasuk dijadikan budah upahan. Aksi kembali si anak bungsu adalah aksi tulus dan murni buah dari penyesalan. Dia bertobat dari segala tindakannya yang salah. Sambutan yang hangat penuh kasih sayang diterimanya tatkala ia kembali kepada ayahnya. Ia yang telah dianggap mati dan hilang ketika meninggalkan ayahnya kini hidup kembali. Sukacita besar terjadi. Namun si Sulung kemudian protes akan hal ini, dia tidak mau masuk kendatipun sang ayah telah menjelaskan semuanya kepadanya.
Sidang jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kita masih di minggu-minggu sengsara, melalui dua bagian bacaan Alkitab saat ini, maka kepada kita diiingatkan bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan kita menjalani kehidupan ini tanpa ada fase hidup yang lebih baik di dalamnya. Bahwa perjalanan hidup ini ada dalam kedaulatanNya. Dia senantiasa menunggu setiap orang untuk datang kepadaNya. tanganNya terbuak lebar, menyambut siapapun yang merespon panggilanNya. Setiap orang yang datang kepadaNya tidak dibuatNya kecewa. Dia bahkan menunggu dan menunggu setiap orang yang dipanggilNya. Maka sebagaimana sejarah umat di Gilgal, maka kepada kitapun diajak untuk terus merenungkan setiap langkah perjalanan hidup kita dengan senantiasa menghitung perbuatan ajaib dan kasih Tuhan di dalamnya. Tuhanlah yang telah dan akan mengeluarkan kita dari kemelut dan derita hidup, dan menyertai kita untuk tiba di fase hidup yang baru yakni bahwa kita dapat menikmati kehidupan ini lewat setiap jerih lelah kita di dalamnya. Semua itu adalah berkat Tuhan Allah. Kembalilah kepada Tuhan, tinggallah di dalam Dia, sebab diluar Dia kita tidak dapat berbuat apa-apa. Hindarilah pula sikap dan sifat si Sulung yang malah terhilang ketika si bungsu ditemukan. Tuhan Yesus memberkati. Amin.




Bacaan Alkitab: 2 Tawarikh 26:1-5, 16 & 19

       Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Kita pasti pernah mendengar ucapan yang berkata “manusia tidak pernah ada puasnya”. Kata-kata ini terucap ketika manusia melihat manusia lainnya yang telah memiliki segala hal dalam hidupnya, tetapi tokh masih merasa kurang dan tidak pernah merasa cukup. Memang tidak ada tolok ukur yang baku bagi semua orang tentang yang bagaimana itu cukup atau banyak, apabila berbicara tentang kepunyaan. Sikap takabur menjadi sikap yang merasuki hidup orang-orang yang demikian. Seseorang yang memulai hidupnya dari nol, yang terus berjuang sampai pada puncak kejayaan, tiba-tiba menjadi hancur merupakan kisah hidup yang menyakitkan. Mungkin kita pernah mendengar atau melihat hidup orang yang seperti ini. Inilah yang terjadi dan dialami oleh seorang Raja Uzia, yakni seorang raja yang diangkat di masa mudanya ketika berumur 16 tahun. Raja Uzia memerintah selama 25 tahun. Semula di awal pemerintahannya, Raja Uzia adalah Raja yang melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan Allah. Selama 25 tahun dia untuk mencapai kejayaan kerajaan yang dipimpinnya. Iapun berhasil dalam segala usahanya. Akan tetapi setelah semuanya digapainya, ia menjadi merobah.
Sikapnya, terutama rasa Takut akan Tuhan sirna dari dalam hidupnya. Setelah ia kuat, ia menjadi tinggi hati. Sikap tinggi hati ini terlihat dari sikapnya yang tidak lagi menghormati kekudusan Allah di dalam Bait suci. Raja Uzia melampaui batas wewenangnya, ia merampas kemuliaan Tuhan Allah. Dia tidak menghormati ritual suci di Bait Allah, dengan membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan. Ritual ini, menurut peraturan Taurat, menurut hukum Allah hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang dikuduskan untuk melayani di Bait Allah, yakni para imam. Raja Uzia merasa bahwa dirinya berkuasa, dirinya hebat dan tidak ada lagi yang dapat menandinginya, menjadi tinggi hati. Ia tidak lagi rendah hati. Walaupun telah diperingati oleh para imam, namun Raja Uzia tidak peduli. Keberhasilannya dalam segala usahanya meraih kejayaan kerajaan telah membuat raja Uzia tidak lagi mau merendahkan dirinya di hadapan Tuhan Allah. Ia akhirnya mengalami hal yang sama dengan ayahnya Amazia, yang juga bersikap yang sama.
Bapak-bapak yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Kisah hidup Raja Uzia ini, merupakan peringatan dan kritik bagi setiap orang percaya kepada Tuhan Allah, untuk tidak menjadi tinggi hati apabila telah meraih mimpi dan tiba pada puncak kejayaan. Segala sesuatu yang dirindukan boleh saja tergapai, tetapi mesti sadar bahwa ada batas yang harus dipatuhi sebagai umat yang percaya kepada Tuhan Allah. Setiap orang percaya mesti sadar bahwa kemuliaan dan kekudusan Tuhan adalah hal yang tidak mungkin untuk diklaim sebagai milik kepunyaan. Setinggi apapun keberhasilan yang telah kita raih dan kesuksesan yang kita gapai, sikap rendah hati harus tetap menjadi prinsip dan sikap hidup orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Raja Uzia akhirnya harus kehilangan semuanya karena sikapnya yang berobah. Dia tidak lagi merendahkan hatinya di hadapan Tuhan Allah. Penyakit kusta yang diyakini sebagai kutukan Allah dalam tradisi keagamaan umat Israel menjadi bagian Raja Uzia dan oleh karena itu, ia harus diasingkan dan kekuasaanpun diambil darinya. Sekarang, apakah yang terjadi dengan orang seperti Raja Uzia? Yang pasti adalah penyesalan yang amat dalam. Semua usaha untuk menggapai keberhasilan menjadi sia-sia. Benarlah Firman Tuhan Yesus yang mengatakan bahwa barang siapa yang meninggikan dirinya akan direndahkan (Matius 23:12).
Marilah senantiasa berkomitmen untuk hidup konsisten merendahkan hati di hadapan Tuhan Allah, melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan, maka damai sejahtera akan senantiasa milik kita. Tinggi hati akan mendahului kejatuhan (Amsal 16:18) karena setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan, sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman (Amsal 16:5).
Percayalah saudara-saudara bahwa sikap merendahkan hati di hadapan Tuhan adalah sikap hiudp yang mengarahkan kita untuk senantiasa menikmati keberhasilan hidup karena Tuhan sendiri yang membuat kita berhasil di segenap perjuangan hidup kita..





Bacaan Alkitab: Yosua 5:9-12; Lukas 15:1-3, 11b-32
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
            Gilgal ada tempat yang sangat bersejarah dalam perjalanan hidup umat Israel. Sebab di Gilgallah umat Israel memasuki fase baru kehidupan. Jika selama di perjalanan di padang gurun umat Israel makan manna, maka di Gilgal manna itu tidak lagi jatuh dari langit. Mereka telah dapat menikmati makanan yang dihasilkan alam melalui pekerjaan mereka. di Gilgal umat Israel merayakan Paskah setelah usainya acara sunat massal bagi umat yang lahir di padang gurun. Paskah kali ini merupakan perayaan yang dimaksudkan untuk mengenang Karya penyelematan Allah sejak umat itu mulai keluar dari Mesir. Gilgal menjadi tempat di mana kemudian umat Israel diarahkan untuk merenungkan kilas balik kehidupan mereka yang senantiasa ada dalam kedaulatan Allah yang menyelamatkan mereka. di Gilgal pula umat itu memandang masa depan dengan menerima bukti kasih pemeliharaan Tuhan, yakni mereka untuk pertama kali menikmati bertih gandung sebagai makan setelah 40 tahun makan manna di padang gurun. Perayaan Paskah ini sesungguhnya menjadi awal mula tradisi perayaan paskah dalam sejarah umat Israel kemudian, walaupun kemudian mengalami pergeseran bentuk dalam pelaksanaannya, akan tetapi makna paskah bagi mereka jelas, yakni bahwa mereka telah keluar dari kebinasaan melalui penyelamatan Allah. Dengan laburan darah domba di pintu-pintu rumah mereka di Mesir, Allah melewatinya dan tidak membinasakan mereka.
Sidang jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Peristiwa bersejarah dalam memasuki fase hidup baru dalam kehidupan umat Israel di Gilgal merupakan peristiwa yang hendak mengingatkan umat Allah itu untuk senantiasa mengingat jati diri mereka sebagai umat yang senantiasa dikasihi oleh Tuhan Allah, oleh sebab itu mereka tidak boleh melupakan Allah yang telah dan senantiasa berkarya di sepanjang jalan hidup mereka. masa derita dan sengsara di perjalanan hidup di masa silam penting untuk dijadikan perenungan hidup dengan tujuan untuk mempersiapkan diri menjadi umat yang tetap setia kepada Tuhan Allah. Setelah puluhan tahun mengalami kehidupan yang serba tidak menetap dan menentu di padang gurun, kini umat Israel kembali ke kehidupan yang dijanjikan. Hidup yang dijamin dan diberkati melalui pemeliharaan Tuhan menjadi kehidupan mereka, maka satu hal yang mesti dipegang teguh ialah tetap menjadi diri sebagai umat Allah. Jalan panjang menggapai kehidupan yang penuh harapan telah mereka tempuh, kini mereka boleh menikmati hasil bumi yang diberikan kepada mereka. semuanya itu ada di Tangan Tuhan Allah. Di dalam Tuhan Allah semuanya tersedia bagi mereka, di dalam Tuhan keselamatan dan sukacita tersedia, maka kembali kepada Tuhan Allah, berarti menikmati keselamatan dan sukacita.
Sidang jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Jika umat Israel mengalami peristiwa penting di Gilgal, maka setiap orang percayapun dipersiapkan Tuhan untuk memasuki fase hidup kearah hidup yang dijamin untuk menikmati damai sejahtera. Perumpamaan tentang anak yang hilang dalam pengajaran Tuhan Yesus melalui kesaksian Alkitab dalam bacaan kita yang kedua saat inipun menegaskan bahwa Tangan Tuhan senantiasa terbuka menantikan anak-anakNya kembali kehadiratNya. Tuhan Allah tidak pernah menghendaki kebinasaan umat kepunyaanNya, melainkan pertobatannya. Laksana si anak bungsu yang kembali setelah merasakan hidup yang perih dan penuh derita akibat ketidakmampuannya mengelola hidup dengan benar, menghabiskan milik yang menjadi bagiannya, meninggalkan ayahnya dan berfoya-foya dengan pelacur-pelacur. Si bungsu merenungkan hidupnya, perenungan tersebut membawanya teringat rumah bapanya, kemudian perenungan ini ditindaklanjutinya dengan aksi kembali. Kembali sama ayah dengan konsekwensi apapun, termasuk dijadikan budah upahan. Aksi kembali si anak bungsu adalah aksi tulus dan murni buah dari penyesalan. Dia bertobat dari segala tindakannya yang salah. Sambutan yang hangat penuh kasih sayang diterimanya tatkala ia kembali kepada ayahnya. Ia yang telah dianggap mati dan hilang ketika meninggalkan ayahnya kini hidup kembali. Sukacita besar terjadi. Namun si Sulung kemudian protes akan hal ini, dia tidak mau masuk kendatipun sang ayah telah menjelaskan semuanya kepadanya.
Sidang jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kita masih di minggu-minggu sengsara, melalui dua bagian bacaan Alkitab saat ini, maka kepada kita diiingatkan bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan kita menjalani kehidupan ini tanpa ada fase hidup yang lebih baik di dalamnya. Bahwa perjalanan hidup ini ada dalam kedaulatanNya. Dia senantiasa menunggu setiap orang untuk datang kepadaNya. tanganNya terbuak lebar, menyambut siapapun yang merespon panggilanNya. Setiap orang yang datang kepadaNya tidak dibuatNya kecewa. Dia bahkan menunggu dan menunggu setiap orang yang dipanggilNya. Maka sebagaimana sejarah umat di Gilgal, maka kepada kitapun diajak untuk terus merenungkan setiap langkah perjalanan hidup kita dengan senantiasa menghitung perbuatan ajaib dan kasih Tuhan di dalamnya. Tuhanlah yang telah dan akan mengeluarkan kita dari kemelut dan derita hidup, dan menyertai kita untuk tiba di fase hidup yang baru yakni bahwa kita dapat menikmati kehidupan ini lewat setiap jerih lelah kita di dalamnya. Semua itu adalah berkat Tuhan Allah. Kembalilah kepada Tuhan, tinggallah di dalam Dia, sebab diluar Dia kita tidak dapat berbuat apa-apa. Hindarilah pula sikap dan sifat si Sulung yang malah terhilang ketika si bungsu ditemukan. Tuhan Yesus memberkati. Amin.






Bacaan Alkitab: Yesaya 55:1-9; Lukas 13:1-9
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jerih lelah umat Israel sungguhlah luar biasa ketika mereka harus mempertahankan hidup mereka di pembuangan. Umat itu haus dan lapar akan kehidupan yang normal sebagaimana yang pernah mereka alami di negeri mereka. sekalipun umat itu dapat makan dan minum di negeri pembuangan tersebut, namun mereka tetap bergumul bagaimana menikmati hidup layak di tengah hidup yang mereka jalani. Kegagalan mereka untuk setia kepada Tuhan Allah harus menghantar mereka ke dalam kehidupan yang tidak mengenakkan. Hidup mereka seakan hampa dan tidak tentu arah. Jati diri mereka sebagai umat pilihan Allah, kebanggaan mereka terhadap bangsa mereka kini telah lenyap. Segala bentuk kehidupan yang mereka jalani di pembuangan membuat mereka harus menderita dan sengsara. Di tengah kondisi hidup seperti inilah Firman Tuhan datang kepada mereka yang haus dan lapar akan kehidupan yang sesungguhnya. Tuhan Allah mengajak mereka untuk mencari Tuhan di tengah kegalauan hidup itu. Supaya jika mereka haus dan lapar, maka mereka hanya dapat beroleh dahaga dan kenyang jika mereka mencari Tuhan Allah
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pemanggilan Tuhan Allah kepada umatNya untuk mencari dan menemukan Dia, adalah bukti kesetiaan Tuhan Allah yang senantiasa mengasihi mereka. Tuhan tidak pernah menghendaki kebinasaan orang-orang berdosa, melainkan Tuhan Allah menghendaki pertobatan mereka. maka apabila Tuhan Allah memanggil mereka untuk mencari Dia, maka itu menunjukkan bahwa Kasih setiaNya tidak pernah berubah dan tidak berkesudahan. Seiring dengan ajakan Tuhan Allah tersebut, maka kepada umatNya, Allah hendak menegaskan bahwa di Dalam dan melalui Dialah Damai Sejahtera terjadi dan berlaku. Setiap orang yang datang mencari Tuhan niscaya akan menikmati jaminan hidup, itulah janji Tuhan Allah.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pada bacaan kita yang kedua, yakni tentang bagaimana respon Yesus ketika orang meminta pendapatNya tentang orang-orang Galilea yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan dan korban yang tewas dalam musibah rubuhnya menara di dekat Siloam. Menanggapi hal ini Tuhan Yesus tidak memberikan makna terhadap  peristiwa yang memakan korban tersebut, tetapi Tuhan Yesus memaknainya supaya setiap orang melakukan pertobatan. Tuhan Allah senantiasa memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk bertobat dan dibangun, sehingga tidak binasa. Itulah kemurahan Tuhan Allah bagi umatNya. Tuhan Allah tidak serta merta membinasakan, melainkan pintu dan waktu serta kesempatan bertobat dibukaNya dengan sangat lebar. Dosa dan penderitaan sesungguhnya tidak dapa dipisahkan, akan tetapi oleh Yesus Kristus, kuasa dosa yakni maut telah dipatahkan, sehingga kalaupun penderitaan dialami oleh orang-orang benar adalah penderitaan menuju kepada kemenangan.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Di kehidupan ini, rasa haus dan lapar menjadi penderitaan yang acapkali dialami oleh setiap orang. Rasa haus dan lapar tersebut sesungguhnya adalah gambaran atau kiasan tentang kehidupan yang hampa dan hambar. Hidup seakan tak bermakna dan berkesan untuk dijalani. Masa depan seakan tidak perlu dipikirkan, hidup berjalan begitu saja. Dalam situasi dan kondisi hidup seperti ini, Tuhan Allah memanggil kita untuk datang kepadaNya, mencari Dia, sebab perjumpaan denganNya adalah jaminan bagi setiap orang untuk memperoleh kesempatan mengalami perobahan hidup, perjumpaan denganNya adalah jaminan bagi setiap orang untuk menikmati rasa dahaga dan kenyang damai sejahtera. Maka kemudian kehidupan tidak lagi menjadi beban untuk ditempuh, tatkala Tuhan Allah beserta umatNya. Terpujilah Tuhan.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Apa makna Firman Tuhan ini bagi kita di kehidupan saat ini? Bagaimana kita harus memaknai Firman Tuhan di saat kehidupan yang serba tak menentu sedang kita jalani? Tuhan Allah mengajak kita sekalian untuk mencari Dia, Dia sedang memberi kesempatan kepada kita untuk dapat berbuah bagi kemuliaan namaNya. Dengan bertobat dari segala kesalahan dan dosa kita, TanganNya terbuka menyambut kita semua. Kita yang haus dan lapar akan kebahagiaan di kehidupan ini, niscaya menikmati itu jika perjumpaan dengan Tuhan Yesus terjadi dalam kehidupan kita. Dengan berbalik kepada Tuhan Allah dan berserah dengan total kepadaNya, maka kita akan terhindar dari segala beban derita kehidupan di dunia ini. Kekuatiran dan ketakutan akan kehidupan ini yang membuat kita terkungkung dalam beban dan derita, niscaya lenyap dari kehidupan kita apabila perjumpaan dengan Tuhan terjadi. Maka hanya dengan bertobat, dan menggunakan kesempatan yang diberikan Allah, kita dapat berbuah di dalam Dia. Tuhan Yesus memberkati. Amin





Bacaan Alkitab: 1 Korintus 15:35-38, 42-50
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
          Iman tentang kebangkitan orang mati tercetus di Israel pada abad II sM, yakni ketika seorang yang bernama Makabe dibunuh sebagai orang yang benar. Makabe adalah seorang pemimpin Yahudi dan dianggap sebagai pahlawan yang melakukan tindakan pemberontakan terhadap bangsa Romawi yang kala itu dipimpin oleh Antiokhus Epifanes yang sedang menjajah Yahudi. Orang banyak beranggapan dan percaya bahwa Makabe tidak akan tinggal tetap di syeol (dunia orang mati) karena ia adalah seorang yang benar. Kemudian iman ini terus dipelihara oleh sebagian besar orang-orang Yahudi sampai pada pengikut-pengikut Yesus Kristus. Kebangkitan yang dimaksud ialah bahwa seseorang yang telah mati akan bangkit berdiri dan mengenakan tubuh yang baru. Kebangkitan Yesus Kristus adalah demikian. Bahwa kebangkitan Yesus adalah kebangkitan seutuhnya, baik badan dan rohaniah-Nya bangkit dari kematian. Yesus yang bangkit adalah Yesus yang sama dengan Yesus dari Nazaret , tetapi telah menjadi Yesus yang sudah penuh kemuliaan. Kebangkitan Yesus tidaklah seperti mayat yang dihidupkan kembali, tetapi suatu badan rohani. Dengan Badan-Nya yang mulia, Yesus dapat membuat Diri-Nya hadir di tengah-tengah para murid-Nya, apapun rintangannya. Badan Yesus yang telah bangkit itu, menyatu dengan badan jemaat yang disebut Gereja dan dengan alam semesta, sebab badan-Nya adalah hasil pertama yang mulia.
 Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
          Walaupun ajaran iman tentang kebangkitan orang mati telah dikenal di abad II dalam agama Yahudi, akan tetapi ada juga kelompok dalam agama tersebut yang menolak kebangkitan orang mati, yakni kelompok yang disebut dengan nama: Kaum Saduki (Mat. 22:23). Penolakan tentang kebangkitan orang mati juga datang dari orang-orang Yunani yang menjungjung tinggi filsafat mereka (Kis. 17:18, 32). Ajaran tentang kebangkitan orang mati dan ajaran kebangkitan Yesus Kristuspun ternyata menjadi persoalan yang terjadi di jemaat Korintus. Berdasarkan surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus dapat diketahui bahwa ternyata ada ajaran yang beredar di antara jemaat bahwa tidak ada kebangkitan orang mati. Menanggapi hal ini, Rasul Paulus dengan tegas menyatakan bahwa jika tidak ada kebangkitan orang mati, maka sia-sialah pemberitaan mereka tentang Kristus yang mati, lalu bangkit. Ada pertanyaan yang muncul tentang bagaimana orang mati dibangkitkan? Dan dengan Tubuh apakah mereka datang kembali? Menjawab hal ini, Paulus dengan lantang berkata:”hai orang-orang bodoh!...
Pertanyaan seperti ini, di mata Paulus adalah kebodohan, sebab kebangkitan tersebut bukanlah kebangkitan harafiah layaknya mayat yang hidup kembali tanpa mengalami perubahan apapun.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
          Kebangkitan orang mati, digambarkan oleh Paulus laksana benih yang ditaburkan. Benih itu haruslah lebih dulu mati, kemudian benih itu ditanam di tanah, ia akan tumbuh dan Tuhan memberikan suatu tubuh seperti yang dikehendaki-Nya. Makanya tidak semua biji atau benih sama tubuhnya, demikian juga daging tidak semua sama, serta kemuliaan semua penerang tidak semua sama. Kebangkitan orang mati ditaburkan dalam kebinasaan dan dibangkitkan dalam ketidakbinasaan, ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Artinya ada pembaharuan yang terjadi dan berlangsung di dalamnya. Benih yang telah mati, kemudian ditaburkan di tanah, ia tumbuh dan memiliki tubuh (pohon) untuk menghasilkan buah dan di dalam buah tersebut kemudian terdapat biji-biji yang kemudian dijadikan sebagai benih. Maka kehidupan itu semakin banyak. Atau dengan kata lian dapat dikatakan bahwa melalui kematian sebuah biji untuk menjadi benih akan menghasilkan buah dari tubuhnya yang kemudian akan memberikan kehidupan buah yang banyak.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
          Singkatnyal, Paulus menekankan bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah. Bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dari yang tidak binasa. Artinya kebangkitan yang terjadi akan merubah segala sesuatu yang binasa menjadi yang tidak binasa. Kristus telah bangkit, itu adalah kata kunci iman Kristen. Kekristenan tanpa pengakuan dan iman akan kebangkitan Yesus Kristus adalah kekristenan yang salah dan sesat. Yesus Kristus telah bangkit dan hidup, dengan tujuan bahwa kebangkitan-Nya adalah untuk menjadi kebangkitan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Kebangkitan harus bermakna bagi orang lain. itu adalah kebangkitan yang benar berdasarkan kebangkitan Yesus Kristus. Menurut Rasul Paulus, kita semua telah dibangkitkan, dalam arti bahwa kita tidak lagi berada di bawah kuk dosa, kita telah ditebus, dan oleh kebangkitan-Nya kita tidak lagi mati di dalam dosa. Demikan juga kelak, setelah kita mati, kitapun akan dibangkitkan oleh Yesus Kristus yang bangkit. Jika demikian halnya, apakah sesungguhnya yang dikehendaki Paulus untuk dilakukan oleh orang-orang percaya sebagai orang yang telah dibangkitkan bersama Yesus Kristus?
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
          Apa yang disampaikan Paulus kepada Jemaat di Korintus ini bukanlah sekedar pengajaran yang bersifat dogmatis tanpa tuntutan tindak sebagai respon dari keyakinan pada ajaran. Sebagai orang yang telah dibangkitkan di dalam kebangkitan Yesus Kristus, sesungguhnya orang Kristen harus juga berupaya menjadi orang yang berguna bagi orang-orang lain, sehingga orang-orang lainpun dapat menjadi orang-orang yang bangkit dan hidup dari segala bentuk persoalan hidup yang dihadapinya. Sebagai orang yang telah dibangkitkan di dalam kebangkitan Yesus Kristus, orang Kristen haru mengangkat harka dan martabat hidup orang-orang di sekitarnya, supaya hidup mereka menjadi hidup yang menghidupkan orang lain. Apabila Yesus Kristus telah bangkit dan kebangkitan-Nya menjadi jaminan kebangkitan dan hidup bagi kita, maka kitapun ditugaskan untuk menjadikan hidup ini menjadi hidup yang membuat orang lain hidup, baik melalui pekerjaan, peran dan ranggungjawab kita. bangkit dan hiduplah dengan selalu membangkitkan dan menghidupkan hidup orang-orang di sekitar kita, sebab untuk itulah Kristus telah mati dan bangkit serta hidup bagi kita. Terpujilah Dia. Amin 

         


Bacaan Alkitab: Mazmur 5: 4, 12-13
Saudara-saudara, Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Waktu pagi dalam tradisi Israel dimaknai sebagai saat dimulainya kehidupan yang baru atau era baru kehidupan. Waktu pagi adalah waktu dimana kepastian kelanjutan kehidupan nyata. Waktu pagi juga dipahami waktu dimana perjalanan hidup dihari baru berlansung dan dilanjutkan kembali. Maka ketika waktu pagi telah tiba, orang akan bersukacita sebab hal itu membuktikan malam yang gelap telah berlalu. Demikian setiap hari. Waktu pagi dalam tradisi umat Israel juga dipahami sebagai hari yang baik, maka mereka biasanya bangun pagi-pagi. Pagi-pagi mereka sudah makan, datang ke Bait Allah, mempersembahkan sebagian dari persembahan setiap pagi, mereka menetapkan pagi hari untuk berdoa dan memuji Tuhan, memulai perjalanan pada waktu pagi dan juga mengadakan pengadilan pada waktu pagi. Mazmur Daud yang menjadi bacaan kita saat ini, diberi judul doa pada pagi hari. Di ayat 4 Daud memberikan kesaksian kepada kita melalui doanya, bahwa pada waktu pagi Tuhan mendengar seruannya dan pada waktu pagi itulah Daud mengatur persembahannya bagi Tuhan Allah dan Daud menunggu-nunggu Tuhan di pagi hari tersebut. Kesaksian Daud melalui mazmurnya ini menunjukkan bahwa Daud memaknai pagi hari sebagai saat Tuhan Allah mendengar


Bacaan Alkitab: 2 Timotius 22-23
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus
      Terpujilah Tuhan yang telah menyertai kita di sepanjang acara saat ini. Sebagai orang percaya kepada Tuhan Allah, maka Firman Tuhan saat ini tetap harus menjadi dasar kita bersyukur dan menjadi tuntunan hidup hidup ke depan terutama Vebby dan …. Sehingga perjalanan hidup ke depan, rencana ke depan senantiasa disambut dan dijalani dengan benar di hadapan Tuhan Allah. Firman Tuhan saat ini, adalah Nasihat kepada orang muda dari seorang yang menempatkan dirinya sebagai orangtua, sebagai guru, yakni Paulus kepada Timotius. Nasihat Rasul Paulus ini sesungguhnya adalah nasehat yang dimaksudkan supaya dimana 2 orang atau banyak orang yang hidup dalam hubungan atau dalam persekutuan dapat menata hidup dengan benar sesuai dengan kehendak Tuhan.
      Nafsu orang muda menjadi pokok perhatian Paulus mengingat orang yang dinasihatinya adalah seorang yang masih muda. Apakah sesungguhnya yang dimasudkan Paulus dengan nafsu orang muda? Nafsu orang muda diartikan sebagai keinginan atau kegairahan akan Sesutu yang dilarang oleh Allah dan kata ini seringkali dipahami sebagai nafsu seksual dan materi. Maka jika Paulus memberi nasihat kepada Timotius untuk menjauhi nafsu orang muda, Paulus hendak mengatakan supaya segera menjauhkan diri dari sikap dan tindakan atau keinginan yang melanggar kehendak Allah.
Nasehat Paulus kepada Timotius untuk Menjauhkan diri dari Nafsu orang muda, dimaksudkan supaya kekudusan hidup sebagai orang muda tetap terjaga dan terpelihara. Mengejar keadilan, kesetiaan, kasih dan damai haruslah merupakan sikap hidup untuk memelihara kekudusan. Sebab tanpa kekudusan, maka seorangpun tidak akan dapat memandang Allah atau menikmati kehadiran Allah dalam perjalanan hidupnya. Menghindari soal-soal yang dicari-cari yang bodoh dan yang tidak layak harus juga menjadi prinsip hidup setiap orang yang hidup dalam kebersamaan untuk menggapai tujuan bersama secara bersama-sama. Nasihat Rasul Paulus ini sangat jelas dan tidak sulit untuk dipahami. Nasihat ini adalah nasihat kehidupan yang ditujukan kepada setiap orang yang hidup di dalam Tuhan dan sedang berjalan di dalam kasih Tuhan. Saudara Vebby dan ….telah melihat dan mengalami bagaimana orangtua telah memberikan yang terbaik kepada kalian berdua, demikian juga dengan orang-orang yang telah terlibat dalam rencana dan perjalanan hidup kalian berdua. Ingatlah bahwa Firman Tuhan saat ini mengingatkan kepada kalian berdua supaya kalian menjauhkan diri dari nafsu orang muda, yakni keinginan gairah yang menuju pada perbuatan yang melanggar kehendak Tuhan Allah. Tetapi kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai. Hindari pula soal-soal yang dicari-cari dan yang bodoh. Percayalah bahwa semua nasehat ini akan mengarahkan hidup kalian kepada kekudusan. Di tengah kekudusan itulah saudara berdua akan melihat Allah, akan merasakan dan menikmati kasih penyertaan Tuhan Allah. Tuhan Memberkati. Amin.




















 

Bacaan Alkitab: Mazmur 138:1- 8
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
         Mengucap syukur adalah prinsip hidup Daud di segenap kehidupan yang dijalaninya. Terutama ketika ia menghadapi dan melewati bentuk pengalaman hidup yang sulit dan genting dan juga ketika iapun mengalami dan menikmati kemenangan dalam menghadapi ancaman dan persoalan hidup. Daud sungguh terkenal bukan hanya kejayaannya sebagai seorang Raja, tetapi juga oleh pola kehidupan berimannya kepada Tuhan Allah.
Mazmur 138 ini adalah juga mazmur dari Daud, yang dilatarbelakangi pengalaman hidupnya menghadapi musuh atau ancaman (apakah dari Filistin, dari Saul atau dari Absalom). Daud merenungkan bagaimana Tuhan Allah telah, sedang dan akan menunjukkan kasih dan setia-Nya. Daud berikrar akan bersyukur dengan segenap hatinya kepada Tuhan Allah dan bermazmur bagi Allah di antara para allah yang dipercayai oleh orang-orang lain.
       Ucapan syukur Daud adalah ucapan syukur yang lahir dari dalam dirinya sebagai bentuk pengakuan dan juga pengharapannya kepada Tuhan Allah. Yakni, bahwa Tuhan Allah itu adalah Tuhan Allah yang Maha Tinggi, tetapi menunjukkan kasih setia kepada orang-orang yang rendah dan hina (ay.6).
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
 Kata “bersyukur” “Yada” dalam bahasa Ibrani sesungguhnya berarti pengakuan atau deklarasi terhadap suatu fakta. “Yada” juga diartikan dengan: Mengakui, atau juga memuji. Apakah yang diakui dan dipuji oleh Daud di tengah gentingnya persoalan hidup yang dihadapinya? Tidak lain dan tidak bukan adalah sifat Allah yang dipercayainya tersebut. 2 sifat Allah yang diakui oleh Daud, yakni: Kasih Allah (Khesed) dan Keteguhan atau kebenaran Allah dalam janjiNya atau kesetiaanNya (Emed) (ay.2). kasih dan kesetiaan Tuhan tersebut dibuktikan Tuhan tatkala Daud berseru, maka Tuhan Allah menjawabnya dan menambahkan kekuatan dalam jiwanya. Daud juga merasakan dan meyakini bahwa jika ia berada dalam kesesakan, Tuhan mempertahankan hidupnya dan menyelamatkan dia. Tuhan diyakini akan menyelesaikan semua perbuatanNya dalam hidup Daud. Pengakuan dan pengharapan Daud kepada Tuhan Allah, mengantar dirinya untuk senantiasa mengucap syukur kepada Tuhan Allah. Maka prinsip hidup bersyukur seperti ini adalah prinsip hidup bersyukur orang yang tekun dan dengan disiplin merenungkan kasih dan setia Tuhan di kehidupannya.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Bersyukur kepada Tuhan Allah adalah prinsip
     hidup setiap orang percaya. Maka bersyukur bukan lagi sesuatu yang asing bagi kehidupan kita, akan tetapi melaluiMazmur Daud saat ini, kita kembali diingatkan bahwa tindakan bersyukur orang percaya haruslah lahir dari dalam diri kita semata-mata karena dilatarbelakangi pengakuan dan pengharapan kita kepada Tuhan Allah. Pengakan tersebut ialah bahwa Allah itu Maha tinggi, Tuhan Allah itu penuh kasih dan setia. Maka mengucap syukur sesungguhnya bukan hanya ketika orang percaya telah mengalami kasih dan setia Tuhan, melainkan juga ketika orang percaya berharap akan menikmatinya, kendatipun sedang menghadapi pergumulan dan tantangan hidup. Mazmur Daud ini, menegaskan kepada kita bahwa:
  1. Mengucap syukur mesti dilakukan dalam komitmen untuk kemuliaan Tuhan Allah semata.
  2. Bahwa mengucap syukur adalah sikap merendahkan diri di hadapan Tuhan Allah sekaligus memuji Dia
  3. Bahwa tindakan mengucap syukur bukan hanya setelah menikmati kasih setia Tuhan, tetapi juga ketika sedang mengharapkannya
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
      Jika keluarga dan kita sekalian saat ini mengucap syukur kepada Tuhan, itu hendak menyaksikan kepada kita bahwa sifat Allah yang Maha Tinggi itu, yang Penuh Kasih dan Setia itu telah dirasakan dan selalu diharapkan oleh keluarga di segenap kehidupan ini. Maka ucapan syukur ini adalah sikap pengakuan, bahwa apa yang telah dialami keluarga dan apa yang diharapkan keluarga ke depan semua akan diselesaikan oleh Tuhan Allah. Maka dengan mengucap syukur, Firman Tuhan mengarahkan kita semua, mengarahkan keluarga untuk senantiasa meyakini bahwa Tuhan Allah itu penuh kasih dan setia, Dia yang akan dan senantiasa menganugerahkan kekuatan dan keselamatan. Tuhan Yesus menyempurnakan syukur keluarga dan memberkati kita semua.





















Bacaan Alkitab: 2 Korintus 3:12- 4: 2

Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
       Istilah atau kata “pelayanan” sudah menjadi istilah atau kata yang digunakan secara luas oleh manusia dalam berbagai instansi atau lembaga. Di bidang kesehatan, di kepolisian, di pelayanan publik pemerintahan, bahkan di bidang jasa keuangan dan perhotelan dan instansi lainnya, termasuk dalam hal yang bertentangan dengan moral atau etika. Pelayanan dalam hal ini dipahami sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan orang yang bersangkut paut dengan instansi atau lembaga tersebut. Kata “pelayanan” kemudian menjadi kata yang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana kemudian “pelayanan” dipahami di dalam persekutuan orang yang percaya kepada Tuhan Yesus? Pelayanan menurut Alkitab sesungguhnya adalah tindakan yang meliputi segenap kehidupan seseorang yang dimaksudkan semata-mata demi kemuliaan Tuhan, dan bukan sekedar memuaskan atau memenuhi kebutuhan orang-orang yang dilayani. Maka pelayanan di dalam kehidupan persekutuan orang yang percaya adalah pemberian diri kepada sesama dan kepada Tuhan Allah dengan satu maksud dan tujuan agar Tuhan dimuliakan.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
       Karena tujuan dan maksud pelayanan hanyalah demi kemuliaan Tuhan, maka pelayanan tersebut mesti dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keberanian yang didasari dengan kemuliaan Tuhan terpancar dalam dirinya dan sifatnya tidak sesaat atau tidak situasional serta tidak bersifat kondisional. Seorang pelayan adalah seorang yang benar-benar di dalam dan melalui dirinya terpancar cahaya kemuliaan Tuhan, sehingga pelayan tersebut dapat memberi kesaksian tentang Tuhan melalui kehadirannya dalam pelayanan. Rasul Paulus, membandingkan pelayan Perjanjian Lama, dalam hal ini Musa dengan pelayan-pelayan Perjanjian Baru. Kemuliaan Allah terpancar di dalam dan melalui Musa, tetapi sifatnya hanya sementara, sehingga ia menyelubungi mukanya dengan maksud agar umat Israel tidak melihat bahwa cahaya kemuliaan Tuhan itu hilang daripadanya. Cahaya kemuliaan Tuhan itu kemudian terselubung bagi umat Israel hingga saat ini, mereka tidak dapat melihat cahaya kemuliaan Tuhan karena pikiran mereka tumpul, sehingga ketika membaca Perjanjian lama, itu tanpa disingkapkan. Akibatnya mereka tidak pernah dapat mengerti dan mengenal bahwa Kristus Yesuslah yang sebenarnya yang merupakan inti Perjanjian lama itu. Maka hanya Kristuslah yang dapat menyingkapkan. Apakah sesungguhnya yang menjadi factor mengapa mereka tidak dapat mengenal Kristus dalam Kitab Musa? Karena selubung menutupi hati mereka. Melalui kesaksian Paulus ini, maka dapat ditarik kesimpulan awal, bahwa pelayanan adalah tindakan yang dilakukan seorang pelayan di mana hatinya telah terbuka, dan didiami Roh Allah sehingga ia dapat dengan meredeka memancarkan cahaa kemuliaan Allah. Inilah kemudian perbedaan pelayanan di dunia sekuler (dunia sehari-hari seperti yang disebutkan di atas) dengan pelayanan dalam kehidupan orang percaya.  
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
       Sebagai umat Perjanjian Baru, melalui sengsara, penderitaan dan kematian Yesus Kristus di kayu salib, sesungguhnya kepada kita Tuhan Allah telah memberikan cahaya kemuliaanNya. Maka kehidupan kita sesungguhnya adalah pelayanan. Dalam perjumpaan kita dengan orang lain, kita sesungguhnya sedang melayani. Demikian juga ketika kita bersekutu seperti sekarang ini, kita sedang melayani Tuhan dan melayani sesama dengan hanya satu tujuan yakni demi kemuliaan Tuhan. Oleh sebab itu kita semua adalah pelayan-pelayan Perjanjian Baru yang mesti memancarkan cahaya kemuliaan Allah melalui kehidupan kita. Kita tidak lagi menyelubungi muka atau hidup kita karena kita kehilangan cahaya kemuliaan Allah, kita adalah pelayan-pelayan yang merdeka karena Roh Allah ada di dalam kita. sebagai pelayan-pelayan Perjanjian Baru, kita tidak boleh tawar hati  dan harus menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan, tidak boleh licik dan memalsukan Firman Allah. Kebenaran harus dinyatakan dalam konsep kemerdekaan.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
       Cahaya kemuliaan dalam diri setiap orang yang melayani Tuhan datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka di dalam penderitaan dan kematian serta kebangkitan Kristus, kita sekalian telah diubah menjadi serupa dengan GambarNya. Satu hal yang dituntut dari kita dalam hal ini adalah hati dan pikiran kita mesti terbuka untuk dibaharui oleh Tuhan Allah melalui FirmanNya. Supaya kita tidak menjadi sama dengan umat Israel di mana hati dan pikiran mereka telah tumpul. Ay.16 apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu akan diambil daripadanya. Artinya ialah bahwa cahaya kemuliaan Tuhan hanya aka nada dan terpancar melalui seorang pelayan yakni setiap kita apabila hati kita berbalik kepada Tuhan Allah. Menjadi pelayan tidaklah mudah saudara-saudara, aka nada banyak tantangan yang dihadapi, dibenci karena menyatakan kebenaran, ditolak karena dicurigai, dicemooh karena dianggap sok suci, dan penderitaan lainnya. Tetapi mesti diyakini dan diimani serta diamini bahwa Kristuslah telah melalui semua itu sebagai jaminan bagi kita untuk terus melayani demi kemuliaan namaNya. Terpujilah Kristus. Amin        BPS           




















Minggu, 10 Maret 2019
(Minggu Prapaskah II)
Stola&Antependium: Ungu

Bacaan Alkitab Ulangan 26:1- 11; Lukas 4: 1- 13
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pencobaan yang dialami oleh manusia kerapkali membuat manusia melupakan diri dan Tuhannya. Pencobaan-pencobaan tersebut dapat mewujud dalam berbagai bentuk tragedi kehidupan, baik dalam bentuk kesusahan maupun dalam bentuk mesuksesan hidup. Artinya manusia senantiasa diperhadapkan pada pencobaan hidup yang juga melibatkan dirinya sendiri. Ketika orang percaya jatuh ke dalam pencobaan, maka yang terjadi di sana adalah umat akan melupakan jati dirinya dan juga melupakan Tuhannya. Pencobaan-pencobaan hidup selalu dimanfaatkan iblis untuk menjauhkan umat Tuhan dari Tuhannya dan ujung-ujungnya adalah supaya umat Tuhan meninggalkan Tuhannya dan sujud menyembah kepadanya (iblis). Semua yang terjadi dan dialami oleh manusia di kolong langit ini, dapat menjadi pencobaan bagi dirinya sendiri. Baik kekurangan, kelebihan, kekuatan, kelemahan, kepintaran, kebodohan dan lain sebagainya selalu menjadi peristiwa hidup yang dapat menjadi pencobaan bagi umat Tuhan. Maka setiap orang percaya senantiasa diarahkan untuk mengingat jati dirinya sebagai umat yang telah ditebus oleh Tuhan Allah. Bukti bahwa seorang percaya tetap setia mempertahankan jati dirinya dan setia kepada Tuhannya ialah ketaatannya berkorban kepada Tuhannya, yakni mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan Allah.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Umat Israel mendapat perintah Tuhan agar jikalau mereka terbebas dari penderitaan dan kesengsaraan, dan memasuki serta menikmati hidup yang menyenangkan, supaya tetap mempersembahkan hidup mereka kepada Allah sebagai bukti ketaatan dan kesetiaan mereka memelihara jati diri sebagai umat Allah. Mempersembahkan hasil pertama dari setiap berkat yang mereka terima dari Tuhan wajib dilakukan. Ini adalah korban yang menunjuk bahwa Tuhan Allah lah yang terutama dan pertama di dalam kehidupan umat percaya. Penderitaan dan kesengsaraan di perjalanan hidup di masa silam dan mungkin juga di masa depan yang dialami oleh umat Tuhan tidak boleh membuat umat Tuhan menjadi berubah setia. Apapun dan bagaimanapun kondisi hidup umat percaya, kesetiaan kepada Tuhan harus tetap menjadi sikap dan tindakan imannya. Kesengsaraan dan penderitaan yang terjadi dan dialami oleh umat Tuhan harus dijadikan sebagai pengalaman iman, yang bertujuan mengarahkan hidup kepada penyerahan diri secara totalitas kepada Tuhan dan menjadikan Tuhan selalu yang terutama dan yang pertama. Mempersembahkan korban dari hasil pertama dari keberhasilan hidup ini menjadi kewajiban yang mesti dilakukan oleh setiap orang percaya sebagai wujud dan bukti kesetiaan kepada Tuhan Allah.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pencobaan adalah bagian dari proses hidup setiap orang percaya selama hidup di dunia ini. Pencobaan sendiri datang dari diri manusia dan iblis bekerja di sana memanfatkan semua bentuk situasi dan kondis hidup manusia. Tuhan Yesus sendiripun telah menghadapi pencobaan dari Iblis, tetapi bukan dari dirinya, sebab Dia tidak berdosa, Dia menghadapi pencobaan untuk membuktikan bahwa iblis tidak akan pernah menang atas Dia. Pencobaan yang dihadapi Yesus menjadi pembelajaran iman bagi setiap orang percaya bahwa sesungguhnya dengan senantiasa taat dan setia kepada Tuhan Allah, maka iblis dikalahkan dan kemengan iman menjadi milik umat-Nya. Bentuk penderitaan berupa kelaparan di Padang gurun menghantar Tuhan Yesus pada pencobaan Iblis untuk menggunakan kuasaNya mengubah batu menjadi roti. Jenis pencobaan ini sangat dekat dengan kehidupan orang percaya. Kondisi dalam kelaparan menunjuk pada kondisi hidup yang serba kekurangan dan tidak memiliki apa-apa. Kondisi hidup seperti ini akan membuat orang tergoda untuk menghalalkan semua cara, termasuk dengan cara menghianati Tuhannya asalkan apa yang dibutuhkan terpenuhi. Tuhan Yesus tidak mau menggunakan kuasaNya hanya untuk roti dan tunduk kepada iblis. Tuhan Yesus mengatakan bahwa manusia tidak hidup dari roti saja, tetapi dari setiap Firman Tuhan. Tuhan Allah sanggup memberikan apa yang dibutuhkan umatNya asalkan umatNya percaya kepada-Nya. Demikian pula dengan kuasa dan kemuliaan serta dengan janji Tuhan Allah tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk tunduk kepada iblis. Singkatnya ialah apapun yang ada di kehidupan ini tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk menyangkali Tuhan Allah dan tunduk kepada iblis.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Di Minggu-minggu sengsara ini, kita akan diajak merenungkan segenap kan perjalanan hidup kita dalam hubungannya dengan berbagai bentuk penderitaan dan kesengsaraan sebagai umat Tuhan. Pencobaan, acapkali menghantar kita menderita dan sengsara. Maka pencobaan apapun wujud dan bentuknya harus dihadapi dengan tetap setia dan taat kepada Tuhan Allah. Mempersembahkan hidup kepada Tuhan Allah dan senantiasa memposisikan Tuhan Allah sebagai yang terutama dan pertama di kehidupan ini. Bagaimanapun kesengsaraan dan penderitaan hidup yang pernah kita alami dan yang akan kita hadapi, ingatlah bahwa kita tidak akan pernah ditinggal pergi dan dibiarkan oleh Tuhan Allah. Di pencobaan hidup sekalipun Dia berkuasa, FirmanNya berkuasa mengarahkan kita menaklukkan diri dan menakklukkan segala bentuk pencobaan yang kita hadapi di hidup ini. Selama kita tetap berpegang teguh pada Firman Tuhan, dan selama kita tetap taat kepada Tuhan Allah, kasih setia-Nya tidak akan pernah meninggalkan kita. Maka berdasarkan kesaksian Alkitab saat ini, ketika kita akan menjalani minggu-minggu sengsara di tahun ini, ingatlah bahwa Tuhan menghendaki kita senantiasa mengandalkan Firman-Nya, hidup sesuai dengan Firman-Nya serta taat kepada-Nya. Persembahkanlah hidup secara totalitas sebagai bentuk korban hidup kita kepada Allah dengan demikian tidak ada tempat bagi iblis merongrong kehidupan beriman kita dan menjauhkan kita dari kasih karunia Tuhan Allah. Tuhan Yesus sendiri telah berkorban, menderita dan mengalami kesengsaraan, Ia disalib dan mati demi menebus kita dari kuasa maut. Kita tidak akan binasa di dalam menghadapi setiap bentuk kesengsaraan dan penderitaan hidup di dunia ini, selama kita tetap setia kepada-Nya dan mempersembahkan hidup kita secara total kepada-Nya sebagai bentuk ketaatan dan kesetiaan kita kepada-Nya.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
            Marilah, sebagai umat yang telah ditebus oleh Tuhan Allah, kita senantiasa setia dan sedia mempersembahkan hidup kita secara menyeluruh kepada Tuhan Allah. Jadikanlah Tuhan Allah yang terutama dan yang pertama di dalam hidup saudara, maka segala sesuatu akan ditambahkan-Nya kepadamu. Pencobaan berat sekalipun, termasuk derita dan kesengsaraan niscaya akan kita lewati. Hiduplah sesuai dengan Firman-Nya, niscaya segala bentuk pencobaan yang membuat kita menderita dan sengsara akan berujung pada kemenangan, sebab Tuhan Yesus sendiri telah menghardiknya dari kehidupan kita umat tebusan-Nya. Tuhan Menyertai dan memberkati kita menghadapi dan menjalani kehidupan ini. Sengsara dan penderitaan niscaya menghantar kita kepada Damai sejahtera Tuhan Allah. Amin                                                       BPS
















Bacaan Alkitab: Kejadian 45:1-15
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kisah hidup Yusuf adalah kisah hidup yang sangat mengharukan. Jika kisah ini difilmkan laksana sebuah sinetron, maka para penikmat sinetron akan terharu dibuatnya. Tapi kisah ini bukanlah sebuah sinetron yang ceritanya hanya fiktif belaka. Kisah hidup Yusuf adalah kisah nyata. Bermula dari rasa iri dan cemburu karena Yusuf diperlakukan lebih daripada saudara-saudaranya oleh ayah mereka, Yusuf juga menonjolkan diri sebagai orang yang diberi karunia oleh Allah melalui mimpi/penglihatan serta Yusuf juga sering melaporkan perbuatan jahat para saudara-saudaranya kepada ayah mereka. Kemudian, Yusufpun menjadi korban akibat rasa iri dan cemburu saudara-saudaranya, semula ia hendak dibunuh, tetapi hal itu kemudian tidak terjadi dan akhirnya saudara-saudaranya menjualnya kepada orang Mesir. Kisah hidup Yusuf kemudian berlanjut di Mesir, dia juga harus mendekam di penjara karena istri potifar memfitnahnya hendak menodai dirinya, padahal dialah yang sesungguhnya hendak menodai kehormatannya kepada Yusuf. Yusuf yang tidak bersalah itu kemudian mendekam di dalam penjara. Ternyata penjara inilah kemudian yang menghantar Yusuf pada kesuksesannya di Mesir. Berkat Karunia yang diperolehnya dari Tuhan Allah untuk menafsirkan mimpi, maka Yusufpun kemudian menduduki posisi sangat penting di pemerintahan Mesir. Dia memperoleh kepercayaan penuh dari raja Mesir untuk berkuasa atas segalanya di Mesir.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
        Yusuf bukanlah sekedar penafsir mimpi Firaun, tetapi juga seorang yang kemudian diberi kepercayaan mengeksekusi antisipasi menghadapi masa sukar yang terjadi selama 7 tahun setelah masa 7 tahun berkelimpahan. Di tahun kedua masa kesukaran yang terjadi, ternyata orang-orang di Tanah Kanaanpun juga kena dampaknya. Mereka, yakni ayah dan saudara-saudara Yusuf kemudian datang mencari bahan makanan ke Mesir, sebab mereka mendengar bahwa di Mesir pasokan makanan masih tersedia. Pada saat inilah saudara-saudara, Yusuf kemudian berjumpa dengan saudara-saudaranya yang pernah meniatkan kejahatan kepadanya. Dalam bacaan kita saat ini dikisahkan bagaimana puncak perjumpaan Yusuf dengan saudara-saudaranya. Setelah beberapa kali saudara-saudara Yusuf datang ke Mesir, maka Yusufpun tidak dapat menahan rasa cinta kasihnya kepada mereka. Yusufpun memperkenalkan diri kepada mereka. Apa yang terjadi dalam peristiwa ini? Ternyata, saudara-saudara Yusuf menjadi sangat takut. Takut karena mereka langsung mengingat perbuatan mereka di masa silam kepada Yusuf saudara mereka. Yusuf sendiri tidak menaruh dendam kepada saudara-saudaranya tersebut, sebaliknya, Yusuf melihat yang terjadi dan dialaminya adalah rencana atau rancangan Tuhan Allah.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Dendam dan rasa benci sirna dari dalam diri Yusuf kepada saudara-saudaranya karena ia mampu melihat perkara yang terjadi atas dirinya sebagai perkara dari Tuhan Allah. Kemampuan Yusuf melihat pengalaman hidupnya dari sudut pandang iman mengarahkan dia tetap mengasihi keluarganya, mengasihi ayahnya dan saudara-saudaranya. “jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah. Dialah yang menempatkan aku sebagi bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir” inilah pernyataan Yusuf kepada saudara-saudaranya. Dendam dan rasa benci tidak ada di dalam diri Yusuf walaupun kalau mengingat perlakuan saudara-saudaranya begitu jahat kepadanya di masa silam. Yusuf sangat menyadari bahwa kedudukannya yang sekarang adalah semata-mata anugerah Allah yang bertujuan agar melalui dirinya, kehidupan banyak orang tetap terjamin, termasuk kaum keluarganya.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pengalaman hidup Yusuf, merupakan pengalaman hidup yang mengharukan. Tidak banyak orang atau mungkin sangat sulit dijumpai orang seperti Yusuf di kehidupan sekarang ini. Seseorang yang pernah diperlakukan dengan tidak baik, bahkan direncanakan untuk dibunuh, kemudian dijual kepada orang lain, pastilah sulit untuk melupakannya. Rasa kecewa, benci dan bahkan dendam yang membara akan menyelimuti hidup orang seperti ini. Ketika orang seperti ini kemudian sukses, pastilah tidak mudah menerima saudara yang pernah berbuat kejahatan kepada kepada kita. Mungkin saja tidak mau mengakui, tidak mau menerima atau bahkan dapat saja membalas dendam kepada saudara-saudara yang seperti ini. Tetapi Yusuf tidak demikian. Yusuf tidak mendendam, Yusuf tidak membalas perbuatan saudara-saudaranya. Yusuf melupakan semua tindak kejahatan saudara-saudaranya kepadanya oleh karena ia menyadari bahwa keadaan hidupnya sekarang, kesuksesan yang diraihnya merupakan karya Tuhan dengan tujuan agar melalui dirinya, banyak orang diselamatkan termasuk keluarganya sendiri. Sengsara membawa nikmat, itulah semboyan yang tepat diperuntukkan pada hidup Yusuf.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Apa makna kisah hidup Yusuf ini bagi kita? Yang pertama ialah bahwa keluarga dan saudara-saudara kita adalah keluarga dan saudara untuk selamanya. Maka seberat apapun dan sesakit apapun perlakuan saudara-saudara kita kepada kita di kehidupan masa silam, maka keadaan dan posisi hidup kita saat ini harus diaminkan sebagai rencana dan rancangan Tuhan Allah. Tuhan senantiasa merancang kita pada rancangan damai sejahtera walaupun ada saudara kita yang merancangkan kecelakaan atas kita. yang kedua ialah, melalui kisah hidup Yusuf ini kita sekalian diingatkan bahwa hidup setiap orang terus berproses dan diproses oleh Tuhan Allah untuk tiba pada kesuksesan dan hidup yang berkemenangan. Yang ketiga ialah bahwa setiap orang harus menjadi seorang yang mengampuni, menyambut dan membalaskan setiap perbuatan dengan memberkati orang lain. terpujilah Tuhan Allah. Amin











Bacaan Alkitab: Lukas 9:28-36; 1 Tim 6:11-16
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
      
Pengantar singkat tentang Pra Paskah
Hari Minggu saat ini kita sekalian telah memasuki minggu-minggu sengsara/prapaskah selama 7 Minggu ke depan. Penetapan kalender gereja ini sesungguhnya dimaksudkan agar kita diberi waktu dan kesempatan untuk merenungkan kesengsaraan Yesus Kristus yang telah terjadi ketika kehadiranNya di dunia ini demi menganugerahkan keselamatan kepada kita. Masa 7 minggu sengsara (40 hari) tidak termasuk Jumat agung dan Sabtu teduh. Masa sengsara adalah masa persiapan paskah. Masa 40 hari ini umat diarahkan untuk memeriksa diri serta memiliki pengalaman penderitaan, kematian, dan kemenangan Kristus atas maut. Minggu sengsara dulunya diawali dengan perayaan Rabu abu (tradisi RK) dan berakhir pada hari Minggu Palem, yakni hari Minggu sebelum Jumat Agung. Minggu Palem merupakan pengingat bagi kita yakni ketika Yesus memasuki Yerusalem dengan disambut oleh orang banyak dan memproklamirkan Dia sebagai Kristus. Hari Kamis berikutnya disebut Kamis Putih menunjuk pada perayaan perjamuan Yesus dan murid-muridNya, sesudah itu jumat agung, sabtu teduh dan minggu paskah (berdasarkan tradisi gereja RK).
Minggu sengsara atau periode 40 hari sering juga disebut masa puasa. Tahun 325 dalam konsili di Nicea gereja menetapkan tentang puasa ini. Tujuannya adalah; 1. Agar orang Kristen bersiap diri dan melakukan pertobatan, dan 2. Agar orang-orang yang belum Kristen dan mau menjadi Kristen dipersiapkan untuk menerima baptisan pada saat paskah. (tradisi di Roma waktu itu, orang biasanya mengenakan baju dari sarung dan tetap terpisah dari kontak sosial sampai mereka diperdamaikan kembali dengan komunitas Kristen pada kamis putih). Pada tahun 600 an Paus Gregorius agung menambahkan tradisi ke dalamnya, yakni dengan praktek memerciki para penyesal dengan Abu yang membuat hari itu diberi nama Rabu Abu. Di Gereja kita, tradisi perayaan Minggu sengsara dilaksanakan selama 7 Minggu tanpa mengikuti semua tradisi yang ada di dalamnya,  tetapi tetap memberi makna kepadanya sebagai waktu bagi semua jemaat untuk hidup dalam perenungan akan sengsara atau pengorbanan Yesus Kristus demi penyelamatan manusia.
Sidang Jemaat, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
       Minggu saat ini, Firman Tuhan yang  menjadi bacaan kita berisi tentang sebuah peristiwa Illahi yang terjadi dan dialami tiga orang murid Yesus yang biasa disebut dengan istilah Transfigurasi atau dalam bahasa Yunani disebut dengan metamorpho-omai, yakni mengubah bentuk atau rupa. Yaitu, bahwa dalam perjalananNya menuju Yerusalem, Yesus Kristus mengalami perubahan penampakan wajah yang penuh cahaya kemuliaan Illahi. Transfigurasi itu kemudian diyakini sebagai karunia Allah bagi umatNya, yakni perubahan spiritual orang-orang beriman. Penampakan Elia dan Musa bersama Yesus Kristus di puncak gunung tersebut merupakan penampakan diri dalam kemuliaan Illahi. Peristiwa transfigurasi sendiri diawali dengan Yesus berdoa, dan dikemuliaan Illahi tersebut, Yesus berbicara dengan Elia dan Musa. Pembicaraan tersebut tak lain dan tidak bukan adalah mengenai tujuan kepergian Yesus Kristus dan penggenapan tentangNya di Yerusalem. Petrus dan teman-temannya yang melihat Kemuliaan Yesus Kristus saat itu, berkata kepada Yesus” Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Persoalannya adalah bahwa Petrus tidak tahu atau tidak mengerti apa yang ia katakan. Mereka sungguh merasakan kebahagiaan ketika menyaksikan kemuliaan Allah saat itu, tetapi di saat yang samapun ketika awan menaungi mereka dan masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka.
Sidang Jemaat saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Pengalaman iman ketiga murid di puncak gunung pengalaman rohani bersama Yesus Kristus merupakan pengalaman iman yang tidak mungkin terlupakan oleh mereka. mereka berbahagia di sana, bahkan Petruspun menawarkan hendak mendirikan 3 kemah di sana. Ia ternyata masih memikirkan Allah seperti pemikiran iman bangsa Israel ketika di perjalanan di padang gurun. Petrus tidak tahu, bahwa Allah ada di dalam diri Yesus Kristus. Yesus Kristuslah kemah suci yang sesungguhnya. Di dalam Yesuslah berdiam segala kepenuhan Allah. Selanjutnya adalah ketidak tahuan Petrus tentang apa yang diucapkannya sebenarnya menunjuk pada kemampuannya untuk mengerti apa sesungguhnya yang selanjutnya akan terjadi dan dialami Yesus dalam menunjukkan kemuliaan Allah tersebut, yakni dengan menggenapi segala sesuatu yang ditetapkan Allah untuk terjadi dan dialami Yesus Kristus, yakni kesengsaraan, kematian dan kebangkitan. Kebahagiaan Petrus dan kawan-kawannya di puncak gunung tersebut oleh karena menikmati dan mangalami kemuliaan Illahi ternyata adalah kebahagiaan situasional. Mereka ternyata kemudian merasa takut tatkala awan gelap menaungi hidup mereka. Peristiwa ini sesungguhnya merupakan kritik iman bagi setiap orang percaya bahwa ketika berada di puncak gunung kebahagiaan karena menikmati kemuliaan Allah, orang percaya harus tetap berada di konsistensi iman. Memandang kemuliaan Tuhan, sungguh memang akan mengantar setiap orang kepada kebahagiaan. Akan tetapi, bahwa kemuliaan Tuhan itu tidaklah situasional atau kondisional, maka ketika awan kelam menutupi kehidupan ini, berada di dalam kemuliaan Allah harus tetap menjadi komitmen iman.
Sidang Jemaat saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Peristiwa transfigurasi Yesus Kristus, yang disaksikan dan dinikmati oleh Petrus dan kawan-kawannya sesunguhnya adalah peristiwa yang tidak pernah usai dan using dalam hidup setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Bahwa kemuliaan Allah itu harus dan mesti menjadi prinsip hidup dan tujuan hidup setiap orang di dunia ini. Tetapi harus pula diingat bahwa kemuliaan Tuhan itu juga diwujudnyatatakan dalam bentuk pengorbanan melalui kesengsaraan. Jika Yesus berbicara dengan Musa dan Elia di peristiwa transfigurasi tersebut, maka sesungguhnya, Yesus Kristus hendak menegaskan bahwa kemuliaanNya akan menjadi nyata dan sempurna ketika segala  kehendak Allah digenapiNya, termasuk dengan cara menderita dan sengsara. Jika Minggu saat ini kita mulai memasuki minggu-minggu sengsara sesungguhnya kepada kita diingatkan 2 hal, yakni bahwa kesengsaraan orang benar dan dalam kebenaran adalah wujud kemuliaan Allah. Yang kedua. Bahwa wujudnyata kemuliaan Allah akan membawa setiap orang percaya kepada kebahagiaan. Oleh karena itu, tugas kita sesungguhnya adalah memancarkan kemuliaan Allah kepada dunia ini, melalui identitas diri, perilaku hidup, konsistensi iman atau kesetiaan meskipun dalam bingkai pengalaman sengsara dan derita. Dalam bacaan kita yang kedua ditegaskan bahwa sebagai manusia Allah, atau sebagai orang-orang yang di dalam hidupnya terpancar kemuliaan Allah melalui pengorbanan Yesus Kristus yang telah menyelamatkan, menguduskan, maka segala bentuk perilaku, pemikiran yang tidak berkenan di hadapan Allah harus dibuang dari hidupnya. Sebaliknya, orang-orang yang telah menerima keselamatan dari Allah di dalam Yesus Kristus, harus mengejar keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan serta harus bertanding dalam pertandingan iman yang benar untuk meraih hidup kekal.
Sidang Jemaat saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Sehubungan dengan perayaan HUT GPI yang ke 414 tahun di minggu sengsara saat ini, melalui Firman Tuhan saat ini pun kepada kita sebagai warga gereja protestan Indonesia diingatkan bahwa melalui peristiwa 414 tahun yang silam di Ambon, Tuhan telah menunjukkan kemuliaanNya. Ulang tahun GPI ini ditetapkan  (Selasa, 27-2-1605) karena pada saat itulah ibadah syukur pertama kali dilakukan dengan menggunakan tata ibadah gereja protestan di Indonesia bahkan di seluruh Asia. Pada saat itulah pula kemuliaan Allah disaksikan dan dilihat di Nusantara melalui gereja Protestan. Kebahagiaan menjadi pengalaman orang-orang protestan. Tetapi harus pula diingat, bahwa kebahagiaan itu bisa pudar dan hilang jikalau kemuliaan Allah tidak tinggal tetap di dalam hidup umatNya. Maka kalaupun kesengsaraan harus menjadi pengalaman beriman kita di negeri ini, di tengah kehidupan kita dengan orang-orang lain oleh karena kecintaan kita terhadap keadilan, oleh karena kesetiaan kita kepada Tuhan Yesus, oleh karena kesabaran dan kelembutan kita menghadapi segala bentuk penindasan dan penghambatan, maka kita mesti ingat bahwa di sanalah kemuliaan Allah akan terus terpelihara. Selanjutnya kita akan tetap berada di kebahagiaan Illahi kendatipun awan kelam menaungi kita, kita tidak akan menjadi ketakutan. Allah di dalam Yesus Kristus setia menyertai kita, sebagaimana orang-orang protestan boleh bersyukur di benteng kemenangan (Viktoria) di Ambon 414 tahun yang silam maka kitapun akan tiba pada benteng kemenangan kekal di puncak kebahagiaan bersamaNya. Selama menjalani minggu-minggu sengsara dan selamat ulang tahun bagi gereja Tuhan, Gereja Protestan di Indonesia. Tuhan Yesus Memberkati. “Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin





Bacaan Alkitab: Kej 1:28- 30
Bapak, Ibu, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Berbicara tentang Kisah Penciptaan dalam Alkitab, maka kita akan menyaksikan bagaimana kemudian Tuhan Allah menyempurnakan ciptaan-Nya dengan menciptakan manusia. Penciptaan manusia tersebut berbeda dengan ciptaan lainnya. Jika dalam menciptakan langit, bumi dan segala isinya, Tuhan Allah cukup dengan berfirman, maka dalam menciptakan manusia, Tuhan Allah harus turun tangan menjadikannya serupa dan segambar dengan Tuhan Allah. Apakah maksudnya? Tindakan Tuhan Allah dalam menciptakan manusia tersebut dimaksudkan bahwa manusia adalah makhluk yang sangat berbeda dengan ciptaan Tuhan lainnya. Manusia adalah satu-satunya makhluk ciptaan Tuhan yang diberi akal dan budi serta kemampuan yang lebih dibanding dengan makhluk lainnya. Maksud Tuhan Allah menciptakan manusia serupa dan segambar dengan Dia ialah agar manusia menjadi mitra Allah dalam memelihara alam ciptaan Tuhan Allah. Namun sayang saudara-saudara, manusia gagal melakukan tugas ini. Manusia jatuh ke dalam dosa. Gambar dan rupa Allah dalam diri manusia hilang pudar oleh dosa. Manusia tidak lagi sanggup melakukan tugasnya sebagai mitra Allah. Berkat Allah disalahgunakan dan demikian juga dengan kuasa yang diberikan kepadanya.
Bapak, Ibu, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Mari kita merenungkan kembali kodrat awal manusia yang diberkati oleh Tuhan Allah melalui bacaan Alkitab saat ini! Yang pertama bahwa yang dilakukan Tuhan Allah kepada manusia setelah mereka diciptakan serupa dan segambar dnegan Dia adalah “memberkati” (ay.28). diberkati berarti diberikan anugerah, diberikan hal dan wewenang istimewa. Jelas bahwa hak dan wewenang yang merupakan berkat Tuhan ini tidak diberikan kepada makhluk lainnya. Itu berarti bahwa manusia diberkati dengan tujuan agar manusia itu menjadi berkat bagi dunia ciptaan Tuhan. Diberkati berarti diberikan sesuatu yang tidak dimilikinya atau yang tidak ada padanya. Manusia sesungguhnya hanyalah ciptaan Tuhan, akan tetapi karena ia diberkati, maka ia menerima anugerah Illahi. Berkat Tuhan kepada manusia yang diciptakan itu ialah:
1.      Beranak cuculah dan bertambah banyak
Apa sesungguhnya makna berkat yang satu ini? “Beranakcucu dan bertambah banyak” bukanlah sekedar memiliki keturunan yang banyak, melainkan berkat ini juga mengandung makna bahwa kepada manusia, Tuhan Allah memberikan hak untuk hidup dan melanjutkan kehidupan secara terus menerus dengan cara Allah memberikan keturunan kepada manusia sehingga manusia itu semakin banyak dan mampu memelihara kehidupan tersebut dengan kemampuan yang diberikan kepadanya. beranakcucu dan bertambah banyak berarti Tuhan Allah memberikan jaminan kepada manusia bahwa hidup mereka akan berkelanjutan dan berlangsung secara terus menerus.
2.      Penuhilah bumi dan taklukkanlah itu
Melalui berkat Tuhan, yakni memberikan jaminan keberlanjutan dan keberlangsungan hidup kepada manusia, maka harapan Tuhan, bumi yang dijadikan-Nya akan diisi dan dipenuhi oleh manusia-,manusia yang memiliki akal dan budi sehingga mitra kerja Allah semakin banyak di bumi untuk melakukan apa yang Tuhan Allah kehendaki bagi bumi ciptaan-Nya. Selanjutnya, manusia diberkati untuk menaklukkan bumi. Menaklukkan bumi harus dimengerti sebagai upaya untuk menjadikan bumi bukan sebagai ancaman dan malapetaka bagi kehidupan ciptaan Tuhan. Menaklukkan bumi tidak dapat diartikan sebagai tindakan otoriter terhadap bumi. Bukan pula sebagai wewenang untuk menjadikan bumi taat kepada manusia. Atau dengan kata lain bahwa yang dimasudkan dengan menaklukkan bumi adalah membuat atau menjadikan bumi menjadi tempat hidup yang nyaman dan yang mendatangkan damai sejahtera bagi seluruh ciptaan Tuhan. Berkat Tuhan kepada manusia untuk menaklukkan bumi tidaklah berarti bahwa manusia dapat seenaknya atau semaunya berbuat segala hal terhadap bumi.
3.      Berkuasalah…
Berkat yang ketiga ini, seringkali disalah artikan oleh manusia. Manusia mengira bahwa yang dimaksud dengan berkuasa adalah dapat berbuat apapun terhadap segala yang diciptakan Tuhan sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Berkuasalah atas ikan-ikan di laut, burung-burung diudara dan atas segala binatang yang merayap di bumi harus diartikan sebagai berkat dimana Tuhan Allah memberikan kemampuan kepada manusia untuk mengelola semua ciptaan Tuhan tersebut menjadi berkat bagi hidupnya. Berkuasa atas ikan-ikan, burung-burung dan segala jenis binatang melata berarti bahwa manusia akan memperoleh faedah dari ikan-ikan, burung-burung dan segala jenis binatang melata bagi kehidupannya. Intinya adalah jika Tuhan Allah memberikan berkat kepada manusia untuk berkuasa atas ikan-ikan, burung-burug dan atas segala binatang melata itu berarti bahwa manusia diberikan wewenang atau hal untuk menjadikan ikan-ikan, burung-burung dan segala binatang melata itu sebagai berkat bagi hidupnya bukan sebaliknya.
4.      Memberikan tumbuhan atau pohon-pohonan yang berbiji dan berbuah sebagai makanan
Berkat yang satu ini sesungguhnya adalah berkat yang merupakan jaminan keberlangsungan hidup manusia. Tuhan Allah memelihara manusia dengan memberikan makanan yang tidak dapat habis, karena makanan tersebut berasal dari tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan yang berbiji dan berbuah. Tumbuhan dan tanaman berbiji dan berbuah adalah jenis tumbuhan dan tanaman yang dapat tumbuh dan berbuah kembali. Artinya bahwa Tuhan Allah memberikan jaminan ketersediaan makanan kepada manusia melalui tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan yang berbuah dan berbiji. Maka oleh karena itu, supaya kebutuhan makanan terus terjamin bagi manusia, manusia harus memeliharanya supaya tetap ada dan lestari.
Bapak, Ibu, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kembali ke tema renungan kita saat ini, yakni: “Memelihara Bumi”. Melalui bacaan Alkitab saat ini, sesungguhnya kita semua sedang diarahkan untuk kembali merenungkan jati diri kita yang semula dan yang sebenarnya. Bahwa kita adalah ciptaan Tuhan Allah yang dijadikan serupa dan segambar dengan-Nya. Kita adalah ciptaan Tuhan Allah yang diberikan keistimewaan lebih dari segala yang dijadikan-Nya. Kita adalah ciptaan yang diberkati. Diberkati untuk; beranakcucu dan bertambah banyak, diberkati untuk memenuhi dan menaklukkan bumi, kita adalah ciptaan yang diberkati untuk berkuasa atas ikan-ikan, burung-burung dan atas segala binatang yang merayap dan kita adalah ciptaan yang diberikan jaminan makanan dalam hidup ini. Maka sebagai ciptaan yang serupa dan segambar dengan Tuhan Allah, kita seharusnya kembali kepada kodrat kita yang sebenarnya. Bumi dan segala yang hidup di dalamnya diciptakan Tuhan Allah semata-mata dimaksudkan agar memuliakan Dia. Bumi dan segala makhluk yang ada di dalamnya Tuhan ciptakan supaya gambar dan rupa-Nya yakni manusia tetap ada dan terpelihara. Tetapi apa kemudian yang terjadi saudara-saudara? Manusia sendiri seringkali menjadi serakah, mengeksploitasi bumi dengan kerakusannya. Bumi dan segala yang ada di dalamnya, termasuk ikan-ikan, burung-burung dan pohon-pohonan dieksploitasi manusia tanpa pertimbangan dan tanpa aturan asalkan memuaskan keinginannya. Akibatnya, alam atau bumi seringkali tak bersahabat lagi dengan manusia, ikan-ikan, burung-burung dan tanam-tanaman atau pohon-pohonan musnah dan lenyap. Manusia seringkali menjadi korban ganasnya alam, manusia kehilangan makanan karena ikan-ikan, burung-burung dan pohon-pohonan dihabiskan dan dimusnakan manusia. Manusia seringkali harus kehilangan nyawa ketika banjir, longsor dan bencana alam lainnya terjadi. Manusia tidak menyadari bahwa bumi telah dirusak, pasokan makanan telah dihabiskan.
Bapak, Ibu, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Membaca dan merenungkan kembali ayat-ayat Alkitab saat ini, maka kita disadarkan akan kekeliruan dan kesalahan kita. sebagai ciptaan Tuhan yang dijadikan segambar dan serupa dengan Dia ( Imago Dei), manusia harus kembali sadar bahwa kita adalah makhluk mulia. Kita adalah ciptaan yang diberkati dengan maksud supaya menjadi berkat bagi ciptaan lainnya. Jika kita mau supaya alam ciptaan Tuhan bersahabat dan memberikan hasilnya kepada kita, maka peliharalah alam. Janganlah serakah meraup sebanyak-banyaknya dari hasil alam. Apakah bukti-bukti konkrit bahwa manusia tidak lagi menggunakan berkat Tuhan itu dengan benar?
Mari, lihatlah misalnya sikap atau perilaku manusia kepada manusia lainnya. Bukannya beranakcucu dan bertambah banyak seperti yang diberkati Tuhan. Manusia malah membunuh sesamanya, manusia menjual sesamanya, manusia melakukan aborsi, manusia menjual sesamanya dan manusia memperbudak sesamanya. Anak-anak ditelantarkan, orangtua tidak dihormati dan disayangi, pokoknya manusia seringkali tidak lagi memelihara sesamanya. Bukti lainnya ialah, bahwa alam ciptaan Tuhan dieksploitasi dengan ganas, hutan-hutan dibabat, dibakar, pohon-pohonan ditebang tanpa aturan, hutan menjadi gundul dan akhirnya kekeringan melanda dan pohon-pohonan sebagai sumber makananpun mati dan habis ditebang hanya untuk memuaskan hasrat dan keinginan manusia. Selanjutnya, ikan-ikan dibom, dipukat tanpa pilih dan tanpa memperhitungkan keberlangsungan habitatnya, akibatnya ikan semakin sulit didapat, belum lagi ketika air dicemari oleh berbagai jenis limbah, yang mengakibatkan kematian makhluk hidup di dalam air. Akibat kedurhakaan manusia tersebut, manusia kemudian seringkali menderita karena sesama, karena perbuatannya yang serakah menguasai dan menaklukkan bumi dengan pemahaman dan tindakan yang salah.
Bapak, Ibu, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kita telah mengalami dan mendengar serta menyaksikan berbagai bentuk malapetaka dan bencana karena ulah manusia. Semua peristiwa tersebut sesungguhnya hendak menegor kita untuk kembali bertobat menjadi jati diri kita yang semula yakni manusia yang dijadikan serupa dan segambar dengan Tuhan Allah. Kita adalah ciptaan yang diberkati, supaya kita menjadi berkat bagi ciptaan Tuhan melalui tindakan kita, yakni: memelihara Bumi. Mari kita mulai dari tindakan yang dianggap sepele, membuang sampah pada tempatnya misalnya, menjaga lingkungan kita supaya tetap aman, nyaman, bersih dan asri. Marilah kemudian dengan berprinsip hidup benar, yakni dengan berani berkata: cukup, sehingga kita terhindar dari pola hidup yang rakus. Mulailah dari perkara kecil, maka kitapun akan Tuhan berkati melakukan perkara yang lebih besar. Peliharalah bumi, supaya bumi memeliharamu. Terpujilah Tuhan Allah. Amin 






Bacaan Alkitab: Matius 13: 18- 23
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus
        Tepat tanggal 9 February 2019 kemarin, Jemaat GPID Koinonia Palu genap berusia 3 Tahun dan kita merayakannya bersama dalam persekutuan ibadah Minggu saat ini. 3 tahun tentu adalah usia yang masih sangat belia jika kita menganalogikannya dengan umur seorang manusia. Akan tetapi saudara-saudara, Jemaat GPID Koinonia bukanlah seorang anak berumur 3 tahun, Jemaat ini ada organisme dan sekaligus adalah organisasi berdasarkan hakekatnya sebagai Gereja. Memang harus diakui, bahwa sebagai jemaat yang baru berusia 3 tahun, jemaat ini telah mengalami dan menghadapi berbagai bentuk peristiwa yang diyakini dan harus diaminkan sebagai proses untuk memurnikannya menjadi gereja yang sesuai dengan kehendak Sang Kepalanya, yakni Tuhan Yesus Kristus. 
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus
          Menjadi gereja yang berakar, bertumbuh dan berbuah adalah gereja yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus Kristus. Dalam suasana syukur sukacita ini, saya mengajak kita sekalian merenungkan dan memaknai perumpamaan Tuhan Yesus tentang seorang penabur. Perumpamaan ini sesungguhnya tidak sekedar berbicara tentang penaburnya, tetapi juga menekankan tanah atau tempat benih tersebut jatuh dan ditaburkan. Sebab jika perhatian dan perenungan kita hanya tertuju pada si penabur benih, maka akan ada kesan bahwa letak kegagalan dalam berakar, tumbuh dan berbuahnya benih tersebut adalah pada sipenabur. Mari kita simak dengan seksama arti perumpamaan ini sebagaimana yang dijelaskan Tuhan Yesus!
                                                                                                                                                                                                                                            





Bacaan Alkitab: Lukas 12:43-44
Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Seorang hamba dalam tradisi hidup umat Israel    
Ialah seorang yang bekerja penuh waktu dan seluruh hidupnya ada dalam kuasa tuannya.  Hamba diharuskan melayani seluruh kebutuhan tuannya dan juga bertanggungjawab atas segala yang dimiliki oleh tuannya. Perjuangan utama seorang hamba adalah bagaimana dia membuat tuannya terlayani dengan baik, sehingga dengan demikian ia akan memperoleh perlakuan yang baik dari tuannya. Oleh karena itu, hamba yang baik akan senantiasa berupaya keras dalam kesiapsiagaan supaya kapanpun tuannya memeriksa pekerjaannya, ia akan kedapatan benar dan melakukan tugas tanggungg jawabnya dengan benar dan itu akan menyenangkan hati tuannya. Realitas kehidupan yang seperti ini, ternyata ada dalam perhatian Tuhan Yesus. Sehingga analogi kehidupan hamba dan tuan dijadikan Tuhan Yesus sebagai referensi pengajaranNya kepada murid-muridNya, tentang bagaimana seharusnya orang percaya hidup dalam hubungannya dengan Tuhan Allah.
Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Berdasarkan bacaan Alkitab ini, sesungguhnya Tuhan Yesus hendak menyampaikan satu hal kepada setiap orang percaya bahwa menjadi manusia yang berintegritas adalah prinsip kehidupan yang harus dipegang dan dimiliki oleh orang yang percaya kepadaNya. istilah integritas bukanlah istilah yang asing bagi kita di zaman sekarang ini. Di setiap instansi seluruh orang diajak dan dituntut untuk memiliki integritas yang tinggi, baik terhadap pemimpinnya, pekerjaannya dan juga pada lembaga atau korpsnya. Berintegritas secara sederhana dapat diartikan sebagai sikap hidup yang menunjukkan adanya kesesuaian antara yang diucapkan dengan tindakan. Tetapi jika ditelisik lebih dalam, berintegritas memiliki makna yang lebih luas dan dalam. Berintegritas adalah sikap dan sifat hidup yang mendedikasikan hidup dengan penuh pada apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Pendedikasian hidup tersebut meliputi totalitas hidup yang disertai dengan loyalitas dan kecintaan pada tugas dan tanggung jawab. Prinsip seperti inilah sesungguhnya yang dikehendaki Tuhan Yesus dimiliki oleh setiap orang yang percaya kepadaNya.
 Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Menurut Tuhan Yesus, seseorang yang daripadanya dituntut pertanggungan jawab atas tugas dan pekerjaan yang dipercayakan kepadanya akan berbahagia apabila kedapatan berintegritas dan berdedikasi yang tinggi serta memiliki loyalitas. “Berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan tugasnya..”. kata “berbahagia” di sini tidak sulit untuk dimengerti. Akan tetapi berbahagia yang dimaksudkan Tuhan Yesus, bukanlah kebahagiaan biasa, sebagaimana halnya dengan sebuah perasaan. Kebahagiaan yang dimaksudkan Tuhan Yesus di sini adalah adanya perasaan sukacita dan perasaan senang yang disertai pengalaman nyata. Jadi bukan sekedar perasaan, tetapi juga dalam pengalaman nyata, yakni bahwa hamba itu akan memperoleh penghargaan yang luar biasa. Di saat itulah kondisi dan posisi kehambaannya menjadi kondisi dan posisi yang jelas berbeda dalam realitas sebagaimana kehidupan hamba biasanya. Seorang hamba yang memiliki integritas, dedikasi dan loyalitas dalam melakukan tugas dan tanggungjawabnya akan menikmati perlakukan yang istimewa, yakni diberikan kepercayaan yang besar dan dengan demikian ia tidak lagi diperlakukan seperti hamba yang tidak berguna. Dalam hubungan dengan Tuhan Allahpun, integritas, dedikasi dan loyalitas adalah prinsip hidup beriman yang Tuhan kehendaki.
Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Sehubungan dengan ibadah kita saat ini, kepada kita, kepada saudara-saudara sekalianpun, Tuhan Allah menghendaki agar kita memiliki integritas, dedikasi serta loyalitas hidup beriman. Bagaimanakah sesungguhnya kita mengaplikasikannya di tengah kehidupan kita di dunia ini? Harus diaminkan saudara-saudara, bahwa apapun yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita sekarang ini, itu semua adalah wujud dan bentuk kasih Tuhan yang memberikan kepercayaan kepada kita untuk bertanggung jawab bukan hanya kepada pemerintah, kepada pemimpin, tetapi juga kepada Tuhan Allah. Maka supaya kita menikmati kebahagiaan dalam hidup ini, di tengah kita mewujudnyatakan atau melakukan tugas dan tanggung jawab kita, maka kita harus memiliki integritas, dedikasi dan loyalitas hidup. Siapapun kita, yang diutus Tuhan Allah ke dalam dunia ini, di berbagai bentuk tugas dan tanggung jawab, kita adalah hamba-hamba Tuhan. Untuk itu kita diingatkan oleh Firman Tuhan saat ini, bahwa Tuhan akan datang, Dia akan menuntut pertanggungan jawab dari setiap kita, tentang apa yang Dia percayakan untk kita pertanggngjawabkan dan lakukan. janjiNya ialah, bahwa kebahagiaan niscaya menjadi milik setiap hamba yang kedapatan melakukan tugasnya dengan baik dan benar. Maka peroleh dan nikmatilah kebahagiaan hidup dari Tuhan Allah dan bersama dengan Dia melalui prinsip hidup yang berintegritas, berdedikasi tinggi dan memiliki loyalitas yang kuat. Terpujilah Tuhan. Amin.






Bacaan Alkitab: 1 Petrus 3:8-9.
Saudara-saudara, dan Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Zaman di mana kita hidup sekarang ini, adalah zaman yang sulit untuk dipahami dan dimengerti. Sulit dipahami dan dimengerti karena ada banyak hal yang berlaku dan terjadi dikehidupan ini yang mengandung dan mengundang pertanyaan. Yang jauh bisa menjadi dekat, tetapi yang dekatpun bisa menjadi jauh. Hal itu dapat kita saksikan dalam fenomena teknologi komunikasi yang serba canggih saat ini. Melalui media teknologi komunikasi, kita dapat terhubung dengan orang-orang yang jauh dengan kita, tetapi sebaliknya, orang-orang yang dekat dengan kitapun dapat menjadi jauh dari kita. Terkadang saudara yang jauh menjadi dekat dengan kita, saudara dekat malah menjadi jauh. Teknologi komunikasi tersebut dapat menjadi sarana bagi setiap orang untuk memberkati saudaranya, tetapi juga menjadi sarana untuk menghujat, membohongi saudaranya pula. Itulah fenomena hidup yang terjadi. Tetapi, yang salah bukanlah zaman ini, bukan pula media yang serba canggih yang salah. Manusialah yang seringkali menyalahgunakannya. Yang pasti, zaman yang sedang kita jalani saat ini adalah zaman dimana kita ditantang sebagai persekutuan untuk senantiasa berkomitmen hidup dalam kasih persaudaraan. Sebab, sebagai persekutuan yang percaya kepada Tuhan, kita semua adalah saudara-bersaudara.

Saudara-saudara, Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Persaudaraan adalah ciri utama hidup kekristenan. Orang Kristen yang hidup di berbagai tempat merupakan persekutuan yang tercipta atas dasar semangat persaudaraan seorang dengan yang lain. Sebagai saudara-bersaudara, maka di manapun persekutuan Kristen berada dan berdiam, maka di sana mestilah terjalin persaudaraan. Artinya, persekutuan orang yang percaya kepada Yesus Kristus adalah persekutuan persaudaraan. Kepada orang-orang demikianlah sesungguhnya surat ini ditujukan oleh Petrus. Isinya adalah nasehat supaya sebagai persekutuan, orang-orang percaya di manapun berada tetap dengan konsisten dan dengan berkomitment memelihara persekutuan dengan baik dan benar. Persekutuan tersebut dimulai dari persekutuan rumah tangga, yakni persekutuan yang kokoh dan hidup dalam kasih serta mengasihi. Selanjutnya, kasih dari persekutuan rumah tangga terus terpancar dalam persekutuan yang lebih luas, yakni persekutuan orang percaya yang bersaudara. Bacaan Alkitab saat ini adalah juga bagian dari nasehat bagi kehidupan yang merupakan saudara-bersaudara. Yang pertama; bahwa sebagai persekutuan yang percaya, persaudaraan yang tercipta haruslah semua seia sekata. Seia sekata di sini diartikan sebagai sikap yang menunjuk adanya mufakat dan kesatuan paham serta komitmen bersama untuk bersama-sama di perjalanan, direncana dan di segala hal yang diperjuangkan. Dengan kata lain, bahwa dalam sebuah persekutuan yang dilandasi persaudaraan selalu berjalan bersama untuk kepentingan bersama, bukan sama-sama berjalan karena sama-sama kepentingan. Selanjutnya, bahwa sebuah persekutuan atas dasar persaudaraan, juga harus seperasaan. Seperasaan dalam hal ini bukanlah berarti bahwa semuanya punya perasaan yang sama. Itu tidak mungkin. Tetapi seperasaan di sini adalah bahwa apapun yang dialami oleh masing-masing orang dalam persekutuan yang bersaudara, maka saudara yang lain akan turut merasakannya. Mengasihi saudara-saudara, juga menjadi nasihat Firman Tuhan kepada setiap orang yang hidup di dalam perskeutuan yang bersaudara. Mengasihi saudara-saudara, berarti memberi diri kepada saudara-saudaranya. Kasih adalah memberi. Penyayang dan rendah hati adalah juga prinsip hidup yang dipegang teguh oleh setiap orang yang hidup dalam persaudaraan. Bahwa dengan bersikap dan bersifat penyayang serta memiliki kerendahan hati, maka persekutuan persaudaraan akan benar-benar kokoh dan melahirkan nuansa persekutuan yang benar di hadapan Tuhan Allah.
 Saudara-saudara, dan Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Oleh karena itu, sebagai persekutuan yang dibangun di atas persaudaraan, harus memberkati dan bukan sebaliknya. Petrus mengingatkan bahwa Tuhan Allah memanggil orang-orang kepada-Nya sesungguhnya dimaksudkan agar orang-orang tersebut memberkati. “Diberkati supaya memberkati” adalah konsep kehidupan orang-orang yang hidup dalam persaudaraan. Semua orang yang dipanggil oleh Tuhan masuk dalam persekutuan dengan Dia, sesungguhnya adalah orang-orang yang dipanggil untuk diberkati dan memberkati. Oleh karena itu, jika kita bertanya, mengapa Tuhan memanggil kita ke dalam persekutuan dengan-Nya, jawabannya adalah agar kita diberkati. Mengapa kita diberkati, supaya kita memberkati, sangat mudah memahami maksud dari nasehat Rasul Petrus ini. Tetapi kemudian, apakah yang sering terjadi di dalam sebuah persekutuan? Mengapa persekutuan dapat hancur berkeping-keping dan bahkan bertikai, jawabannya adalah bahwa di sana kasih persaudaraan telah sirna. Kasih persaudaraan, Nampak jelas ketika setiap orang di dalamnya seia sekata, seperasaan, mengasihi, penyayang dan rendah hati. Jika salah satu dari hal ini tidak ada dalam persekutuan, maka saat itulah persekutuan itu akan menjumpai kehancurannya. Jika dalam persekutuan tidak ada prinsip untuk saling memberkati, maka saat itu pulalah persekutuan itu hambar dan tiada dasar yang kokoh dan teguh.
Oleh karena itu, jika Tuhan Allah memanggil kita ke dalam persekutuan ini, maka Tuhan Allah Allah menghendaki agar kita menjadi persekutuan yang bersaudara, seia sekata, seperasaan, saling mengasihi, penyayang dan rendah hati. Di saat prinsip hidup seperti ini terjadi di persekutuan, maka berkat Tuhan sungguh terbukti disana. Seorang dengan yang lain niscaya saling memberkati karena Tuhan telah dan akan senantiasa memberkati. Terpujilah Tuhan Allah. Amin





Bacaan Alkitab: Kej. 11: 1- 9
Saudara-saudara, Peserta persidangan Yang Dikasihi Tuhan
Yesus Kristus
  Sinear atau Babel, merupakan kota tertua dan pertama di dunia setelah berakhirnya musibah air bah sesuai dengan kesaksian Alkitab. Di tempat inilah pertama kali kota didirikan yang dikelilingi tembok yang terbuat dari batu bata, dalam arti, pembangunan kota itu lebih telah lebih maju.  Di Palestina pada zamannya, hal yang membedakan kota dan desa bukanlah jumlah penduduk atau luas wilayahnya, melainkan temboknya, yang kadang-kadang rangkap, dengan rumah-rumah yang dibangun di antara tembok luar dan dalam, sedangkan di luarnya terdapat kelompok-kelompok pedesaan yang memasok kota dengan perbekalan dan tenaga kerja. Tembok-tembok kota dilengkapi dengan pintu-pintu gerbang untuk keluar masuk. Pintu-pintu gerbang ini merupakan bagian penting, namun juga merupakan tempat yang paling mudah bagi musuh untuk menerobos, dan karena itu oleh penduduknya diberi benteng yang kokoh. Areal pintu gerbang sering digunakan untuk berbagai pertemuan dan sidang pengadilan. Di luar tembok, terdapat mata air yang dapat disadap untuk mensuplai air ke kota melalui terowongan. Di dalam kota tersebut juga biasanya dibangun menara-menara baik sebagai tempat mengawasi kota, maupun sebagai simbol kemegahan kota itu.Peradaban baru paska air bah, ternyata mengandung kisah yang sangat menarik untuk disimak dan direnungkan dalam kehidupan persekutuan orang-orang percaya. Yang pertama, dalam peradaban umat manusia tersebut, demokrasi telah berlaku. Alkitab tidak mencatat bahwa mereka punya seorang pemimpin, yang ada adalah sistem demokrasi yang mereka terapkan dalam kebersamaan mereka. Yang kedua, mereka sedang mencari identitas diri, yakni sedang mencari satu nama.
 Saudara-saudara, Peserta persidangan Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Dalam Alkitab, “Nama” sering merupakan metaforis untuk sifat, kedudukan, reputasi, pekerjaan seseorang. “Nama” dalam Alkitab juga bisa menunjuk kepada keturunan atau pengikut seseorang, misalnya pengikut Kristus disebut Kristen. Dari perspektif humanisme, sebenarnya tujuan umat yang di Sinear itu pada dasarnya adalah baik, yakni mereka hendak membangun satu komunitas yang bersatu, sehingga mereka tidak terserak dengan satu bahasa persatuan. Mereka mencari nama sebagai identitas mereka. Ternyata dalam perencanaan yang dibuat umat tersebut, dikisahkan bahwa Allah melihatnya dan mengacaubalaukannya. Sehingga pada akhirnya umat itu gagal mewujudkan rencana indah mereka. Sekilas ketika kita membaca perikop bacaan Alkitab ini, muncul pertanyaan, di manakah letak kesalahan umat manusia itu sehingga Tuhan Allah mengacaubalaukan rencana manusia tersebut. Orang bisa berkata, “Itu karena manusia hendak membangun menara sampai ke langit (sorga), ingin menjadi sama dengan Allah. Jawaban ini memang adalah benar. Tetapi kita juga perlu melihat dari sisi tindakan umat tersebut dalam hal menyepakati sesuatu yang bersangkut paut dengan kehidupan mereka. Apa yang terjadi pada umat di Sinear menjadi peringatan bagi setiap umat percaya dalam persekutuannya masa kini, bahwa kenyataannya kesepakatan bersama melalui suara terbanyak belum tentu menjadi jaminan dalam keberlangsungan sebuah persekutuan umat Tuhan.
Saudara-saudara, Peserta persidangan Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus         Dalam Teologi Kristen kita mengenal “Theokrasi, yakni Kepemimpinan/pemerintahan Allah, maupun Kristokrasi (Kepemimpinan/pemerintahan Kristus)”, yang secara sederhana dapat diartikan bahwa dalam kehidupan persekutuan Kristen kepemimpinan tertinggi ada di tangan Allah atau Kristus. Namun, ketika diperhadapkan pada realitas hidup di dunia ini, kita berjumpa dan mau tidak mau harus menerima berbagai sistem dalam organisasi, seperti misalnya semboyan yang berkata,: vox populi vox dei (suara rakyat adalah suara Tuhan)”, atau musyawarah untuk mufakat, dan sistem lainnya. Sistem ini juga diberlakukan dalam kehidupan di Sinear seperti yang disaksikan Alkitab saat ini. Mereka bersepakat dalam mewujudkan cita-cita mereka sebagai kumpulan umat. Mereka memimin hidup mereka sendiri berdasarkan kesepakatan mereka semata. Tidak ada Tuhan di sana yang dijadikan sebagai pemimpin. Maka, kekeliruan besar umat di Sinear adalah bahwa mereka tidak menjadikan Tuhan Allah sebagai pemimpin hidup mereka. Kisah ini, sebaiknyalah menggugah kehidupan kita sebagai persukutuan umat Tuhan yang percaya. Bahwa apapun yang menjadi kesepakatan kita, mestilah merupakan kehendak Tuhan Allah. Umat yang menjadikan Tuhannya sebagai pemimpin kehidupannya niscaya tidak akan tercerai berai oleh perbedaan yang ada, tetapi tetap bersatu di dalam kepelbagaian, termasuk perbedaan setiap pendapat di tengah persekutuan. Kehendak Tuhan Allah menjadi keputusan di atas segala-galanya, termasuk di atas kesepakatan bersama yang dibuat. Tuhan memberkati kita. Amin

Catatan:

Demokrasi: pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat; bentuk pemerintahan yang segenap rakyat turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya; gagasan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan dalam suatu pemerintahan.

“Dosa umat di wilayah Sinear ialah keinginan untuk menguasai dunia dan nasib mereka terlepas dari Allah melalui kesatuan organisatoris, kuasa, dan keberhasilan besar yang berpusatkan manusia. Tujuan ini berlandaskan kesombongan dan pemberontakan terhadap Allah. Allah membinasakan usaha ini dengan memperbanyak bahasa sehingga mereka tidak bisa berkomunikasi satu dengan yang lain”

























Bacaan Alkitab: Yesaya 61: 10-11
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
            Sukacita atau kegembiraan yang terjadi dalam diri hidup orang-orang percaya kepada Tuhan Allah, sesungguhnya adalah sukacita iman, yakni sukacita yang didasari dan diwarnai dengan sikap tunduk dalam kerendahan memuji Tuhannya. Sukacita seperti ini jelaslah sangat berbeda dengan perasaan sukacita yang terjadi dan dialami oleh orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Sukacita orang percaya tersebut lahir dan diungkapkan atas dasar pengakuan bahwa Tuhan Allah telah, sedang dan akan berkarya di tengah kehidupannya, itulah kemudian yang kita kenal dan sebut sebagai ucapan syukur. Ucapan syukur selalu dan memang harus diwarnai dengan sukacita iman, sehingga ditindakan bersyukur tersebut yang ada adalah sukaria, kendatipun perjalanan dan tantangan hidup masih harus dihadapi di depan. Melalui bacaan kita saat ini, dijelaskan bahwa Yesaya bersaksi bahwa Roh Tuhan ada padaNya, kehadiran Roh Tuhan tersebut mengubah suasana dan kondisi hidup. Umat Israel yang kala itu dalam pergumulan hidup yang berat, yakni hidup di pembuangan di Babel diberikan janji penyelamatan. Yesaya bersukacita di dalam Tuhan dan bersorak-sorai di dalam Allahnya. Apakah yang terjadi sehingga Yesaya bersukaria dan bersorak-sorai? Karena Yesaya mengaminkan sungguh bahwa Tuhan Allah memberikan kelepasan kepada umatNya di perjalanan dan perjuangan hidup yang berat tersebut.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
            Tahun rahmat Tuhan yang merupakan pemberitaan Yesaya di akhir-akhir kitab ini merupakan nubuatan bagi setiap umat Tuhan bahwa Tuhan Allah tidak selamanya membiarkan umatNya berada di dalam lembah beban kehidupan. Tuhan Allah senantiasa setia menyertai umatNya di segenap perjalanan hidup mereka. jika Yesaya berkata bahwa dirinya bersukaria dan bersorak-sorai, itu semua terjadi di dalam dan oleh Tuhan Allah. Nabi Yesaya bersaksi, bahwa sebab ia bersukaria dan bersorak-sorai ialah karena Tuhan mengenakan pakaian keselamatan kepadanya dan menyelubungi dia dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan di kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya. Mengenakan Pakaian keselamatan dan jubah kebenaran menunjuk pada tindakan Allah yang memberikan identitas baru kepada umatNya. Identitas baru yang Tuhan berikan adalah umat yang ditebus dengan cara pembebasan mereka dari pembuangan dan perbudakan. Mereka diubah, tidak lagi menjadi umat yang terbuang. Mereka akan dibawa pulang ke negeri mereka dan menjadi umat yang merdeka. Mereka juga menjadi umat yang dibenarkan oleh Tuhan Allah, maka mereka akan hidup dalam kebenaran Allah. Pakaian keselamatan dan jubah kebenaran yang dikenakan Tuhan kepada Yesaya disaksikan bagaikan laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya. Gambaran ini menunjuk kepada besarnya sukacita yang terjadi di dalam hidup Yesaya.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
            Suasana sukacita pengantian, dalam tradisi umat Israel adalah suasana sukcita yang luar biasa besarnya. Ketika pengantin laki-laki mengenakan perhiasan kepala, maka saat itu dia akan seperti raja di kumpulan acara nikah tersebut. Dia akan diistimewakan dan diberikan pelayanan yang luar biasa. Perhiasan di kepala pengantin laki-laki menunjuk pada suasana kegirangan yang luar biasa, bahwa ketika seorang laki-laki Israel telah mengenakan perhiasan kepala, maka saat itu dia telah disahkan untuk mengambil mempelai perempuan untuk menjadi istrinya, artinya bahwa mengenakan perhiasan kepala adalah tanda bahwa seorang pengantin laki-laki telah diakui dan direstui untuk menerima mempelai/pengantin perempuan.; demikian juga seorang pengantin perempuan, ketika ia mengenakan perhiasannya, maka di sana akan lahir suasana hati yang luar biasa senangnya. Yesaya menubuatkan suasana hidup seperti ini terjadi di kehidupan umat Tuhan. Seperti bumi memancarkan tumbuh-tumbuhan dan seperti kebun menumbuhkan benih yang ditaburkan demikianlah Tuhan Allah akan menumbuhkan kebenaran dan puji-pujian di depan semua bangsa-bangsa. Artinya bahwa sukacita yang dialami umat Tuhan, siapapun dia adalah sukacita yang besar, yakni bahwa kebenaran lahir atau muncul dari suasana hidup yang mustahil untuk hal tersebut. Kebenaran Tuhan akan lahir dan tegak, sebagai dasar pembenaran dan keselamatan bagi umatNya. Kebenaran Tuhan tersebutlah kemudian yang harus dipahami dan diamini lahir, tumbuh dan terus hidup di dalam kehidupan umat Tuhan. Inilah sukacita iman orang percaya yang diwujudkan dalam ucapan syukur.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
            Ucapan syukur mesti diwarnai sukaria dan sorak-sorai di dalam Tuhan, sembari mengaminkan bahwa Tuhan Allah lah yang telah bertindak, mengenakan pakaian keselamatan dan jubuh kebenaran kepada umatNya sehingga umat Tuhan adalah umat yang menerima kasih karunia dari Tuhan, lewat penebusan dan pembenaran serta penyertaanNya. Jika keluarga bersyukur saat ini di sini, ucapan syukur ini juga harus diaminkan sebagai bentuk pengagungan kita kepada Tuhan Allah yang telah dan senantiasa memberikan keselamatan dan membenarkan keluarga di perjalanan hidup Rumah tangga mereka selama ini. Maka ingatlah, bahwa ketika Tuhan Allah memberikan keselamatan, membenarkan dan menyertai serta memberikan sukacita yang begitu besar, Dia pun mengingatkan kita bahwa kebenaran Allah tersebut selalu dan harus senantiasa hidup di dalam hidup kita. Amin


Bacaan Alkitab: Yesaya 61: 10-11
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
          Sukacita atau kegembiraan yang terjadi dalam diri hidup orang-orang percaya kepada Tuhan Allah, sesungguhnya adalah sukacita iman, yakni sukacita yang didasari dan diwarnai dengan sikap tunduk dalam kerendahan memuji Tuhannya. Sukacita seperti ini jelaslah sangat berbeda dengan perasaan sukacita yang terjadi dan dialami oleh orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Sukacita orang percaya tersebut lahir dan diungkapkan atas dasar pengakuan bahwa Tuhan Allah telah, sedang dan akan berkarya di tengah kehidupannya, itulah kemudian yang kita kenal dan sebut sebagai ucapan syukur. Ucapan syukur selalu dan memang harus diwarnai dengan sukacita iman, sehingga ditindakan bersyukur tersebut yang ada adalah sukaria, kendatipun perjalanan dan tantangan hidup masih harus dihadapi di depan. Melalui bacaan kita saat ini, dijelaskan bahwa Yesaya bersaksi bahwa Roh Tuhan ada padaNya, kehadiran Roh Tuhan tersebut mengubah suasana dan kondisi hidup. Umat Israel yang kala itu dalam pergumulan hidup yang berat, yakni hidup di pembuangan di Babel diberikan janji penyelamatan. Yesaya bersukacita di dalam Tuhan dan bersorak-sorai di dalam Allahnya. Apakah yang terjadi sehingga Yesaya bersukaria dan bersorak-sorai? Karena Yesaya mengaminkan sungguh bahwa Tuhan Allah memberikan kelepasan kepada umatNya di perjalanan dan perjuangan hidup yang berat tersebut.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
        Tahun rahmat Tuhan yang merupakan pemberitaan Yesaya di akhir-akhir kitab ini merupakan nubuatan bagi setiap umat Tuhan bahwa Tuhan Allah tidak selamanya membiarkan umatNya berada di dalam lembah beban kehidupan. Tuhan Allah senantiasa setia menyertai umatNya di segenap perjalanan hidup mereka. jika Yesaya berkata bahwa dirinya bersukaria dan bersorak-sorai, itu semua terjadi di dalam dan oleh Tuhan Allah. Nabi Yesaya bersaksi, bahwa sebab ia bersukaria dan bersorak-sorai ialah karena Tuhan mengenakan pakaian keselamatan kepadanya dan menyelubungi dia dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan di kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya. Mengenakan Pakaian keselamatan dan jubah kebenaran menunjuk pada tindakan Allah yang memberikan identitas baru kepada umatNya. Identitas baru yang Tuhan berikan adalah umat yang ditebus dengan cara pembebasan mereka dari pembuangan dan perbudakan. Mereka diubah, tidak lagi menjadi umat yang terbuang. Mereka akan dibawa pulang ke negeri mereka dan menjadi umat yang merdeka. Mereka juga menjadi umat yang dibenarkan oleh Tuhan Allah, maka mereka akan hidup dalam kebenaran Allah. Pakaian keselamatan dan jubah kebenaran yang dikenakan Tuhan kepada Yesaya disaksikan bagaikan laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya. Gambaran ini menunjuk kepada besarnya sukacita yang terjadi di dalam hidup Yesaya.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
        Suasana sukacita pengantian, dalam tradisi umat Israel adalah suasana sukcita yang luar biasa besarnya. Ketika pengantin laki-laki mengenakan perhiasan kepala, maka saat itu dia akan seperti raja di kumpulan acara nikah tersebut. Dia akan diistimewakan dan diberikan pelayanan yang luar biasa. Perhiasan di kepala pengantin laki-laki menunjuk pada suasana kegirangan yang luar biasa, bahwa ketika seorang laki-laki Israel telah mengenakan perhiasan kepala, maka saat itu dia telah disahkan untuk mengambil mempelai perempuan untuk menjadi istrinya, artinya bahwa mengenakan perhiasan kepala adalah tanda bahwa seorang pengantin laki-laki telah diakui dan direstui untuk menerima mempelai/pengantin perempuan.; demikian juga seorang pengantin perempuan, ketika ia mengenakan perhiasannya, maka di sana akan lahir suasana hati yang luar biasa senangnya. Yesaya menubuatkan suasana hidup seperti ini terjadi di kehidupan umat Tuhan. Seperti bumi memancarkan tumbuh-tumbuhan dan seperti kebun menumbuhkan benih yang ditaburkan demikianlah Tuhan Allah akan menumbuhkan kebenaran dan puji-pujian di depan semua bangsa-bangsa. Artinya bahwa sukacita yang dialami umat Tuhan, siapapun dia adalah sukacita yang besar, yakni bahwa kebenaran lahir atau muncul dari suasana hidup yang mustahil untuk hal tersebut. Kebenaran Tuhan akan lahir dan tegak, sebagai dasar pembenaran dan keselamatan bagi umatNya. Kebenaran Tuhan tersebutlah kemudian yang harus dipahami dan diamini lahir, tumbuh dan terus hidup di dalam kehidupan umat Tuhan. Inilah sukacita iman orang percaya yang diwujudkan dalam ucapan syukur.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
          Ucapan syukur mesti diwarnai sukaria dan sorak-sorai di dalam Tuhan, sembari mengaminkan bahwa Tuhan Allah lah yang telah bertindak, mengenakan pakaian keselamatan dan jubuh kebenaran kepada umatNya sehingga umat Tuhan adalah umat yang menerima kasih karunia dari Tuhan, lewat penebusan dan pembenaran serta penyertaanNya. Jika keluarga bersyukur saat ini di sini, ucapan syukur ini juga harus diaminkan sebagai bentuk pengagungan kita kepada Tuhan Allah yang telah dan senantiasa memberikan keselamatan dan membenarkan keluarga di perjalanan hidup Rumah tangga mereka selama ini. Maka ingatlah, bahwa ketika Tuhan Allah memberikan keselamatan, membenarkan dan menyertai serta memberikan sukacita yang begitu besar, Dia pun mengingatkan kita bahwa kebenaran Allah tersebut selalu dan harus senantiasa hidup di dalam hidup kita. Amin

Bacaan Alkitab: 111:1-5
Saudara-saudara, Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Siapakah yang tidak bersukacita apabila telah menerima dan dapat menikmati berkat Tuhan dalam hidup ini? Semua orang pasti merasa gembira dan senang. Akan tetapi bagaimana kemudian luapan kegembiraan dan sukacita tersebut diekspressikan, itulah yang menentukan nilainya. Mengucap syukur adalah satu-satunya ekspresi iman dari rasa gembira dan sukacita dalam hidup orang yang percaya kepada Tuhan Allah. Sebab ucapan syukur hanyalah dialamatkan dan ditujukan kepada Tuhan Allah semata. Ucapan syukur adalah tindakan penyembahan yang bertujuan memuliakan Tuhan Allah atas dasar pengakuan yang lahir dari perenungan bahwa Tuhan Allah telah berkarya dikehidupannya. Kemudian mengucap syukur adalah muara dari pengalaman iman setiap orang percaya, yang dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk aktivitas beriman, tetapi tetap didasari dengan tindakan beribadah memuliakan Tuhan Allah.
Saudara-saudara, Keluarga, Rukun Langowan Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
       Mazmur 111 yang menjadi bacaan kita saat ini, merupakan bentuk ekspresi bersyukur dari seorang yang percaya kepada Tuhan Allah, bahwa ia telah menerima dan dapat menikmati anugerah Tuhan Allah dalam hidupnya. Anugerah Tuhan tersebut sempurna dalam hidupnya. Bentuk syukur yang dikumandangkan pemazmur bukanlah bentuk syukur seorang diri dan dengan diam-diam. Pemazmur besyukur kepada Tuhan Allah dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam Jemaah. Sikap bersyukur pemazmur ini, hendak menegaskan bahwa mengucap syukur kepada Tuhan Allah bukan sekedar tindakan pribadi berterimakasih kepada Tuhan, tetapi lebih dari itu, bahwa mengucap syukur adalah juga bentuk kesaksian kepada banyak orang dengan maksud supaya orang lainpun menyadari dan mengakui serta memuliakan Tuhan Allah sebagai sumber segala anugerah bagi manusia. Sehubungan dengan ucapan syukur saat ini, marilah kita mendalami Firman Tuhan ini dengan seksama. Pertama-tama, melalui kesaksian pemazmur ini, kepada kita sekalian ditegaskan bahwa setiap ucapan syukur yang disampaikan kepada Tuhan Allah haruslah dengan segenap hati. Ini syarat mutlah yang harus dipenuhi ketika seseorang mengucap syukur kepada Tuhan. Yang dimaksud dengan segenap hati ialah bahwa dengan sebulat hati, hati yang tertuju penuh kepada Tuhan Allah. Sehingga ucapan syukur tersebut benar-benar hanya dan demi kemuliaan Tuhan, bukan yang lain. Selanjutnya ucapan syukur harus pula dilakukan di tempat dan suasana yang benar. Yakni dilingkungan orang-orang benar dan dalam Jemaah. Arti orang-orang benar di sini ialah orang-orang yang memiliki maksud dan tujuan yang sama yakni untuk memuliakan Tuhan Allah. Orang-orang benar juga menunjuk kepada kumpulan orang-orang yang memiliki prinsip hidup yang sama yakni mengakui bahwa segala hal yang diterima dan dinikmati di dalam hidup ini adalah semata-mata karena kasih anugerah Tuhan Allah. Dan dalam Jemaah menunjuk bahwa ucapan syukur yang dilakukan dalam persekutuan orang-orang yang terikat dalam kasih seorang dengan yang lain serta bersama-sama mengasihi.
 Saudara-saudara, Keluarga, Rukun Langowan Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
       Selanjutnya marilah kita renungkan apakah sesungguhnya yang mendorong Pemazmur mengucap syukur kepada Tuhan melalui bacaan kita saat ini. Yang pertama yang mendorong Pemazmur bersyukur adalah ia menemukan di dalam perenungannya perbuatan-perbuatan Tuhan. Perbuatan-perbuatan Tuhan tersebut adalah kebenaran dan keadilan.  Perbuatan Tuhan itu ajaib dan dijadikan-Nya sebagai peringatan. Selanjutnya, yang melatarbelakangi Pemazmur bersyukur adalah pekerjaan Tuhan yang agung dan bersemarak dan keadilan-Nya kekal. Tuhan pun memberikan rezeki kepada kepada orang-orang yang takut akan Dia dan Tuhan senantiasa mengingat perjanjian-Nya selama-lamanya. Perbuatan-perbuatan apakah yang dilakukan Tuhan dalam hidup orang yang percaya kepada-Nya, yang utama ialah bahwa Tuhan memberikan jaminan hidup kepada umat-Nya. Jaminan hidup tersebut diwujudkan dalam totalitas hidup umat-Nya, baik kebutuhan rohani maupun kebutuhan jasmani. Perbuatan-perbuatan Tuhan dalam hidup umat-Nya terwujud di segala bidang.
Umur yang bertambah, rezeki yang diperoleh, kasih sayang yang dirasakan dan jaminan penggenapan janji adalah bentuk-bentuk perbuatan Tuhan dalam hidup umat-Nya.
 Saudara-saudara, Keluarga, Rukun Langowan Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
       Jika saat ini, kita boleh bersyukur dengan tujuan dan dengan semangat iman yang sama yakni untuk memuliakan Tuhan di dalam persekutuan keluarga, rukun dan jemaat yang percaya kepada Tuhan Allah, maka sesungguhnya kita sedang mengekspresikan muara iman kita sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Allah. Terpujilah Tuhan Allah. Amin