Kamis, 03 Oktober 2013

bendrio sibarani: integritas Pemimpin Kristen

bendrio sibarani: integritas Pemimpin Kristen: INTEGRITAS PEMIMPIN KRISTEN Pdt. Bendrio P. Sibarani [1] Pengantar             Pertama-tama, saya patut memberikan apresiasi kep...

integritas Pemimpin Kristen

INTEGRITAS PEMIMPIN KRISTEN
Pdt. Bendrio P. Sibarani[1]

Pengantar
            Pertama-tama, saya patut memberikan apresiasi kepada Senat Mahasiwa untuk periode ini, sebab selama ini Senat mahasiswa dalam program-programnya kurang memberi perhatian khususnya yang bertemakan “Kepemimpinan”. Semoga ke depan program seperti ini akan dilaksanakan secara berkelanjutan sehingga melalui organisasi ini, lahir pemimpin-pemimpin Kristen yang berkualitas. Berbicara tentang kepemimpinan yang berkualitas, itu berarti tak bisa tidak, kita harus berbicara tentang integritas. Krisis integritas pemimpin dewasa ini menjadi masalah besar dalam dinamika kehidupan manusia. Sangat sulit mencari orang yang saleh, benar, jujur, setia, tulus hati dan bertanggung jawab. Tidak jarang telinga kita mendengar kicauan para pemimpin (politik maupun pemimpin agama) yang mengembar-gemborkan janji-janji palsu dan program-program politik maupun keagamaan demi sebuah jabatan tertentu. Tetapi setelah itu, semuanya menjadi sirna, dilupakan dan hambar ketika telah berhasil menduduki kursi jabatan yang diimpikannya. Bukan karena mereka tidak memiliki visi dan misi, tetapi karena miskin dan rendahnya integritas. Rendahnya integritas yang dimiliki seorang pemimpin dapat melumpuhkan visi dan misi yang dimilikinya.
            Bukan hanya dalam kepemimpinan sebuah organisasi, tetapi juga dalam memimpin diri sendiri, masalah integritas seringkali dipertanyakan pada setiap orang, termasuk mahasiswa Teologi yang adalah pemimpin bagi dirinya dan yang sedang dipersiapkan menjadi pemimpin umat ke depan. Sebab, orang yang tidak berhasil memimpin diri tidak layak menjadi pemimpin bagi orang lain. Sesuai tema yang diberikan kepada saya, yakni “Integritas Pemimpin Kristen”, maka pertama-tama kita perlu mengerti arti dan definisi tema ini.

 Integritas
            Secara sederhana arti kata “integritas” dapat dimengerti sebagai “keadaan yang sempurna, di mana perkataan dan perbuatan menyatu dalam diri seseorang”. Kata integritas berasal dari kata sifat Latin “integer” (utuh, lengkap). Dalam konteks ini, integritas adalah rasa batin “keutuhan” yang berasal dari kualitas seperti kejujuran dan konsistensi karakter. Secara definisi kata integritas berasal dari bahasa Inggris yakni “integrity”, yang berasal dari akar kata “integer” yang berarti “menyeluruh, lengkap atau segalanya”. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, “Integritas” diartikan sebagai keterpaduan, kebulatan, keutuhan, jujur dan dapat dipercaya. Ini berarti bahwa orang yang memiliki integritas adalah orang yang memiliki keutuhan yakni satunya kata dan tindakan, jujur dan dapat dipercaya.[2].
Jhon Stott pernah menuliskan demikian, “Integritas adalah ciri orang-orang yang terintegrasi secara selaras, yang di dalam dirinya tidak ada dikotomi antara kehidupan pribadi dan kehidupan di muka umum, antara yang disaksikan dan yang diterapkan, antara yang diucapkan dan yang dilakukan.[3] Maksudnya, keselarasan antara perkataan dan perbuatan itu harus menjadi ciri khas orang-orang yang hidup terintegrasi. Integritas sebagai karakter bukanlah dilahirkan atau ada dengan sendirinya, melainkan merupakan hasil dari pengembangan diri tahap demi tahap dalam kehidupan seseorang, melalui kehidupan yang mau  belajar dan terus belajar. Integritas merupakan modal utama bagi seorang pemimpin. Untuk itu, syarat utama bagi seorang pemimpin ialah harus memiliki integritas.
               Jadi dapat disimpulkan bahwa integritas adalah kesesuaian atau kebersamaan antara perkataan dan perbuatan. Integritas bukan apa yang kita lakukan, tetapi siapa kita sesungguhnya.

Pemimpin Kristen
               Istilah pemimpin, kepemimpinan, dan memimpin pada berasal dari kata dasar yang sama "pimpin". Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda. Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan tidak bisa dimiliki oleh orang yang bukan "pemimpin". Menurut Kartini Kartono, pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan[4].
               Menurut Henry Pratt Faiechild Pemimpin dalam pengertian ialah seorang yang dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan dan posisi. Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang yang membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya dan akseptansi/ penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.[5].
               Dari pengertian-pengertian tentang pemimpin di atas, maka Pemimpin Kristen adalah seseorang yang dipanggil Allah sebagai pemimpin, yang ditandai oleh kapasitas memimpin, untuk memimpin suatu kelompok umat- Nya untuk mencapai tujuan yang dikehendaki Tuhan Allah. Panggilan Allah kepada seseorang untuk menjadi pemimpin adalah bersifat mutlak (Yoh 3: 27) di mana panggilan Allah merupakan dasar kepemimpinan seorang pemimpin. Karena Allah memanggil, maka mereka yang terpanggil menemukan diri terpanggil kepada tugas kepemimpinan. Dalam sejarah kehidupan Israel, pada suatu saat Israel menginginkan adanya seorang raja (I Sam 8) sebagaimana layaknya bangsa-bangsa yang ada di sekeliling mereka. Permintaan ini mendukacitakan Samuel yang mempunyai kedudukan sebagai Hakim pada waktu itu. Tetapi Allah berfirman kepada Samuel untuk menerima permintaan Israel sebab bukannya Samuel yang mereka tolak melainkan Allah (I Sam 8:6-7). Permintaan untuk mengadakan seorang raja, adalah perbuatan suatu dosa di mata Tuhan (I Sam 12:19). Itulah sebabnya meskipun di antara Israel memerintah seorang raja, tetapi Raja Israel atau Pemimpin sesungguhnya adalah Tuhan Allah sendiri.
               Istilah lain yang sering dipakai untuk memberi identitas kepada seorang pemimpin dalam Alkitab adalah "Gembala". Konsep Gembala ini lebih mengena untuk seorang pemimpin. Bobot dari kata Gembala ini tercermin dalam tingkah laku seorang pemimpin yang dikehendaki oleh Allah. Dan memang benar, karena tingkah laku seorang gembala tidak menggambarkan hierarkis yang ketat, tetapi hubungan yang intim. Tuhan Yesus dalam Yohanes 10:14 berkata: "Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku". Pendekatannya bukan pendekatan kekuasaan, tetapi pendekatan sahabat. Ini berarti seorang pemimpin Kristen bukanlah pemimpin yang harus ditinggikan di atas yang lain, melainkan yang mau mendorong, memberi teladan, membimbing dan membangkitkan tanggungjawab semua anggota yang dipimpin agar berfungsi atau berperan secara aktif di dalam usaha pencapaian tujuan bersama.
               Dari paparan singkat di atas dapatlah disarikan pengertian bahwa pemimpin Kristen itu sebagai seni/usaha untuk mempengaruhi dan membimbing orang-orang (perorangan atau kelompok) yang didasarkan pada kasih dan ketaatan kepada Allah, untuk bekerjasama dalam rangka menjawab kebutuhan dan pencapaian tujuan bersama. Untuk itu faktor utama yang harus dimiliki seorang pemimpin Kristen adalah: Integritas.  Paulus pernah menasehati Timotius, “Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu.” (I Tim. 4:16). 

Menjadi Pemimpin Kristen Yang Berintegritas
               Jika integritas dapat disimpulkan sebagai keutuhan yang melibatkan seluruh aspek kehidupan yang dinyatakan dalam kesatuan antara perkataan dan perbuatan, di mana dan apa yang  dikatakan oleh pemimpin itulah yang dilakukannya, sehingga ia dapat dipercaya, disegani dan dihormati oleh orang-orang yang dipimpinya, maka integritas bagi seorang pemimpin merupakan alat yang sangat kuat untuk memimpin dan dapat meningkatkan kredibilitasnya di mata orang-orang yang dipimpinnya. Secara umum seorang pemimpin yang memiliki integritas, memiliki ciri, antara lain;
1.      Memiliki ketulusan
               Pemimpin yang tulus adalah pemimpin yang memiliki motivasi yang murni. Kemurnian dari motivasi pemimpin dapat ditunjukan melalui transparansi hidup, kerelaan hati dan keterusterangan. Pemimpin yang hidup transparan atau terbuka tidak memiliki sesuatu yang perlu disembunyikan atau ditakuti. Hidup mereka yang transparan bagai surat yang terbuka. Surat Paulus kepada jemaat Korintus, mengatakan “Kamu adalah surat pujian kami yang ditulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang (2 Korintus 3:3).”
               Pemimpin yang berintegritas selalu memiliki kerelaan hati. Kerelaan hati yang diperlihatkan oleh pemimpin dapat dilihat ketika ia memberikan yang terbaik kepada organisasinya maupun orang-orang yang dipimpinnya. Pemberian yang terbaik dapat berupa waktunya, perhatiannya, tenaganya dan pikirannya untuk memajukan organisasi yang dipimpinnya tanpa menuntut imbalan yang harus ia terima. Pemimpin yang tulus akan senantiasa hidup dalam kejujuran. Kejujuran menyatakan satu kata satu perbuatan. Kejujuran dan ketegasan dalam sikap adalah bagian yang sangat penting dari kehidupan seorang pemimpin. Matius 5: 37, mengatakan “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.”

2.       Memiliki konsistensi
               Integritas yang baik dalam diri pemimpin diwakili oleh tingkah laku yang baik. Tingkah laku pemimpin dapat diukur dari apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan pada saat benar-benar sendirian. Pemimpin yang memiliki konsistensi dapat dinyatakan melalui komunikasi. Komunikasi yang dibangun adalah komunikasi yang dilakukan secara dua arah, di mana pemimpin tidak hanya memikirkan dan menghendaki keinginan dan kemauannya yang didengar dan diterima oleh orang lain, tetapi ia juga harus bisa menerima keinginan dan kemauan dari orang lain. Kamunikasi dua arah menghindarkan pemimpin dari rasa superior dan dapat menjadi bahan evaluasi diri dalam mengembangkan kelebihan dan meminimalisir kekurangan-kekurangan yang ada. Pemimpin yang memiliki konsitensi dapat dilihat dari tanggung jawab dalam mengatur semua hal yang dipercayakan kepadanya.
3.      Memiliki keandalan
               Keandalan dapat ditemukan lewat kekudusan, kesetiaan, dan pengetahuan akan firman Allah dari kehidupan pemimpin. Kekudusan berbicara tentang kerakter Allah, di mana Allah itu kudus dan Ia terpisah dari dosa. Pemimpin harus hidup dalam kekudusan, dengan demikian ia hidup sesuai dengan karakter yang dikehendaki Allah yang akan mendatangkan reputasi yang baik. Reputasi yang baik membuat pemimpin dapat diandalkan, demikian sebaliknya. Selain kekudusan, pemimpin yang dapat diandalkan adalah pemimpin yang memiliki kesetiaan. Kesetiaan yang dimaksud adalah pemimpin memiliki loyalitas dan komitmen kepada Tuhan, organisasi, dan orang-orang yang dipimpin. Loyalitas dan komitmen pemimpin akan teruji melalui setiap tantangan dan hambatan dalam kepemimpinannya. Keandalan yang terakhir dari pemimpin adalah pengetahuan akan firman Tuhan. Pemimpin harus memiliki pengetahuan yang benar dan lengkap akan firman Tuhan.

Penutup
               Membentuk seseorang menjadi pemimpin yang berintegritas tidaklah mudah karena membutuhkan proses panjang dan terencana. Makin dini proses ini dilakukan, makin besar kemungkinan seseorang menjadi pemimpin yang setia kepada Tuhan, yakni pemimpin Kristen yang berintegritas. Dalam 1 Kor 3:10, Rasul Paulus menulis “....aku.....telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.” Ayat ini mengingatkan kita semua bahwa kewajiban kita bukan hanya meletakkan dasar-dasar iman saja, tetapi kita khususnya Mahasiswa-mahasiswa Teologi dipanggil untuk terus membangun diri menjadi pemimpin sesuai dengan kapasitas yang Tuhan percayakan dalam diri kita masing-masing. Dalam 2 Korintus 10 ada empat hal utama yang perlu kita bangun untuk mempersiapkan pemimpin yang berintegritas yaitu Kristus sebagai model; Injil atau Firman Tuhan sebagai dasar dan diterapkan dalam praktek kehidupan sehari-hari; Tubuh Kristus sebagai tujuan panggilan agar membuat sasaran dan perencanaan kepemimpinan tidak lagi berorientasi pada diri sendiri tetapi semuanya ditujukan kepada Kristus; dan yang terakhir adalah sebagaimana tertulis dalam Filipi 2: 5, yaitu memiliki pikiran dan perasaan Kristus. Selamat melayani Tuhan dengan menjadi pemimpin yang berintegritas.                  


[1]. Disampaikan pada Latihan dasar Kepemimpinan yang diselenggarakan Senat Mahasiswa STT Marturia Palu, Desa Tipo, tanggal 13 September 2013
[2]. W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hal. 384
[3].  Jhon Stott, dalam Jonathan Lamb, Integritas Memimpin di Bawah Pengamatan Tuhan (Jakarta: Perkantas-Divisi Literatur, 2008), hal. 15
[4]. Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan,  (Jakarta: CV.  Rajawali, 1988), hal. 33
[5]. Ibid.