Senin, 31 Oktober 2016

khotbah Minggu



21 Mei
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 17: 22- 31,; Mzm. 66: 8- 20; Yohanes 14: 15- 21
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Penyebaran kekristenan di abad-abad pertama terutama oleh rasul-rasul sesungguhnya lebih difokuskan pada komunitas orang Yahudi yang tersebar di berbagai tempat di wilayah pemerintahan kekaisaran Romawi. Kelompok Yahudi yang mendiami suatu tempat selalu berkelompok dan dengan setia memelihara budaya mereka demikian juga agama mereka. Maka di tiap tempat yang didiami oleh mereka pastilah terdapat Sinagoge, yakni rumah sembahyang mereka. Demikianlah hal dengan Tessalonika di mana Paulus memberitakan Injil Kristus kepada orang-orang Yahudi. Karena di Tessalonika terjadi penghambatan, maka Pauluspun menyingkir ke Berea, tetapi juga demikian. Maka Pauluspun meneruskan perjalanannya ke Athena sembari menunggu kedua rekannya yakni Silas dan Timotius di sana. Di Atena ini, Paulus menyaksikan fenomena beragama yang sangat menarik, demikian juga orang-orangnya yang senang mendiskusikan segala sesuatu yang berbau ajaran. Dalam bacaan kita saat ini, dikatakan bahwa Paulus berdiskusi dengan saudara-saudaranya Orang Yahudi dan orang yang takut akan Allah yang ada di Atena, dia melakukannya baik di rumah ibadat maupun di pasar atau di manapun ia berjumpa dengan mereka. Barangkali karena tidak ada respon dari saudara-saudara ini, maka Pauluspun memutuskan untuk berdiskusi dengan  kelompok atau aliran yakni Epikuros dan Stoa yang ada di Atena. Aliran epikuros sendiri adalah salah satu aliran yang meyakini bahwa kebahagiaan merupakan harta kehidupan yang paling utama. Maka kelompok orang ini sangat giat dan sangat tertarik mendengar dan mendiskusikan berbagai bentuk ajaran demi menemukan kebahagiaan yang mereka pahami. Sedang aliran Stoa memiliki ajaran bahwa kebahagiaan dapat dicapai oleh manusia yang mampu bersikap bebas terhadap kesenangan maupun penderitaan. Atena sesungguhnya adalah kota para dewa. Dikatakan demikian bahwa di tempat ini terdapat begitu banyak patung-patung dewa yang dijadikan sebagai allah yang disembah. Semangat beragama yang tinggi ini sesungguhnya merupakan sarana dan cara mereka untuk mengejar kebahagiaan sebagaimana yang mereka yakini. Walaupun mereka sesungguhnya tidak mengenal Allah yang mereka sembah tersebut.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kesempatan bagi Paulus untuk memberitakan Injil Kristus, lebih terbuka dari kedua golongan ini, yang sudah pasti bukanlah penganut agama Yahudi. Paulus malah mendapat undangan dari kelompok ini karena mereka jelas sangat penasaran dan ingin tahu seperti apa ajaran yang disampaikan Paulus. di atas Aeropagus, yakni di tempat dilaksanakannya musyawarah  dewan di Atena, Paulus menyampaikan Injil keselamatan kepada mereka yakni, Yesus Kristus. Paulus memperkenalkan Allah yang mereka tidak kenal itu, Dialah Yesus Kristus, Tuhan Allah yang bangkit dari kematian. Maka Paulus katakana: Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia (29). Pernyataan ini sangatlah jelas bertolak belakang dengan aktivitas beragama mereka selama ini. Yakni dimana mereka mendirikan patung-patung dari berbagai jenis dan bahan (emas, perak, dll) untuk dijadikan ilah yang dipuja dan disembah. Pikiran yang menyamakan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu ciptaan manusia adalah pikiran bodoh dan gelap. Sehingga itulah sebabnya, Paulus menegaskan bahwa mereka harus keluar dari zaman kegelapan, sebab Kristus Yesus telah datang sebagai terang ilahi yang sesungguhnya. Karena pikiran seperti ini adalah pikiran bodoh dan gelap, maka setiap orang diajaknya untuk bertobat dan meninggalkan pikiran yang demikian. Kenapa? Karena Yesus Kristus akan datang kembali untuk mengadili semua yang hidup dan yang mati.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Sesungguhnya, pengalaman missioner Paulus di Atena, adalah sebuah kontruksi pekabaran Injil yang harus terus diperdengarkan di zaman kita saat ini. Sadar atau tidak sadar, kita sedang berada di zaman yang serba tak teratur. Zaman di mana tidak sedikit orang yang mencari kebahagiaan dirinya sendiri dengan caranya sendiri tanpa menyadari bahwa Tuhan Allah adalah sumber kebahagiaan yang sempurna. Di zaman ini pula kita bisa saja menyaksikan tingginya semangat beragama, tetapi tidak sedikit dari mereka yang tidak mengerti dan mengenal Tuhan yang disembahnya. Akibatnya, masing-masing membentuk konsep dan pemahaman sendiri-sendiri tentang ajaran yang diyakininya dan mengklaim bahwa itu yang paling benar dan ajaran orang lain itu salah. Di zaman ini juga kita dapat menyaksikan, bahwa materialism, yang paham yang menegaskan bahwa materi (harta, uang, emas, perak, dll) adalah segala-galanya dalam hidup ini. Maka tidak sedikit pula orang yang kemudian meletakkan pengharapan dan imannya kepada harta benda alias mempertuhankan harta. Dengan demikian, khotbah Paulus di Epikuros di Atena, juga relevan untuk dikhotbahkan di zaman ini. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa pikiran manusia di zaman ini sungguh tidak sedikit yang gelap dan bodoh. Di samping pikiran yang menjungjung tingg hakekat materi, adapula yang menjadikan ilmu pengetahuan dan sains sebagai tuhan atas hidup mereka. Akibatnya, apapun yang berbau ajaaran agama menjadi sesuatu yang menggelikan.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kita semua berasal dari keturunan Allah, maka harus diaminkan bahwa kita hidup, kita bergerak dan kita ada sebagaimana kita ada itu semua ada di dalam kuasaNya. Manusia, siapapun dia tidak ada yang mampu mengendalikan atau mengatur Tuhan Allah. Semua pikiran kebodohan seperti yang ditemukan Paulus di Atena, tidak boleh ada tempat di dalam hidup orang percaya. Semua kita harus sadar bahwa Tuhan Yesus yang bangkit adalah Tuhan yang hidup yang kali kedua akan datang lagi untuk menghakimi dunia ini. Tuhan Allah yang kita sembah adalah Tuhan yang Maha kuasa, memiliki segala-galanya dan berdaulat atas totalitas kehidupan kita. Sebagaimana kesaksian peMazmur, Dialah Allah yang tidak pernah membiarkan umatNya hidup dalam kegelisahan. Kendatipun ujian diberikanNya, akan tetapi maksud semua perbuatanNya adalah Damai sejahtera bagi hidup umatNya. Yakinlah dan percayalah saudara-saudara, bahwa Yesus Kristus yang bangkit dan hidup yang naik ke Sorga, tidak akan membiarkan kita berjuang dalam iman yang sia-sia, Dia akan senantiasa menyertai kita melalui RohNya dan dalam kebenaranNya kita pasti mampu menemukan kebahagiaan dalam hidup ini. Tentunya, hanya dengan melakukan pertobatan, maka layaklah kita menerima anugerahNya., Maka mari kita bersihkan pikiran kita dari segala jenis pikiran bodoh yang berpikir bahwa Tuhan Allah kita itu seolah-olah mahkluk atau benda yang bisa kita akali, kita dustai atau bahkan kita atur. Marilah saudara-saudaraku, kita tinggalkan semua pikiran yang demikian, marilah kita mencari kebahagiaan hanya di dalam Dia, Tuhan Yesus Kristus dengan cara meninggalkan semua pikiran, tindakan dan perkataan yang bertentangan dengan kehendakNya. Percayalah, saudara-saudara, kebahagiaan hidup hanya ada di dalam Yesus Kristus, sebab Dia sendirilah hidup itu. Amin






25 Juni
Bacaan Alkitab: Kejadian 21: 8- 21; Yeremia 20: 7- 13
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kisah sedih yang dialami Hagar selir Abraham dan anaknya Ismail sesungguhnya adalah kisah yang sangat memilukan. bayangkan saja, bagaimana dia dan anaknya Ismael diusir dari rumah tuannya dan harus mengembara di padang gurun yang panas terik dengan bermodalkan sekirbat air dan roti. Memang agak sulit membayangkan pengalaman hidup seperti ini karena tidak ada dalam budaya kita. Padahal Saralah yang member sendiri hambanya Hagar kepada suaminya Abraham karena ia merasa tak sanggup memberi keturunan kepada suaminya itu. Tetapi kemudian, ketika Sara telah memperoleh anak, maka Hagarpun dan Ismael anaknya diusirnya. Demikianlah memanglah halnya budaya mereka kala itu. Bahwa seorang isteri yang tak mampu memberi keturunan kepada suami bisa saja dengan mudah diceraikan dan mencari isteri yang baru lagi. Nah, salah satu cara mengantisipasi agar jangan sampai diceraikan oleh suami, maka seorang isteri yang tidak dapat member keturunan kepada suaminya akan berupaya memberikan hambanya perempuan guna memperoleh keturunan sehingga generasi keluarga tidak terputus. Persoalan kemudian dapat lahir dari kondisi seperti ini. Yakni budak perempuan biasanya akan merasa lebih tinggi kedudukannya karena bisa hidup bersama dengan suami dari isteri sah dirumah tersebut. Hagar ternyata juga pada perilaku seperti ini, maka sesungguhnya tidak ada damai yang tinggal tetap dalam hidup mereka. Karena Hagar adalah hamba Sara, maka apapun yang dikehendaki Sara atas hambanya tersebut, sepertinya tidak dapat dicegah oleh Abraham, walaupun dia sebenarnya sangat sebal dengan hal itu. Hagar yang adalah seorang budah dan anaknya Ismael yang adalah anak budak harus keluar dari kediaman tuannya. Suatu pengalaman hidup yang amat berat. Tidak memiliki apa-apa, tak tahu harus pergi ke arah mana dan hidup dengan siapa, Hagarpun pergi tanpa masa depan.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Perjalanan hidup Hagar yang sungguh amat berat tersebut, akhirnya tiba pada keputusasaan. Setelah kirbat yang dibawanya kosong dan panas terik menyengat di padang gurun, kematianpun seakan menjemput. Hagar menyerah, iapun membuang Ismael anaknya di semak-semak karena ia tidak tega melihat dan menyaksikan anak semata wayangnya itu mati kehausan di bawah terik matahari. Dengan suara nyaring iapun menangis karena derita tersebut. Pada saat seperti inilah saudara-saudara, Tuhan menunjukkan kasihNya yang luar biasa, Tuhan menyelamtkan Hagar dan anaknya Ismael, Tuhan memberi mereka minum dari air yang ditunjukkan Tuhan. Pengalaman yang pahit dan tantangan berat juga ternyata hadir dalam pengalaman hidup nabi Yeremia. Yeremia juga diperhadapkan pada keputusasaan dikala dia menjadi tertawaan bahan olok-olok sepanjang hari. Ia diburu dan dibenci karena Firman Tuhan yang disampaikannya. Semua orang, termasuk sahabat karibnya sendiri menginginkan kejatuhannya. Antara terus memberitakan Firman Tuhan dan berhenti, bergejolak di dalam dirinya. Tetapi, lihat..! Yeremia terus setia kepada Tuhan, dan ia percaya kepada Tuhan, sehingga ungkapan imannya ialah: “Tetapi TUHAN menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan! (ay. 11). Kalau Hagar sudah menyerah dengan keadaan, tetapi tidak demikian dengan Yeremia. Tetapi dalam kedua kisah ini, sesungguhnya, kepada kita hendak ditegaskan bahwa kasih dan pertolongan Tuhan senantiasa tepat pada waktunya. Tuhan tidak pernah mengingkari janjiNya.
Saudara-saudara, Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Dari dua pengalaman hidup dalam bacaan kita saat ini, kita sekalian sebagai umat yang percaya kepada Tuhan diajak untuk sadar bahwa Tuhan itu sangat amat peduli dengan setiap orang yang sedang berbeban berat dan menghadapi pahitnya kehidupan. Tuhan berdaulat atas seluruh kehidupan kita. Tuhan menyaksikan semua pengalaman hidup kita, dan Dia tidak pernah lalai menepati janjiNya. PertolonganNya selalu tepat pada waktunya. Kita tidak dapat memungkiri bahwa setiap kita mempunyai beban hidup masing-masing. Ada  beban hidup yang dapat dilihat oleh orang lain, tetapi ada juga tentu beban hidup yang hanya kita sendiri yang mengetahuinya. Untuk semua pengalaman hidup seperti ini, Firman Tuhan saat ini mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah setia. Maka marilah kita juga menegakkan kesetiaan kita kepadaNya. Tuhan Yesus telah berjanji kepada kita, kepada barangsiapa yang berbeban berat dan letih lesu, yang datang kepadaNya akanberoleh kelegaan. Tangan Tuhan selalu terbuka bagi setiap kita. Mari hadapi hidup ini dengan segala tantangan hidup, sekalipun amat berat, tetapi bersama Tuhan kita pasti sanggup memikulnya. Hiduplah selalu dalam FirmanNya sebagaimana perjuangan iman Yeremia, maka kita pasti bernyanyi Bagi Dia. Apapun pengalaman hidup beriman kita, sesungguhnya semuanya adalah dalam rancanganNya, yaitu rancangan indah. Mengakhiri renungan ini, mari jemaat sekalian, kita menyanyi bagi kemuliaan Tuhan, lewat pujian: S’mua Baik..! (dinyanyikan bersama, setelah lagu berakhir Khadim menutup dengan kalimat: Terpujilah Tuhan. Amin.