Kamis, 02 Agustus 2012

bendrio sibarani: MOTIVASI....Pendidikan red.

bendrio sibarani: MOTIVASI....Pendidikan red.: MOTIVASI Pdt. Bendrio P. Sibarani, M. Th Istilah “ M otivasi” ( M otivation ) barasal dari bahasa latin, yakni M overe, yang berart...

MOTIVASI....Pendidikan red.


MOTIVASI
Pdt. Bendrio P. Sibarani, M. Th
Istilah “Motivasi” (Motivation) barasal dari bahasa latin, yakni Movere, yang berarti “menggerakkan”[1].
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, motivasi adalah alasan; bergerak; membuat alasan; menggerakkan.[2] Kata “motivasi” juga diadopsi dari bahasa Inggris  motivation” yang berarti alasan, daya batin, dorongan.[3] Ada dua bentuk motivasi yaitu: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah sesuatu yang ada dan yang menjadi ciri dari kepribadian
                                          seseorang, atau dengan kata lain, sesuatu mengenai apa
                                          yang ada dan dibawa dari lahir.
 Motivasi ekstrinsik adalah sesuatu yang ditumbuhkan, dikembangkan serta hasil
                                          dari mempelajari sesuatu melalui interaksi dengan
                                           lingkungan.[4]
 Pada hakikatnya, motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke arah tujuan tertentu.[5] Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Jerry L. Gray, dkk, bahwa motivasi pada hakekatnya merupakan hasil sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seseorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).
Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan[6]. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.
Motivasi dapat bersifat positif dan negatif. Motivasi positif yang kadang-kadang dinamakan orang “motivasi yang mengurangi perasaan cemas”, yakni di mana orang ditawari sesuatu yang bernilai, seperti pujian, hadiah dan lain-lain. Sedangkan motivasi negatif yang biasa dinamakan orang pendekatan tongkat pemukul, menggunakan ancaman, hukuman dan lain-lain.
Apapun sifatnya, pada hahekatnya motivasi bertujuan tidak lain adalah untuk mendorong siswa belajar demi keberhasilannya dengan prestasi yang memuaskan. Dengan kata lain tujuan dari motivasi tidak lain adalah untuk prestasi siswa baik di bidang pendidikan yang ditempuhnya maupun demi kepribadiannya. Motivasi dapat mempengaruhi tingkat kognitif, afektif dan psikomotorik dari siswa. Dalam arti, motivasi dapat memampukan siswa untuk mengembangkan pengetahuannya secara mandiri, menambah pengalaman dari orang yang memberi motivasi kepadanya dan memberi wacana yang dapat dikajinya berdasarkan alam berpikirnya. Motivasi yang baik pun dapat mengarahkan perilaku siswa ke arah yang baik, sesuai dengan tata nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Motivasi juga dapat mempengaruhi tindakan siswa, di mana ia dapat menentukan pilihan bertindak untuk hal-hal yang baik dan berguna bagi dirinya dan bagi orang lain.
Menurut beberapa defenisi, motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu; menggerakkan, mengarahkan dan menopang tingkah laku manusia[7].
-                            Menggerakkan, Berarti menimbulkan kekuatan pada individu; memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respons-respons efektif, dan kecenderungan mendapat kesenangan.
-                            Mengarahkan, atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku tersebut diarahkan terhadap sesuatu.
-                            Menjaga dan Menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan.
Demikianlah pengertian motivasi dalam hubungannya dengan pendidikan.










Guru Sebagai Motivator
            Mendidik, mengajar dan melatih siswa merupakan tugas pokok yang harus dilaksanakan oleh seorang guru. Namun tanggung jawab itu tidak sampai di sini, guru juga memiliki tugas dan tanggung jawab yang lebih luas, yakni bahwa guru juga dituntut sebagai motivator terutama dalam hal belajar siswa. Siswa membutuhkan motivasi dari guru dalam rangka usahanya belajar dan juga dalam pembentukan kepribadiannya sebagai seorang yang sementara belajar.
            Peran guru sebagai motivator berarti guru bertanggung jawab memberi dorongan kepada siswa agar lebih giat dan semangat dalam belajar. Sebagai seorang motivator, maka seorang guru harus mengenal siswa atau anak didiknya dengan baik sehingga dia dapat memilih jenis motivasi yang tepat bagi siswa tersebut. Pengenalan ini tidak terbatas pada tinggi rendahnya IQ siswa tetapi juga tentang karakteristik siswa dan juga lingkungan di mana siswa bersangkutan berdomisili. Hal ini penting, karena 75% baik kepribadian siswa maupun kondisi belajarnya dipengaruhi oleh lingkungan tempat di mana dia tinggal. Dengan demikian, berperan sebagai motivator, guru juga dituntut untuk memberi diri dan waktu kepada siswa bukan hanya di lingkungan sekolah tetapi juga di luar sekolah. 






Strategi-Strategi Yang Bisa Digunakan Oleh Guru Untuk Menumbuhkan
Motivasi Belajar Siswa.
      Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, yakni:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai kompetensi khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar. Demikian juga halnya dengan kompetensi umum, sehingga guru mampu menyusun rencana pembelajaran bagi siswa-siswanya.
2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hadiah, biasanya menjadi sesuatu yang membuat seseorang untuk lebih menghargai apa yang telah dilakukannya sehingga ia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Demikian juga halnya dengan siswa yang sedang berkompetisi dalam ruang kelasnya dalam berbagai mata pelajaran yang diterimanya dari sang guru. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi. Hadiah juga dapat dimengerti sebagai sebuah penghargaan bagi seseorang yang layak untuk memperoleh hadiah tersebut karena hadiah tersebut bukanlah pemberian belaka akibat iba ada rasa kasihan, melainkan karena memamng seseorang tersebut layak menerimanya sesuai dengan prestasi yang diraihnya. Hadiah tersebut tidak perlu harus muluk-muluk atau menelan biaya yang tinggi cukup misalnya dengan menghadiahkan sebuah buku atau alat tulis dan hadiah tersebut diberikan di hadapan semua siswa.
3. Saingan/kompetisi
Di samping pemberian hadiah bagi siswa, Guru juga perlu berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. Melalui usaha seperti ini, siswa diharapkan akan termotivasi untuk belajar demi keberhasilannya dalam kompetisi tersebut. Kompetisi tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk penyelenggaraan kuis di kelas yang melibatkan siswa secara keseluruhannya.

4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun dalam arti bukan sekedar pujian yang membuat siswa hanya bangga tanpa termotivasi dengan keberhasilannya. Sebuah pujian yang diberikan kepada siswa akan memotivasi siswa tersebut untuk semakin meningkatkan semangatnya belajar. Tetapi bukan hanya siswa yang berprestasi saja yang diberi pujian, yang tidak berprestasipun juga perlu mendapat pujian dari guru. Pujian tersebut diberi pada kemampuan siswa tersebut dalam hal tertentu dengan catatan bahwa pujian tersebut harus berisi nasihat dan motivasi agar siswa yang kurang atau tidak berprestasi tersebut merasa bahwa dia juga mendapat perhatian dari sang guru yang mengajarnya. Pujian dari sang guru bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk di antaranya dengan menyampaikan kata-kata pujian baik di hadapan siswa lainnya maupun secara pribadi, akni dari sang guru kepada siswanya.

5. Sanksi/Ganjaran
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman ini tidak dimaksud agar siswa yang berbuat kesalahan gagal atau digagalkan dalam perjuangannya di bangku pendidikan, melainkan hukuman ini hanyalah bagian dari penegakan disiplin dalam keberlangsungan proses belajar mengajar.
            Dalam memberikan hukuman, guru perlu memperhatikan keadaan psikologis siswanya sehingga tidak terjadi kesalahan yang lebih fatal akibat huuman tersebut, misalnya, siswa jadi enggan masuk dan mengikuti pelajaran yang diajarkan guru tersebut.

6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar bukanlah pekerjaan yang mudah bagi seorang guru. Waktu yang serba terbatas di sekolah juga menjadi faktor yang mengakibatkan sulitnya memotivasi siswa untuk belajar. Sebenarnya yang paling berkompeten dan mempunyai banyak waktu untuk memotivasi siswa belajar adalah orang tua atau keluarga. Walaupun demikian, bukan berarti guru tidak dapat melakukan hal ini. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal kepada peserta didik.
Selain dengan perhatian yang maksimal di sekolah, guru juga perlu berinteraksi dengan siswa di luar sekolah atau di rumah siswa. Dengan perhatian seperti ini akan terjalin hubungan yang erat antara siswa dengan guru dan akibatnya sang guru akan mengetahui lebih banyak tentang siswa tersebut. Akhirnya, berkat pengenalan ini, guru dapat memilih cara atau metode yang tepat untuk memotivasi siswanya untuk belajar.

7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
            Kebiasaan belajar yang baik yang diajarkan seorang guru kapada siswa merupakan cara yang tepat untuk membiasakan siswa belajar dan akan menjadi sebuah tradisi belajar baginya ke waktu selanjatnya. Kebiasaan belajar yang baik menjadi sangat penting demi kesuksesan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah dan juga di luar sekolah.
            Terbentuknya kebiasaan belajar yang baik, akan memotivasi siswa untuk semakin meningkatkan belajarnya tanpa harus selalu menyesuaikan diri dengan metode dan pola belajar yang selalu berubah-ubah.

8. Membantu kesulitan belajar Siswa secara individual maupun kelompok
            Guru tidak saja hanya menstranfer ilmu pengetahuan kepada siswa tanpa memperhatikan out put dari siswa tersebut. Ketika siswa mengalami kesulitan belajar, maka guru juga bertanggung jawab membantu mereka. Dengan pembimbingan seperti ini guru berkesempatan lebih dekat dengan siswa dan mengatahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Sehingga guru tersebut bisa merekontruksi pembelajaran, baik itu metode mengajar, ataupun penggunaan alat-alat peraga dan yang lainnya.
            Bantuan yang diberikan guru kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar tidak boleh hanya kepada siswa tertentu semata, tetapi juga kepada siswa secara keseluruhan maupun dalam bentuk berkelompok.

9. Menggunakan metode yang bervariasi
            Dalam rangka memotivasi belajar siswa, guru perlu memikirkan berbagai cara dan mengambil langlah-langkah sehingga usaha tersebut berhasil. Menggunakan metode yang bervarisasi merupakan usaha yang penting dalam rangka menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran. Metode mengajar yang variatif oleh seorang guru sangat berpengaruh pada prestasi siswa.
            Metode mengajar oleh seorang guru sangat mempengaruhi minat siswa untuk mengikuti mata pelajaran yang diajarkan oleh guru mereka. Jika metode yang digunakan guru membosankan bagi siswa maka siswa juga akan malas dan jenuh engikuti pelajaran tersebut dan pada akhirnya akan melemahkan semangat mereka untuk belajar.

10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
            Penggunaan media dalam proses pembelajaran merupakan usaha guru untuk menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. Dengan menggunakan media yang baik oleh seorang guru pada saat proses pembelajaran akan lebih memudahkan siswa menerima dan mencerna materi pelajaran yang diberikan guru kepada mereka.
            Untuk itu usaha seperti ini penting untuk dipikirkan oleh lembaga pendidikan, dalam arti lembaga pendidikan perlu melengkapi komponen pendidikan sekolah dengan alat-alat/media peraga untuk guru-guru demi keberhasilan siswa ke depan.











Guru Kristen Sang Motivator
            Memotivasi siswa adalah salah satu tanggung jawab penting yang tak dapat dilupakan oleh guru termasuk guru Kristen di dalamnya. Guru Kristen dalam mewujudkan tugas dan tanggung jawabnya tidak dapat dipisahkan dari jati dirinya sebagai pengikut Kristus. Kristus adalah Guru Agung yang menjadi panutan setiap guru, terlebih guru Kristen di dalamnya bukan saja dalam sikap dan perilaku sehari-hari, tetapi juga dalam menunaikan tugas dan panggilan di mana umat-Nya beraktivitas. Guru Kristen yang beraktivitas di sekolah sebagai pengajar juga menjadikan Yesus sebagai teladan yang harus diikuti dan dicontoh sebab Yesus juga adalah seorang Guru.
            Oleh karena itu, guru Kristen juga harus menjadikan Yesus sebagai figur Guru yang sempurna juga dalam hal memberi motivasi kepada murid-murid-Nya. Sebagai sang motivator, Yesus benar-benar mengerti dan menganggap penting memberi motivasi kepada para murid untuk mencapai apa yang menjadi tujuan-Nya. Demikian juga dengan guru Kristen, perlu untuk menghargai tanggung jawabnya sebagai motivator bagi keberhasilan siswanya. Pekerjaan motivator bukanlah pekerjaan yang mudah dan gampang, sebab untuk melakukan tugas ini, guru Kristen harus rela mengobarkan pikiran, daya dan waktunya. Kenapa demikian?, karena dalam rangka memotivasi siswa, guru Kristen bukan hanya melakukannya semata-mata di sekolah saja, melainkan juga di luar sekolah di mana siswa banyak beraktifitas.
            Dalam rangka memotivasi siswa, guru Kristen melakukannya bukan semata-mata karena mengingat tugasnya sebagi guru, melainkan karena keterpanggilan yang tulus dari dalam dirinya berdasarkan kasih kepada sesama. Menyadari hal ini, maka dibutuhkan sebuah pendidikan dengan program yang bukan hanya meningkatkan kognisi dan psikomotorik siswa, tetapi juga mengembangkan afeksi siswa. Di sinilah dibutuhkan program dari guru Kristen yang sifatnya menumbuhkan siswa dan terutama memotivasi siswa agar terus memacu dirinya berkembang ke arah kedewasaan berpikir dan bertindak.
            Sebagai motivator, guru Kristen perlu menumbuhkan cinta kasih dalam menjalankan tugasnya, dengan kata lain, guru Kristen haruslah seorang yang memiliki cinta kasih yang tulus dalam memotivasi siswanya sehingga siswa juga dapat dimotivasi untuk memperbaiki hubungannya dengan orang lain dan menajamkan perasaan untuk saling mengasihi dan saling memperdulikan[8]. Motivasi seperti ini dibutuhkan oleh siswa dalam membentuk kepribadiannya menjadi manusia yang berpikir dewasa dan manusia yang beriman. Dengan demikian sikap dan perilaku siswa tersebut akan sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di mana ia berinteraksi.
            Seorang guru Kristen harus menyadari kebutuhannya akan kasih karunia Allah yang menebus sehingga ia juga akan menyadari kebutuhan siswanya. Karena sebagai guru Kristen, ia telah mengenal iman dan perlu bersukacita dalam menjalani kehidupan Kristen, iapun perlu membagikannya kepada siswa melalui kehadirannya sendiri dan dalam interaksinya dengan siswa. Motivator seperti ini adalah motivator yang benar-benar melakukan tugasnya dengan tulus yang didasarkan pada panggilan iman sebagai orang Kristen. Oeh karena itu, hidup dan dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru, guru Kristen memiliki kehidupan Kristen, “meniru Kristus” yakni suatu bentuk kesaksian dan cara mengkomunikasikan iman Kristen kepada orang lain, dalam hal ini terutama kepada para siswa[9]. Dengan meneladani Yesus sebagai sang motivator, guru Kristen akan benar-benar menjadi guru yang yang memiliki kepedulian yang besar terhadap kesuksesan siswa-siswanya.




[1]. J. Winardi, Motivasi Dan Pemotivasian dalam manajemen, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 1.
[2]. Departemen P & K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 133.
[3]. Echols, Kamus Lengkap Inggris - Indonesia
[4]. Band. Roestiyah N.  K . , Didaktik  Metodik, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 89. lihat pula, Moh. User Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 29.
[5]. Terence R. Mitchell yang dikutip oleh J. Winardi, Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.1
[6]. http/www.search.com/pendidikan, diakses tgl. 28 September 2009.
[7] . Terence R. Mitchell yang dikutip oleh J. Winardi, op. cit. Hal. 15
[8]. Band. Andar Ismail (Peny.), Ajarlah Mereka Melakukan, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1999), hlm. 167.
[9]. Band. Iris V. Cully, Dinamika Pendidikan Kristen, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2001), hlm. 162.