Selasa, 24 September 2019

bendrio sibarani: Khotbah Rumah Tangga Kristen

bendrio sibarani: Khotbah Rumah Tangga Kristen: Bacaan Alkitab: Kejadian 22:1-14 Jehova Jireh Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus        Siapapun di antara kita tida...

Khotbah Rumah Tangga Kristen


Bacaan Alkitab: Kejadian 22:1-14

Jehova Jireh

Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus

       Siapapun di antara kita tidak akan ada yang mau apalagi rela apabila anak sematawayang kita diminta dari kita untuk dijadikan sebagai korban bakaran sekalipun itu untuk Tuhan. Ini adalah tindakan yang tidak akan mungkin dapat dilakukan, kecuali otak kita telah dicuci layaknya beberapa orang yang disebut sebagai teroris sekarang ini. Penolakan kita terhadap praktek keagamaan seperti ini sesungguhnya lahir dari keyakinan kita sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Konteks hidup Abraham memang jauh berbeda dengan konteks kehidupan kita sekarang ini, demikian pula dengan konsep keagamaan. Praktek mempersembahkan korban kepada Tuhan Allah merupakan praktek biasa yang dilaksanakan di zaman Abraham. Demikian pula halnya dengan nazar seorang yang bernama Yefta, ketika ia menazarkan bahwa apabila ia pulang dengan selamat dari peperangan, maka apapun yang menyambutnya yang pertama kali dari dalam rumahnya, akan dipersembahkannya sebagai korban bakaran kepada Tuhan Allah. Ternyata yang menyongsongnya adalah puteri semata wayangnya sendiri. Karena ini adalah nazar kepada Tuhan Allah, maka ia pun harus melakukannya. Tindakan Abraham adalah tindakan yang diluar nalar dan kemampuan kita. Tindakan Abraham ini sesungguhnya menghantar dia benar disebut sebagai Bapa orang percaya, karena kepercayaannya adalah kepercayaan yang sempurna. Apakah Abraham melupakan janji-janji Allah kepadanya, bahwa ia diberkati dan keturunannya akan seperti pasir dan kersik? Bukankah dengan mempersembahkan Ishak kepada Tuhan sebagai korban bakaran janji Tuhan Allah tersebut menjadi tidak benar?

Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Dalam kesaksian Alkitab saat ini, ternyata Abraham tidak sekalipun mempertanyakan atau memberi komentar tentang perintah Tuhan yang datang kepadanya. Yang dapat kita ketahui adalah bahwa Abraham hanya menyahut dan menuruti segala yang Tuhan perintahkan kepadanya. Abraham tidak sedikitpun mengetahui bahwa dirinya sedang diuji. Abraham juga sesungguhnya adalah seorang ayah yang pasti sangat menyayangi anaknya satu-satunya. Tetapi, sekali lagi, Abraham tidak memberikan sepatah katapun menanggapi perintah Tuhan tersebut. Padahal Ishak adalah harta yang paling mahal dihidupnya sebagai pewaris baginya dan meneruskan keturunannya untuk menggenapi apa yang dikehendaki Tuhan Allah atasnya. Pada ayat 2 bacaan kita saat ini, sangat jelas bahwa perintah Tuhan disampaikan kepada Abraham untuk mempersembahkan Ishak anaknya yang tunggal di sebuah gunung di tanah Moria sebagai korban bakaran kepada Allah. Tanpa pertimbangan dan tanpa pertanyaan, Abraham memenuhi perintah tersebut dengan melakukan apa yang Tuhan perintahkan.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Pertanyaan Ishak kepada Abraham tentang domba yang hendak mereka persembahkan kepada Allah, ternyata dijawab oleh Abraham dengan keyakinan yang luar biasa, bahwa Allah akan menyediakannya. Apakah jawaban ini bukan jawaban yang membohongi Ishak anaknya? ataukah jawaban ini merupakan jawaban iman ataukah pula jawaban ini merupakan jawaban kepasrahan? Yang pasti jawaban Abraham ini adalah jawaban yang benar-benar lahir dari keyakinannya bahwa memang Tuhan akan menyediakan sendiri korban bakaran bagi-Nya. Ternyata ketika seluruh perintah Tuhan Allah itu dilakukan Abraham dengan ketulusan, di sanalah kemudian terbuka, bahwa Abraham ternyata sedang dalam ujian iman. Ujian ini merupakan puncak tertinggi untuk menguji iman dan kepercayaan Abraham. Abraham lulus dan penyembahan korban bakaran anak tunggal tidak terjadi, sebab Tuhan Allah sendirilah yang kemudian menyediakan korban bakaran bagi-Nya sebagaimana yang diimani Abraham.

Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Apakah sesungguhnya yang hendak disampaikan kepada kita berdasarkan kesaksian Alkitab ini? Yang pasti bahwa Tuhan tidak akan pernah meminta kita mempersembahkan anak kita sendiri sebagai korban yang dibakar kepada-Nya. Tetapi kesaksian Alkitab ini hendak mengarahkan kita untuk mengetahui dan menyadari bahwa Tuhan Allah tidak meminta yang tidak berharga dari kita sebagai persembahan bagi-Nya. Yang paling berharga di dalam hidup ini sungguh dikehendaki oleh Tuhan Allah menjadi persembahan bagi-Nya. Artinya walaupun Tuhan Allah kita adalah Allah yang Maha murah, tetapi Dia tidak murahan dan tidak menghendaki yang murah dipersembahkan kepada-Nya. Selanjutnya melalui kesaksian Alkitab ini, sesungguhnya kepada kita diberitakan bahwa ukuran iman seseorang terletak pada ketaatannya kepada Tuhan Allah. Ketaatan tersebut kemudian nyata dari pemberian diri atau respon pada perintah Tuhan Allah. Itulah yang dilakukan Abraham. Tanpa protes, tanpa bersikap kritis, tanpa bertanya dan tanpa menimbang-nimbang, ia melakukan segala yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Pertanyaan kemudian yang mungkin lahir di benak kita: apakah Tuhan masih menguji iman kita sampai saat ini, kendatipun Tuhan Yesus Kristus telah menjadi korban bagi kita? Jawabannya adalah ya. Selama kita masih hidup di dunia ini, iman kita akan terus di uji dan ditempa hingga mencapai kemurniannya. Pengalaman hidup dan beriman Abraham mesti dijadikan sebagai refleksi iman bagi kita, apakah kita telah dan akan mampu mempersembahkan yang paling berharga bagi kemuliaan Tuhan? Di zaman sekarang ini, setuju atau tidak, waktulah yang paling berharga bagi setiap orang. Waktu adalah segala-galanya bagi orang yang hidup di zaman ini. Tidak sedikit orang yang sangat tidak mau waktunya hilang. Persoalannya kemudian, waktu itu sepertinya tidak disadari sebagai anugerah yang paling berharga dari dan bagi Tuhan. Memberi waktu bagi Tuhan menjadi tantangan tersulit untuk dilakukan saat sekarang ini. Terpujilah Tuhan.

       Tuhan memberkati kita amin.               

Bacaan Alkitab: Matius 27:11-26

Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus

       Proses pengadilan yang dihadapi Tuhan Yesus, berdasarkan bacaan kita saat ini sesungguhnya adalah pengadilan yang formalitas. Sebab sebelum vonis dijatuhkan kepada Yesus, sebenarnya Dia telah divonis untuk dihukum mati oleh imam-imam kepala dan para ahli taurat Yahudi. Walaupun Yesus Kristus dihadapkan kepada Pilatus sebagai wali negeri kala itu, imam-imam kepala dan para ahli taurat sebenarnya hanya ingin mendapatkan rekomendasi vonis mereka terhadap Yesus Kristus. Sebagai wali negeri, Pilatus memiliki wewenang untuk memutuskan vonis terhadap seseorang yang diduga bersalah atas kejahatan yang dilakukannya. Itulah sebabnya imam-imam kepala dan para ahli taurat menghadapkan Yesus Kristus kepadanya. Pilatus sesungguhnya tidak menemukan sedikitpun alasan untuk menghukum Yesus Kristus, karena tidak ada kesalahan yang dilakukan Yesus Kristus. Itulah sebabnya Pilatus sangat heran ketika Yesus Kristus hanya berdiam diri atas segala tuduhan yang ditujukan kepadaNya. Ternyata sikap berdiam diri Yesus Kristus tersebut merupakan jawaban atas apa yang terjadi. Yesus Kristus sungguh mengetahui bahwa semua orang, termasuk imam-imam kepala, para ahli taurat dan juga Pilatus mengetahui bahwa Yesus Kristus tidak bersalah. Tidak ada kejahatan yang dilakukan Yesus Kristus.

Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Pilatus kemudian berupaya membebaskan Yesus Kristus melalui wewenangnya. Sesuai dengan tradisi pada setiap hari raya Yahudi, bahwa wali negeri membebaskan seorang narapidana sesuai dengan permintaan rakyat, maka Pilatus memberikan pilihan kepada rakyat Yesus Kristus atau Yesus Barabas yang akan dibebaskan. Ternyata orang banyak itu oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua lebih memilih Yesus Barabas yang nota bena adalah seorang penjahat kelas kakap untuk dibebaskan. Massa yang terhasut oleh perasaan dengki kemudian berteriak-teriak untuk disalibkan. Pilatus sungguh berada di tengah dilema. Isterinyapun telah mengingatkan dia supaya jangan mencampuri urusan Yesus Kristus yang adalah orang benar. Pilatus pun sungguh yakin bahwa Yesus Kristus tidak bersalah. Tekanan massa yang mengarah pada kerusuhan menjadi pertimbangan utama bagi Pilatus untuk kemudian mengambil sikapnya. Dia cuci tangan dalam perkara ini. Pilatus tidak mampu memberikan sikap tegas dan menanggung konsekwensi dari sebuah putusan. Akhirnya Yesus Kristuspun disalibkan.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Apa yang harus kita maknai dari peristiwa ini dalam hubungannya sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus yang disalibkan itu? Yang pertama: Sikap Yesus Kristus yang mengambil sikap berdiam diri atas segala tuduhan yang dialamatkan kepadaNya. Yesus Kristus sungguh mengetahui bahwa mengkalrifikasi tuduhan atau fitnah yang ditujukan kepadaNya di saat semua orang dikuasai rasa dengki adalah tindakan yang tiada artinya. Yesus Kristus ingin membuktikan semua fitnah dan tuduhan itu lewat proses hidup yang dihadapiNya oleh BapaNya. Maka kemudian kebangkitanNya menjadi jawaban atas seluruh fitnah dan penghakiman yang dialamatkan kepadaNya. sikap berdiam Yesus Kristus juga merupakan sikap yang menunjuk pada ketaatan Yesus Kristus kendatipun harus disalibkan. Ketaatan itu ditunjukkan Yesus Kristus kepada BapaNya, supaya segala hal yang dinubuatkan tentangNya benar-benar tergenapi. Yang kedua, sikap imam-imam kepada dan tua-tua, ahli-ahli taurat dan orang banyak yang terhasut penting untuk direnungkan supaya kita jangan sampai terjebak pada sikap dengki kepada orang lain dalam hidup ini. Mereka telah memilih yang salah dan salah memilih karena hidup mereka diluasai oleh dengki. Seseorang yang dikuasa dengki akan jatuh pada tindakan memilih yang salah dan salah memilih. Ingatlah bahwa hidup ini adalah pilihan, maka supaya jangan sampai memilih yang salah dan salah memilih, jauhkanlah hidup dari sikap dan perasaan dengki. Yang ketiga, sikap yang ditunjukkan Pilatuspun juga menjadi kritik bagi kita supaya kita juga menghindar dari sikap cuci tangan dari persoalan dan masalah yang sesungguhnya menuntut tanggungjawab kita. Terlepas dari peristiwa yang harus digenapi oleh Yesus Kritus tentang salib, sikap Pilatus bukanlah sikap yang benar untuk dipraktekkan dalam hidup kita sebagai orang-orang yang bersekutu, berinteraksi dan berjumpa dengan sesama kita. berani bertanggungjawab membela yang benar harus menjadi sikap dan prinsip hidup setiap orang percaya. Yang terakhir, melalui penyaliban Tuhan Yesus Kristus, kita sekalian diingatkan pada dua hal, yakni bahwa kita telah ditebus dan lunas dibayar dari cengkeraman kuasa dosa. Kita harus mengharga anugerah ini dengan kehidupan yang benar dan berguna bagi Tuhan Allah. Yang kedua bahwa melalui penyaliban Yesus Kristus, kitapun diminta untuk menyalibkan segala bentuk ego diri kita, menyalibkan segala kesombongan, menyalibkan segala hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Yakinlah dan percayalah bahwa penyaliban Yesus Kristus adalah anugerah bagi kita untuk menjadi pemenang bersama Tuhan Yesus yang bangkit dan hidup. Tuhan memberkati kita amin.        




Bacaan Alkitab: Lukas 12:35-40

Siap Sedia Selalu

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Pinggang dan Pelita adalah perlengkapan yang melengkat dalam kehidupan orang-orang Yahudi. Setiap laki-laki pasti memiliki ikat pinggang karena bentuk pakaian mereka membutuhkan ikat pinggang sehingga mereka dapat beraktifitas dengan baik dan nyaman. Jika seseorang Yahudi sedang melepas ikat pinggangnya, itu berarti dia sedang berada di tengah waktu istirahat atau sedang tidak beraktifitas. Ikat pinggang kemudian menjadi symbol bagi setiap laki-laki Yahudi yang menunjuk pada kesiapan mereka dalam beraktifitas. Peralatan yang kedua adalah pelita. Setiap rumah orang Yahudi pasti memiliki pelita, karena ini adalah kebutuhan penting bagi mereka di waktu malam, baik dirumah maupun ketika mereka bepergian di waktu malam. Pelita ini akan menjadi perhatian setiap orang Yahudi, supaya tetap terjamin akan menyala ketika malam tiba. Pelita yang menyala juga menjadi symbol kesiapsediaan seseorang dalam menyambut waktu yang baru, yakni malam hari.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Ikat pinggang dan pelita digunakan oleh Tuhan Yesus sebagai bahan penagajaran-Nya menyangkut perihal “kewaspadaan” setiap orang menyambut kedatangan Tuhannya. Dengan menganalogikan bagaikan tuan yang sedang bepergian ke tempat pesta perkawinan dan akan kembali tanpa diketahui, maka hamba-hamba tuan tersebut mesti siap sedia menyambut ketika tuannya pulang. Dalam tradisi orang Yahudi, pesta perkawinan adalah acara yang dapat berlangsung berhari-hari. Acara pesta dapat berlangsung lama dan tidak dibatasi waktunya. Pesta akan usai ketika para tamu undangan telah kembali. Itulah sebabnya Yesus mengibaratkan kedatangan-Nya bagaikan kedatangan seorang tuan yang pulang dari pesta perkawinan. Setiap tuan pastilah akan bersukacita dan senang, apabila hamba-hamba-Nya senantiasa siap sedia menyambut kedatangannya kapanpun waktunya. Berbahagialah hamba yang berlaku demikian. Kedatangan Tuhanpun demikian.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Berbicara kedatangan Tuhan, sesungguhnya kita membicarakan bagaimana Tuhan hadir di tengah-tengah hidup umat-Nya. Kedatangan-Nya akan menjadi jerat bagi setiap orang yang tidak bersiapsedia dan tentu menjadi kebahagiaan bagi semua orang yang menyambut-Nya dengan benar dan dalam kebenaran hidup, yakni hidup yang senantias siap sedia untuk layak menyambut Tuhan datang. Firman Tuhan ini, sesungguhnya menegaskan kepada kita bahwa, kedatangan Tuhan atau kehadiran Tuhan dalam kehidupan ini menuntut kesiapsediaan kita. Pinggang yang terikat dan pelita yang menyala menegaskan kepada kita bahwa kita mesti siap sedia menyambut Tuhan hadir dan datang ke dalam kehidupan kita. Kedatangan Tuhan di sini harus dipahami dengan lengkap, bahwasannya, kedatangan yang dimaksudkan bukan hanya berbicara nanti ketika Dia datang kali kedua, tetapi juga menyangkut seluruh dimensi waktu, yakni kedatangan-Nya kapanpun di dalam hidup kita. Siap dan sedia yang disimbolkan dengan pinggang yang terikat dan pelita menjadi sikap yang dituntut dari kita dalam hidup keberimanan kita. Kita tidak mengetahui kapan waktunya Tuhan datang, tetapi yang pasti Dia datang ke dalam hidup kita semua. Kedatangan Tuhan ke dalam hidup setiap orang menuntut tempat yang layak dan penyambutan yang siap, maka ketika itu tersedia di hidup kita, maka di sanalah kebahagiaan menjadi milik kita. Kenapa? Karena Tuhan Yesus, Tuhan kita niscaya memberikannya karena kita didapati-Nya siap dan sedia. 

Saudara-saudara, dengan kesiap sediaan yang bagaimanakah kita menantikan kedatangan-Nya di dalam hidup ini? Layaknya hamba, yang mempersembahkan hidupnya bagi tuannya, dan taat serta setia kepada tuannya, karena dia hidup oleh dan di dalam tuannya, maka demikianlah pula halnya kita sebagai hamba-hamba Tuhan di hidup ini. Kesetiaan, ketaatan dan kesadaran bahwa hidup kita sepenuhnya di Tangan Tuhan, mestilah menjadi prinsip hidup kita. Di dalam prinsip hidup seperti inilah sesungguhnya kesiap sediaan akan terus terpancar dari hidup kita dan menjadi sikap dan tindakan kita. Kapanpun Tuhan datang, kedatangan-Nya adalah sukacita dan kemenangan bagi kita, sebab memang kita telah menanti Dia dengan kesiap sediaan, Dia datang, hadir dan bersama kita karena hidup kita benar-benar layak menjadi kediaman-Nya. Ketika Dia berdiam di dalam hidup kita, maka saat itulah Damai sejahtera dan kebahagiaan menjadi milik kita. Terpujilah Dia, marilah siap sedia senantiasa menyambut Dia. Amin

               Amin





Bacaan Alkitab: Bacaan Alkitab: Roma 12: 1

IBADAH DAN PERSEMBAHAN YANG BENAR

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Persembahan, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan setiap agama. Persembahan tersebut memiliki tempat yang penting dalam setiap ritus keagamaan. Namun hakekat dan maknanya tidaklah sama dengan unsur persembahan dalam kehidupan kekristenan. Oleh beberapa agama, persembahan biasanya dipahami sebagai sarana untuk memberikan kebutuhan atau memenuhi tuntutan dari yang disembah (hal ini dapat kita lihat dalam kepercayaan agama suku), ada juga yang memahaminya sebagai usaha atau upaya untuk mengumpulkan saldo amal atau perbuatan supaya dikenan oleh yang disembahnya. Di pihak lain, persembahan juga sering dipahami sebagai usaha umat untuk meredam kemarahan yang disembahnya agar berhenti marah atau memberikan hukuman kepada umat.

            Pemahaman tentang persembahan seperti itu, sangatlah jauh berbeda dengan persembahan yang dipahami oleh orang-orang Kristen. Bagi kehidupan orang Kristen, persembahan merupakan tanda ungkapan syukur dan sukacita kepada Tuhan yang telah lebih dahulu memberkati kehidupan umatNya. Persembahan tersebut juga menjadi tanda terima kasih kepada Tuhan yang dengan setia memberkati umatNya. Jadi adalah keliru jika persembahan dipahami sebagi upaya manusia untuk membujuk Tuhan agar Tuhan memberkati, agar Tuhan tidak menjatuhkan hukuman kepada umatNya.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Tidak dapat dipungkiri bahwa ada sebagian orang Kristen yang keliru memahami apakah persembahan itu. ada sebagian orang yang memahami bahwa persembahan itu hanyalah berupa materi ataupun uang. Pemahaman seperti ini, sepertinya dipengaruhi gaya hidup yang dipengaruhi materialism, sehingga persembahanpun dipahami hanyalah dengan berupa materi. Tetapi tidaklah demikian dalam diri Paulus. Persembahan yang benar bagi Paulus ialah pemberian totalitas hidup bagi kemuliaan Allah. Paulus katakana “persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah, itu adalah ibadahmu yang sejati. Perkataan Paulus ini hendak menegaskan bahwa persembahan yang benar bukanlah melulu dengan pemberian materi, melainkan harus dengan totalitas hidup (tubuh). Dalam hal ini segala sesuatu yang dimiliki seseorang dalam hidupnya wajib dipersembahkan kepada Tuhan. bukan hanya berupa materi, tetapi juga kemampuan, atau apapun yang dimiliki seseorang termasuk pikirannya, perasaannya bahkan waktunya. Pemahaman tentang persembahan seperti ini, akan benar-benar berkenan kepada Tuhan apabila segala totalitas hidup diberikan untuk kemuliaan Tuhan. Itu berarti, persembahan bukanlah melulu diberikan kepada Tuhan dalam kegiatan peribatan, atau dengan kata lain, persembahan bukanlah melulu hanya sebagai salah satu unsur dalam liturgi ibadah.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

               Walaupun dengan kalimat singkat, Paulus memberikan penjelesan tentang persembahan dan ibadah yang sejati dengan jelas dan lengkap. Dengan kata lain, Paulus hendak menegaskan bahwa ibadah yang sejati dan sesungguhnya ialah pemberian diri secara total bagi kemuliaan Allah. Itu berarti persembahan menjadi inti dari ibadah. Persembahan baik berupa uang ataupun bahan natura disaat kita mengikuti ibadah. Pengertian tentang persembahan yang demikian tidaklah lengkap dan sempurna.  Oleh karena itu, jika menyimak dengan seksama pengajaran Paulus ini, maka jelaslah bagi kita bahwa persembahan yang benar itu adalah memberi diri, hidup secara total (keseluruhan) hidup bagi kemuliaan Tuhan. Pemberian diri secara total sebagai persembahan kepada Tuhan dapat diwujudkan melalui perbuatan kita setiap hari, kapan dan dimanapun kita berkarya. Amin



Bacaan Alkitab: 2 Tawarikh 26:1-5, 16 & 19



       Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Kita pasti pernah mendengar ucapan yang berkata “manusia tidak pernah ada puasnya”. Kata-kata ini terucap ketika manusia melihat manusia lainnya yang telah memiliki segala hal dalam hidupnya, tetapi tokh masih merasa kurang dan tidak pernah merasa cukup. Memang tidak ada tolok ukur yang baku bagi semua orang tentang yang bagaimana itu cukup atau banyak, apabila berbicara tentang kepunyaan. Sikap takabur menjadi sikap yang merasuki hidup orang-orang yang demikian. Seseorang yang memulai hidupnya dari nol, yang terus berjuang sampai pada puncak kejayaan, tiba-tiba menjadi hancur merupakan kisah hidup yang menyakitkan. Mungkin kita pernah mendengar atau melihat hidup orang yang seperti ini. Inilah yang terjadi dan dialami oleh seorang Raja Uzia, yakni seorang raja yang diangkat di masa mudanya ketika berumur 16 tahun. Raja Uzia memerintah selama 25 tahun. Semula di awal pemerintahannya, Raja Uzia adalah Raja yang melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan Allah. Selama 25 tahun dia untuk mencapai kejayaan kerajaan yang dipimpinnya. Iapun berhasil dalam segala usahanya. Akan tetapi setelah semuanya digapainya, ia menjadi merobah.

Sikapnya, terutama rasa Takut akan Tuhan sirna dari dalam hidupnya. Setelah ia kuat, ia menjadi tinggi hati. Sikap tinggi hati ini terlihat dari sikapnya yang tidak lagi menghormati kekudusan Allah di dalam Bait suci. Raja Uzia melampaui batas wewenangnya, ia merampas kemuliaan Tuhan Allah. Dia tidak menghormati ritual suci di Bait Allah, dengan membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan. Ritual ini, menurut peraturan Taurat, menurut hukum Allah hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang dikuduskan untuk melayani di Bait Allah, yakni para imam. Raja Uzia merasa bahwa dirinya berkuasa, dirinya hebat dan tidak ada lagi yang dapat menandinginya, menjadi tinggi hati. Ia tidak lagi rendah hati. Walaupun telah diperingati oleh para imam, namun Raja Uzia tidak peduli. Keberhasilannya dalam segala usahanya meraih kejayaan kerajaan telah membuat raja Uzia tidak lagi mau merendahkan dirinya di hadapan Tuhan Allah. Ia akhirnya mengalami hal yang sama dengan ayahnya Amazia, yang juga bersikap yang sama.

Bapak-bapak yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Kisah hidup Raja Uzia ini, merupakan peringatan dan kritik bagi setiap orang percaya kepada Tuhan Allah, untuk tidak menjadi tinggi hati apabila telah meraih mimpi dan tiba pada puncak kejayaan. Segala sesuatu yang dirindukan boleh saja tergapai, tetapi mesti sadar bahwa ada batas yang harus dipatuhi sebagai umat yang percaya kepada Tuhan Allah. Setiap orang percaya mesti sadar bahwa kemuliaan dan kekudusan Tuhan adalah hal yang tidak mungkin untuk diklaim sebagai milik kepunyaan. Setinggi apapun keberhasilan yang telah kita raih dan kesuksesan yang kita gapai, sikap rendah hati harus tetap menjadi prinsip dan sikap hidup orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Raja Uzia akhirnya harus kehilangan semuanya karena sikapnya yang berobah. Dia tidak lagi merendahkan hatinya di hadapan Tuhan Allah. Penyakit kusta yang diyakini sebagai kutukan Allah dalam tradisi keagamaan umat Israel menjadi bagian Raja Uzia dan oleh karena itu, ia harus diasingkan dan kekuasaanpun diambil darinya. Sekarang, apakah yang terjadi dengan orang seperti Raja Uzia? Yang pasti adalah penyesalan yang amat dalam. Semua usaha untuk menggapai keberhasilan menjadi sia-sia. Benarlah Firman Tuhan Yesus yang mengatakan bahwa barang siapa yang meninggikan dirinya akan direndahkan (Matius 23:12).

Marilah senantiasa berkomitmen untuk hidup konsisten merendahkan hati di hadapan Tuhan Allah, melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan, maka damai sejahtera akan senantiasa milik kita. Tinggi hati akan mendahului kejatuhan (Amsal 16:18) karena setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan, sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman (Amsal 16:5).

Percayalah saudara-saudara bahwa sikap merendahkan hati di hadapan Tuhan adalah sikap hiudp yang mengarahkan kita untuk senantiasa menikmati keberhasilan hidup karena Tuhan sendiri yang membuat kita berhasil di segenap perjuangan hidup kita..



Bacaan Alkitab: Kejadian 28:10- 22



Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus,

       Kisah hidup Yakub adalah kisah hidup yang sangat menarik karena penuh dengan pengalaman hidup yang penting. Dalam pelariannya, Yakub seringkali berjumpa dengan tantangan hidup yang berat. Arah dan tujuan hidupnya yang tidak dia mengerti seringkali membuat Yakub merasa letih dalam perjalanan hidupnya, ditambah lagi perasaan takut karena dikejar oleh kakak sendiri. dalam perjalanan dari Bersyeba menju Haran, Yakub memiliki pengalaman iman yang sungguh luar biasa, di tempat ini Yakub bermimpi, bahwa di bumi ada didirikan tangga yang ujungnya sampai ke di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat turun naik melalui tangga itu. Tuhan berdiri di sampingnya dan berbicara dengan Yakub bahwa Tuhan Allah akan memberikan tanah tempat Yakub berbaring sebagai milik kepunyaannya dan keturunannya, serta akan memberkati Yakub seperti debu tanah banyaknya, dan mengembangkan kekayaan Yakub serta menjadikan Yakub menjadi berkat.

Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Dari mimpi ini, Yakub kemudian menyadari bahwa Tuhan ada di tempat di mana dirinya berdiam. Maka dari pengalaman iman ini kemudian, lahirlah panggilan iman untuk memberikan kesaksian tentang kebaikan Tuhan, Yakub mendirikan tugu di tempat di mana dia berbaring, dengan tujuan supaya di tempat itu Tuhan Allah dimuliakan. Betel, itulah kemudian Nama yang diberikan Yakub kepada tempat itu. Dan di sinilah kemudian lahir nazar dari Yakub, yakni persembahan persempuluhan. Pengalaman Yakub berjumpa dengan Tuhan dan melihat suasana sorgawi melalui mimpi adalah pengalaman yang lumrah terjadi dalam kehidupan bapak-bapak leluhur Israel. Di tengah pengembaraan hidup dalam upaya menyelamatkan diri, kepada Yakub, Tuhan memberikan janji bahwa Yakub akan dibawa kembali ke tempat asalnya dan akan memberikan jaminan kehidupan serta keberlangsungan keturunan yang diberkati oleh Tuhan Allah.

Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Walaupun kehidupan seorang Yakub merupakan kehidupan yang penuh dengan tanda tanya karena dalam pelarian dari Esau kakaknya, akan tetapi Tuhan memberikan janji dan jaminan keselamatan kepadanya. itu terjadi semata-mata oleh karena kasih Tuhan Allah. Tuhanlah yang telah menetapkan apa yang harus terjadi dan dialami oleh Yakub dalam perjalanan hidupnya. Janji dan berkat Tuhan tersebut direspon dengan baik oleh Yakub, yakni bahwa Yakub bersaksi tentang kehadiran Tuhan, Yakub memuliakan Tuhan, Yakun mengikrarkan janji iman (nazar) di hadapan Tuhan. Semua yang dilakukan Yakub semata-mata adalah buah dari apa yang telah diterimanya dari Tuhan Allah. janji Tuhan kepadanya: diberkati, disertai, dilindungi, dibawa kembali, diyakinkan bahwa janji Tuhan pasti digenapi.

Saudara-saudara, jika kita berefleksi dari pengalaman iman Yakub ini, maka kepada kita, sesungguhnya diingatkan bahwa Tuhan Allah tidak pernah membiarkan seorangpun anak-anak-Nya berjalan sendirian mengarungi kehidupan ini. Bahwa Tuhan Allah senantiasa berdaulat ata segenap hidup orang-orang yang percaya kepada-Nya. Bahwa setiap kita adalah orang-orang yang sedang melalukan ziarah kehidupan di dunia ini. Maka kita ditantang untuk senantiasa peka mengenali kehadiran Tuhan di kehidupan kita supaya lahir respon berupa kesaksian yang memuliakan Tuhan Allah.

Janji Tuhan kepada Yakub, adalah janji yang terus-menerus berlaku bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Allah. Maka percayalah kepada Tuhan Allah. Amin




































 Markus 6: 45- 52



Yesus Mampu Berjalan Di Atas Ketidakmungkinan



Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus

            Cerita tentang Yesus berjalan di atas air ternyata bukan sekedar mujizat yang hendak menunjukkan kemahakuasaan Yesus sebagai Tuhan, melainkan kisah ini mengandung makna yang amat penting bagi hidup setiap orang percaya dalam rangka mengarungi kehidupan di dunia ini. Murid-murid Yesus yang telah mendahului- Nya menuju seberang danau ketika malam tiba diperhadapkan pada ancaman angin sakal yang menerpa perahu mereka. Murid-murid tersebut sangat bersusah payah menghadapi angin sakal tersebut. Padahal sebagian besar dari mereka adalah nelayan handal yang berpengalaman. Pada waktu mereka menghadapi angin sakal yang amat berbahaya tersebut, Yesus tiba-tiba muncul dan menolong mereka. Kehadiran Yesus, sungguh luar biasa, Dia berjalan di atas air, sehingga murid-murid- Nya sempat ketakutan karena mengira Dia adalah hantu. Yesus berkata kepada mereka:”Tenanglah, ini Aku! Yesuspun memasuki perahu tersebut mendapatkan murid-murid- Nya, pada saat itu anginpun langsung reda dan teduh.





Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus kristus

            Seperti yang dikatakan tadi, Yesus berjalan di atas air, bukanlah hanya sekedar mujizat melulu, melainkan apa yang dilakukan Yesus tersebut menunjukkan bahwa Yesus Tuhan mampu dan berkuasa berjalan di atas ketidakmungkinan, Yesus mampu berkuasa menyelesaikan masalah tanpa masalah. Perahu yang berlayar dilautan merupakan gambaran kehidupan orang-orang percaya yang harus berjumpa dengan silih bergantinya badai kehidupan, kadang teduh, terkadang juga dan seringkali berjumpa dengan badai. Pengalaman tidak menjadi jaminan sebagaimana halnya yang dialami murid-murid Yesus. Perjalanan hidup tidak bisa dijamin akan selalu mulus dan berjalan lancar, selalu saja ada berbagai tantangan dan hambatan. Namun di samping itu pula, sebagai orang percaya, kita harus percaya bahwa selain tantangan dan hambatan, tersedia juga peluang dan harapan. Lihat, bahwa tatkala Yesus melihat betapa payahnya murid-murid itu mendayung, Diapun hadir dengan cara yang luar biasa, di luar dugaan manusia.

Saudara-saudara, demikian juga dalam hidup kita semua, lewat bacaan kita saat ini, kita dikuatkan dan diyakinkan bahwa saat hidup kita terancam bahaya, baik karena pergumulan berat maupun karena diperhadapkan pada masalah berat, Yesus juga hadir dengan cara- Nya sendiri. Kita tak’an mampu menyelami dan menduga cara Tuhan ketika Dia hendak menolong umat- Nya yang sedang diperhadapkan pada bahaya yang di luar kemampuan manusia. Yesus mampu berjalan di atas ketidakmungkinan, menyelasaikan masalah dan meneduhkan suasana. Walaupun karena cara kehadiran- Nya kita merasa bingung dan kurang percaya bahkan takut, akan tetapi Dia akan mendapatkan kita dan semua masalahpun akan selesai.

            Manusia, siapapun dia tak bisa tidak, dalam hidupnya di dunia ini akan selalu menghadapi berbagai bentuk proses hidup dalam suasana yang silih berganti. Ada suka, ada duka. Akan tetapi seberat apapun pergumulan dan masalah yang kita hadapi jika Yesus melihat bahwa kita telah bersusah payah dan tidak mampu lagi dengan kekuatan yang kita miliki, maka Dia sendiri akan datang, hadir untuk menolong kita, Dia mampu mengatasi semua masalah tanpa menimbulkan masalah, tinggal kita sekarang, apakah kita siap dan sedia menyambut dan menerima Dia, yang kehadiran- Nya di luar akal kita?, Apakah kita akan mengetahui dan mengenal- Nya jika Dia telah sungguh-sungguh menolong kita?

                                                AMIN 








Bacaan Alkitab: Mzm 23:1-6
Tuhanlah Gembalaku
Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Mazmur 23 ini merupakan salah satu pasal yang sangat sering didengar oleh kita, dan oelh karena itu Mazmur yang satu ini sudah tidak asing bagi kita sekalian. Mazmur yang berisi kesaksian tentang kasih dan pemeliharaan Tuhan atas orang yang percaya kepada-Nya. Mazmur ini bukan sekedar kesaksian tentang kasih dan pemeliharaan Tuhan, akan tetapi juga kesaksian yang diharapkan dapat meneguhkan seseorang dalam menghadapi ancaman hidup. Selanjutnya Mazmur inipun juga dapat dikategorikan sebagai Mazmur yang meyakinkan setiap orang percaya dalam melanjutkan perjalanan hidupnya. Daud yang diyakini sebagai pencipta Mazmur ini, sesungguhnya terinspirasi dari pengalaman hdiupnya yang dulu berperan sebagai gembala kambing domba orangtuanya. Dia sungguh memahami dengan benar siapa dan bagaimana seorang gembala yang baik itu. Daud tentu tidak sama dengan gembala-gembala lainnya kala itu. Jika gembala-gembala lain menggembalakan kambing domba tuan mereka atau domba mereka sendiri, Daud menggembalakan domba orangtuanya. Itu berarti Daud bukanlah gembala upahan, Daud bukan pula pemilik pribadi dari domba yang digembalakannya. Makanya, sebagai gembala, dari Daud dituntut tanggungjawab penuh tentang kambing domba keluarga. kepada Daud digantungkan nasib penyokong ekonomi keluarga. Ternyata, pengalaman ini menghantar Daud pada pengakuannya tentang Tuhan Allah yang berperan sebagai gembala baginya dan bagi seluruh umat-Nya.
Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Walaupun mazmur ini sudah tidak asing bagi kita, kita tetap penting memahami mazmur ini dengan benar sehingga, mazmur ini tidak sekedar sesuatu yang indah didengar dan kita rasa sebagai penyejuk jiwa kita, melainkan supaya kita juga mengerti apa saja kehendak Tuhan yang hendak disampaikan kepada kita.
Pertama, ketika Daud katakan bahwa TUHAN adalah gembala baginya, maka dia yakin bahwa takkan kekurangan dia. Apa arti ungkapan ini? Ketika TUHAN diyakini sebagai Gembalanya, maka Daud sungguh-sungguh menggantungkan segenap kehidupannya kepada Sang Gembala, yakni TUHAN Allah. Gembala pasti menuntun domba-Nya menemukan sumber makanan dan minuman yang cukup. Dibaringkan di padang rumput yang hijau dan dibimbing ke air yang tenang dan menyegarkan jiwanya, adalah tindakan yang pasti dilakukan gembala kepada domba-domba-Nya. Gembala yang baik tidak sekedar memberikan domba-domba-Nya makan dan minum, tetapi mereka juga diberikan suasana hidup yang penuh kesempurnaan bahwa apa yang mereka makan dan minum terasa nikmat dan benar-benar menyegarkan hidup mereka. jadi bukan sekedar kenyang dan hilang rasa haus, tetapi jika Tuhan adalah gembala, maka sang Gembala juga akan mengaruniakan suasana hidup yang penuh sukacita dalam menikmati pemberian atau anugerah Tuhan Allah. apalah artinya hidup berlimpah berkat, tetapi tidak ada damai dan sukacita? Apalah artinya rasa haus sirna akan tetapi hidup gunda gulana? Dan apa pulalah artinya makan minum terjamin tetapi hidup tidak berjalan ke masa depan? 
Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Bahwa domba pasti digiring dari satu tempat ke tempat yang lain, demikian juga kita umat Tuhan akan menjalani dan meneruskan pengembaraan hidup kita di dunia ini, maka Tuhan Allah sebagai Gembala menuntun umatNya untuk senantiasa berjalan di jalan yang benar. Tuntunan Tuhan tersebut dilakukan dengan cara-Nya sendiri. dan harus dipahami bahwa sebagai Gembala, Tuhan pun menggunakan cara gembala menuntun domba-dombanya. Ada gada dan tongkat di tangan sang gembala. Dan kenapa Daud berkata bahwa Gada dan tongkat-Mu itulah yang menghibur aku? Ada apa sesungguhnya dengan Gada dan Tongkat di tangan gembala? Ini bukan sekedar symbol kepemimpinan atas domba-domba dari gembala. Gada dan tongkat adalah alat yang digunakan gembala sebagaimana fungsinya. Gada  adalah sebuah benda menyerupai pentungan yang diujungnya agak lebih besar, biasanya terbuat dari kayu besi yang keras yang digunakan untuk memukul. Gada ini saudara-saudara digunakan sebagai alat atau senjata pemukul oleh gembala. Biasanya untuk memukul bebatuan agar terpecah dan dapat digunakan sebagai batu umban. Selain itu, gada ini juga dipakai sebagai senjata pemukul dalam pertarungan jarak dengan dengan musuh termasuk dengan binatang buas oleh gembala. Dan gada ini juga biasa dipakai untuk menghajar domba yang sulit diarahkan. Tentu ini sangat menyakitkan, akan tetapi dengan usaha seperti ini domba tidak akan tercerai dengan kumpulannya dan tidak menyimpang dari jalan yang dipandu oleh sang gembala. Tongkatpun demikian halnya, digunakan sebagai sebagai senjata oleh gembala dan juga alat untuk memimpin dan mengarahkan domba-domba. Domba-domba yang terlatih dan terbiasa sudah sangat mengerti gerakan tongkat yang dimainkan gembalanya. Maka dengan suara dan gerakan tongkat sang gembala domaba akan mengetahui arah dan perintah gembalanya. Tongkat juga dipakai untuk menghalau musuh, biasanya binatang buas, tetapi juga mengahalau domba yang suka melenceng dari kumpulannya atau mencari jalannya sendiri. bagai Daud, apapun fungsi dari gada dan tongkat sang Gembala, baginya itu adalah sumber penghiburan, yang membuat dia bersukacita karena itu berarti Tuhan Allah senantiasa peduli akan hidupnya, kendatipun Tuhan seringkali menghajarnya dalam hidup ini melalui berbagai bentuk rasa sakit atau dukacita. Jika Daud juga mengatakan bahwa Tuhan yang adalah gembala Agung tersebut menyediakan hidangan baginya di hadapan musuhnya, kesaksian ini hendak menegaskan bahwa walaupun Daud dikelilingi musuh, Tuhan Allah tetap memelihara hidupnya dan menjamin kelangsungannya. Urapan di kepala Daud dari minyak dan piala yang melimpah adalah bentuk pemberkatan Tuhan atas dirinya, bahwa Tuhan memberikan dia berkat dan kemuliaan. Di suasana hidup yang demikian, Daud meyakini sungguh bahwa kebajikan dan kemurahan akan mengikutinya sepanjang hidupnya. Pengakuan ini adalah pengakuan yang didorong oleh keyakinan yang lahir dari segenap kehidupan yang direnungkan Daud di hidupnya. Diam di rumah Tuhan sepanjang masa adalah ikrar Daud atas semua yang Tuhan lakukan kepadanya dihidup ini. Maka kesaksian Daud ini, sesungguhnya kesaksian yang hendak mengarahkan semua orang percaya untuk menempatkan Tuhan Allah sebagai pemelihara kehidupan, yang menjamin keberlangsungan hidup dan yang memimpin kehidupan dengan cara Tuhan sendiri. mengakui bahwa apapun bentuk kepemimpinan Tuhan sebagai Gembala Agung, mesti dijadikan sebagai bentuk dan cara menghadirkan sukacita bagi domba gembalaan-Nya.  Kemudian dari semua pemeliharaan Tuhan tersebut, setiap domba gembalaan Tuhan, milik kepunyaanNya, mesti bertekat untuk senantiasa tinggal di rumah Tuhan, yakni tinggal di kekudusan hidup, tinggal di dalam tindakan kasih dan kebenaran. Terpujilah Kristus Tuhan. Amin


Bacaan Alkitab: Galatia 3:15-29
Persekutuan Rumah Tangga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Salah ciri ajaran kekristenan yang sangat membedakannya denagn banyak keyakinan atau ajaran agama lainnya ialah bahwa hidup kekristenan adalah hidup yang telah diselamatkan, hidup yang telah dikasihi, hidup yang telah diberi jaminan, hidup yang telah dibebaskan. Maka segala sesuatu yang yang dihidupi oleh umat Tuhan termasuk kita sekalian adalah hidup yang sudah lunas dibayar oleh Tuhan Yesus Kristus. Sehingga segala aktifitas kehidupan beriman kita tidak lagi dimaksudkan sebagai upaya untuk memperoleh keselamatan maupun kasih karunia atau anugerah. Tetapi sebaliknya, hakekat dari semua yang kita lakukan dalam hidup ini adalah swujud syukur dan ungkapan terimakasih karena Tuhan Allah telah menganugerahkan keselamatan, kasih karunia dan jaminan hidup kekal kepada kita. Dengan demikian, maka segala yang berhubungan dengan ketaatan dan perbuatan kita dalam iman tidak lagi dimaksudkan supaya kita memperoleh semuanya itu. Tuhan Allah di dalam dan melalui Yesus Kristus telah berinisiatif, semata-mata oleh karena kasih-Nya menganugerahkan keselamatan kepada kita, karena sesungguhnya kita tidak akan pernah dapat memperoleh keselamatan tersebut baik dengan cara apapun dan melalui upaya apapun. Selanjutnya kehidupan kita sebagai umat yang percaya kepada Tuhan, adalah hidup berdasarkan janji-janji Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus.
Persekutuan Rumah Tangga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Selanjutnya, pasti muncul pertanyaan dalam benak kita; Jika demikian apakah gunanya dan apakah tujuan dari hukum-hukum Tuhan, peraturan, ketetapan dan perintah-perintah Tuhan yang terdapat dalam Kitab suci kita? Apa pula gunanya hukum-hukum Tuhan tersebut demikian juga dengan semua ajaran agama yang ada? Dengan tegas harus dikatakan bahwa hakekat perjuangan kita dalam beriman supaya anugerah keselamatan yang telah dikaruniakan kepada kita oleh dan di dalam Yesus Kristus tidak hilang atau sirna. Maka hidup kita ini sesungguhnya adalah ungkapan syukur kepada Tuhan Allah. 
Persekutuan Rumah Tangga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Rasul Paulus memberikan uraian yang lengkap dan jelas bagaimana kemudian hakekat hukum taurat dan hubungannya dengan janji Tuhan Allah dalam kehidupan orang percaya. Hukum taurat adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan agama kita, akan tetapi kemudian hakekat hukum taurat tersebut seakan tidak menjadi jelas bagi sebagian orang percaya, karena Alkitab menegaskan bahwa kita hidup bukan di bawah hukum taurat, tetapi di bawah kasih karunia. Apakah maksudnya? Apakah Hukum taurat tidak berlaku dan tidak ada lagi gunanya bagi kita? Persoalan tentang hal ini ternyata mengemuka dalam kehidupan jemaat Tuhan di Galatia. Jemaat yang berlatar belakang Yahudi dengan semangat yang kuat terus mengagungkan hukum taurat sebagai hukum yang mesti ditaati dengan tujuan agar memperoleh keselamatan dan hidup kekal. Paulus kemudian menjelaskan bahwa hukum taurat sesungguhnya adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman (ay.24). Pernyataan ini dapat diartikan bahwa hukum taurat adalah penuntun dan bukan pemberi keselamatan. Paulus menegaskan bahwa sebelum hukum taurat ada, Tuhan Allah terlebih dahulu telah memberikan janji melalui Abraham. Oleh janjilah Allah telah menganugerahkan kasih karunia-Nya kepada Abraham. Maka Abraham sesungguhnya hidup berkat janji Allah, demikian juga keturunannya, sampai kita saat ini. Kenapa kita kemudian termasuk dalam keturunan Abraham dan penerima janji Allah? Alkitab memberikan jawaban kepada kita saat ini bahwa kita telah menjadi anak-anak Allah, yakni keturunan Abraham karena Iman di dalam Yesus Kristus. selanjutnya, kita termasuk dalam keturunan Abraham, penerima janji Allah karena kita semua telah dibaptis dalam Kristus dan mengenakan Kristus (26-27). Kita adalah milik Kristus, maka kita adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah (29).
Saudara-saudara, sebagai penerima janji Allah, kita semua sesungguhnya adalah orang-orang yang diberi wasiat, yakni janji keselamatan yang tidak dapat dibatalkan, tidak dapat dikurangi dan ditambahi oleh apa dan siapapun. Itu berarti apa dan bagaimanapun pengalaman hidup yang terjadi, janji Tuhan Allah tidak akan pernah hilang dan usang bagi kita. Keyakinan seperti ini harus dipegang teguh oleh setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Bahwa hidup ini penuh dengan berbagai pergumulan, tantangan dan peluang, duka dan suka, sakit dan sehat, dan segala kenyataan hidup di dunia ini, itu benar, tetapi bukan berarti oleh semua itu janji Tuhan telah hilang. Agar janji itu tetap layak untuk kita, maka hidup ini haruslah terus diperjuangkan agar senantiasa sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Kesetiaan beriman dan terus taat kepada Tuhan Allah adalah syarat yang mesti disanggupi oleh setiap orang percaya, bukan supaya janji keselamatan Tuhan berikan, tetapi karena janji keselamatan telah Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus telah dianugerahkan kepada kita. Kita adalah anak-anak Allah, maka sebagai anak-anak-Nya, Bapa kita tidak akan perbah membiarkan kita menjalani kehidupan ini, Bapa kita senantiasa memperhatikan kita dan memelihara kita karena itu adalah janji-Nya. Maka marilah, jalani kehidupan ini dengan penuh syukur di dalam kesetiaan kepada Tuhan Allah. Amin                               


Bacaan Alkitab: Matius 7:21

“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Sorga”

Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Memanggil Tuhan atau berseru kepada Tuhan atau mengucapkan Nama Tuhan merupakan kebiasaan yang melekat dengan kehidupan orang yang beriman. Tindakan ini sesungguhnya bukanlah hal yang salah dan dilarang dalam kehidupan beriman. Tetapi, tidak jarang dalam kehidupan sehari-hari, kita mendengar atau menyaksikan seseorang dengan mudahnya mengucapkan kata “Tuhan” atau berseru kepada Tuhan dengan begitu gampangnya. Sehingga ucapan “Tuhan” atau seruan “Tuhan” yang keluar dari mulut seseorang tersebut seakan terucap tanpa sadar (spontan), akibatnya nilai kata “Tuhan” yang diucapkannya seakan menjadi tidak berharga. Selanjutnya di berbagai ritual ibadah tidak jarang juga dijumpai orang-orang yang begitu antusias menyebut atau menyerukan Nama Tuhan, tetapi tindakan tersebut tidak dalam bentuk kesungguh-sungguhan. Tuhan Yesus ternyata melihat dan menyaksikan pola hidup beriman seperti ini di tengah pelayanan-Nya. Terutama yang dipraktekkan kaum Farisi dan para ahli taurat kala itu. Kaum Farisi dan ahli-ahli taurat acapkali mempergunakan dan mangatasnamakan Tuhan dalam rangka mendapatkan penghormatan dan pujian dari umat dan kahalayak banyak. Padahal, dalam kenyataannya, mereka tidak taat pada perintah dan ketetapan Tuhan Allah. Hidup seperti inilah yang menghantar mereka dikelompokkan sebagai orang-orang munafik di Mata Tuhan Yesus.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

        Penegasan Tuhan Yesus tentang kerajaan Sorga sesungguhnya bukan sekedar menunjuk pada masa nanti di kehidupan selanjutnya, tetapi juga menunjuk pada kehidupan masa kini. Bahwa suasana kerajaan Sorga bukan sekedar suasana kehidupan nanti di seberang kehidupan masa kini, kerajaan sorga harus dipahami sebagai kehidupan yang di dalamnya kehendak Allah berlalku penuh dan Damai sejahtera terwujud total. Maka yang dimaksudkan Tuhan Yesus tentang kerajaan Sorga ini menyangkut dua dimensi kehidupan, yakni kehidupan masa kini dan nanti yakni kehidupan di negeri kekal setelah berakhirnya penghakiman pada kedatangan-Nya yang kali kedua. Maka pernyataan Tuhan Yesus ini mesti dipahami dengan benar, supaya tercipta kesadaran dan aplikasi dalam hidup dengan benar. Jadi kerajaan Sorga harus dipahami sebagai kehidupan yang penuh damai sejahtera Allah dan tidak ada lagi tempat sedikitpun bagi hidup yang diwarnai segala bentuk kemelut hidup keduniawian.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Pernyataan Tuhan Yesus sesuai bacaan kita saat ini menegaskan bahwa konsep beriman kepada-Nya adalah hidup yang berintegritas dalam arti adanya kesesuaian kata dengan tindakan nyata. Bahwa beriman kepada Tuhan Allah tidak melulu dalam untaian kata-kata, atau seruan kosong tak bermakna. Tuhan Yesus menegaskan bahwa sesungguhnya, orang yang layak menikmati Kerajaan Sorga, yakni kehidupan yang penuh damai sejahtera Allah, kehidupan yang terbebas dari segala perkara yang menyengsarakan adalah orang yang beriman kepada Tuhannya melalui tindakan aktif melakukan kehendak Allah Bapa. Berbicara kehendak Allah yang begitu luas, dalam dan tinggi telah disempurnakan oleh dan di dalam Yesus Kristus dengan satu kesimpulan atau muara kehidupan, yakni KASIH. Semua kehendak Allah yang dijabarkan dalam berbagai bentuk hukum, perintah, peraturan dan ketetapan Allah telah disimpulkan Yesus dengan satu tindakan beriman, yakni mengasihi Tuhan Allah dan mengasihi sesama. Maka jika dikaitkan dengan pernyataan Tuhan Yesus di atas, maka dapat dimengerti bahwa orang yang layak menikmati kerajaan Sorga adalah mereka yang mengasihi Tuhannya dan mengasihi sesamanya dengan tindakan dan perbuatan nyata. Orang yang telah sampai ke titik inilah yang akan menikmati kehidupan yang penuh damai sejahtera. Walaupun untaian kata tak dapat dipisahkan dalam aktifitas beriman, akan tetapi untaian kata dan seruan tersebut harus sesuai dengan tindakan dan perbuatan. Rasul Yohanes mengajak kita sekalian 1 Yohanes 3: 18

“Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran”

       Dengan mengasihi melalui perbuatan dan dalam kebenaran, maka niscaya kita diperkenankan menikmati kehidupan di kerajaan-Nya, yakni kehidupan yang diwarnai Damai Sejahtera Allah. Tuhan Yesus memberkati. Amin

Penelaan Alkitab Kaum Bapak


Bacaan Alkitab: Efesus 5:8-10

Pengantar

            Istilah kegelapan dan terang adalah dua suasana atau kondisi yang kontras satu sama lain. keduanya tidak akan pernah dapat disatukan dan menjadi satu kesatuan. Akan tetapi keduanya selalu ada dalam kenyataan kehidupan di dunia ini. Istilah kegelapan dan terang bukanlah sekedar kata-kata yang menunjuk pada suasana atau kondisi suatu tempat. Kedua istilah ini sesungguhnya mengandung arti rohani di dalam kekristenan. Bahwa kegelapan diidentikkan dengan kuasa iblis atau kejahatan dan terang menunjuk pada kuasa di dalam dan oleh Tuhan Yesus Kristus. Maka hidup di dalam kegelapan dapat dipahami sebagai keadaan hidup manusia yang berada dalam kungkungan kuasa dosa dan oleh karena itu manusia tidak mempunyai kemampuan melihat masa depan karena tidak berpengharapan. Segala sesuatu yang diperbuat, dipikirkan dan diperkatakan di kegelapan ialah segala sesuatu yang tidak mengandung makna bagi kehidupan ke masa yang akan datang yakni kehidupan yang menikmati damai sejahtera Allah. kehidupan dikegelapan adalah kehidupan yang diwarnai dengan segala pekerjaan iblis dan menuju kepada kebinasaan. Bertentangan dengan kehidupan di dalam terang, bahwa di kehidupan seperti ini tersedia kepastian hidup dan diwarnai dengan pengharapan memandang kehidupan masa depan. Kedua konteks kehidupan ini jelaslah sangat berbeda dan bertentangan satu sama lain.

Penjelasan Teks

Rasul Paulus menulis Suratnya ini kepada jemaat di Efesus jika disimpulkan sepintas lalu sesungguhnya mengandung topic yang focus atau khusus mengajarkan kehidupan baik sebagai pribadi maupun sebagai persekutuan kepada Tuhan Yesus Kristus untuk senantiasa hidup di dalam Tuhan Yesus Kristus, dan kehidupan tersebut adalah kehidupan yang dipenuhi dengan ketaatan dan kasih yang didasari kepercayaan kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat hidup. Kehidupan sebagai anak-anak terang juga menjadi bagian yang utuh isi surat Paulus ini, yang dimaksudkan bahwa sebagai jemaat Tuhan, setiap pribadi jemaat adalah orang-orang yang dahulu hidup di dalam kegelepan, yakni hidup di dalam ketidaktahuan akan maksud dan kehendak Allah, hidup di dalam tidak mengenal Allah dan kehidupan tersebut ada dalam kuasa dosa. Oleh karena itu, tidak ada kemampuan untuk memandang kehidupan masa depan. “Dahulu kamu adalah kegelapan,..” kalimat ini hendak menegaskan latarbelakang kehidupan jemaat di Efesus sebagai jemaat yang dahulu berada di dalam kuasa dosa, oleh karena itu tidak memiliki kemampuan mengenal dan memandang dalam iman kehidupan dengan benar di dalam Tuhan Allah. Dahulu mereka adalah orang-orang yang tidak mengenal kebenaran dan tinggal di dalam ketidakbenaran. “tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan” pernyataan ini menegaskan bahwa identitas jemaat di Efesus kini telah berubah, dan telah berpindah dari suasana kehidupan yang memiliki kepastian dan pengharapan akan masa depan. “oleh sebab itu, hiduplah sebagai anak-anak terang”. Kalimat ini merupakan satu kesatuan dengan kalimat-kalimat sebelumnya, yakni bahwa berpindahnya jemaat tersebut dari kehidupan di kegelapan kepada kehidupan di dalam terang Tuhan, maka mesti diiringi sikap hidup beriman yakni senantiasa mencirikan kehidupan sebagai anak-anak terang. Kehidupan sebagai anak-anak terang adalah kehidupan yang yang berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, oleh karena itu maka sebagai anak-anak terang hidupnya selalu menguji apa yang berkenan kepada Tuhan. Identitas jemaat Efesus ini, juga menjadi identitas kita dalam persekutuan ini. Maka kita perlu mendalami nasihat sekaligus ajaran iman dari Paulus ini dalam kehidupan kita di masa kini. Bahwa walaupun kita telah dimerdekakan oleh Yesus Kristus melalui dan di dalam kebangkitan-Nya menjadi anak-anak terang, akan tetapi kegelapan masih dan akan senantiasa membayang-bayangi kehidupan kita selama di dunia ini. Untuk itu mari kita berefleksi bersama tentang Firman Tuhan ini!

1.      Apa yang dapat kita maknai kalau kepada kita dikatakan bahwa dahulu kita adalah kegelapan?

2.      Buah dari anak-anak terang adalah kebaikan, keadilan dan kebenaran. Sudahkah ini berlaku dalam kehidupan kita saat ini sebagai anak-anak terang? apa saja bentuk konkritnya?

3.      Apa saja yang harus kita uji yang berkenan kepada Tuhan dalam hubungan dengan kehidupan kita sebagai persekutuan yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus?

Bacaan Alkitab: 2 Raja-raja 5: 1-19a

Kesaksian Seorang Tawanan

Pengantar

            Penyakit kusta merupakan penyakit yang sangat menjijikkan dalam kehidupan umat Israel, karena dalam keyakinan iman mereka, penyakit kusta adalah kutukan Allah. Maka orang yang kena penyakit kusta akan diasingkan dari kehidupan masyarakat dan dikucilkan. Demikian pula dalam kehidupan beragama, orang yang berpenyakit kusta dilarang keras untuk memasuki Bait Allah demikian juga untuk melaksanakan ibadahnya. Seorang yang berpenyakit kusta akan mengalami kehidupan yang menyedihkan, karena dia menderita tidak hanya dalam bentuk pisik, tetapi juga psikisnya. Maka penyakit kusta sangatlah dengan mudah dikenali oleh orang-orang Israel. Orang yang berpenyakit kusta kali ini bukanlah seorang Israel, melainkan salah seorang dari musuh mereka, yakni penglima raja Aram, yakni Naaman. Panglima Naaman ternyata sedang menderita penyakit kusta, untunglah dia bukan seorang Israel, sebab kalau dia seorang Israel, tentu jabatannya akan hilang lenyap dan dia akan dikucilkan dari lingkungan kerajaan. Di tengah pergumulannya tentang penyakit kusta yang dialaminya, ternyata seorang budak perempuan Israel yang merupakan tawanan, bersaksi tentang Allah kepadanya. bahwa di Negerinya di Israel, ada Nabi Tuhan yang memiliki kemampuan menyembuhkan penyakit kustanya. Kesaksian budak perempuan ini, ternyata direspon dengan seksama dan baik oleh sang panglima. Maka iapun meminta restu Raja supaya diperkenankan pergi ke Israel yang nota bene adalah saingan atau bahkan musuh mereka. Walaupun seorang tawanan, budak perempuan Israel ini tetap masih mampu dan mau bersaksi tentang kuasa kasih Tuhannya.



Pendalaman Teks

            Panglima Naaman adalah seorang yang terpandang dan disayangi oleh tuannya karena keberhasilannya memberi kemenangan kepada bangsanya. Di keadaan hidupnya yang terpandang tersebut dan di segala kesuksesan yang diraihnya, Naaman ternyata hidup dalam pergumulan yang berat. Penyakit kusta yang dideritanya tentu membuat dia tersiksa. Budak perempuan Israel yang tinggal padanya sebagai tawanan ternyata menjadi alat Tuhan baginya untuk mengenal kuasa Tuhan Allah Israel melalui nabi-Nya Elisa. Permohonan izin Naaman kepada tuannya untuk pergi berobat ke Tanah Israel ternyata juga mendapat respon yang baik. Raja Aram malah mengirimkan surat kepada raja Israel perihal maksud dan tujuan Naaman ke negeri Israel. Tetapi, patut disayangkan, ketika Naaman demikian pula raja Aram percaya bahwa di Israel ada seorang Nabi Tuhan yang berkemampuan menyembuhkan Naaman dari penyakit kustanya, malah raja Israel tidak mengetahuinya, sehingga dia tersinggung ketika menerima surat dari raja Aram. Keterangan ini menunjukkan bahwa raja Israel tidak menyadari keberadaan Nabi Elisa dengan kuasa yang diberikan Tuhan Allah kepada-Nya. Tetapi kemudian, ketika raja mengoyakkan pakaiannya pertanda kekecewaan dan kemarahannya, Nabi Elisa hadir dan mempersilahkan Naaman datang kepadanya. selanjutnya, ketika Naaman datang dengan pasukannya untuk berobat ke Israel, ternyata Elisa tidak mau menjumpainya, dia hanya menyampaikan kepada suruhannya agar Naaman mandi tujuh kali dalam sungai Yordan. Mendengar ini, Naaman sempat kecewa, dia tadinya beranggapan bahwa nabi Elisa paling tidak melakukan ritual bagi kesembuhannya. Sehingga Naaman sempat pesimis bahwa penyakitnya akan sembuh. Walaupun sempat membandingkan kejernihan sungai Abana dan Parpar di Damsyik dengan sungai Yordan, tetapi kemudian Naaman mengikuti perintah tersebut. Dia mandi di sungai Yordan dan penyakit kusta yang dideritanyapun sembuh. Sembuh dari sungai Yordan, Naaman mengungkapkan pengakuan imannya yang baru; “15b, Sekarang aku tahu bahwa di seluruh buni tidak ada Allah kecuali di Israel”. Pengakuan iman Naaman ini sesungguhnya lahir bukan karena kesembuhannya dari penyakit kustsa, tetapi lebih pada keherenan yang meliputi hidupnya. Bahwa hanya dengan mandi di sungai Yordan, dia sembuh. Tentu peristiwa ini adalah sesuatu yang tidak masuk akal, dan oleh karena itu lahirlah pengakuan bahwa hanya Tuhanlah yang mamu melakukan ini. Komitmen iman Naaman kemudian terbangun, bahwa dia tidak lagi menyembah kepada allah lain, tetapi hanya kepada TUHAN.



Aplikasi

            Kisah ini tentu menarik perhatian kita, bahwa pergumulan hidup sesungguhnya membuat kita bisa menjadi peka terhadap berita tentang kuasa dan kasih Tuhan Allah. itulah yang dialami Naaman. Demikianlah juga tindakan untuk bersaksi dari seorang budak perempuan Israel yang walaupun seorang tawanan, kesaksiannya tidak berhenti atau sirna. Kesaksian ini tentu lahir dan didorang oleh kepercayaannya dan pengenalannya akan Tuhan Allah melalui nabi Tuhan di Israel, yakni Elisa. Apa sesungguhnya yang hendak disampaikan kepada kita melalui kisah ini? ada 2 hal yang penting untuk kita renungkan, yakni yang pertama, bahwa bersaksi tidak ditentukan oleh tempat, keadaan dan situasi hidup yang sedang kita alami. Layaknya budak perempuan yang tinggal di rumah Naaman, sesungguhnya setiap orang percayapun seharusnya melakukan tindakan yang demikian. Kesaksian kita tentang kuasa dan kasih Tuhan tidak boleh dipengaruhi oleh keadaan dan situasi serta kondisi hidup kita. Yang kedua ialah, bahwa keyakinan atau iman yang mewujud dalam tindakan adalah kunci bagi kita untuk menerima dan  menikmati kuasa dan kasih Tuhan Allah. Itulah yang diperankan oleh Naaman si panglima perang.



Untuk Didiskusikan

1.    Dalam bentuk atau tindakan apa saja kita dapat bersaksi tentang Tuhan Allah kepada orang lain?

2.    Faktor apa sajakah yang seringkali menghalangi kita memberi kesaksian kepada orang lain tentang Tuhan Allah kita?

3.    Tindakan apa saja yang harus kita lakukan sebagai wujud keberimanan kita kepada Tuhan Allah?

4.    Apakah sesungguhnya yang patut kita diteladani dari seorang Naaman di kehidupan kita sehari-hari?

Tuhan Yesus Memberkati kita. Amin

           



Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 5: 1- 11

Pengantar

            “Kejujuran” merupakan sikap yang sangat didambakan oleh seseorang dari orang lain terutama dalam konteks persahabatan. Kejujuran, tidak dapat terbeli dengan uang maupun harta. Begitu berharganya kejujuran, maka setiap orang menjadikannya menjadi syarat dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Namun, harus diakui bahwa menemukan orang jujur bukanlah pekerjaan yang mudah. Jujur kepada orang lain, mungkin lebih mudah dilakukan daripada jujur kepada diri sendiri, terlebih kepada Tuhan. Kenapa demikian? Karena di dalam diri manusia itu terdapat sisi negatif yang sangat mempengaruhi hidupnya, yakni sulit mengakui siapa dirinya, sulit mengakui kekurangannya maupun kesalahannya.

Saat ini, kita akan belajar tentang kisah Ananias dan Safira. Kisah ini juga berbicara tentang kejujuran.

Pendalaman Teks

Kisah tentang Ananias dan Safira, pasangan suami istri yang mati dangan cara menyedihkan dan menakutkan merupakan bagian dari kisah hidup jemaat kristen yang mula-mula. Kisah ini merupakan kisah yang tidak terpisahkan dari kisah kehidupan jemaat mula-mula dalam hidup persekutuan mereka. Waktu itu, pengikut-pengikut Kristus hidup dalam persekutuan yang menantikan kedatangan Tuhan Yesus untuk keduakalinya. Mereka menyangka bahwa kedatangan Tuhan Yesus untuk kali kedua sudahlah sangat dekat. Maka dalam kehidupan bersama yang sehati sepikir dan beribadah kepada Tuhan, mereka (jemaat mula-mula) itu menghabiskan waktu menanti kedatangan Tuhan dengan cara berdiam diri tanpa memusingkan pekerjaan sehari-hari mereka. Ada saja jemaat yang menjual harta miliknya untuk biaya hidup bersama dalam persekutuan tersebut. Nah, di sinilah kisah ini terjadi. Ananias dan Safira juga melakukan hal yang sama, yakni menjual ladang mereka untuk disumbangkan ke persekutuan. Namun, dengan setahu istrinya, Ananias menahan sebagian dari hasil penjualan ladangnya itu untuk dirinya. Ternyata pembohongan ini diketahui oleh Petrus, sehingga ia menegor Ananis (ay. 3-4). Tragisnya, kisah ini berakhir dengan kematian Ananias dan disusul oleh istrinya Safira.

Untuk didiskusikan bersama

  1. Menurut saudara, kenapa Ananias dan Safira mati dengan cara yang mengenaskan?
  2. Belajar dari kisah ini, menurut saudara, apakah resiko dari orang yang tidak jujur?
  3. Menurut saudara apa itu “kejujuran”?
  4. Ceritakan pengalamanmu tentang “kejujuran”?
  5. Bagaimana agar kita bisa menjadi orang yang jujur?




bendrio sibarani: Penelaan Alkitab Untuk Para Pelayan Tuhan

bendrio sibarani: Penelaan Alkitab Untuk Para Pelayan Tuhan: Bacaan Alkitab: 1 Timotius 6: 20 a “Hai Timotius, peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu.” Pengantar             Timot...

Penelaan Alkitab Untuk Para Pelayan Tuhan


Bacaan Alkitab: 1 Timotius 6: 20 a

“Hai Timotius, peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu.”

Pengantar

            Timotius adalah seorang pelayan yang termuda yang tercatat sebagai orang yang diberikan tanggungjawab untuk memimpin persekutuan jemaat yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Timotius sendiri menjadi seorang Kristen sejak dia bertobat waktu Paulus melakukan perjalanan dalam rangka pekabaran Injil di Listra. Paulus memberi perhatian lebih dan sangat senang kepada Timotius. Kepada Timotius, Paulus mempercayakan tugas pelayanan untuk pergi meneguhkan hati orang-orang Kristen di Tessalonika yang kala itu sedang teraniaya (2 Kor 1: 19). Bersama-sama dengan Paulus dan Silwanus ia mengirim salam kepada Jemaat di Tessalonika. Kemudian Timotius juga kedengaran bersama Paulus di Efesus tatkala ia diutus bersama Erastus ke Makedonia dengan suatu misi penting yang lain dan dari situ ia harus terus ke Korintus (1 Kor. 4:17). Timotius kemudian menjadi pemimpin jemaat di Efesus. Timotius di mata Paulus adalah seorang anaknya sendiri yang setia dalam Tuhan. Maka Paulus sangat memperhatikan kehidupan Timotius dalam segala keberadaan dirinya. Apakah karena masih tergolong masih sangat muda, Timotius ternyata adalah seorang pemalu (kurang percaya diri), itulah sebabnya Paulus sangat mendesak jemaat di Korintus supaya mereka menyambut Timotius dan memperlakukannya dengan nyaman dan tidak menganggapnya rendah (1 Kor. 16: 10-11). Keadaan hidup Timotius yang demikian ini, membuat Paulus tidak pernah berhenti menasihatinya, supaya dia senantiasa mampu melaksanakan segala tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Selain nasihat untuk pribadi Timotius, Paulus juga tidak pernah berhenti menasihatinya tentang segala tugas dan tanggungjawabnya dan bagaimana ia harus melakukannya.



Pendalaman Teks

            Nasihat Rasul Paulus ini merupakan penugasan kepada Timotius untuk menjaga iman yang telah dipercayakan kepadanya. Kata “Peliharalah..” dapat diartikan sebagai perintah untuk menjaga, mengawasi, serta mengusahakan agar sesuatu itu tetap pada keadaannya semula dan tidak berubah menjadi lain. Dalam hal ini Timotius diberikan tugas untuk menjaga, mengawasi serta terus berupaya mempertahankan segala sesuatu yang dipercayakan kepadanya bukan hanya dari Paulus, tetapi dari Tuhan Yesus Sang pemberi Tugas. “Peliharalah” juga menunjuk pada kesiap-sediaan untuk mempertahankan kebenaran-kebenaran berharga itu bila diserang, diputarbalikkan atau disangkal. Sedangkan yang dimaksud dengan “Apa yang telah dipercayakan” dalam kalimat ini adalah menyangkut seluruh tugas pelayanan yakni mulai dari memimpin persekutuan, pemberitaan Injil dan pelayanan kasih dan segala sesuatu yang berhubungan dengan ketiganya. Kata “dipercayakan” berarti diberi atau dianugerahi rasa percaya oleh Sipemberi sehingga apa yang diberi dipertanggungjawabkan dengan cara melakukan segala sesuatu yang mesti dilakukan sehubungan dengan pemberian tersebut. Pemberian kepercayaan ini perlu dibedakan dengan berbagai bentuk pemberian kepercayaan lainnya di berbagai sendi kehidupan. Apabila biasanya kita mendengar dan melihat, bahwa pemberian kepercayaan kepada seseorang biasanya didasarkan karena kemampuan yang dimiliki atau dirasa dilayak, maka pemberian kepercayaan kepada Timotius, bukanlah karena dia dianggap mampu dan layak, tetapi pemberian kepercayaan tersebut semata-mata karena inisiatif Tuhan Yesus Kristus. “ Hai Timotius, Peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu” menunjuk pada kewajiban suci untuk mengamankan milik berharga yang telah diberikan oleh Tuhan Yesus kepadanya. Barang yang berharga ini adalah Injil Kristus yang diserahkan oleh Roh Kudus. Berangkat dari pengertian kata demi kata dalam kalimat ini maka dapat disimpulkan bahwa kepada Timotius Paulus mengingatkan sekaligus menugaskan supaya dia menjaga, mengawasi dan melakukan segala sesuatu demi terpeliharanya dan terlaksananya segala sesuatu yang menjadi tugas yang dipercaya dapat dilakukannya. Tugas tersebut adalah memberitakan Injil, memelihara persekutuan dan melaksanakan pelayanan kasih.



Aplikasi

            Kepada kita masing-masingpun, Tuhan memberikan tugas dan tanggungjawab dalam segenap kehidupan kita sebagai pelayan-pelayan-Nya. Itu berarti kepada kita diberikan kepercayaan untuk melakukan tugas panggilan Tuhan. Maka sebagai penerima kepercayaan, kepada kita nasihat Rasul Paulus itupun adalah relevan, yakni “Peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu!” Memelihara apa yang telah dipercayakan kepada kita sesungguhnya bukanlah perkara ringan untuk dilakukan. Apalagi yang dipercayakan tersebut bersangkut paut dengan tugas pelayanan. Artinya, ketika tugas ini dipercayakan kepada kita, maka kita sesungguhnya sedang ditempatkan pada posisi hidup untuk orang lain demi kemuliaan Tuhan Allah. Di sinilah letak pergumulannya, yakni ketika kita harus berhadapan dengan begitu banyak karakteristik yang berbeda.



Untuk didiskusikan

1.      Sebagai pelayan dan keluarga apa sajakah yang dipercayakan kepada kita?

2.      Apa saja bentuk tantangan yang kita hadapi dalam rangka memelihara yang dipercayakan dalam pelayanan kita?

3.      Dalam bentuk konkrit apa saja kita memelihara apa yang telah dipercayakan kepada kita sebagai pelayan-pelayan Tuhan?

4.      sampaikanlah buah-buah pikiran untuk saling memberi dan berbagi dalam rangka keberhasilan memelihara apa yang telah dipercayakan kepada kita sebagai peayan Tuhan!

             



Bacaan Alkitab: Keluaran 2: 11- 14

Oleh: Pdt. Bendrio Pandapotan Sibarani, M. Teol

Pengantar

            “Air susu dibalas dengan air tuba”, adalah sebuah pepatah yang dapat diartikan sebagai tindakan kebaikan yang dibalas dengan kejahatan. Pepatah ini sangatlah dikenal karena dalam kenyataan, selalu saja ada orang yang berperilaku demikian. Atau paling tidak ada orang yang mengklaim dirinya mengalami tindakan demikian. Sudah ditolong, bukannya berterimakasih tetapi malah menjadi pembenci kita. Sudah diberikan perhatian bahkan dengan mengorbankan banyak hal, tetapi setelah itu malah dianggap musuh. Akan tetapi dari mereka yang menjadi pelaku tidak akan pernah mengakui tindakan ini, melainkan akan senantiasa berupaya untuk melakukan pembenaran diri bahwa pertolongan atau apapun bentuknya yang dterimanya tidaklah benar. Menghadapi perilaku hidup seperti ini pastilah membuat kita merasa kecewa, jengkel dan geram. Itu bukan karena kita menghendaki menerima ucapan terimakasih atau penghargaan, tetapi paling tidak apa yang kita perbuat mendapat tanggapan atau respon. Akan tetapi, memaksakan seseorang untuk mengucap terimakasih kepada kita atas apa yang telah kita perbuat atau lakukan kepada orang itu juga bukanlah sikap yang baik, sebab jika demikian, itu menunjukkan bahwa yang kita perbuat itu tidaklah benar-benar tulus. Berupaya dengan penuh ketulusan, mewujudkan solidaritas kepada sesama dengan menolong, membela dan mendamaikan sesama, tetapi dibalas dengan rasa dibenci, itulah yang dialami Musa dari saudara-saudaranya di Mesir.

Pendalaman Teks

            Ternyata kehidupan Musa di istana Firaun tidak pernah membuat dia melupakan kaumnyayakni orang-orang Ibrani yang adalah budak di Mesir. Kemungkinan besar pengetahuan dan pengenalan Musa terhadap orang-orang Ibrani sangatlah dipengaruhi peran inang penyusu (Perempuan Ibrani), yakni ibunya sendiri (ay.8-9). Setelah Musa beranjak dewasa, darah Ibrani yang mengalir di darah Musa menggerakkan solidaritasnya untuk menolong saudaranya (budak Ibrani) yang dipukul. Musa menolong sesamanya ini dengan membunuh orang Mesir tersebut. Tetapi keesokan harinya, disaat semangat dalam solidaritasnya mulai membara, Musa pun keluar menemui saudara-saudaranya yang sedang kerja paksa. Kali ini Musa mendapati dua orang Ibrani tengah berkelahi. Kepada orang yang bersalah itu Musa mempertanyakan alasannya memukul temannya. Tetapi, pertanyaan ini dianggap sebagai bentuk penghakiman yang dilakukan Musa atas dirinya, maka ia bertanya kembali kepada Musa:”Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami”?  Pertanyaan ini kemudian dilanjutkan dengan mengungkit tindakan Musa yang membunuh seorang Mesir sehari sebelumnya sampai pada akhirnya sampai di telinga Firaun (ay. 15). Kepedulian Musa yang begitu besar dan tulus kepada saudara-saudaranya ternyata harus membuat Musa meninggalkan kehidupannya yang serba nyaman dan tentram di istana. Kebaikan Musa untuk menolong saudaranya yang teraniaya di Mesir ternyata mendapatkan perlakuan sebaliknya, ketulusannya untuk menolong dan mendamaikan saudaranya mendapatkan penolakan. Itulah realitas hidup yang dialami Musa.

Aplikasi

Kisah hidup Musa yang dengan ketulusan menolong dan mendamaikan saudaranya (sesama Ibrani) yang berujung pada rasa benci dan penolakan dari saudaranya itu merupakan kehidupan yang dapat saja terjadi di kehidupan kita, khususnya kita sebagai keluarga dan pelayan Tuhan. Atas rasa keterpanggilan kita di dalam menunaikan tugas pelayanan dan juga didorong semangat solidaritas sesama anggota persekutuan yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, kita dapat saja atau mungkin pernah mengalami peristiwa seperti ini. Maksud hati untuk membela dan menolong saudara yang diperlakukan tidak adil, disudutkan, difitnah, ditindas oleh orang lain, tetapi ternyata yang kita terima malah sebaliknya. Maksud hati untuk mendamaikan, tetapi malah dituduh menghakimi, tentulah tidak menyenangkan. Tetapi itu adalah realitas yang memiliki kemungkinan dalam rangka kita melaksanakan tugas panggilan lita sebagai keluarga dan pelayan-pelayan Tuhan. Pengalaman seperti inilah yang menjadi salah satu factor tidak sedikit dari pelayan-pelayan Tuhan yang mengundurkan diri dari tugas panggilannya. Bahkan Musa sendiripun kemudian ketika diutus Tuhan ke Mesir untuk memimpin umat-Nya keluar dari sana merasa enggan pergi dan berusaha menolak panggilan tersebut, tentu salah satunya ialah karena Musa telah mengetahui karakteristik umat yang akan diimpinnya itu. Dari Midian Tuhan Allah kemudian memanggil Musa untuk diutus ke Mesir. Pengalaman hidup Musa melalui kesaksian Alkitab saat ini, menjadi bahan refleksi bagi kita sekalian supaya kita menyadari bahwa ke dalam suasana hidup seperti inilah sesungguhnya Tuhan mengutus kita. Di suasana kehidupan seperti inilah sesungguhnya kita menjadi berguna. Tetapi tugas seperti ini bukanlah tugas yang mudah, bahkan sebaliknya, ini menyakitkan dan dapat membuat orang undur diri dari tugas panggilannya. Ke konteks hidup seperti inilah Musa diutus Tuhan Allah. Siapkah kita?

Bahan Diskusi:

1.      Menurut kelompok, factor apa saja yang membuat orang sampai tidak merespon dengan baik dan benar perbuatan baik yang diberikan kepadanya?

2.      Tuliskanlah hasil refleksi atau perenungan kelompok dari pengalaman Musa ini bersangkutpaut dengan kehidupan sebagai keluarga dan pelayan Tuhan!

3.      Buatlah komitmen darihasil refleksi atau perenungan kelompok!

Bacaan Alkitab: Yehezkiel 3:16-21

KONSEKWENSI LOGIS SANG PENJAGA UMAT

Oleh: Pdt. Bendrio Pandapotan Sibarani, M. Teol

Pengantar

            Yehezkiel (Allah menguatkan) sebenarnya adalah seorang imam, anak Busi. Dia adalah salah seorang dari 1000 orang Ibrani yang ditawan oleh Raja Nebukadnezar pada tahun 597 sM. Ketika Yehezkiel berada di pembuangan, dia kemudian menerima tugas sebagai nabi untuk menyampaikan Firman Allah kepada umat Israel setelah ia mendapat penglihatan di tepi sungai Kebar dalam liputan kekuasaan TUHAN. Tugas dan tanggung jawabnya kemudian menjadi rangkap yakni sebagai imam dan juga sebagai seorang nabi. Sebenarnya kedua jabatan ini dibedakan dalam tradisi keagamaan umat Israel, yakni bahwa imam biasanya bertugas di Bait Allah untuk melangsungkan peribatan, sedangkan seorang nabi biasanya tidak berdiam di satu tempat, melainkan kemana saja biasanya diutus oleh Tuhan untuk menyampaikan Firman-Nya (nubuatan; hukuman, tegoran dan peraturan). Salah satu kekhasan Yehezkiel ialah bahwa dia hanya diutus kepada umat Israel dan tidak ke bangsa-bangsa lain. Bahkan tugasnyapun kemudian bertambah ketika dirinya ditugaskan sebagai penjaga Israel setelah ia menerima Firman Tuhan setelah 7 hari dia dipanggil untuk melayani orang-orang Israel yang dibuang di Babel.



Pendalaman Teks

            Tugas Yehezkiel sebagai penjaga kaum Israel adalah tugas yang diterimanya dari Tuhan Allah. Yehezkiel dipanggil dengan sebutan “anak manusia” yang menunjuk pada sisi kemanusiaannya dan jabatannya sebagai utusan dan penyambung Lidah Allah. Tuhan memanggil Yehezkiel bukanlah karena kehebatan dan kesempurnaan, melainkan semata-mata karena kedaulatan Tuhan Allah atasnya. Tugas Yehezkiel sebagai “penjaga” merupakan tugas yang tidak mudah dan ringan. “penjaga” dalam tradisi Israel adalah seseorang yang memantau, melihat dan pertama kali menyerukan kode awas kepada penghuni kota ketika adanya ancaman serangan yang datang. Maka seorang penjaga adalah seorang yang senantiasa siap sedia dan tidak dapat lengah. Seorang penjaga yang lengah akan bertanggungjawab terhadap keselamatan semua orang yang menghuni sebuah kota. Penjaga biasanya akan berada di menara jaga supaya dapat melihat dengan bebas segala bentuk ancaman serangan yang datang. Jika demikian halnya dengan tugas seorang penjaga, maka Yehezkiel yang diberikan tugas sebagai penjaga kaum Israel adalah seorang yang bertanggungjawab atas keselamatan kaum Israel, dalam hal ini tentang kebenaran mereka hidup di dalam iman. Oleh karena itu, kepada Yehezkiel diberikan tugas untuk memberitakan Firman Tuhan sebagai peringatan kepada kaum Israel, bukan saja kepada mereka yang berlaku jahat, tetapi juga kepada orang benar yang berpaling dari hidupnya. Sebagai seorang penjaga bukanlah berarti Yehezkiel dijamin dapat membuat orang Israel bertobat. Karena sebagai penjaga, Yehezkiel harus melakukan tugasnya sebagai penjaga dengan cara melayani, memberitahukan Firman Tuhan, menegur dan memberi peringatan kepada umat Israel. Tugas ini dilakukan tentulah dengan cara atau tindakan bijaksana dan bukan dalam upaya penghakiman. Tugas penjaga bukanlah sebagai hakim. Tujuan dari penugasan Yehezkiel ini sesungguhnya adalah agar umat Tuhan terhindar dari kebinasaan akibat dosa dan kejahatan mereka. Maka kesetiaan Yehezkiel dituntut oleh Tuhan Allah dalam menyampaikan Firman-Nya kepada kaum Israel. Direspon tidaknya Firman Tuhan yang berupa peringatan dan teguran tersebut, bukanlah menjadi tanggungjawab Yehezkiel. Pertanggungan jawab yang dituntut dari Yehezkiel adalah jika karena Firman Tuhan tidak disampaikannya, umat itu menjadi tidak bertobat. Sekali lagi, Yehezkiel tentulah menyampaikan teguran dan peringatan ini sesuai dengan kehendak Tuhan dan cara Tuhan yakni agar orang berdosa tidak menjadi binasa oleh dosanya, melainkan melakukan pertobatan. “Peringatkanlah mereka atas Nama-Ku” demikian Firman Tuhan kepada Yehezkiel. Artinya ialah bahwa apa yang disampaikan Yehezkiel bukanlah berasal dari dirinya sendiri, melainkan atas kehendak Tuhan semata.



Aplikasi

            Sebagai pelayan-pelayan Tuhan, semua kita yang terhimpun dalam persekutuan ibadah ini, sesungguhnya kita juga adalah penjaga-penjaga sesama dan secara khusus kita adalah penjaga persekutuan. Sebagai penjaga, tentu kepada kita diperhadapkan konsekwensi logis, yakni tidak bisa tidak, kita menerima tugas dan tanggung jawab seperti tugas dan tanggung jawab Yehezkiel. Bahwa Firman Tuhan harus kita sampaikan dengan penuh kesetiaan. Penyampaian Firman Tuhan tersebut, baik itu teguran dan peringatan kepada orang-orang yang yang berbuat kejahatan/dosa demikian juga dengan orang-orang benar yang berbalik melakukan curang mestilah dilakukan dalam konteks melayani dan di dalam kasih. Persoalannya adalah tugas dan tanggung jawab ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Begitu banyak tantangan yang pasti kita hadapi, baik dari diri/keluarga sendiri maupun dari orang-orang lain, yakni mereka yang menjadi sasaran penyampaian teguran dan peringatan tersebut. Tetapi, sebagai pelayan-pelayan Tuhan, juga sebagai umat yang percaya kepada Tuhan, ini adalah konsekwensi logis yang mesti kita terima. Tetapi sekali lagi, teguran dan peringatan yang kita sampaikan haruslah semata-mata Firman Tuhan dan disampaikan dengan benar sesuai dengan tujuan dan harapan Tuhan, yakni agar umat bertobat dan tidak binasa dalam keberdosaannya. Tugas ini menuntut kesetiaan kita.



Bahan Diskusi

1.      Kelompok mengklasifikasikan apa saja factor yang menghambat melakukan tugas seorang penjaga seperti yang digambarkan di atas!

2.      Lakukanlah sharing di dalam kelompok tentang cara yang benar dalam menegur atau memperingatkan seseorang yang hidup dalam dosa atau seseorang yang benar yang berbalik melakukan tindakan curang!

3.       Bacalah kembali perikop diatas dan buatlah kesimpulan kelompok!