Senin, 29 April 2019

bendrio sibarani: khotbah persekutuan Rumah tangga dan jemaat

bendrio sibarani: khotbah persekutuan Rumah tangga dan jemaat: Bacaan Alkitab: 2 Korintus 3:12- 4: 2 Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,        Istilah atau kata “pelayan...

khotbah persekutuan Rumah tangga dan jemaat


Bacaan Alkitab: 2 Korintus 3:12- 4: 2

Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
       Istilah atau kata “pelayanan” sudah menjadi istilah atau kata yang digunakan secara luas oleh manusia dalam berbagai instansi atau lembaga. Di bidang kesehatan, di kepolisian, di pelayanan publik pemerintahan, bahkan di bidang jasa keuangan dan perhotelan dan instansi lainnya, termasuk dalam hal yang bertentangan dengan moral atau etika. Pelayanan dalam hal ini dipahami sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan orang yang bersangkut paut dengan instansi atau lembaga tersebut. Kata “pelayanan” kemudian menjadi kata yang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana kemudian “pelayanan” dipahami di dalam persekutuan orang yang percaya kepada Tuhan Yesus? Pelayanan menurut Alkitab sesungguhnya adalah tindakan yang meliputi segenap kehidupan seseorang yang dimaksudkan semata-mata demi kemuliaan Tuhan, dan bukan sekedar memuaskan atau memenuhi kebutuhan orang-orang yang dilayani. Maka pelayanan di dalam kehidupan persekutuan orang yang percaya adalah pemberian diri kepada sesama dan kepada Tuhan Allah dengan satu maksud dan tujuan agar Tuhan dimuliakan.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
       Karena tujuan dan maksud pelayanan hanyalah demi kemuliaan Tuhan, maka pelayanan tersebut mesti dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keberanian yang didasari dengan kemuliaan Tuhan terpancar dalam dirinya dan sifatnya tidak sesaat atau tidak situasional serta tidak bersifat kondisional. Seorang pelayan adalah seorang yang benar-benar di dalam dan melalui dirinya terpancar cahaya kemuliaan Tuhan, sehingga pelayan tersebut dapat memberi kesaksian tentang Tuhan melalui kehadirannya dalam pelayanan. Rasul Paulus, membandingkan pelayan Perjanjian Lama, dalam hal ini Musa dengan pelayan-pelayan Perjanjian Baru. Kemuliaan Allah terpancar di dalam dan melalui Musa, tetapi sifatnya hanya sementara, sehingga ia menyelubungi mukanya dengan maksud agar umat Israel tidak melihat bahwa cahaya kemuliaan Tuhan itu hilang daripadanya. Cahaya kemuliaan Tuhan itu kemudian terselubung bagi umat Israel hingga saat ini, mereka tidak dapat melihat cahaya kemuliaan Tuhan karena pikiran mereka tumpul, sehingga ketika membaca Perjanjian lama, itu tanpa disingkapkan. Akibatnya mereka tidak pernah dapat mengerti dan mengenal bahwa Kristus Yesuslah yang sebenarnya yang merupakan inti Perjanjian lama itu. Maka hanya Kristuslah yang dapat menyingkapkan. Apakah sesungguhnya yang menjadi factor mengapa mereka tidak dapat mengenal Kristus dalam Kitab Musa? Karena selubung menutupi hati mereka. Melalui kesaksian Paulus ini, maka dapat ditarik kesimpulan awal, bahwa pelayanan adalah tindakan yang dilakukan seorang pelayan di mana hatinya telah terbuka, dan didiami Roh Allah sehingga ia dapat dengan meredeka memancarkan cahaa kemuliaan Allah. Inilah kemudian perbedaan pelayanan di dunia sekuler (dunia sehari-hari seperti yang disebutkan di atas) dengan pelayanan dalam kehidupan orang percaya.  
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
       Sebagai umat Perjanjian Baru, melalui sengsara, penderitaan dan kematian Yesus Kristus di kayu salib, sesungguhnya kepada kita Tuhan Allah telah memberikan cahaya kemuliaanNya. Maka kehidupan kita sesungguhnya adalah pelayanan. Dalam perjumpaan kita dengan orang lain, kita sesungguhnya sedang melayani. Demikian juga ketika kita bersekutu seperti sekarang ini, kita sedang melayani Tuhan dan melayani sesama dengan hanya satu tujuan yakni demi kemuliaan Tuhan. Oleh sebab itu kita semua adalah pelayan-pelayan Perjanjian Baru yang mesti memancarkan cahaya kemuliaan Allah melalui kehidupan kita. Kita tidak lagi menyelubungi muka atau hidup kita karena kita kehilangan cahaya kemuliaan Allah, kita adalah pelayan-pelayan yang merdeka karena Roh Allah ada di dalam kita. sebagai pelayan-pelayan Perjanjian Baru, kita tidak boleh tawar hati  dan harus menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan, tidak boleh licik dan memalsukan Firman Allah. Kebenaran harus dinyatakan dalam konsep kemerdekaan.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
       Cahaya kemuliaan dalam diri setiap orang yang melayani Tuhan datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka di dalam penderitaan dan kematian serta kebangkitan Kristus, kita sekalian telah diubah menjadi serupa dengan GambarNya. Satu hal yang dituntut dari kita dalam hal ini adalah hati dan pikiran kita mesti terbuka untuk dibaharui oleh Tuhan Allah melalui FirmanNya. Supaya kita tidak menjadi sama dengan umat Israel di mana hati dan pikiran mereka telah tumpul. Ay.16 apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu akan diambil daripadanya. Artinya ialah bahwa cahaya kemuliaan Tuhan hanya aka nada dan terpancar melalui seorang pelayan yakni setiap kita apabila hati kita berbalik kepada Tuhan Allah. Menjadi pelayan tidaklah mudah saudara-saudara, aka nada banyak tantangan yang dihadapi, dibenci karena menyatakan kebenaran, ditolak karena dicurigai, dicemooh karena dianggap sok suci, dan penderitaan lainnya. Tetapi mesti diyakini dan diimani serta diamini bahwa Kristuslah telah melalui semua itu sebagai jaminan bagi kita untuk terus melayani demi kemuliaan namaNya. Terpujilah Kristus. Amin        BPS  




















Minggu, 10 Maret 2019
(Minggu Prapaskah II)
Stola&Antependium: Ungu

Bacaan Alkitab Ulangan 26:1- 11; Lukas 4: 1- 13
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pencobaan yang dialami oleh manusia kerapkali membuat manusia melupakan diri dan Tuhannya. Pencobaan-pencobaan tersebut dapat mewujud dalam berbagai bentuk tragedi kehidupan, baik dalam bentuk kesusahan maupun dalam bentuk mesuksesan hidup. Artinya manusia senantiasa diperhadapkan pada pencobaan hidup yang juga melibatkan dirinya sendiri. Ketika orang percaya jatuh ke dalam pencobaan, maka yang terjadi di sana adalah umat akan melupakan jati dirinya dan juga melupakan Tuhannya. Pencobaan-pencobaan hidup selalu dimanfaatkan iblis untuk menjauhkan umat Tuhan dari Tuhannya dan ujung-ujungnya adalah supaya umat Tuhan meninggalkan Tuhannya dan sujud menyembah kepadanya (iblis). Semua yang terjadi dan dialami oleh manusia di kolong langit ini, dapat menjadi pencobaan bagi dirinya sendiri. Baik kekurangan, kelebihan, kekuatan, kelemahan, kepintaran, kebodohan dan lain sebagainya selalu menjadi peristiwa hidup yang dapat menjadi pencobaan bagi umat Tuhan. Maka setiap orang percaya senantiasa diarahkan untuk mengingat jati dirinya sebagai umat yang telah ditebus oleh Tuhan Allah. Bukti bahwa seorang percaya tetap setia mempertahankan jati dirinya dan setia kepada Tuhannya ialah ketaatannya berkorban kepada Tuhannya, yakni mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan Allah.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Umat Israel mendapat perintah Tuhan agar jikalau mereka terbebas dari penderitaan dan kesengsaraan, dan memasuki serta menikmati hidup yang menyenangkan, supaya tetap mempersembahkan hidup mereka kepada Allah sebagai bukti ketaatan dan kesetiaan mereka memelihara jati diri sebagai umat Allah. Mempersembahkan hasil pertama dari setiap berkat yang mereka terima dari Tuhan wajib dilakukan. Ini adalah korban yang menunjuk bahwa Tuhan Allah lah yang terutama dan pertama di dalam kehidupan umat percaya. Penderitaan dan kesengsaraan di perjalanan hidup di masa silam dan mungkin juga di masa depan yang dialami oleh umat Tuhan tidak boleh membuat umat Tuhan menjadi berubah setia. Apapun dan bagaimanapun kondisi hidup umat percaya, kesetiaan kepada Tuhan harus tetap menjadi sikap dan tindakan imannya. Kesengsaraan dan penderitaan yang terjadi dan dialami oleh umat Tuhan harus dijadikan sebagai pengalaman iman, yang bertujuan mengarahkan hidup kepada penyerahan diri secara totalitas kepada Tuhan dan menjadikan Tuhan selalu yang terutama dan yang pertama. Mempersembahkan korban dari hasil pertama dari keberhasilan hidup ini menjadi kewajiban yang mesti dilakukan oleh setiap orang percaya sebagai wujud dan bukti kesetiaan kepada Tuhan Allah.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pencobaan adalah bagian dari proses hidup setiap orang percaya selama hidup di dunia ini. Pencobaan sendiri datang dari diri manusia dan iblis bekerja di sana memanfatkan semua bentuk situasi dan kondis hidup manusia. Tuhan Yesus sendiripun telah menghadapi pencobaan dari Iblis, tetapi bukan dari dirinya, sebab Dia tidak berdosa, Dia menghadapi pencobaan untuk membuktikan bahwa iblis tidak akan pernah menang atas Dia. Pencobaan yang dihadapi Yesus menjadi pembelajaran iman bagi setiap orang percaya bahwa sesungguhnya dengan senantiasa taat dan setia kepada Tuhan Allah, maka iblis dikalahkan dan kemengan iman menjadi milik umat-Nya. Bentuk penderitaan berupa kelaparan di Padang gurun menghantar Tuhan Yesus pada pencobaan Iblis untuk menggunakan kuasaNya mengubah batu menjadi roti. Jenis pencobaan ini sangat dekat dengan kehidupan orang percaya. Kondisi dalam kelaparan menunjuk pada kondisi hidup yang serba kekurangan dan tidak memiliki apa-apa. Kondisi hidup seperti ini akan membuat orang tergoda untuk menghalalkan semua cara, termasuk dengan cara menghianati Tuhannya asalkan apa yang dibutuhkan terpenuhi. Tuhan Yesus tidak mau menggunakan kuasaNya hanya untuk roti dan tunduk kepada iblis. Tuhan Yesus mengatakan bahwa manusia tidak hidup dari roti saja, tetapi dari setiap Firman Tuhan. Tuhan Allah sanggup memberikan apa yang dibutuhkan umatNya asalkan umatNya percaya kepada-Nya. Demikian pula dengan kuasa dan kemuliaan serta dengan janji Tuhan Allah tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk tunduk kepada iblis. Singkatnya ialah apapun yang ada di kehidupan ini tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk menyangkali Tuhan Allah dan tunduk kepada iblis.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Di Minggu-minggu sengsara ini, kita akan diajak merenungkan segenap kan perjalanan hidup kita dalam hubungannya dengan berbagai bentuk penderitaan dan kesengsaraan sebagai umat Tuhan. Pencobaan, acapkali menghantar kita menderita dan sengsara. Maka pencobaan apapun wujud dan bentuknya harus dihadapi dengan tetap setia dan taat kepada Tuhan Allah. Mempersembahkan hidup kepada Tuhan Allah dan senantiasa memposisikan Tuhan Allah sebagai yang terutama dan pertama di kehidupan ini. Bagaimanapun kesengsaraan dan penderitaan hidup yang pernah kita alami dan yang akan kita hadapi, ingatlah bahwa kita tidak akan pernah ditinggal pergi dan dibiarkan oleh Tuhan Allah. Di pencobaan hidup sekalipun Dia berkuasa, FirmanNya berkuasa mengarahkan kita menaklukkan diri dan menakklukkan segala bentuk pencobaan yang kita hadapi di hidup ini. Selama kita tetap berpegang teguh pada Firman Tuhan, dan selama kita tetap taat kepada Tuhan Allah, kasih setia-Nya tidak akan pernah meninggalkan kita. Maka berdasarkan kesaksian Alkitab saat ini, ketika kita akan menjalani minggu-minggu sengsara di tahun ini, ingatlah bahwa Tuhan menghendaki kita senantiasa mengandalkan Firman-Nya, hidup sesuai dengan Firman-Nya serta taat kepada-Nya. Persembahkanlah hidup secara totalitas sebagai bentuk korban hidup kita kepada Allah dengan demikian tidak ada tempat bagi iblis merongrong kehidupan beriman kita dan menjauhkan kita dari kasih karunia Tuhan Allah. Tuhan Yesus sendiri telah berkorban, menderita dan mengalami kesengsaraan, Ia disalib dan mati demi menebus kita dari kuasa maut. Kita tidak akan binasa di dalam menghadapi setiap bentuk kesengsaraan dan penderitaan hidup di dunia ini, selama kita tetap setia kepada-Nya dan mempersembahkan hidup kita secara total kepada-Nya sebagai bentuk ketaatan dan kesetiaan kita kepada-Nya.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
            Marilah, sebagai umat yang telah ditebus oleh Tuhan Allah, kita senantiasa setia dan sedia mempersembahkan hidup kita secara menyeluruh kepada Tuhan Allah. Jadikanlah Tuhan Allah yang terutama dan yang pertama di dalam hidup saudara, maka segala sesuatu akan ditambahkan-Nya kepadamu. Pencobaan berat sekalipun, termasuk derita dan kesengsaraan niscaya akan kita lewati. Hiduplah sesuai dengan Firman-Nya, niscaya segala bentuk pencobaan yang membuat kita menderita dan sengsara akan berujung pada kemenangan, sebab Tuhan Yesus sendiri telah menghardiknya dari kehidupan kita umat tebusan-Nya. Tuhan Menyertai dan memberkati kita menghadapi dan menjalani kehidupan ini. Sengsara dan penderitaan niscaya menghantar kita kepada Damai sejahtera Tuhan Allah. Amin                                                       BPS








Bacaan Alkitab: Kejadian 45:1-15
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kisah hidup Yusuf adalah kisah hidup yang sangat mengharukan. Jika kisah ini difilmkan laksana sebuah sinetron, maka para penikmat sinetron akan terharu dibuatnya. Tapi kisah ini bukanlah sebuah sinetron yang ceritanya hanya fiktif belaka. Kisah hidup Yusuf adalah kisah nyata. Bermula dari rasa iri dan cemburu karena Yusuf diperlakukan lebih daripada saudara-saudaranya oleh ayah mereka, Yusuf juga menonjolkan diri sebagai orang yang diberi karunia oleh Allah melalui mimpi/penglihatan serta Yusuf juga sering melaporkan perbuatan jahat para saudara-saudaranya kepada ayah mereka. Kemudian, Yusufpun menjadi korban akibat rasa iri dan cemburu saudara-saudaranya, semula ia hendak dibunuh, tetapi hal itu kemudian tidak terjadi dan akhirnya saudara-saudaranya menjualnya kepada orang Mesir. Kisah hidup Yusuf kemudian berlanjut di Mesir, dia juga harus mendekam di penjara karena istri potifar memfitnahnya hendak menodai dirinya, padahal dialah yang sesungguhnya hendak menodai kehormatannya kepada Yusuf. Yusuf yang tidak bersalah itu kemudian mendekam di dalam penjara. Ternyata penjara inilah kemudian yang menghantar Yusuf pada kesuksesannya di Mesir. Berkat Karunia yang diperolehnya dari Tuhan Allah untuk menafsirkan mimpi, maka Yusufpun kemudian menduduki posisi sangat penting di pemerintahan Mesir. Dia memperoleh kepercayaan penuh dari raja Mesir untuk berkuasa atas segalanya di Mesir.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
        Yusuf bukanlah sekedar penafsir mimpi Firaun, tetapi juga seorang yang kemudian diberi kepercayaan mengeksekusi antisipasi menghadapi masa sukar yang terjadi selama 7 tahun setelah masa 7 tahun berkelimpahan. Di tahun kedua masa kesukaran yang terjadi, ternyata orang-orang di Tanah Kanaanpun juga kena dampaknya. Mereka, yakni ayah dan saudara-saudara Yusuf kemudian datang mencari bahan makanan ke Mesir, sebab mereka mendengar bahwa di Mesir pasokan makanan masih tersedia. Pada saat inilah saudara-saudara, Yusuf kemudian berjumpa dengan saudara-saudaranya yang pernah meniatkan kejahatan kepadanya. Dalam bacaan kita saat ini dikisahkan bagaimana puncak perjumpaan Yusuf dengan saudara-saudaranya. Setelah beberapa kali saudara-saudara Yusuf datang ke Mesir, maka Yusufpun tidak dapat menahan rasa cinta kasihnya kepada mereka. Yusufpun memperkenalkan diri kepada mereka. Apa yang terjadi dalam peristiwa ini? Ternyata, saudara-saudara Yusuf menjadi sangat takut. Takut karena mereka langsung mengingat perbuatan mereka di masa silam kepada Yusuf saudara mereka. Yusuf sendiri tidak menaruh dendam kepada saudara-saudaranya tersebut, sebaliknya, Yusuf melihat yang terjadi dan dialaminya adalah rencana atau rancangan Tuhan Allah.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Dendam dan rasa benci sirna dari dalam diri Yusuf kepada saudara-saudaranya karena ia mampu melihat perkara yang terjadi atas dirinya sebagai perkara dari Tuhan Allah. Kemampuan Yusuf melihat pengalaman hidupnya dari sudut pandang iman mengarahkan dia tetap mengasihi keluarganya, mengasihi ayahnya dan saudara-saudaranya. “jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah. Dialah yang menempatkan aku sebagi bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir” inilah pernyataan Yusuf kepada saudara-saudaranya. Dendam dan rasa benci tidak ada di dalam diri Yusuf walaupun kalau mengingat perlakuan saudara-saudaranya begitu jahat kepadanya di masa silam. Yusuf sangat menyadari bahwa kedudukannya yang sekarang adalah semata-mata anugerah Allah yang bertujuan agar melalui dirinya, kehidupan banyak orang tetap terjamin, termasuk kaum keluarganya.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pengalaman hidup Yusuf, merupakan pengalaman hidup yang mengharukan. Tidak banyak orang atau mungkin sangat sulit dijumpai orang seperti Yusuf di kehidupan sekarang ini. Seseorang yang pernah diperlakukan dengan tidak baik, bahkan direncanakan untuk dibunuh, kemudian dijual kepada orang lain, pastilah sulit untuk melupakannya. Rasa kecewa, benci dan bahkan dendam yang membara akan menyelimuti hidup orang seperti ini. Ketika orang seperti ini kemudian sukses, pastilah tidak mudah menerima saudara yang pernah berbuat kejahatan kepada kepada kita. Mungkin saja tidak mau mengakui, tidak mau menerima atau bahkan dapat saja membalas dendam kepada saudara-saudara yang seperti ini. Tetapi Yusuf tidak demikian. Yusuf tidak mendendam, Yusuf tidak membalas perbuatan saudara-saudaranya. Yusuf melupakan semua tindak kejahatan saudara-saudaranya kepadanya oleh karena ia menyadari bahwa keadaan hidupnya sekarang, kesuksesan yang diraihnya merupakan karya Tuhan dengan tujuan agar melalui dirinya, banyak orang diselamatkan termasuk keluarganya sendiri. Sengsara membawa nikmat, itulah semboyan yang tepat diperuntukkan pada hidup Yusuf.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Apa makna kisah hidup Yusuf ini bagi kita? Yang pertama ialah bahwa keluarga dan saudara-saudara kita adalah keluarga dan saudara untuk selamanya. Maka seberat apapun dan sesakit apapun perlakuan saudara-saudara kita kepada kita di kehidupan masa silam, maka keadaan dan posisi hidup kita saat ini harus diaminkan sebagai rencana dan rancangan Tuhan Allah. Tuhan senantiasa merancang kita pada rancangan damai sejahtera walaupun ada saudara kita yang merancangkan kecelakaan atas kita. yang kedua ialah, melalui kisah hidup Yusuf ini kita sekalian diingatkan bahwa hidup setiap orang terus berproses dan diproses oleh Tuhan Allah untuk tiba pada kesuksesan dan hidup yang berkemenangan. Yang ketiga ialah bahwa setiap orang harus menjadi seorang yang mengampuni, menyambut dan membalaskan setiap perbuatan dengan memberkati orang lain. terpujilah Tuhan Allah. Amin








Bacaan Alkitab: Lukas 9:28-36; 1 Tim 6:11-16
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
      
Pengantar singkat tentang Pra Paskah
Hari Minggu saat ini kita sekalian telah memasuki minggu-minggu sengsara/prapaskah selama 7 Minggu ke depan. Penetapan kalender gereja ini sesungguhnya dimaksudkan agar kita diberi waktu dan kesempatan untuk merenungkan kesengsaraan Yesus Kristus yang telah terjadi ketika kehadiranNya di dunia ini demi menganugerahkan keselamatan kepada kita. Masa 7 minggu sengsara (40 hari) tidak termasuk Jumat agung dan Sabtu teduh. Masa sengsara adalah masa persiapan paskah. Masa 40 hari ini umat diarahkan untuk memeriksa diri serta memiliki pengalaman penderitaan, kematian, dan kemenangan Kristus atas maut. Minggu sengsara dulunya diawali dengan perayaan Rabu abu (tradisi RK) dan berakhir pada hari Minggu Palem, yakni hari Minggu sebelum Jumat Agung. Minggu Palem merupakan pengingat bagi kita yakni ketika Yesus memasuki Yerusalem dengan disambut oleh orang banyak dan memproklamirkan Dia sebagai Kristus. Hari Kamis berikutnya disebut Kamis Putih menunjuk pada perayaan perjamuan Yesus dan murid-muridNya, sesudah itu jumat agung, sabtu teduh dan minggu paskah (berdasarkan tradisi gereja RK).
Minggu sengsara atau periode 40 hari sering juga disebut masa puasa. Tahun 325 dalam konsili di Nicea gereja menetapkan tentang puasa ini. Tujuannya adalah; 1. Agar orang Kristen bersiap diri dan melakukan pertobatan, dan 2. Agar orang-orang yang belum Kristen dan mau menjadi Kristen dipersiapkan untuk menerima baptisan pada saat paskah. (tradisi di Roma waktu itu, orang biasanya mengenakan baju dari sarung dan tetap terpisah dari kontak sosial sampai mereka diperdamaikan kembali dengan komunitas Kristen pada kamis putih). Pada tahun 600 an Paus Gregorius agung menambahkan tradisi ke dalamnya, yakni dengan praktek memerciki para penyesal dengan Abu yang membuat hari itu diberi nama Rabu Abu. Di Gereja kita, tradisi perayaan Minggu sengsara dilaksanakan selama 7 Minggu tanpa mengikuti semua tradisi yang ada di dalamnya,  tetapi tetap memberi makna kepadanya sebagai waktu bagi semua jemaat untuk hidup dalam perenungan akan sengsara atau pengorbanan Yesus Kristus demi penyelamatan manusia.
Sidang Jemaat, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
       Minggu saat ini, Firman Tuhan yang  menjadi bacaan kita berisi tentang sebuah peristiwa Illahi yang terjadi dan dialami tiga orang murid Yesus yang biasa disebut dengan istilah Transfigurasi atau dalam bahasa Yunani disebut dengan metamorpho-omai, yakni mengubah bentuk atau rupa. Yaitu, bahwa dalam perjalananNya menuju Yerusalem, Yesus Kristus mengalami perubahan penampakan wajah yang penuh cahaya kemuliaan Illahi. Transfigurasi itu kemudian diyakini sebagai karunia Allah bagi umatNya, yakni perubahan spiritual orang-orang beriman. Penampakan Elia dan Musa bersama Yesus Kristus di puncak gunung tersebut merupakan penampakan diri dalam kemuliaan Illahi. Peristiwa transfigurasi sendiri diawali dengan Yesus berdoa, dan dikemuliaan Illahi tersebut, Yesus berbicara dengan Elia dan Musa. Pembicaraan tersebut tak lain dan tidak bukan adalah mengenai tujuan kepergian Yesus Kristus dan penggenapan tentangNya di Yerusalem. Petrus dan teman-temannya yang melihat Kemuliaan Yesus Kristus saat itu, berkata kepada Yesus” Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Persoalannya adalah bahwa Petrus tidak tahu atau tidak mengerti apa yang ia katakan. Mereka sungguh merasakan kebahagiaan ketika menyaksikan kemuliaan Allah saat itu, tetapi di saat yang samapun ketika awan menaungi mereka dan masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka.
Sidang Jemaat saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Pengalaman iman ketiga murid di puncak gunung pengalaman rohani bersama Yesus Kristus merupakan pengalaman iman yang tidak mungkin terlupakan oleh mereka. mereka berbahagia di sana, bahkan Petruspun menawarkan hendak mendirikan 3 kemah di sana. Ia ternyata masih memikirkan Allah seperti pemikiran iman bangsa Israel ketika di perjalanan di padang gurun. Petrus tidak tahu, bahwa Allah ada di dalam diri Yesus Kristus. Yesus Kristuslah kemah suci yang sesungguhnya. Di dalam Yesuslah berdiam segala kepenuhan Allah. Selanjutnya adalah ketidak tahuan Petrus tentang apa yang diucapkannya sebenarnya menunjuk pada kemampuannya untuk mengerti apa sesungguhnya yang selanjutnya akan terjadi dan dialami Yesus dalam menunjukkan kemuliaan Allah tersebut, yakni dengan menggenapi segala sesuatu yang ditetapkan Allah untuk terjadi dan dialami Yesus Kristus, yakni kesengsaraan, kematian dan kebangkitan. Kebahagiaan Petrus dan kawan-kawannya di puncak gunung tersebut oleh karena menikmati dan mangalami kemuliaan Illahi ternyata adalah kebahagiaan situasional. Mereka ternyata kemudian merasa takut tatkala awan gelap menaungi hidup mereka. Peristiwa ini sesungguhnya merupakan kritik iman bagi setiap orang percaya bahwa ketika berada di puncak gunung kebahagiaan karena menikmati kemuliaan Allah, orang percaya harus tetap berada di konsistensi iman. Memandang kemuliaan Tuhan, sungguh memang akan mengantar setiap orang kepada kebahagiaan. Akan tetapi, bahwa kemuliaan Tuhan itu tidaklah situasional atau kondisional, maka ketika awan kelam menutupi kehidupan ini, berada di dalam kemuliaan Allah harus tetap menjadi komitmen iman.
Sidang Jemaat saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Peristiwa transfigurasi Yesus Kristus, yang disaksikan dan dinikmati oleh Petrus dan kawan-kawannya sesunguhnya adalah peristiwa yang tidak pernah usai dan using dalam hidup setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Bahwa kemuliaan Allah itu harus dan mesti menjadi prinsip hidup dan tujuan hidup setiap orang di dunia ini. Tetapi harus pula diingat bahwa kemuliaan Tuhan itu juga diwujudnyatatakan dalam bentuk pengorbanan melalui kesengsaraan. Jika Yesus berbicara dengan Musa dan Elia di peristiwa transfigurasi tersebut, maka sesungguhnya, Yesus Kristus hendak menegaskan bahwa kemuliaanNya akan menjadi nyata dan sempurna ketika segala  kehendak Allah digenapiNya, termasuk dengan cara menderita dan sengsara. Jika Minggu saat ini kita mulai memasuki minggu-minggu sengsara sesungguhnya kepada kita diingatkan 2 hal, yakni bahwa kesengsaraan orang benar dan dalam kebenaran adalah wujud kemuliaan Allah. Yang kedua. Bahwa wujudnyata kemuliaan Allah akan membawa setiap orang percaya kepada kebahagiaan. Oleh karena itu, tugas kita sesungguhnya adalah memancarkan kemuliaan Allah kepada dunia ini, melalui identitas diri, perilaku hidup, konsistensi iman atau kesetiaan meskipun dalam bingkai pengalaman sengsara dan derita. Dalam bacaan kita yang kedua ditegaskan bahwa sebagai manusia Allah, atau sebagai orang-orang yang di dalam hidupnya terpancar kemuliaan Allah melalui pengorbanan Yesus Kristus yang telah menyelamatkan, menguduskan, maka segala bentuk perilaku, pemikiran yang tidak berkenan di hadapan Allah harus dibuang dari hidupnya. Sebaliknya, orang-orang yang telah menerima keselamatan dari Allah di dalam Yesus Kristus, harus mengejar keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan serta harus bertanding dalam pertandingan iman yang benar untuk meraih hidup kekal.
Sidang Jemaat saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Sehubungan dengan perayaan HUT GPI yang ke 414 tahun di minggu sengsara saat ini, melalui Firman Tuhan saat ini pun kepada kita sebagai warga gereja protestan Indonesia diingatkan bahwa melalui peristiwa 414 tahun yang silam di Ambon, Tuhan telah menunjukkan kemuliaanNya. Ulang tahun GPI ini ditetapkan  (Selasa, 27-2-1605) karena pada saat itulah ibadah syukur pertama kali dilakukan dengan menggunakan tata ibadah gereja protestan di Indonesia bahkan di seluruh Asia. Pada saat itulah pula kemuliaan Allah disaksikan dan dilihat di Nusantara melalui gereja Protestan. Kebahagiaan menjadi pengalaman orang-orang protestan. Tetapi harus pula diingat, bahwa kebahagiaan itu bisa pudar dan hilang jikalau kemuliaan Allah tidak tinggal tetap di dalam hidup umatNya. Maka kalaupun kesengsaraan harus menjadi pengalaman beriman kita di negeri ini, di tengah kehidupan kita dengan orang-orang lain oleh karena kecintaan kita terhadap keadilan, oleh karena kesetiaan kita kepada Tuhan Yesus, oleh karena kesabaran dan kelembutan kita menghadapi segala bentuk penindasan dan penghambatan, maka kita mesti ingat bahwa di sanalah kemuliaan Allah akan terus terpelihara. Selanjutnya kita akan tetap berada di kebahagiaan Illahi kendatipun awan kelam menaungi kita, kita tidak akan menjadi ketakutan. Allah di dalam Yesus Kristus setia menyertai kita, sebagaimana orang-orang protestan boleh bersyukur di benteng kemenangan (Viktoria) di Ambon 414 tahun yang silam maka kitapun akan tiba pada benteng kemenangan kekal di puncak kebahagiaan bersamaNya. Selama menjalani minggu-minggu sengsara dan selamat ulang tahun bagi gereja Tuhan, Gereja Protestan di Indonesia. Tuhan Yesus Memberkati. “Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin

Bacaan Alkitab: Mazmur 118:1-2, 9; Lukas 19:28- 40
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Hari ini kita telah tiba di hari Minggu terakhir Minggu Sengsara (7), itu berarti kita akan memasuki perayaan puncak penderitaan Yesus Kristus dalam perayaan Jumat Agung serta akan memasuki puncak perayaan kemenanganNya pada Peristiwa Paskah atau KebangkitanNya dari kematian. Selama minggu-minggu sengsara ini, kita telah diarahkan pada refleksi kehidupan dan pengorbanan Tuhan Yesus dalam rangka penebusan kita sehingga beroleh keselamatan dan hidup kekal. Kita juga telah merenungkan bagaimana penderitaan dan kesengsaraan hidup sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus kita maknai sebagai pengalaman hidup beriman untuk menjadi orang-orang yang dimurnikan di dalam iman. Saat ini melalui kesaksian Alkitab ini kepada kita kemudian diberitakan bahwa Tuhan Yesus menuju Yerusalem untuk menggenapi nubuat yang telah Allah tetapkan di dalam Dia. Yesus Kristus benar-benar tahu tujuan kedatanganNya ke Yerusalem, yakni untuk disalibkan. Akan tetapi pengikut-pengikutNya sepertinya melupakan hal ini. Mereka dengan antusias dengan penuh semangat didasari ingatan pada mukjizat yang dilakukan Tuhan Yesus mereka menyambut Yesus Kristus sebagai Mesias, seorang pahlawan yang gagah perkasa. Mereka tak mengerti kenapa kala itu Yesus Kristus malah menunggangi seekor keledai muda.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Di balik peristiwa ini, nubuatan Zakaria digenapi (Zak.9:9). Bahwa Yesus Kristus hadir di Yerusalem diposisikan sebagai Raja. Dia dielu-elukan, disambut dengan penghormatan melalui hamparan pakaian dijalanan. Padahal, seorang Raja biasanya menunggangi seekor kuda, sebagai symbol keperkasaannya, tetapi Yesus Kristus malah menunggangi seekor keledai muda. Melalui perintah misterius, para murid menemukan keledai yang dimasudkan Yesus Kristus. Tidak ada argument apapun mengenai perintah ini, para murid langsung melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka. Perintah misterius dari Yesus Kristus ini menunjukkan kemahakuasaanNya mengetahui dan menguasai masa depan. Seruan para murid tentang kedatangan Yesus Kristus sebagai Raja mendapat keberatan dari orang-orang Farisi dan mereka meminta Yesus Kristus menghentikan murid-muridNya menyerukannya. Yesus Kristus tidak menghentikan mereka. bahkan jika mereka diam, maka batu-batupun akan berseru seperti seruan mereka.
Saudara-saudara, apakah sebenarnya yang terjadi? Apakah Tuhan Yesus sama dengan para pengikutNya, melupakan maksud dan tujuan kedatanganNya ke Yerusalem? Tidak saudara-saudara, Yesus Kristus sangat menyadari untuk apa Dia datang ke Yerusalem, yakni untuk menggenapi segala sesuatu yang dinubuatkan tentangNya, yakni karya penyelamatan umat manusia, walaupun hal itu melalui pengorbanan di kayu salib. Mari kita simak ayat 37, dikatakan bahwa ketika Ia dekat Yerusalem di tempat jalan menurun dari bukit zaitun, mulailah semua murid yang mengiringi Dia bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh karena segala mukjizat yang telah mereka lihat. Luapan kegembiraan semua murid ini ternyata dilatarbelakangi pengalaman mereka tatkala menyaksikan segala mukjizat yang dilakukan Yesus Kristus. Mereka lupa bahwa kahadiran Tuhan Yesus ke Yerusalem adalah untuk menyelesaikan sengsara dan deritaNya sampai pada puncak derita di Kayu salib. Mukjizat yang murid saksikan selama ini telah membuat mereka gagal memahami kehendak Allah. Mereka gagal mengerti dan memahami maksud dan arti dari tindakan Yesus Kristus termasuk yang menunggangi seekor keledai muda.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kita sekalian akan memasuki peringatan puncak sengsara dan penderitaan Yesus Kristus sampai pada kematianNya. Apakah segala bentuk pengalaman hidup sukacita, pengalaman hidup yang diberkati Tuhan, apakah segala keberhasilan, kesuksesan yang kita alami, peristiwa heran yang terjadi dalam hidup kita akan membuat kita gagal memaknai derita dan kesengsaraan Tuhan Yesus? Apakah kita akan gagal memahami sikap yang ditunjukkan Tuhan Yesus?
Ingatlah bahwa Tuhan Yesus datang ke Yerusalem sungguh-sungguh untuk menggenapi segala yang dinubuatkan BapaNya bagiNya, termasuk melalui derita, sengsara bahkan kematianNya di kayu salib. Merenungkan peristiwa kedatangan Tuhan Yesus ke Yerusalem lewat bacaan Alkitab saat ini, sesungguhnya kita hendak diarahkan pada perenungan hidup;
  1. Bahwa menjadi percaya kepada Tuhan Yesus bukanlah melulu karena kita telah menyaksikan, merasakan dan menikmati perbuatan ajaib Tuhan dalam hidup ini. Melainkan segala bentuk pengalaman hidup yang terjadi atas kita harus dipahami sebagai bukti kedaulatan Tuhan atas hidup kita, termasuk pengalaman berbentuk derita dan kesengsaraan hidup
  2. Bahwa sesungguhnya Tuhan Yesus adalah Raja yang memberi keteladanan hidup dalam kerendahan hati, dengan menunggangi seekor keledai muda. Maka keteladanan inipun mesti menjadi perilaku hidup setiap anak-anak Tuhan di kehidupan ini.
  3. Bahwa sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, melalui kedatangan Yesus Kristus ke Yerusalem kita sekalian diingatkan bahwa ketaatan adalah sikap hidup beriman yang harus kita miliki dalam hidup ini.
  4. Bahwa sebagai orang-orang yang telah diberikan keselamatan lewat penebusan kita di Kayu salib oleh Tuhan Yesus Kristus, maka kita harus menghargai hidup ini dengan membuat hidup ini berharga di hadapan Tuhan dan di hadapan sesama. Hidup akan berharga tatkala orang percaya hidup mengaplikasikan kasih kepada Tuhan dan sesamanya.
Marilah kita persiapkan diri untuk memasuki perenungan hidup diperayaan puncak derita dan sengsara Yesus Kristus dengan senantiasa menjadi orang yang rendah hati, senantiasa menjadi orang yang taat dan senantiasa menjadi orang yang mengasihi.
Catatan: sehubungan dengan peneguhan seorang Penatua saat ini, dan pelantikan Kompelka di jemaat ini, maka ingatlah Firman Tuhan ini, yang mengarahkan saudara-saudara menjadi hamba yang benar di hadapan Tuhan Allah. Seorang hamba Tuhan adalah seorang yang rendah hati, seorang yang taat dan seorang yang hidup di dalam kasih.
Terpujilah Tuhan Yesus. Amin






Bacaan Alkitab:Yohanes 13: 21-35
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
            Yudas Iskariot menjadi murid Yesus Kristus yang sangat terkenal dalam sejarah sampai saat  ini dalam tindakan penghianatannya kepada Yesus Kristus. Yudas Iskariot sebagai seorang murid Yesus, adalah salah seorang murid yang memiliki peran penting dalam perjalanan pelayanan Yesus Kristus bersama murid-muridNya. Yudas diberi kepercayaan sebagai pemegang kas kelompok murid-murid tersebut. Tentu segala sesuatu yang berhubungan dengan biaya pelayanan ada di tangan Yudas. Kedekatan Yudas dan posisi penting yang dimilikinya ternyata tidak serta merta menjadikan seorang Yudas menjadi murid yang terbebas dari tindakan penghianatan kepada Sang Guru. Yudas Iskariot sesungguhnya tidak pernah sungguh-sungguh menjadi murid Yesus Kristus. Dia jatuh pada jabatan Rasul, tapi ia tidak pernah mempunyai persekutuan yang sungguh-sungguh dengan Tuhan Yesus. Dengan demikian ia tetap yang telah ditentukan untuk binasa, sudah binasa, karena ia tidak pernah diselamatkan. Gelar Yesus yang paling tinggi bagi Yudas adalah Rabi, bukan Tuhan. Maka segala pengalamannya bersama Yesus Kristus tidak diyakininya sebagai pengalaman iman bersama Tuhan. Yudas tidak pernah berhasil masuk dalam kuasa mengasihi sebagaimana yang diteladankan oleh Sang Guru Agung, Yesus Kristus. Puncak dan akhir karier seorang Yudas sebagai murid berakhir dengan tindakan penghianatan di perjamuan akhir yang dilaksanakan Sang Guru bersama murid-muridNya.
 Sidang Jemaat Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
            Yudas meninggalkan Sang Guru dan rekan-rekannya yang lain sesudah Yesus memperingatkan dia di Pejamuan akhir malam itu. Dia melakukan niat dan aksinya menjual Sang Guru dengan cara menjual dirinya. Berangkat dari tindakan Yudas di perjamuan akhir kala itu, Yesus Kristus kemudian memberikan perintah baru, yang sesungguhnya tidaklah baru, karena Yesus Kristus telah berulang-ulang menyampaikan tindakan ini kepada semua orang yang mengikutiNya selama ini. Tetapi kepada murid-muridNya, kembali Yesus Kristus memberikan perintah ini, yakni Supaya sebagai murid-muridNya, mereka saling mengasihi. Kasih yang dimaksudkan Yesus di sini adalah kasih Agape, yakni kasih tanpa syarat sebagaimana Yesus Kristus mengasihi murid-muridNya. Yesus menekankan bahwa murid-murid Yesus Kristus hanya dikenal dan diketahui jikalau hidup dalam saling mengasihi tanpa syarat. Dalam hal ini, kasih sebagai sesama sahabat (Philia) tidak cukup untuk menunjukkan identitas murid-murid Yesus Kristus, sebab orang-orang yang bukan murid-murid Yesuspun dapat dan biasa melakukannya. Sebagai murid-murid Yesus Kristus, yang telah menerima dan menikmati Kasih Tuhannya, murid-murid Yesus mesti memiliki identitas dan ciri khas yang membuatnya berbeda dengan orang-orang lain. Apa sesungguhnya yang dimasudkan Yesus ketika memberikan perintah baru untuk saling mengasihi sesama murid Yesus dengan Kasih Agape? Yesus Kristus hendak menegaskan bahwa  hanya dengan saling mengasihilah murid-murid akan memiliki kekuatan dan kemampuan untuk tetap utuh dan bersatu serta mampu bertahan menghadapi segala bentuk tantangan dan pelayanan hidup mereka.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
            Jika saat ini, kita kembali diberi waktu dan kesempatan oleh Tuhan Allah menikmati jamuan bersama Tuhan Allah di Perjamuan ini, maka ada dua hal yang harus kita renungkan dalam-dalam untuk menjadi sikap dan tindakan kita dalam kehidupan ini.
Yang pertama, bahwa ketika di perjamuan seperti ini kita duduk sehidangan dengan Tuhan Allah, maka kita diingatkan tentang seorang Yudas yang menghianati Tuhannya. Sikap dan tindakan Yudas serta persekutuannya selama ini bersama Yesus Kristus menjadi peringatan kepada kita semua untuk tidak jatuh pada sikap dan karakteristik yang sama. Kita diingatkan untuk merenungkan baik-baik dan dengan benar, siapa Yesus Kristus bagi kita dalam persekutuan denganNya. Dia adalah Tuhan Juruselamat yang kepadaNya kita menyerahkan hidup dengan total dalam kasih yang benar.
Yang kedua, melalui Perjamuan Kudus ini, sebagai murid-murid Yesus Kristus kita diingatkan kembali untuk memeriksa jenis kasih kita dengan sesama di persekutuan sebagai sesama murid-muridNya. Apakah kita selama ini sudah mengasihi sebagaimana Kristus mengasihi kita? ataukah masih ada sisa-sisa Yudasi dalam diri kita? sebab membenci sesama sama halnya menjadi sama dengan Yudas. Kemudian, jika kita mengasihi sesama kita sebagai murid-murid Tuhan Yesus, dengan kasih apakah kita mengasihi? Apakah hanya dalam kasih Philia atau kasih sebagai sesama sahabat? Jika kasih ini yang masih berlaku, maka perintah baru Tuhan Yesus melalui bacaan kita saat ini menjadi perintah bagi kita, bahwa kita harus saling mengasihi di dalam kasih Kritus, sebagaimana Dia mengasihi kita, yakni dengan kasih Agape, kasih tanpa syarat, kasih tanpa motivasi, kasih tanpa menuntut balas, kasih yang benar dan sempurna.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
            Di dalam kematianNya di Kayu Salib, Yesus Kristus telah mengaplikasikan kasih Agape tersebut kepada kita. maka di dalam dan melalui Perjamuan Kudus saat ini, kita semua diingatkan bahwa identitas kita sebagai murid-murid Yesus hanya dikenal ketika kita hidup saling mengasihi di dalam Kasih Kristus yang telah mengasihi kita. Ketika kita menerima menikmati roti dan anggur dalam perjamuan kudus saat ini, maka saat itu pula Tubuh dan darah Kristus menyatu dan mengalir di dalam kita. Jauhlah kiranya dari kita apa yang dilakukan Yudas, yang kemasukan iblis ketika ia makan dan minum bersama dengan Tuhan Yesus di perjamuan akhir malam kala itu. Karena Tubuh dan Darah Kristus Yesus ada di dalam kita, maka kuasa Tuhanpun niscaya diam di dalam kita, maka kita dimampukan menghadapi setiap perkara dan terus hidup di dalam ikatan iman yang kuat seorang dengan yang di dalam persekutuan dan kita menjadi orang-orang yang dapat memancarkan kasih Kristus kepada semua orang, sehingga melalui kasih itu, kita bersaksi tentang Kristus kepada dunia ini. Terpujilah Tuhan Yesus, Amin




Bacaan Alkitab: LUKAS 24:1-12
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Bukit batu (yang sedikit lunak) atau gua merupakan tempat yang dipilih oleh sebagian besar umat Yahudi sebagai tempat pekuburan bagi anggota keluarga yang meninggal. Tradisi ini diwarisi dari cara leluhur mereka menguburkan anggota keluarga yang telah meninggal. Ketika Tuhan Yesuspun meninggal, Dia juga dikuburkan pada bukit batu (Mrk.15:46). Biasanya jalan masuk ke dalam makam seperti ini sangatlah sempit (cukup ketika dapat memasukkan jenazah ke dalamnya). Tetapi di dalam pekuburan ini ruangan akan sedikit lebih luas dan terdiri dari sel-sel sebagai tempat untuk meletakkan jenazah. Jadi di dalam sebuah kuburan di bukit batu seperti ini terdapat lebih dari satu jenazah. Jika dalam sel-sel di dalam gua tersebut jenzah telah menjadi tulang belulang, maka biasanya tulang-belulang tersebut dapat dipindahkan ke sel yang lebih sempit yang dsebut dengan nama “osuari” dengan maksud agar sel yang kosong tersebut dapat disimpankan jenazah yang baru. Demikian juga kuburan tempat mayat Yesus dibaringkan, merupakan kuburan yang kebetulan belum pernah digunakan sebelumnya. Biasanya, orang-orang dapat masuk ke dalam kuburan ini karena pintu biasanya ditutp dengan cara menutupnya dengan batu atau benda lainnya.  
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Ketika Tuhan Yesus dikuburkan, ternyata pintu masuk ke dalam kuburan tersebut ditutup dengan cara menggulingkan sebuah batu besar. Hal ini dilakukan dalam rangka mencegah hilangnya mayat Tuhan Yesus yang telah menjadi polemik dalam kehidupan masyarakat luas kala itu. Selanjutnya, dalam komunitas Yahudipun ada kebiasaan umum untuk mengurus jenazah sebelum dikuburkan, yakni biasanya jenazah akan dirempah-rempahi, diminyaki kemudian dikafani untuk selanjutnya dimakamkan. Kebiasaan ini ternyata tidak sempat dilakukan kepada mayat Yesus, sebab kematian Yesus yang bertepatan dengan tibanya hari Sabat sehingga setelah diturunkan dari salib, Dia langsung dikuburkan sebelum sabat tiba. Sebab berdasarkan hukum Musa, orang Yahudi sangat dilarang keras menyentuh mayat termasuk melakukan pemeliharaan terhadap mayat. Hal tersebut dapat membuat mereka menjadi najis. Dilatarbelakangi hal inilah, perempuan-perempuan yang selalu bersama-sama dengan Tuhan Yesus pergi subuh-subuh ke kubur dengan maksud merempah-rempahi mayat Tuhan Yesus dan hendak meminyakinya. Persoalannya adalah bahwa mereka ini sepertinya lupa bahwa pintu kubur di mana Tuhan Yesus dimakamkan telah ditutup dengan sebuah batu besar. Tetapi ternyata dikala saat itu mereka tiba di kubur, batu itu telah terguling dan ketika mereka masuk ke dalam kubur tersebut mereka tidak menjumpai mayat Tuhan Yesus di sana. Kubur itu adalah kubur kosong. Tentu mereka keheranan, takut dan pastilah dibayang-bayangi perasaan yang takut dan tidak karuan. Maksud mereka adalah hendak memberi penghormatan terakhir pada Tuhan Yesus melalui merempah-rempahi jenazahNya. Anehnya lagi adalah pada saat yang galau itu 2 malaikat tiba-tiba berdiri dekat mereka dengan memakai pakaian yang berkilau-kilauan.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Dari malaikat ini muncullah pertanyaan yang kemudian mengubah totalitas hidup mereka, yakni “mengapa kamu mencari Dia yang hidup di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit….pertanyaan dan pernyataan malaikat ini tidaklah sekedar ditujukan kepada maria-maria yang datang ke kubur Tuhan Yesus subuh itu, tetapi pertanyaan dan pernyataan ini kemudian ditujukan kepada semua orang yang telah ditebus, dibangkitkan oleh Tuhan Yesus untuk terus tersadar dalam beriman kepada Tuhan Yesus. Bahwa jika Tuhan Yesus telah bangkit dan Hidup, itu berarti Dia harus dicari di kehidupan ini bukan di kematian nanti.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Perempuan-perempuan saksi perdana kebangkitan Tuhan Yesus ini, kemudian tersadar dari suasana galau hidup mereka yang merasa bahwa mereka telah ditinggal pergi Tuhannya untuk selamanya. Mereka yang semula lupa akan perkataan Tuhan Yesus, kini mereka mengingat apa yang pernah diberitahukan kepada mereka setelah malaikat Tuhan mengingatkan mereka. di kala Tuhan Yesus telah bangkit, mereka mengerti yang pernah mereka dengar dari Yesus Tuhan, rahasia tentang hal itu sisingkapkan melalui kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. walaupun kemudian disayangkan bahwa kesaksian para perempuan ini kemudian tidak dipercayai oleh murid-murid Tuhan Yesus yang lain, sampai mereka sendiripun kemudian dibaut mengerti oleh Tuhan Yesus sendiri melalui pembuktian kubur yang kosong. Berita Paskah, bahwa Tuhan Yesus bangkit dan hidup, Dia tidak ada di antara mereka yang mati sesungguhnya hendak menegaskan kepada kita semua bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan atas kehidupan, Dia telah menklukkan maut sekali untuk selamanya. Maka ketika hendak berjumpa dengan-Nya, menikmati hadirat-Nya dan menerima kasih karunia dan berkat-berkat-Nya carilah Dia di kehidupan ini. Sebab Dia adalah kebangkitan dan hidup itu sendiri. berjumpa dengan Tuhan Yesus yang bangkit dan hidup hanya akan terjadi di mana ada kehidupan. Dampak dari perjumpaan dengan Tuhan Yesus yang hidup adalah bahwa, setiap orang akan terbebas dan keluar dari kehidupan yang serba galau, dari kehidupan yang resah dan gelisah, dari kehidupan yang dihantui keputusasaan. Kemudian berjumpa dengan Tuhan Yesus yang hidup berarti kita disadarkan dan diingatkan akan semua janji-janji Tuhan Allah yang telah kita dengar dan kita terima di dalam hidup ini, sembari kita diberi kemampuan mengerti kehendak Tuhan di dalam hidup yang kita hidupi ini. Berita paskah, berita kebangkitan Tuhan Yesuspun merupakan dorongan dan kebangkitan bagi kita untuk hidup saling percaya seorang dengan yang lain. sebab tanpa adanya rasa percaya seorang dengan yang lain di dalam lingkup kehidupan apapun, maka di sana tidak akan tercipat kehidupan yang selaras dan sejahtera. Selamat Paskah. Tuhan Bangkit dan hidup, agar kita juga bangkit dan hidup demi kemuliaan nama-Nya. Amin


Bacaan Alkitab: 2 Korintus 3: 18
“Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan Gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar”

Hidup Sebagai Sebagai I Mago Dei
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Istilah I Mago Dei dalam teologi Kristen sesungguhnya menunjuk pada hakekat manusia sebagai ciptaan Allah. “Istilah Ibrani: Tselem atau Demuth” selaras dengan istilah Latin yakni I Mago Dei: Gambar/rupa Allah. Ketika Tuhan Allah menciptakan langit dan bumi serta isinya, Dia menciptakan dengan hanya berfirmna. Tetapi tatkala Dia menciptakan manusia, Tuhan Allah harus membentuknya dengan Tangan-Nya sendiri, saat itu manusia diciptakan serupa dan segambar dengan-Nya, yang berarti manusia diciptakan berdasarkan gambar atau rupa Allah. Dalam hal ini, manusia adalah ciptaan yang unik dan khas dari seluruh ciptaan Tuhan. Bukan sekedar gambar atau rupa, tetapi manusia juga diciptakan dengan diberi akal budi. Manusia adalah citra Allah, yang kemudian diberikan tugas untuk mewujudkan cinta Allah. Gambar atau rupa atau citra Allah itu kemudian telah sirna dan pudar sejak manusia jatuh ke dalam dosa. Gambar itu telah rusak, citra Allah itu kemudian lenyap dalam diri manusia. Kehilangan akan gambar/rupa/citra Allah tersebut berakibat pada hilangnya kemampuan manusia untuk hidup merdeka dan menang atas kuasa dosa. Manusia bahkan dikuasai citra yang bertentangan dengan citra Allah. Kebenaran, kebaikan dan segala hal yang berkenan di hadapan Tuhan Allah tak lagi dapat ditunjukkan manusia, baik dengan perjumpaannya dengan sesamanya manusia, maupun dengan sesama ciptaan lainnya. Semua seakan menjadi musuh untuk ditaklukkan.
Saudara-saudara, Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Upaya untuk merekontruksi kembali rupa/gambar/citra Allah dalam diri manusia sesungguhnya terus menerus dilakukan Tuhan Allah dengan berbagai cara, terutama dengan mengutus nabi-nabi-Nya. Tetapi segala upaya ini tidak berhasil mengembalikan manusia kepada citranya semula. Maka Allah sendiri melalui Yesus Kristus turun secara langsung mengembalikan kodrat manusia. Di dalam Yesus Kristus, berdiamlah segala kepenuhan Allah. Melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus manusia yang percaya kepada-Nya dikembalikan citra dan rupa atau gambarnya semula, yakni gambar dan rupa Allah. Segambar dan serupa dengan Allah berarti kita mencerminkan kemuliaan Tuhan. Manusia kemudian menjadi makhluk yang mulia karena kemuliaan tersebut datang dari Tuhan yang adalah Roh. Identitas kita sebagai yang serupa dan segambar dengan Tuhan Allah telah terjadi melalui kebangkitan Yesus Kristus dari kematian. Maka kebangkitan Kristus bagi kita sekarang ini adalah peristiwa di mana kemuliaan Tuhan dikaruniakan kepada kita. Rupa/gambar/citra Allah melalui kebangkitan Kristus kini dikembalikan lagi kepada kita. Maka kebangkitan Kristus adalah kebangkitan yang memberikan kembali kemuliaan kepada kita oleh Roh-Nya. Kita telah diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya dalam kemuliaan yang semakin besar. Ini adalah identitas kita sekarang. Jadi kita bukan sekedar orang yang dibangkitkan melalui kebangkitan Kristus, tetapi lebih dari itu, kebangkitan Kristus tersebut telah menjadi pintu masuk diberikannya kemuliaan bagi bagi kita. Jadi, sangatlah disesalkan apabila sebagi pemuda Kristen, kita lupa bahwa kita adalah orang-orang yang memiliki kemuliaan dari Allah melalui Roh-Nya. Sebagai makhluk mulia seharusnya totalitas hidup kita adalah hidup yang memancarkan kemuliaan Tuhan Allah.
Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Karena kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dalam kehidupan ini, maka penting bagi kita untuk kembali merenungkan segala aktivitas kehidupan kita. Sudahkah kita benar-benar mencerminkan kemuliaan Tuhan dalam hidup kita selama ini? Menjawab pertanyaan ini, maka kita harus mengetahui dan menyadari bahwa hidup yang mencerminkan kemuliaan Tuhan Allah adalah hidup yang konsisten dalam kehidupan yang berbuah dalam Roh Allah. Galatia 5:22 buah Roh adalah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Orang yang di dalam dirinya dan melalui dirinya Nampak buah-buah Roh inilah orang yang benar-benar mencerminkan kemuliaan Tuhan Allah. Orang itulah yang benar-benar menjadi gambar dan rupa Allah.
Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kalau kita telah diubah menjadi serupa dengan Gambar Allah melalui kebangkitan Kristus Yesus, maka tuntutan iman bagi kita adalah berjuang mempertahankan identitas kita sebagai orang-orang yang mulia oleh Tuhan Allah. Pertama-tama, kita mesti menyadari bahwa diri kita mulia oleh Allah dan kita berharga di mata Tuhan, maka kita harus menghargai hidup kita sendiri sebagai kehidupan yang didasari oleh kasih Karunia. Menghargai diri berarti kita membuat hidup kita berarti dengan mengoptimalkan segala yang ada pada kita, kita pakai untuk berguna bagi Allah melalui kehidupan kita dengan sesama. Selanjutnya, sebagai yang serupa dengan gambar Allah, kita dituntut untuk menjadi orang-orang yang mampu memelihara kemuliaan yang Tuhan Anugerahkan dengan cara menjaga diri kita dari segala bentuk kecemaran dunia. Dan yang terakhir, sebagai orang-orang yang diberi kemuliaan Tuhan, kita juga harus menunjukkan hidup yang berbuah. Hidup harus berarti, dan hidup harus memberi arti bagi kehidupan yang lain. Amin


Bacaan Alkitab: YOHANES 10: 9
YESUS PINTU KEHIDUPAN
Keluarga Yang bersyukur, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
       Mendengar kata “pintu” tentulah tidak asing bagi kita dan yang pasti kita akan membayangkan pintu-pintu yang sering kita lewati untuk keluar dan masuk dari dan atau ke dalam sebuah ruangan. Maka ketika kita mendengar perkataan Yesus dalam bacaan kita saat ini, mungkin kita merasa tidak sulit memahaminya. Pernyataan Tuhan Yesus ini berbeda dengan syair lagu Loela Drakel yang berkata, aku ini bukan pintu yang slalu kau buka kau tutup, aku ini manusia yang punya perasaan….Jelas bahwa Loela Drakel bukanlah Tuhan Yesus dan mengaku bahwa dia tak sanggup seperti Tuhan Yesus. Sesungguhnya, konteks apakah yang melatarbelakangi mengapa Yesus Kristus mengatakan bahwa Dia adalah Pintu? Pada ayat-ayat sebelumnya, Tuhan Yesus sesungguhnya berbicara tentang Gembala dan domba-domba-Nya. Kemudian, Dia juga berbicara tentang Pintu, dan mengaku bahwa Diri-Nya adalah pintu bagi domba-domba-Nya. Istilah atau kata “pintu” yang digunakan Tuhan Yesus di sini, sungguhlah berbeda dengan pintu yang kita pahami. Kita pasti mengenal banyak pintu, apakah itu pintu depan, pintu samping atau pintu belakang. Akan tetapi istilah pintu yang digunakan Tuhan Yesus di sini merujuk pada tradisi Yahudi, ketika para gembala menggembalakan domba-domba mereka di padang jauh dari perkampungan dan di sana mereka bisa sampai berminggu-minggu menjaga domba-domba mereka. Pada umumnya, para gembala akan membuat shelter-shelter yang terbuat dari tanah-tanah liat, membangun semacam kandang dan shelter tersebut hanya dilengkapi dengan sebuah pintu. Ada juga yang memilih gua-gua yang terdapat di padang tersebut sebagai tempat tinggal, dan gua tersebut hanya terdiri dari satu pintu atau mulut gua itu hanya satu sebagai akses masuk dan keluar. Biasanya ketika senja tiba, seorang gembala akan menggiring domba-dombanya untuk masuk ke dalam shelter yang dibuat atau ke dalam gua tersebut, dengan cara menuntun domba-domba tersebut masuk di mana sang gembala akan berdiri di muka pintu tersebut untuk memeriksa dan menghitung domba-dombanya. Setelah semua domba-dombanya masuk ke dalam shelter atau ke dalam gua tersebut, maka kemudian si gembala akan berjaga di muka pintu tersebut sehingga tidak akan ada seekorpun dombanya yang akan keluar karena sigembala menjaganya di pintu tersebut. Demikian juga dengan ancaman pencuri atau binatang buas, si gembala akan menghalau dan menjaga supaya tidak sampai dapat masuk ke dalam shelter atau gua tersebut. Kalau tradisi Israel kuno, kota biasanya akan dibentengi dan di kelilingi tembok-tembok yang tinggi dan akan dibuatkan sebuah pintu masuk dan keluar yang dijaga oleh para penjaga dan dilengkapi menara jaga di sampingnya. Akan tetapi kota seperti ini, biasanya masih memiliki pintu-pintu rahasia atau yang biasa disebut dengan lobang jarum, di mana orang masih dapat keluar masuk ke kota secara sembunyi-sembunyi. Jika Tuhan Yesus berkata bahwa Dia adalah pintu, memang ini dilatarbelakangi konteks pintu dalam kehidupan para gembala, bukan pintu dalam konteks kota.
Keluarga Yang bersyukur, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
       Mari kita mendalami makna pernyataan Tuhan Yesus ini sehubungan dengan ibadah syukur saat ini.
Ketika Tuhan Yesus berkata bahwa Dia adalah Pintu, sesungguhnya pernyataan ini hendak menegaskan kepada semua orang, termasuk kita sekalian bahwa keselamatan dan hidup yang terjamin hanya ada di dalam Yesus Kristus. Setiap orang yang masuk dan keluar melalui Yesus Kristus diberi jaminan keselamatan dan tuntunan untuk kemudian berjumpa serta menikmati kehidupan yang digambarkan dengan perkataan “menemukan padang rumput”. Maka jika Tuhan Yesus berkata:”Akulah pintu” itu berarti bahwa siapapun yang hendak beroleh keselamatan dan jaminan kehidupan, ia harus melalui pintu keselamatan dan kehidupan satu-satunya yakni Tuhan Yesus. Jika demikian, siapakah yang akan diizinkan masuk dan keluar pintu tersebut? Yang pasti adalah domba-dombaNya. Domba-dombaNya tentulah mengenal suara sang gembalanya dan gembala mengenal domba-dombaNya. Pertanyaan berikutnya adalah siapakah domba-domba sang Gembala Agung itu? Jawabnya adalah setiap orang yang kepadanya telah diberikan meterai yang menandakan bahwa dia adalah Milik Sang Gembala Agung. Jika kemarin kedua putri kekasih (Priscilia Rosalind Sihotang & Engelina Sihotang) telah diteguhkan menjadi sidi jemaat, itu berarti perkara tentang meterai baptisan yang mereka terima pada waktu mereka kanak-kanak kini telah menjadi tuntas dipahami, dimengerti dan dimaknai. Peneguhan sidi dalam bingkai ajaran gereja kita adalah satu kesatuan dan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan sakramen baptisan kudus yang diterima ketika mereka kanak-kanak dan kala itu tentu belum mengerti dan memahaminya. Maka ketika peneguhan sidi diterima, itu berarti kini kedua anak ini telah menjadi dewasa dalam iman, mengetahui Gembala Agungnya, mengenal SuaraNya, maka kemana mereka melangkah, mereka tahu mengikuti Gembala Agungnya, dan Gembala Agung itu, yaitu Tuhan Yesus Kristus telah dan akan terus menjadi pintu bagi mereka untuk keluar masuk kepada keselamatan dan kepada kehidupan yang dijamin oleh Tuhan Allah.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Melalui pernyataan Tuhan Yesus saat ini, kepada kita sekalianpun diingatkan bahwa keselamatan dan kehidupan yang terjamin hanya tersedia ketika kita keluar dan masuk melalui Yesus Kristus yang adalah pintu keselamatan dan kehidupan. Untuk itu, jadikanlah Tuhan Yesus Kristus pintu supaya keselamatan dan jaminan hidup senantiasa menjadi bahagian kita. terpujilah Kristus, Tuhan Yesus menyempurnakan Syukur keluarga. Amin

      



Bacaan Alkitab: Yesaya 61: 10-11
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
          Sukacita atau kegembiraan yang terjadi dalam diri hidup orang-orang percaya kepada Tuhan Allah, sesungguhnya adalah sukacita iman, yakni sukacita yang didasari dan diwarnai dengan sikap tunduk dalam kerendahan memuji Tuhannya. Sukacita seperti ini jelaslah sangat berbeda dengan perasaan sukacita yang terjadi dan dialami oleh orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Sukacita orang percaya tersebut lahir dan diungkapkan atas dasar pengakuan bahwa Tuhan Allah telah, sedang dan akan berkarya di tengah kehidupannya, itulah kemudian yang kita kenal dan sebut sebagai ucapan syukur. Ucapan syukur selalu dan memang harus diwarnai dengan sukacita iman, sehingga ditindakan bersyukur tersebut yang ada adalah sukaria, kendatipun perjalanan dan tantangan hidup masih harus dihadapi di depan. Melalui bacaan kita saat ini, dijelaskan bahwa Yesaya bersaksi bahwa Roh Tuhan ada padaNya, kehadiran Roh Tuhan tersebut mengubah suasana dan kondisi hidup. Umat Israel yang kala itu dalam pergumulan hidup yang berat, yakni hidup di pembuangan di Babel diberikan janji penyelamatan. Yesaya bersukacita di dalam Tuhan dan bersorak-sorai di dalam Allahnya. Apakah yang terjadi sehingga Yesaya bersukaria dan bersorak-sorai? Karena Yesaya mengaminkan sungguh bahwa Tuhan Allah memberikan kelepasan kepada umatNya di perjalanan dan perjuangan hidup yang berat tersebut.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
        Tahun rahmat Tuhan yang merupakan pemberitaan Yesaya di akhir-akhir kitab ini merupakan nubuatan bagi setiap umat Tuhan bahwa Tuhan Allah tidak selamanya membiarkan umatNya berada di dalam lembah beban kehidupan. Tuhan Allah senantiasa setia menyertai umatNya di segenap perjalanan hidup mereka. jika Yesaya berkata bahwa dirinya bersukaria dan bersorak-sorai, itu semua terjadi di dalam dan oleh Tuhan Allah. Nabi Yesaya bersaksi, bahwa sebab ia bersukaria dan bersorak-sorai ialah karena Tuhan mengenakan pakaian keselamatan kepadanya dan menyelubungi dia dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan di kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya. Mengenakan Pakaian keselamatan dan jubah kebenaran menunjuk pada tindakan Allah yang memberikan identitas baru kepada umatNya. Identitas baru yang Tuhan berikan adalah umat yang ditebus dengan cara pembebasan mereka dari pembuangan dan perbudakan. Mereka diubah, tidak lagi menjadi umat yang terbuang. Mereka akan dibawa pulang ke negeri mereka dan menjadi umat yang merdeka. Mereka juga menjadi umat yang dibenarkan oleh Tuhan Allah, maka mereka akan hidup dalam kebenaran Allah. Pakaian keselamatan dan jubah kebenaran yang dikenakan Tuhan kepada Yesaya disaksikan bagaikan laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya. Gambaran ini menunjuk kepada besarnya sukacita yang terjadi di dalam hidup Yesaya.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
        Suasana sukacita pengantian, dalam tradisi umat Israel adalah suasana sukcita yang luar biasa besarnya. Ketika pengantin laki-laki mengenakan perhiasan kepala, maka saat itu dia akan seperti raja di kumpulan acara nikah tersebut. Dia akan diistimewakan dan diberikan pelayanan yang luar biasa. Perhiasan di kepala pengantin laki-laki menunjuk pada suasana kegirangan yang luar biasa, bahwa ketika seorang laki-laki Israel telah mengenakan perhiasan kepala, maka saat itu dia telah disahkan untuk mengambil mempelai perempuan untuk menjadi istrinya, artinya bahwa mengenakan perhiasan kepala adalah tanda bahwa seorang pengantin laki-laki telah diakui dan direstui untuk menerima mempelai/pengantin perempuan.; demikian juga seorang pengantin perempuan, ketika ia mengenakan perhiasannya, maka di sana akan lahir suasana hati yang luar biasa senangnya. Yesaya menubuatkan suasana hidup seperti ini terjadi di kehidupan umat Tuhan. Seperti bumi memancarkan tumbuh-tumbuhan dan seperti kebun menumbuhkan benih yang ditaburkan demikianlah Tuhan Allah akan menumbuhkan kebenaran dan puji-pujian di depan semua bangsa-bangsa. Artinya bahwa sukacita yang dialami umat Tuhan, siapapun dia adalah sukacita yang besar, yakni bahwa kebenaran lahir atau muncul dari suasana hidup yang mustahil untuk hal tersebut. Kebenaran Tuhan akan lahir dan tegak, sebagai dasar pembenaran dan keselamatan bagi umatNya. Kebenaran Tuhan tersebutlah kemudian yang harus dipahami dan diamini lahir, tumbuh dan terus hidup di dalam kehidupan umat Tuhan. Inilah sukacita iman orang percaya yang diwujudkan dalam ucapan syukur.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
          Ucapan syukur mesti diwarnai sukaria dan sorak-sorai di dalam Tuhan, sembari mengaminkan bahwa Tuhan Allah lah yang telah bertindak, mengenakan pakaian keselamatan dan jubuh kebenaran kepada umatNya sehingga umat Tuhan adalah umat yang menerima kasih karunia dari Tuhan, lewat penebusan dan pembenaran serta penyertaanNya. Jika keluarga bersyukur saat ini di sini, ucapan syukur ini juga harus diaminkan sebagai bentuk pengagungan kita kepada Tuhan Allah yang telah dan senantiasa memberikan keselamatan dan membenarkan keluarga di perjalanan hidup Rumah tangga mereka selama ini. Maka ingatlah, bahwa ketika Tuhan Allah memberikan keselamatan, membenarkan dan menyertai serta memberikan sukacita yang begitu besar, Dia pun mengingatkan kita bahwa kebenaran Allah tersebut selalu dan harus senantiasa hidup di dalam hidup kita. Amin