Jumat, 24 November 2023

PA Untuk Majelis Jemaat

 

Penelaan Alkitab MJ dan Perangkat Gereja

September 2022

 

Bacaan Alkitab: 2 Timotius 2: 15-16

 

Menjadi Pekerja Yang Layak Di Hadapan Allah

 

Pengantar

           Nasihat Paulus kepada Timotius menjadi rujukan penting bagi pelayan-pelayan Tuhan dalam melaksanakan penatalayanan Gereja Tuhan. Paulus menekankan pentingnya karakter hidup yang baik dan berkenan kepada Tuhan dalam diri setiap pelayan Tuhan. Paulus juga memberikan nasehat dan penguatan iman kepada Timotius dalam rangka menghadapi segala bentuk tantangan di tengah pelayanannya. Nasehat iman yang diberikan Paulus ini, tidaklah semata-mata lahir dari dirinya sendiri, melainkan senantiasa didasarkannya pada pengalaman imannya kepada Tuhan Yesus yang dilayaninya. Satu hal yang menjadi kerinduan dan tujuan Paulus dari segala nasehatnya kepada Timotius ialah agar Timotius menjadi seorang pelayan Tuhan yang layak di hadapan Tuhan. Salah satu tantangan yang dihadapi Timotius berdasarkan catatan Alkitab ialah bahwa di tengah pelayanannya, Timotius menghadapi pengajar-pengajar sesat yang ada di dalam persekutuan. Ajaran sesat yang berkembang pada kala itu datang dari Himeneus dan Filetus yang mengatakan bahwa kebangkitan orang percaya telah berlangsung.  Oleh karena itu masing-masing orang htelah hidup dalam kebebasan dalam melakukan apapun, termasuk di dalam segala bentuk perbuatan yang dikuasai kedagingan. Ajaran ini jelas menyimpang dari kebenaran dan telah merusak iman sebagian orang (17-18). Pengajar-pengajar sesat ini sebenarnya adalah orang-orang yang mengaku beriman kepada Yesus Kristus, tetapi pengakuan tersebut tidak disertai dengan kehidupan yang taat, melainkan meninggalkan kebenaran dengan hidup dalam kejahatan. Menghadapi persoalan ini, kepada Timotius, Paulus mengingatkan supaya mengusahakan dirinya layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan kebenaran dan karena itu omong kosong harus dihindarinya di tengah pelayanannya.

 

Pendalaman Teks

           Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah. Nasihat Paulus ini dapat diartikan sebagai motivasi bagi Timotius untuk mengembangkan dirinya sebagai pelayan Tuhan. Mengusahakan, berarti melakukan usaha atau upaya yang juga dapat disebut sebagai bentuk perjuangan diri untuk menjadikan diri layak di hadapah Tuhan. Kalimat ini juga dapat diartikan bahwa seorang pelayan atau pekerja di ladang Tuhan harus berjuang melakukan pembaharuan diri supaya semakin sesuai dan berkenan di hadapan Allah. selanjutnya, Layak  (dokimoi: Tahan uji/layak) di hadapan Allah, dapat diartikan sebagai orang yang terbukti bertahan dan tetap setia dalam menghadapi segala bentuk ujian hidup sehingga berkenan di hadapan Allah. Pekerja yang tidak usah malu,  menunjuk pada pelayan Tuhan yang bekerja di ladang Tuhan yang tidak merasa malu melakukan pelayanannya karena sesuatu hal dalam dirinya dan juga dalam hal yang dihadapinya. Berterus terang memberitakan kebenaran, dapat diartikan sebagai tindakan yang tanpa ragu-ragu dan rasa takut memberi kesaksian tentang kebenaran yang sesungguhnya yakni kebenaran menurut iman kepada Yesus Kristus. Menghindari omong kosong dan yang tidak suci, adalah tindakan yang membuang segala perkataan yang tidak berguna dan tercela.

Nasihat inilah yang disampaikan Paulus kepada Timotius yang adalah tengah diperhadapkan pada tantangan di tengah pelayanan. Sekali lagi, maksud dan tujuan Paulus ialah agar Tiimotius menjadi seorang pekerja/pelayan yang layak di hadapan Allah. sudah pasti, ini juga adalah kerinduan kita sekalian, yakni kita sebagai pelayan layak di hadapan Allah.

 

Untuk Didiskusikan

1.    Menurut saudara, seperti apakah yang disebut pekerja yang layak di hadapan Allah? dan apa saja usaha yang mesti dilakukan untuk mewujudkan hal ini di dalam diri kita?

2.    Seperti apa dan oleh karena apa saja seorang pekerja/pelayan menjadi malu dalam pelayanannya?

3.    Apakah yang menjadi kendala bagi kita sebagai pelayan dalam berterus terang memberitakan kebenaran?

4.    Dengan tindakan apakah kita dapat menghindari Omongan yang kosong dan yang tidak suci?

 

Senin, 14 Oktober 2019

bendrio sibarani: bendrio sibarani: PA untuk Majelis Jemaat dan Kelu...

bendrio sibarani: bendrio sibarani: PA untuk Majelis Jemaat dan Kelu...: Bacaan Alkitab: 1 Timotius 6: 20 a “Hai Timotius, peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu.” Pengantar             Timo...

bendrio sibarani: PA untuk Majelis Jemaat dan Keluarga Pelayan


Bacaan Alkitab: 1 Timotius 6: 20 a

“Hai Timotius, peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu.”

Pengantar

            Timotius adalah seorang pelayan yang termuda yang tercatat sebagai orang yang diberikan tanggungjawab untuk memimpin persekutuan jemaat yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Timotius sendiri menjadi seorang Kristen sejak dia bertobat waktu Paulus melakukan perjalanan dalam rangka pekabaran Injil di Listra. Paulus memberi perhatian lebih dan sangat senang kepada Timotius. Kepada Timotius, Paulus mempercayakan tugas pelayanan untuk pergi meneguhkan hati orang-orang Kristen di Tessalonika yang kala itu sedang teraniaya (2 Kor 1: 19). Bersama-sama dengan Paulus dan Silwanus ia mengirim salam kepada Jemaat di Tessalonika. Kemudian Timotius juga kedengaran bersama Paulus di Efesus tatkala ia diutus bersama Erastus ke Makedonia dengan suatu misi penting yang lain dan dari situ ia harus terus ke Korintus (1 Kor. 4:17). Timotius kemudian menjadi pemimpin jemaat di Efesus. Timotius di mata Paulus adalah seorang anaknya sendiri yang setia dalam Tuhan. Maka Paulus sangat memperhatikan kehidupan Timotius dalam segala keberadaan dirinya. Apakah karena masih tergolong masih sangat muda, Timotius ternyata adalah seorang pemalu (kurang percaya diri), itulah sebabnya Paulus sangat mendesak jemaat di Korintus supaya mereka menyambut Timotius dan memperlakukannya dengan nyaman dan tidak menganggapnya rendah (1 Kor. 16: 10-11). Keadaan hidup Timotius yang demikian ini, membuat Paulus tidak pernah berhenti menasihatinya, supaya dia senantiasa mampu melaksanakan segala tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Selain nasihat untuk pribadi Timotius, Paulus juga tidak pernah berhenti menasihatinya tentang segala tugas dan tanggungjawabnya dan bagaimana ia harus melakukannya.



Pendalaman Teks

            Nasihat Rasul Paulus ini merupakan penugasan kepada Timotius untuk menjaga iman yang telah dipercayakan kepadanya. Kata “Peliharalah..” dapat diartikan sebagai perintah untuk menjaga, mengawasi, serta mengusahakan agar sesuatu itu tetap pada keadaannya semula dan tidak berubah menjadi lain. Dalam hal ini Timotius diberikan tugas untuk menjaga, mengawasi serta terus berupaya mempertahankan segala sesuatu yang dipercayakan kepadanya bukan hanya dari Paulus, tetapi dari Tuhan Yesus Sang pemberi Tugas. “Peliharalah” juga menunjuk pada kesiap-sediaan untuk mempertahankan kebenaran-kebenaran berharga itu bila diserang, diputarbalikkan atau disangkal. Sedangkan yang dimaksud dengan “Apa yang telah dipercayakan” dalam kalimat ini adalah menyangkut seluruh tugas pelayanan yakni mulai dari memimpin persekutuan, pemberitaan Injil dan pelayanan kasih dan segala sesuatu yang berhubungan dengan ketiganya. Kata “dipercayakan” berarti diberi atau dianugerahi rasa percaya oleh Sipemberi sehingga apa yang diberi dipertanggungjawabkan dengan cara melakukan segala sesuatu yang mesti dilakukan sehubungan dengan pemberian tersebut. Pemberian kepercayaan ini perlu dibedakan dengan berbagai bentuk pemberian kepercayaan lainnya di berbagai sendi kehidupan. Apabila biasanya kita mendengar dan melihat, bahwa pemberian kepercayaan kepada seseorang biasanya didasarkan karena kemampuan yang dimiliki atau dirasa dilayak, maka pemberian kepercayaan kepada Timotius, bukanlah karena dia dianggap mampu dan layak, tetapi pemberian kepercayaan tersebut semata-mata karena inisiatif Tuhan Yesus Kristus. “ Hai Timotius, Peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu” menunjuk pada kewajiban suci untuk mengamankan milik berharga yang telah diberikan oleh Tuhan Yesus kepadanya. Barang yang berharga ini adalah Injil Kristus yang diserahkan oleh Roh Kudus. Berangkat dari pengertian kata demi kata dalam kalimat ini maka dapat disimpulkan bahwa kepada Timotius Paulus mengingatkan sekaligus menugaskan supaya dia menjaga, mengawasi dan melakukan segala sesuatu demi terpeliharanya dan terlaksananya segala sesuatu yang menjadi tugas yang dipercaya dapat dilakukannya. Tugas tersebut adalah memberitakan Injil, memelihara persekutuan dan melaksanakan pelayanan kasih.



Aplikasi

            Kepada kita masing-masingpun, Tuhan memberikan tugas dan tanggungjawab dalam segenap kehidupan kita sebagai pelayan-pelayan-Nya. Itu berarti kepada kita diberikan kepercayaan untuk melakukan tugas panggilan Tuhan. Maka sebagai penerima kepercayaan, kepada kita nasihat Rasul Paulus itupun adalah relevan, yakni “Peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu!” Memelihara apa yang telah dipercayakan kepada kita sesungguhnya bukanlah perkara ringan untuk dilakukan. Apalagi yang dipercayakan tersebut bersangkut paut dengan tugas pelayanan. Artinya, ketika tugas ini dipercayakan kepada kita, maka kita sesungguhnya sedang ditempatkan pada posisi hidup untuk orang lain demi kemuliaan Tuhan Allah. Di sinilah letak pergumulannya, yakni ketika kita harus berhadapan dengan begitu banyak karakteristik yang berbeda.



Untuk didiskusikan

1.      Sebagai pelayan dan keluarga apa sajakah yang dipercayakan kepada kita?

2.      Apa saja bentuk tantangan yang kita hadapi dalam rangka memelihara yang dipercayakan dalam pelayanan kita?

3.      Dalam bentuk konkrit apa saja kita memelihara apa yang telah dipercayakan kepada kita sebagai pelayan-pelayan Tuhan?

4.      sampaikanlah buah-buah pikiran untuk saling memberi dan berbagi dalam rangka keberhasilan memelihara apa yang telah dipercayakan kepada kita sebagai peayan Tuhan!

             

Bacaan Alkitab: Yehezkiel 3:16-21

KONSEKWENSI LOGIS SANG PENJAGA UMAT

Oleh: Pdt. Bendrio Pandapotan Sibarani, M. Teol

Pengantar

            Yehezkiel (Allah menguatkan) sebenarnya adalah seorang imam, anak Busi. Dia adalah salah seorang dari 1000 orang Ibrani yang ditawan oleh Raja Nebukadnezar pada tahun 597 sM. Ketika Yehezkiel berada di pembuangan, dia kemudian menerima tugas sebagai nabi untuk menyampaikan Firman Allah kepada umat Israel setelah ia mendapat penglihatan di tepi sungai Kebar dalam liputan kekuasaan TUHAN. Tugas dan tanggung jawabnya kemudian menjadi rangkap yakni sebagai imam dan juga sebagai seorang nabi. Sebenarnya kedua jabatan ini dibedakan dalam tradisi keagamaan umat Israel, yakni bahwa imam biasanya bertugas di Bait Allah untuk melangsungkan peribatan, sedangkan seorang nabi biasanya tidak berdiam di satu tempat, melainkan kemana saja biasanya diutus oleh Tuhan untuk menyampaikan Firman-Nya (nubuatan; hukuman, tegoran dan peraturan). Salah satu kekhasan Yehezkiel ialah bahwa dia hanya diutus kepada umat Israel dan tidak ke bangsa-bangsa lain. Bahkan tugasnyapun kemudian bertambah ketika dirinya ditugaskan sebagai penjaga Israel setelah ia menerima Firman Tuhan setelah 7 hari dia dipanggil untuk melayani orang-orang Israel yang dibuang di Babel.



Pendalaman Teks

            Tugas Yehezkiel sebagai penjaga kaum Israel adalah tugas yang diterimanya dari Tuhan Allah. Yehezkiel dipanggil dengan sebutan “anak manusia” yang menunjuk pada sisi kemanusiaannya dan jabatannya sebagai utusan dan penyambung Lidah Allah. Tuhan memanggil Yehezkiel bukanlah karena kehebatan dan kesempurnaan, melainkan semata-mata karena kedaulatan Tuhan Allah atasnya. Tugas Yehezkiel sebagai “penjaga” merupakan tugas yang tidak mudah dan ringan. “penjaga” dalam tradisi Israel adalah seseorang yang memantau, melihat dan pertama kali menyerukan kode awas kepada penghuni kota ketika adanya ancaman serangan yang datang. Maka seorang penjaga adalah seorang yang senantiasa siap sedia dan tidak dapat lengah. Seorang penjaga yang lengah akan bertanggungjawab terhadap keselamatan semua orang yang menghuni sebuah kota. Penjaga biasanya akan berada di menara jaga supaya dapat melihat dengan bebas segala bentuk ancaman serangan yang datang. Jika demikian halnya dengan tugas seorang penjaga, maka Yehezkiel yang diberikan tugas sebagai penjaga kaum Israel adalah seorang yang bertanggungjawab atas keselamatan kaum Israel, dalam hal ini tentang kebenaran mereka hidup di dalam iman. Oleh karena itu, kepada Yehezkiel diberikan tugas untuk memberitakan Firman Tuhan sebagai peringatan kepada kaum Israel, bukan saja kepada mereka yang berlaku jahat, tetapi juga kepada orang benar yang berpaling dari hidupnya. Sebagai seorang penjaga bukanlah berarti Yehezkiel dijamin dapat membuat orang Israel bertobat. Karena sebagai penjaga, Yehezkiel harus melakukan tugasnya sebagai penjaga dengan cara melayani, memberitahukan Firman Tuhan, menegur dan memberi peringatan kepada umat Israel. Tugas ini dilakukan tentulah dengan cara atau tindakan bijaksana dan bukan dalam upaya penghakiman. Tugas penjaga bukanlah sebagai hakim. Tujuan dari penugasan Yehezkiel ini sesungguhnya adalah agar umat Tuhan terhindar dari kebinasaan akibat dosa dan kejahatan mereka. Maka kesetiaan Yehezkiel dituntut oleh Tuhan Allah dalam menyampaikan Firman-Nya kepada kaum Israel. Direspon tidaknya Firman Tuhan yang berupa peringatan dan teguran tersebut, bukanlah menjadi tanggungjawab Yehezkiel. Pertanggungan jawab yang dituntut dari Yehezkiel adalah jika karena Firman Tuhan tidak disampaikannya, umat itu menjadi tidak bertobat. Sekali lagi, Yehezkiel tentulah menyampaikan teguran dan peringatan ini sesuai dengan kehendak Tuhan dan cara Tuhan yakni agar orang berdosa tidak menjadi binasa oleh dosanya, melainkan melakukan pertobatan. “Peringatkanlah mereka atas Nama-Ku” demikian Firman Tuhan kepada Yehezkiel. Artinya ialah bahwa apa yang disampaikan Yehezkiel bukanlah berasal dari dirinya sendiri, melainkan atas kehendak Tuhan semata.



Aplikasi

            Sebagai pelayan-pelayan Tuhan, semua kita yang terhimpun dalam persekutuan ibadah ini, sesungguhnya kita juga adalah penjaga-penjaga sesama dan secara khusus kita adalah penjaga persekutuan. Sebagai penjaga, tentu kepada kita diperhadapkan konsekwensi logis, yakni tidak bisa tidak, kita menerima tugas dan tanggung jawab seperti tugas dan tanggung jawab Yehezkiel. Bahwa Firman Tuhan harus kita sampaikan dengan penuh kesetiaan. Penyampaian Firman Tuhan tersebut, baik itu teguran dan peringatan kepada orang-orang yang yang berbuat kejahatan/dosa demikian juga dengan orang-orang benar yang berbalik melakukan curang mestilah dilakukan dalam konteks melayani dan di dalam kasih. Persoalannya adalah tugas dan tanggung jawab ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Begitu banyak tantangan yang pasti kita hadapi, baik dari diri/keluarga sendiri maupun dari orang-orang lain, yakni mereka yang menjadi sasaran penyampaian teguran dan peringatan tersebut. Tetapi, sebagai pelayan-pelayan Tuhan, juga sebagai umat yang percaya kepada Tuhan, ini adalah konsekwensi logis yang mesti kita terima. Tetapi sekali lagi, teguran dan peringatan yang kita sampaikan haruslah semata-mata Firman Tuhan dan disampaikan dengan benar sesuai dengan tujuan dan harapan Tuhan, yakni agar umat bertobat dan tidak binasa dalam keberdosaannya. Tugas ini menuntut kesetiaan kita.



Bahan Diskusi

1.      Kelompok mengklasifikasikan apa saja factor yang menghambat melakukan tugas seorang penjaga seperti yang digambarkan di atas!

2.      Lakukanlah sharing di dalam kelompok tentang cara yang benar dalam menegur atau memperingatkan seseorang yang hidup dalam dosa atau seseorang yang benar yang berbalik melakukan tindakan curang!

3.       Bacalah kembali perikop diatas dan buatlah kesimpulan kelompok!


Bacaan Alkitab: Keluaran 2: 11- 14

Oleh: Pdt. Bendrio Pandapotan Sibarani, M. Teol

Pengantar

            “Air susu dibalas dengan air tuba”, adalah sebuah pepatah yang dapat diartikan sebagai tindakan kebaikan yang dibalas dengan kejahatan. Pepatah ini sangatlah dikenal karena dalam kenyataan, selalu saja ada orang yang berperilaku demikian. Atau paling tidak ada orang yang mengklaim dirinya mengalami tindakan demikian. Sudah ditolong, bukannya berterimakasih tetapi malah menjadi pembenci kita. Sudah diberikan perhatian bahkan dengan mengorbankan banyak hal, tetapi setelah itu malah dianggap musuh. Akan tetapi dari mereka yang menjadi pelaku tidak akan pernah mengakui tindakan ini, melainkan akan senantiasa berupaya untuk melakukan pembenaran diri bahwa pertolongan atau apapun bentuknya yang dterimanya tidaklah benar. Menghadapi perilaku hidup seperti ini pastilah membuat kita merasa kecewa, jengkel dan geram. Itu bukan karena kita menghendaki menerima ucapan terimakasih atau penghargaan, tetapi paling tidak apa yang kita perbuat mendapat tanggapan atau respon. Akan tetapi, memaksakan seseorang untuk mengucap terimakasih kepada kita atas apa yang telah kita perbuat atau lakukan kepada orang itu juga bukanlah sikap yang baik, sebab jika demikian, itu menunjukkan bahwa yang kita perbuat itu tidaklah benar-benar tulus. Berupaya dengan penuh ketulusan, mewujudkan solidaritas kepada sesama dengan menolong, membela dan mendamaikan sesama, tetapi dibalas dengan rasa dibenci, itulah yang dialami Musa dari saudara-saudaranya di Mesir.

Pendalaman Teks

            Ternyata kehidupan Musa di istana Firaun tidak pernah membuat dia melupakan kaumnyayakni orang-orang Ibrani yang adalah budak di Mesir. Kemungkinan besar pengetahuan dan pengenalan Musa terhadap orang-orang Ibrani sangatlah dipengaruhi peran inang penyusu (Perempuan Ibrani), yakni ibunya sendiri (ay.8-9). Setelah Musa beranjak dewasa, darah Ibrani yang mengalir di darah Musa menggerakkan solidaritasnya untuk menolong saudaranya (budak Ibrani) yang dipukul. Musa menolong sesamanya ini dengan membunuh orang Mesir tersebut. Tetapi keesokan harinya, disaat semangat dalam solidaritasnya mulai membara, Musa pun keluar menemui saudara-saudaranya yang sedang kerja paksa. Kali ini Musa mendapati dua orang Ibrani tengah berkelahi. Kepada orang yang bersalah itu Musa mempertanyakan alasannya memukul temannya. Tetapi, pertanyaan ini dianggap sebagai bentuk penghakiman yang dilakukan Musa atas dirinya, maka ia bertanya kembali kepada Musa:”Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami”?  Pertanyaan ini kemudian dilanjutkan dengan mengungkit tindakan Musa yang membunuh seorang Mesir sehari sebelumnya sampai pada akhirnya sampai di telinga Firaun (ay. 15). Kepedulian Musa yang begitu besar dan tulus kepada saudara-saudaranya ternyata harus membuat Musa meninggalkan kehidupannya yang serba nyaman dan tentram di istana. Kebaikan Musa untuk menolong saudaranya yang teraniaya di Mesir ternyata mendapatkan perlakuan sebaliknya, ketulusannya untuk menolong dan mendamaikan saudaranya mendapatkan penolakan. Itulah realitas hidup yang dialami Musa.

Aplikasi

Kisah hidup Musa yang dengan ketulusan menolong dan mendamaikan saudaranya (sesama Ibrani) yang berujung pada rasa benci dan penolakan dari saudaranya itu merupakan kehidupan yang dapat saja terjadi di kehidupan kita, khususnya kita sebagai keluarga dan pelayan Tuhan. Atas rasa keterpanggilan kita di dalam menunaikan tugas pelayanan dan juga didorong semangat solidaritas sesama anggota persekutuan yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, kita dapat saja atau mungkin pernah mengalami peristiwa seperti ini. Maksud hati untuk membela dan menolong saudara yang diperlakukan tidak adil, disudutkan, difitnah, ditindas oleh orang lain, tetapi ternyata yang kita terima malah sebaliknya. Maksud hati untuk mendamaikan, tetapi malah dituduh menghakimi, tentulah tidak menyenangkan. Tetapi itu adalah realitas yang memiliki kemungkinan dalam rangka kita melaksanakan tugas panggilan lita sebagai keluarga dan pelayan-pelayan Tuhan. Pengalaman seperti inilah yang menjadi salah satu factor tidak sedikit dari pelayan-pelayan Tuhan yang mengundurkan diri dari tugas panggilannya. Bahkan Musa sendiripun kemudian ketika diutus Tuhan ke Mesir untuk memimpin umat-Nya keluar dari sana merasa enggan pergi dan berusaha menolak panggilan tersebut, tentu salah satunya ialah karena Musa telah mengetahui karakteristik umat yang akan diimpinnya itu. Dari Midian Tuhan Allah kemudian memanggil Musa untuk diutus ke Mesir. Pengalaman hidup Musa melalui kesaksian Alkitab saat ini, menjadi bahan refleksi bagi kita sekalian supaya kita menyadari bahwa ke dalam suasana hidup seperti inilah sesungguhnya Tuhan mengutus kita. Di suasana kehidupan seperti inilah sesungguhnya kita menjadi berguna. Tetapi tugas seperti ini bukanlah tugas yang mudah, bahkan sebaliknya, ini menyakitkan dan dapat membuat orang undur diri dari tugas panggilannya. Ke konteks hidup seperti inilah Musa diutus Tuhan Allah. Siapkah kita?

Bahan Diskusi:

1.      Menurut kelompok, factor apa saja yang membuat orang sampai tidak merespon dengan baik dan benar perbuatan baik yang diberikan kepadanya?

2.      Tuliskanlah hasil refleksi atau perenungan kelompok dari pengalaman Musa ini bersangkutpaut dengan kehidupan sebagai keluarga dan pelayan Tuhan!

3.      Buatlah komitmen darihasil refleksi atau perenungan kelompok!

JIKA SEKIRANYA SAUDARA MEMBUTUHKAN BAHAN PA SEMACAM INI DENGAN TEMA YANG LAIN, SILAHKAN MENGHUBUNGI bendriosibarani@yahoo.com
saudara dapat berdonasi dengan melihat profil di blog ini.. Tuhan Yesus Memberkati

Selasa, 01 Oktober 2019

bendrio sibarani: Khotbah Untuk Pemuda menghadapi zaman

bendrio sibarani: Khotbah Untuk Pemuda menghadapi zaman: Bacaan Alkitab: 2 Tim 3: 1- 5, 15 Generasi Muda Milenial Yang Kristiani Pemuda-pemudi Gereja Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus, ...

Khotbah Untuk Pemuda menghadapi zaman




Bacaan Alkitab: 2 Tim 3: 1- 5, 15

Generasi Muda Milenial Yang Kristiani

Pemuda-pemudi Gereja Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Merujuk dari beberapa sumber, jaman sekarang, atau jaman now, generasi manusia dikelompokkan pada 5 kelompok generasi:

  1. Generasi baby boomer, yakni generasi yang lahir dari tahun 1946-1964
  2. Generasi X, yakni generasi yang lahir dari tahun 1965-1980
  3. Geberasi Y, lahir tahun 1981-1994, sering disebut sebagai generasi Millenial
  4. Generasi Z, lahir tahun 1995-2010 disebut juga kids zaman now, igeberation atau generasinet/internet
  5. Generasi Alpha, 2010-2025

Dari kelima kelompok generasi ini, generasi millennial merupakan generasi yang sangat menentukan banyak hal dalam lehidupan, baik dalam kehidupan bangsa dan Negara, maupun kehidupan agama, secara khusus Gereja di dalamnya. Karakteristik generasi Millenial sangat mendapat sorotan karena merekalah yang kini sangat berperan dalam segala sendi kehidupan dan telah melahirkan perubahan di hampir seluruh lini kehidupan. Karakteristik generasi millennial diwarnai dengan ciri negative dan positif, di antaranya:

-          Ketergantungan pada internet

-          Memiliki sikap hidup yang egoistic/individualistic

-          Liberalistik/ingin bebas dari segala aturan, norma dan adat-istiadat

-          Serba hidup instan

-          Gaya hidup pamer

Ciri positif yang dapat dicatat, antara lain:

-          Kemampuan menggunakan teknologi canggih

-          Generasi ini adalah generasi yang kritis

-          Berpikir lebih terbuka

-          dll

Saudara-saudara, betul atau tidak pernyataan ini, generasi kalianlah yang mesti menjawabnya. Mari kita arahkan perhatian kita pada bacaan Alkitab saat ini, bagaimana Paulus memberitahukan kepada Timotius tentang sifat dan sikap manusia pada hari-hari terakhir, yakni:

-          Mencintai diri sendiri= Narsisme.

-          Hamba uang= materialistic

-          Membual dan menyombongkan diri= banyak omong kosong dan sombong

-          Pemfitnah

-          Memberontak kepada orangtua

-          Tidak tahu berterimakasih

-          Tidak peduli agama= sekuler

-          Tidak tahu mengasihi

-          Tidak mau berdamai

-          Suka menjelekkan orang

-          Tak dapat mengekang diri

-          Garang, tidak suka yang baik, suka menghianat, tidak berpikir panjang

-          Berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu daripada menuruti Allah

-          Beribadah, tapi tak percaya

Dari sebagian besar sifat dan sikap manusia seperti yang disampaikan Rasul Paulus ini, mari kita renungkan dan perhadapkan dengan realitas hidup masa kini, pada kehidupan generasi millennial. Tentu kita tidak dapat memungkiri bahwa ternyata hidup seperti ini sudah menggejala dalam kehidupan di generasi millennial saat ini. Saudara-saudara pasti mengalami dan menyaksikan gejala hidup ini.

Masa sukar yang dimaksudkan oleh Paulus adalah Kalepos berarti hidup yang berat untuk dipikul, dihadapi. Hidup yang penuh ancaman. Hidup seperti ini tentu merupakan hidup yang harus dihadapi dan dijalani dengan kekuatan iman dalam kesetiaan. Tidaklah keliru, apabila zaman ini adalah juga menjadi masa yang sukar, zaman segala sesuatu menjadi tantangan dan diwarnai ancaman. Hidup menjadi paradoks, artinya kesempatan terbuka luas tetapi sempit, sehingga generasi millennial adalah sesungguhnya generasi yang berada dalam dilema. Ingatlah kata-kata ini: “lama tak berjumpa, pas berjumpa tidak lama” Jauh tetapi dekat, dekat tapi jauh, tidak kenal tetapi teman, teman tetapi tidak kenal, dsb.

Pemuda-pemudi yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

      Jika demikian beratnya tantangan hidup di zaman ini, pertanyaannya adalah apakah kemudian yang mesti dilakukan oleh generasi millennial agar mereka tetap menjadi jati diri sebagai generasi gereja milik Tuhan? Paulus berpesan kepada Timotius supaya orang-orang yang berperilaku seperti yang diuraikan di atas, untk menjauhi orang-orang seperti itu. Tentu, orang-orang yang berperilaku seperti ini adalah orang-orang yang benar-benar telah bergelimang dosa dan perbuatan yang yang paling jahat yang malah memasuki persekutuan. Jika orang-orang seperti ini ada di dalam persekutuan, maka kita pasti tahu apa yang akan terjadi. Maka generasi milenial yang kristiani adalah generasi yang berhikmat. Karena dari kecil telah mengenal kitab suci. Kembali ke Alkitab: itulah yang harus dilakukan oleh generasi Millenial yang Kristiani sebagai solusi satu-satunya untuk menjadi pemenang di masa sukar ini. Back to the bible adalah semboyan reformator Matrhen Luther, yakni supaya gereja dalam menjalani segenap kehidupannya berdasarkan Firman Tuhan. Pertanyaannya sekarang adalah: Di mana letak kitab suci dalam hidup generasi millennial? Seberapa sering generasi millennial membacanya, mendengarnya dan merenungkannya setiap hari? Ini tantangan kita di masa sukar ini.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

      Sebagai Generasi millennial, saudara-saudara sungguh diperhadapkan pada perjuangan hidup yang berat, tetapi kalian mesti menghadapinya, sebab hidup ini adalah perjuangan. Percayalah, yakinlah, bahwa Tuhan Yesus niscaya menolong kita menghadapi segenap tantangan dan ancaman yang ada di zaman ini. Tuhan Yesus menyertai. Amin

Minggu, 29 September 2019

Khotbah Pernikahan Kristen




Bacaan Alkitab: Filipi 2: 5

“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus”

“Touto froneite en umin o kai Gristw Ihsou”



Saudara-saudara, Marthen dan Betrin serta keluarga yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Tidaklah sulit untuk mengerti atau memahami apa yang menjadi nasihat Rasul Paulus ini oleh kita sekalian. Tetapi walaupun terkesan mudah dimengerti atau dipahami, nasihat ini bukanlah perkara ringan untuk dilakukan. Mengapa demikian? Sebab pikiran dan perasaan yang terdapat di dalam Yesus Kristus adalah pikiran dan perasaan yang sangat bertolak belakang dengan pikiran dan perasaan dunia ini. Terlebih lagi apabila pikiran dan perasaan Kristus Yesus tersebut diterapkan dalam kehidupan bersama. Adalah lebih mudah jika nasihart ini dilakukan seorang diri daripada secara bersama, sebab bersama itu bukanlah perkara mudah untuk dijalani. Harus dibedakan bersama hidup dan hidup bersama adalah berbeda. Kita dapat dengan mudah untuk bersama hidup, tetapi belum tentu hidup bersama. Hidup bersama terjadi ketika ada kesepakatan dua orang atau lebih untuk menjadikan diri masing-masing sebagai bagian yang utuh dengan hidup sesamanya/pasangannya. Di kehidupan bersama tersebut tercipta kehidupan yang selalu mengusahakan dan mengutamakan kepentingan bersama, maka kepentingan diri sendiri menjadi bagian dari kepentingan bersama tersebut. Tidak mudah untuk berada dalam hidup bersama, karena di sana terdapat karakter hidup yang berbeda, sikap dan sifat hidup yang pasti tidak sama. Hidup bersama berarti bersekutu atau dipersekutukan, artinya bahwa setiap orang di dalamnya benar-benar bersatu dan menyatu tanpa ada lagi yang memisahkan. Terutama dalam kehidupan bersama sebagai suami istri yang percaya kepada Tuhan. Persekutuan yang satu ini merupakan persekutuan tertua dan pertama dalam kebudayaan manusia. Merujuk dari kesaksian Alkitab dalam Kejadian, bahwa hidup bersama yang pertamakali berlangsung dalam kehidupan Adam dan Hawa. Mereka berdua adalah satu tubuh, Tuhan Allah mengambil Hawa dari tulang rusuk Adam. Artinya mereka berdua adalah diri mereka seorang dengan yang lain.

Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Konsep hidup bersama yang demikianlah sesungguhnya yang dimaksudkan dalam bacaan kita saat ini, yakni bahwa seseorang senantiasa menjadikan orang lain sebagai bagian yang utuh dari dirinya sendiri dan dirinya juga demikian bagi diri orang lain. Bukan hanya dalam kehidupan persekutuan yang luas seperti persekutuan jemaat, tetapi terlebih utama dalam persekutuan terdasar dalam kehidupan yakni persekutuan hidup rumah tangga. Kehidupan bersama tersebut hendaklah menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus. Merujuk pada bahasa aslinya, sesungguhnya tidak ada perbedaan atau pemisahan antara pikiran dan perasaan. Touto froneite en umin o kai cristw ihsou.

Froneho diterjemahkan sebagai pikiran dan perasaan. Maka sesungguhnya kedua kata tersebut adalah satu kesatuan yang tidak terpisah. Bahwa pikiran dan perasaan Kristus adalah pikiran dan perasaan yang merupakan satu kesatuan. Tapi sayang, dalam kehidupam manusia, kedua hal ini, yakni pikiran dan perasaan sering dipisahkan. Maka tidak sedikit orang yang kemudian terjatuh pada pengingkaran karena hanya meninggikan pikirannya. Artinya dia hanya mau menerima yang sesuai dengan pikirannya, dan masuk pikirannya tanpa mempertimbangkannya dengan perasaannya. Tetapi sebaliknya, tidak sedikit juga orang kemudian jatuh dalam hayalan atau hidup semu karena hanya meninggikan perasaannya tanpa mempertimbangkannya dengan pikirannya. Orang seperti ini juga akan rentan pada pemikiran yang negative karena melulu mengedepankan perasaannya. Jika demikian, sekarang kita sadar, bahwa sesungguhnya antara pikiran dan perasaan sesungguhnya tidak boleh dipisahkan, keduanya adalah satu kesatuan yang utuh, sebagaimana pikiran dan perasaan yang terdapat di dalam Kristus Yesus.

Saudara-saudara, jika demikian, seperti apakah sesungguhnya pikiran dan perasaan Kristus Yesus itu? Pada Filipi 2:6-11 pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus Yesus tersebut dijelaskan. Bahwa pikiran dan perasaan Kristus Yesus adalah pikiran dan perasaan yang benar-benar illahi.

-          Merendahkan diri dengan cara mengosongkan Diri-Nya dengan tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Tindakan ini adalah buah dari pikiran dan perasaan Kristus Yesus.

-          Taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib, artinya bahwa Kristus Yesus memnunjukkan ketaatan-Nya dalam bingkai kesetiaan. Inilah pikiran dan perasaan yang terdapat di dalam Kristus Yesus.

Pikiran dan perasaan seperti inilah yang dikehendaki oleh Tuhan berlaku dalam persekutuan hidup bersama. Apabila pikiran dan perasaan seperti ini berlaku dalam kehidupan bersama yakni dalam persekutuan hidup suami istri/rumah tangga, maka janji Tuhan adalah Dia niscaya meninggikan kehidupan bersama tersebut, artinya di sanalah persekutuan hidup bersama itu diangkat oleh Tuhan Allah. Tuhan Yesus memberkati. Amin



      


bendrio sibarani: bendrio sibarani: Khotbah Penghiburan kematian

bendrio sibarani: bendrio sibarani: Khotbah Penghiburan kematian: bendrio sibarani: Khotbah Penghiburan kematian : Bacaan Alkitab: Daniel 6: 17- 23 Keluarga Wowor-Makaenas, Saudara-saudara Yang Dikas...

bendrio sibarani: Khotbah Penghiburan kematian

bendrio sibarani: Khotbah Penghiburan kematian: Bacaan Alkitab: Daniel 6: 17- 23 Keluarga Wowor-Makaenas, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus        Kisah hidup...

Khotbah Penghiburan kematian


Bacaan Alkitab: Daniel 6: 17- 23



Keluarga Wowor-Makaenas, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus

       Kisah hidup dan perjuangan iman Daniel adalah kisah dan perjuangan iman yang penuh dengan karya Tuhan Allah. Hampir semua kisah-kisah hidup Nabi Daniel tenar di kalangan orang-orang percaya. Karena melalui kisah-kisah hidup tersebut terdapat begitu banyak pembelajaran iman, begitu banyak motivasi untuk terus hidup dalam kesetiaan, demikian juga memotivasi orang-orang percaya untuk hidup senantiasa dalam pengharapan, penyerahan diri secara total kepada Tuhan Allah.

Demikian pulalah dalam bacaan Alkitab saat ini, bahwa pengalam Daniel di Dalam Gua singa adalah kisah yang tidak asing bagi kita. Melalui kisah inipun begitu banyak makna yang dapat ditemukan oleh setiap orang percaya.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus

       Hukuman mati terhadap Daniel melalui cara memasukkan dia ke dalam gua singa sesungguhnya adalah pengalaman hidup yang sungguh menyakitkan. Sebab hukuman ini dijatuhkan kepada Daniel oleh hasutan para petinggi kerajaan yang iri hati kepada Daniel atas segala capaian hidupnya. Karena tidak ada kesalahan yang dilakukan Daniel, maka tidak ada pula alasan bagi para saingannya untuk menjatuhkan dia. Maka kemudian, Daniel difitnah, dihakimi dan dihukum bersalah karena kesetiaannya menyembah Tuhannya. Danielpun dimasukkan ke dalam gua singa yang dihuni singa-singa yang buas dan lapar. Raja Darius yang berkuasa saat itupun harus tunduk kepada produk hukum yang ada, walaupun sesungguhnya dia tidak rela melakukannya. “Allahmu yang kausembah dengan tekun, Dialah kiranya yang melepaskan engkau”, inilah pernyataan raja kepada Daniel. Ungkapan ini saudara-saudara hendak menegaskan kepada kita bahwa dikehidupan ini, manusia, siapapun dia memiliki keterbatasan dan tidak mempunyai jaminan kekuatan untuk dapat membebaskan seseorang dari persoalan, kemelut dan ancaman hidup. Raja Darius yakin, bahwa walaupun posisinya sebagai raja, namun dia sadar dia ternyata tidak mampu menyelamatkan Daniel. Maka ungkapan raja Darius ini sesungguhnya adalah ungkapan iman. Raja Darius juga meyakini bahwa Tuhan Allah yang disembah Daniel dengan tekun itu adalah Tuhan Allah yang berkuasa membebaskan Daniel dari kemelut dan ancaman hidup.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus

       Benar saudara-saudara, setelah fajar menyingsing, raja Dariuspun menyaksikan kuasa dan kasih Tuhan Allah itu dalam diri Daniel, dengan sayu ia bertanya: “Daniel hamba Allah yang hidup, Allahmu yang kausembah dengan tekun, telah sanggupkah Ia melepaskan engkau dari singa-singa itu? Danielpun menjawab: “Ya, raja. Kekallah hidupmu. Allah yang disembah Daniel, telah mengutus malaikat-malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu dan tidak mengapa-apakan Daniel. Sungguh luar biasa kesaksian ini. Bahwa Raja Darius melihat dan menyaksikan kuasa kasih Tuhan terjadi di tengah kemustahilan hidup manusia. Bahwa kuasa kasih Tuhan dinyatakan kepada orang yang tekun menyembah Dia. Bahwa kesetiaan beriman dan ketekunan menyembah Tuhan Allah tidak pernah sia-sia dan mengecewakan.

Kalau demikian saudara-saudara, maka pengalaman hidup Daniel di Gua singa sesungguhnya hendak menegaskan kepada semua orang bahwa Tuhan Allah tidak pernah membiarkan umat yang tekun menyembah-Nya binasa di tengah menghadapi kemelut dan ancaman hidup. Tuhan Allah tidak pernah terlambat mengaruniakan pertolongan kepada umat-Nya yang di tengah pergumulan. Tuhan Allah tidak pernah membiarkan umat-Nya binasa ditengah hidup yang benar di hadapan-Nya. Demikian pula ketika kita harus berjumpa dengan dukacita, kita diingatkan Firman Tuhan saat ini bahwa Tuhan tidak membiarkan kita. Itulah yang mesti diaminkan oleh kita dan juga keluarga di sini.

Allah yang kita sembah dengan tekun telah dan akan sanggup menyelamatkan kita semua melewati segala bentuk pengalaman hidup di dunia ini. Amin


Bacaan Alkitab: Mzm. 3: 1-9
Sidang Jemaat, Keluarga Yang Berduka Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pergumulan yang terberat yang dihadapi setiap orang dalam kehidupan ini ialah pergumulan yang datangnya dari dalam kehidupan kita sendiri. Pengalaman hidup seperti ini terjadi dalam kehidupan Daud ketika dia telah melewati begitu banyak pergumulan hingga dia duduk di takhtanya sebagai raja. Ternyata duduk di takhta sebagai raja, tidak menjadi jaminan bagi Daud untuk lepas dari tantangan dan pergumulan. Tantangan hidup ini datang dari anaknya sendiri yang berusaha mengkudeta dirinya sebagai raja. Tentu peristiwa ini sangat menyakitkan hati Daud sebagai orangtua, sebab ternyata upaya yang dilakukan Absalom anaknya itu didukung oleh banyak orang yang beranggapan bahwa Daud tidak akan ditolong Allah. Peristiwa ini tentu sangatlah membuat Daud berdukacita dan memikul beban hidup yang berat. Jika ditelusuri ke belakang ke perjalanan hidup Daud, maka sesungguhnya pengalaman ini mungkin saja akan membuat Daud menyerah pada keadaan hidup, sebab dari sejak masa mudanya, Daud tidak pernah betul-betul terbebas dari berbagai bentuk kemelut dan pergumulan hidup yang mendukakan.
Sidang Jemaat, Keluarga Yang Berduka yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus
       Menghadapi kemelut hidup yang mendukakan ini, ternyata Daud, tetap konsisten pada pengakuan dan imannya bahwa Tuhan adalah perisai yang melindungi dia dan Tuhan adalah kemuliaannya yang mengangkat kepalanya. Pengakuan dan iman Daud ini, sungguh diwujudnyatakannya melalui tindakannya berseru kepada Tuhan Allah. “Berseru” di sini, tidaklah sekedar mengeluarkan suara tanpa disertai iman dan pengharapan dan tindakan. Daud berseru kepada Tuhan, melalui segenap kehidupannya yang beserah kepada Tuhan Allah. dan memang benar, Daud bersaksi bahwa kendatipun dalam kemelut hidup yang berat, Daud ternyata dapat membaringkan diri tidur lalu bangun semata-mata oleh karena Tuhan Allah menopangnya. Kesaksian Daud ini, sesungguhnya adalah kesaksian yang hendak menegaskan kepada setiap umat Tuhan bahwa setiap orang yang percaya kepada Tuhan, harus mengimani bahwa Tuhan itu adalah perisai bagi umatNya sehingga terlindungi dari setiap tantangan dan kemelut hidup. Tuhan itu adalah kemuliaan yang mengangkat kepala setiap umatnya untuk berdiri tegak memandang kehidupan ini ke depan. Tuhan menjawab seruan orang yang beriman dan yang berharap kepada-Nya, sebagaimana yang terjadi dan dialami Daud. Dari Tuhanlah pertolongan. Demikian juga berkat atas umat-Nya.
Sidang Jemaat, Keluarga Yang Berduka yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus
       Jika pergumulan hidup terjadi dalam hidup keluarga yang datangnya dari peristiwa kematian orang yang dikasihi dan mengasihi keluarga, suami, ayah, opa Alm. Piet Hein Wowor 3 hari yang silam sesungguhnya ini adalah peristiwa yang tidak mudah diterima, tetapi tidak bisa tidak, kita semua harus mengaminkan bahwa Tuhan Allah telah mengatur segalanya. Karena peristiwa tersebut ada dalam kedaulatan Tuhan Allah, maka sesungguhnya Tuhanlah pula yang menjadi perisai bagi keluarga sehingga terlindung dari dukacita yang tak berpengharapan, Tuhan pulalah yang mengangkat kepala kita semua, demikian juga keluarga sehingga kita niscaya dapat mengangkat kepala, beroleh kuat dan pengharapan untuk kemudian menatap kehidupan ini ke depan sebagaimana yang Tuhan kehendaki untuk dijalani. Setiap orang yang dilindungi dan ditolong Tuhan Allah akan dapat kembali menikmati hidup ini dengan nyaman dan tentram kendatipun begitu banyak tantangan hidup yang harus dihadapi. Daud dapat melewati segenap kemelut hidup termasuk yang sangat mendukakan hidupnya sekalipun hanya karena dia sungguh-sungguh menempatkan Tuhannya sebagai sumber pertolongannya dan sumber berkat baginya. Dengan berseru kepada Tuhan, Daud menikmati kekuatan.
Saudara-saudara, merenungkan Firman Tuhan saat ini, maka sesungguhnya peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini harus diaminkan sebagai peristiwa di mana Tuhan yang berkarya. Oleh karena itu tetaplah jadikan Tuhan sebagai pertolongan dan berkat, sebab hanya dengan demikianlah kita benar-benar akan dimampukan untuk menerima segala bentuk dukacita di dalam hidup ini dan dapat menghadapinya serta melewatinya. Berserulah kepada Tuhan bukan sekedar kata-kata, tetapi dengan penyerahan diri secara total. Dia niscaya menolong dan memberi kelegaan. Terpujilah Tuhan Amin
























Bacaan Alkitab: Yesaya 54:8-10
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pasal 54 kitab Yesaya ini dapat disimpulkan sebagai upaya Tuhan Allah yang melakukan pembaharuan perjanjian-Nya dengan umat-Nya. Perjanjian Allah dengan umat-Nya sesungguhnya memiliki perbedaan yang sangat prinsipil dengan perjanjian-perjanjian yang lazim kita ikat dengan sesama. Jika perjanjian biasanya terikat oleh karena adanya kesepakatan dua atau lebih pihak yang lahir atau diinisiasi oleh kedua belah pihak atau lebih yang berjanji, maka perjanjian Tuhan Allah dengan umat-Nya sesungguhnya lahir atau semata-mata adalah atas inisiatif Tuhan Allah. Dia memilih umat bagi-Nya, mengudukan mereka dan menjadikan mereka umat kepunyaan-Nya dan Dia menjadi Allah mereka. Inilah dasar perjanjian Tuhan Allah dengan umat-Nya. Kemudian, sebagai umat kepunyaan Allah, bangsa Israel hidup di dalam perjanjian dan sekaligus dengan itu hidup hanya berdasarkan janji-janji Allah. Di sepanjang sejarah peradaban dunia ini, Alkitab mencatat, bahwa Tuhan Allah selalu dan selalu membaharui perjanjian-Nya dengan umat-Nya. hal itu terjadi bukan karena Allah lalai atau ingkar pada janji-Nya, tetapi semata-mata karena kegagalan umat-Nya untuk hidup dalam kesetiaan sebagai umat perjanjian. Berulangkali Allah menjadi murka atas ulah umat-Nya yang tidak taat dan tidak setia kepada-Nya. Tetapi ternyata Kasih Allah itu lebih besar dari murka-Nya, maka itulah kemudian yang melatarbelakang setiap pembaharuan janji, yakni karena kasih-Nya.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
             Konteks Yesaya menyampaikan firman ini adalah konteks kehidupan paskah malapetaka. Umat Israel setelah 70 tahun dibuang di Babel, kini mereka dibawa pulang. Tetapi keadaan hidup bangsa ini sungguh memprihatinkan dan memilukan, mereka kehilangan regenerasi, jumlah keturunan mereka sangat sedikit, sebagaimana ayat 1 memberi keterangan bahwa perempuan-perempuan mereka banyak yang mandul. Jumlah mereka yang sangat berkurang tidak sebanding dengan wilayah yang harus mereka bangun. Pemulihan terjadi di kehidupan bangsa Israel dari Tuhan Allah. melalui nabi Yesaya, Allah mengakui tindakan-Nya dalam murka yang meluap yang menyembunyikan wajah-Nya, tetapi tindakan Allah ini hanya sesaat lamanya. Sebaliknya dalam kasih setia abadi Dia senantiasa mengasihi umat-Nya, Dia adalah Penebus umat-Nya. Allah menggambarkan kehidupan bangsa Israel kala itu seperti zaman Nuh, Allah bersumpah bahwa air bah tidak akan meliputi bumi lagi. Demikianlah isi perjanjian yang dibaharui kepada bangsa Israel. Bahwa mereka tidak dihardik oleh Tuhan lagi, melainkan akan dipulihkan.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Walaupun konteks kita berbeda dengan kontek bangsa Israel di zaman Yesaya, akan tetapi Firman Tuhan saat ini, sungguhlah relevan dengan konteks hidup yang terjadi dan kita alami. Pasca tragedi, bencana alam yang diakibatkan peristiwa alam yang dahsyat tahun lalu, telah membuat kehidupan kita berubah. Trauma menghantui kita begitu lama, keengganan kita untuk beranjak dalam upaya dan usaha ke depan, keragu-raguan kita memutuskan banyak hal di kehidupan ini, menjadi pengalaman hidup mewarnai hidup ini. Peristiwa yang menakutkan setahun yang silam, sungguhlah akan menjadi pengalaman  hidup yang akan selalu mewarnai langkah hidup kita ke depan. Firman Tuhan saat ini berkata dan ditujukan pula kepada kita, karena kita adalah juga umat perjanjian, kita telas ditebus, kita telah dikuduskan, kita telah lunas dibayar dan kita telah diangkat menjadi anak-anak Allah, maka sifat Tuhan Allah itu harus sungguh terpatri di dalam hidup kita, yakni bahwa kasih setia Tuhan itu adalah abadi. Kepada kitapun perjanjian Allah juga dibaharui. Bilapun gunung-gunung beranjak, bukit-bukit bergoyang, Kasih setia-Nya tidak akan beranjak dari kita umat-Nya. dan perjanjian damai-Nya tidak akan bergoyang. Artinya ialah bahwa kasih setia dan perjanjian damai Tuhan kepada umat-Nya tidaklah akan pernah dipengaruhi oleh situasi dan kondisi apapun. Tuhan Yesus Memberkati kita. Amin

Selasa, 24 September 2019

bendrio sibarani: Khotbah Rumah Tangga Kristen

bendrio sibarani: Khotbah Rumah Tangga Kristen: Bacaan Alkitab: Kejadian 22:1-14 Jehova Jireh Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus        Siapapun di antara kita tida...

Khotbah Rumah Tangga Kristen


Bacaan Alkitab: Kejadian 22:1-14

Jehova Jireh

Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus

       Siapapun di antara kita tidak akan ada yang mau apalagi rela apabila anak sematawayang kita diminta dari kita untuk dijadikan sebagai korban bakaran sekalipun itu untuk Tuhan. Ini adalah tindakan yang tidak akan mungkin dapat dilakukan, kecuali otak kita telah dicuci layaknya beberapa orang yang disebut sebagai teroris sekarang ini. Penolakan kita terhadap praktek keagamaan seperti ini sesungguhnya lahir dari keyakinan kita sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Konteks hidup Abraham memang jauh berbeda dengan konteks kehidupan kita sekarang ini, demikian pula dengan konsep keagamaan. Praktek mempersembahkan korban kepada Tuhan Allah merupakan praktek biasa yang dilaksanakan di zaman Abraham. Demikian pula halnya dengan nazar seorang yang bernama Yefta, ketika ia menazarkan bahwa apabila ia pulang dengan selamat dari peperangan, maka apapun yang menyambutnya yang pertama kali dari dalam rumahnya, akan dipersembahkannya sebagai korban bakaran kepada Tuhan Allah. Ternyata yang menyongsongnya adalah puteri semata wayangnya sendiri. Karena ini adalah nazar kepada Tuhan Allah, maka ia pun harus melakukannya. Tindakan Abraham adalah tindakan yang diluar nalar dan kemampuan kita. Tindakan Abraham ini sesungguhnya menghantar dia benar disebut sebagai Bapa orang percaya, karena kepercayaannya adalah kepercayaan yang sempurna. Apakah Abraham melupakan janji-janji Allah kepadanya, bahwa ia diberkati dan keturunannya akan seperti pasir dan kersik? Bukankah dengan mempersembahkan Ishak kepada Tuhan sebagai korban bakaran janji Tuhan Allah tersebut menjadi tidak benar?

Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Dalam kesaksian Alkitab saat ini, ternyata Abraham tidak sekalipun mempertanyakan atau memberi komentar tentang perintah Tuhan yang datang kepadanya. Yang dapat kita ketahui adalah bahwa Abraham hanya menyahut dan menuruti segala yang Tuhan perintahkan kepadanya. Abraham tidak sedikitpun mengetahui bahwa dirinya sedang diuji. Abraham juga sesungguhnya adalah seorang ayah yang pasti sangat menyayangi anaknya satu-satunya. Tetapi, sekali lagi, Abraham tidak memberikan sepatah katapun menanggapi perintah Tuhan tersebut. Padahal Ishak adalah harta yang paling mahal dihidupnya sebagai pewaris baginya dan meneruskan keturunannya untuk menggenapi apa yang dikehendaki Tuhan Allah atasnya. Pada ayat 2 bacaan kita saat ini, sangat jelas bahwa perintah Tuhan disampaikan kepada Abraham untuk mempersembahkan Ishak anaknya yang tunggal di sebuah gunung di tanah Moria sebagai korban bakaran kepada Allah. Tanpa pertimbangan dan tanpa pertanyaan, Abraham memenuhi perintah tersebut dengan melakukan apa yang Tuhan perintahkan.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Pertanyaan Ishak kepada Abraham tentang domba yang hendak mereka persembahkan kepada Allah, ternyata dijawab oleh Abraham dengan keyakinan yang luar biasa, bahwa Allah akan menyediakannya. Apakah jawaban ini bukan jawaban yang membohongi Ishak anaknya? ataukah jawaban ini merupakan jawaban iman ataukah pula jawaban ini merupakan jawaban kepasrahan? Yang pasti jawaban Abraham ini adalah jawaban yang benar-benar lahir dari keyakinannya bahwa memang Tuhan akan menyediakan sendiri korban bakaran bagi-Nya. Ternyata ketika seluruh perintah Tuhan Allah itu dilakukan Abraham dengan ketulusan, di sanalah kemudian terbuka, bahwa Abraham ternyata sedang dalam ujian iman. Ujian ini merupakan puncak tertinggi untuk menguji iman dan kepercayaan Abraham. Abraham lulus dan penyembahan korban bakaran anak tunggal tidak terjadi, sebab Tuhan Allah sendirilah yang kemudian menyediakan korban bakaran bagi-Nya sebagaimana yang diimani Abraham.

Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Apakah sesungguhnya yang hendak disampaikan kepada kita berdasarkan kesaksian Alkitab ini? Yang pasti bahwa Tuhan tidak akan pernah meminta kita mempersembahkan anak kita sendiri sebagai korban yang dibakar kepada-Nya. Tetapi kesaksian Alkitab ini hendak mengarahkan kita untuk mengetahui dan menyadari bahwa Tuhan Allah tidak meminta yang tidak berharga dari kita sebagai persembahan bagi-Nya. Yang paling berharga di dalam hidup ini sungguh dikehendaki oleh Tuhan Allah menjadi persembahan bagi-Nya. Artinya walaupun Tuhan Allah kita adalah Allah yang Maha murah, tetapi Dia tidak murahan dan tidak menghendaki yang murah dipersembahkan kepada-Nya. Selanjutnya melalui kesaksian Alkitab ini, sesungguhnya kepada kita diberitakan bahwa ukuran iman seseorang terletak pada ketaatannya kepada Tuhan Allah. Ketaatan tersebut kemudian nyata dari pemberian diri atau respon pada perintah Tuhan Allah. Itulah yang dilakukan Abraham. Tanpa protes, tanpa bersikap kritis, tanpa bertanya dan tanpa menimbang-nimbang, ia melakukan segala yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Pertanyaan kemudian yang mungkin lahir di benak kita: apakah Tuhan masih menguji iman kita sampai saat ini, kendatipun Tuhan Yesus Kristus telah menjadi korban bagi kita? Jawabannya adalah ya. Selama kita masih hidup di dunia ini, iman kita akan terus di uji dan ditempa hingga mencapai kemurniannya. Pengalaman hidup dan beriman Abraham mesti dijadikan sebagai refleksi iman bagi kita, apakah kita telah dan akan mampu mempersembahkan yang paling berharga bagi kemuliaan Tuhan? Di zaman sekarang ini, setuju atau tidak, waktulah yang paling berharga bagi setiap orang. Waktu adalah segala-galanya bagi orang yang hidup di zaman ini. Tidak sedikit orang yang sangat tidak mau waktunya hilang. Persoalannya kemudian, waktu itu sepertinya tidak disadari sebagai anugerah yang paling berharga dari dan bagi Tuhan. Memberi waktu bagi Tuhan menjadi tantangan tersulit untuk dilakukan saat sekarang ini. Terpujilah Tuhan.

       Tuhan memberkati kita amin.               

Bacaan Alkitab: Matius 27:11-26

Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus

       Proses pengadilan yang dihadapi Tuhan Yesus, berdasarkan bacaan kita saat ini sesungguhnya adalah pengadilan yang formalitas. Sebab sebelum vonis dijatuhkan kepada Yesus, sebenarnya Dia telah divonis untuk dihukum mati oleh imam-imam kepala dan para ahli taurat Yahudi. Walaupun Yesus Kristus dihadapkan kepada Pilatus sebagai wali negeri kala itu, imam-imam kepala dan para ahli taurat sebenarnya hanya ingin mendapatkan rekomendasi vonis mereka terhadap Yesus Kristus. Sebagai wali negeri, Pilatus memiliki wewenang untuk memutuskan vonis terhadap seseorang yang diduga bersalah atas kejahatan yang dilakukannya. Itulah sebabnya imam-imam kepala dan para ahli taurat menghadapkan Yesus Kristus kepadanya. Pilatus sesungguhnya tidak menemukan sedikitpun alasan untuk menghukum Yesus Kristus, karena tidak ada kesalahan yang dilakukan Yesus Kristus. Itulah sebabnya Pilatus sangat heran ketika Yesus Kristus hanya berdiam diri atas segala tuduhan yang ditujukan kepadaNya. Ternyata sikap berdiam diri Yesus Kristus tersebut merupakan jawaban atas apa yang terjadi. Yesus Kristus sungguh mengetahui bahwa semua orang, termasuk imam-imam kepala, para ahli taurat dan juga Pilatus mengetahui bahwa Yesus Kristus tidak bersalah. Tidak ada kejahatan yang dilakukan Yesus Kristus.

Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Pilatus kemudian berupaya membebaskan Yesus Kristus melalui wewenangnya. Sesuai dengan tradisi pada setiap hari raya Yahudi, bahwa wali negeri membebaskan seorang narapidana sesuai dengan permintaan rakyat, maka Pilatus memberikan pilihan kepada rakyat Yesus Kristus atau Yesus Barabas yang akan dibebaskan. Ternyata orang banyak itu oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua lebih memilih Yesus Barabas yang nota bena adalah seorang penjahat kelas kakap untuk dibebaskan. Massa yang terhasut oleh perasaan dengki kemudian berteriak-teriak untuk disalibkan. Pilatus sungguh berada di tengah dilema. Isterinyapun telah mengingatkan dia supaya jangan mencampuri urusan Yesus Kristus yang adalah orang benar. Pilatus pun sungguh yakin bahwa Yesus Kristus tidak bersalah. Tekanan massa yang mengarah pada kerusuhan menjadi pertimbangan utama bagi Pilatus untuk kemudian mengambil sikapnya. Dia cuci tangan dalam perkara ini. Pilatus tidak mampu memberikan sikap tegas dan menanggung konsekwensi dari sebuah putusan. Akhirnya Yesus Kristuspun disalibkan.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Apa yang harus kita maknai dari peristiwa ini dalam hubungannya sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus yang disalibkan itu? Yang pertama: Sikap Yesus Kristus yang mengambil sikap berdiam diri atas segala tuduhan yang dialamatkan kepadaNya. Yesus Kristus sungguh mengetahui bahwa mengkalrifikasi tuduhan atau fitnah yang ditujukan kepadaNya di saat semua orang dikuasai rasa dengki adalah tindakan yang tiada artinya. Yesus Kristus ingin membuktikan semua fitnah dan tuduhan itu lewat proses hidup yang dihadapiNya oleh BapaNya. Maka kemudian kebangkitanNya menjadi jawaban atas seluruh fitnah dan penghakiman yang dialamatkan kepadaNya. sikap berdiam Yesus Kristus juga merupakan sikap yang menunjuk pada ketaatan Yesus Kristus kendatipun harus disalibkan. Ketaatan itu ditunjukkan Yesus Kristus kepada BapaNya, supaya segala hal yang dinubuatkan tentangNya benar-benar tergenapi. Yang kedua, sikap imam-imam kepada dan tua-tua, ahli-ahli taurat dan orang banyak yang terhasut penting untuk direnungkan supaya kita jangan sampai terjebak pada sikap dengki kepada orang lain dalam hidup ini. Mereka telah memilih yang salah dan salah memilih karena hidup mereka diluasai oleh dengki. Seseorang yang dikuasa dengki akan jatuh pada tindakan memilih yang salah dan salah memilih. Ingatlah bahwa hidup ini adalah pilihan, maka supaya jangan sampai memilih yang salah dan salah memilih, jauhkanlah hidup dari sikap dan perasaan dengki. Yang ketiga, sikap yang ditunjukkan Pilatuspun juga menjadi kritik bagi kita supaya kita juga menghindar dari sikap cuci tangan dari persoalan dan masalah yang sesungguhnya menuntut tanggungjawab kita. Terlepas dari peristiwa yang harus digenapi oleh Yesus Kritus tentang salib, sikap Pilatus bukanlah sikap yang benar untuk dipraktekkan dalam hidup kita sebagai orang-orang yang bersekutu, berinteraksi dan berjumpa dengan sesama kita. berani bertanggungjawab membela yang benar harus menjadi sikap dan prinsip hidup setiap orang percaya. Yang terakhir, melalui penyaliban Tuhan Yesus Kristus, kita sekalian diingatkan pada dua hal, yakni bahwa kita telah ditebus dan lunas dibayar dari cengkeraman kuasa dosa. Kita harus mengharga anugerah ini dengan kehidupan yang benar dan berguna bagi Tuhan Allah. Yang kedua bahwa melalui penyaliban Yesus Kristus, kitapun diminta untuk menyalibkan segala bentuk ego diri kita, menyalibkan segala kesombongan, menyalibkan segala hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Yakinlah dan percayalah bahwa penyaliban Yesus Kristus adalah anugerah bagi kita untuk menjadi pemenang bersama Tuhan Yesus yang bangkit dan hidup. Tuhan memberkati kita amin.        




Bacaan Alkitab: Lukas 12:35-40

Siap Sedia Selalu

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Pinggang dan Pelita adalah perlengkapan yang melengkat dalam kehidupan orang-orang Yahudi. Setiap laki-laki pasti memiliki ikat pinggang karena bentuk pakaian mereka membutuhkan ikat pinggang sehingga mereka dapat beraktifitas dengan baik dan nyaman. Jika seseorang Yahudi sedang melepas ikat pinggangnya, itu berarti dia sedang berada di tengah waktu istirahat atau sedang tidak beraktifitas. Ikat pinggang kemudian menjadi symbol bagi setiap laki-laki Yahudi yang menunjuk pada kesiapan mereka dalam beraktifitas. Peralatan yang kedua adalah pelita. Setiap rumah orang Yahudi pasti memiliki pelita, karena ini adalah kebutuhan penting bagi mereka di waktu malam, baik dirumah maupun ketika mereka bepergian di waktu malam. Pelita ini akan menjadi perhatian setiap orang Yahudi, supaya tetap terjamin akan menyala ketika malam tiba. Pelita yang menyala juga menjadi symbol kesiapsediaan seseorang dalam menyambut waktu yang baru, yakni malam hari.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Ikat pinggang dan pelita digunakan oleh Tuhan Yesus sebagai bahan penagajaran-Nya menyangkut perihal “kewaspadaan” setiap orang menyambut kedatangan Tuhannya. Dengan menganalogikan bagaikan tuan yang sedang bepergian ke tempat pesta perkawinan dan akan kembali tanpa diketahui, maka hamba-hamba tuan tersebut mesti siap sedia menyambut ketika tuannya pulang. Dalam tradisi orang Yahudi, pesta perkawinan adalah acara yang dapat berlangsung berhari-hari. Acara pesta dapat berlangsung lama dan tidak dibatasi waktunya. Pesta akan usai ketika para tamu undangan telah kembali. Itulah sebabnya Yesus mengibaratkan kedatangan-Nya bagaikan kedatangan seorang tuan yang pulang dari pesta perkawinan. Setiap tuan pastilah akan bersukacita dan senang, apabila hamba-hamba-Nya senantiasa siap sedia menyambut kedatangannya kapanpun waktunya. Berbahagialah hamba yang berlaku demikian. Kedatangan Tuhanpun demikian.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Berbicara kedatangan Tuhan, sesungguhnya kita membicarakan bagaimana Tuhan hadir di tengah-tengah hidup umat-Nya. Kedatangan-Nya akan menjadi jerat bagi setiap orang yang tidak bersiapsedia dan tentu menjadi kebahagiaan bagi semua orang yang menyambut-Nya dengan benar dan dalam kebenaran hidup, yakni hidup yang senantias siap sedia untuk layak menyambut Tuhan datang. Firman Tuhan ini, sesungguhnya menegaskan kepada kita bahwa, kedatangan Tuhan atau kehadiran Tuhan dalam kehidupan ini menuntut kesiapsediaan kita. Pinggang yang terikat dan pelita yang menyala menegaskan kepada kita bahwa kita mesti siap sedia menyambut Tuhan hadir dan datang ke dalam kehidupan kita. Kedatangan Tuhan di sini harus dipahami dengan lengkap, bahwasannya, kedatangan yang dimaksudkan bukan hanya berbicara nanti ketika Dia datang kali kedua, tetapi juga menyangkut seluruh dimensi waktu, yakni kedatangan-Nya kapanpun di dalam hidup kita. Siap dan sedia yang disimbolkan dengan pinggang yang terikat dan pelita menjadi sikap yang dituntut dari kita dalam hidup keberimanan kita. Kita tidak mengetahui kapan waktunya Tuhan datang, tetapi yang pasti Dia datang ke dalam hidup kita semua. Kedatangan Tuhan ke dalam hidup setiap orang menuntut tempat yang layak dan penyambutan yang siap, maka ketika itu tersedia di hidup kita, maka di sanalah kebahagiaan menjadi milik kita. Kenapa? Karena Tuhan Yesus, Tuhan kita niscaya memberikannya karena kita didapati-Nya siap dan sedia. 

Saudara-saudara, dengan kesiap sediaan yang bagaimanakah kita menantikan kedatangan-Nya di dalam hidup ini? Layaknya hamba, yang mempersembahkan hidupnya bagi tuannya, dan taat serta setia kepada tuannya, karena dia hidup oleh dan di dalam tuannya, maka demikianlah pula halnya kita sebagai hamba-hamba Tuhan di hidup ini. Kesetiaan, ketaatan dan kesadaran bahwa hidup kita sepenuhnya di Tangan Tuhan, mestilah menjadi prinsip hidup kita. Di dalam prinsip hidup seperti inilah sesungguhnya kesiap sediaan akan terus terpancar dari hidup kita dan menjadi sikap dan tindakan kita. Kapanpun Tuhan datang, kedatangan-Nya adalah sukacita dan kemenangan bagi kita, sebab memang kita telah menanti Dia dengan kesiap sediaan, Dia datang, hadir dan bersama kita karena hidup kita benar-benar layak menjadi kediaman-Nya. Ketika Dia berdiam di dalam hidup kita, maka saat itulah Damai sejahtera dan kebahagiaan menjadi milik kita. Terpujilah Dia, marilah siap sedia senantiasa menyambut Dia. Amin

               Amin





Bacaan Alkitab: Bacaan Alkitab: Roma 12: 1

IBADAH DAN PERSEMBAHAN YANG BENAR

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Persembahan, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan setiap agama. Persembahan tersebut memiliki tempat yang penting dalam setiap ritus keagamaan. Namun hakekat dan maknanya tidaklah sama dengan unsur persembahan dalam kehidupan kekristenan. Oleh beberapa agama, persembahan biasanya dipahami sebagai sarana untuk memberikan kebutuhan atau memenuhi tuntutan dari yang disembah (hal ini dapat kita lihat dalam kepercayaan agama suku), ada juga yang memahaminya sebagai usaha atau upaya untuk mengumpulkan saldo amal atau perbuatan supaya dikenan oleh yang disembahnya. Di pihak lain, persembahan juga sering dipahami sebagai usaha umat untuk meredam kemarahan yang disembahnya agar berhenti marah atau memberikan hukuman kepada umat.

            Pemahaman tentang persembahan seperti itu, sangatlah jauh berbeda dengan persembahan yang dipahami oleh orang-orang Kristen. Bagi kehidupan orang Kristen, persembahan merupakan tanda ungkapan syukur dan sukacita kepada Tuhan yang telah lebih dahulu memberkati kehidupan umatNya. Persembahan tersebut juga menjadi tanda terima kasih kepada Tuhan yang dengan setia memberkati umatNya. Jadi adalah keliru jika persembahan dipahami sebagi upaya manusia untuk membujuk Tuhan agar Tuhan memberkati, agar Tuhan tidak menjatuhkan hukuman kepada umatNya.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Tidak dapat dipungkiri bahwa ada sebagian orang Kristen yang keliru memahami apakah persembahan itu. ada sebagian orang yang memahami bahwa persembahan itu hanyalah berupa materi ataupun uang. Pemahaman seperti ini, sepertinya dipengaruhi gaya hidup yang dipengaruhi materialism, sehingga persembahanpun dipahami hanyalah dengan berupa materi. Tetapi tidaklah demikian dalam diri Paulus. Persembahan yang benar bagi Paulus ialah pemberian totalitas hidup bagi kemuliaan Allah. Paulus katakana “persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah, itu adalah ibadahmu yang sejati. Perkataan Paulus ini hendak menegaskan bahwa persembahan yang benar bukanlah melulu dengan pemberian materi, melainkan harus dengan totalitas hidup (tubuh). Dalam hal ini segala sesuatu yang dimiliki seseorang dalam hidupnya wajib dipersembahkan kepada Tuhan. bukan hanya berupa materi, tetapi juga kemampuan, atau apapun yang dimiliki seseorang termasuk pikirannya, perasaannya bahkan waktunya. Pemahaman tentang persembahan seperti ini, akan benar-benar berkenan kepada Tuhan apabila segala totalitas hidup diberikan untuk kemuliaan Tuhan. Itu berarti, persembahan bukanlah melulu diberikan kepada Tuhan dalam kegiatan peribatan, atau dengan kata lain, persembahan bukanlah melulu hanya sebagai salah satu unsur dalam liturgi ibadah.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

               Walaupun dengan kalimat singkat, Paulus memberikan penjelesan tentang persembahan dan ibadah yang sejati dengan jelas dan lengkap. Dengan kata lain, Paulus hendak menegaskan bahwa ibadah yang sejati dan sesungguhnya ialah pemberian diri secara total bagi kemuliaan Allah. Itu berarti persembahan menjadi inti dari ibadah. Persembahan baik berupa uang ataupun bahan natura disaat kita mengikuti ibadah. Pengertian tentang persembahan yang demikian tidaklah lengkap dan sempurna.  Oleh karena itu, jika menyimak dengan seksama pengajaran Paulus ini, maka jelaslah bagi kita bahwa persembahan yang benar itu adalah memberi diri, hidup secara total (keseluruhan) hidup bagi kemuliaan Tuhan. Pemberian diri secara total sebagai persembahan kepada Tuhan dapat diwujudkan melalui perbuatan kita setiap hari, kapan dan dimanapun kita berkarya. Amin



Bacaan Alkitab: 2 Tawarikh 26:1-5, 16 & 19



       Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Kita pasti pernah mendengar ucapan yang berkata “manusia tidak pernah ada puasnya”. Kata-kata ini terucap ketika manusia melihat manusia lainnya yang telah memiliki segala hal dalam hidupnya, tetapi tokh masih merasa kurang dan tidak pernah merasa cukup. Memang tidak ada tolok ukur yang baku bagi semua orang tentang yang bagaimana itu cukup atau banyak, apabila berbicara tentang kepunyaan. Sikap takabur menjadi sikap yang merasuki hidup orang-orang yang demikian. Seseorang yang memulai hidupnya dari nol, yang terus berjuang sampai pada puncak kejayaan, tiba-tiba menjadi hancur merupakan kisah hidup yang menyakitkan. Mungkin kita pernah mendengar atau melihat hidup orang yang seperti ini. Inilah yang terjadi dan dialami oleh seorang Raja Uzia, yakni seorang raja yang diangkat di masa mudanya ketika berumur 16 tahun. Raja Uzia memerintah selama 25 tahun. Semula di awal pemerintahannya, Raja Uzia adalah Raja yang melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan Allah. Selama 25 tahun dia untuk mencapai kejayaan kerajaan yang dipimpinnya. Iapun berhasil dalam segala usahanya. Akan tetapi setelah semuanya digapainya, ia menjadi merobah.

Sikapnya, terutama rasa Takut akan Tuhan sirna dari dalam hidupnya. Setelah ia kuat, ia menjadi tinggi hati. Sikap tinggi hati ini terlihat dari sikapnya yang tidak lagi menghormati kekudusan Allah di dalam Bait suci. Raja Uzia melampaui batas wewenangnya, ia merampas kemuliaan Tuhan Allah. Dia tidak menghormati ritual suci di Bait Allah, dengan membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan. Ritual ini, menurut peraturan Taurat, menurut hukum Allah hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang dikuduskan untuk melayani di Bait Allah, yakni para imam. Raja Uzia merasa bahwa dirinya berkuasa, dirinya hebat dan tidak ada lagi yang dapat menandinginya, menjadi tinggi hati. Ia tidak lagi rendah hati. Walaupun telah diperingati oleh para imam, namun Raja Uzia tidak peduli. Keberhasilannya dalam segala usahanya meraih kejayaan kerajaan telah membuat raja Uzia tidak lagi mau merendahkan dirinya di hadapan Tuhan Allah. Ia akhirnya mengalami hal yang sama dengan ayahnya Amazia, yang juga bersikap yang sama.

Bapak-bapak yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Kisah hidup Raja Uzia ini, merupakan peringatan dan kritik bagi setiap orang percaya kepada Tuhan Allah, untuk tidak menjadi tinggi hati apabila telah meraih mimpi dan tiba pada puncak kejayaan. Segala sesuatu yang dirindukan boleh saja tergapai, tetapi mesti sadar bahwa ada batas yang harus dipatuhi sebagai umat yang percaya kepada Tuhan Allah. Setiap orang percaya mesti sadar bahwa kemuliaan dan kekudusan Tuhan adalah hal yang tidak mungkin untuk diklaim sebagai milik kepunyaan. Setinggi apapun keberhasilan yang telah kita raih dan kesuksesan yang kita gapai, sikap rendah hati harus tetap menjadi prinsip dan sikap hidup orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Raja Uzia akhirnya harus kehilangan semuanya karena sikapnya yang berobah. Dia tidak lagi merendahkan hatinya di hadapan Tuhan Allah. Penyakit kusta yang diyakini sebagai kutukan Allah dalam tradisi keagamaan umat Israel menjadi bagian Raja Uzia dan oleh karena itu, ia harus diasingkan dan kekuasaanpun diambil darinya. Sekarang, apakah yang terjadi dengan orang seperti Raja Uzia? Yang pasti adalah penyesalan yang amat dalam. Semua usaha untuk menggapai keberhasilan menjadi sia-sia. Benarlah Firman Tuhan Yesus yang mengatakan bahwa barang siapa yang meninggikan dirinya akan direndahkan (Matius 23:12).

Marilah senantiasa berkomitmen untuk hidup konsisten merendahkan hati di hadapan Tuhan Allah, melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan, maka damai sejahtera akan senantiasa milik kita. Tinggi hati akan mendahului kejatuhan (Amsal 16:18) karena setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan, sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman (Amsal 16:5).

Percayalah saudara-saudara bahwa sikap merendahkan hati di hadapan Tuhan adalah sikap hiudp yang mengarahkan kita untuk senantiasa menikmati keberhasilan hidup karena Tuhan sendiri yang membuat kita berhasil di segenap perjuangan hidup kita..



Bacaan Alkitab: Kejadian 28:10- 22



Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus,

       Kisah hidup Yakub adalah kisah hidup yang sangat menarik karena penuh dengan pengalaman hidup yang penting. Dalam pelariannya, Yakub seringkali berjumpa dengan tantangan hidup yang berat. Arah dan tujuan hidupnya yang tidak dia mengerti seringkali membuat Yakub merasa letih dalam perjalanan hidupnya, ditambah lagi perasaan takut karena dikejar oleh kakak sendiri. dalam perjalanan dari Bersyeba menju Haran, Yakub memiliki pengalaman iman yang sungguh luar biasa, di tempat ini Yakub bermimpi, bahwa di bumi ada didirikan tangga yang ujungnya sampai ke di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat turun naik melalui tangga itu. Tuhan berdiri di sampingnya dan berbicara dengan Yakub bahwa Tuhan Allah akan memberikan tanah tempat Yakub berbaring sebagai milik kepunyaannya dan keturunannya, serta akan memberkati Yakub seperti debu tanah banyaknya, dan mengembangkan kekayaan Yakub serta menjadikan Yakub menjadi berkat.

Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Dari mimpi ini, Yakub kemudian menyadari bahwa Tuhan ada di tempat di mana dirinya berdiam. Maka dari pengalaman iman ini kemudian, lahirlah panggilan iman untuk memberikan kesaksian tentang kebaikan Tuhan, Yakub mendirikan tugu di tempat di mana dia berbaring, dengan tujuan supaya di tempat itu Tuhan Allah dimuliakan. Betel, itulah kemudian Nama yang diberikan Yakub kepada tempat itu. Dan di sinilah kemudian lahir nazar dari Yakub, yakni persembahan persempuluhan. Pengalaman Yakub berjumpa dengan Tuhan dan melihat suasana sorgawi melalui mimpi adalah pengalaman yang lumrah terjadi dalam kehidupan bapak-bapak leluhur Israel. Di tengah pengembaraan hidup dalam upaya menyelamatkan diri, kepada Yakub, Tuhan memberikan janji bahwa Yakub akan dibawa kembali ke tempat asalnya dan akan memberikan jaminan kehidupan serta keberlangsungan keturunan yang diberkati oleh Tuhan Allah.

Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Walaupun kehidupan seorang Yakub merupakan kehidupan yang penuh dengan tanda tanya karena dalam pelarian dari Esau kakaknya, akan tetapi Tuhan memberikan janji dan jaminan keselamatan kepadanya. itu terjadi semata-mata oleh karena kasih Tuhan Allah. Tuhanlah yang telah menetapkan apa yang harus terjadi dan dialami oleh Yakub dalam perjalanan hidupnya. Janji dan berkat Tuhan tersebut direspon dengan baik oleh Yakub, yakni bahwa Yakub bersaksi tentang kehadiran Tuhan, Yakub memuliakan Tuhan, Yakun mengikrarkan janji iman (nazar) di hadapan Tuhan. Semua yang dilakukan Yakub semata-mata adalah buah dari apa yang telah diterimanya dari Tuhan Allah. janji Tuhan kepadanya: diberkati, disertai, dilindungi, dibawa kembali, diyakinkan bahwa janji Tuhan pasti digenapi.

Saudara-saudara, jika kita berefleksi dari pengalaman iman Yakub ini, maka kepada kita, sesungguhnya diingatkan bahwa Tuhan Allah tidak pernah membiarkan seorangpun anak-anak-Nya berjalan sendirian mengarungi kehidupan ini. Bahwa Tuhan Allah senantiasa berdaulat ata segenap hidup orang-orang yang percaya kepada-Nya. Bahwa setiap kita adalah orang-orang yang sedang melalukan ziarah kehidupan di dunia ini. Maka kita ditantang untuk senantiasa peka mengenali kehadiran Tuhan di kehidupan kita supaya lahir respon berupa kesaksian yang memuliakan Tuhan Allah.

Janji Tuhan kepada Yakub, adalah janji yang terus-menerus berlaku bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Allah. Maka percayalah kepada Tuhan Allah. Amin




































 Markus 6: 45- 52



Yesus Mampu Berjalan Di Atas Ketidakmungkinan



Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus

            Cerita tentang Yesus berjalan di atas air ternyata bukan sekedar mujizat yang hendak menunjukkan kemahakuasaan Yesus sebagai Tuhan, melainkan kisah ini mengandung makna yang amat penting bagi hidup setiap orang percaya dalam rangka mengarungi kehidupan di dunia ini. Murid-murid Yesus yang telah mendahului- Nya menuju seberang danau ketika malam tiba diperhadapkan pada ancaman angin sakal yang menerpa perahu mereka. Murid-murid tersebut sangat bersusah payah menghadapi angin sakal tersebut. Padahal sebagian besar dari mereka adalah nelayan handal yang berpengalaman. Pada waktu mereka menghadapi angin sakal yang amat berbahaya tersebut, Yesus tiba-tiba muncul dan menolong mereka. Kehadiran Yesus, sungguh luar biasa, Dia berjalan di atas air, sehingga murid-murid- Nya sempat ketakutan karena mengira Dia adalah hantu. Yesus berkata kepada mereka:”Tenanglah, ini Aku! Yesuspun memasuki perahu tersebut mendapatkan murid-murid- Nya, pada saat itu anginpun langsung reda dan teduh.





Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus kristus

            Seperti yang dikatakan tadi, Yesus berjalan di atas air, bukanlah hanya sekedar mujizat melulu, melainkan apa yang dilakukan Yesus tersebut menunjukkan bahwa Yesus Tuhan mampu dan berkuasa berjalan di atas ketidakmungkinan, Yesus mampu berkuasa menyelesaikan masalah tanpa masalah. Perahu yang berlayar dilautan merupakan gambaran kehidupan orang-orang percaya yang harus berjumpa dengan silih bergantinya badai kehidupan, kadang teduh, terkadang juga dan seringkali berjumpa dengan badai. Pengalaman tidak menjadi jaminan sebagaimana halnya yang dialami murid-murid Yesus. Perjalanan hidup tidak bisa dijamin akan selalu mulus dan berjalan lancar, selalu saja ada berbagai tantangan dan hambatan. Namun di samping itu pula, sebagai orang percaya, kita harus percaya bahwa selain tantangan dan hambatan, tersedia juga peluang dan harapan. Lihat, bahwa tatkala Yesus melihat betapa payahnya murid-murid itu mendayung, Diapun hadir dengan cara yang luar biasa, di luar dugaan manusia.

Saudara-saudara, demikian juga dalam hidup kita semua, lewat bacaan kita saat ini, kita dikuatkan dan diyakinkan bahwa saat hidup kita terancam bahaya, baik karena pergumulan berat maupun karena diperhadapkan pada masalah berat, Yesus juga hadir dengan cara- Nya sendiri. Kita tak’an mampu menyelami dan menduga cara Tuhan ketika Dia hendak menolong umat- Nya yang sedang diperhadapkan pada bahaya yang di luar kemampuan manusia. Yesus mampu berjalan di atas ketidakmungkinan, menyelasaikan masalah dan meneduhkan suasana. Walaupun karena cara kehadiran- Nya kita merasa bingung dan kurang percaya bahkan takut, akan tetapi Dia akan mendapatkan kita dan semua masalahpun akan selesai.

            Manusia, siapapun dia tak bisa tidak, dalam hidupnya di dunia ini akan selalu menghadapi berbagai bentuk proses hidup dalam suasana yang silih berganti. Ada suka, ada duka. Akan tetapi seberat apapun pergumulan dan masalah yang kita hadapi jika Yesus melihat bahwa kita telah bersusah payah dan tidak mampu lagi dengan kekuatan yang kita miliki, maka Dia sendiri akan datang, hadir untuk menolong kita, Dia mampu mengatasi semua masalah tanpa menimbulkan masalah, tinggal kita sekarang, apakah kita siap dan sedia menyambut dan menerima Dia, yang kehadiran- Nya di luar akal kita?, Apakah kita akan mengetahui dan mengenal- Nya jika Dia telah sungguh-sungguh menolong kita?

                                                AMIN 








Bacaan Alkitab: Mzm 23:1-6
Tuhanlah Gembalaku
Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Mazmur 23 ini merupakan salah satu pasal yang sangat sering didengar oleh kita, dan oelh karena itu Mazmur yang satu ini sudah tidak asing bagi kita sekalian. Mazmur yang berisi kesaksian tentang kasih dan pemeliharaan Tuhan atas orang yang percaya kepada-Nya. Mazmur ini bukan sekedar kesaksian tentang kasih dan pemeliharaan Tuhan, akan tetapi juga kesaksian yang diharapkan dapat meneguhkan seseorang dalam menghadapi ancaman hidup. Selanjutnya Mazmur inipun juga dapat dikategorikan sebagai Mazmur yang meyakinkan setiap orang percaya dalam melanjutkan perjalanan hidupnya. Daud yang diyakini sebagai pencipta Mazmur ini, sesungguhnya terinspirasi dari pengalaman hdiupnya yang dulu berperan sebagai gembala kambing domba orangtuanya. Dia sungguh memahami dengan benar siapa dan bagaimana seorang gembala yang baik itu. Daud tentu tidak sama dengan gembala-gembala lainnya kala itu. Jika gembala-gembala lain menggembalakan kambing domba tuan mereka atau domba mereka sendiri, Daud menggembalakan domba orangtuanya. Itu berarti Daud bukanlah gembala upahan, Daud bukan pula pemilik pribadi dari domba yang digembalakannya. Makanya, sebagai gembala, dari Daud dituntut tanggungjawab penuh tentang kambing domba keluarga. kepada Daud digantungkan nasib penyokong ekonomi keluarga. Ternyata, pengalaman ini menghantar Daud pada pengakuannya tentang Tuhan Allah yang berperan sebagai gembala baginya dan bagi seluruh umat-Nya.
Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Walaupun mazmur ini sudah tidak asing bagi kita, kita tetap penting memahami mazmur ini dengan benar sehingga, mazmur ini tidak sekedar sesuatu yang indah didengar dan kita rasa sebagai penyejuk jiwa kita, melainkan supaya kita juga mengerti apa saja kehendak Tuhan yang hendak disampaikan kepada kita.
Pertama, ketika Daud katakan bahwa TUHAN adalah gembala baginya, maka dia yakin bahwa takkan kekurangan dia. Apa arti ungkapan ini? Ketika TUHAN diyakini sebagai Gembalanya, maka Daud sungguh-sungguh menggantungkan segenap kehidupannya kepada Sang Gembala, yakni TUHAN Allah. Gembala pasti menuntun domba-Nya menemukan sumber makanan dan minuman yang cukup. Dibaringkan di padang rumput yang hijau dan dibimbing ke air yang tenang dan menyegarkan jiwanya, adalah tindakan yang pasti dilakukan gembala kepada domba-domba-Nya. Gembala yang baik tidak sekedar memberikan domba-domba-Nya makan dan minum, tetapi mereka juga diberikan suasana hidup yang penuh kesempurnaan bahwa apa yang mereka makan dan minum terasa nikmat dan benar-benar menyegarkan hidup mereka. jadi bukan sekedar kenyang dan hilang rasa haus, tetapi jika Tuhan adalah gembala, maka sang Gembala juga akan mengaruniakan suasana hidup yang penuh sukacita dalam menikmati pemberian atau anugerah Tuhan Allah. apalah artinya hidup berlimpah berkat, tetapi tidak ada damai dan sukacita? Apalah artinya rasa haus sirna akan tetapi hidup gunda gulana? Dan apa pulalah artinya makan minum terjamin tetapi hidup tidak berjalan ke masa depan? 
Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Bahwa domba pasti digiring dari satu tempat ke tempat yang lain, demikian juga kita umat Tuhan akan menjalani dan meneruskan pengembaraan hidup kita di dunia ini, maka Tuhan Allah sebagai Gembala menuntun umatNya untuk senantiasa berjalan di jalan yang benar. Tuntunan Tuhan tersebut dilakukan dengan cara-Nya sendiri. dan harus dipahami bahwa sebagai Gembala, Tuhan pun menggunakan cara gembala menuntun domba-dombanya. Ada gada dan tongkat di tangan sang gembala. Dan kenapa Daud berkata bahwa Gada dan tongkat-Mu itulah yang menghibur aku? Ada apa sesungguhnya dengan Gada dan Tongkat di tangan gembala? Ini bukan sekedar symbol kepemimpinan atas domba-domba dari gembala. Gada dan tongkat adalah alat yang digunakan gembala sebagaimana fungsinya. Gada  adalah sebuah benda menyerupai pentungan yang diujungnya agak lebih besar, biasanya terbuat dari kayu besi yang keras yang digunakan untuk memukul. Gada ini saudara-saudara digunakan sebagai alat atau senjata pemukul oleh gembala. Biasanya untuk memukul bebatuan agar terpecah dan dapat digunakan sebagai batu umban. Selain itu, gada ini juga dipakai sebagai senjata pemukul dalam pertarungan jarak dengan dengan musuh termasuk dengan binatang buas oleh gembala. Dan gada ini juga biasa dipakai untuk menghajar domba yang sulit diarahkan. Tentu ini sangat menyakitkan, akan tetapi dengan usaha seperti ini domba tidak akan tercerai dengan kumpulannya dan tidak menyimpang dari jalan yang dipandu oleh sang gembala. Tongkatpun demikian halnya, digunakan sebagai sebagai senjata oleh gembala dan juga alat untuk memimpin dan mengarahkan domba-domba. Domba-domba yang terlatih dan terbiasa sudah sangat mengerti gerakan tongkat yang dimainkan gembalanya. Maka dengan suara dan gerakan tongkat sang gembala domaba akan mengetahui arah dan perintah gembalanya. Tongkat juga dipakai untuk menghalau musuh, biasanya binatang buas, tetapi juga mengahalau domba yang suka melenceng dari kumpulannya atau mencari jalannya sendiri. bagai Daud, apapun fungsi dari gada dan tongkat sang Gembala, baginya itu adalah sumber penghiburan, yang membuat dia bersukacita karena itu berarti Tuhan Allah senantiasa peduli akan hidupnya, kendatipun Tuhan seringkali menghajarnya dalam hidup ini melalui berbagai bentuk rasa sakit atau dukacita. Jika Daud juga mengatakan bahwa Tuhan yang adalah gembala Agung tersebut menyediakan hidangan baginya di hadapan musuhnya, kesaksian ini hendak menegaskan bahwa walaupun Daud dikelilingi musuh, Tuhan Allah tetap memelihara hidupnya dan menjamin kelangsungannya. Urapan di kepala Daud dari minyak dan piala yang melimpah adalah bentuk pemberkatan Tuhan atas dirinya, bahwa Tuhan memberikan dia berkat dan kemuliaan. Di suasana hidup yang demikian, Daud meyakini sungguh bahwa kebajikan dan kemurahan akan mengikutinya sepanjang hidupnya. Pengakuan ini adalah pengakuan yang didorong oleh keyakinan yang lahir dari segenap kehidupan yang direnungkan Daud di hidupnya. Diam di rumah Tuhan sepanjang masa adalah ikrar Daud atas semua yang Tuhan lakukan kepadanya dihidup ini. Maka kesaksian Daud ini, sesungguhnya kesaksian yang hendak mengarahkan semua orang percaya untuk menempatkan Tuhan Allah sebagai pemelihara kehidupan, yang menjamin keberlangsungan hidup dan yang memimpin kehidupan dengan cara Tuhan sendiri. mengakui bahwa apapun bentuk kepemimpinan Tuhan sebagai Gembala Agung, mesti dijadikan sebagai bentuk dan cara menghadirkan sukacita bagi domba gembalaan-Nya.  Kemudian dari semua pemeliharaan Tuhan tersebut, setiap domba gembalaan Tuhan, milik kepunyaanNya, mesti bertekat untuk senantiasa tinggal di rumah Tuhan, yakni tinggal di kekudusan hidup, tinggal di dalam tindakan kasih dan kebenaran. Terpujilah Kristus Tuhan. Amin


Bacaan Alkitab: Galatia 3:15-29
Persekutuan Rumah Tangga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Salah ciri ajaran kekristenan yang sangat membedakannya denagn banyak keyakinan atau ajaran agama lainnya ialah bahwa hidup kekristenan adalah hidup yang telah diselamatkan, hidup yang telah dikasihi, hidup yang telah diberi jaminan, hidup yang telah dibebaskan. Maka segala sesuatu yang yang dihidupi oleh umat Tuhan termasuk kita sekalian adalah hidup yang sudah lunas dibayar oleh Tuhan Yesus Kristus. Sehingga segala aktifitas kehidupan beriman kita tidak lagi dimaksudkan sebagai upaya untuk memperoleh keselamatan maupun kasih karunia atau anugerah. Tetapi sebaliknya, hakekat dari semua yang kita lakukan dalam hidup ini adalah swujud syukur dan ungkapan terimakasih karena Tuhan Allah telah menganugerahkan keselamatan, kasih karunia dan jaminan hidup kekal kepada kita. Dengan demikian, maka segala yang berhubungan dengan ketaatan dan perbuatan kita dalam iman tidak lagi dimaksudkan supaya kita memperoleh semuanya itu. Tuhan Allah di dalam dan melalui Yesus Kristus telah berinisiatif, semata-mata oleh karena kasih-Nya menganugerahkan keselamatan kepada kita, karena sesungguhnya kita tidak akan pernah dapat memperoleh keselamatan tersebut baik dengan cara apapun dan melalui upaya apapun. Selanjutnya kehidupan kita sebagai umat yang percaya kepada Tuhan, adalah hidup berdasarkan janji-janji Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus.
Persekutuan Rumah Tangga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Selanjutnya, pasti muncul pertanyaan dalam benak kita; Jika demikian apakah gunanya dan apakah tujuan dari hukum-hukum Tuhan, peraturan, ketetapan dan perintah-perintah Tuhan yang terdapat dalam Kitab suci kita? Apa pula gunanya hukum-hukum Tuhan tersebut demikian juga dengan semua ajaran agama yang ada? Dengan tegas harus dikatakan bahwa hakekat perjuangan kita dalam beriman supaya anugerah keselamatan yang telah dikaruniakan kepada kita oleh dan di dalam Yesus Kristus tidak hilang atau sirna. Maka hidup kita ini sesungguhnya adalah ungkapan syukur kepada Tuhan Allah. 
Persekutuan Rumah Tangga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Rasul Paulus memberikan uraian yang lengkap dan jelas bagaimana kemudian hakekat hukum taurat dan hubungannya dengan janji Tuhan Allah dalam kehidupan orang percaya. Hukum taurat adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan agama kita, akan tetapi kemudian hakekat hukum taurat tersebut seakan tidak menjadi jelas bagi sebagian orang percaya, karena Alkitab menegaskan bahwa kita hidup bukan di bawah hukum taurat, tetapi di bawah kasih karunia. Apakah maksudnya? Apakah Hukum taurat tidak berlaku dan tidak ada lagi gunanya bagi kita? Persoalan tentang hal ini ternyata mengemuka dalam kehidupan jemaat Tuhan di Galatia. Jemaat yang berlatar belakang Yahudi dengan semangat yang kuat terus mengagungkan hukum taurat sebagai hukum yang mesti ditaati dengan tujuan agar memperoleh keselamatan dan hidup kekal. Paulus kemudian menjelaskan bahwa hukum taurat sesungguhnya adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman (ay.24). Pernyataan ini dapat diartikan bahwa hukum taurat adalah penuntun dan bukan pemberi keselamatan. Paulus menegaskan bahwa sebelum hukum taurat ada, Tuhan Allah terlebih dahulu telah memberikan janji melalui Abraham. Oleh janjilah Allah telah menganugerahkan kasih karunia-Nya kepada Abraham. Maka Abraham sesungguhnya hidup berkat janji Allah, demikian juga keturunannya, sampai kita saat ini. Kenapa kita kemudian termasuk dalam keturunan Abraham dan penerima janji Allah? Alkitab memberikan jawaban kepada kita saat ini bahwa kita telah menjadi anak-anak Allah, yakni keturunan Abraham karena Iman di dalam Yesus Kristus. selanjutnya, kita termasuk dalam keturunan Abraham, penerima janji Allah karena kita semua telah dibaptis dalam Kristus dan mengenakan Kristus (26-27). Kita adalah milik Kristus, maka kita adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah (29).
Saudara-saudara, sebagai penerima janji Allah, kita semua sesungguhnya adalah orang-orang yang diberi wasiat, yakni janji keselamatan yang tidak dapat dibatalkan, tidak dapat dikurangi dan ditambahi oleh apa dan siapapun. Itu berarti apa dan bagaimanapun pengalaman hidup yang terjadi, janji Tuhan Allah tidak akan pernah hilang dan usang bagi kita. Keyakinan seperti ini harus dipegang teguh oleh setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Bahwa hidup ini penuh dengan berbagai pergumulan, tantangan dan peluang, duka dan suka, sakit dan sehat, dan segala kenyataan hidup di dunia ini, itu benar, tetapi bukan berarti oleh semua itu janji Tuhan telah hilang. Agar janji itu tetap layak untuk kita, maka hidup ini haruslah terus diperjuangkan agar senantiasa sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Kesetiaan beriman dan terus taat kepada Tuhan Allah adalah syarat yang mesti disanggupi oleh setiap orang percaya, bukan supaya janji keselamatan Tuhan berikan, tetapi karena janji keselamatan telah Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus telah dianugerahkan kepada kita. Kita adalah anak-anak Allah, maka sebagai anak-anak-Nya, Bapa kita tidak akan perbah membiarkan kita menjalani kehidupan ini, Bapa kita senantiasa memperhatikan kita dan memelihara kita karena itu adalah janji-Nya. Maka marilah, jalani kehidupan ini dengan penuh syukur di dalam kesetiaan kepada Tuhan Allah. Amin                               


Bacaan Alkitab: Matius 7:21

“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Sorga”

Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Memanggil Tuhan atau berseru kepada Tuhan atau mengucapkan Nama Tuhan merupakan kebiasaan yang melekat dengan kehidupan orang yang beriman. Tindakan ini sesungguhnya bukanlah hal yang salah dan dilarang dalam kehidupan beriman. Tetapi, tidak jarang dalam kehidupan sehari-hari, kita mendengar atau menyaksikan seseorang dengan mudahnya mengucapkan kata “Tuhan” atau berseru kepada Tuhan dengan begitu gampangnya. Sehingga ucapan “Tuhan” atau seruan “Tuhan” yang keluar dari mulut seseorang tersebut seakan terucap tanpa sadar (spontan), akibatnya nilai kata “Tuhan” yang diucapkannya seakan menjadi tidak berharga. Selanjutnya di berbagai ritual ibadah tidak jarang juga dijumpai orang-orang yang begitu antusias menyebut atau menyerukan Nama Tuhan, tetapi tindakan tersebut tidak dalam bentuk kesungguh-sungguhan. Tuhan Yesus ternyata melihat dan menyaksikan pola hidup beriman seperti ini di tengah pelayanan-Nya. Terutama yang dipraktekkan kaum Farisi dan para ahli taurat kala itu. Kaum Farisi dan ahli-ahli taurat acapkali mempergunakan dan mangatasnamakan Tuhan dalam rangka mendapatkan penghormatan dan pujian dari umat dan kahalayak banyak. Padahal, dalam kenyataannya, mereka tidak taat pada perintah dan ketetapan Tuhan Allah. Hidup seperti inilah yang menghantar mereka dikelompokkan sebagai orang-orang munafik di Mata Tuhan Yesus.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

        Penegasan Tuhan Yesus tentang kerajaan Sorga sesungguhnya bukan sekedar menunjuk pada masa nanti di kehidupan selanjutnya, tetapi juga menunjuk pada kehidupan masa kini. Bahwa suasana kerajaan Sorga bukan sekedar suasana kehidupan nanti di seberang kehidupan masa kini, kerajaan sorga harus dipahami sebagai kehidupan yang di dalamnya kehendak Allah berlalku penuh dan Damai sejahtera terwujud total. Maka yang dimaksudkan Tuhan Yesus tentang kerajaan Sorga ini menyangkut dua dimensi kehidupan, yakni kehidupan masa kini dan nanti yakni kehidupan di negeri kekal setelah berakhirnya penghakiman pada kedatangan-Nya yang kali kedua. Maka pernyataan Tuhan Yesus ini mesti dipahami dengan benar, supaya tercipta kesadaran dan aplikasi dalam hidup dengan benar. Jadi kerajaan Sorga harus dipahami sebagai kehidupan yang penuh damai sejahtera Allah dan tidak ada lagi tempat sedikitpun bagi hidup yang diwarnai segala bentuk kemelut hidup keduniawian.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Pernyataan Tuhan Yesus sesuai bacaan kita saat ini menegaskan bahwa konsep beriman kepada-Nya adalah hidup yang berintegritas dalam arti adanya kesesuaian kata dengan tindakan nyata. Bahwa beriman kepada Tuhan Allah tidak melulu dalam untaian kata-kata, atau seruan kosong tak bermakna. Tuhan Yesus menegaskan bahwa sesungguhnya, orang yang layak menikmati Kerajaan Sorga, yakni kehidupan yang penuh damai sejahtera Allah, kehidupan yang terbebas dari segala perkara yang menyengsarakan adalah orang yang beriman kepada Tuhannya melalui tindakan aktif melakukan kehendak Allah Bapa. Berbicara kehendak Allah yang begitu luas, dalam dan tinggi telah disempurnakan oleh dan di dalam Yesus Kristus dengan satu kesimpulan atau muara kehidupan, yakni KASIH. Semua kehendak Allah yang dijabarkan dalam berbagai bentuk hukum, perintah, peraturan dan ketetapan Allah telah disimpulkan Yesus dengan satu tindakan beriman, yakni mengasihi Tuhan Allah dan mengasihi sesama. Maka jika dikaitkan dengan pernyataan Tuhan Yesus di atas, maka dapat dimengerti bahwa orang yang layak menikmati kerajaan Sorga adalah mereka yang mengasihi Tuhannya dan mengasihi sesamanya dengan tindakan dan perbuatan nyata. Orang yang telah sampai ke titik inilah yang akan menikmati kehidupan yang penuh damai sejahtera. Walaupun untaian kata tak dapat dipisahkan dalam aktifitas beriman, akan tetapi untaian kata dan seruan tersebut harus sesuai dengan tindakan dan perbuatan. Rasul Yohanes mengajak kita sekalian 1 Yohanes 3: 18

“Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran”

       Dengan mengasihi melalui perbuatan dan dalam kebenaran, maka niscaya kita diperkenankan menikmati kehidupan di kerajaan-Nya, yakni kehidupan yang diwarnai Damai Sejahtera Allah. Tuhan Yesus memberkati. Amin