Senin, 15 Mei 2017

bendrio sibarani: Khotbah Hari Minggu

bendrio sibarani: Khotbah Hari Minggu: 21 Mei Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 17: 22- 31,; Mzm. 66: 8- 20; Yohanes 14: 15- 21 Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasi...

Khotbah Rumah Tangga Kristen



Bacaan Alkitab 1 Raja-raja 3: 5- 12
Ibu, Bapak, Persekutuan Rumah Tangga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
            Raja Salomo sangat terkenal sebagai salah seorang raja yang berhasil memimpin kerajaan Israel memasuki puncak kejayaannya. Pada masa kepemimpinannya, kerajaan Israel menjadi sebuah kerajaan percontohan bagi kerajaan-kerajaan dunia di sekitarnya. Salomo berhasil membangun kerajaan Israel menjadi kerajaan yang makmur di segala bidang dan rakyatnyapun hidup dalam ketentraman, terbebas dari serangan para musuh. Semua keberhasilan ini, diyakini buah dari hikmat yang dimiliki raja Salomo. Oleh hikmat yang dimilikinya, tidak sedikit raja-raja lain yang datang belajar darinya. Hikmat Salomo menjadikan dia termasyur hingga ke negeri-negeri timur. Hikmat ini saudara-saudara, diterimanya dari Tuhan Allah. Itulah yang disaksikan Alkitab saat ini kepada kita. Penampakan Diri Tuhan Allah kepada Salomo di Gibeon, menjadi titik awal bagaimana Salomo berhasil memimpin kerajaan Israel ke depannya. Dalam bacaan kita saat ini dikisahkan, bahwa perjumpaan Allah dengan Salomo di Gibeon menyatakan bagaimana Tuhan Allah begitu mengasihi Salomo dan menawarkan berkatNya kepadanya. Sungguh luar biasa saudara-saudara, bahwa tawaran, apapun yang diminta Salomo akan Tuhan berikan, ternyata begitu menakjubkan. Kenapa demikian? Mari kita tarik kepada diri kita masing-masing, sekiranya hal ini Tuhan Allah tunjukkan kepada kita, apakah kita berpikir meminta seperti yang diminta Salomo? Mungkin saja kita akan lama berpikir dan menimbang-nimbang apa yang akan kita minta. Bisa saja kita meminta kekayaan, meminta pekerjaan, meminta naik jabatan, meminta keberhasilan anak-anak kita, meminta anak mantu dan permintaan lainnya. Bisa saja karena tekanan hidup yang kita sedang alami, kita akan meminta apa yang menurut kita, kita butuhkan saat itu.
Ibu, Bapak, Persekutuan Rumah Tangga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
            Permintaan Salomo kepada Tuhan Allah sesungguhnya merupakan permintahan yang tepat akan kebutuhan yang sebenarnya. “…..Berikanlah hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat,…”. Inilah permintaan Raja Salomo kepada Tuhan Allah dari semua yang Tuhan Allah tawarkan. Salomo tidak meminta agar dirinya Tuhan jadikan sebagai raja yang disegani, dia juga tidak meminta agar kerajaan yang dipimpinnya makmur dan jaya, pokoknya Salomo tidak meminta yang lain selain hati yang faham menimbang perkara untuk mampu membedakan yang baik dan jahat. Permintaan Raja Salomo ini sesungguhnya permintaan yang benar-benar sesuai dengan apa yang dibutuhkannya sebagai seorang raja yang memimpin umat Allah yang jumlahnya besar. Permintaan ini bukanlah sebuah keinginan, tetapi kebutuhan. Kebutuhan seorang raja dalam memimpin umat. Hati yang faham untuk menimbang perkara atau dapat disebut hikmat, adalah dasar dari segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk dapat mencapai apa yang diperjuangkan dalam hidup. Tanpa hikmat, apapun yang dilakukan dan diperjuangkan seseorang dalam hidup di dunia ini tentulah akan sia-sia. Oleh karena hikmat dari Tuhan inilah, maka Salomo kemudian mampu dan berhasil memimpin kerajaan Israel menjadi satu kerajaan yang disegani oleh bangsa-bangsa lain di sekitarnya.
Ibu, Bapak, Persekutuan Rumah Tangga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kita semua adalah seorang pemimpin, paling tidak seorang pemimpin diri sendiri. Pemimpin rumah tangga atau keluarga maupun pemimpin di mana kita berkarya atau bekerja. Kita semua membutuhkan kemampuan untuk memimpin diri, memimpin keluarga, atau mungkin saja memimpin orang lain. Sebagai pemimpin, Tuhan Allah menawarkan kepada kita sekalian apa yang kita hendak meminta kepadaNya. Permintaan Raja Salomo melalui kesaksian Alkitab saat ini, mengingatkan kita sekalian untuk menyadari apa sesungguhnya yang paling kita butuhkan dalam hidup ini, yaitu hati yang faham membedakan yang baik dan yang jahat. Dengan memiliki hati seperti ini, kita sesungguhnya diarahkan untuk tidak melakukan atau mengambil keputusan yang salah atas diri sendiri, atas kehidupan rumah tangga, maupun kehidupan persekutuan kita. Permintaan Raja Salomo ini juga mengingatkan kita sekalian, bahwa Tuhan sangat menghendaki kita meminta kepadaNya apa sesungguhnya yang kita butuhkan dalam hidup ini, jadi hindarilah meminta kepada Tuhan yang sifatnya hanya keinginan hidup belaka. Memohon supaya diberi hati yang faham menimbang perkara dalam hidup ini kepada Tuhan, sesungguhnya seseorang diarahkan untuk menyadari keberadaan hidupnya di hadapan Tuhan Allah. Melalui permintaan Raja Salomo dalam bacaan kita saat ini, sesungguhnya Salomo juga menunjukkan sikap kerendahan hati di hadapan Tuhan Allah. Ia sadar bahwa hikmat hanya dapat dimiliki seseorang jika Tuhan mengaruniakannya. Karena itu saudara-saudara, kita yang diberi kesempatan meminta apapun kepada Tuhan Allah, marilah meminta kebutuhan yang utama dalam rangka menjalani kehidupan ini. Apapun yang Tuhan berikan sebagai jawaban doa kita, yakin dan percayalah, bahwa Tuhan lebih mengetahui apa yang kita butuhkan dalam hidup ini. Janganlah sekali-kali meminta kepada Tuhan agar gunung yang tinggi Tuhan ratakan supaya jalan yang kita tempuh menjadi mulus dan rata, melainkan memintalah kekuatan dan keteguhan, supaya gunung yang tinggi tersebut dapat kita daki dan lalui. Percayalah bapak, ibu, saudara-saudara bahwa Tuhan Allah juga menawarkan apa yang hendak kita terima dariNya, maka marilah meminta pertama-tama hikmat kepada Tuhan Allah. Dengan hikmat, maka kita akan hidup sesuai dengan apa yang dikehendakiNya. Terpujilah Tuhan Allah.











Bacaan Alkitab Yesaya 55:1-5
Saudara-saudara, Persekutuan Rumah Tangga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Konsumerisme yang secara sederhana dapat diartikan sebagai faham yang menekankan gaya hidup membeli sesungguhnya telah menjadi bagian hidup yang tidak terpisahkan dengan kehidupan kita di zaman ini. Tidak mengapa, jika dalam sikap yang terkendali. Tetapi adalah sangat disesalkan apabila konsumerisme menjadi gaya hidup kita dan hal itu akhirnya tidak dapat kita kendalikan. Segala sesuatu harus dibeli, produk baru, gaya baru, model baru, padahal yang lama masih dapat dan relevan untuk digunakan, akibatnya hidup melulu berbelanja, tanpa memikirkan kebutuhan pokok dan penting dalam hidup. Atau dengan kata lain, apa yang prioritas atau yang utama dibutuhkan dalam hidup menjadi hal yang diabaikan, akibatnya ialah hidup menjadi tidak berkualitas. Istilah,”Biar nya ada nasi yang penting tidak kalah aksi” tepatlah dalam gaya hidup yang seperti ini. Hal ini pula yang disaksikan kepada kita melalui kesaksian Yesaya saat ini. Orang-orang membelanjakan uang mereka untuk sesuatu yang bukan kebutuhan hidup mendasar. Sikap hidup ini ternyata menjadi perhatian Tuhan Allah atas hidup umatNya. Sepertinya ada pola atau gaya hidup yang bergeser yang terjadi dalam kehidupan umat Israel. Mereka seakan lupa bahwa Tuhan Allah adalah sumber kehidupan dan jaminan bagi hidup mereka untuk menikmati hidup yang sesungguhnya. Hidup hanya akan nikmat dijalani jika hidup di dalam Tuhan Allah. Itulah yang hendak disampaikan Yesaya kepada pembacanya, termasuk kepada kita sekalian.
Saudara-saudara, Persekutuan Rumah Tangga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Membaca atau mendengar kata-kata dalam bacaan kita saat ini tentulah amat menyenangkan. Ada ajakan yang sangat lembut untuk menerima kebutuhan pokok yang gratis dan benar-benar dibutuhkan dalam hidup ini. Tuhan Allah mengajak umatNya yang sepertinya hidup di dalam kegelisahan dan kekuatiran serta kehilangan arah hidup untuk menerima dengan cuma-cuma apa yang sesungguhnya mereka butuhkan dalam kehidupan ini. Allah mengajak umatNya untuk mendengarkan Dia, menyendengkan telinga mereka, bahwasannya Tuhan Allah menjanjikan kehidupan yang nikmat penuh berkat bagi umatNya. Tidak sulit sesungguhnya menyanggupi apa yang Tuhan minta dari umatNya. Hanya mendengar, menyendengkan telinga kepada Tuhan Allah, maka hidup akan nikmat. Walaupun kelihatan mudah, mendengar ternyata adalah hal yang sulit dilakukan oleh banyak orang apalagi di zaman sekarang ini, di mana germelapnya keindahan nikmat duniawi seakan merasuki hidup banyak orang. Tidak sedikit orang tak lagi mau mendengar, apakah anak tak lagi mendengar orangtuanya, atau bisa saja orang tak lagi mendengar apa kata Tuhan melalui firmanNya. Setuju atau tidak, mendengar itu, sangat dipengaruhi oleh apa yang ada di sekeliling kita.  Mendengar Tuhan, dalam bacaan kita saat ini harus dipahami sebagai tindakan yang memberi perhatian dan hidup kepada apa yang dikehendaki Tuhan Allah dalam kehidupan umatNya. Mendengar Tuhan, sekali lagi mengarahkan hidup setiap orang untuk menikmati hidup yang sesungguhnya. Mendengar Tuhan berarti membuat hidup orang menjadi bermakna dan bernilai.
Persekutuan Rumah Tangga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kita tidak dapat memungkiri, bahwa semaraknya dan gemerlapnya dunia di zaman yang kita jalani saat ini telah mempengaruhi gaya hidup kita. Sadar atau tidak, gaya hidup tersebut juga telah mempengaruhi sikap kita untuk mendengar. Mendengar seringkali menjadi tindakan yang sulit dilakukan karena lingkungan hidup mempengaruhi kita. Demikian juga dengan mendengar friman Tuhan. Ada orang yang tak mendengar lagi Firman Tuhan karena waktu dan kesempatan yang dimilikinya digunakannya untuk kegiatan yang lain sehingga tak lagi ada waktu untuk bersekutu mendengar firman Tuhan di sana. Ada pula yang hadir dipersekutuan, tetapi firman Tuhan tak didengarnya karena hatinya ada di tempat yang lain. Firman Tuhan saat ini, mengingatkan kita semua akan beberapa hal;
1.      Bahwa setiap orang percaya harus menyadari bahwa Tuhanlah sumber segala kehidupan dan kasih karuniaNya diberikanNya dengan cuma-cuma.
2.      Bahwa setiap orang percaya harus tetap konsisten dalam iman, bahwa hidup ini hanya akan nikmat dan bermakna jika kita hidup sesuai dengan kehendak Tuhan
3.      Mendengar adalah tindakan yang Tuhan minta dari setiap umatNya, dengan mendengar TuhanAllah, Umat Tuhan tak akan pernah merasakan hidup ini sia-sia
4.      Perjanjian Allah yang didengar oleh setiap umat, adalah perjanjian abadi dan berlaku bagi setiap hidup umat yang mendengar dan percaya kepadaNya.
Terpujilah Tuhan Allah. Amin

Khotbah Hari Minggu



21 Mei
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 17: 22- 31,; Mzm. 66: 8- 20; Yohanes 14: 15- 21
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Penyebaran kekristenan di abad-abad pertama terutama oleh rasul-rasul sesungguhnya lebih difokuskan pada komunitas orang Yahudi yang tersebar di berbagai tempat di wilayah pemerintahan kekaisaran Romawi. Kelompok Yahudi yang mendiami suatu tempat selalu berkelompok dan dengan setia memelihara budaya mereka demikian juga agama mereka. Maka di tiap tempat yang didiami oleh mereka pastilah terdapat Sinagoge, yakni rumah sembahyang mereka. Demikianlah hal dengan Tessalonika di mana Paulus memberitakan Injil Kristus kepada orang-orang Yahudi. Karena di Tessalonika terjadi penghambatan, maka Pauluspun menyingkir ke Berea, tetapi juga demikian. Maka Pauluspun meneruskan perjalanannya ke Athena sembari menunggu kedua rekannya yakni Silas dan Timotius di sana. Di Atena ini, Paulus menyaksikan fenomena beragama yang sangat menarik, demikian juga orang-orangnya yang senang mendiskusikan segala sesuatu yang berbau ajaran. Dalam bacaan kita saat ini, dikatakan bahwa Paulus berdiskusi dengan saudara-saudaranya Orang Yahudi dan orang yang takut akan Allah yang ada di Atena, dia melakukannya baik di rumah ibadat maupun di pasar atau di manapun ia berjumpa dengan mereka. Barangkali karena tidak ada respon dari saudara-saudara ini, maka Pauluspun memutuskan untuk berdiskusi dengan  kelompok atau aliran yakni Epikuros dan Stoa yang ada di Atena. Aliran epikuros sendiri adalah salah satu aliran yang meyakini bahwa kebahagiaan merupakan harta kehidupan yang paling utama. Maka kelompok orang ini sangat giat dan sangat tertarik mendengar dan mendiskusikan berbagai bentuk ajaran demi menemukan kebahagiaan yang mereka pahami. Sedang aliran Stoa memiliki ajaran bahwa kebahagiaan dapat dicapai oleh manusia yang mampu bersikap bebas terhadap kesenangan maupun penderitaan. Atena sesungguhnya adalah kota para dewa. Dikatakan demikian bahwa di tempat ini terdapat begitu banyak patung-patung dewa yang dijadikan sebagai allah yang disembah. Semangat beragama yang tinggi ini sesungguhnya merupakan sarana dan cara mereka untuk mengejar kebahagiaan sebagaimana yang mereka yakini. Walaupun mereka sesungguhnya tidak mengenal Allah yang mereka sembah tersebut.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kesempatan bagi Paulus untuk memberitakan Injil Kristus, lebih terbuka dari kedua golongan ini, yang sudah pasti bukanlah penganut agama Yahudi. Paulus malah mendapat undangan dari kelompok ini karena mereka jelas sangat penasaran dan ingin tahu seperti apa ajaran yang disampaikan Paulus. di atas Aeropagus, yakni di tempat dilaksanakannya musyawarah  dewan di Atena, Paulus menyampaikan Injil keselamatan kepada mereka yakni, Yesus Kristus. Paulus memperkenalkan Allah yang mereka tidak kenal itu, Dialah Yesus Kristus, Tuhan Allah yang bangkit dari kematian. Maka Paulus katakana: Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia (29). Pernyataan ini sangatlah jelas bertolak belakang dengan aktivitas beragama mereka selama ini. Yakni dimana mereka mendirikan patung-patung dari berbagai jenis dan bahan (emas, perak, dll) untuk dijadikan ilah yang dipuja dan disembah. Pikiran yang menyamakan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu ciptaan manusia adalah pikiran bodoh dan gelap. Sehingga itulah sebabnya, Paulus menegaskan bahwa mereka harus keluar dari zaman kegelapan, sebab Kristus Yesus telah datang sebagai terang ilahi yang sesungguhnya. Karena pikiran seperti ini adalah pikiran bodoh dan gelap, maka setiap orang diajaknya untuk bertobat dan meninggalkan pikiran yang demikian. Kenapa? Karena Yesus Kristus akan datang kembali untuk mengadili semua yang hidup dan yang mati.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Sesungguhnya, pengalaman missioner Paulus di Atena, adalah sebuah kontruksi pekabaran Injil yang harus terus diperdengarkan di zaman kita saat ini. Sadar atau tidak sadar, kita sedang berada di zaman yang serba tak teratur. Zaman di mana tidak sedikit orang yang mencari kebahagiaan dirinya sendiri dengan caranya sendiri tanpa menyadari bahwa Tuhan Allah adalah sumber kebahagiaan yang sempurna. Di zaman ini pula kita bisa saja menyaksikan tingginya semangat beragama, tetapi tidak sedikit dari mereka yang tidak mengerti dan mengenal Tuhan yang disembahnya. Akibatnya, masing-masing membentuk konsep dan pemahaman sendiri-sendiri tentang ajaran yang diyakininya dan mengklaim bahwa itu yang paling benar dan ajaran orang lain itu salah. Di zaman ini juga kita dapat menyaksikan, bahwa materialism, yang paham yang menegaskan bahwa materi (harta, uang, emas, perak, dll) adalah segala-galanya dalam hidup ini. Maka tidak sedikit pula orang yang kemudian meletakkan pengharapan dan imannya kepada harta benda alias mempertuhankan harta. Dengan demikian, khotbah Paulus di Epikuros di Atena, juga relevan untuk dikhotbahkan di zaman ini. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa pikiran manusia di zaman ini sungguh tidak sedikit yang gelap dan bodoh. Di samping pikiran yang menjungjung tingg hakekat materi, adapula yang menjadikan ilmu pengetahuan dan sains sebagai tuhan atas hidup mereka. Akibatnya, apapun yang berbau ajaaran agama menjadi sesuatu yang menggelikan.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kita semua berasal dari keturunan Allah, maka harus diaminkan bahwa kita hidup, kita bergerak dan kita ada sebagaimana kita ada itu semua ada di dalam kuasaNya. Manusia, siapapun dia tidak ada yang mampu mengendalikan atau mengatur Tuhan Allah. Semua pikiran kebodohan seperti yang ditemukan Paulus di Atena, tidak boleh ada tempat di dalam hidup orang percaya. Semua kita harus sadar bahwa Tuhan Yesus yang bangkit adalah Tuhan yang hidup yang kali kedua akan datang lagi untuk menghakimi dunia ini. Tuhan Allah yang kita sembah adalah Tuhan yang Maha kuasa, memiliki segala-galanya dan berdaulat atas totalitas kehidupan kita. Sebagaimana kesaksian peMazmur, Dialah Allah yang tidak pernah membiarkan umatNya hidup dalam kegelisahan. Kendatipun ujian diberikanNya, akan tetapi maksud semua perbuatanNya adalah Damai sejahtera bagi hidup umatNya. Yakinlah dan percayalah saudara-saudara, bahwa Yesus Kristus yang bangkit dan hidup yang naik ke Sorga, tidak akan membiarkan kita berjuang dalam iman yang sia-sia, Dia akan senantiasa menyertai kita melalui RohNya dan dalam kebenaranNya kita pasti mampu menemukan kebahagiaan dalam hidup ini. Tentunya, hanya dengan melakukan pertobatan, maka layaklah kita menerima anugerahNya., Maka mari kita bersihkan pikiran kita dari segala jenis pikiran bodoh yang berpikir bahwa Tuhan Allah kita itu seolah-olah mahkluk atau benda yang bisa kita akali, kita dustai atau bahkan kita atur. Marilah saudara-saudaraku, kita tinggalkan semua pikiran yang demikian, marilah kita mencari kebahagiaan hanya di dalam Dia, Tuhan Yesus Kristus dengan cara meninggalkan semua pikiran, tindakan dan perkataan yang bertentangan dengan kehendakNya. Percayalah, saudara-saudara, kebahagiaan hidup hanya ada di dalam Yesus Kristus, sebab Dia sendirilah hidup itu. Amin






25 Juni
Bacaan Alkitab: Kejadian 21: 8- 21; Yeremia 20: 7- 13
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kisah sedih yang dialami Hagar selir Abraham dan anaknya Ismail sesungguhnya adalah kisah yang sangat memilukan. bayangkan saja, bagaimana dia dan anaknya Ismael diusir dari rumah tuannya dan harus mengembara di padang gurun yang panas terik dengan bermodalkan sekirbat air dan roti. Memang agak sulit membayangkan pengalaman hidup seperti ini karena tidak ada dalam budaya kita. Padahal Saralah yang member sendiri hambanya Hagar kepada suaminya Abraham karena ia merasa tak sanggup memberi keturunan kepada suaminya itu. Tetapi kemudian, ketika Sara telah memperoleh anak, maka Hagarpun dan Ismael anaknya diusirnya. Demikianlah memanglah halnya budaya mereka kala itu. Bahwa seorang isteri yang tak mampu memberi keturunan kepada suami bisa saja dengan mudah diceraikan dan mencari isteri yang baru lagi. Nah, salah satu cara mengantisipasi agar jangan sampai diceraikan oleh suami, maka seorang isteri yang tidak dapat member keturunan kepada suaminya akan berupaya memberikan hambanya perempuan guna memperoleh keturunan sehingga generasi keluarga tidak terputus. Persoalan kemudian dapat lahir dari kondisi seperti ini. Yakni budak perempuan biasanya akan merasa lebih tinggi kedudukannya karena bisa hidup bersama dengan suami dari isteri sah dirumah tersebut. Hagar ternyata juga pada perilaku seperti ini, maka sesungguhnya tidak ada damai yang tinggal tetap dalam hidup mereka. Karena Hagar adalah hamba Sara, maka apapun yang dikehendaki Sara atas hambanya tersebut, sepertinya tidak dapat dicegah oleh Abraham, walaupun dia sebenarnya sangat sebal dengan hal itu. Hagar yang adalah seorang budah dan anaknya Ismael yang adalah anak budak harus keluar dari kediaman tuannya. Suatu pengalaman hidup yang amat berat. Tidak memiliki apa-apa, tak tahu harus pergi ke arah mana dan hidup dengan siapa, Hagarpun pergi tanpa masa depan.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Perjalanan hidup Hagar yang sungguh amat berat tersebut, akhirnya tiba pada keputusasaan. Setelah kirbat yang dibawanya kosong dan panas terik menyengat di padang gurun, kematianpun seakan menjemput. Hagar menyerah, iapun membuang Ismael anaknya di semak-semak karena ia tidak tega melihat dan menyaksikan anak semata wayangnya itu mati kehausan di bawah terik matahari. Dengan suara nyaring iapun menangis karena derita tersebut. Pada saat seperti inilah saudara-saudara, Tuhan menunjukkan kasihNya yang luar biasa, Tuhan menyelamtkan Hagar dan anaknya Ismael, Tuhan memberi mereka minum dari air yang ditunjukkan Tuhan. Pengalaman yang pahit dan tantangan berat juga ternyata hadir dalam pengalaman hidup nabi Yeremia. Yeremia juga diperhadapkan pada keputusasaan dikala dia menjadi tertawaan bahan olok-olok sepanjang hari. Ia diburu dan dibenci karena Firman Tuhan yang disampaikannya. Semua orang, termasuk sahabat karibnya sendiri menginginkan kejatuhannya. Antara terus memberitakan Firman Tuhan dan berhenti, bergejolak di dalam dirinya. Tetapi, lihat..! Yeremia terus setia kepada Tuhan, dan ia percaya kepada Tuhan, sehingga ungkapan imannya ialah: “Tetapi TUHAN menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan! (ay. 11). Kalau Hagar sudah menyerah dengan keadaan, tetapi tidak demikian dengan Yeremia. Tetapi dalam kedua kisah ini, sesungguhnya, kepada kita hendak ditegaskan bahwa kasih dan pertolongan Tuhan senantiasa tepat pada waktunya. Tuhan tidak pernah mengingkari janjiNya.
Saudara-saudara, Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Dari dua pengalaman hidup dalam bacaan kita saat ini, kita sekalian sebagai umat yang percaya kepada Tuhan diajak untuk sadar bahwa Tuhan itu sangat amat peduli dengan setiap orang yang sedang berbeban berat dan menghadapi pahitnya kehidupan. Tuhan berdaulat atas seluruh kehidupan kita. Tuhan menyaksikan semua pengalaman hidup kita, dan Dia tidak pernah lalai menepati janjiNya. PertolonganNya selalu tepat pada waktunya. Kita tidak dapat memungkiri bahwa setiap kita mempunyai beban hidup masing-masing. Ada  beban hidup yang dapat dilihat oleh orang lain, tetapi ada juga tentu beban hidup yang hanya kita sendiri yang mengetahuinya. Untuk semua pengalaman hidup seperti ini, Firman Tuhan saat ini mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah setia. Maka marilah kita juga menegakkan kesetiaan kita kepadaNya. Tuhan Yesus telah berjanji kepada kita, kepada barangsiapa yang berbeban berat dan letih lesu, yang datang kepadaNya akanberoleh kelegaan. Tangan Tuhan selalu terbuka bagi setiap kita. Mari hadapi hidup ini dengan segala tantangan hidup, sekalipun amat berat, tetapi bersama Tuhan kita pasti sanggup memikulnya. Hiduplah selalu dalam FirmanNya sebagaimana perjuangan iman Yeremia, maka kita pasti bernyanyi Bagi Dia. Apapun pengalaman hidup beriman kita, sesungguhnya semuanya adalah dalam rancanganNya, yaitu rancangan indah. Mengakhiri renungan ini, mari jemaat sekalian, kita menyanyi bagi kemuliaan Tuhan, lewat pujian: S’mua Baik..! (dinyanyikan bersama, setelah lagu berakhir Khadim menutup dengan kalimat: Terpujilah Tuhan. Amin.