Selasa, 09 Juni 2015
bendrio sibarani: Bacaan Alkitab: Yesaya 48: 18-19
bendrio sibarani: Bacaan Alkitab: Yesaya 48: 18-19: Bacaan Alkitab: Yesaya 48: 18-19 Tema: Mendengar dan melakukan Firman Tuhan Saudara-saudara, Pemuda Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus...
Bacaan Alkitab: Yesaya 48: 18-19
Bacaan
Alkitab: Yesaya 48: 18-19
Tema:
Mendengar dan melakukan Firman Tuhan
Saudara-saudara,
Pemuda Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
“Damai sejahtera” merupakan kata
yang sangat sering kita dengar dalam kehidupan keberimanan kita sebagai orang Kristen.
Kata Damai sejahtera atau “Syalom” dalam bahasa Ibrani, secara sederhana dapat
diartikan sebagai suatu keadaan tanpa permusuhan antara bangsa-bangsa (Band.
1Raj 5:12). Damai sejahtera adalah karunia Allah (Band. Yes 54:10) atau kondisi
kehidupan yang di dalamnya tidak ada lagi persoalan, ketakutan, pertikaian,
ketidakpastian, permusuhan, iri hati benci dan kemelaratan, dll, secara
holistik (menyeluruh). Suasana hidup seperti ini pastilah dambaan dan kerinduan
semua orang, termasuk kita para pemuda yang sedang berjuang meraih mimpi dan
cita-cita kita. Persoalannya ialah suasana hidup seperti ini tidaklah mudah
atau dengan gampang terjadi dalam hidup seseorang. Sebab hidup seperti ini
bukanlah semata-mata ciptaan manusia dengan berbagai upaya dalam kehidupannya,
melainkan ini adalah merupakan kasih karunia Tuhan Allah.
Umat
Israel, zaman Firman ini dituliskan oleh Deutroyesaya, sedang dalam proses
pembebasan dari pembuangan dan masa pemulihan menuju kehidupan yang dijanjikan
Tuhan Allah. Artinya mereka sedang menuju masa depan yang Tuhan Allah
persiapkan. Mereka sedang berjalan ke arah masa depan, masa dan suasana hidup
yang baru dan dibaharui Allah. Melalui Deutroyesaya, Allah mengingatkan
umat-Nya itu bagaimana dan apa yang perlu mereka lakukan untuk dimungkinkan
meraih apa yang mereka impikan ke depan, yakni hidup dalam Damai Sejahtera
Allah, hidup yang berkelanjutan dan terpelihara oleh Allah.
Saudara-saudara
Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
“Memperhatikan Perintah-Perintah-Ku”, inilah
sikap yang sangat dituntut oleh Tuhan Allah dari umat-Nya itu sebagai syarat
untuk dimungkinkan menikmati Damai sejahtera, menikmati hidup yang dijamin
kelangsungannya oleh Allah. Memperhatikan perintah-perintah Allah, dapat
diartikan suatu tindakan yang dilakukan seseorang merespon perintah-perintah
Allah dengan melibatkan seluruh kehidupannya, bukan hanya mendengar dengan
indera saja, melainkan dari lubuk hatinya yang paling dalam ia merasakan apa
yang didengarkan dan kemudian lahirlah dorongan dari dalam diri untuk berbuat
seperti apa yang didengar dan dirasakannya. Jadi memperhatikan
perintah-perintah Tuhan Allah, dalam hal ini melibatkan seluruh keberadaan
hidup manusia tanpa terkecuali. Maka jika demikian halnya, dapat dipahami bahwa
ini bukanlah tindakan yang mudah untuk dilakukan. Itulah sebabnya, damai
sejahtera itupun demikian mahalnya, jaminan hidup yang kelangsungan dan
keberlanjutannya pun tidak murah harganya. Kenapa demikian? Jawabannya ialah, “memperhatikan” butuh perjuangan keras
dan tekad serta kesungguhan hati. Setuju atau tidak, siapapun kita akan
menghadapi tantangan dan godaan ketika kita sedang berusaha untuk memperhatikan
perintah-perintah Tuhan. Ada godaan yang datang dari dalam diri kita sendiri,
apakah itu berupa khayalan atau angan-angan tentang sesuatu yang kita inginkan,
juga godaan yang datang dari luar yang menggiurkan berupa kenikmatan duniawi,
kesenangan sesaat yang tak sesuai dengan kehendak Tuhan. Perhatian kita mungkin
saja dibuyarkan oleh gemerlapnya kemajuan dunia dengan segala assesoris duniawi
di dalamnya yang membuat kita terbuai dan hanyut dalam impian semu yang tak
bermakna di hadapan Tuhan Allah.
Saudara-saudara
Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Harus kita akui bahwa zaman di mana
kita hidup adalah zaman kompetitif, zaman persaingan yang selalu melahirkan
yang kalah dan yang menang. Zaman di mana orang-orang berlomba-lomba untuk
meraih segala mimpi dengan berusaha mengalahkan orang lain disekitarnya. Tidak
sedikit orang yang berjuang matian-matian tanpa kenal lelah berupaya meraih
hidup yang menurutnya penuh damai sejahtera, hidup yang menurutnya terjamin
kelangsungan dan keberlanjutannya, tanpa menyadari bahwa semua itu hanya
bersumber dari Tuhan Allah saja. Karena itu, saat Firman ini diberitakan kepada
kita, kita sebagai pemuda yang sedang berjuang meniti, menata dan meraih masa
depan, kita diingatkan, bahwa yang pertama dan terutama kita lakukan dalam
rangka meraih impian indah dan masa depan yang cemerlang, hidup yang berdamai
sejahtera, hidup yang dijamin kelangsungannya, hidup yang dijamin
keberlanjutannya (artinya bukan hidup sesaat atau sekejap), adalah
“Memperhatikan perintah-perintah Tuhan”. Yakni mendengar dengan hati,
melakukannya dengan segenap hati. Janji ini, bukanlah janji-janji palsu, bukan
janji kampanye dalam pentas politik, tapi janji ini adalah janji yang amat
manis dari Dia yang tak pernah ingkar janji, yaitu Tuhan Allah kita. terpujilah
Dia. Amin
Bacaan
Alkitab: Matius 7: 24- 27
Mendengar
dan Melakukan-Nya
Saudara-saudara,
Pemuda yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Di zaman postmodern yang kita sedang jalani
saat ini, di era banyak orang yang terjebak dengan rutinis kerja, berusaha
setiap hari karena tuntutan hidup yang semakin kompleks, bermunculan banyak motivator
dalam bentuk yang baru. Jika di era sembilan puluhan pola motivator yang
dilaksanakan adalah terjun ke tengah-tengah masyarakat dan bersama melakukan
apa yang menjadi maksud dan tujuan, tapi sekarang ini banyak motivator yang
bermunculan dengan pola baru, yakni hanya dengan kata-kata atau teori, apakah
itu hasil pengalaman hidup sang motivator ataukah itu bagian dari ilmu yang
dimilikinya. Yang jelas kata-kata yang mereka sampaikan sungguh memukau,
membuat kita terkesima, bahkan kagum. Lihat misalnya motivator sekelas Mario
Teguh, yang sangat banyak memiliki fans, baik dalam siaran televisi maupun
dalam media sosial seperti facebook ataupun twitter, dll. Kata-kata motivasi
yang disampaikan para motivator tersebut sungguh mengena dengan kehidupan kita,
bahkan memang masuk akal. Persoalannya adalah apakah dari sekian banyak
pendengar itu melakukan apa yang mereka dengarkan? Ataukah yang mereka dengar
hanya “sorga telinga”? atau hanya sekedar untuk menenangkan perasaan? Memang
Harus diakui bahwa “mendengar itu mudah,
tapi melakukan yang didengar itulah yang sulit”. Padahal apalah artinya
jika sekedar mendengar tetapi tidak melakukan, apakah terjadi atau terlaksana
seperti yang didengar? Tetapi bagi sang motivator seperti sekarang ini, yang
terpenting bagi mereka ialah apa yang mereka sampaikan ada yang mendengarnya,
mau dilakukan atau tidak, itu tidak menjadi masalah, yang terpenting bagi
mereka adalah acara mereka laku, mereka memiliki fans yang banyak dan rating
program mereka tinggi di televisi.
Saudara-saudara,
Pemuda yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Perihal mendengar dan melakukan apa
yang didengar, menjadi perhatian serius Tuhan Yesus. Bagi Tuhan Yesus antara
mendengar dan melakukan merupakan dua sikap atau tindakan yang tidak
terpisahkan satu dengan yang lain. Bagi Tuhan Yesus, setiap orang yang
mendengar dan melakukan dalam hal ini Firman Tuhan, ia sama seperti orang yang
bijaksana yang mendirikan rumahnya di atas batu, apabila turun hujan dan datang
banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh. Tetapi jika
hanya sampai pada titik mendengar saja maka seseorang itu seumpama orang bodoh
yang mendirikan rumahnya di atas pasir, ketika hujan turun, angin melanda, maka
rubuhlah rumah itu. Tidak sulit mengerti perkataan Tuhan Yesus ini, dengan
mudah dapat dimengerti kenapa rumah yang dibangun di atas batu tidak rubuh
ketika hujan, angin badai melanda, sebab pondasinya kokoh atau kuat, berbeda
dengan rumah yang didirikan di atas pasir, tentulah rubuh jika hujan dan angin
melanda karena pondasinya tidak kuat atau tidak kokoh. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa bagi Tuhan Yesus, pondasi itu sangat penting dan sangat menentukan
eksistensi dan keberlangsungan hidup setiap orang. Sebab pondasi merupakan
dasar bagi berdirinya sebuah bangunan, menjadi penopang keseluruhan bangunan.
Bukan hanya dalam bangunan, dalam hal apapun pondasi itu sangat penting dan
menentukan, dalam persaingan bisnis misalnya, besarnya modal atau asset
sipebisnis akan menentukan kekuatan bisnisnya, dalam kompetisi atau perlombaan
dalam bidang apapun, pondasinya adalah skill, kemampuan, sangat menentukan
kemungkinan untuk bisa menang dalam perlombaan. Bagaimana dengan pondasi hidup
kita sebagai orang percaya? Inilah yang menjadi perhatian serius Tuhan Yesus.
Saudara-saudara,
Pemuda yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Bagi Tuhan Yesus, mendengar dan
melakukan Firman Allah merupakan pondasi kehidupan yang membuat manusia itu
kuat dan kokoh dalam menjalani kehidupannya. Dalam hal ini, sesungguhnya Tuhan
Yesus mengetahui persis bahwa yang namanya kehidupan akan diperhadapkan pada
berbagai pergumulan, tantangan, rintangan, duka, akan ada angin, hujan bahkan
badai. Nah untuk itu Tuhan Yesus menegaskan bahwa kunci utama agar mampu
menghadapi semua itu, setiap orang harus seperti orang yang bijaksana, yakni
mendirikan rumah di atas batu, yaitu dengan cara mendengar dan melakukan Firman
Allah. Sekali lagi mendengar dan melakukan Firman Allah adalah tindakan yang
tidak terpisahkan. Bagaimana mungkin kita tahu melakukan Firman Allah jika kita
tak mendengarkannya?atau jika kita hanya mendengar, maka kita akan sama dengan
orang bodoh yang mendirikan rumahnya di atas pasir, akan lekas rubuh. Untuk
dapat mendengar Firman Allah, respon dan sikap dari kitapun juga dituntut,
yakni tentunya penting untuk memberi diri bersekutu di dalam Tuhan di mana
Firman-Nya diberitakan. Ingat bahwa Firman Allah itu bukanlah sekedar sorga
telinga, yang hanya menentramkan hati dan perasaan kita, tapi Firman itu harus
diaplikasikan dalam kehidupan. Janji Tuhan Yesus, bahwa orang yang mendengar
dan melakukan Firman-Nya maka pondasi hidupnya akan kokoh dan kuat. Maka jangan
pernah kuatir kalaupun ada tantangan yang kita hadapi, janganlah kuatir
kalaupun kita diputus pacar, kita tidak lulus test, gagal meraih yang
direncanakan, dan lain-lain. Kita tidak akan rubuh, kita akan tetap eksis
dengan keberhasilan yang Tuhan rancang dan rencanakan. Percayalah saudaraku,
pondasi hidup yang kokoh dan kuat sangat menentukan masa depan kita, sangat
menentukan kesuksesan kita dalam melewati segala macam bentuk tantangan dan
rintangan hidup. Percayalah selalu, bahwa masa depan, cita-cita dan cinta yang
kita impikan sungguh akan sangat bernilai dan dapat kita raih dengan pondasi
hidup yang kokoh dan kuat, kita tidak akan mudah menyerah dan mengaku kalah,
kita tidak akan mudah putus asa, melainkan kita akan kuat berdiri menghadapi
semuanya. Maka karena itu, seharusnya kita mesti ingat, kita adalah prajurit Kritus, yang harus
selalu mendengar dan melakukan Firman-Nya dengan berkata: “Siap, lakukan”. Amin.
Bacaan
Alkitab: Amsal 13: 13- 16
Menghargai
Firman dan Menaati Perintah-Nya
Saudara-saudara,
Pemuda yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kitab
Amsal merupakan kitab yang mendengungkan selalu hikmat atau kebijaksanaan.
Dalam tradisi masyarakat Timur Tengah, pada zamannya menempatkan hikmat atau
kebijaksanaan pada posisi tertinggi dalam kehidupan. Hikmat diyakini berasal
dan bersumber dari Sang Pencipta. Hikmat atau kebijaksanaan meliputi tekhik,
teori dan etika kehidupan. Hikmat itu meliputi seluruh sendi kehidupan. Dalam
kitab Amsal, hikmat juga berisi etika keagamaan dan menempatkan Allah sebagai
pusat pemikiran. Hikmat juga berisi pengajaran, didikan, arahan, nasehat, dan
lain-lain, tentang bagaimana manusia seharusnya berhubungan dengan manusia
lainnya dan sesama ciptaan dan juga bagaimana manusia hidup dengan bijaksana di
hadapan Tuhannya. Karena hikmat diyakini hanya bersumber dari Allah pencipta,
maka wajar jika hikmat atau kebijaksanaan itu dipuja-puja dan ditinggikan. Dalam hal keberimanan, atau dengan kata
sederhana, dalam hidup beragama, hikmat atau kebijaksanaan menempati posisi
yang penting. Ukuran seseorang dalam hidup beriman akan nampak melalui
kebijaksanaan atau hikmat yang dimilikinya. Dalam hal ini, sikap atau respon
seseorang dalam hal menerima Firman Tuhan menjadi ukuran bagaimana seseorang
itu dapat disebut berhikmat atau bijaksana dalam hidupnya sebagai orang
beriman. Orang berhikmat atau bijaksana sangat ditentukan oleh sikapnya
terhadap Firman Tuhan atau terhadap perintah atau ajaran Tuhan. Maka dengan
demikian, umur atau strata seseorang bukanlah faktor yang menentukan bijak atau
berhikmatnya seseorang, melainkan sikapnya terhadap Firman Tuhannya.
Saudara-saudara,
Pemuda yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Bacaan Alkitab saat ini juga
berbicara tentang sikap seseorang dalam merespon Firman Tuhan dan perintah
Tuhan. Dikatakan bahwa siapa yang meremehkan Firman, akan menanggung
akibatnya. “meremehkan” dapat diartikan sebagai sikap seseorang yang
merendahkan, mengabaikan, menganggap tidak penting, menganggap rendah. Sikap
seperti ini sangat bertentangan dengan kehendak Tuhan yang menginginkan setiap
orang berhikmat dan bijaksana di hadapan-Nya. Karena itu, orang yang
berperilaku seperti ini menurut pengamsal akan menanggung akibatnya. Demikian
pula halnya dengan sikap taat akan perintah Allah, akan mendapatkan balasan.
Maka, dapat disimpulkan bahwa setiap sikap dalam merespon Firman Allah selalu
mengandung konskwensi yang akan diterima. Tergantung sikap seperti apa yang
dilakukannya. Kalau dalam versi
Alkitab Bahasa Indonesia sehari-hari Ams
13:13 berbunyi demikian: Orang yang
meremehkan ajaran TUHAN, mencelakakan dirinya; orang yang taat kepada hukum
Allah akan mendapat upahnya.
Maka
jelas bagi kita, bahwa akibat dari meremehkan Firman adalah kecelakaan, dan
ketaatan kepada perintah Allah akan mendatangkan upah. Ini bukanlah sebuah
kata-kata yang sekedar menakut-nakuti kita sebagai orang-orang percaya,
melainkan ini mengajar kita supaya sebagai pemuda-pemudi Kristen, kita mengerti
dan mengetahui bagaimana seharusnya kita bersikap sehingga kita tidak
mencelakakan diri kita di masa muda kita ini. Kita harus sadar, bahwa tidak
sedikit dari pemuda-pemudi di masa kini yang akhirnya hidup dalam penyesalan
karena sikap mereka yang meremehkan Firman dan tidak taat kepada perintah
Tuhannya. Tidak sedikit yang akhirnya mengakhiri masa mudanya dengan menikah
tanpa perencanaan yang matang yang kemudian cerai, ada yang hamil di luar nikah
dan melakukan aborsi, menjadi singgle
parents, (punya anak tanpa menikah dan tak punya suami), ada yang terjebak
pada ketergantungan minuman keras, narkoba, hidup tanpa masa depan yang jelas,
ada yang menjomblo sampai tua karena tak mempunyai penghasilan hidup, karena
kehilangan percaya diri akibat ketergantungan pada narkoba di masa silam, akibat
seks bebas dan lain sebagainya. Harus dengan berani dikatakan, bahwa
orang-orang seperti ini, pastilah orang-orang yang meremehkan Firman Tuhan dan
tidak taat pada perintah Tuhannya. Orang-orang seperti telah mencelakakan
dirinya karena mereka tidak menghargai dan tidak mengindahkan Firman Tuhan
serta tidak taat pada perintah Tuhan. Akhir dari hidupnya hanyalah penyesalan
belaka.
Pemuda-pemudi
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Zaman di mana kita hidup saat ini,
sungguh harus disadari sangat berbeda dengan kehidupan orang-orang tua kita
dulu. Perkembangan ilmu dan teknologi yang serba canggih sekarang ini tidak
melulu berdampak positif bagi kehidupan kita, melainkan ada banyak dampak
negatif yang jika tidak disikapi dengan bijaksana akan membuat kita terjebak di
dalamnya yang pada akhirnya kita bisa menjadi orang-orang yang menyesal di
kemudian hari. Nilai-nilai kearifan semakin terkikis habis, demikian juga
dengan nilai-nilai etis di dalam berkomunikasi, juga tentang penghargaan pada
nilai-nilai agama. Tidak sedikit pemuda-pemudi sekarang ini, terjerumus pada
nikmatnya dunia media sosial yang menggiurkan bisa melakukan apapun dengan
bebas selagi tidak mengandung kriminalitas, padahal tidak sesuai dengan Firman
dan perintah Tuhannya. Maka mengetahui
semua ini, sebagai pemuda-pemudi Kristen, kepada kita diberikan pelajaran
berharga melalui kitab kebijaksanaan saat ini, bahwa penghargaan pada Firman
Tuhan akan membuat kita terbebas dari sikap mencelakakan diri, dan ketaatan
kepada perintah Tuhan Allah akan membuat kita menerima upah. Semua hal yang
sedang berlaku dan terjadi dalam kehidupan kita dan di sekitar kehidupan kita
saat ini, akan dapat kita hadapi, nikmati dan jalani dengan mengambil setiap
hal positif darinya tanpa kita terjebak pada sikap meremehkan Firman Allah dan
melalaikan perintah-Nya. Kuncinya ialah selalu menyadari identitas diri kita
sebagai pemuda-pemudi Kristus, yang telah ditebus dan diselamatkan, dikuduskan,
yang diberi tugas untuk menjadi garam dan terang. Maka percayalah saudaraku,
penghargaan kita kita Firman Allah, dalam meresponnya dan ketaatan kita dalam
melakukan perintah-Nya akan menjadikan kita sebagai orang-orang muda yang
memiliki masa depan yang cerah dan cemerlang. Jika sekiranya kita pernah jatuh
pada kesalahan ini, maka saatnya bangkit dan kembali kepada Dia yang berfirman
dan taat pada Perintah-Nya, maka hidup akan dipulihkan-Nya dan kebahagiaan
menjadi milik kita. Amin.
Bacaan
Alkitab: 1 Tessalonika 2: 13-20
Memaknai
Firman Allah Melalui Kasih
Pemuda-pemudi
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Rasul Paulus dapat dijuluki sebagai
sipengucap syukur yang sejati. Bahwa bagi dia, konsep mengucap syukur adalah
dalam segala hal. Dia malah mampu mengucap syukur dalam kondisi hidup yang
terpenjara sekalipun dan keadaan atau situasi tidak menghalanginya untuk
bersyukur dan mengajak orang untuk bersyukur. Rasul Paulus juga mampu melihat
segala hal sebagai alasan baginya mengucap syukur, termasuk kehidupan
orang-orang lain yang telah mengalami kemajuan hidup, tentang pekerjaan Injil
yang semakin mendapat respon dan dia juga mensyukuri kehidupan orang-orang yang merespon dengan baik, yakni mendengar
dan menerima Firman Tuhan yang diberitakan kepada mereka. Pendek kata, Rasul
Paulus sungguh mampu tindakan mengucap syukurnya kepada Allah bukan karena
kepentingan dirinya sendiri maupun karena keberadaannya. Sikap tidak egois
sangat nampak dalam setiap sikap Paulus dalam mengucap syukur kepada Tuhan.
Yang terutama baginya dalam mengucap syukur adalah karena pekerjaan Allah dapat
terlaksana, yakni ketika orang-orang yang menerima berita Injil itu hidup
seperti yang dikehendaki Tuhan Allah melalui Injil-Nya yang diberitakan. Respon
yang baik dan positif dari jemaat di Tessalonika terhadap Injil yang
diberitakan oleh Rasul Paulus dan kawan-kawannya menjadi alasan bagi Paulus
untuk terus menerus mengucap syukur kepada Tuhan. Respon itu jelas, yakni bahwa
jemaat-jemaat di Tessalonika dengan benar memahami dan memaknai Injil yang
diberitakan kepada mereka bukanlah perkataan manusia melainkan benar sebagai
Firman Allah yang bekerja di dalam diri mereka. Paulus sangat bangga, sebab
Jemaat di Tessalonika sungguh-sungguh menghargai Injil itu sebagai Firman
Allah, dalam hal ini Tuhan Allahlah yang dijadikan sebagai pusat kehidupan
mereka. Kemudian, Paulus juga melihat bahwa buah dari pemberitaan mereka telah
melahirkan sikap solidaritas yang tinggi dalam kehidupan jemaat di Tessalonika
yang terlihat dari kasih mereka yang peduli terhadap saudara-saudara mereka
yang teraniaya di Yudea. Jemaat Tuhan di Tessalonika telah turut merasakan
derita saudara seiman mereka di Yudea.
Saudara-saudara,
Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Seperti halnya Paulus, semua pelayan
Tuhan pastilah bersyukur apabila pekerjaan atau pelayanan mereka membuahkan
hasil seperti yang dirindukan. Buah atau hasil pekerjaan pelayanan dalam
kehidupan beriman tidak lain adalah semua orang yang dilayani, semua orang yang
menerima pemberitaan Injil benar-benar memaknai Injil yang diberitakan adalah
Firman Allah dan bukti dari penerimaan akan Injil tersebut adalah lahirnya
kasih dari dalam diri yang nampak dari sikap peduli terhadap kehidupan
sesamanya. Kerinduan seperti ini tidaklah mudah tercapai. Tidak sedikit
orang-orang yang terjebak pada pemaknaan yang keliru terhadap Injil yang
diberitakan kepada mereka. Ada saja orang yang hanya mendengar dan menerima
Injil sebagai penyegar hidupnya sendiri tanpa membuahkan sikap kasih kepada
orang lain yang pada akhirnya jatuh pada kesombongan rohani. Dalam kasus yang
lain, ada saja orang yang menjadi tawar hati ketika mendengar Injil dari
orang-orang (pelayan) yang mereka kenal
dekat, saudara mereka sendiri atau karena kemampuan yang rendah menjadi tidak
merespon Injil itu dengan benar sehingga Injil yang diberitakan kepadanya
dianggapnya perkataan orang biasa yang tak bermakna apa-apa karena mereka yang
memberitakannya dipandang rendah. Inilah sikap yang sangat bertolak belakang
dengan harapan dan kerinduan Rasul Paulus. Peristiwa seperti ini mengingatkan
kita bagaimana Injil yang diberitakan Yesus menjadi tidak diperhatikan ketika
orang-orang Farisi dan teman sekampungnya hanya menganggap Yesus sebagai anak
situkang kayu. Akhirnya nasib mereka menjadi sangat malang sehingga mereka
menolak Yesus, mengusir bahkan kemuadian membunuh Yesus.
Pemuda-pemudi
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Bagaimana dengan kita sekalian,
sebagai generasi yang akan meneruskan kehidupan gereja Tuhan di muka bumi ini?
Apakah kita mampu menjadi mahkota, menjadi kemuliaan bagi pelayan-pelayan Tuhan
yang memberitakan Injil kepada kita? apakah kita benar-benar mampu menjadi
orang-orang yang membanggakan dalam kehidupan ini? Apakah kebanggaan bagi
orangtua kita, kebanggaan bagi Jemaat? Terutama menjadi kebanggaan di hadapan
Tuhan? Respon dan perilaku kita dalam menerima, memaknai Injil sebagai Firman
Allah akan menjawab semuanya. Kemudian buah melalui perilaku kita berdasarkan
berita Injil yang kita terima yang terimplementasi melalui kasih kepada sesama
kita juga menjadi bukti bahwa kita sungguh-sungguh hidup menurut kehendak Tuhan
berdasarkan Firman-Nya. Kapan hal itu dimulai dalam kehidupan orang percaya?
Sekaranglah saatnya. Saat di mana kita sedang berjuang memasuki kehidupan
dewasa yang bertanggung jawab penuh atas hidup kita, saat di mana kita sedang
berusaha mencari jati diri, saat di mana kita sedang berjuang meraih segala
impian dan cita-cita. Kunci dari semua ini adalah, pertama-tama kita harus
memberi diri untuk menjadi pendengar Injil, kemudian dalam proses mendengar
itu, kita benar-benar memaknai bahwa berita Injil yang kita dengar itu adalah
Firman Allah yang mestinya bekerja di dalam diri kita, selanjutnya kita menjadi
pelaku-pelaku Firman yang terlihat dari kasih, kepedulian kita kepada sesama,
terutama mereka yang sedang dalam penderitaan dan kesusahan oleh berbagai
sebab. Percayalah.., bahwa ketika kita sungguh-sungguh memberi penghargaan yang
benar kepada Firman Allah dan Firman itu bekerja di dalam diri kita, dan
mengaplikasikan itu melalui kasih, maka kita akan menyenangkan Tuhan.
Terpujilah Kristus. Amin
bendrio sibarani: Khotbah Minggu Kristen
bendrio sibarani: Khotbah Minggu Kristen: Bacaan Alkitab: Mazmur 78: 32- 55; Matius 6: 25- 34; 1 Petrus 5: 5- 11 KETEGUHAN IMAN YANG SEMPURNA Saudara-saudara, Sidang Jemaat...
bendrio sibarani: Khotbah Minggu Kristen
bendrio sibarani: Khotbah Minggu Kristen: Bacaan Alkitab: Mazmur 78: 32- 55; Matius 6: 25- 34; 1 Petrus 5: 5- 11 KETEGUHAN IMAN YANG SEMPURNA Saudara-saudara, Sidang Jemaat...
Khotbah Minggu Kristen
Bacaan Alkitab: Mazmur 78: 32- 55; Matius 6: 25- 34;
1 Petrus 5: 5- 11
KETEGUHAN IMAN YANG SEMPURNA
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kehidupan umat Tuhan tidak dapat
terpisahkan dalam tiga dimensi waktu, yakni masa silam, kini dan nanti. Tiga
dimensi waktu tersebut juga mempengaruhi keimanan umat Tuhan. Di tiga dimensi
waktu itu Tuhan berkenan hadir menyertai umat-Nya. Tuhan rela hadir dalam
sejarah umat-Nya, hadir di masa kini dan memberi pengharapan di masa yang akan
datang. Dan memang benar, Tuhan mengatasi segala waktu sehingga Dia dapat hadir
kapanpun dalam perjalanan hidup manusia. Inilah yang pertama-tama yang harus
diimani oleh kita sekalian, sehingga kita menyadari bahwa Tuhan Allah ada
disetiap dimensi waktu dalam kehidupan kita. Itu berarti, dimensi waktu manapun
menjadi waktu yang berharga bagi kita umat yang percaya dalam rangka
mengintrospeksi keimanan kita kepada Tuhan. Kehidupan kita di masa silam
menjadi pelajaran berharga bagi kehidupan kita di masa kini dan nanti. Masa
yang telah berlalu itu penting bagi kita untuk merenungkan seluruh pengalaman
hidup kita, bagaimana Tuhan Allah hadir di dalamnya sehingga memungkinkan kita
ada kini di sini meniti hari-hari hidup untuk masa depan kita nanti. Pengalaman
berdasarkan sejarah itu penting, sehingga apa yang tidak berkenan kepada Allah
yang pernah terjadi tidak lagi terulang kini dan nanti. Pengalamana hidup di
dalam sejarah itu penting, sehingga karya Tuhan terus terngiang dan menjadi
dasar kita melangkah ke masa yang akan datang. Intinya adalah bahwa kehadiran
Allah di masa silam itu menjadi pegangan hidup kita bahwa kesetiaan Allah tidak
akan pernah berubah sampai kapanpun, sehingga iman kita tetap teguh hanya
kepada Dia. Kegagalan seseorang dalam kesetiaannya beriman, sangat dipengaruhi
kesadarannya merenungkan karya Tuhan disepanjang kehidupannya termasuk
kehidupannya dimasa silam. Orang yang tidak menyadari bagaimana Tuhan terlibat
dalam seluruh perjalanan hidupnya tidak akan pernah hidup teguh dalam keimanannya.
Akibatnya, orang seperti ini akan selalu dihantui oleh kekuatiran yang besar
yang kemudian dapat berakibat pada kehilangan pengharapan atau putus asa.
Kekuatiran hidup, sebenarnya bukanlah melulu disebabkan ketakutan akan apa yang
terjadi di masa depan, tetapi juga dipengaruhi oleh ketidaksadaran merenungkan
hidup dimasa lampau. Jika seorang beriman sadar dan mampu merenungkan karya
kasih Tuhan Allah dalam hidupnya di masa silam niscaya tidak akan dihantui
kekuatiran akan hidup di masa depan. Kenapa? Karena Tuhan itu hadir kapanpun
dalam hidup umat-Nya. Kasih setia-Nya untuk selama-lamanya.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam kitab Mazmur yang menjadi
bagian bacaan Alkitab saat ini dapat disimpulkan bahwa umat Israel diajak untuk
belajar dari sejarah bangsa mereka. Tuhan Allah rela dijangkau oleh sejarah,
Dia hadir dengan karya-Nya yang ajaib, Dia hadir dengan hati-Nya yang penuh
belaskasihan, Dia hadir dengan pengampunan, Dia hadir memberi kelepasan dan
kemenangan. Artinya bahwa Umat Israel harusnya menyadari bahwa di masa pelik
sekalipun, Tuhan Allah telah membuktikan kesetiaan-Nya, walaupun umat itu
sendiri sering memberontak kepada-Nya. Untuk itu, harusnya tidak alasan bagi
umat Tuhan untuk hidup dalam kekuatiran dimasa kini dan nanti. Sekalipun umat
Israel berulangkali mencobai dan memberontak kepada Allah, sekalipun Allah
sendiri telah berulangkali melakukan mujizat di hadapan mereka, mereka selalu
saja kehilangan kepercayaan kepada Allah, akan tetapi Tuhan Allah tetap
konsisten pada janji-Nya. Dia sendiri menuntun umat itu dengan tenteram dan
menghalau segala musuh mereka serta memberikan kepada mereka tanah yang
dijanjikan itu. Ini menjadi bukti yang harus diimani oleh semua umat Tuhan,
bahwa kasih setia itu nyata sampai kapanpun. Maka jika Tuhan Yesus menegaskan
umat-Nya seperti yang terdapat dalam bagian bacaan Alkitab saat ini untuk tidak
kuatir dalam hidup ini, itu berarti di mata Tuhan setiap orang yang percaya
kepada-Nya sangatlah berharga dan dikasihi-Nya. Kekuatiran di mata Tuhan Yesus
adalah bentuk ketegaran hati manusia yang tidak mengakui dan menyadari dengan
sungguh-sungguh kasih setia Tuhannya. Itu berarti kekuatiran merupakan bentuk pengingkaran akan kemahakuasaan dan kasih
setia Tuhan. Maka jelas, mengapa Tuhan Yesus dengan tegas melarang umat-Nya
untuk kuatir, yaitu agar umat-Nya teguh beriman kepada-Nya. Kekuatiran umat
Tuhan akan hidupnya akan menjadi pintu masuk bagi iblis, sehingga seseorang itu
pada akhirnya akan kehilangan imannya dan pada akhirnya ia jatuh ke tangan
iblis yang akan membinasakannya.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Berbicara tentang kekuatiran, itu
berarti kita berbicara tentang hilangnya keteguhan iman. “Iman” dalam
Perjanjian lama berasal dari kata kerja “aman”
yang berarti “memegang teguh”. Kata ini bisa muncul dalam bentuk yang
bermacam-macam. Jika diterapkan kepada Tuhan Allah, maka kata iman berarti
“bahwa Allah harus dianggap sebagai “Yang Teguh dan Yang Kuat”. Orang harus
percaya kepada-Nya dan mengimani bahwa Allah teguh dan Kuat. Oleh karena itu,
beriman kepada Allah berarti mengimani bukan hanya dengan akalnya, melainkan
juga dengan segenap kepribadian dan cara hidupnya kepada segala janji Allah
yang telah diberikan dengan perantaraan Firman dan Karya-Nya. Demikian juga
jika pengertian iman diterapkan pada Perjanjian Baru, maka iman berarti
mengamini dengan segenap kepribadian dan cara hidupnya kepada janji Allah,
bahwa di dalam Kristus ia telah memperoleh kemenangan dan keselamatan atas
kuasa dosa. Maka umat yang percaya kepada Tuhan Allah, adalah umat yang tidak
lagi diliputi kekuatiran hidup. Tidak pula beriman situasional. Artinya bentuk
keimanan ditentukan oleh situasi hidup yang kita jalani. Di saat susah ingat
Tuhan, setelah senang lupa Tuhan. “iman situasional” bukanlah bentuk keimanan
yang benar dimata Tuhan. Akan tetapi kapanpun di manapun dalam situasi apapun,
iman kita harus tetap teguh hanya kepada Tuhan. Maka bagaimanapun situasi hidup
yang kita jalan baik di masa silam, kini dan nanti, kita tidak akan pernah
dikuasai kekuatiran hidup, kita tidak akan kehilangan iman kepada Tuhan. Ada
kalimat bijak berkata bagini: “Kekuatiran
hidup akan masa silam ditambah kekuatiran hidup akan masa yang akan datang akan
membuat hidup dimasa kini kehilangan arah dan harapan”. Kalimat ini hendak
menegaskan bahwa hidup dalam kekuatiran tidak akan pernah menghantar seseorang
untuk hidup pada kesuksesan dan kebahagiaan serta tidak akan tiba di tujuan.
Untuk itu berefleksi dari Bacaan saat ini, ada beberapa hal yang harus
dilakukan oleh setiap kita dalam rangka mewujudkan keteguhan iman yang
sempurna, yakni:
1. Renungkanlah
selalu Kasih dan kesetiaan Tuhan dalam kehidupan kita di masa lampau.
Ingatlah...! kasih dan kesetiaan-Nya itu tidak berkesudahan, dulu, kini
dan nanti. Pengalaman hidup dimasa silam bersama Tuhan niscaya membawa kita
pada keteguhan iman yang sempurna.
2. Jadikan Allah dan segala
pekerjaan-Nya menjadi yang terutama dan pertama dalam seluruh perjuangan hidup.
Maka, janji Tuhan jelas, yakni segala sesuatu akan ditambahkan-Nya kepadamu.
Artinya bahwa ketika Tuhan Allah menjadi yang terutama dan yang pertama dalam
hidup ini, maka segala hal yang kita perlukan telah tersedia di dalam Dia.
Dengan demikian jika Tuhan Allah di dalam hidup kita, segala sesuatu yang kita
perlukan dalam hidup ini ada dalam Dia. Dialah sumber segala-galanya. Rendahkanlah
diri di hadapan-Nya
3. Serahkanlah kekuatiranmu
kepada Tuhan. Melalui sikap seperti ini, maka jelas bahwa kita mengakui dan mengamini kemahakuasaan-Nya dan
kesetiaan-Nya yang memelihara kita.
Percayalah
saudara-saudaraku,
dengan memiliki iman yang teguh kepada Tuhan, maka tidak ada yang mustahil
untuk kita raih dalam hidup ini. Tidak mustahil hasil ladang dan sawah kita
berlimpah, tidak mustahil keutungan kita bertambah-tambah dalam usaha kita, tidak
mustahil karier atau jabatan kita menanjak, tidak mustahil penyakit kita
lenyap, tidak mustahil pula kita dapat jodoh dan pekerjaan, tak mustahil rumah
tangga kita pulih, tidak mustahil anak-anak kita menjadi baik dan sukses, tak
mustahil persekutuan kita menjadi persekutuan yang kuat dan kokoh, semuanya
yang tidak mungkin menjadi mungkin jika Tuhan Allah berkenan. Amin
BPS
Bacaan Alkitab: Mazmur 78: 56-72; Yohanes 11: 17-
27; 2 Timotius 1: 7- 10
KETEGUHAN DAN KETEKUNAN IMAN
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jika minggu yang lalu kita juga
merenungkan ayat sebelumnya dari bagian Mazmur 78 ini, maka kini, ayat
selanjutnya yakni ayat 56-72 atau ayat-ayat terakhir juga menjadi perenungan
kita beserta dengan bacaan dari Perjanjian Baru yakni Injil Yohanes dan 2
Timotius. Temanya juga berbicara tentang keteguhan dan ketekunan iman. Dua kata ini yakni
“Teguh” dan “Tekun” memiliki kesamaan, yakni sama-sama menunjuk pada sikap
seseorang dalam kesungguhan hatinya. “keteguhan” yang berasal dari “teguh” berarti
“kuat berpegang, atau “tetap tidak berubah”. Sedangkan Ketekunan yang berasal
dari kata” Tekun” berarti “”rajin, berkeras hati, bersungguh-sungguh”. Maka
keteguhan dan ketekunan iman dapat diartikan sebagai sikap seseorang yang kuat
berpegang atau tidak berubah dan rajin, bersungguh-sungguh dalam imannya kepada
Tuhan. Keteguhan dan ketekunan iman tidak lahir begitu saja dalam kehidupan
setiap orang. Akan tetapi keteguhan dan ketekunan iman lahir dari sikap yang
mampu merenungkan dan mengambil makna dari setiap pengalaman hidup (baik susah
maupun senang) yang dialaminya dalam seluruh kehidupannya dalam persfektif
keimanannya kepada Tuhannya. Dengan sikap seperti ini maka jelas dapat
disimpulkan bahwa pemaknaan dalam iman atas pengalaman hidup bersama Tuhan akan
melahirkan keteguhan dan ketekunan iman. Persoalannya sekarang adalah apakah
benar seluruh kehidupan kita, terlebih berbagai bentuk pemberontakan kita
kepada Allah terutama di masa silam akan melahirkan keteguhan dan ketekunan
kita dalam beriman? Saudara-saudara, inilah yang terjadi dalam pengalaman hidup
umat Israel. Mazmur 78 pada dasarnya hendak mengajak semua orang agar jujur
terhadap sejarahnya, mengaku dengan jujur bahwa dalam sejarah tersebut terdapat
perbuatan yang menyakiti hati Tuhan. Tetapi di sisi yang lain juga kita harus
sungguh-sungguh jujur dan mengaku bahwa ternyata Tuhan Allah sangat mengasihani
kita. kesaksian tentang kesetiaan Tuhan dan pemberontakan umat kepada Tuhannya.
Melalui kesaksian Pemazmur dalam bacaan kita yang pertama tadi, jelas bahwa
Tuhan Allah akhirnya memberi pembebasan kepada umat-Nya Israel dengan cara-Nya
sendiri. Cara yang tidak terpikirkan oleh umat. Ia mengambil seorang Daud,
seorang yang tidak diperhitungkan dalam keluarganya. Bahkan Alkitab katakan
(ay. 70-71) “dipilih-Nya Daud,
hamba-Nya, diambil-Nya dia dari antara kandang-kandang kambing domba; dari
tempat domba-domba yang menyusui didatangkan-Nya dia, untuk menggembalakan
Yakub, umat-Nya, dan Israel, milik-Nya sendiri”. Tuhan Allah tidak mengambil
seseorang dari medan perang, Tuhan Allah malah tidak memilih seorang pejuang
atau kesatria yang gagah perkasa, tetapi malah seorang Daud yang parasnya elok,
kemerah-merahan, yang latarbelakangnya gembala kambing dombalah yang
dipilih-Nya. Inilah cara Tuhan yang tak terpikirkan manusia. Daudlah kemudian
yang dipakai Tuhan Allah untuk menggembalakan umat-Nya itu dengan ketulusan
hati dan kecakapan tangannya. Kesaksian pemazmur ini, menjadi bukti bagaimana
Tuhan Allah sangat mengasihi dan menyayangi umat-Nya dengan cara dan waktu
Tuhan sendiri. Kesaksian ini harusnya meneguhkan dan membuat kita tekun dalam
iman, bahwasannya kasih setia Tuhan sangatlah terbukti.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam bacaan kita yang kedua,
Yohanes menyampaikan sebuah peristiwa yang sulit dicernah oleh akal manusia.
Maka kisah ini sering digolongkan sebagai peristiwa mujizat yang Tuhan Yesus
lakukan, yakni membangkitkan orang mati. Dalam kisah ini, Tuhan Yesus terlibat
lagi berdialog dengan Maria dan Marta. Dari apa yang diucapkannya, tersirat
jelas bahwa ia memiliki kepercayaan yang besar kepada Tuhan Yesus, : "Tuhan, sekiranya Engkau ada di
sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan
memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya." (ay.
21-22). Walaupun Marta percaya kepada Tuhan Yesus, tapi jika disimak dari
percakapan ini jelas bahwa Marta percaya apa yang dikatakan Tuhan Yesus itu
akan terjadi di kehidupan berikutnya (ay. 24), bukan saat itu, saat mereka
merindukan saudara mereka hidup dari kematian. Apa yang terjadi? Tuhan Yesus
dengan cara dan waktu-Nya sendiri membuktikan kuasa dan kasih-Nya. Lazarus
saudara Maria dan Marta dibangkitkan. Memang jika dibaca sampai pada ayat-ayat
selanjutnya jelas bahwa keteguhan dan ketekunan iman Marta sedikit berbeda
dengan Maria. Maria lebih proaktif, ia malah menangis, tersungkur di kaki
Yesus, sedang Marta kelihatannya tidak demikian. Ini membuktikan bahwa
keteguhan dan ketekunan iman merupakan sikap yang sangat penting dalam rangka
memperoleh kasih karunia Tuhan. Dari kisah yang disaksikan Yohanes ini jelas
bagi kita, bahwa Tuhan Yesus, Tuhan yang kita sembah dan percayai itu adalah
Tuhan yang berkuasa mengatasi kematian sekalipun. Dia penghibur yang sejati,
yang mengganti duka menjadi suka, yang merobah derai air mata menjadi
kegirangan yang luar biasa. Kesaksian Yohanes ini juga menjadi bukti bagi kita
sekalian bahwa cara dan waktu Tuhan untuk menolong kita sungguh adalah cara dan
waktu yang tak terselami oleh kita. Dalam hal ini dari kita dituntut keteguhan
dan ketekunan iman. Sebab apa yang Tuhan lakukan dan hendak lakukan kepada
kita, adalah semata-mata hanya karena kasih karunia-Nya, bukan karena perbuatan
kita.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Berefleksi dari dua bagian bacaan
Alkitab di atas, maka sungguh jelas bagi kita bahwa kasih karunia Tuhan itu
sungguhlah luar biasa. Ia tidak mungkin bagi manusia, telah dibuat-Nya mungkin
terjadi. Israel diampuni dari pemberontakan mereka, dibebaskan-Nya dari
musuh-musuh mereka dan kemudian dipelihara-Nya. Demikian pula Maria dan Marta
dihiburkan-Nya dari duka nestapa mereka. Kesaksian ini haruslah menjadi bukti
bagi kita untuk terus berupaya menjadi umat yang memiliki keteguhan dan
ketekunan iman kepada Tuhan Yesus. Dalam suratnya kepada Timotius Rasul Paulus
juga menyaksikan hal ini, supaya kita jangan malu bersaksi tentang Tuhan kita,
Dialah yang menyelamatkan kita, memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan
berdasarkan perbuatan kita, melainkan dengan maksud dan kasih karunia-Nya
sendiri ( 2 Tim1: 9). Ini menunjukkan bahwa syarat untuk memperoleh kasih
karunia Tuhan itu dari kita dituntut keteguhan dan ketekunan iman. Tidak ada
upaya lain yang dapat kita lakukan untuk memperoleh kasih karunia Tuhan selain
kita teguh dan tekun beriman kepada-Nya.
Saudara-saudara,
tidak
dapat dipungkiri bahwa dalam sejarah perjalanan kehidupan ini, kita sudah dan
mungkin akan mengalami berbagai hal yang tidak menyenangkan, mungkin saja kita
memberontak kepada Allah, kita berduka amat dalam karena peristiwa yang terjadi
dalam hidup kita, bahkan kita menderita, terancam, dan diperhadapkan pada persoalan
pelik dan genting, tetapi ingatlah selalu bahwa Tuhan Allah sungguh setia, Dia
mengampuni kita jikalau kita berbalik kepada-Nya, Dia menghibur kita, menolong
kita dan merobah derita menjadi suka jika kita memiliki keteguhan dan ketekunan
iman kepada-Nya. Teruslah teguh dan tekun beriman kepada-Nya, sebab Tuhan Allah
kita itu sungguh luar biasa kuasa-Nya, tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Dia
berkarya dengan cara dan waktu-Nya sendiri yang bahkan tak terselami oleh kita.
Percayalah saudara-saudaraku, pertolongan Tuhan selalu tepat pada waktunya, Dia
tidak pernah lalai dan terlambat menepati janji-Nya kepada kita yang teguh dan
tekun beriman kepada-Nya. Segala sesuatu pasti indah pada waktunya, pada waktu
Tuhan Allah menganugerahkan Kasih dan karunia-Nya. Amin.
Langganan:
Postingan (Atom)