Selasa, 09 Juni 2015

bendrio sibarani: Bacaan Alkitab: Yesaya 48: 18-19

bendrio sibarani: Bacaan Alkitab: Yesaya 48: 18-19: Bacaan Alkitab: Yesaya 48: 18-19 Tema: Mendengar dan melakukan Firman Tuhan Saudara-saudara, Pemuda Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus...

Bacaan Alkitab: Yesaya 48: 18-19



Bacaan Alkitab: Yesaya 48: 18-19
Tema: Mendengar dan melakukan Firman Tuhan
Saudara-saudara, Pemuda Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
            “Damai sejahtera” merupakan kata yang sangat sering kita dengar dalam kehidupan keberimanan kita sebagai orang Kristen. Kata Damai sejahtera atau “Syalom” dalam bahasa Ibrani, secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu keadaan tanpa permusuhan antara bangsa-bangsa (Band. 1Raj 5:12). Damai sejahtera adalah karunia Allah (Band. Yes 54:10) atau kondisi kehidupan yang di dalamnya tidak ada lagi persoalan, ketakutan, pertikaian, ketidakpastian, permusuhan, iri hati benci dan kemelaratan, dll, secara holistik (menyeluruh). Suasana hidup seperti ini pastilah dambaan dan kerinduan semua orang, termasuk kita para pemuda yang sedang berjuang meraih mimpi dan cita-cita kita. Persoalannya ialah suasana hidup seperti ini tidaklah mudah atau dengan gampang terjadi dalam hidup seseorang. Sebab hidup seperti ini bukanlah semata-mata ciptaan manusia dengan berbagai upaya dalam kehidupannya, melainkan ini adalah merupakan kasih karunia Tuhan Allah.
Umat Israel, zaman Firman ini dituliskan oleh Deutroyesaya, sedang dalam proses pembebasan dari pembuangan dan masa pemulihan menuju kehidupan yang dijanjikan Tuhan Allah. Artinya mereka sedang menuju masa depan yang Tuhan Allah persiapkan. Mereka sedang berjalan ke arah masa depan, masa dan suasana hidup yang baru dan dibaharui Allah. Melalui Deutroyesaya, Allah mengingatkan umat-Nya itu bagaimana dan apa yang perlu mereka lakukan untuk dimungkinkan meraih apa yang mereka impikan ke depan, yakni hidup dalam Damai Sejahtera Allah, hidup yang berkelanjutan dan terpelihara oleh Allah.
Saudara-saudara Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
             “Memperhatikan Perintah-Perintah-Ku”, inilah sikap yang sangat dituntut oleh Tuhan Allah dari umat-Nya itu sebagai syarat untuk dimungkinkan menikmati Damai sejahtera, menikmati hidup yang dijamin kelangsungannya oleh Allah. Memperhatikan perintah-perintah Allah, dapat diartikan suatu tindakan yang dilakukan seseorang merespon perintah-perintah Allah dengan melibatkan seluruh kehidupannya, bukan hanya mendengar dengan indera saja, melainkan dari lubuk hatinya yang paling dalam ia merasakan apa yang didengarkan dan kemudian lahirlah dorongan dari dalam diri untuk berbuat seperti apa yang didengar dan dirasakannya. Jadi memperhatikan perintah-perintah Tuhan Allah, dalam hal ini melibatkan seluruh keberadaan hidup manusia tanpa terkecuali. Maka jika demikian halnya, dapat dipahami bahwa ini bukanlah tindakan yang mudah untuk dilakukan. Itulah sebabnya, damai sejahtera itupun demikian mahalnya, jaminan hidup yang kelangsungan dan keberlanjutannya pun tidak murah harganya. Kenapa demikian? Jawabannya ialah, “memperhatikan” butuh perjuangan keras dan tekad serta kesungguhan hati. Setuju atau tidak, siapapun kita akan menghadapi tantangan dan godaan ketika kita sedang berusaha untuk memperhatikan perintah-perintah Tuhan. Ada godaan yang datang dari dalam diri kita sendiri, apakah itu berupa khayalan atau angan-angan tentang sesuatu yang kita inginkan, juga godaan yang datang dari luar yang menggiurkan berupa kenikmatan duniawi, kesenangan sesaat yang tak sesuai dengan kehendak Tuhan. Perhatian kita mungkin saja dibuyarkan oleh gemerlapnya kemajuan dunia dengan segala assesoris duniawi di dalamnya yang membuat kita terbuai dan hanyut dalam impian semu yang tak bermakna di hadapan Tuhan Allah.
Saudara-saudara Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Harus kita akui bahwa zaman di mana kita hidup adalah zaman kompetitif, zaman persaingan yang selalu melahirkan yang kalah dan yang menang. Zaman di mana orang-orang berlomba-lomba untuk meraih segala mimpi dengan berusaha mengalahkan orang lain disekitarnya. Tidak sedikit orang yang berjuang matian-matian tanpa kenal lelah berupaya meraih hidup yang menurutnya penuh damai sejahtera, hidup yang menurutnya terjamin kelangsungan dan keberlanjutannya, tanpa menyadari bahwa semua itu hanya bersumber dari Tuhan Allah saja. Karena itu, saat Firman ini diberitakan kepada kita, kita sebagai pemuda yang sedang berjuang meniti, menata dan meraih masa depan, kita diingatkan, bahwa yang pertama dan terutama kita lakukan dalam rangka meraih impian indah dan masa depan yang cemerlang, hidup yang berdamai sejahtera, hidup yang dijamin kelangsungannya, hidup yang dijamin keberlanjutannya (artinya bukan hidup sesaat atau sekejap), adalah “Memperhatikan perintah-perintah Tuhan”. Yakni mendengar dengan hati, melakukannya dengan segenap hati. Janji ini, bukanlah janji-janji palsu, bukan janji kampanye dalam pentas politik, tapi janji ini adalah janji yang amat manis dari Dia yang tak pernah ingkar janji, yaitu Tuhan Allah kita. terpujilah Dia. Amin














Bacaan Alkitab: Matius 7: 24- 27
Mendengar dan Melakukan-Nya
Saudara-saudara, Pemuda yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
             Di zaman postmodern yang kita sedang jalani saat ini, di era banyak orang yang terjebak dengan rutinis kerja, berusaha setiap hari karena tuntutan hidup yang semakin kompleks, bermunculan banyak motivator dalam bentuk yang baru. Jika di era sembilan puluhan pola motivator yang dilaksanakan adalah terjun ke tengah-tengah masyarakat dan bersama melakukan apa yang menjadi maksud dan tujuan, tapi sekarang ini banyak motivator yang bermunculan dengan pola baru, yakni hanya dengan kata-kata atau teori, apakah itu hasil pengalaman hidup sang motivator ataukah itu bagian dari ilmu yang dimilikinya. Yang jelas kata-kata yang mereka sampaikan sungguh memukau, membuat kita terkesima, bahkan kagum. Lihat misalnya motivator sekelas Mario Teguh, yang sangat banyak memiliki fans, baik dalam siaran televisi maupun dalam media sosial seperti facebook ataupun twitter, dll. Kata-kata motivasi yang disampaikan para motivator tersebut sungguh mengena dengan kehidupan kita, bahkan memang masuk akal. Persoalannya adalah apakah dari sekian banyak pendengar itu melakukan apa yang mereka dengarkan? Ataukah yang mereka dengar hanya “sorga telinga”? atau hanya sekedar untuk menenangkan perasaan? Memang Harus diakui bahwa “mendengar itu mudah, tapi melakukan yang didengar itulah yang sulit”. Padahal apalah artinya jika sekedar mendengar tetapi tidak melakukan, apakah terjadi atau terlaksana seperti yang didengar? Tetapi bagi sang motivator seperti sekarang ini, yang terpenting bagi mereka ialah apa yang mereka sampaikan ada yang mendengarnya, mau dilakukan atau tidak, itu tidak menjadi masalah, yang terpenting bagi mereka adalah acara mereka laku, mereka memiliki fans yang banyak dan rating program mereka tinggi di televisi.
Saudara-saudara, Pemuda yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Perihal mendengar dan melakukan apa yang didengar, menjadi perhatian serius Tuhan Yesus. Bagi Tuhan Yesus antara mendengar dan melakukan merupakan dua sikap atau tindakan yang tidak terpisahkan satu dengan yang lain. Bagi Tuhan Yesus, setiap orang yang mendengar dan melakukan dalam hal ini Firman Tuhan, ia sama seperti orang yang bijaksana yang mendirikan rumahnya di atas batu, apabila turun hujan dan datang banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh. Tetapi jika hanya sampai pada titik mendengar saja maka seseorang itu seumpama orang bodoh yang mendirikan rumahnya di atas pasir, ketika hujan turun, angin melanda, maka rubuhlah rumah itu. Tidak sulit mengerti perkataan Tuhan Yesus ini, dengan mudah dapat dimengerti kenapa rumah yang dibangun di atas batu tidak rubuh ketika hujan, angin badai melanda, sebab pondasinya kokoh atau kuat, berbeda dengan rumah yang didirikan di atas pasir, tentulah rubuh jika hujan dan angin melanda karena pondasinya tidak kuat atau tidak kokoh. Dapat ditarik kesimpulan bahwa bagi Tuhan Yesus, pondasi itu sangat penting dan sangat menentukan eksistensi dan keberlangsungan hidup setiap orang. Sebab pondasi merupakan dasar bagi berdirinya sebuah bangunan, menjadi penopang keseluruhan bangunan. Bukan hanya dalam bangunan, dalam hal apapun pondasi itu sangat penting dan menentukan, dalam persaingan bisnis misalnya, besarnya modal atau asset sipebisnis akan menentukan kekuatan bisnisnya, dalam kompetisi atau perlombaan dalam bidang apapun, pondasinya adalah skill, kemampuan, sangat menentukan kemungkinan untuk bisa menang dalam perlombaan. Bagaimana dengan pondasi hidup kita sebagai orang percaya? Inilah yang menjadi perhatian serius Tuhan Yesus.
Saudara-saudara, Pemuda yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Bagi Tuhan Yesus, mendengar dan melakukan Firman Allah merupakan pondasi kehidupan yang membuat manusia itu kuat dan kokoh dalam menjalani kehidupannya. Dalam hal ini, sesungguhnya Tuhan Yesus mengetahui persis bahwa yang namanya kehidupan akan diperhadapkan pada berbagai pergumulan, tantangan, rintangan, duka, akan ada angin, hujan bahkan badai. Nah untuk itu Tuhan Yesus menegaskan bahwa kunci utama agar mampu menghadapi semua itu, setiap orang harus seperti orang yang bijaksana, yakni mendirikan rumah di atas batu, yaitu dengan cara mendengar dan melakukan Firman Allah. Sekali lagi mendengar dan melakukan Firman Allah adalah tindakan yang tidak terpisahkan. Bagaimana mungkin kita tahu melakukan Firman Allah jika kita tak mendengarkannya?atau jika kita hanya mendengar, maka kita akan sama dengan orang bodoh yang mendirikan rumahnya di atas pasir, akan lekas rubuh. Untuk dapat mendengar Firman Allah, respon dan sikap dari kitapun juga dituntut, yakni tentunya penting untuk memberi diri bersekutu di dalam Tuhan di mana Firman-Nya diberitakan. Ingat bahwa Firman Allah itu bukanlah sekedar sorga telinga, yang hanya menentramkan hati dan perasaan kita, tapi Firman itu harus diaplikasikan dalam kehidupan. Janji Tuhan Yesus, bahwa orang yang mendengar dan melakukan Firman-Nya maka pondasi hidupnya akan kokoh dan kuat. Maka jangan pernah kuatir kalaupun ada tantangan yang kita hadapi, janganlah kuatir kalaupun kita diputus pacar, kita tidak lulus test, gagal meraih yang direncanakan, dan lain-lain. Kita tidak akan rubuh, kita akan tetap eksis dengan keberhasilan yang Tuhan rancang dan rencanakan. Percayalah saudaraku, pondasi hidup yang kokoh dan kuat sangat menentukan masa depan kita, sangat menentukan kesuksesan kita dalam melewati segala macam bentuk tantangan dan rintangan hidup. Percayalah selalu, bahwa masa depan, cita-cita dan cinta yang kita impikan sungguh akan sangat bernilai dan dapat kita raih dengan pondasi hidup yang kokoh dan kuat, kita tidak akan mudah menyerah dan mengaku kalah, kita tidak akan mudah putus asa, melainkan kita akan kuat berdiri menghadapi semuanya. Maka karena itu, seharusnya kita mesti  ingat, kita adalah prajurit Kritus, yang harus selalu mendengar dan melakukan Firman-Nya dengan berkata: “Siap, lakukan”. Amin.






Bacaan Alkitab: Amsal 13: 13- 16
Menghargai Firman dan Menaati Perintah-Nya
Saudara-saudara, Pemuda yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kitab Amsal merupakan kitab yang mendengungkan selalu hikmat atau kebijaksanaan. Dalam tradisi masyarakat Timur Tengah, pada zamannya menempatkan hikmat atau kebijaksanaan pada posisi tertinggi dalam kehidupan. Hikmat diyakini berasal dan bersumber dari Sang Pencipta. Hikmat atau kebijaksanaan meliputi tekhik, teori dan etika kehidupan. Hikmat itu meliputi seluruh sendi kehidupan. Dalam kitab Amsal, hikmat juga berisi etika keagamaan dan menempatkan Allah sebagai pusat pemikiran. Hikmat juga berisi pengajaran, didikan, arahan, nasehat, dan lain-lain, tentang bagaimana manusia seharusnya berhubungan dengan manusia lainnya dan sesama ciptaan dan juga bagaimana manusia hidup dengan bijaksana di hadapan Tuhannya. Karena hikmat diyakini hanya bersumber dari Allah pencipta, maka wajar jika hikmat atau kebijaksanaan itu dipuja-puja dan ditinggikan.  Dalam hal keberimanan, atau dengan kata sederhana, dalam hidup beragama, hikmat atau kebijaksanaan menempati posisi yang penting. Ukuran seseorang dalam hidup beriman akan nampak melalui kebijaksanaan atau hikmat yang dimilikinya. Dalam hal ini, sikap atau respon seseorang dalam hal menerima Firman Tuhan menjadi ukuran bagaimana seseorang itu dapat disebut berhikmat atau bijaksana dalam hidupnya sebagai orang beriman. Orang berhikmat atau bijaksana sangat ditentukan oleh sikapnya terhadap Firman Tuhan atau terhadap perintah atau ajaran Tuhan. Maka dengan demikian, umur atau strata seseorang bukanlah faktor yang menentukan bijak atau berhikmatnya seseorang, melainkan sikapnya terhadap Firman Tuhannya.
Saudara-saudara, Pemuda yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Bacaan Alkitab saat ini juga berbicara tentang sikap seseorang dalam merespon Firman Tuhan dan perintah Tuhan. Dikatakan bahwa siapa yang meremehkan Firman, akan menanggung akibatnya. “meremehkan” dapat diartikan sebagai sikap seseorang yang merendahkan, mengabaikan, menganggap tidak penting, menganggap rendah. Sikap seperti ini sangat bertentangan dengan kehendak Tuhan yang menginginkan setiap orang berhikmat dan bijaksana di hadapan-Nya. Karena itu, orang yang berperilaku seperti ini menurut pengamsal akan menanggung akibatnya. Demikian pula halnya dengan sikap taat akan perintah Allah, akan mendapatkan balasan. Maka, dapat disimpulkan bahwa setiap sikap dalam merespon Firman Allah selalu mengandung konskwensi yang akan diterima. Tergantung sikap seperti apa yang dilakukannya. Kalau dalam versi Alkitab Bahasa Indonesia sehari-hari Ams 13:13  berbunyi demikian: Orang yang meremehkan ajaran TUHAN, mencelakakan dirinya; orang yang taat kepada hukum Allah akan mendapat upahnya.    
Maka jelas bagi kita, bahwa akibat dari meremehkan Firman adalah kecelakaan, dan ketaatan kepada perintah Allah akan mendatangkan upah. Ini bukanlah sebuah kata-kata yang sekedar menakut-nakuti kita sebagai orang-orang percaya, melainkan ini mengajar kita supaya sebagai pemuda-pemudi Kristen, kita mengerti dan mengetahui bagaimana seharusnya kita bersikap sehingga kita tidak mencelakakan diri kita di masa muda kita ini. Kita harus sadar, bahwa tidak sedikit dari pemuda-pemudi di masa kini yang akhirnya hidup dalam penyesalan karena sikap mereka yang meremehkan Firman dan tidak taat kepada perintah Tuhannya. Tidak sedikit yang akhirnya mengakhiri masa mudanya dengan menikah tanpa perencanaan yang matang yang kemudian cerai, ada yang hamil di luar nikah dan melakukan aborsi, menjadi singgle parents, (punya anak tanpa menikah dan tak punya suami), ada yang terjebak pada ketergantungan minuman keras, narkoba, hidup tanpa masa depan yang jelas, ada yang menjomblo sampai tua karena tak mempunyai penghasilan hidup, karena kehilangan percaya diri akibat ketergantungan pada narkoba di masa silam, akibat seks bebas dan lain sebagainya. Harus dengan berani dikatakan, bahwa orang-orang seperti ini, pastilah orang-orang yang meremehkan Firman Tuhan dan tidak taat pada perintah Tuhannya. Orang-orang seperti telah mencelakakan dirinya karena mereka tidak menghargai dan tidak mengindahkan Firman Tuhan serta tidak taat pada perintah Tuhan. Akhir dari hidupnya hanyalah penyesalan belaka.
Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Zaman di mana kita hidup saat ini, sungguh harus disadari sangat berbeda dengan kehidupan orang-orang tua kita dulu. Perkembangan ilmu dan teknologi yang serba canggih sekarang ini tidak melulu berdampak positif bagi kehidupan kita, melainkan ada banyak dampak negatif yang jika tidak disikapi dengan bijaksana akan membuat kita terjebak di dalamnya yang pada akhirnya kita bisa menjadi orang-orang yang menyesal di kemudian hari. Nilai-nilai kearifan semakin terkikis habis, demikian juga dengan nilai-nilai etis di dalam berkomunikasi, juga tentang penghargaan pada nilai-nilai agama. Tidak sedikit pemuda-pemudi sekarang ini, terjerumus pada nikmatnya dunia media sosial yang menggiurkan bisa melakukan apapun dengan bebas selagi tidak mengandung kriminalitas, padahal tidak sesuai dengan Firman dan perintah Tuhannya.  Maka mengetahui semua ini, sebagai pemuda-pemudi Kristen, kepada kita diberikan pelajaran berharga melalui kitab kebijaksanaan saat ini, bahwa penghargaan pada Firman Tuhan akan membuat kita terbebas dari sikap mencelakakan diri, dan ketaatan kepada perintah Tuhan Allah akan membuat kita menerima upah. Semua hal yang sedang berlaku dan terjadi dalam kehidupan kita dan di sekitar kehidupan kita saat ini, akan dapat kita hadapi, nikmati dan jalani dengan mengambil setiap hal positif darinya tanpa kita terjebak pada sikap meremehkan Firman Allah dan melalaikan perintah-Nya. Kuncinya ialah selalu menyadari identitas diri kita sebagai pemuda-pemudi Kristus, yang telah ditebus dan diselamatkan, dikuduskan, yang diberi tugas untuk menjadi garam dan terang. Maka percayalah saudaraku, penghargaan kita kita Firman Allah, dalam meresponnya dan ketaatan kita dalam melakukan perintah-Nya akan menjadikan kita sebagai orang-orang muda yang memiliki masa depan yang cerah dan cemerlang. Jika sekiranya kita pernah jatuh pada kesalahan ini, maka saatnya bangkit dan kembali kepada Dia yang berfirman dan taat pada Perintah-Nya, maka hidup akan dipulihkan-Nya dan kebahagiaan menjadi milik kita. Amin.


Bacaan Alkitab: 1 Tessalonika 2: 13-20
Memaknai Firman Allah Melalui Kasih
Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Rasul Paulus dapat dijuluki sebagai sipengucap syukur yang sejati. Bahwa bagi dia, konsep mengucap syukur adalah dalam segala hal. Dia malah mampu mengucap syukur dalam kondisi hidup yang terpenjara sekalipun dan keadaan atau situasi tidak menghalanginya untuk bersyukur dan mengajak orang untuk bersyukur. Rasul Paulus juga mampu melihat segala hal sebagai alasan baginya mengucap syukur, termasuk kehidupan orang-orang lain yang telah mengalami kemajuan hidup, tentang pekerjaan Injil yang semakin mendapat respon dan dia juga mensyukuri kehidupan orang-orang  yang merespon dengan baik, yakni mendengar dan menerima Firman Tuhan yang diberitakan kepada mereka. Pendek kata, Rasul Paulus sungguh mampu tindakan mengucap syukurnya kepada Allah bukan karena kepentingan dirinya sendiri maupun karena keberadaannya. Sikap tidak egois sangat nampak dalam setiap sikap Paulus dalam mengucap syukur kepada Tuhan. Yang terutama baginya dalam mengucap syukur adalah karena pekerjaan Allah dapat terlaksana, yakni ketika orang-orang yang menerima berita Injil itu hidup seperti yang dikehendaki Tuhan Allah melalui Injil-Nya yang diberitakan. Respon yang baik dan positif dari jemaat di Tessalonika terhadap Injil yang diberitakan oleh Rasul Paulus dan kawan-kawannya menjadi alasan bagi Paulus untuk terus menerus mengucap syukur kepada Tuhan. Respon itu jelas, yakni bahwa jemaat-jemaat di Tessalonika dengan benar memahami dan memaknai Injil yang diberitakan kepada mereka bukanlah perkataan manusia melainkan benar sebagai Firman Allah yang bekerja di dalam diri mereka. Paulus sangat bangga, sebab Jemaat di Tessalonika sungguh-sungguh menghargai Injil itu sebagai Firman Allah, dalam hal ini Tuhan Allahlah yang dijadikan sebagai pusat kehidupan mereka. Kemudian, Paulus juga melihat bahwa buah dari pemberitaan mereka telah melahirkan sikap solidaritas yang tinggi dalam kehidupan jemaat di Tessalonika yang terlihat dari kasih mereka yang peduli terhadap saudara-saudara mereka yang teraniaya di Yudea. Jemaat Tuhan di Tessalonika telah turut merasakan derita saudara seiman mereka di Yudea.
Saudara-saudara, Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Seperti halnya Paulus, semua pelayan Tuhan pastilah bersyukur apabila pekerjaan atau pelayanan mereka membuahkan hasil seperti yang dirindukan. Buah atau hasil pekerjaan pelayanan dalam kehidupan beriman tidak lain adalah semua orang yang dilayani, semua orang yang menerima pemberitaan Injil benar-benar memaknai Injil yang diberitakan adalah Firman Allah dan bukti dari penerimaan akan Injil tersebut adalah lahirnya kasih dari dalam diri yang nampak dari sikap peduli terhadap kehidupan sesamanya. Kerinduan seperti ini tidaklah mudah tercapai. Tidak sedikit orang-orang yang terjebak pada pemaknaan yang keliru terhadap Injil yang diberitakan kepada mereka. Ada saja orang yang hanya mendengar dan menerima Injil sebagai penyegar hidupnya sendiri tanpa membuahkan sikap kasih kepada orang lain yang pada akhirnya jatuh pada kesombongan rohani. Dalam kasus yang lain, ada saja orang yang menjadi tawar hati ketika mendengar Injil dari orang-orang  (pelayan) yang mereka kenal dekat, saudara mereka sendiri atau karena kemampuan yang rendah menjadi tidak merespon Injil itu dengan benar sehingga Injil yang diberitakan kepadanya dianggapnya perkataan orang biasa yang tak bermakna apa-apa karena mereka yang memberitakannya dipandang rendah. Inilah sikap yang sangat bertolak belakang dengan harapan dan kerinduan Rasul Paulus. Peristiwa seperti ini mengingatkan kita bagaimana Injil yang diberitakan Yesus menjadi tidak diperhatikan ketika orang-orang Farisi dan teman sekampungnya hanya menganggap Yesus sebagai anak situkang kayu. Akhirnya nasib mereka menjadi sangat malang sehingga mereka menolak Yesus, mengusir bahkan kemuadian membunuh Yesus.
Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Bagaimana dengan kita sekalian, sebagai generasi yang akan meneruskan kehidupan gereja Tuhan di muka bumi ini? Apakah kita mampu menjadi mahkota, menjadi kemuliaan bagi pelayan-pelayan Tuhan yang memberitakan Injil kepada kita? apakah kita benar-benar mampu menjadi orang-orang yang membanggakan dalam kehidupan ini? Apakah kebanggaan bagi orangtua kita, kebanggaan bagi Jemaat? Terutama menjadi kebanggaan di hadapan Tuhan? Respon dan perilaku kita dalam menerima, memaknai Injil sebagai Firman Allah akan menjawab semuanya. Kemudian buah melalui perilaku kita berdasarkan berita Injil yang kita terima yang terimplementasi melalui kasih kepada sesama kita juga menjadi bukti bahwa kita sungguh-sungguh hidup menurut kehendak Tuhan berdasarkan Firman-Nya. Kapan hal itu dimulai dalam kehidupan orang percaya? Sekaranglah saatnya. Saat di mana kita sedang berjuang memasuki kehidupan dewasa yang bertanggung jawab penuh atas hidup kita, saat di mana kita sedang berusaha mencari jati diri, saat di mana kita sedang berjuang meraih segala impian dan cita-cita. Kunci dari semua ini adalah, pertama-tama kita harus memberi diri untuk menjadi pendengar Injil, kemudian dalam proses mendengar itu, kita benar-benar memaknai bahwa berita Injil yang kita dengar itu adalah Firman Allah yang mestinya bekerja di dalam diri kita, selanjutnya kita menjadi pelaku-pelaku Firman yang terlihat dari kasih, kepedulian kita kepada sesama, terutama mereka yang sedang dalam penderitaan dan kesusahan oleh berbagai sebab. Percayalah.., bahwa ketika kita sungguh-sungguh memberi penghargaan yang benar kepada Firman Allah dan Firman itu bekerja di dalam diri kita, dan mengaplikasikan itu melalui kasih, maka kita akan menyenangkan Tuhan. Terpujilah Kristus. Amin

bendrio sibarani: Khotbah Minggu Kristen

bendrio sibarani: Khotbah Minggu Kristen: Bacaan Alkitab: Mazmur 78: 32- 55; Matius 6: 25- 34; 1 Petrus 5: 5- 11 KETEGUHAN IMAN YANG SEMPURNA Saudara-saudara, Sidang Jemaat...

bendrio sibarani: Khotbah Minggu Kristen

bendrio sibarani: Khotbah Minggu Kristen: Bacaan Alkitab: Mazmur 78: 32- 55; Matius 6: 25- 34; 1 Petrus 5: 5- 11 KETEGUHAN IMAN YANG SEMPURNA Saudara-saudara, Sidang Jemaat...

Khotbah Minggu Kristen



Bacaan Alkitab: Mazmur 78: 32- 55; Matius 6: 25- 34; 1 Petrus 5: 5- 11
KETEGUHAN IMAN YANG SEMPURNA
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kehidupan umat Tuhan tidak dapat terpisahkan dalam tiga dimensi waktu, yakni masa silam, kini dan nanti. Tiga dimensi waktu tersebut juga mempengaruhi keimanan umat Tuhan. Di tiga dimensi waktu itu Tuhan berkenan hadir menyertai umat-Nya. Tuhan rela hadir dalam sejarah umat-Nya, hadir di masa kini dan memberi pengharapan di masa yang akan datang. Dan memang benar, Tuhan mengatasi segala waktu sehingga Dia dapat hadir kapanpun dalam perjalanan hidup manusia. Inilah yang pertama-tama yang harus diimani oleh kita sekalian, sehingga kita menyadari bahwa Tuhan Allah ada disetiap dimensi waktu dalam kehidupan kita. Itu berarti, dimensi waktu manapun menjadi waktu yang berharga bagi kita umat yang percaya dalam rangka mengintrospeksi keimanan kita kepada Tuhan. Kehidupan kita di masa silam menjadi pelajaran berharga bagi kehidupan kita di masa kini dan nanti. Masa yang telah berlalu itu penting bagi kita untuk merenungkan seluruh pengalaman hidup kita, bagaimana Tuhan Allah hadir di dalamnya sehingga memungkinkan kita ada kini di sini meniti hari-hari hidup untuk masa depan kita nanti. Pengalaman berdasarkan sejarah itu penting, sehingga apa yang tidak berkenan kepada Allah yang pernah terjadi tidak lagi terulang kini dan nanti. Pengalamana hidup di dalam sejarah itu penting, sehingga karya Tuhan terus terngiang dan menjadi dasar kita melangkah ke masa yang akan datang. Intinya adalah bahwa kehadiran Allah di masa silam itu menjadi pegangan hidup kita bahwa kesetiaan Allah tidak akan pernah berubah sampai kapanpun, sehingga iman kita tetap teguh hanya kepada Dia. Kegagalan seseorang dalam kesetiaannya beriman, sangat dipengaruhi kesadarannya merenungkan karya Tuhan disepanjang kehidupannya termasuk kehidupannya dimasa silam. Orang yang tidak menyadari bagaimana Tuhan terlibat dalam seluruh perjalanan hidupnya tidak akan pernah hidup teguh dalam keimanannya. Akibatnya, orang seperti ini akan selalu dihantui oleh kekuatiran yang besar yang kemudian dapat berakibat pada kehilangan pengharapan atau putus asa. Kekuatiran hidup, sebenarnya bukanlah melulu disebabkan ketakutan akan apa yang terjadi di masa depan, tetapi juga dipengaruhi oleh ketidaksadaran merenungkan hidup dimasa lampau. Jika seorang beriman sadar dan mampu merenungkan karya kasih Tuhan Allah dalam hidupnya di masa silam niscaya tidak akan dihantui kekuatiran akan hidup di masa depan. Kenapa? Karena Tuhan itu hadir kapanpun dalam hidup umat-Nya. Kasih setia-Nya untuk selama-lamanya.
  Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Dalam kitab Mazmur yang menjadi bagian bacaan Alkitab saat ini dapat disimpulkan bahwa umat Israel diajak untuk belajar dari sejarah bangsa mereka. Tuhan Allah rela dijangkau oleh sejarah, Dia hadir dengan karya-Nya yang ajaib, Dia hadir dengan hati-Nya yang penuh belaskasihan, Dia hadir dengan pengampunan, Dia hadir memberi kelepasan dan kemenangan. Artinya bahwa Umat Israel harusnya menyadari bahwa di masa pelik sekalipun, Tuhan Allah telah membuktikan kesetiaan-Nya, walaupun umat itu sendiri sering memberontak kepada-Nya. Untuk itu, harusnya tidak alasan bagi umat Tuhan untuk hidup dalam kekuatiran dimasa kini dan nanti. Sekalipun umat Israel berulangkali mencobai dan memberontak kepada Allah, sekalipun Allah sendiri telah berulangkali melakukan mujizat di hadapan mereka, mereka selalu saja kehilangan kepercayaan kepada Allah, akan tetapi Tuhan Allah tetap konsisten pada janji-Nya. Dia sendiri menuntun umat itu dengan tenteram dan menghalau segala musuh mereka serta memberikan kepada mereka tanah yang dijanjikan itu. Ini menjadi bukti yang harus diimani oleh semua umat Tuhan, bahwa kasih setia itu nyata sampai kapanpun. Maka jika Tuhan Yesus menegaskan umat-Nya seperti yang terdapat dalam bagian bacaan Alkitab saat ini untuk tidak kuatir dalam hidup ini, itu berarti di mata Tuhan setiap orang yang percaya kepada-Nya sangatlah berharga dan dikasihi-Nya. Kekuatiran di mata Tuhan Yesus adalah bentuk ketegaran hati manusia yang tidak mengakui dan menyadari dengan sungguh-sungguh kasih setia Tuhannya. Itu berarti kekuatiran merupakan bentuk pengingkaran akan kemahakuasaan dan kasih setia Tuhan. Maka jelas, mengapa Tuhan Yesus dengan tegas melarang umat-Nya untuk kuatir, yaitu agar umat-Nya teguh beriman kepada-Nya. Kekuatiran umat Tuhan akan hidupnya akan menjadi pintu masuk bagi iblis, sehingga seseorang itu pada akhirnya akan kehilangan imannya dan pada akhirnya ia jatuh ke tangan iblis yang akan membinasakannya.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Berbicara tentang kekuatiran, itu berarti kita berbicara tentang hilangnya keteguhan iman. “Iman” dalam Perjanjian lama berasal dari kata kerja “aman” yang berarti “memegang teguh”. Kata ini bisa muncul dalam bentuk yang bermacam-macam. Jika diterapkan kepada Tuhan Allah, maka kata iman berarti “bahwa Allah harus dianggap sebagai “Yang Teguh dan Yang Kuat”. Orang harus percaya kepada-Nya dan mengimani bahwa Allah teguh dan Kuat. Oleh karena itu, beriman kepada Allah berarti mengimani bukan hanya dengan akalnya, melainkan juga dengan segenap kepribadian dan cara hidupnya kepada segala janji Allah yang telah diberikan dengan perantaraan Firman dan Karya-Nya. Demikian juga jika pengertian iman diterapkan pada Perjanjian Baru, maka iman berarti mengamini dengan segenap kepribadian dan cara hidupnya kepada janji Allah, bahwa di dalam Kristus ia telah memperoleh kemenangan dan keselamatan atas kuasa dosa. Maka umat yang percaya kepada Tuhan Allah, adalah umat yang tidak lagi diliputi kekuatiran hidup. Tidak pula beriman situasional. Artinya bentuk keimanan ditentukan oleh situasi hidup yang kita jalani. Di saat susah ingat Tuhan, setelah senang lupa Tuhan. “iman situasional” bukanlah bentuk keimanan yang benar dimata Tuhan. Akan tetapi kapanpun di manapun dalam situasi apapun, iman kita harus tetap teguh hanya kepada Tuhan. Maka bagaimanapun situasi hidup yang kita jalan baik di masa silam, kini dan nanti, kita tidak akan pernah dikuasai kekuatiran hidup, kita tidak akan kehilangan iman kepada Tuhan. Ada kalimat bijak berkata bagini: “Kekuatiran hidup akan masa silam ditambah kekuatiran hidup akan masa yang akan datang akan membuat hidup dimasa kini kehilangan arah dan harapan”. Kalimat ini hendak menegaskan bahwa hidup dalam kekuatiran tidak akan pernah menghantar seseorang untuk hidup pada kesuksesan dan kebahagiaan serta tidak akan tiba di tujuan. Untuk itu berefleksi dari Bacaan saat ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh setiap kita dalam rangka mewujudkan keteguhan iman yang sempurna, yakni:
1. Renungkanlah selalu Kasih dan kesetiaan Tuhan dalam kehidupan kita di masa lampau.
   Ingatlah...! kasih dan kesetiaan-Nya itu tidak berkesudahan, dulu, kini dan nanti. Pengalaman hidup dimasa silam bersama Tuhan niscaya membawa kita pada keteguhan iman yang  sempurna.
2. Jadikan Allah dan segala pekerjaan-Nya menjadi yang terutama dan pertama dalam seluruh perjuangan hidup. Maka, janji Tuhan jelas, yakni segala sesuatu akan ditambahkan-Nya kepadamu. Artinya bahwa ketika Tuhan Allah menjadi yang terutama dan yang pertama dalam hidup ini, maka segala hal yang kita perlukan telah tersedia di dalam Dia. Dengan demikian jika Tuhan Allah di dalam hidup kita, segala sesuatu yang kita perlukan dalam hidup ini ada dalam Dia. Dialah sumber segala-galanya. Rendahkanlah diri di hadapan-Nya
3. Serahkanlah kekuatiranmu kepada Tuhan. Melalui sikap seperti ini, maka jelas bahwa kita   mengakui dan mengamini kemahakuasaan-Nya dan kesetiaan-Nya yang memelihara kita.
Percayalah saudara-saudaraku, dengan memiliki iman yang teguh kepada Tuhan, maka tidak ada yang mustahil untuk kita raih dalam hidup ini. Tidak mustahil hasil ladang dan sawah kita berlimpah, tidak mustahil keutungan kita bertambah-tambah dalam usaha kita, tidak mustahil karier atau jabatan kita menanjak, tidak mustahil penyakit kita lenyap, tidak mustahil pula kita dapat jodoh dan pekerjaan, tak mustahil rumah tangga kita pulih, tidak mustahil anak-anak kita menjadi baik dan sukses, tak mustahil persekutuan kita menjadi persekutuan yang kuat dan kokoh, semuanya yang tidak mungkin menjadi mungkin jika Tuhan Allah berkenan. Amin


BPS




















Bacaan Alkitab: Mazmur 78: 56-72; Yohanes 11: 17- 27; 2 Timotius 1: 7- 10
KETEGUHAN DAN KETEKUNAN IMAN
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Jika minggu yang lalu kita juga merenungkan ayat sebelumnya dari bagian Mazmur 78 ini, maka kini, ayat selanjutnya yakni ayat 56-72 atau ayat-ayat terakhir juga menjadi perenungan kita beserta dengan bacaan dari Perjanjian Baru yakni Injil Yohanes dan 2 Timotius. Temanya juga berbicara tentang keteguhan  dan ketekunan iman. Dua kata ini yakni “Teguh” dan “Tekun” memiliki kesamaan, yakni sama-sama menunjuk pada sikap seseorang dalam kesungguhan hatinya. “keteguhan” yang berasal dari “teguh” berarti “kuat berpegang, atau “tetap tidak berubah”. Sedangkan Ketekunan yang berasal dari kata” Tekun” berarti “”rajin, berkeras hati, bersungguh-sungguh”. Maka keteguhan dan ketekunan iman dapat diartikan sebagai sikap seseorang yang kuat berpegang atau tidak berubah dan rajin, bersungguh-sungguh dalam imannya kepada Tuhan. Keteguhan dan ketekunan iman tidak lahir begitu saja dalam kehidupan setiap orang. Akan tetapi keteguhan dan ketekunan iman lahir dari sikap yang mampu merenungkan dan mengambil makna dari setiap pengalaman hidup (baik susah maupun senang) yang dialaminya dalam seluruh kehidupannya dalam persfektif keimanannya kepada Tuhannya. Dengan sikap seperti ini maka jelas dapat disimpulkan bahwa pemaknaan dalam iman atas pengalaman hidup bersama Tuhan akan melahirkan keteguhan dan ketekunan iman. Persoalannya sekarang adalah apakah benar seluruh kehidupan kita, terlebih berbagai bentuk pemberontakan kita kepada Allah terutama di masa silam akan melahirkan keteguhan dan ketekunan kita dalam beriman? Saudara-saudara, inilah yang terjadi dalam pengalaman hidup umat Israel. Mazmur 78 pada dasarnya hendak mengajak semua orang agar jujur terhadap sejarahnya, mengaku dengan jujur bahwa dalam sejarah tersebut terdapat perbuatan yang menyakiti hati Tuhan. Tetapi di sisi yang lain juga kita harus sungguh-sungguh jujur dan mengaku bahwa ternyata Tuhan Allah sangat mengasihani kita. kesaksian tentang kesetiaan Tuhan dan pemberontakan umat kepada Tuhannya. Melalui kesaksian Pemazmur dalam bacaan kita yang pertama tadi, jelas bahwa Tuhan Allah akhirnya memberi pembebasan kepada umat-Nya Israel dengan cara-Nya sendiri. Cara yang tidak terpikirkan oleh umat. Ia mengambil seorang Daud, seorang yang tidak diperhitungkan dalam keluarganya. Bahkan Alkitab katakan (ay. 70-71)  “dipilih-Nya Daud, hamba-Nya, diambil-Nya dia dari antara kandang-kandang kambing domba; dari tempat domba-domba yang menyusui didatangkan-Nya dia, untuk menggembalakan Yakub, umat-Nya, dan Israel, milik-Nya sendiri”. Tuhan Allah tidak mengambil seseorang dari medan perang, Tuhan Allah malah tidak memilih seorang pejuang atau kesatria yang gagah perkasa, tetapi malah seorang Daud yang parasnya elok, kemerah-merahan, yang latarbelakangnya gembala kambing dombalah yang dipilih-Nya. Inilah cara Tuhan yang tak terpikirkan manusia. Daudlah kemudian yang dipakai Tuhan Allah untuk menggembalakan umat-Nya itu dengan ketulusan hati dan kecakapan tangannya. Kesaksian pemazmur ini, menjadi bukti bagaimana Tuhan Allah sangat mengasihi dan menyayangi umat-Nya dengan cara dan waktu Tuhan sendiri. Kesaksian ini harusnya meneguhkan dan membuat kita tekun dalam iman, bahwasannya kasih setia Tuhan sangatlah terbukti.

Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Dalam bacaan kita yang kedua, Yohanes menyampaikan sebuah peristiwa yang sulit dicernah oleh akal manusia. Maka kisah ini sering digolongkan sebagai peristiwa mujizat yang Tuhan Yesus lakukan, yakni membangkitkan orang mati. Dalam kisah ini, Tuhan Yesus terlibat lagi berdialog dengan Maria dan Marta. Dari apa yang diucapkannya, tersirat jelas bahwa ia memiliki kepercayaan yang besar kepada Tuhan Yesus, : "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya." (ay. 21-22). Walaupun Marta percaya kepada Tuhan Yesus, tapi jika disimak dari percakapan ini jelas bahwa Marta percaya apa yang dikatakan Tuhan Yesus itu akan terjadi di kehidupan berikutnya (ay. 24), bukan saat itu, saat mereka merindukan saudara mereka hidup dari kematian. Apa yang terjadi? Tuhan Yesus dengan cara dan waktu-Nya sendiri membuktikan kuasa dan kasih-Nya. Lazarus saudara Maria dan Marta dibangkitkan. Memang jika dibaca sampai pada ayat-ayat selanjutnya jelas bahwa keteguhan dan ketekunan iman Marta sedikit berbeda dengan Maria. Maria lebih proaktif, ia malah menangis, tersungkur di kaki Yesus, sedang Marta kelihatannya tidak demikian. Ini membuktikan bahwa keteguhan dan ketekunan iman merupakan sikap yang sangat penting dalam rangka memperoleh kasih karunia Tuhan. Dari kisah yang disaksikan Yohanes ini jelas bagi kita, bahwa Tuhan Yesus, Tuhan yang kita sembah dan percayai itu adalah Tuhan yang berkuasa mengatasi kematian sekalipun. Dia penghibur yang sejati, yang mengganti duka menjadi suka, yang merobah derai air mata menjadi kegirangan yang luar biasa. Kesaksian Yohanes ini juga menjadi bukti bagi kita sekalian bahwa cara dan waktu Tuhan untuk menolong kita sungguh adalah cara dan waktu yang tak terselami oleh kita. Dalam hal ini dari kita dituntut keteguhan dan ketekunan iman. Sebab apa yang Tuhan lakukan dan hendak lakukan kepada kita, adalah semata-mata hanya karena kasih karunia-Nya, bukan karena perbuatan kita.

Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Berefleksi dari dua bagian bacaan Alkitab di atas, maka sungguh jelas bagi kita bahwa kasih karunia Tuhan itu sungguhlah luar biasa. Ia tidak mungkin bagi manusia, telah dibuat-Nya mungkin terjadi. Israel diampuni dari pemberontakan mereka, dibebaskan-Nya dari musuh-musuh mereka dan kemudian dipelihara-Nya. Demikian pula Maria dan Marta dihiburkan-Nya dari duka nestapa mereka. Kesaksian ini haruslah menjadi bukti bagi kita untuk terus berupaya menjadi umat yang memiliki keteguhan dan ketekunan iman kepada Tuhan Yesus. Dalam suratnya kepada Timotius Rasul Paulus juga menyaksikan hal ini, supaya kita jangan malu bersaksi tentang Tuhan kita, Dialah yang menyelamatkan kita, memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan dengan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri ( 2 Tim1: 9). Ini menunjukkan bahwa syarat untuk memperoleh kasih karunia Tuhan itu dari kita dituntut keteguhan dan ketekunan iman. Tidak ada upaya lain yang dapat kita lakukan untuk memperoleh kasih karunia Tuhan selain kita teguh dan tekun beriman kepada-Nya.
Saudara-saudara, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam sejarah perjalanan kehidupan ini, kita sudah dan mungkin akan mengalami berbagai hal yang tidak menyenangkan, mungkin saja kita memberontak kepada Allah, kita berduka amat dalam karena peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, bahkan kita menderita, terancam, dan diperhadapkan pada persoalan pelik dan genting, tetapi ingatlah selalu bahwa Tuhan Allah sungguh setia, Dia mengampuni kita jikalau kita berbalik kepada-Nya, Dia menghibur kita, menolong kita dan merobah derita menjadi suka jika kita memiliki keteguhan dan ketekunan iman kepada-Nya. Teruslah teguh dan tekun beriman kepada-Nya, sebab Tuhan Allah kita itu sungguh luar biasa kuasa-Nya, tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Dia berkarya dengan cara dan waktu-Nya sendiri yang bahkan tak terselami oleh kita. Percayalah saudara-saudaraku, pertolongan Tuhan selalu tepat pada waktunya, Dia tidak pernah lalai dan terlambat menepati janji-Nya kepada kita yang teguh dan tekun beriman kepada-Nya. Segala sesuatu pasti indah pada waktunya, pada waktu Tuhan Allah menganugerahkan Kasih dan karunia-Nya. Amin.