Senin, 14 Oktober 2019

bendrio sibarani: bendrio sibarani: PA untuk Majelis Jemaat dan Kelu...

bendrio sibarani: bendrio sibarani: PA untuk Majelis Jemaat dan Kelu...: Bacaan Alkitab: 1 Timotius 6: 20 a “Hai Timotius, peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu.” Pengantar             Timo...

bendrio sibarani: PA untuk Majelis Jemaat dan Keluarga Pelayan


Bacaan Alkitab: 1 Timotius 6: 20 a

“Hai Timotius, peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu.”

Pengantar

            Timotius adalah seorang pelayan yang termuda yang tercatat sebagai orang yang diberikan tanggungjawab untuk memimpin persekutuan jemaat yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Timotius sendiri menjadi seorang Kristen sejak dia bertobat waktu Paulus melakukan perjalanan dalam rangka pekabaran Injil di Listra. Paulus memberi perhatian lebih dan sangat senang kepada Timotius. Kepada Timotius, Paulus mempercayakan tugas pelayanan untuk pergi meneguhkan hati orang-orang Kristen di Tessalonika yang kala itu sedang teraniaya (2 Kor 1: 19). Bersama-sama dengan Paulus dan Silwanus ia mengirim salam kepada Jemaat di Tessalonika. Kemudian Timotius juga kedengaran bersama Paulus di Efesus tatkala ia diutus bersama Erastus ke Makedonia dengan suatu misi penting yang lain dan dari situ ia harus terus ke Korintus (1 Kor. 4:17). Timotius kemudian menjadi pemimpin jemaat di Efesus. Timotius di mata Paulus adalah seorang anaknya sendiri yang setia dalam Tuhan. Maka Paulus sangat memperhatikan kehidupan Timotius dalam segala keberadaan dirinya. Apakah karena masih tergolong masih sangat muda, Timotius ternyata adalah seorang pemalu (kurang percaya diri), itulah sebabnya Paulus sangat mendesak jemaat di Korintus supaya mereka menyambut Timotius dan memperlakukannya dengan nyaman dan tidak menganggapnya rendah (1 Kor. 16: 10-11). Keadaan hidup Timotius yang demikian ini, membuat Paulus tidak pernah berhenti menasihatinya, supaya dia senantiasa mampu melaksanakan segala tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Selain nasihat untuk pribadi Timotius, Paulus juga tidak pernah berhenti menasihatinya tentang segala tugas dan tanggungjawabnya dan bagaimana ia harus melakukannya.



Pendalaman Teks

            Nasihat Rasul Paulus ini merupakan penugasan kepada Timotius untuk menjaga iman yang telah dipercayakan kepadanya. Kata “Peliharalah..” dapat diartikan sebagai perintah untuk menjaga, mengawasi, serta mengusahakan agar sesuatu itu tetap pada keadaannya semula dan tidak berubah menjadi lain. Dalam hal ini Timotius diberikan tugas untuk menjaga, mengawasi serta terus berupaya mempertahankan segala sesuatu yang dipercayakan kepadanya bukan hanya dari Paulus, tetapi dari Tuhan Yesus Sang pemberi Tugas. “Peliharalah” juga menunjuk pada kesiap-sediaan untuk mempertahankan kebenaran-kebenaran berharga itu bila diserang, diputarbalikkan atau disangkal. Sedangkan yang dimaksud dengan “Apa yang telah dipercayakan” dalam kalimat ini adalah menyangkut seluruh tugas pelayanan yakni mulai dari memimpin persekutuan, pemberitaan Injil dan pelayanan kasih dan segala sesuatu yang berhubungan dengan ketiganya. Kata “dipercayakan” berarti diberi atau dianugerahi rasa percaya oleh Sipemberi sehingga apa yang diberi dipertanggungjawabkan dengan cara melakukan segala sesuatu yang mesti dilakukan sehubungan dengan pemberian tersebut. Pemberian kepercayaan ini perlu dibedakan dengan berbagai bentuk pemberian kepercayaan lainnya di berbagai sendi kehidupan. Apabila biasanya kita mendengar dan melihat, bahwa pemberian kepercayaan kepada seseorang biasanya didasarkan karena kemampuan yang dimiliki atau dirasa dilayak, maka pemberian kepercayaan kepada Timotius, bukanlah karena dia dianggap mampu dan layak, tetapi pemberian kepercayaan tersebut semata-mata karena inisiatif Tuhan Yesus Kristus. “ Hai Timotius, Peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu” menunjuk pada kewajiban suci untuk mengamankan milik berharga yang telah diberikan oleh Tuhan Yesus kepadanya. Barang yang berharga ini adalah Injil Kristus yang diserahkan oleh Roh Kudus. Berangkat dari pengertian kata demi kata dalam kalimat ini maka dapat disimpulkan bahwa kepada Timotius Paulus mengingatkan sekaligus menugaskan supaya dia menjaga, mengawasi dan melakukan segala sesuatu demi terpeliharanya dan terlaksananya segala sesuatu yang menjadi tugas yang dipercaya dapat dilakukannya. Tugas tersebut adalah memberitakan Injil, memelihara persekutuan dan melaksanakan pelayanan kasih.



Aplikasi

            Kepada kita masing-masingpun, Tuhan memberikan tugas dan tanggungjawab dalam segenap kehidupan kita sebagai pelayan-pelayan-Nya. Itu berarti kepada kita diberikan kepercayaan untuk melakukan tugas panggilan Tuhan. Maka sebagai penerima kepercayaan, kepada kita nasihat Rasul Paulus itupun adalah relevan, yakni “Peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu!” Memelihara apa yang telah dipercayakan kepada kita sesungguhnya bukanlah perkara ringan untuk dilakukan. Apalagi yang dipercayakan tersebut bersangkut paut dengan tugas pelayanan. Artinya, ketika tugas ini dipercayakan kepada kita, maka kita sesungguhnya sedang ditempatkan pada posisi hidup untuk orang lain demi kemuliaan Tuhan Allah. Di sinilah letak pergumulannya, yakni ketika kita harus berhadapan dengan begitu banyak karakteristik yang berbeda.



Untuk didiskusikan

1.      Sebagai pelayan dan keluarga apa sajakah yang dipercayakan kepada kita?

2.      Apa saja bentuk tantangan yang kita hadapi dalam rangka memelihara yang dipercayakan dalam pelayanan kita?

3.      Dalam bentuk konkrit apa saja kita memelihara apa yang telah dipercayakan kepada kita sebagai pelayan-pelayan Tuhan?

4.      sampaikanlah buah-buah pikiran untuk saling memberi dan berbagi dalam rangka keberhasilan memelihara apa yang telah dipercayakan kepada kita sebagai peayan Tuhan!

             

Bacaan Alkitab: Yehezkiel 3:16-21

KONSEKWENSI LOGIS SANG PENJAGA UMAT

Oleh: Pdt. Bendrio Pandapotan Sibarani, M. Teol

Pengantar

            Yehezkiel (Allah menguatkan) sebenarnya adalah seorang imam, anak Busi. Dia adalah salah seorang dari 1000 orang Ibrani yang ditawan oleh Raja Nebukadnezar pada tahun 597 sM. Ketika Yehezkiel berada di pembuangan, dia kemudian menerima tugas sebagai nabi untuk menyampaikan Firman Allah kepada umat Israel setelah ia mendapat penglihatan di tepi sungai Kebar dalam liputan kekuasaan TUHAN. Tugas dan tanggung jawabnya kemudian menjadi rangkap yakni sebagai imam dan juga sebagai seorang nabi. Sebenarnya kedua jabatan ini dibedakan dalam tradisi keagamaan umat Israel, yakni bahwa imam biasanya bertugas di Bait Allah untuk melangsungkan peribatan, sedangkan seorang nabi biasanya tidak berdiam di satu tempat, melainkan kemana saja biasanya diutus oleh Tuhan untuk menyampaikan Firman-Nya (nubuatan; hukuman, tegoran dan peraturan). Salah satu kekhasan Yehezkiel ialah bahwa dia hanya diutus kepada umat Israel dan tidak ke bangsa-bangsa lain. Bahkan tugasnyapun kemudian bertambah ketika dirinya ditugaskan sebagai penjaga Israel setelah ia menerima Firman Tuhan setelah 7 hari dia dipanggil untuk melayani orang-orang Israel yang dibuang di Babel.



Pendalaman Teks

            Tugas Yehezkiel sebagai penjaga kaum Israel adalah tugas yang diterimanya dari Tuhan Allah. Yehezkiel dipanggil dengan sebutan “anak manusia” yang menunjuk pada sisi kemanusiaannya dan jabatannya sebagai utusan dan penyambung Lidah Allah. Tuhan memanggil Yehezkiel bukanlah karena kehebatan dan kesempurnaan, melainkan semata-mata karena kedaulatan Tuhan Allah atasnya. Tugas Yehezkiel sebagai “penjaga” merupakan tugas yang tidak mudah dan ringan. “penjaga” dalam tradisi Israel adalah seseorang yang memantau, melihat dan pertama kali menyerukan kode awas kepada penghuni kota ketika adanya ancaman serangan yang datang. Maka seorang penjaga adalah seorang yang senantiasa siap sedia dan tidak dapat lengah. Seorang penjaga yang lengah akan bertanggungjawab terhadap keselamatan semua orang yang menghuni sebuah kota. Penjaga biasanya akan berada di menara jaga supaya dapat melihat dengan bebas segala bentuk ancaman serangan yang datang. Jika demikian halnya dengan tugas seorang penjaga, maka Yehezkiel yang diberikan tugas sebagai penjaga kaum Israel adalah seorang yang bertanggungjawab atas keselamatan kaum Israel, dalam hal ini tentang kebenaran mereka hidup di dalam iman. Oleh karena itu, kepada Yehezkiel diberikan tugas untuk memberitakan Firman Tuhan sebagai peringatan kepada kaum Israel, bukan saja kepada mereka yang berlaku jahat, tetapi juga kepada orang benar yang berpaling dari hidupnya. Sebagai seorang penjaga bukanlah berarti Yehezkiel dijamin dapat membuat orang Israel bertobat. Karena sebagai penjaga, Yehezkiel harus melakukan tugasnya sebagai penjaga dengan cara melayani, memberitahukan Firman Tuhan, menegur dan memberi peringatan kepada umat Israel. Tugas ini dilakukan tentulah dengan cara atau tindakan bijaksana dan bukan dalam upaya penghakiman. Tugas penjaga bukanlah sebagai hakim. Tujuan dari penugasan Yehezkiel ini sesungguhnya adalah agar umat Tuhan terhindar dari kebinasaan akibat dosa dan kejahatan mereka. Maka kesetiaan Yehezkiel dituntut oleh Tuhan Allah dalam menyampaikan Firman-Nya kepada kaum Israel. Direspon tidaknya Firman Tuhan yang berupa peringatan dan teguran tersebut, bukanlah menjadi tanggungjawab Yehezkiel. Pertanggungan jawab yang dituntut dari Yehezkiel adalah jika karena Firman Tuhan tidak disampaikannya, umat itu menjadi tidak bertobat. Sekali lagi, Yehezkiel tentulah menyampaikan teguran dan peringatan ini sesuai dengan kehendak Tuhan dan cara Tuhan yakni agar orang berdosa tidak menjadi binasa oleh dosanya, melainkan melakukan pertobatan. “Peringatkanlah mereka atas Nama-Ku” demikian Firman Tuhan kepada Yehezkiel. Artinya ialah bahwa apa yang disampaikan Yehezkiel bukanlah berasal dari dirinya sendiri, melainkan atas kehendak Tuhan semata.



Aplikasi

            Sebagai pelayan-pelayan Tuhan, semua kita yang terhimpun dalam persekutuan ibadah ini, sesungguhnya kita juga adalah penjaga-penjaga sesama dan secara khusus kita adalah penjaga persekutuan. Sebagai penjaga, tentu kepada kita diperhadapkan konsekwensi logis, yakni tidak bisa tidak, kita menerima tugas dan tanggung jawab seperti tugas dan tanggung jawab Yehezkiel. Bahwa Firman Tuhan harus kita sampaikan dengan penuh kesetiaan. Penyampaian Firman Tuhan tersebut, baik itu teguran dan peringatan kepada orang-orang yang yang berbuat kejahatan/dosa demikian juga dengan orang-orang benar yang berbalik melakukan curang mestilah dilakukan dalam konteks melayani dan di dalam kasih. Persoalannya adalah tugas dan tanggung jawab ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Begitu banyak tantangan yang pasti kita hadapi, baik dari diri/keluarga sendiri maupun dari orang-orang lain, yakni mereka yang menjadi sasaran penyampaian teguran dan peringatan tersebut. Tetapi, sebagai pelayan-pelayan Tuhan, juga sebagai umat yang percaya kepada Tuhan, ini adalah konsekwensi logis yang mesti kita terima. Tetapi sekali lagi, teguran dan peringatan yang kita sampaikan haruslah semata-mata Firman Tuhan dan disampaikan dengan benar sesuai dengan tujuan dan harapan Tuhan, yakni agar umat bertobat dan tidak binasa dalam keberdosaannya. Tugas ini menuntut kesetiaan kita.



Bahan Diskusi

1.      Kelompok mengklasifikasikan apa saja factor yang menghambat melakukan tugas seorang penjaga seperti yang digambarkan di atas!

2.      Lakukanlah sharing di dalam kelompok tentang cara yang benar dalam menegur atau memperingatkan seseorang yang hidup dalam dosa atau seseorang yang benar yang berbalik melakukan tindakan curang!

3.       Bacalah kembali perikop diatas dan buatlah kesimpulan kelompok!


Bacaan Alkitab: Keluaran 2: 11- 14

Oleh: Pdt. Bendrio Pandapotan Sibarani, M. Teol

Pengantar

            “Air susu dibalas dengan air tuba”, adalah sebuah pepatah yang dapat diartikan sebagai tindakan kebaikan yang dibalas dengan kejahatan. Pepatah ini sangatlah dikenal karena dalam kenyataan, selalu saja ada orang yang berperilaku demikian. Atau paling tidak ada orang yang mengklaim dirinya mengalami tindakan demikian. Sudah ditolong, bukannya berterimakasih tetapi malah menjadi pembenci kita. Sudah diberikan perhatian bahkan dengan mengorbankan banyak hal, tetapi setelah itu malah dianggap musuh. Akan tetapi dari mereka yang menjadi pelaku tidak akan pernah mengakui tindakan ini, melainkan akan senantiasa berupaya untuk melakukan pembenaran diri bahwa pertolongan atau apapun bentuknya yang dterimanya tidaklah benar. Menghadapi perilaku hidup seperti ini pastilah membuat kita merasa kecewa, jengkel dan geram. Itu bukan karena kita menghendaki menerima ucapan terimakasih atau penghargaan, tetapi paling tidak apa yang kita perbuat mendapat tanggapan atau respon. Akan tetapi, memaksakan seseorang untuk mengucap terimakasih kepada kita atas apa yang telah kita perbuat atau lakukan kepada orang itu juga bukanlah sikap yang baik, sebab jika demikian, itu menunjukkan bahwa yang kita perbuat itu tidaklah benar-benar tulus. Berupaya dengan penuh ketulusan, mewujudkan solidaritas kepada sesama dengan menolong, membela dan mendamaikan sesama, tetapi dibalas dengan rasa dibenci, itulah yang dialami Musa dari saudara-saudaranya di Mesir.

Pendalaman Teks

            Ternyata kehidupan Musa di istana Firaun tidak pernah membuat dia melupakan kaumnyayakni orang-orang Ibrani yang adalah budak di Mesir. Kemungkinan besar pengetahuan dan pengenalan Musa terhadap orang-orang Ibrani sangatlah dipengaruhi peran inang penyusu (Perempuan Ibrani), yakni ibunya sendiri (ay.8-9). Setelah Musa beranjak dewasa, darah Ibrani yang mengalir di darah Musa menggerakkan solidaritasnya untuk menolong saudaranya (budak Ibrani) yang dipukul. Musa menolong sesamanya ini dengan membunuh orang Mesir tersebut. Tetapi keesokan harinya, disaat semangat dalam solidaritasnya mulai membara, Musa pun keluar menemui saudara-saudaranya yang sedang kerja paksa. Kali ini Musa mendapati dua orang Ibrani tengah berkelahi. Kepada orang yang bersalah itu Musa mempertanyakan alasannya memukul temannya. Tetapi, pertanyaan ini dianggap sebagai bentuk penghakiman yang dilakukan Musa atas dirinya, maka ia bertanya kembali kepada Musa:”Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami”?  Pertanyaan ini kemudian dilanjutkan dengan mengungkit tindakan Musa yang membunuh seorang Mesir sehari sebelumnya sampai pada akhirnya sampai di telinga Firaun (ay. 15). Kepedulian Musa yang begitu besar dan tulus kepada saudara-saudaranya ternyata harus membuat Musa meninggalkan kehidupannya yang serba nyaman dan tentram di istana. Kebaikan Musa untuk menolong saudaranya yang teraniaya di Mesir ternyata mendapatkan perlakuan sebaliknya, ketulusannya untuk menolong dan mendamaikan saudaranya mendapatkan penolakan. Itulah realitas hidup yang dialami Musa.

Aplikasi

Kisah hidup Musa yang dengan ketulusan menolong dan mendamaikan saudaranya (sesama Ibrani) yang berujung pada rasa benci dan penolakan dari saudaranya itu merupakan kehidupan yang dapat saja terjadi di kehidupan kita, khususnya kita sebagai keluarga dan pelayan Tuhan. Atas rasa keterpanggilan kita di dalam menunaikan tugas pelayanan dan juga didorong semangat solidaritas sesama anggota persekutuan yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, kita dapat saja atau mungkin pernah mengalami peristiwa seperti ini. Maksud hati untuk membela dan menolong saudara yang diperlakukan tidak adil, disudutkan, difitnah, ditindas oleh orang lain, tetapi ternyata yang kita terima malah sebaliknya. Maksud hati untuk mendamaikan, tetapi malah dituduh menghakimi, tentulah tidak menyenangkan. Tetapi itu adalah realitas yang memiliki kemungkinan dalam rangka kita melaksanakan tugas panggilan lita sebagai keluarga dan pelayan-pelayan Tuhan. Pengalaman seperti inilah yang menjadi salah satu factor tidak sedikit dari pelayan-pelayan Tuhan yang mengundurkan diri dari tugas panggilannya. Bahkan Musa sendiripun kemudian ketika diutus Tuhan ke Mesir untuk memimpin umat-Nya keluar dari sana merasa enggan pergi dan berusaha menolak panggilan tersebut, tentu salah satunya ialah karena Musa telah mengetahui karakteristik umat yang akan diimpinnya itu. Dari Midian Tuhan Allah kemudian memanggil Musa untuk diutus ke Mesir. Pengalaman hidup Musa melalui kesaksian Alkitab saat ini, menjadi bahan refleksi bagi kita sekalian supaya kita menyadari bahwa ke dalam suasana hidup seperti inilah sesungguhnya Tuhan mengutus kita. Di suasana kehidupan seperti inilah sesungguhnya kita menjadi berguna. Tetapi tugas seperti ini bukanlah tugas yang mudah, bahkan sebaliknya, ini menyakitkan dan dapat membuat orang undur diri dari tugas panggilannya. Ke konteks hidup seperti inilah Musa diutus Tuhan Allah. Siapkah kita?

Bahan Diskusi:

1.      Menurut kelompok, factor apa saja yang membuat orang sampai tidak merespon dengan baik dan benar perbuatan baik yang diberikan kepadanya?

2.      Tuliskanlah hasil refleksi atau perenungan kelompok dari pengalaman Musa ini bersangkutpaut dengan kehidupan sebagai keluarga dan pelayan Tuhan!

3.      Buatlah komitmen darihasil refleksi atau perenungan kelompok!

JIKA SEKIRANYA SAUDARA MEMBUTUHKAN BAHAN PA SEMACAM INI DENGAN TEMA YANG LAIN, SILAHKAN MENGHUBUNGI bendriosibarani@yahoo.com
saudara dapat berdonasi dengan melihat profil di blog ini.. Tuhan Yesus Memberkati