Senin, 11 November 2013

khotbah Kristen



BACAAN ALKITAB 1 KORINTUS 4: 1-5
“PENGHAKIMAN ADALAH HAK TUHAN”
Sidang Jemaat yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Larangan menghakimi sesama bukanlah larangan yang baru bagi setiap orang Kristen, larangan ini sudah melekat dalam ingatan setiap orang Kristen. larangan ini berangkat dari pengakuan bahwa Tuhanlah satu-satunya Hakim yang adil dan sempurna karena kemahakudusan dan keadilanNya.  Beberapa hal yang harus diingat oleh orang Kristen tentang larangan menghakimi, yakni; “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu jangan dihakimi’ (Mat 7:1). “Dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri’ (Rom 2:1). Menghakimi orang lain berarti memberi kesempatan untuk penghakiman yang serupa atas diri sendiri. Yang berikut kita tidak layak untuk untuk menghakimi sesama. Kita harus ingat kasus waktu perempuan yang berzinah dibawa ke hadapan Yesus, Dia berkata, ‘Barangsiapa di antara kamu yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu’ (Yoh 8:7). Ia menasihati orang, yang dengan balok di matanya, supaya tidak usah pusing untuk membuang selumbar dari mata saudaranya, sebelum ia sendiri dulu membereskan dirinya sendiri (Luk 6:41 dst). Suara hati nurani kita tidaklah begitu baik, sehingga berbahaya menurutinya untuk menghakimi orang lain. Penghakiman seperti itu memang berbahaya, karena mengalihkan perhatian kita dari meneliti diri sendiri, yang merupakan kewajiban utama orang Kristen. Selanjutnya, menghakimi orang lain tidak termasuk kekuasaan kita. “Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri” (Rom 14: 4). Menghakimi adalah urusan Allah, bukan urusan kita. ‘Barangsiapa   menghakimi (saudaranya) ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya” (Yak 4: 11). Menghakimi orang lain berarti merebut tugas Allah. Dan yang terakhir, penghakiman seperti telah dibicarakan tidak relevan. Baik pandangan Paulus sendiri mengenai dirinya maupun pandangan orang lain tidak berlaku sekalipun, ‘Yang menghakimi aku ialah Tuhan’. Jadi Paulus mengingatkan, ‘Janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang’ (1Kor 4:3-5)
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Rasul Paulus telah mendengar bahwa dalam kehidupan Jemaat di Korintus muncul persoalan baru dari dalam persekutuan itu sendiri tentang Persekutuan tersebut terlibat dalam perselisihan dalam hal ketokohan pelayan, dalam hal ini ada jemaat yang mengklaim diri mereka golongan Paulus dan kelompok lain menyebut diri golongan Apolos. Bagi Rasul Paulus, sikap seperti ini menunjukkan bahwa jemaat masih manusia duniawi yang bukan rohani. Menurut Rasul Paulus, meskipun dia yang menanam, Apolos yang menyiram, tetapi Tuhanlah yang menumbuhkan, dalam artian bahwa yang utama dan terutama dalam kehidupan persekutuan dan dalam pelayanan hamba-hamba Tuhan, hanyalah Tuhan semata. Sehingga tidak ada alasan bagi siapapun, apakah dia warga jemaat ataupun pelayan-pelayan untuk mengklaim dirinya yang paling berhikmat menurut dunia ini dan jangan ada seorangpun yang memegahkan dirinya atas manusia lainnya. Semua adalah milik Allah. Perselisihan jemaat dalam menokohkan pelayan-pelayan yang berakibat pada pengkotak-kotakan bahkan perpecahan jemaat menurut Rasul Paulus adalah bukti bahwa jemaat tersebut masih manusia duniawi alias tidak manusia rohani (Ps. 3)  Demikian juga halnya dengan pekerjaan masing-masing orang, sekali kelak akan nampak dan diuji oleh Tuhan sendiri sehingga tidak ada alasan untuk setiap orang memegahkan dirinya atas manusia sebab semuanya adalah milik Allah. Sehingga dalam perikop bacaan Alkitab saat ini, Paulus menegaskan agar hendaknya jemaat juga memandang para pelayan-pelayan dengan kedudukan yang sama, tidak meninggikan pelayan yang satu dan merendahkan pelayan yang lain. Menurut Paulus, yang dituntut  dalam kehidupan pelayan-pelayan adalah “mereka dapat dipercaya”. Bagi Rasul Paulus, sedikit sekali artinya jikapun dia dihakimi oleh jemaat atau suatu pengadilan manusia, bahkan dirinya sendiri tidak dihakiminya, melainkan Tuhanlah Hakim atas dirinya. Ini menunjukkan bahwa Rasul Paulus benar-benar mengaku dan mengamini bahwa Tuhanlah satu-satunya hakim dalam kehidupan para pelayanNya maupun dalam kehidupan manusia pada umumnya. 
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Sebuah ilustrasi untuk kita, di sebuah kampung tinggallah seorang petani miskin dengan seorang anak tunggalnya. Petani ini mempunyai seekor kuda putih yang sangat bagus, pintar dan terlatih. suatu hari beberapa pengusaha kaya juga para pejabat datang hendak membeli kuda tersebut dengan harga yang amat tinggi, namun petani tersebut tidak jua menjual kudanya. Mendengar hal itu, maka berdatanganlah para tetangganya dan berkata kepada petani tersebut, “anda memang bodoh, kuda anda telah ditawar dengan harga yang tinggi dan jika dihitung-hitung, uang dari kuda tersebut sudah cukup untuk menambah biaya hidupmu dan anakmu, tetapi anda tidak juga menjualnya, anda pasti menyesal”. Maka petani tersebut menjawab, “Janganlah berkata demikian, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok, kita hanyalah manusia, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan rencanaNya, janganlah memberi penghakiman. Sambil mengumpat, tetangganyapun meninggalkan petani tersebut. Seminggu kemudian, kuda putih milik petani tersebut hilang selama seminggu, mendengar berita itu, para tetangga petani itupun datang dan berkata kepada petani,” itukan, seandainya lalu kau mendengarkan kami, kau sudah mendapat uang yang cukup untuk  kebutuhanmu dan anakmu, sekarang apa yang kau peroleh?”. Tetapi petani tersebut dengan lembut menjawab tetangga-tetangganya itu, “janganlah terlalu cepat memberi penghakiman, sebab kita hanyalah manusia biasa, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan rencanaNya”. Tiba-tiba pada suatu hari kuda putih milik petani tersebut pulang dan bersamanya kuda itu membawa 100 ekor kuda liar dari hutan. Mendengar berita itu, berbondong-bondonglah para tetangga petani itu datang dan dengan malu-malu minta maaf kepada petani itu, mereka berkata, kami minta maaf pak tani, kami telah salah menghakimi engkau, kami telah salah, engkaulah yang benar, untung saja engkau tidak mau menjual kudamu itu, kalau engkau menjualnya, pastilah engkau lebih rugi. Tetapi petani tersebut, dengan lembut menjawab, saudara-saudaraku  Janganlah berkata demikian, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok, kita hanyalah manusia, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan rencanaNya, janganlah memberi penghakiman. Para tetangga petani itupun kembali kerumah masing-masing. Si petani dan anaknya kemudian membuat kandang yang luas untuk kuda-kuda liar yang dibawa kuda putih itu. Sipetani dan anaknyapun mulai menjinakkan kuda-kuda tersebut, tetapi musibah terjadi, anak tunggal petani tersebut terjatuh dari kuda dan kakinya patah. Butuh waktu yang lama agar kaki anaknya itu bisa pulih. Mendengar berita itu, maka para tetangga petani itupun berkata,” itukan…,dulu kami sudah bilang, sekiranya engkau menjual kudamu ini dari dulu, maka anakmu itu tidak akan mengalami musibah ini.. Engkau memang bodoh”. Tetapi sekali lagi petani itupun dengan lembut berkata, ”  Janganlah berkata demikian, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok, kita hanyalah manusia, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan rencanaNya, janganlah memberi penghakiman..”. Seminggu kemudian terjadilah perang di Negara tersebut, semua anak-anak muda di setiap kampong diwajibkan militer dan berangkat berperang. Karena kaki anak petani tersebut belum pulih, maka ia tidak diikutkan dalam wajib militer tersebut. Maka berdatanganlah tetangga petani tersebut ke rumah petani itu sambil menangis, mereka berkata kepada petani itu, engkaulah yang benar, kami telah menghakimi hidupmu selama ini, sekiranya dulu kuda putihmu itu engkau jual, maka anakmu juga pasti ikut pergi ke medan perang seperti anak-anak kami, yang kemungkinan besar akan tewas di medan perang karena pasukan musuh jauh lebih kuat…, petani itupun berkata  Janganlah berkata demikian, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok, kita hanyalah manusia, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan rencanaNya, janganlah memberi penghakiman.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus, 
Dari ilustrasi di atas kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa kita tidak dapat dan tidak berhak menghakimi sesama kita, sebab seluruh kehidupan ini ada dalam kedaulatan Allah. Semua yang kita alami, semua yang kita kerjakan, siapapun kita, baik sebagai warga jemaat maupun sebagai pelayan-pelayan Tuhan, semuanya dan sepenuhnya ada dalam kuasa Tuhan dan tidak ada yang tersembunyi di hadapanNya. Karena itu tidak ada alasan bagi kita menjadi hakim diri kita, atas orang lain dan sesama kita, sebab Tuhanlah satu-satunya hakim. Tidak ada tempat dan alasan bagi setiap orang Kristen, apapun kedudukannya di dalam kehidupan persekutuan untuk memegahkan diri dan menganggap dirinya berhikmat lalu dengan dasar itu menghakimi sesamanya dan menghakimi pelayan-pelayan Tuhan. Menurut Rasul Paulus, yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan Kristus ialah “bahwa mereka dapat dipercayai”. Jadi perjuangan kita sebagai pelayan-pelayan Kristus adalah bahwa kita pada akhirnya harus dapat dipercayai. Dengan kepercayaan ini, kita tentu akan dapat membangun kehidupan persekutuan jemaat bagi kemuliaan Tuhan. Untuk itu, marilah kita hilangkan segala sikap dan perbuatan yang meninggikan diri sendiri, menganggap diri lebih berkhikmat, lebih pandai, lebih hebat, lebih berjasa dari orang lain dalam pekerjaan Tuhan. Ingatlah, Tuhan akan menerangi apa yang tersembunyi dan dalam kegelapan, Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka dalam pengharapan dan Iman kitapun akan termasuk pada kelompok orang-orang yang akan menerima pujian dari Allah. Tuhan Yesus Kristus Hakim Agung memberkati kita sekalian.
                                                   AMIN                                                             BPS

khotbah Kristen



BACAAN ALKITAB 1 KORINTUS 4: 1-5
“PENGHAKIMAN ADALAH HAK TUHAN”
Sidang Jemaat yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Larangan menghakimi sesama bukanlah larangan yang baru bagi setiap orang Kristen, larangan ini sudah melekat dalam ingatan setiap orang Kristen. larangan ini berangkat dari pengakuan bahwa Tuhanlah satu-satunya Hakim yang adil dan sempurna karena kemahakudusan dan keadilanNya.  Beberapa hal yang harus diingat oleh orang Kristen tentang larangan menghakimi, yakni; “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu jangan dihakimi’ (Mat 7:1). “Dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri’ (Rom 2:1). Menghakimi orang lain berarti memberi kesempatan untuk penghakiman yang serupa atas diri sendiri. Yang berikut kita tidak layak untuk untuk menghakimi sesama. Kita harus ingat kasus waktu perempuan yang berzinah dibawa ke hadapan Yesus, Dia berkata, ‘Barangsiapa di antara kamu yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu’ (Yoh 8:7). Ia menasihati orang, yang dengan balok di matanya, supaya tidak usah pusing untuk membuang selumbar dari mata saudaranya, sebelum ia sendiri dulu membereskan dirinya sendiri (Luk 6:41 dst). Suara hati nurani kita tidaklah begitu baik, sehingga berbahaya menurutinya untuk menghakimi orang lain. Penghakiman seperti itu memang berbahaya, karena mengalihkan perhatian kita dari meneliti diri sendiri, yang merupakan kewajiban utama orang Kristen. Selanjutnya, menghakimi orang lain tidak termasuk kekuasaan kita. “Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri” (Rom 14: 4). Menghakimi adalah urusan Allah, bukan urusan kita. ‘Barangsiapa   menghakimi (saudaranya) ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya” (Yak 4: 11). Menghakimi orang lain berarti merebut tugas Allah. Dan yang terakhir, penghakiman seperti telah dibicarakan tidak relevan. Baik pandangan Paulus sendiri mengenai dirinya maupun pandangan orang lain tidak berlaku sekalipun, ‘Yang menghakimi aku ialah Tuhan’. Jadi Paulus mengingatkan, ‘Janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang’ (1Kor 4:3-5)
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Rasul Paulus telah mendengar bahwa dalam kehidupan Jemaat di Korintus muncul persoalan baru dari dalam persekutuan itu sendiri tentang Persekutuan tersebut terlibat dalam perselisihan dalam hal ketokohan pelayan, dalam hal ini ada jemaat yang mengklaim diri mereka golongan Paulus dan kelompok lain menyebut diri golongan Apolos. Bagi Rasul Paulus, sikap seperti ini menunjukkan bahwa jemaat masih manusia duniawi yang bukan rohani. Menurut Rasul Paulus, meskipun dia yang menanam, Apolos yang menyiram, tetapi Tuhanlah yang menumbuhkan, dalam artian bahwa yang utama dan terutama dalam kehidupan persekutuan dan dalam pelayanan hamba-hamba Tuhan, hanyalah Tuhan semata. Sehingga tidak ada alasan bagi siapapun, apakah dia warga jemaat ataupun pelayan-pelayan untuk mengklaim dirinya yang paling berhikmat menurut dunia ini dan jangan ada seorangpun yang memegahkan dirinya atas manusia lainnya. Semua adalah milik Allah. Perselisihan jemaat dalam menokohkan pelayan-pelayan yang berakibat pada pengkotak-kotakan bahkan perpecahan jemaat menurut Rasul Paulus adalah bukti bahwa jemaat tersebut masih manusia duniawi alias tidak manusia rohani (Ps. 3)  Demikian juga halnya dengan pekerjaan masing-masing orang, sekali kelak akan nampak dan diuji oleh Tuhan sendiri sehingga tidak ada alasan untuk setiap orang memegahkan dirinya atas manusia sebab semuanya adalah milik Allah. Sehingga dalam perikop bacaan Alkitab saat ini, Paulus menegaskan agar hendaknya jemaat juga memandang para pelayan-pelayan dengan kedudukan yang sama, tidak meninggikan pelayan yang satu dan merendahkan pelayan yang lain. Menurut Paulus, yang dituntut  dalam kehidupan pelayan-pelayan adalah “mereka dapat dipercaya”. Bagi Rasul Paulus, sedikit sekali artinya jikapun dia dihakimi oleh jemaat atau suatu pengadilan manusia, bahkan dirinya sendiri tidak dihakiminya, melainkan Tuhanlah Hakim atas dirinya. Ini menunjukkan bahwa Rasul Paulus benar-benar mengaku dan mengamini bahwa Tuhanlah satu-satunya hakim dalam kehidupan para pelayanNya maupun dalam kehidupan manusia pada umumnya. 
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Sebuah ilustrasi untuk kita, di sebuah kampung tinggallah seorang petani miskin dengan seorang anak tunggalnya. Petani ini mempunyai seekor kuda putih yang sangat bagus, pintar dan terlatih. suatu hari beberapa pengusaha kaya juga para pejabat datang hendak membeli kuda tersebut dengan harga yang amat tinggi, namun petani tersebut tidak jua menjual kudanya. Mendengar hal itu, maka berdatanganlah para tetangganya dan berkata kepada petani tersebut, “anda memang bodoh, kuda anda telah ditawar dengan harga yang tinggi dan jika dihitung-hitung, uang dari kuda tersebut sudah cukup untuk menambah biaya hidupmu dan anakmu, tetapi anda tidak juga menjualnya, anda pasti menyesal”. Maka petani tersebut menjawab, “Janganlah berkata demikian, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok, kita hanyalah manusia, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan rencanaNya, janganlah memberi penghakiman. Sambil mengumpat, tetangganyapun meninggalkan petani tersebut. Seminggu kemudian, kuda putih milik petani tersebut hilang selama seminggu, mendengar berita itu, para tetangga petani itupun datang dan berkata kepada petani,” itukan, seandainya lalu kau mendengarkan kami, kau sudah mendapat uang yang cukup untuk  kebutuhanmu dan anakmu, sekarang apa yang kau peroleh?”. Tetapi petani tersebut dengan lembut menjawab tetangga-tetangganya itu, “janganlah terlalu cepat memberi penghakiman, sebab kita hanyalah manusia biasa, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan rencanaNya”. Tiba-tiba pada suatu hari kuda putih milik petani tersebut pulang dan bersamanya kuda itu membawa 100 ekor kuda liar dari hutan. Mendengar berita itu, berbondong-bondonglah para tetangga petani itu datang dan dengan malu-malu minta maaf kepada petani itu, mereka berkata, kami minta maaf pak tani, kami telah salah menghakimi engkau, kami telah salah, engkaulah yang benar, untung saja engkau tidak mau menjual kudamu itu, kalau engkau menjualnya, pastilah engkau lebih rugi. Tetapi petani tersebut, dengan lembut menjawab, saudara-saudaraku  Janganlah berkata demikian, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok, kita hanyalah manusia, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan rencanaNya, janganlah memberi penghakiman. Para tetangga petani itupun kembali kerumah masing-masing. Si petani dan anaknya kemudian membuat kandang yang luas untuk kuda-kuda liar yang dibawa kuda putih itu. Sipetani dan anaknyapun mulai menjinakkan kuda-kuda tersebut, tetapi musibah terjadi, anak tunggal petani tersebut terjatuh dari kuda dan kakinya patah. Butuh waktu yang lama agar kaki anaknya itu bisa pulih. Mendengar berita itu, maka para tetangga petani itupun berkata,” itukan…,dulu kami sudah bilang, sekiranya engkau menjual kudamu ini dari dulu, maka anakmu itu tidak akan mengalami musibah ini.. Engkau memang bodoh”. Tetapi sekali lagi petani itupun dengan lembut berkata, ”  Janganlah berkata demikian, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok, kita hanyalah manusia, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan rencanaNya, janganlah memberi penghakiman..”. Seminggu kemudian terjadilah perang di Negara tersebut, semua anak-anak muda di setiap kampong diwajibkan militer dan berangkat berperang. Karena kaki anak petani tersebut belum pulih, maka ia tidak diikutkan dalam wajib militer tersebut. Maka berdatanganlah tetangga petani tersebut ke rumah petani itu sambil menangis, mereka berkata kepada petani itu, engkaulah yang benar, kami telah menghakimi hidupmu selama ini, sekiranya dulu kuda putihmu itu engkau jual, maka anakmu juga pasti ikut pergi ke medan perang seperti anak-anak kami, yang kemungkinan besar akan tewas di medan perang karena pasukan musuh jauh lebih kuat…, petani itupun berkata  Janganlah berkata demikian, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok, kita hanyalah manusia, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan rencanaNya, janganlah memberi penghakiman.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus, 
Dari ilustrasi di atas kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa kita tidak dapat dan tidak berhak menghakimi sesama kita, sebab seluruh kehidupan ini ada dalam kedaulatan Allah. Semua yang kita alami, semua yang kita kerjakan, siapapun kita, baik sebagai warga jemaat maupun sebagai pelayan-pelayan Tuhan, semuanya dan sepenuhnya ada dalam kuasa Tuhan dan tidak ada yang tersembunyi di hadapanNya. Karena itu tidak ada alasan bagi kita menjadi hakim diri kita, atas orang lain dan sesama kita, sebab Tuhanlah satu-satunya hakim. Tidak ada tempat dan alasan bagi setiap orang Kristen, apapun kedudukannya di dalam kehidupan persekutuan untuk memegahkan diri dan menganggap dirinya berhikmat lalu dengan dasar itu menghakimi sesamanya dan menghakimi pelayan-pelayan Tuhan. Menurut Rasul Paulus, yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan Kristus ialah “bahwa mereka dapat dipercayai”. Jadi perjuangan kita sebagai pelayan-pelayan Kristus adalah bahwa kita pada akhirnya harus dapat dipercayai. Dengan kepercayaan ini, kita tentu akan dapat membangun kehidupan persekutuan jemaat bagi kemuliaan Tuhan. Untuk itu, marilah kita hilangkan segala sikap dan perbuatan yang meninggikan diri sendiri, menganggap diri lebih berkhikmat, lebih pandai, lebih hebat, lebih berjasa dari orang lain dalam pekerjaan Tuhan. Ingatlah, Tuhan akan menerangi apa yang tersembunyi dan dalam kegelapan, Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka dalam pengharapan dan Iman kitapun akan termasuk pada kelompok orang-orang yang akan menerima pujian dari Allah. Tuhan Yesus Kristus Hakim Agung memberkati kita sekalian.
                                                   AMIN                                                             BPS

khotbah Kristen



BACAAN ALKITAB 1 KORINTUS 4: 1-5
“PENGHAKIMAN ADALAH HAK TUHAN”
Sidang Jemaat yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Larangan menghakimi sesama bukanlah larangan yang baru bagi setiap orang Kristen, larangan ini sudah melekat dalam ingatan setiap orang Kristen. larangan ini berangkat dari pengakuan bahwa Tuhanlah satu-satunya Hakim yang adil dan sempurna karena kemahakudusan dan keadilanNya.  Beberapa hal yang harus diingat oleh orang Kristen tentang larangan menghakimi, yakni; “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu jangan dihakimi’ (Mat 7:1). “Dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri’ (Rom 2:1). Menghakimi orang lain berarti memberi kesempatan untuk penghakiman yang serupa atas diri sendiri. Yang berikut kita tidak layak untuk untuk menghakimi sesama. Kita harus ingat kasus waktu perempuan yang berzinah dibawa ke hadapan Yesus, Dia berkata, ‘Barangsiapa di antara kamu yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu’ (Yoh 8:7). Ia menasihati orang, yang dengan balok di matanya, supaya tidak usah pusing untuk membuang selumbar dari mata saudaranya, sebelum ia sendiri dulu membereskan dirinya sendiri (Luk 6:41 dst). Suara hati nurani kita tidaklah begitu baik, sehingga berbahaya menurutinya untuk menghakimi orang lain. Penghakiman seperti itu memang berbahaya, karena mengalihkan perhatian kita dari meneliti diri sendiri, yang merupakan kewajiban utama orang Kristen. Selanjutnya, menghakimi orang lain tidak termasuk kekuasaan kita. “Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri” (Rom 14: 4). Menghakimi adalah urusan Allah, bukan urusan kita. ‘Barangsiapa   menghakimi (saudaranya) ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya” (Yak 4: 11). Menghakimi orang lain berarti merebut tugas Allah. Dan yang terakhir, penghakiman seperti telah dibicarakan tidak relevan. Baik pandangan Paulus sendiri mengenai dirinya maupun pandangan orang lain tidak berlaku sekalipun, ‘Yang menghakimi aku ialah Tuhan’. Jadi Paulus mengingatkan, ‘Janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang’ (1Kor 4:3-5)
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Rasul Paulus telah mendengar bahwa dalam kehidupan Jemaat di Korintus muncul persoalan baru dari dalam persekutuan itu sendiri tentang Persekutuan tersebut terlibat dalam perselisihan dalam hal ketokohan pelayan, dalam hal ini ada jemaat yang mengklaim diri mereka golongan Paulus dan kelompok lain menyebut diri golongan Apolos. Bagi Rasul Paulus, sikap seperti ini menunjukkan bahwa jemaat masih manusia duniawi yang bukan rohani. Menurut Rasul Paulus, meskipun dia yang menanam, Apolos yang menyiram, tetapi Tuhanlah yang menumbuhkan, dalam artian bahwa yang utama dan terutama dalam kehidupan persekutuan dan dalam pelayanan hamba-hamba Tuhan, hanyalah Tuhan semata. Sehingga tidak ada alasan bagi siapapun, apakah dia warga jemaat ataupun pelayan-pelayan untuk mengklaim dirinya yang paling berhikmat menurut dunia ini dan jangan ada seorangpun yang memegahkan dirinya atas manusia lainnya. Semua adalah milik Allah. Perselisihan jemaat dalam menokohkan pelayan-pelayan yang berakibat pada pengkotak-kotakan bahkan perpecahan jemaat menurut Rasul Paulus adalah bukti bahwa jemaat tersebut masih manusia duniawi alias tidak manusia rohani (Ps. 3)  Demikian juga halnya dengan pekerjaan masing-masing orang, sekali kelak akan nampak dan diuji oleh Tuhan sendiri sehingga tidak ada alasan untuk setiap orang memegahkan dirinya atas manusia sebab semuanya adalah milik Allah. Sehingga dalam perikop bacaan Alkitab saat ini, Paulus menegaskan agar hendaknya jemaat juga memandang para pelayan-pelayan dengan kedudukan yang sama, tidak meninggikan pelayan yang satu dan merendahkan pelayan yang lain. Menurut Paulus, yang dituntut  dalam kehidupan pelayan-pelayan adalah “mereka dapat dipercaya”. Bagi Rasul Paulus, sedikit sekali artinya jikapun dia dihakimi oleh jemaat atau suatu pengadilan manusia, bahkan dirinya sendiri tidak dihakiminya, melainkan Tuhanlah Hakim atas dirinya. Ini menunjukkan bahwa Rasul Paulus benar-benar mengaku dan mengamini bahwa Tuhanlah satu-satunya hakim dalam kehidupan para pelayanNya maupun dalam kehidupan manusia pada umumnya. 
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Sebuah ilustrasi untuk kita, di sebuah kampung tinggallah seorang petani miskin dengan seorang anak tunggalnya. Petani ini mempunyai seekor kuda putih yang sangat bagus, pintar dan terlatih. suatu hari beberapa pengusaha kaya juga para pejabat datang hendak membeli kuda tersebut dengan harga yang amat tinggi, namun petani tersebut tidak jua menjual kudanya. Mendengar hal itu, maka berdatanganlah para tetangganya dan berkata kepada petani tersebut, “anda memang bodoh, kuda anda telah ditawar dengan harga yang tinggi dan jika dihitung-hitung, uang dari kuda tersebut sudah cukup untuk menambah biaya hidupmu dan anakmu, tetapi anda tidak juga menjualnya, anda pasti menyesal”. Maka petani tersebut menjawab, “Janganlah berkata demikian, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok, kita hanyalah manusia, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan rencanaNya, janganlah memberi penghakiman. Sambil mengumpat, tetangganyapun meninggalkan petani tersebut. Seminggu kemudian, kuda putih milik petani tersebut hilang selama seminggu, mendengar berita itu, para tetangga petani itupun datang dan berkata kepada petani,” itukan, seandainya lalu kau mendengarkan kami, kau sudah mendapat uang yang cukup untuk  kebutuhanmu dan anakmu, sekarang apa yang kau peroleh?”. Tetapi petani tersebut dengan lembut menjawab tetangga-tetangganya itu, “janganlah terlalu cepat memberi penghakiman, sebab kita hanyalah manusia biasa, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan rencanaNya”. Tiba-tiba pada suatu hari kuda putih milik petani tersebut pulang dan bersamanya kuda itu membawa 100 ekor kuda liar dari hutan. Mendengar berita itu, berbondong-bondonglah para tetangga petani itu datang dan dengan malu-malu minta maaf kepada petani itu, mereka berkata, kami minta maaf pak tani, kami telah salah menghakimi engkau, kami telah salah, engkaulah yang benar, untung saja engkau tidak mau menjual kudamu itu, kalau engkau menjualnya, pastilah engkau lebih rugi. Tetapi petani tersebut, dengan lembut menjawab, saudara-saudaraku  Janganlah berkata demikian, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok, kita hanyalah manusia, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan rencanaNya, janganlah memberi penghakiman. Para tetangga petani itupun kembali kerumah masing-masing. Si petani dan anaknya kemudian membuat kandang yang luas untuk kuda-kuda liar yang dibawa kuda putih itu. Sipetani dan anaknyapun mulai menjinakkan kuda-kuda tersebut, tetapi musibah terjadi, anak tunggal petani tersebut terjatuh dari kuda dan kakinya patah. Butuh waktu yang lama agar kaki anaknya itu bisa pulih. Mendengar berita itu, maka para tetangga petani itupun berkata,” itukan…,dulu kami sudah bilang, sekiranya engkau menjual kudamu ini dari dulu, maka anakmu itu tidak akan mengalami musibah ini.. Engkau memang bodoh”. Tetapi sekali lagi petani itupun dengan lembut berkata, ”  Janganlah berkata demikian, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok, kita hanyalah manusia, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan rencanaNya, janganlah memberi penghakiman..”. Seminggu kemudian terjadilah perang di Negara tersebut, semua anak-anak muda di setiap kampong diwajibkan militer dan berangkat berperang. Karena kaki anak petani tersebut belum pulih, maka ia tidak diikutkan dalam wajib militer tersebut. Maka berdatanganlah tetangga petani tersebut ke rumah petani itu sambil menangis, mereka berkata kepada petani itu, engkaulah yang benar, kami telah menghakimi hidupmu selama ini, sekiranya dulu kuda putihmu itu engkau jual, maka anakmu juga pasti ikut pergi ke medan perang seperti anak-anak kami, yang kemungkinan besar akan tewas di medan perang karena pasukan musuh jauh lebih kuat…, petani itupun berkata  Janganlah berkata demikian, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok, kita hanyalah manusia, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan rencanaNya, janganlah memberi penghakiman.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus, 
Dari ilustrasi di atas kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa kita tidak dapat dan tidak berhak menghakimi sesama kita, sebab seluruh kehidupan ini ada dalam kedaulatan Allah. Semua yang kita alami, semua yang kita kerjakan, siapapun kita, baik sebagai warga jemaat maupun sebagai pelayan-pelayan Tuhan, semuanya dan sepenuhnya ada dalam kuasa Tuhan dan tidak ada yang tersembunyi di hadapanNya. Karena itu tidak ada alasan bagi kita menjadi hakim diri kita, atas orang lain dan sesama kita, sebab Tuhanlah satu-satunya hakim. Tidak ada tempat dan alasan bagi setiap orang Kristen, apapun kedudukannya di dalam kehidupan persekutuan untuk memegahkan diri dan menganggap dirinya berhikmat lalu dengan dasar itu menghakimi sesamanya dan menghakimi pelayan-pelayan Tuhan. Menurut Rasul Paulus, yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan Kristus ialah “bahwa mereka dapat dipercayai”. Jadi perjuangan kita sebagai pelayan-pelayan Kristus adalah bahwa kita pada akhirnya harus dapat dipercayai. Dengan kepercayaan ini, kita tentu akan dapat membangun kehidupan persekutuan jemaat bagi kemuliaan Tuhan. Untuk itu, marilah kita hilangkan segala sikap dan perbuatan yang meninggikan diri sendiri, menganggap diri lebih berkhikmat, lebih pandai, lebih hebat, lebih berjasa dari orang lain dalam pekerjaan Tuhan. Ingatlah, Tuhan akan menerangi apa yang tersembunyi dan dalam kegelapan, Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka dalam pengharapan dan Iman kitapun akan termasuk pada kelompok orang-orang yang akan menerima pujian dari Allah. Tuhan Yesus Kristus Hakim Agung memberkati kita sekalian.
                                                   AMIN                                                             BPS

khotbah Kristen



BACAAN ALKITAB 1 KORINTUS 4: 1-5
“PENGHAKIMAN ADALAH HAK TUHAN”
Sidang Jemaat yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Larangan menghakimi sesama bukanlah larangan yang baru bagi setiap orang Kristen, larangan ini sudah melekat dalam ingatan setiap orang Kristen. larangan ini berangkat dari pengakuan bahwa Tuhanlah satu-satunya Hakim yang adil dan sempurna karena kemahakudusan dan keadilanNya.  Beberapa hal yang harus diingat oleh orang Kristen tentang larangan menghakimi, yakni; “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu jangan dihakimi’ (Mat 7:1). “Dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri’ (Rom 2:1). Menghakimi orang lain berarti memberi kesempatan untuk penghakiman yang serupa atas diri sendiri. Yang berikut kita tidak layak untuk untuk menghakimi sesama. Kita harus ingat kasus waktu perempuan yang berzinah dibawa ke hadapan Yesus, Dia berkata, ‘Barangsiapa di antara kamu yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu’ (Yoh 8:7). Ia menasihati orang, yang dengan balok di matanya, supaya tidak usah pusing untuk membuang selumbar dari mata saudaranya, sebelum ia sendiri dulu membereskan dirinya sendiri (Luk 6:41 dst). Suara hati nurani kita tidaklah begitu baik, sehingga berbahaya menurutinya untuk menghakimi orang lain. Penghakiman seperti itu memang berbahaya, karena mengalihkan perhatian kita dari meneliti diri sendiri, yang merupakan kewajiban utama orang Kristen. Selanjutnya, menghakimi orang lain tidak termasuk kekuasaan kita. “Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri” (Rom 14: 4). Menghakimi adalah urusan Allah, bukan urusan kita. ‘Barangsiapa   menghakimi (saudaranya) ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya” (Yak 4: 11). Menghakimi orang lain berarti merebut tugas Allah. Dan yang terakhir, penghakiman seperti telah dibicarakan tidak relevan. Baik pandangan Paulus sendiri mengenai dirinya maupun pandangan orang lain tidak berlaku sekalipun, ‘Yang menghakimi aku ialah Tuhan’. Jadi Paulus mengingatkan, ‘Janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang’ (1Kor 4:3-5)
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Rasul Paulus telah mendengar bahwa dalam kehidupan Jemaat di Korintus muncul persoalan baru dari dalam persekutuan itu sendiri tentang Persekutuan tersebut terlibat dalam perselisihan dalam hal ketokohan pelayan, dalam hal ini ada jemaat yang mengklaim diri mereka golongan Paulus dan kelompok lain menyebut diri golongan Apolos. Bagi Rasul Paulus, sikap seperti ini menunjukkan bahwa jemaat masih manusia duniawi yang bukan rohani. Menurut Rasul Paulus, meskipun dia yang menanam, Apolos yang menyiram, tetapi Tuhanlah yang menumbuhkan, dalam artian bahwa yang utama dan terutama dalam kehidupan persekutuan dan dalam pelayanan hamba-hamba Tuhan, hanyalah Tuhan semata. Sehingga tidak ada alasan bagi siapapun, apakah dia warga jemaat ataupun pelayan-pelayan untuk mengklaim dirinya yang paling berhikmat menurut dunia ini dan jangan ada seorangpun yang memegahkan dirinya atas manusia lainnya. Semua adalah milik Allah. Perselisihan jemaat dalam menokohkan pelayan-pelayan yang berakibat pada pengkotak-kotakan bahkan perpecahan jemaat menurut Rasul Paulus adalah bukti bahwa jemaat tersebut masih manusia duniawi alias tidak manusia rohani (Ps. 3)  Demikian juga halnya dengan pekerjaan masing-masing orang, sekali kelak akan nampak dan diuji oleh Tuhan sendiri sehingga tidak ada alasan untuk setiap orang memegahkan dirinya atas manusia sebab semuanya adalah milik Allah. Sehingga dalam perikop bacaan Alkitab saat ini, Paulus menegaskan agar hendaknya jemaat juga memandang para pelayan-pelayan dengan kedudukan yang sama, tidak meninggikan pelayan yang satu dan merendahkan pelayan yang lain. Menurut Paulus, yang dituntut  dalam kehidupan pelayan-pelayan adalah “mereka dapat dipercaya”. Bagi Rasul Paulus, sedikit sekali artinya jikapun dia dihakimi oleh jemaat atau suatu pengadilan manusia, bahkan dirinya sendiri tidak dihakiminya, melainkan Tuhanlah Hakim atas dirinya. Ini menunjukkan bahwa Rasul Paulus benar-benar mengaku dan mengamini bahwa Tuhanlah satu-satunya hakim dalam kehidupan para pelayanNya maupun dalam kehidupan manusia pada umumnya. 
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Sebuah ilustrasi untuk kita, di sebuah kampung tinggallah seorang petani miskin dengan seorang anak tunggalnya. Petani ini mempunyai seekor kuda putih yang sangat bagus, pintar dan terlatih. suatu hari beberapa pengusaha kaya juga para pejabat datang hendak membeli kuda tersebut dengan harga yang amat tinggi, namun petani tersebut tidak jua menjual kudanya. Mendengar hal itu, maka berdatanganlah para tetangganya dan berkata kepada petani tersebut, “anda memang bodoh, kuda anda telah ditawar dengan harga yang tinggi dan jika dihitung-hitung, uang dari kuda tersebut sudah cukup untuk menambah biaya hidupmu dan anakmu, tetapi anda tidak juga menjualnya, anda pasti menyesal”. Maka petani tersebut menjawab, “Janganlah berkata demikian, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok, kita hanyalah manusia, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan rencanaNya, janganlah memberi penghakiman. Sambil mengumpat, tetangganyapun meninggalkan petani tersebut. Seminggu kemudian, kuda putih milik petani tersebut hilang selama seminggu, mendengar berita itu, para tetangga petani itupun datang dan berkata kepada petani,” itukan, seandainya lalu kau mendengarkan kami, kau sudah mendapat uang yang cukup untuk  kebutuhanmu dan anakmu, sekarang apa yang kau peroleh?”. Tetapi petani tersebut dengan lembut menjawab tetangga-tetangganya itu, “janganlah terlalu cepat memberi penghakiman, sebab kita hanyalah manusia biasa, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan rencanaNya”. Tiba-tiba pada suatu hari kuda putih milik petani tersebut pulang dan bersamanya kuda itu membawa 100 ekor kuda liar dari hutan. Mendengar berita itu, berbondong-bondonglah para tetangga petani itu datang dan dengan malu-malu minta maaf kepada petani itu, mereka berkata, kami minta maaf pak tani, kami telah salah menghakimi engkau, kami telah salah, engkaulah yang benar, untung saja engkau tidak mau menjual kudamu itu, kalau engkau menjualnya, pastilah engkau lebih rugi. Tetapi petani tersebut, dengan lembut menjawab, saudara-saudaraku  Janganlah berkata demikian, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok, kita hanyalah manusia, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan rencanaNya, janganlah memberi penghakiman. Para tetangga petani itupun kembali kerumah masing-masing. Si petani dan anaknya kemudian membuat kandang yang luas untuk kuda-kuda liar yang dibawa kuda putih itu. Sipetani dan anaknyapun mulai menjinakkan kuda-kuda tersebut, tetapi musibah terjadi, anak tunggal petani tersebut terjatuh dari kuda dan kakinya patah. Butuh waktu yang lama agar kaki anaknya itu bisa pulih. Mendengar berita itu, maka para tetangga petani itupun berkata,” itukan…,dulu kami sudah bilang, sekiranya engkau menjual kudamu ini dari dulu, maka anakmu itu tidak akan mengalami musibah ini.. Engkau memang bodoh”. Tetapi sekali lagi petani itupun dengan lembut berkata, ”  Janganlah berkata demikian, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok, kita hanyalah manusia, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan rencanaNya, janganlah memberi penghakiman..”. Seminggu kemudian terjadilah perang di Negara tersebut, semua anak-anak muda di setiap kampong diwajibkan militer dan berangkat berperang. Karena kaki anak petani tersebut belum pulih, maka ia tidak diikutkan dalam wajib militer tersebut. Maka berdatanganlah tetangga petani tersebut ke rumah petani itu sambil menangis, mereka berkata kepada petani itu, engkaulah yang benar, kami telah menghakimi hidupmu selama ini, sekiranya dulu kuda putihmu itu engkau jual, maka anakmu juga pasti ikut pergi ke medan perang seperti anak-anak kami, yang kemungkinan besar akan tewas di medan perang karena pasukan musuh jauh lebih kuat…, petani itupun berkata  Janganlah berkata demikian, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok, kita hanyalah manusia, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan rencanaNya, janganlah memberi penghakiman.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus, 
Dari ilustrasi di atas kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa kita tidak dapat dan tidak berhak menghakimi sesama kita, sebab seluruh kehidupan ini ada dalam kedaulatan Allah. Semua yang kita alami, semua yang kita kerjakan, siapapun kita, baik sebagai warga jemaat maupun sebagai pelayan-pelayan Tuhan, semuanya dan sepenuhnya ada dalam kuasa Tuhan dan tidak ada yang tersembunyi di hadapanNya. Karena itu tidak ada alasan bagi kita menjadi hakim diri kita, atas orang lain dan sesama kita, sebab Tuhanlah satu-satunya hakim. Tidak ada tempat dan alasan bagi setiap orang Kristen, apapun kedudukannya di dalam kehidupan persekutuan untuk memegahkan diri dan menganggap dirinya berhikmat lalu dengan dasar itu menghakimi sesamanya dan menghakimi pelayan-pelayan Tuhan. Menurut Rasul Paulus, yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan Kristus ialah “bahwa mereka dapat dipercayai”. Jadi perjuangan kita sebagai pelayan-pelayan Kristus adalah bahwa kita pada akhirnya harus dapat dipercayai. Dengan kepercayaan ini, kita tentu akan dapat membangun kehidupan persekutuan jemaat bagi kemuliaan Tuhan. Untuk itu, marilah kita hilangkan segala sikap dan perbuatan yang meninggikan diri sendiri, menganggap diri lebih berkhikmat, lebih pandai, lebih hebat, lebih berjasa dari orang lain dalam pekerjaan Tuhan. Ingatlah, Tuhan akan menerangi apa yang tersembunyi dan dalam kegelapan, Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka dalam pengharapan dan Iman kitapun akan termasuk pada kelompok orang-orang yang akan menerima pujian dari Allah. Tuhan Yesus Kristus Hakim Agung memberkati kita sekalian.
                                                   AMIN                                                             BPS