Bacaan
Alkitab: Yosua 5:9-12; Lukas 15:1-3, 11b-32
Saudara-saudara, Sidang
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Gilgal ada tempat yang sangat bersejarah dalam perjalanan
hidup umat Israel. Sebab di Gilgallah umat Israel memasuki fase baru kehidupan.
Jika selama di perjalanan di padang gurun umat Israel makan manna, maka di
Gilgal manna itu tidak lagi jatuh dari langit. Mereka telah dapat menikmati
makanan yang dihasilkan alam melalui pekerjaan mereka. di Gilgal umat Israel
merayakan Paskah setelah usainya acara sunat massal bagi umat yang lahir di
padang gurun. Paskah kali ini merupakan perayaan yang dimaksudkan untuk
mengenang Karya penyelematan Allah sejak umat itu mulai keluar dari Mesir.
Gilgal menjadi tempat di mana kemudian umat Israel diarahkan untuk merenungkan
kilas balik kehidupan mereka yang senantiasa ada dalam kedaulatan Allah yang
menyelamatkan mereka. di Gilgal pula umat itu memandang masa depan dengan
menerima bukti kasih pemeliharaan Tuhan, yakni mereka untuk pertama kali
menikmati bertih gandung sebagai makan setelah 40 tahun makan manna di padang
gurun. Perayaan Paskah ini sesungguhnya menjadi awal mula tradisi perayaan
paskah dalam sejarah umat Israel kemudian, walaupun kemudian mengalami
pergeseran bentuk dalam pelaksanaannya, akan tetapi makna paskah bagi mereka
jelas, yakni bahwa mereka telah keluar dari kebinasaan melalui penyelamatan
Allah. Dengan laburan darah domba di pintu-pintu rumah mereka di Mesir, Allah
melewatinya dan tidak membinasakan mereka.
Sidang jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Peristiwa bersejarah dalam memasuki fase hidup baru dalam
kehidupan umat Israel di Gilgal merupakan peristiwa yang hendak mengingatkan
umat Allah itu untuk senantiasa mengingat jati diri mereka sebagai umat yang
senantiasa dikasihi oleh Tuhan Allah, oleh sebab itu mereka tidak boleh
melupakan Allah yang telah dan senantiasa berkarya di sepanjang jalan hidup
mereka. masa derita dan sengsara di perjalanan hidup di masa silam penting
untuk dijadikan perenungan hidup dengan tujuan untuk mempersiapkan diri menjadi
umat yang tetap setia kepada Tuhan Allah. Setelah puluhan tahun mengalami
kehidupan yang serba tidak menetap dan menentu di padang gurun, kini umat
Israel kembali ke kehidupan yang dijanjikan. Hidup yang dijamin dan diberkati
melalui pemeliharaan Tuhan menjadi kehidupan mereka, maka satu hal yang mesti
dipegang teguh ialah tetap menjadi diri sebagai umat Allah. Jalan panjang
menggapai kehidupan yang penuh harapan telah mereka tempuh, kini mereka boleh
menikmati hasil bumi yang diberikan kepada mereka. semuanya itu ada di Tangan
Tuhan Allah. Di dalam Tuhan Allah semuanya tersedia bagi mereka, di dalam Tuhan
keselamatan dan sukacita tersedia, maka kembali kepada Tuhan Allah, berarti
menikmati keselamatan dan sukacita.
Sidang jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jika umat Israel mengalami peristiwa penting di Gilgal,
maka setiap orang percayapun dipersiapkan Tuhan untuk memasuki fase hidup
kearah hidup yang dijamin untuk menikmati damai sejahtera. Perumpamaan tentang
anak yang hilang dalam pengajaran Tuhan Yesus melalui kesaksian Alkitab dalam
bacaan kita yang kedua saat inipun menegaskan bahwa Tangan Tuhan senantiasa
terbuka menantikan anak-anakNya kembali kehadiratNya. Tuhan Allah tidak pernah
menghendaki kebinasaan umat kepunyaanNya, melainkan pertobatannya. Laksana si
anak bungsu yang kembali setelah merasakan hidup yang perih dan penuh derita
akibat ketidakmampuannya mengelola hidup dengan benar, menghabiskan milik yang
menjadi bagiannya, meninggalkan ayahnya dan berfoya-foya dengan
pelacur-pelacur. Si bungsu merenungkan hidupnya, perenungan tersebut membawanya
teringat rumah bapanya, kemudian perenungan ini ditindaklanjutinya dengan aksi
kembali. Kembali sama ayah dengan konsekwensi apapun, termasuk dijadikan budah
upahan. Aksi kembali si anak bungsu adalah aksi tulus dan murni buah dari
penyesalan. Dia bertobat dari segala tindakannya yang salah. Sambutan yang
hangat penuh kasih sayang diterimanya tatkala ia kembali kepada ayahnya. Ia
yang telah dianggap mati dan hilang ketika meninggalkan ayahnya kini hidup
kembali. Sukacita besar terjadi. Namun si Sulung kemudian protes akan hal ini,
dia tidak mau masuk kendatipun sang ayah telah menjelaskan semuanya kepadanya.
Sidang jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kita masih di minggu-minggu sengsara, melalui dua bagian
bacaan Alkitab saat ini, maka kepada kita diiingatkan bahwa Tuhan tidak pernah
membiarkan kita menjalani kehidupan ini tanpa ada fase hidup yang lebih baik di
dalamnya. Bahwa perjalanan hidup ini ada dalam kedaulatanNya. Dia senantiasa
menunggu setiap orang untuk datang kepadaNya. tanganNya terbuak lebar,
menyambut siapapun yang merespon panggilanNya. Setiap orang yang datang
kepadaNya tidak dibuatNya kecewa. Dia bahkan menunggu dan menunggu setiap orang
yang dipanggilNya. Maka sebagaimana sejarah umat di Gilgal, maka kepada kitapun
diajak untuk terus merenungkan setiap langkah perjalanan hidup kita dengan
senantiasa menghitung perbuatan ajaib dan kasih Tuhan di dalamnya. Tuhanlah
yang telah dan akan mengeluarkan kita dari kemelut dan derita hidup, dan
menyertai kita untuk tiba di fase hidup yang baru yakni bahwa kita dapat
menikmati kehidupan ini lewat setiap jerih lelah kita di dalamnya. Semua itu
adalah berkat Tuhan Allah. Kembalilah kepada Tuhan, tinggallah di dalam Dia,
sebab diluar Dia kita tidak dapat berbuat apa-apa. Hindarilah pula sikap dan
sifat si Sulung yang malah terhilang ketika si bungsu ditemukan. Tuhan Yesus
memberkati. Amin.
Bacaan Alkitab:
2 Tawarikh 26:1-5, 16 & 19
Bapak-bapak Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Kita pasti pernah mendengar ucapan yang
berkata “manusia tidak pernah ada puasnya”. Kata-kata ini terucap ketika
manusia melihat manusia lainnya yang telah memiliki segala hal dalam hidupnya,
tetapi tokh masih merasa kurang dan tidak pernah merasa cukup. Memang tidak ada
tolok ukur yang baku bagi semua orang tentang yang bagaimana itu cukup atau
banyak, apabila berbicara tentang kepunyaan. Sikap takabur menjadi sikap yang
merasuki hidup orang-orang yang demikian. Seseorang yang memulai hidupnya dari
nol, yang terus berjuang sampai pada puncak kejayaan, tiba-tiba menjadi hancur
merupakan kisah hidup yang menyakitkan. Mungkin kita pernah mendengar atau
melihat hidup orang yang seperti ini. Inilah yang terjadi dan dialami oleh
seorang Raja Uzia, yakni seorang raja yang diangkat di masa mudanya ketika
berumur 16 tahun. Raja Uzia memerintah selama 25 tahun. Semula di awal
pemerintahannya, Raja Uzia adalah Raja yang melakukan apa yang benar di hadapan
Tuhan Allah. Selama 25 tahun dia untuk mencapai kejayaan kerajaan yang
dipimpinnya. Iapun berhasil dalam segala usahanya. Akan tetapi setelah semuanya
digapainya, ia menjadi merobah.
Sikapnya,
terutama rasa Takut akan Tuhan sirna dari dalam hidupnya. Setelah ia kuat, ia
menjadi tinggi hati. Sikap tinggi hati ini terlihat dari sikapnya yang tidak
lagi menghormati kekudusan Allah di dalam Bait suci. Raja Uzia melampaui batas
wewenangnya, ia merampas kemuliaan Tuhan Allah. Dia tidak menghormati ritual
suci di Bait Allah, dengan membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan.
Ritual ini, menurut peraturan Taurat, menurut hukum Allah hanya boleh dilakukan
oleh orang-orang yang dikuduskan untuk melayani di Bait Allah, yakni para imam.
Raja Uzia merasa bahwa dirinya berkuasa, dirinya hebat dan tidak ada lagi yang
dapat menandinginya, menjadi tinggi hati. Ia tidak lagi rendah hati. Walaupun
telah diperingati oleh para imam, namun Raja Uzia tidak peduli. Keberhasilannya
dalam segala usahanya meraih kejayaan kerajaan telah membuat raja Uzia tidak
lagi mau merendahkan dirinya di hadapan Tuhan Allah. Ia akhirnya mengalami hal
yang sama dengan ayahnya Amazia, yang juga bersikap yang sama.
Bapak-bapak yang dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Kisah hidup Raja Uzia ini, merupakan
peringatan dan kritik bagi setiap orang percaya kepada Tuhan Allah, untuk tidak
menjadi tinggi hati apabila telah meraih mimpi dan tiba pada puncak kejayaan.
Segala sesuatu yang dirindukan boleh saja tergapai, tetapi mesti sadar bahwa
ada batas yang harus dipatuhi sebagai umat yang percaya kepada Tuhan Allah.
Setiap orang percaya mesti sadar bahwa kemuliaan dan kekudusan Tuhan adalah hal
yang tidak mungkin untuk diklaim sebagai milik kepunyaan. Setinggi apapun
keberhasilan yang telah kita raih dan kesuksesan yang kita gapai, sikap rendah
hati harus tetap menjadi prinsip dan sikap hidup orang yang percaya kepada
Tuhan Yesus. Raja Uzia akhirnya harus kehilangan semuanya karena sikapnya yang
berobah. Dia tidak lagi merendahkan hatinya di hadapan Tuhan Allah. Penyakit
kusta yang diyakini sebagai kutukan Allah dalam tradisi keagamaan umat Israel
menjadi bagian Raja Uzia dan oleh karena itu, ia harus diasingkan dan
kekuasaanpun diambil darinya. Sekarang, apakah yang terjadi dengan orang
seperti Raja Uzia? Yang pasti adalah penyesalan yang amat dalam. Semua usaha
untuk menggapai keberhasilan menjadi sia-sia. Benarlah Firman Tuhan Yesus yang
mengatakan bahwa barang siapa yang meninggikan dirinya akan direndahkan (Matius
23:12).
Marilah senantiasa
berkomitmen untuk hidup konsisten merendahkan hati di hadapan Tuhan Allah,
melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan, maka damai sejahtera akan senantiasa
milik kita. Tinggi hati akan mendahului kejatuhan (Amsal 16:18) karena setiap
orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan, sungguh, ia tidak akan luput
dari hukuman (Amsal 16:5).
Percayalah
saudara-saudara bahwa sikap merendahkan hati di hadapan Tuhan adalah sikap
hiudp yang mengarahkan kita untuk senantiasa menikmati keberhasilan hidup karena
Tuhan sendiri yang membuat kita berhasil di segenap perjuangan hidup kita..
Bacaan
Alkitab: Yosua 5:9-12; Lukas 15:1-3, 11b-32
Saudara-saudara, Sidang
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Gilgal ada tempat yang sangat bersejarah dalam perjalanan
hidup umat Israel. Sebab di Gilgallah umat Israel memasuki fase baru kehidupan.
Jika selama di perjalanan di padang gurun umat Israel makan manna, maka di
Gilgal manna itu tidak lagi jatuh dari langit. Mereka telah dapat menikmati
makanan yang dihasilkan alam melalui pekerjaan mereka. di Gilgal umat Israel
merayakan Paskah setelah usainya acara sunat massal bagi umat yang lahir di
padang gurun. Paskah kali ini merupakan perayaan yang dimaksudkan untuk
mengenang Karya penyelematan Allah sejak umat itu mulai keluar dari Mesir.
Gilgal menjadi tempat di mana kemudian umat Israel diarahkan untuk merenungkan
kilas balik kehidupan mereka yang senantiasa ada dalam kedaulatan Allah yang
menyelamatkan mereka. di Gilgal pula umat itu memandang masa depan dengan
menerima bukti kasih pemeliharaan Tuhan, yakni mereka untuk pertama kali
menikmati bertih gandung sebagai makan setelah 40 tahun makan manna di padang
gurun. Perayaan Paskah ini sesungguhnya menjadi awal mula tradisi perayaan
paskah dalam sejarah umat Israel kemudian, walaupun kemudian mengalami
pergeseran bentuk dalam pelaksanaannya, akan tetapi makna paskah bagi mereka
jelas, yakni bahwa mereka telah keluar dari kebinasaan melalui penyelamatan
Allah. Dengan laburan darah domba di pintu-pintu rumah mereka di Mesir, Allah
melewatinya dan tidak membinasakan mereka.
Sidang jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Peristiwa bersejarah dalam memasuki fase hidup baru dalam
kehidupan umat Israel di Gilgal merupakan peristiwa yang hendak mengingatkan
umat Allah itu untuk senantiasa mengingat jati diri mereka sebagai umat yang
senantiasa dikasihi oleh Tuhan Allah, oleh sebab itu mereka tidak boleh
melupakan Allah yang telah dan senantiasa berkarya di sepanjang jalan hidup
mereka. masa derita dan sengsara di perjalanan hidup di masa silam penting
untuk dijadikan perenungan hidup dengan tujuan untuk mempersiapkan diri menjadi
umat yang tetap setia kepada Tuhan Allah. Setelah puluhan tahun mengalami
kehidupan yang serba tidak menetap dan menentu di padang gurun, kini umat
Israel kembali ke kehidupan yang dijanjikan. Hidup yang dijamin dan diberkati
melalui pemeliharaan Tuhan menjadi kehidupan mereka, maka satu hal yang mesti
dipegang teguh ialah tetap menjadi diri sebagai umat Allah. Jalan panjang
menggapai kehidupan yang penuh harapan telah mereka tempuh, kini mereka boleh
menikmati hasil bumi yang diberikan kepada mereka. semuanya itu ada di Tangan
Tuhan Allah. Di dalam Tuhan Allah semuanya tersedia bagi mereka, di dalam Tuhan
keselamatan dan sukacita tersedia, maka kembali kepada Tuhan Allah, berarti
menikmati keselamatan dan sukacita.
Sidang jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jika umat Israel mengalami peristiwa penting di Gilgal,
maka setiap orang percayapun dipersiapkan Tuhan untuk memasuki fase hidup
kearah hidup yang dijamin untuk menikmati damai sejahtera. Perumpamaan tentang
anak yang hilang dalam pengajaran Tuhan Yesus melalui kesaksian Alkitab dalam
bacaan kita yang kedua saat inipun menegaskan bahwa Tangan Tuhan senantiasa
terbuka menantikan anak-anakNya kembali kehadiratNya. Tuhan Allah tidak pernah
menghendaki kebinasaan umat kepunyaanNya, melainkan pertobatannya. Laksana si
anak bungsu yang kembali setelah merasakan hidup yang perih dan penuh derita
akibat ketidakmampuannya mengelola hidup dengan benar, menghabiskan milik yang
menjadi bagiannya, meninggalkan ayahnya dan berfoya-foya dengan
pelacur-pelacur. Si bungsu merenungkan hidupnya, perenungan tersebut membawanya
teringat rumah bapanya, kemudian perenungan ini ditindaklanjutinya dengan aksi
kembali. Kembali sama ayah dengan konsekwensi apapun, termasuk dijadikan budah
upahan. Aksi kembali si anak bungsu adalah aksi tulus dan murni buah dari
penyesalan. Dia bertobat dari segala tindakannya yang salah. Sambutan yang
hangat penuh kasih sayang diterimanya tatkala ia kembali kepada ayahnya. Ia
yang telah dianggap mati dan hilang ketika meninggalkan ayahnya kini hidup
kembali. Sukacita besar terjadi. Namun si Sulung kemudian protes akan hal ini,
dia tidak mau masuk kendatipun sang ayah telah menjelaskan semuanya kepadanya.
Sidang jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kita masih di minggu-minggu sengsara, melalui dua bagian
bacaan Alkitab saat ini, maka kepada kita diiingatkan bahwa Tuhan tidak pernah
membiarkan kita menjalani kehidupan ini tanpa ada fase hidup yang lebih baik di
dalamnya. Bahwa perjalanan hidup ini ada dalam kedaulatanNya. Dia senantiasa
menunggu setiap orang untuk datang kepadaNya. tanganNya terbuak lebar,
menyambut siapapun yang merespon panggilanNya. Setiap orang yang datang
kepadaNya tidak dibuatNya kecewa. Dia bahkan menunggu dan menunggu setiap orang
yang dipanggilNya. Maka sebagaimana sejarah umat di Gilgal, maka kepada kitapun
diajak untuk terus merenungkan setiap langkah perjalanan hidup kita dengan
senantiasa menghitung perbuatan ajaib dan kasih Tuhan di dalamnya. Tuhanlah
yang telah dan akan mengeluarkan kita dari kemelut dan derita hidup, dan
menyertai kita untuk tiba di fase hidup yang baru yakni bahwa kita dapat
menikmati kehidupan ini lewat setiap jerih lelah kita di dalamnya. Semua itu
adalah berkat Tuhan Allah. Kembalilah kepada Tuhan, tinggallah di dalam Dia,
sebab diluar Dia kita tidak dapat berbuat apa-apa. Hindarilah pula sikap dan
sifat si Sulung yang malah terhilang ketika si bungsu ditemukan. Tuhan Yesus
memberkati. Amin.
Bacaan
Alkitab: Yesaya 55:1-9; Lukas 13:1-9
Sidang Jemaat Yang
Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jerih lelah umat
Israel sungguhlah luar biasa ketika mereka harus mempertahankan hidup mereka di
pembuangan. Umat itu haus dan lapar akan kehidupan yang normal sebagaimana yang
pernah mereka alami di negeri mereka. sekalipun umat itu dapat makan dan minum
di negeri pembuangan tersebut, namun mereka tetap bergumul bagaimana menikmati
hidup layak di tengah hidup yang mereka jalani. Kegagalan mereka untuk setia
kepada Tuhan Allah harus menghantar mereka ke dalam kehidupan yang tidak
mengenakkan. Hidup mereka seakan hampa dan tidak tentu arah. Jati diri mereka
sebagai umat pilihan Allah, kebanggaan mereka terhadap bangsa mereka kini telah
lenyap. Segala bentuk kehidupan yang mereka jalani di pembuangan membuat mereka
harus menderita dan sengsara. Di tengah kondisi hidup seperti inilah Firman
Tuhan datang kepada mereka yang haus dan lapar akan kehidupan yang
sesungguhnya. Tuhan Allah mengajak mereka untuk mencari Tuhan di tengah
kegalauan hidup itu. Supaya jika mereka haus dan lapar, maka mereka hanya dapat
beroleh dahaga dan kenyang jika mereka mencari Tuhan Allah
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Kristus,
Pemanggilan
Tuhan Allah kepada umatNya untuk mencari dan menemukan Dia, adalah bukti
kesetiaan Tuhan Allah yang senantiasa mengasihi mereka. Tuhan tidak pernah
menghendaki kebinasaan orang-orang berdosa, melainkan Tuhan Allah menghendaki
pertobatan mereka. maka apabila Tuhan Allah memanggil mereka untuk mencari Dia,
maka itu menunjukkan bahwa Kasih setiaNya tidak pernah berubah dan tidak
berkesudahan. Seiring dengan ajakan Tuhan Allah tersebut, maka kepada umatNya,
Allah hendak menegaskan bahwa di Dalam dan melalui Dialah Damai Sejahtera
terjadi dan berlaku. Setiap orang yang datang mencari Tuhan niscaya akan
menikmati jaminan hidup, itulah janji Tuhan Allah.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Kristus,
Pada
bacaan kita yang kedua, yakni tentang bagaimana respon Yesus ketika orang
meminta pendapatNya tentang orang-orang Galilea yang darahnya dicampurkan
Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan dan korban yang tewas
dalam musibah rubuhnya menara di dekat Siloam. Menanggapi hal ini Tuhan Yesus tidak
memberikan makna terhadap peristiwa yang
memakan korban tersebut, tetapi Tuhan Yesus memaknainya supaya setiap orang
melakukan pertobatan. Tuhan Allah senantiasa memberikan kesempatan kepada
setiap orang untuk bertobat dan dibangun, sehingga tidak binasa. Itulah
kemurahan Tuhan Allah bagi umatNya. Tuhan Allah tidak serta merta membinasakan,
melainkan pintu dan waktu serta kesempatan bertobat dibukaNya dengan sangat
lebar. Dosa dan penderitaan sesungguhnya tidak dapa dipisahkan, akan tetapi
oleh Yesus Kristus, kuasa dosa yakni maut telah dipatahkan, sehingga kalaupun
penderitaan dialami oleh orang-orang benar adalah penderitaan menuju kepada
kemenangan.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Kristus,
Di
kehidupan ini, rasa haus dan lapar menjadi penderitaan yang acapkali dialami
oleh setiap orang. Rasa haus dan lapar tersebut sesungguhnya adalah gambaran
atau kiasan tentang kehidupan yang hampa dan hambar. Hidup seakan tak bermakna
dan berkesan untuk dijalani. Masa depan seakan tidak perlu dipikirkan, hidup
berjalan begitu saja. Dalam situasi dan kondisi hidup seperti ini, Tuhan Allah
memanggil kita untuk datang kepadaNya, mencari Dia, sebab perjumpaan denganNya
adalah jaminan bagi setiap orang untuk memperoleh kesempatan mengalami
perobahan hidup, perjumpaan denganNya adalah jaminan bagi setiap orang untuk
menikmati rasa dahaga dan kenyang damai sejahtera. Maka kemudian kehidupan
tidak lagi menjadi beban untuk ditempuh, tatkala Tuhan Allah beserta umatNya.
Terpujilah Tuhan.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Kristus,
Apa
makna Firman Tuhan ini bagi kita di kehidupan saat ini? Bagaimana kita harus
memaknai Firman Tuhan di saat kehidupan yang serba tak menentu sedang kita
jalani? Tuhan Allah mengajak kita sekalian untuk mencari Dia, Dia sedang
memberi kesempatan kepada kita untuk dapat berbuah bagi kemuliaan namaNya.
Dengan bertobat dari segala kesalahan dan dosa kita, TanganNya terbuka
menyambut kita semua. Kita yang haus dan lapar akan kebahagiaan di kehidupan
ini, niscaya menikmati itu jika perjumpaan dengan Tuhan Yesus terjadi dalam
kehidupan kita. Dengan berbalik kepada Tuhan Allah dan berserah dengan total
kepadaNya, maka kita akan terhindar dari segala beban derita kehidupan di dunia
ini. Kekuatiran dan ketakutan akan kehidupan ini yang membuat kita terkungkung
dalam beban dan derita, niscaya lenyap dari kehidupan kita apabila perjumpaan
dengan Tuhan terjadi. Maka hanya dengan bertobat, dan menggunakan kesempatan
yang diberikan Allah, kita dapat berbuah di dalam Dia. Tuhan Yesus memberkati.
Amin
Bacaan Alkitab: 1 Korintus
15:35-38, 42-50
Keluarga,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Iman tentang kebangkitan orang mati
tercetus di Israel pada abad II sM, yakni ketika seorang yang bernama Makabe
dibunuh sebagai orang yang benar. Makabe adalah seorang pemimpin Yahudi dan
dianggap sebagai pahlawan yang melakukan tindakan pemberontakan terhadap bangsa
Romawi yang kala itu dipimpin oleh Antiokhus Epifanes yang sedang menjajah
Yahudi. Orang banyak beranggapan dan percaya bahwa Makabe tidak akan tinggal
tetap di syeol (dunia orang mati) karena ia adalah seorang yang benar. Kemudian
iman ini terus dipelihara oleh sebagian besar orang-orang Yahudi sampai pada
pengikut-pengikut Yesus Kristus. Kebangkitan yang dimaksud ialah bahwa seseorang
yang telah mati akan bangkit berdiri dan mengenakan tubuh yang baru.
Kebangkitan Yesus Kristus adalah demikian. Bahwa kebangkitan Yesus adalah
kebangkitan seutuhnya, baik badan dan rohaniah-Nya bangkit dari kematian. Yesus
yang bangkit adalah Yesus yang sama dengan Yesus dari Nazaret , tetapi telah
menjadi Yesus yang sudah penuh kemuliaan. Kebangkitan Yesus tidaklah seperti
mayat yang dihidupkan kembali, tetapi suatu badan rohani. Dengan Badan-Nya yang
mulia, Yesus dapat membuat Diri-Nya hadir di tengah-tengah para murid-Nya,
apapun rintangannya. Badan Yesus yang telah bangkit itu, menyatu dengan badan
jemaat yang disebut Gereja dan dengan alam semesta, sebab badan-Nya adalah
hasil pertama yang mulia.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Walaupun ajaran iman tentang
kebangkitan orang mati telah dikenal di abad II dalam agama Yahudi, akan tetapi
ada juga kelompok dalam agama tersebut yang menolak kebangkitan orang mati,
yakni kelompok yang disebut dengan nama: Kaum Saduki (Mat. 22:23). Penolakan
tentang kebangkitan orang mati juga datang dari orang-orang Yunani yang
menjungjung tinggi filsafat mereka (Kis. 17:18, 32). Ajaran tentang kebangkitan
orang mati dan ajaran kebangkitan Yesus Kristuspun ternyata menjadi persoalan
yang terjadi di jemaat Korintus. Berdasarkan surat Rasul Paulus kepada Jemaat
di Korintus dapat diketahui bahwa ternyata ada ajaran yang beredar di antara
jemaat bahwa tidak ada kebangkitan orang mati. Menanggapi hal ini, Rasul Paulus
dengan tegas menyatakan bahwa jika tidak ada kebangkitan orang mati, maka
sia-sialah pemberitaan mereka tentang Kristus yang mati, lalu bangkit. Ada
pertanyaan yang muncul tentang bagaimana orang mati dibangkitkan? Dan dengan
Tubuh apakah mereka datang kembali? Menjawab hal ini, Paulus dengan lantang
berkata:”hai orang-orang bodoh!...
Pertanyaan
seperti ini, di mata Paulus adalah kebodohan, sebab kebangkitan tersebut
bukanlah kebangkitan harafiah layaknya mayat yang hidup kembali tanpa mengalami
perubahan apapun.
Keluarga,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kebangkitan orang mati, digambarkan
oleh Paulus laksana benih yang ditaburkan. Benih itu haruslah lebih dulu mati,
kemudian benih itu ditanam di tanah, ia akan tumbuh dan Tuhan memberikan suatu
tubuh seperti yang dikehendaki-Nya. Makanya tidak semua biji atau benih sama
tubuhnya, demikian juga daging tidak semua sama, serta kemuliaan semua penerang
tidak semua sama. Kebangkitan orang mati ditaburkan dalam kebinasaan dan
dibangkitkan dalam ketidakbinasaan, ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan
dalam kemuliaan. Artinya ada pembaharuan yang terjadi dan berlangsung di
dalamnya. Benih yang telah mati, kemudian ditaburkan di tanah, ia tumbuh dan
memiliki tubuh (pohon) untuk menghasilkan buah dan di dalam buah tersebut
kemudian terdapat biji-biji yang kemudian dijadikan sebagai benih. Maka
kehidupan itu semakin banyak. Atau dengan kata lian dapat dikatakan bahwa
melalui kematian sebuah biji untuk menjadi benih akan menghasilkan buah dari
tubuhnya yang kemudian akan memberikan kehidupan buah yang banyak.
Keluarga,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Singkatnyal, Paulus menekankan bahwa
daging dan darah tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah. Bahwa yang binasa
tidak mendapat bagian dari yang tidak binasa. Artinya kebangkitan yang terjadi
akan merubah segala sesuatu yang binasa menjadi yang tidak binasa. Kristus
telah bangkit, itu adalah kata kunci iman Kristen. Kekristenan tanpa pengakuan
dan iman akan kebangkitan Yesus Kristus adalah kekristenan yang salah dan sesat.
Yesus Kristus telah bangkit dan hidup, dengan tujuan bahwa kebangkitan-Nya
adalah untuk menjadi kebangkitan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.
Kebangkitan harus bermakna bagi orang lain. itu adalah kebangkitan yang benar
berdasarkan kebangkitan Yesus Kristus. Menurut Rasul Paulus, kita semua telah
dibangkitkan, dalam arti bahwa kita tidak lagi berada di bawah kuk dosa, kita
telah ditebus, dan oleh kebangkitan-Nya kita tidak lagi mati di dalam dosa.
Demikan juga kelak, setelah kita mati, kitapun akan dibangkitkan oleh Yesus
Kristus yang bangkit. Jika demikian halnya, apakah sesungguhnya yang
dikehendaki Paulus untuk dilakukan oleh orang-orang percaya sebagai orang yang
telah dibangkitkan bersama Yesus Kristus?
Keluarga,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Apa yang disampaikan Paulus kepada
Jemaat di Korintus ini bukanlah sekedar pengajaran yang bersifat dogmatis tanpa
tuntutan tindak sebagai respon dari keyakinan pada ajaran. Sebagai orang yang
telah dibangkitkan di dalam kebangkitan Yesus Kristus, sesungguhnya orang
Kristen harus juga berupaya menjadi orang yang berguna bagi orang-orang lain,
sehingga orang-orang lainpun dapat menjadi orang-orang yang bangkit dan hidup
dari segala bentuk persoalan hidup yang dihadapinya. Sebagai orang yang telah
dibangkitkan di dalam kebangkitan Yesus Kristus, orang Kristen haru mengangkat
harka dan martabat hidup orang-orang di sekitarnya, supaya hidup mereka menjadi
hidup yang menghidupkan orang lain. Apabila Yesus Kristus telah bangkit dan
kebangkitan-Nya menjadi jaminan kebangkitan dan hidup bagi kita, maka kitapun
ditugaskan untuk menjadikan hidup ini menjadi hidup yang membuat orang lain
hidup, baik melalui pekerjaan, peran dan ranggungjawab kita. bangkit dan
hiduplah dengan selalu membangkitkan dan menghidupkan hidup orang-orang di
sekitar kita, sebab untuk itulah Kristus telah mati dan bangkit serta hidup
bagi kita. Terpujilah Dia. Amin
Bacaan Alkitab:
Mazmur 5: 4, 12-13
Saudara-saudara,
Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Waktu pagi dalam tradisi Israel
dimaknai sebagai saat dimulainya kehidupan yang baru atau era baru kehidupan.
Waktu pagi adalah waktu dimana kepastian kelanjutan kehidupan nyata. Waktu pagi
juga dipahami waktu dimana perjalanan hidup dihari baru berlansung dan
dilanjutkan kembali. Maka ketika waktu pagi telah tiba, orang akan bersukacita
sebab hal itu membuktikan malam yang gelap telah berlalu. Demikian setiap hari.
Waktu pagi dalam tradisi umat Israel juga dipahami sebagai hari yang baik, maka
mereka biasanya bangun pagi-pagi. Pagi-pagi mereka sudah makan, datang ke Bait
Allah, mempersembahkan sebagian dari persembahan setiap pagi, mereka menetapkan
pagi hari untuk berdoa dan memuji Tuhan, memulai perjalanan pada waktu pagi dan
juga mengadakan pengadilan pada waktu pagi. Mazmur Daud yang menjadi bacaan
kita saat ini, diberi judul doa pada pagi hari. Di ayat 4 Daud memberikan
kesaksian kepada kita melalui doanya, bahwa pada waktu pagi Tuhan mendengar
seruannya dan pada waktu pagi itulah Daud mengatur persembahannya bagi Tuhan
Allah dan Daud menunggu-nunggu Tuhan di pagi hari tersebut. Kesaksian Daud
melalui mazmurnya ini menunjukkan bahwa Daud memaknai pagi hari sebagai saat
Tuhan Allah mendengar
Bacaan Alkitab:
2 Timotius 22-23
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Terpujilah Tuhan
yang telah menyertai kita di sepanjang acara saat ini. Sebagai orang percaya
kepada Tuhan Allah, maka Firman Tuhan saat ini tetap harus menjadi dasar kita
bersyukur dan menjadi tuntunan hidup hidup ke depan terutama Vebby dan ….
Sehingga perjalanan hidup ke depan, rencana ke depan senantiasa disambut dan
dijalani dengan benar di hadapan Tuhan Allah. Firman Tuhan saat ini, adalah
Nasihat kepada orang muda dari seorang yang menempatkan dirinya sebagai
orangtua, sebagai guru, yakni Paulus kepada Timotius. Nasihat Rasul Paulus ini
sesungguhnya adalah nasehat yang dimaksudkan supaya dimana 2 orang atau banyak
orang yang hidup dalam hubungan atau dalam persekutuan dapat menata hidup
dengan benar sesuai dengan kehendak Tuhan.
Nafsu orang muda
menjadi pokok perhatian Paulus mengingat orang yang dinasihatinya adalah
seorang yang masih muda. Apakah sesungguhnya yang dimasudkan Paulus dengan
nafsu orang muda? Nafsu orang muda diartikan sebagai keinginan atau kegairahan
akan Sesutu yang dilarang oleh Allah dan kata ini seringkali dipahami sebagai
nafsu seksual dan materi. Maka jika Paulus memberi nasihat kepada Timotius
untuk menjauhi nafsu orang muda, Paulus hendak mengatakan supaya segera
menjauhkan diri dari sikap dan tindakan atau keinginan yang melanggar kehendak
Allah.
Nasehat Paulus kepada Timotius untuk Menjauhkan diri dari
Nafsu orang muda, dimaksudkan supaya kekudusan hidup sebagai orang muda tetap
terjaga dan terpelihara. Mengejar keadilan, kesetiaan, kasih dan damai haruslah
merupakan sikap hidup untuk memelihara kekudusan. Sebab tanpa kekudusan, maka
seorangpun tidak akan dapat memandang Allah atau menikmati kehadiran Allah
dalam perjalanan hidupnya. Menghindari soal-soal yang dicari-cari yang bodoh
dan yang tidak layak harus juga menjadi prinsip hidup setiap orang yang hidup
dalam kebersamaan untuk menggapai tujuan bersama secara bersama-sama. Nasihat
Rasul Paulus ini sangat jelas dan tidak sulit untuk dipahami. Nasihat ini
adalah nasihat kehidupan yang ditujukan kepada setiap orang yang hidup di dalam
Tuhan dan sedang berjalan di dalam kasih Tuhan. Saudara Vebby dan ….telah
melihat dan mengalami bagaimana orangtua telah memberikan yang terbaik kepada
kalian berdua, demikian juga dengan orang-orang yang telah terlibat dalam
rencana dan perjalanan hidup kalian berdua. Ingatlah bahwa Firman Tuhan saat
ini mengingatkan kepada kalian berdua supaya kalian menjauhkan diri dari nafsu
orang muda, yakni keinginan gairah yang menuju pada perbuatan yang melanggar
kehendak Tuhan Allah. Tetapi kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai.
Hindari pula soal-soal yang dicari-cari dan yang bodoh. Percayalah bahwa semua
nasehat ini akan mengarahkan hidup kalian kepada kekudusan. Di tengah kekudusan
itulah saudara berdua akan melihat Allah, akan merasakan dan menikmati kasih
penyertaan Tuhan Allah. Tuhan Memberkati. Amin.
Bacaan Alkitab: Mazmur
138:1- 8
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Mengucap syukur adalah prinsip hidup Daud di
segenap kehidupan yang dijalaninya. Terutama ketika ia menghadapi dan melewati
bentuk pengalaman hidup yang sulit dan genting dan juga ketika iapun mengalami
dan menikmati kemenangan dalam menghadapi ancaman dan persoalan hidup. Daud
sungguh terkenal bukan hanya kejayaannya sebagai seorang Raja, tetapi juga oleh
pola kehidupan berimannya kepada Tuhan Allah.
Mazmur 138 ini adalah juga mazmur dari Daud, yang
dilatarbelakangi pengalaman hidupnya menghadapi musuh atau ancaman (apakah dari
Filistin, dari Saul atau dari Absalom). Daud merenungkan bagaimana Tuhan Allah
telah, sedang dan akan menunjukkan kasih dan setia-Nya. Daud berikrar akan
bersyukur dengan segenap hatinya kepada Tuhan Allah dan bermazmur bagi Allah di
antara para allah yang dipercayai oleh orang-orang lain.
Ucapan syukur
Daud adalah ucapan syukur yang lahir dari dalam dirinya sebagai bentuk
pengakuan dan juga pengharapannya kepada Tuhan Allah. Yakni, bahwa Tuhan Allah
itu adalah Tuhan Allah yang Maha Tinggi, tetapi menunjukkan kasih setia kepada
orang-orang yang rendah dan hina (ay.6).
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kata
“bersyukur” “Yada” dalam bahasa Ibrani sesungguhnya berarti pengakuan atau
deklarasi terhadap suatu fakta. “Yada” juga diartikan dengan: Mengakui, atau
juga memuji. Apakah yang diakui dan dipuji oleh Daud di tengah gentingnya
persoalan hidup yang dihadapinya? Tidak lain dan tidak bukan adalah sifat Allah
yang dipercayainya tersebut. 2 sifat Allah yang diakui oleh Daud, yakni: Kasih
Allah (Khesed) dan Keteguhan atau kebenaran Allah dalam janjiNya atau
kesetiaanNya (Emed) (ay.2). kasih dan kesetiaan Tuhan tersebut dibuktikan Tuhan
tatkala Daud berseru, maka Tuhan Allah menjawabnya dan menambahkan kekuatan
dalam jiwanya. Daud juga merasakan dan meyakini bahwa jika ia berada dalam
kesesakan, Tuhan mempertahankan hidupnya dan menyelamatkan dia. Tuhan diyakini
akan menyelesaikan semua perbuatanNya dalam hidup Daud. Pengakuan dan
pengharapan Daud kepada Tuhan Allah, mengantar dirinya untuk senantiasa
mengucap syukur kepada Tuhan Allah. Maka prinsip hidup bersyukur seperti ini
adalah prinsip hidup bersyukur orang yang tekun dan dengan disiplin merenungkan
kasih dan setia Tuhan di kehidupannya.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Bersyukur
kepada Tuhan Allah adalah prinsip
hidup setiap orang percaya. Maka bersyukur bukan lagi sesuatu yang asing
bagi kehidupan kita, akan tetapi melaluiMazmur Daud saat ini, kita kembali
diingatkan bahwa tindakan bersyukur orang percaya haruslah lahir dari dalam
diri kita semata-mata karena dilatarbelakangi pengakuan dan pengharapan kita
kepada Tuhan Allah. Pengakan tersebut ialah bahwa Allah itu Maha tinggi, Tuhan
Allah itu penuh kasih dan setia. Maka mengucap syukur sesungguhnya bukan hanya
ketika orang percaya telah mengalami kasih dan setia Tuhan, melainkan juga
ketika orang percaya berharap akan menikmatinya, kendatipun sedang menghadapi
pergumulan dan tantangan hidup. Mazmur Daud ini, menegaskan kepada kita bahwa:
- Mengucap syukur mesti dilakukan dalam komitmen untuk kemuliaan Tuhan Allah semata.
- Bahwa mengucap syukur adalah sikap merendahkan diri di hadapan Tuhan Allah sekaligus memuji Dia
- Bahwa tindakan mengucap syukur bukan hanya setelah menikmati kasih setia Tuhan, tetapi juga ketika sedang mengharapkannya
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jika keluarga
dan kita sekalian saat ini mengucap syukur kepada Tuhan, itu hendak menyaksikan
kepada kita bahwa sifat Allah yang Maha Tinggi itu, yang Penuh Kasih dan Setia
itu telah dirasakan dan selalu diharapkan oleh keluarga di segenap kehidupan
ini. Maka ucapan syukur ini adalah sikap pengakuan, bahwa apa yang telah
dialami keluarga dan apa yang diharapkan keluarga ke depan semua akan
diselesaikan oleh Tuhan Allah. Maka dengan mengucap syukur, Firman Tuhan
mengarahkan kita semua, mengarahkan keluarga untuk senantiasa meyakini bahwa
Tuhan Allah itu penuh kasih dan setia, Dia yang akan dan senantiasa
menganugerahkan kekuatan dan keselamatan. Tuhan Yesus menyempurnakan syukur
keluarga dan memberkati kita semua.
Bacaan Alkitab: 2 Korintus 3:12- 4: 2
Keluarga,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
Istilah atau kata “pelayanan” sudah
menjadi istilah atau kata yang digunakan secara luas oleh manusia dalam
berbagai instansi atau lembaga. Di bidang kesehatan, di kepolisian, di
pelayanan publik pemerintahan, bahkan di bidang jasa keuangan dan perhotelan dan
instansi lainnya, termasuk dalam hal yang bertentangan dengan moral atau etika.
Pelayanan dalam hal ini dipahami sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan orang
yang bersangkut paut dengan instansi atau lembaga tersebut. Kata “pelayanan”
kemudian menjadi kata yang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana
kemudian “pelayanan” dipahami di dalam persekutuan orang yang percaya kepada
Tuhan Yesus? Pelayanan menurut Alkitab sesungguhnya adalah tindakan yang
meliputi segenap kehidupan seseorang yang dimaksudkan semata-mata demi
kemuliaan Tuhan, dan bukan sekedar memuaskan atau memenuhi kebutuhan
orang-orang yang dilayani. Maka pelayanan di dalam kehidupan persekutuan orang
yang percaya adalah pemberian diri kepada sesama dan kepada Tuhan Allah dengan
satu maksud dan tujuan agar Tuhan dimuliakan.
Keluarga,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
Karena tujuan dan maksud pelayanan
hanyalah demi kemuliaan Tuhan, maka pelayanan tersebut mesti dilakukan oleh
orang-orang yang memiliki keberanian yang didasari dengan kemuliaan Tuhan
terpancar dalam dirinya dan sifatnya tidak sesaat atau tidak situasional serta
tidak bersifat kondisional. Seorang pelayan adalah seorang yang benar-benar di
dalam dan melalui dirinya terpancar cahaya kemuliaan Tuhan, sehingga pelayan tersebut
dapat memberi kesaksian tentang Tuhan melalui kehadirannya dalam pelayanan.
Rasul Paulus, membandingkan pelayan Perjanjian Lama, dalam hal ini Musa dengan
pelayan-pelayan Perjanjian Baru. Kemuliaan Allah terpancar di dalam dan melalui
Musa, tetapi sifatnya hanya sementara, sehingga ia menyelubungi mukanya dengan
maksud agar umat Israel tidak melihat bahwa cahaya kemuliaan Tuhan itu hilang
daripadanya. Cahaya kemuliaan Tuhan itu kemudian terselubung bagi umat Israel
hingga saat ini, mereka tidak dapat melihat cahaya kemuliaan Tuhan karena
pikiran mereka tumpul, sehingga ketika membaca Perjanjian lama, itu tanpa
disingkapkan. Akibatnya mereka tidak pernah dapat mengerti dan mengenal bahwa
Kristus Yesuslah yang sebenarnya yang merupakan inti Perjanjian lama itu. Maka
hanya Kristuslah yang dapat menyingkapkan. Apakah sesungguhnya yang menjadi
factor mengapa mereka tidak dapat mengenal Kristus dalam Kitab Musa? Karena
selubung menutupi hati mereka. Melalui kesaksian Paulus ini, maka dapat ditarik
kesimpulan awal, bahwa pelayanan adalah tindakan yang dilakukan seorang pelayan
di mana hatinya telah terbuka, dan didiami Roh Allah sehingga ia dapat dengan
meredeka memancarkan cahaa kemuliaan Allah. Inilah kemudian perbedaan pelayanan
di dunia sekuler (dunia sehari-hari seperti yang disebutkan di atas) dengan
pelayanan dalam kehidupan orang percaya.
Keluarga,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
Sebagai umat Perjanjian Baru, melalui
sengsara, penderitaan dan kematian Yesus Kristus di kayu salib, sesungguhnya
kepada kita Tuhan Allah telah memberikan cahaya kemuliaanNya. Maka kehidupan
kita sesungguhnya adalah pelayanan. Dalam perjumpaan kita dengan orang lain,
kita sesungguhnya sedang melayani. Demikian juga ketika kita bersekutu seperti
sekarang ini, kita sedang melayani Tuhan dan melayani sesama dengan hanya satu
tujuan yakni demi kemuliaan Tuhan. Oleh sebab itu kita semua adalah
pelayan-pelayan Perjanjian Baru yang mesti memancarkan cahaya kemuliaan Allah
melalui kehidupan kita. Kita tidak lagi menyelubungi muka atau hidup kita
karena kita kehilangan cahaya kemuliaan Allah, kita adalah pelayan-pelayan yang
merdeka karena Roh Allah ada di dalam kita. sebagai pelayan-pelayan Perjanjian
Baru, kita tidak boleh tawar hati dan
harus menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan, tidak boleh licik
dan memalsukan Firman Allah. Kebenaran harus dinyatakan dalam konsep
kemerdekaan.
Keluarga,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
Cahaya
kemuliaan dalam diri setiap orang yang melayani Tuhan datangnya dari Tuhan yang
adalah Roh, maka di dalam penderitaan dan kematian serta kebangkitan Kristus,
kita sekalian telah diubah menjadi serupa dengan GambarNya. Satu hal yang
dituntut dari kita dalam hal ini adalah hati dan pikiran kita mesti terbuka untuk
dibaharui oleh Tuhan Allah melalui FirmanNya. Supaya kita tidak menjadi sama
dengan umat Israel di mana hati dan pikiran mereka telah tumpul. Ay.16 apabila
hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu akan diambil daripadanya.
Artinya ialah bahwa cahaya kemuliaan Tuhan hanya aka nada dan terpancar melalui
seorang pelayan yakni setiap kita apabila hati kita berbalik kepada Tuhan
Allah. Menjadi pelayan tidaklah mudah saudara-saudara, aka nada banyak
tantangan yang dihadapi, dibenci karena menyatakan kebenaran, ditolak karena
dicurigai, dicemooh karena dianggap sok suci, dan penderitaan lainnya. Tetapi
mesti diyakini dan diimani serta diamini bahwa Kristuslah telah melalui semua
itu sebagai jaminan bagi kita untuk terus melayani demi kemuliaan namaNya.
Terpujilah Kristus. Amin BPS
Minggu, 10
Maret 2019
(Minggu Prapaskah II)
Stola&Antependium: Ungu
Bacaan Alkitab Ulangan 26:1- 11; Lukas 4:
1- 13
Sidang
Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pencobaan yang dialami oleh manusia
kerapkali membuat manusia melupakan diri dan Tuhannya. Pencobaan-pencobaan
tersebut dapat mewujud dalam berbagai bentuk tragedi kehidupan, baik dalam
bentuk kesusahan maupun dalam bentuk mesuksesan hidup. Artinya manusia
senantiasa diperhadapkan pada pencobaan hidup yang juga melibatkan dirinya
sendiri. Ketika orang percaya jatuh ke dalam pencobaan, maka yang terjadi di
sana adalah umat akan melupakan jati dirinya dan juga melupakan Tuhannya.
Pencobaan-pencobaan hidup selalu dimanfaatkan iblis untuk menjauhkan umat Tuhan
dari Tuhannya dan ujung-ujungnya adalah supaya umat Tuhan meninggalkan Tuhannya
dan sujud menyembah kepadanya (iblis). Semua yang terjadi dan dialami oleh
manusia di kolong langit ini, dapat menjadi pencobaan bagi dirinya sendiri.
Baik kekurangan, kelebihan, kekuatan, kelemahan, kepintaran, kebodohan dan lain
sebagainya selalu menjadi peristiwa hidup yang dapat menjadi pencobaan bagi
umat Tuhan. Maka setiap orang percaya senantiasa diarahkan untuk mengingat jati
dirinya sebagai umat yang telah ditebus oleh Tuhan Allah. Bukti bahwa seorang
percaya tetap setia mempertahankan jati dirinya dan setia kepada Tuhannya ialah
ketaatannya berkorban kepada Tuhannya, yakni mempersembahkan hidupnya kepada
Tuhan Allah.
Sidang
Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Umat Israel mendapat perintah Tuhan
agar jikalau mereka terbebas dari penderitaan dan kesengsaraan, dan memasuki
serta menikmati hidup yang menyenangkan, supaya tetap mempersembahkan hidup mereka
kepada Allah sebagai bukti ketaatan dan kesetiaan mereka memelihara jati diri
sebagai umat Allah. Mempersembahkan hasil pertama dari setiap berkat yang
mereka terima dari Tuhan wajib dilakukan. Ini adalah korban yang menunjuk bahwa
Tuhan Allah lah yang terutama dan pertama di dalam kehidupan umat percaya.
Penderitaan dan kesengsaraan di perjalanan hidup di masa silam dan mungkin juga
di masa depan yang dialami oleh umat Tuhan tidak boleh membuat umat Tuhan
menjadi berubah setia. Apapun dan bagaimanapun kondisi hidup umat percaya,
kesetiaan kepada Tuhan harus tetap menjadi sikap dan tindakan imannya.
Kesengsaraan dan penderitaan yang terjadi dan dialami oleh umat Tuhan harus
dijadikan sebagai pengalaman iman, yang bertujuan mengarahkan hidup kepada penyerahan
diri secara totalitas kepada Tuhan dan menjadikan Tuhan selalu yang terutama
dan yang pertama. Mempersembahkan korban dari hasil pertama dari keberhasilan
hidup ini menjadi kewajiban yang mesti dilakukan oleh setiap orang percaya
sebagai wujud dan bukti kesetiaan kepada Tuhan Allah.
Sidang
Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pencobaan
adalah bagian dari proses hidup setiap orang percaya selama hidup di dunia ini.
Pencobaan sendiri datang dari diri manusia dan iblis bekerja di sana
memanfatkan semua bentuk situasi dan kondis hidup manusia. Tuhan Yesus
sendiripun telah menghadapi pencobaan dari Iblis, tetapi bukan dari dirinya,
sebab Dia tidak berdosa, Dia menghadapi pencobaan untuk membuktikan bahwa iblis
tidak akan pernah menang atas Dia. Pencobaan yang dihadapi Yesus menjadi
pembelajaran iman bagi setiap orang percaya bahwa sesungguhnya dengan
senantiasa taat dan setia kepada Tuhan Allah, maka iblis dikalahkan dan
kemengan iman menjadi milik umat-Nya. Bentuk penderitaan berupa kelaparan di
Padang gurun menghantar Tuhan Yesus pada pencobaan Iblis untuk menggunakan
kuasaNya mengubah batu menjadi roti. Jenis pencobaan ini sangat dekat dengan
kehidupan orang percaya. Kondisi dalam kelaparan menunjuk pada kondisi hidup
yang serba kekurangan dan tidak memiliki apa-apa. Kondisi hidup seperti ini
akan membuat orang tergoda untuk menghalalkan semua cara, termasuk dengan cara
menghianati Tuhannya asalkan apa yang dibutuhkan terpenuhi. Tuhan Yesus tidak
mau menggunakan kuasaNya hanya untuk roti dan tunduk kepada iblis. Tuhan Yesus
mengatakan bahwa manusia tidak hidup dari roti saja, tetapi dari setiap Firman
Tuhan. Tuhan Allah sanggup memberikan apa yang dibutuhkan umatNya asalkan
umatNya percaya kepada-Nya. Demikian pula dengan kuasa dan kemuliaan serta
dengan janji Tuhan Allah tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk tunduk
kepada iblis. Singkatnya ialah apapun yang ada di kehidupan ini tidak dapat
dijadikan sebagai alasan untuk menyangkali Tuhan Allah dan tunduk kepada iblis.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Di
Minggu-minggu sengsara ini, kita akan diajak merenungkan segenap kan perjalanan
hidup kita dalam hubungannya dengan berbagai bentuk penderitaan dan
kesengsaraan sebagai umat Tuhan. Pencobaan, acapkali menghantar kita menderita
dan sengsara. Maka pencobaan apapun wujud dan bentuknya harus dihadapi dengan
tetap setia dan taat kepada Tuhan Allah. Mempersembahkan hidup kepada Tuhan
Allah dan senantiasa memposisikan Tuhan Allah sebagai yang terutama dan pertama
di kehidupan ini. Bagaimanapun kesengsaraan dan penderitaan hidup yang pernah
kita alami dan yang akan kita hadapi, ingatlah bahwa kita tidak akan pernah
ditinggal pergi dan dibiarkan oleh Tuhan Allah. Di pencobaan hidup sekalipun
Dia berkuasa, FirmanNya berkuasa mengarahkan kita menaklukkan diri dan
menakklukkan segala bentuk pencobaan yang kita hadapi di hidup ini. Selama kita
tetap berpegang teguh pada Firman Tuhan, dan selama kita tetap taat kepada
Tuhan Allah, kasih setia-Nya tidak akan pernah meninggalkan kita. Maka
berdasarkan kesaksian Alkitab saat ini, ketika kita akan menjalani
minggu-minggu sengsara di tahun ini, ingatlah bahwa Tuhan menghendaki kita
senantiasa mengandalkan Firman-Nya, hidup sesuai dengan Firman-Nya serta taat
kepada-Nya. Persembahkanlah hidup secara totalitas sebagai bentuk korban hidup
kita kepada Allah dengan demikian tidak ada tempat bagi iblis merongrong
kehidupan beriman kita dan menjauhkan kita dari kasih karunia Tuhan Allah.
Tuhan Yesus sendiri telah berkorban, menderita dan mengalami kesengsaraan, Ia
disalib dan mati demi menebus kita dari kuasa maut. Kita tidak akan binasa di
dalam menghadapi setiap bentuk kesengsaraan dan penderitaan hidup di dunia ini,
selama kita tetap setia kepada-Nya dan mempersembahkan hidup kita secara total
kepada-Nya sebagai bentuk ketaatan dan kesetiaan kita kepada-Nya.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Marilah, sebagai umat yang telah
ditebus oleh Tuhan Allah, kita senantiasa setia dan sedia mempersembahkan hidup
kita secara menyeluruh kepada Tuhan Allah. Jadikanlah Tuhan Allah yang terutama
dan yang pertama di dalam hidup saudara, maka segala sesuatu akan
ditambahkan-Nya kepadamu. Pencobaan berat sekalipun, termasuk derita dan
kesengsaraan niscaya akan kita lewati. Hiduplah sesuai dengan Firman-Nya,
niscaya segala bentuk pencobaan yang membuat kita menderita dan sengsara akan
berujung pada kemenangan, sebab Tuhan Yesus sendiri telah menghardiknya dari
kehidupan kita umat tebusan-Nya. Tuhan Menyertai dan memberkati kita menghadapi
dan menjalani kehidupan ini. Sengsara dan penderitaan niscaya menghantar kita
kepada Damai sejahtera Tuhan Allah. Amin
BPS
Bacaan
Alkitab: Kejadian 45:1-15
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kisah hidup Yusuf adalah kisah hidup yang sangat
mengharukan. Jika kisah ini difilmkan laksana sebuah sinetron, maka para
penikmat sinetron akan terharu dibuatnya. Tapi kisah ini bukanlah sebuah
sinetron yang ceritanya hanya fiktif belaka. Kisah hidup Yusuf adalah kisah
nyata. Bermula dari rasa iri dan cemburu karena Yusuf diperlakukan lebih
daripada saudara-saudaranya oleh ayah mereka, Yusuf juga menonjolkan diri
sebagai orang yang diberi karunia oleh Allah melalui mimpi/penglihatan serta
Yusuf juga sering melaporkan perbuatan jahat para saudara-saudaranya kepada
ayah mereka. Kemudian, Yusufpun menjadi korban akibat rasa iri dan cemburu
saudara-saudaranya, semula ia hendak dibunuh, tetapi hal itu kemudian tidak
terjadi dan akhirnya saudara-saudaranya menjualnya kepada orang Mesir. Kisah
hidup Yusuf kemudian berlanjut di Mesir, dia juga harus mendekam di penjara
karena istri potifar memfitnahnya hendak menodai dirinya, padahal dialah yang
sesungguhnya hendak menodai kehormatannya kepada Yusuf. Yusuf yang tidak
bersalah itu kemudian mendekam di dalam penjara. Ternyata penjara inilah
kemudian yang menghantar Yusuf pada kesuksesannya di Mesir. Berkat Karunia yang
diperolehnya dari Tuhan Allah untuk menafsirkan mimpi, maka Yusufpun kemudian
menduduki posisi sangat penting di pemerintahan Mesir. Dia memperoleh
kepercayaan penuh dari raja Mesir untuk berkuasa atas segalanya di Mesir.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Yusuf bukanlah sekedar penafsir mimpi
Firaun, tetapi juga seorang yang kemudian diberi kepercayaan mengeksekusi
antisipasi menghadapi masa sukar yang terjadi selama 7 tahun setelah masa 7
tahun berkelimpahan. Di tahun kedua masa kesukaran yang terjadi, ternyata
orang-orang di Tanah Kanaanpun juga kena dampaknya. Mereka, yakni ayah dan
saudara-saudara Yusuf kemudian datang mencari bahan makanan ke Mesir, sebab
mereka mendengar bahwa di Mesir pasokan makanan masih tersedia. Pada saat
inilah saudara-saudara, Yusuf kemudian berjumpa dengan saudara-saudaranya yang
pernah meniatkan kejahatan kepadanya. Dalam bacaan kita saat ini dikisahkan
bagaimana puncak perjumpaan Yusuf dengan saudara-saudaranya. Setelah beberapa
kali saudara-saudara Yusuf datang ke Mesir, maka Yusufpun tidak dapat menahan
rasa cinta kasihnya kepada mereka. Yusufpun memperkenalkan diri kepada mereka.
Apa yang terjadi dalam peristiwa ini? Ternyata, saudara-saudara Yusuf menjadi
sangat takut. Takut karena mereka langsung mengingat perbuatan mereka di masa
silam kepada Yusuf saudara mereka. Yusuf sendiri tidak menaruh dendam kepada
saudara-saudaranya tersebut, sebaliknya, Yusuf melihat yang terjadi dan
dialaminya adalah rencana atau rancangan Tuhan Allah.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dendam dan rasa benci sirna dari dalam
diri Yusuf kepada saudara-saudaranya karena ia mampu melihat perkara yang
terjadi atas dirinya sebagai perkara dari Tuhan Allah. Kemampuan Yusuf melihat
pengalaman hidupnya dari sudut pandang iman mengarahkan dia tetap mengasihi
keluarganya, mengasihi ayahnya dan saudara-saudaranya. “jadi bukanlah kamu yang
menyuruh aku ke sini, tetapi Allah. Dialah yang menempatkan aku sebagi bapa
bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh
tanah Mesir” inilah pernyataan Yusuf kepada saudara-saudaranya. Dendam dan rasa
benci tidak ada di dalam diri Yusuf walaupun kalau mengingat perlakuan
saudara-saudaranya begitu jahat kepadanya di masa silam. Yusuf sangat menyadari
bahwa kedudukannya yang sekarang adalah semata-mata anugerah Allah yang
bertujuan agar melalui dirinya, kehidupan banyak orang tetap terjamin, termasuk
kaum keluarganya.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pengalaman hidup Yusuf, merupakan pengalaman hidup yang
mengharukan. Tidak banyak orang atau mungkin sangat sulit dijumpai orang
seperti Yusuf di kehidupan sekarang ini. Seseorang yang pernah diperlakukan
dengan tidak baik, bahkan direncanakan untuk dibunuh, kemudian dijual kepada
orang lain, pastilah sulit untuk melupakannya. Rasa kecewa, benci dan bahkan
dendam yang membara akan menyelimuti hidup orang seperti ini. Ketika orang
seperti ini kemudian sukses, pastilah tidak mudah menerima saudara yang pernah
berbuat kejahatan kepada kepada kita. Mungkin saja tidak mau mengakui, tidak
mau menerima atau bahkan dapat saja membalas dendam kepada saudara-saudara yang
seperti ini. Tetapi Yusuf tidak demikian. Yusuf tidak mendendam, Yusuf tidak
membalas perbuatan saudara-saudaranya. Yusuf melupakan semua tindak kejahatan
saudara-saudaranya kepadanya oleh karena ia menyadari bahwa keadaan hidupnya
sekarang, kesuksesan yang diraihnya merupakan karya Tuhan dengan tujuan agar
melalui dirinya, banyak orang diselamatkan termasuk keluarganya sendiri.
Sengsara membawa nikmat, itulah semboyan yang tepat diperuntukkan pada hidup
Yusuf.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Apa makna kisah hidup Yusuf ini bagi
kita? Yang pertama ialah bahwa keluarga dan saudara-saudara kita adalah
keluarga dan saudara untuk selamanya. Maka seberat apapun dan sesakit apapun
perlakuan saudara-saudara kita kepada kita di kehidupan masa silam, maka
keadaan dan posisi hidup kita saat ini harus diaminkan sebagai rencana dan
rancangan Tuhan Allah. Tuhan senantiasa merancang kita pada rancangan damai
sejahtera walaupun ada saudara kita yang merancangkan kecelakaan atas kita.
yang kedua ialah, melalui kisah hidup Yusuf ini kita sekalian diingatkan bahwa
hidup setiap orang terus berproses dan diproses oleh Tuhan Allah untuk tiba
pada kesuksesan dan hidup yang berkemenangan. Yang ketiga ialah bahwa setiap
orang harus menjadi seorang yang mengampuni, menyambut dan membalaskan setiap
perbuatan dengan memberkati orang lain. terpujilah Tuhan Allah. Amin
Bacaan Alkitab: Lukas
9:28-36; 1 Tim 6:11-16
Sidang
Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pengantar
singkat tentang Pra Paskah
Hari Minggu saat ini
kita sekalian telah memasuki minggu-minggu sengsara/prapaskah selama 7 Minggu
ke depan. Penetapan kalender gereja ini sesungguhnya dimaksudkan agar kita
diberi waktu dan kesempatan untuk merenungkan kesengsaraan Yesus Kristus yang
telah terjadi ketika kehadiranNya di dunia ini demi menganugerahkan keselamatan
kepada kita. Masa 7 minggu sengsara (40 hari) tidak termasuk Jumat agung dan Sabtu
teduh. Masa sengsara adalah masa persiapan paskah. Masa 40 hari ini umat
diarahkan untuk memeriksa diri serta memiliki pengalaman penderitaan, kematian,
dan kemenangan Kristus atas maut. Minggu sengsara dulunya diawali dengan
perayaan Rabu abu (tradisi RK) dan berakhir pada hari Minggu Palem, yakni hari
Minggu sebelum Jumat Agung. Minggu Palem merupakan pengingat bagi kita yakni
ketika Yesus memasuki Yerusalem dengan disambut oleh orang banyak dan memproklamirkan
Dia sebagai Kristus. Hari Kamis berikutnya disebut Kamis Putih menunjuk pada
perayaan perjamuan Yesus dan murid-muridNya, sesudah itu jumat agung, sabtu
teduh dan minggu paskah (berdasarkan tradisi gereja RK).
Minggu sengsara atau
periode 40 hari sering juga disebut masa puasa. Tahun 325 dalam konsili di
Nicea gereja menetapkan tentang puasa ini. Tujuannya adalah; 1. Agar orang
Kristen bersiap diri dan melakukan pertobatan, dan 2. Agar orang-orang yang
belum Kristen dan mau menjadi Kristen dipersiapkan untuk menerima baptisan pada
saat paskah. (tradisi di Roma waktu itu, orang biasanya mengenakan baju dari
sarung dan tetap terpisah dari kontak sosial sampai mereka diperdamaikan
kembali dengan komunitas Kristen pada kamis putih). Pada tahun 600 an Paus
Gregorius agung menambahkan tradisi ke dalamnya, yakni dengan praktek memerciki
para penyesal dengan Abu yang membuat hari itu diberi nama Rabu Abu. Di Gereja
kita, tradisi perayaan Minggu sengsara dilaksanakan selama 7 Minggu tanpa
mengikuti semua tradisi yang ada di dalamnya, tetapi tetap memberi makna kepadanya sebagai
waktu bagi semua jemaat untuk hidup dalam perenungan akan sengsara atau
pengorbanan Yesus Kristus demi penyelamatan manusia.
Sidang
Jemaat, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Minggu saat ini, Firman Tuhan yang menjadi bacaan kita berisi tentang sebuah
peristiwa Illahi yang terjadi dan dialami tiga orang murid Yesus yang biasa
disebut dengan istilah Transfigurasi atau dalam bahasa Yunani disebut dengan
metamorpho-omai, yakni mengubah bentuk atau rupa. Yaitu, bahwa dalam
perjalananNya menuju Yerusalem, Yesus Kristus mengalami perubahan penampakan
wajah yang penuh cahaya kemuliaan Illahi. Transfigurasi itu kemudian diyakini
sebagai karunia Allah bagi umatNya, yakni perubahan spiritual orang-orang
beriman. Penampakan Elia dan Musa bersama Yesus Kristus di puncak gunung
tersebut merupakan penampakan diri dalam kemuliaan Illahi. Peristiwa
transfigurasi sendiri diawali dengan Yesus berdoa, dan dikemuliaan Illahi
tersebut, Yesus berbicara dengan Elia dan Musa. Pembicaraan tersebut tak lain
dan tidak bukan adalah mengenai tujuan kepergian Yesus Kristus dan penggenapan
tentangNya di Yerusalem. Petrus dan teman-temannya yang melihat Kemuliaan Yesus
Kristus saat itu, berkata kepada Yesus” Guru, betapa bahagianya kami berada di
tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu
untuk Musa dan satu untuk Elia." Persoalannya adalah bahwa Petrus tidak
tahu atau tidak mengerti apa yang ia katakan. Mereka sungguh merasakan
kebahagiaan ketika menyaksikan kemuliaan Allah saat itu, tetapi di saat yang
samapun ketika awan menaungi mereka dan masuk ke dalam awan itu, takutlah
mereka.
Sidang
Jemaat saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pengalaman iman ketiga murid di puncak gunung
pengalaman rohani bersama Yesus Kristus merupakan pengalaman iman yang tidak
mungkin terlupakan oleh mereka. mereka berbahagia di sana, bahkan Petruspun
menawarkan hendak mendirikan 3 kemah di sana. Ia ternyata masih memikirkan
Allah seperti pemikiran iman bangsa Israel ketika di perjalanan di padang
gurun. Petrus tidak tahu, bahwa Allah ada di dalam diri Yesus Kristus. Yesus
Kristuslah kemah suci yang sesungguhnya. Di dalam Yesuslah berdiam segala kepenuhan
Allah. Selanjutnya adalah ketidak tahuan Petrus tentang apa yang diucapkannya
sebenarnya menunjuk pada kemampuannya untuk mengerti apa sesungguhnya yang
selanjutnya akan terjadi dan dialami Yesus dalam menunjukkan kemuliaan Allah
tersebut, yakni dengan menggenapi segala sesuatu yang ditetapkan Allah untuk
terjadi dan dialami Yesus Kristus, yakni kesengsaraan, kematian dan
kebangkitan. Kebahagiaan Petrus dan kawan-kawannya di puncak gunung tersebut
oleh karena menikmati dan mangalami kemuliaan Illahi ternyata adalah
kebahagiaan situasional. Mereka ternyata kemudian merasa takut tatkala awan
gelap menaungi hidup mereka. Peristiwa ini sesungguhnya merupakan kritik iman
bagi setiap orang percaya bahwa ketika berada di puncak gunung kebahagiaan
karena menikmati kemuliaan Allah, orang percaya harus tetap berada di
konsistensi iman. Memandang kemuliaan Tuhan, sungguh memang akan mengantar
setiap orang kepada kebahagiaan. Akan tetapi, bahwa kemuliaan Tuhan itu
tidaklah situasional atau kondisional, maka ketika awan kelam menutupi
kehidupan ini, berada di dalam kemuliaan Allah harus tetap menjadi komitmen
iman.
Sidang
Jemaat saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Peristiwa transfigurasi Yesus Kristus,
yang disaksikan dan dinikmati oleh Petrus dan kawan-kawannya sesunguhnya adalah
peristiwa yang tidak pernah usai dan using dalam hidup setiap orang yang
percaya kepada Yesus Kristus. Bahwa kemuliaan Allah itu harus dan mesti menjadi
prinsip hidup dan tujuan hidup setiap orang di dunia ini. Tetapi harus pula
diingat bahwa kemuliaan Tuhan itu juga diwujudnyatatakan dalam bentuk
pengorbanan melalui kesengsaraan. Jika Yesus berbicara dengan Musa dan Elia di
peristiwa transfigurasi tersebut, maka sesungguhnya, Yesus Kristus hendak
menegaskan bahwa kemuliaanNya akan menjadi nyata dan sempurna ketika
segala kehendak Allah digenapiNya,
termasuk dengan cara menderita dan sengsara. Jika Minggu saat ini kita mulai
memasuki minggu-minggu sengsara sesungguhnya kepada kita diingatkan 2 hal,
yakni bahwa kesengsaraan orang benar dan dalam kebenaran adalah wujud kemuliaan
Allah. Yang kedua. Bahwa wujudnyata kemuliaan Allah akan membawa setiap orang
percaya kepada kebahagiaan. Oleh karena itu, tugas kita sesungguhnya adalah
memancarkan kemuliaan Allah kepada dunia ini, melalui identitas diri, perilaku
hidup, konsistensi iman atau kesetiaan meskipun dalam bingkai pengalaman
sengsara dan derita. Dalam bacaan kita yang kedua ditegaskan bahwa sebagai
manusia Allah, atau sebagai orang-orang yang di dalam hidupnya terpancar
kemuliaan Allah melalui pengorbanan Yesus Kristus yang telah menyelamatkan,
menguduskan, maka segala bentuk perilaku, pemikiran yang tidak berkenan di
hadapan Allah harus dibuang dari hidupnya. Sebaliknya, orang-orang yang telah
menerima keselamatan dari Allah di dalam Yesus Kristus, harus mengejar
keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan serta harus
bertanding dalam pertandingan iman yang benar untuk meraih hidup kekal.
Sidang
Jemaat saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sehubungan dengan perayaan HUT GPI yang
ke 414 tahun di minggu sengsara saat ini, melalui Firman Tuhan saat ini pun
kepada kita sebagai warga gereja protestan Indonesia diingatkan bahwa melalui
peristiwa 414 tahun yang silam di Ambon, Tuhan telah menunjukkan kemuliaanNya.
Ulang tahun GPI ini ditetapkan (Selasa,
27-2-1605) karena pada saat itulah ibadah syukur pertama kali dilakukan dengan
menggunakan tata ibadah gereja protestan di Indonesia bahkan di seluruh Asia.
Pada saat itulah pula kemuliaan Allah disaksikan dan dilihat di Nusantara
melalui gereja Protestan. Kebahagiaan menjadi pengalaman orang-orang protestan.
Tetapi harus pula diingat, bahwa kebahagiaan itu bisa pudar dan hilang jikalau
kemuliaan Allah tidak tinggal tetap di dalam hidup umatNya. Maka kalaupun
kesengsaraan harus menjadi pengalaman beriman kita di negeri ini, di tengah
kehidupan kita dengan orang-orang lain oleh karena kecintaan kita terhadap
keadilan, oleh karena kesetiaan kita kepada Tuhan Yesus, oleh karena kesabaran
dan kelembutan kita menghadapi segala bentuk penindasan dan penghambatan, maka
kita mesti ingat bahwa di sanalah kemuliaan Allah akan terus terpelihara.
Selanjutnya kita akan tetap berada di kebahagiaan Illahi kendatipun awan kelam
menaungi kita, kita tidak akan menjadi ketakutan. Allah di dalam Yesus Kristus
setia menyertai kita, sebagaimana orang-orang protestan boleh bersyukur di
benteng kemenangan (Viktoria) di Ambon 414 tahun yang silam maka kitapun akan
tiba pada benteng kemenangan kekal di puncak kebahagiaan bersamaNya. Selama
menjalani minggu-minggu sengsara dan selamat ulang tahun bagi gereja Tuhan,
Gereja Protestan di Indonesia. Tuhan Yesus Memberkati. “Dialah satu-satunya
yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri.
Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia.
Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin
Bacaan
Alkitab: Kej 1:28- 30
Bapak, Ibu,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Berbicara tentang Kisah Penciptaan
dalam Alkitab, maka kita akan menyaksikan bagaimana kemudian Tuhan Allah
menyempurnakan ciptaan-Nya dengan menciptakan manusia. Penciptaan manusia
tersebut berbeda dengan ciptaan lainnya. Jika dalam menciptakan langit, bumi
dan segala isinya, Tuhan Allah cukup dengan berfirman, maka dalam menciptakan
manusia, Tuhan Allah harus turun tangan menjadikannya serupa dan segambar dengan
Tuhan Allah. Apakah maksudnya? Tindakan Tuhan Allah dalam menciptakan manusia
tersebut dimaksudkan bahwa manusia adalah makhluk yang sangat berbeda dengan
ciptaan Tuhan lainnya. Manusia adalah satu-satunya makhluk ciptaan Tuhan yang
diberi akal dan budi serta kemampuan yang lebih dibanding dengan makhluk
lainnya. Maksud Tuhan Allah menciptakan manusia serupa dan segambar dengan Dia
ialah agar manusia menjadi mitra Allah dalam memelihara alam ciptaan Tuhan
Allah. Namun sayang saudara-saudara, manusia gagal melakukan tugas ini. Manusia
jatuh ke dalam dosa. Gambar dan rupa Allah dalam diri manusia hilang pudar oleh
dosa. Manusia tidak lagi sanggup melakukan tugasnya sebagai mitra Allah. Berkat
Allah disalahgunakan dan demikian juga dengan kuasa yang diberikan kepadanya.
Bapak, Ibu,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Mari kita merenungkan kembali kodrat awal manusia yang
diberkati oleh Tuhan Allah melalui bacaan Alkitab saat ini! Yang pertama bahwa
yang dilakukan Tuhan Allah kepada manusia setelah mereka diciptakan serupa dan
segambar dnegan Dia adalah “memberkati” (ay.28). diberkati berarti diberikan
anugerah, diberikan hal dan wewenang istimewa. Jelas bahwa hak dan wewenang
yang merupakan berkat Tuhan ini tidak diberikan kepada makhluk lainnya. Itu
berarti bahwa manusia diberkati dengan tujuan agar manusia itu menjadi berkat
bagi dunia ciptaan Tuhan. Diberkati berarti diberikan sesuatu yang tidak
dimilikinya atau yang tidak ada padanya. Manusia sesungguhnya hanyalah ciptaan
Tuhan, akan tetapi karena ia diberkati, maka ia menerima anugerah Illahi. Berkat
Tuhan kepada manusia yang diciptakan itu ialah:
1.
Beranak cuculah dan bertambah banyak
Apa
sesungguhnya makna berkat yang satu ini? “Beranakcucu dan bertambah banyak”
bukanlah sekedar memiliki keturunan yang banyak, melainkan berkat ini juga
mengandung makna bahwa kepada manusia, Tuhan Allah memberikan hak untuk hidup
dan melanjutkan kehidupan secara terus menerus dengan cara Allah memberikan
keturunan kepada manusia sehingga manusia itu semakin banyak dan mampu
memelihara kehidupan tersebut dengan kemampuan yang diberikan kepadanya.
beranakcucu dan bertambah banyak berarti Tuhan Allah memberikan jaminan kepada
manusia bahwa hidup mereka akan berkelanjutan dan berlangsung secara terus
menerus.
2.
Penuhilah bumi dan taklukkanlah itu
Melalui
berkat Tuhan, yakni memberikan jaminan keberlanjutan dan keberlangsungan hidup
kepada manusia, maka harapan Tuhan, bumi yang dijadikan-Nya akan diisi dan
dipenuhi oleh manusia-,manusia yang memiliki akal dan budi sehingga mitra kerja
Allah semakin banyak di bumi untuk melakukan apa yang Tuhan Allah kehendaki
bagi bumi ciptaan-Nya. Selanjutnya, manusia diberkati untuk menaklukkan bumi.
Menaklukkan bumi harus dimengerti sebagai upaya untuk menjadikan bumi bukan
sebagai ancaman dan malapetaka bagi kehidupan ciptaan Tuhan. Menaklukkan bumi
tidak dapat diartikan sebagai tindakan otoriter terhadap bumi. Bukan pula
sebagai wewenang untuk menjadikan bumi taat kepada manusia. Atau dengan kata
lain bahwa yang dimasudkan dengan menaklukkan bumi adalah membuat atau
menjadikan bumi menjadi tempat hidup yang nyaman dan yang mendatangkan damai
sejahtera bagi seluruh ciptaan Tuhan. Berkat Tuhan kepada manusia untuk
menaklukkan bumi tidaklah berarti bahwa manusia dapat seenaknya atau semaunya
berbuat segala hal terhadap bumi.
3.
Berkuasalah…
Berkat
yang ketiga ini, seringkali disalah artikan oleh manusia. Manusia mengira bahwa
yang dimaksud dengan berkuasa adalah dapat berbuat apapun terhadap segala yang
diciptakan Tuhan sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Berkuasalah atas
ikan-ikan di laut, burung-burung diudara dan atas segala binatang yang merayap
di bumi harus diartikan sebagai berkat dimana Tuhan Allah memberikan kemampuan
kepada manusia untuk mengelola semua ciptaan Tuhan tersebut menjadi berkat bagi
hidupnya. Berkuasa atas ikan-ikan, burung-burung dan segala jenis binatang
melata berarti bahwa manusia akan memperoleh faedah dari ikan-ikan,
burung-burung dan segala jenis binatang melata bagi kehidupannya. Intinya
adalah jika Tuhan Allah memberikan berkat kepada manusia untuk berkuasa atas
ikan-ikan, burung-burug dan atas segala binatang melata itu berarti bahwa
manusia diberikan wewenang atau hal untuk menjadikan ikan-ikan, burung-burung
dan segala binatang melata itu sebagai berkat bagi hidupnya bukan sebaliknya.
4.
Memberikan tumbuhan atau pohon-pohonan
yang berbiji dan berbuah sebagai makanan
Berkat
yang satu ini sesungguhnya adalah berkat yang merupakan jaminan keberlangsungan
hidup manusia. Tuhan Allah memelihara manusia dengan memberikan makanan yang
tidak dapat habis, karena makanan tersebut berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
pohon-pohonan yang berbiji dan berbuah. Tumbuhan dan tanaman berbiji dan
berbuah adalah jenis tumbuhan dan tanaman yang dapat tumbuh dan berbuah
kembali. Artinya bahwa Tuhan Allah memberikan jaminan ketersediaan makanan
kepada manusia melalui tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan yang berbuah dan
berbiji. Maka oleh karena itu, supaya kebutuhan makanan terus terjamin bagi
manusia, manusia harus memeliharanya supaya tetap ada dan lestari.
Bapak, Ibu,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kembali
ke tema renungan kita saat ini, yakni: “Memelihara Bumi”. Melalui bacaan
Alkitab saat ini, sesungguhnya kita semua sedang diarahkan untuk kembali
merenungkan jati diri kita yang semula dan yang sebenarnya. Bahwa kita adalah
ciptaan Tuhan Allah yang dijadikan serupa dan segambar dengan-Nya. Kita adalah
ciptaan Tuhan Allah yang diberikan keistimewaan lebih dari segala yang
dijadikan-Nya. Kita adalah ciptaan yang diberkati. Diberkati untuk; beranakcucu
dan bertambah banyak, diberkati untuk memenuhi dan menaklukkan bumi, kita
adalah ciptaan yang diberkati untuk berkuasa atas ikan-ikan, burung-burung dan
atas segala binatang yang merayap dan kita adalah ciptaan yang diberikan
jaminan makanan dalam hidup ini. Maka sebagai ciptaan yang serupa dan segambar
dengan Tuhan Allah, kita seharusnya kembali kepada kodrat kita yang sebenarnya.
Bumi dan segala yang hidup di dalamnya diciptakan Tuhan Allah semata-mata
dimaksudkan agar memuliakan Dia. Bumi dan segala makhluk yang ada di dalamnya
Tuhan ciptakan supaya gambar dan rupa-Nya yakni manusia tetap ada dan
terpelihara. Tetapi apa kemudian yang terjadi saudara-saudara? Manusia sendiri
seringkali menjadi serakah, mengeksploitasi bumi dengan kerakusannya. Bumi dan
segala yang ada di dalamnya, termasuk ikan-ikan, burung-burung dan
pohon-pohonan dieksploitasi manusia tanpa pertimbangan dan tanpa aturan asalkan
memuaskan keinginannya. Akibatnya, alam atau bumi seringkali tak bersahabat
lagi dengan manusia, ikan-ikan, burung-burung dan tanam-tanaman atau
pohon-pohonan musnah dan lenyap. Manusia seringkali menjadi korban ganasnya
alam, manusia kehilangan makanan karena ikan-ikan, burung-burung dan
pohon-pohonan dihabiskan dan dimusnakan manusia. Manusia seringkali harus
kehilangan nyawa ketika banjir, longsor dan bencana alam lainnya terjadi.
Manusia tidak menyadari bahwa bumi telah dirusak, pasokan makanan telah
dihabiskan.
Bapak, Ibu,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Membaca
dan merenungkan kembali ayat-ayat Alkitab saat ini, maka kita disadarkan akan
kekeliruan dan kesalahan kita. sebagai ciptaan Tuhan yang dijadikan segambar
dan serupa dengan Dia ( Imago Dei), manusia harus kembali sadar bahwa kita
adalah makhluk mulia. Kita adalah ciptaan yang diberkati dengan maksud supaya
menjadi berkat bagi ciptaan lainnya. Jika kita mau supaya alam ciptaan Tuhan
bersahabat dan memberikan hasilnya kepada kita, maka peliharalah alam.
Janganlah serakah meraup sebanyak-banyaknya dari hasil alam. Apakah bukti-bukti
konkrit bahwa manusia tidak lagi menggunakan berkat Tuhan itu dengan benar?
Mari, lihatlah misalnya
sikap atau perilaku manusia kepada manusia lainnya. Bukannya beranakcucu dan
bertambah banyak seperti yang diberkati Tuhan. Manusia malah membunuh
sesamanya, manusia menjual sesamanya, manusia melakukan aborsi, manusia menjual
sesamanya dan manusia memperbudak sesamanya. Anak-anak ditelantarkan, orangtua
tidak dihormati dan disayangi, pokoknya manusia seringkali tidak lagi
memelihara sesamanya. Bukti lainnya ialah, bahwa alam ciptaan Tuhan
dieksploitasi dengan ganas, hutan-hutan dibabat, dibakar, pohon-pohonan
ditebang tanpa aturan, hutan menjadi gundul dan akhirnya kekeringan melanda dan
pohon-pohonan sebagai sumber makananpun mati dan habis ditebang hanya untuk
memuaskan hasrat dan keinginan manusia. Selanjutnya, ikan-ikan dibom, dipukat
tanpa pilih dan tanpa memperhitungkan keberlangsungan habitatnya, akibatnya
ikan semakin sulit didapat, belum lagi ketika air dicemari oleh berbagai jenis
limbah, yang mengakibatkan kematian makhluk hidup di dalam air. Akibat kedurhakaan
manusia tersebut, manusia kemudian seringkali menderita karena sesama, karena
perbuatannya yang serakah menguasai dan menaklukkan bumi dengan pemahaman dan
tindakan yang salah.
Bapak, Ibu,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kita telah mengalami dan mendengar serta menyaksikan
berbagai bentuk malapetaka dan bencana karena ulah manusia. Semua peristiwa
tersebut sesungguhnya hendak menegor kita untuk kembali bertobat menjadi jati
diri kita yang semula yakni manusia yang dijadikan serupa dan segambar dengan
Tuhan Allah. Kita adalah ciptaan yang diberkati, supaya kita menjadi berkat
bagi ciptaan Tuhan melalui tindakan kita, yakni: memelihara Bumi. Mari kita
mulai dari tindakan yang dianggap sepele, membuang sampah pada tempatnya
misalnya, menjaga lingkungan kita supaya tetap aman, nyaman, bersih dan asri.
Marilah kemudian dengan berprinsip hidup benar, yakni dengan berani berkata:
cukup, sehingga kita terhindar dari pola hidup yang rakus. Mulailah dari
perkara kecil, maka kitapun akan Tuhan berkati melakukan perkara yang lebih
besar. Peliharalah bumi, supaya bumi memeliharamu. Terpujilah Tuhan Allah.
Amin
Bacaan Alkitab: Matius 13: 18- 23
Sidang
Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus
Tepat
tanggal 9 February 2019 kemarin, Jemaat GPID Koinonia Palu genap berusia 3
Tahun dan kita merayakannya bersama dalam persekutuan ibadah Minggu saat ini. 3
tahun tentu adalah usia yang masih sangat belia jika kita menganalogikannya
dengan umur seorang manusia. Akan tetapi saudara-saudara, Jemaat GPID Koinonia
bukanlah seorang anak berumur 3 tahun, Jemaat ini ada organisme dan sekaligus
adalah organisasi berdasarkan hakekatnya sebagai Gereja. Memang harus diakui,
bahwa sebagai jemaat yang baru berusia 3 tahun, jemaat ini telah mengalami dan
menghadapi berbagai bentuk peristiwa yang diyakini dan harus diaminkan sebagai
proses untuk memurnikannya menjadi gereja yang sesuai dengan kehendak Sang
Kepalanya, yakni Tuhan Yesus Kristus.
Sidang
Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus
Menjadi gereja yang berakar, bertumbuh
dan berbuah adalah gereja yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus Kristus. Dalam
suasana syukur sukacita ini, saya mengajak kita sekalian merenungkan dan
memaknai perumpamaan Tuhan Yesus tentang seorang penabur. Perumpamaan ini
sesungguhnya tidak sekedar berbicara tentang penaburnya, tetapi juga menekankan
tanah atau tempat benih tersebut jatuh dan ditaburkan. Sebab jika perhatian dan
perenungan kita hanya tertuju pada si penabur benih, maka akan ada kesan bahwa
letak kegagalan dalam berakar, tumbuh dan berbuahnya benih tersebut adalah pada
sipenabur. Mari kita simak dengan seksama arti perumpamaan ini sebagaimana yang
dijelaskan Tuhan Yesus!
Bacaan Alkitab: Lukas 12:43-44
Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Seorang hamba dalam tradisi hidup umat Israel
Ialah seorang yang bekerja
penuh waktu dan seluruh hidupnya ada dalam kuasa tuannya. Hamba diharuskan melayani seluruh kebutuhan
tuannya dan juga bertanggungjawab atas segala yang dimiliki oleh tuannya.
Perjuangan utama seorang hamba adalah bagaimana dia membuat tuannya terlayani
dengan baik, sehingga dengan demikian ia akan memperoleh perlakuan yang baik
dari tuannya. Oleh karena itu, hamba yang baik akan senantiasa berupaya keras
dalam kesiapsiagaan supaya kapanpun tuannya memeriksa pekerjaannya, ia akan
kedapatan benar dan melakukan tugas tanggungg jawabnya dengan benar dan itu
akan menyenangkan hati tuannya. Realitas kehidupan yang seperti ini, ternyata
ada dalam perhatian Tuhan Yesus. Sehingga analogi kehidupan hamba dan tuan
dijadikan Tuhan Yesus sebagai referensi pengajaranNya kepada murid-muridNya,
tentang bagaimana seharusnya orang percaya hidup dalam hubungannya dengan Tuhan
Allah.
Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Berdasarkan bacaan Alkitab ini, sesungguhnya Tuhan Yesus
hendak menyampaikan satu hal kepada setiap orang percaya bahwa menjadi manusia
yang berintegritas adalah prinsip kehidupan yang harus dipegang dan dimiliki
oleh orang yang percaya kepadaNya. istilah integritas bukanlah istilah yang
asing bagi kita di zaman sekarang ini. Di setiap instansi seluruh orang diajak
dan dituntut untuk memiliki integritas yang tinggi, baik terhadap pemimpinnya,
pekerjaannya dan juga pada lembaga atau korpsnya. Berintegritas secara
sederhana dapat diartikan sebagai sikap hidup yang menunjukkan adanya
kesesuaian antara yang diucapkan dengan tindakan. Tetapi jika ditelisik lebih
dalam, berintegritas memiliki makna yang lebih luas dan dalam. Berintegritas
adalah sikap dan sifat hidup yang mendedikasikan hidup dengan penuh pada apa
yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Pendedikasian hidup tersebut meliputi
totalitas hidup yang disertai dengan loyalitas dan kecintaan pada tugas dan
tanggung jawab. Prinsip seperti inilah sesungguhnya yang dikehendaki Tuhan
Yesus dimiliki oleh setiap orang yang percaya kepadaNya.
Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Menurut Tuhan Yesus, seseorang
yang daripadanya dituntut pertanggungan jawab atas tugas dan pekerjaan yang
dipercayakan kepadanya akan berbahagia apabila kedapatan berintegritas dan
berdedikasi yang tinggi serta memiliki loyalitas. “Berbahagialah hamba yang
didapati tuannya melakukan tugasnya..”. kata “berbahagia” di sini tidak sulit
untuk dimengerti. Akan tetapi berbahagia yang dimaksudkan Tuhan Yesus, bukanlah
kebahagiaan biasa, sebagaimana halnya dengan sebuah perasaan. Kebahagiaan yang
dimaksudkan Tuhan Yesus di sini adalah adanya perasaan sukacita dan perasaan
senang yang disertai pengalaman nyata. Jadi bukan sekedar perasaan, tetapi juga
dalam pengalaman nyata, yakni bahwa hamba itu akan memperoleh penghargaan yang
luar biasa. Di saat itulah kondisi dan posisi kehambaannya menjadi kondisi dan
posisi yang jelas berbeda dalam realitas sebagaimana kehidupan hamba biasanya.
Seorang hamba yang memiliki integritas, dedikasi dan loyalitas dalam melakukan
tugas dan tanggungjawabnya akan menikmati perlakukan yang istimewa, yakni diberikan
kepercayaan yang besar dan dengan demikian ia tidak lagi diperlakukan seperti
hamba yang tidak berguna. Dalam hubungan dengan Tuhan Allahpun, integritas,
dedikasi dan loyalitas adalah prinsip hidup beriman yang Tuhan kehendaki.
Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Sehubungan dengan ibadah kita saat ini, kepada kita, kepada
saudara-saudara sekalianpun, Tuhan Allah menghendaki agar kita memiliki
integritas, dedikasi serta loyalitas hidup beriman. Bagaimanakah sesungguhnya
kita mengaplikasikannya di tengah kehidupan kita di dunia ini? Harus diaminkan
saudara-saudara, bahwa apapun yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita
sekarang ini, itu semua adalah wujud dan bentuk kasih Tuhan yang memberikan
kepercayaan kepada kita untuk bertanggung jawab bukan hanya kepada pemerintah,
kepada pemimpin, tetapi juga kepada Tuhan Allah. Maka supaya kita menikmati
kebahagiaan dalam hidup ini, di tengah kita mewujudnyatakan atau melakukan
tugas dan tanggung jawab kita, maka kita harus memiliki integritas, dedikasi
dan loyalitas hidup. Siapapun kita, yang diutus Tuhan Allah ke dalam dunia ini,
di berbagai bentuk tugas dan tanggung jawab, kita adalah hamba-hamba Tuhan. Untuk
itu kita diingatkan oleh Firman Tuhan saat ini, bahwa Tuhan akan datang, Dia akan
menuntut pertanggungan jawab dari setiap kita, tentang apa yang Dia percayakan
untk kita pertanggngjawabkan dan lakukan. janjiNya ialah, bahwa kebahagiaan
niscaya menjadi milik setiap hamba yang kedapatan melakukan tugasnya dengan
baik dan benar. Maka peroleh dan nikmatilah kebahagiaan hidup dari Tuhan Allah
dan bersama dengan Dia melalui prinsip hidup yang berintegritas, berdedikasi
tinggi dan memiliki loyalitas yang kuat. Terpujilah Tuhan. Amin.
Bacaan Alkitab: 1 Petrus 3:8-9.
Saudara-saudara, dan
Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Zaman di mana kita hidup sekarang ini, adalah
zaman yang sulit untuk dipahami dan dimengerti. Sulit dipahami dan dimengerti
karena ada banyak hal yang berlaku dan terjadi dikehidupan ini yang mengandung
dan mengundang pertanyaan. Yang jauh bisa menjadi dekat, tetapi yang dekatpun
bisa menjadi jauh. Hal itu dapat kita saksikan dalam fenomena teknologi
komunikasi yang serba canggih saat ini. Melalui media teknologi komunikasi,
kita dapat terhubung dengan orang-orang yang jauh dengan kita, tetapi
sebaliknya, orang-orang yang dekat dengan kitapun dapat menjadi jauh dari kita.
Terkadang saudara yang jauh menjadi dekat dengan kita, saudara dekat malah
menjadi jauh. Teknologi komunikasi tersebut dapat menjadi sarana bagi setiap
orang untuk memberkati saudaranya, tetapi juga menjadi sarana untuk menghujat,
membohongi saudaranya pula. Itulah fenomena hidup yang terjadi. Tetapi, yang
salah bukanlah zaman ini, bukan pula media yang serba canggih yang salah.
Manusialah yang seringkali menyalahgunakannya. Yang pasti, zaman yang sedang
kita jalani saat ini adalah zaman dimana kita ditantang sebagai persekutuan
untuk senantiasa berkomitmen hidup dalam kasih persaudaraan. Sebab, sebagai
persekutuan yang percaya kepada Tuhan, kita semua adalah saudara-bersaudara.
Saudara-saudara, Keluarga
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Persaudaraan adalah ciri utama hidup
kekristenan. Orang Kristen yang hidup di berbagai tempat merupakan persekutuan
yang tercipta atas dasar semangat persaudaraan seorang dengan yang lain.
Sebagai saudara-bersaudara, maka di manapun persekutuan Kristen berada dan
berdiam, maka di sana mestilah terjalin persaudaraan. Artinya, persekutuan
orang yang percaya kepada Yesus Kristus adalah persekutuan persaudaraan. Kepada
orang-orang demikianlah sesungguhnya surat ini ditujukan oleh Petrus. Isinya
adalah nasehat supaya sebagai persekutuan, orang-orang percaya di manapun
berada tetap dengan konsisten dan dengan berkomitment memelihara persekutuan
dengan baik dan benar. Persekutuan tersebut dimulai dari persekutuan rumah
tangga, yakni persekutuan yang kokoh dan hidup dalam kasih serta mengasihi.
Selanjutnya, kasih dari persekutuan rumah tangga terus terpancar dalam persekutuan
yang lebih luas, yakni persekutuan orang percaya yang bersaudara. Bacaan
Alkitab saat ini adalah juga bagian dari nasehat bagi kehidupan yang merupakan
saudara-bersaudara. Yang pertama; bahwa sebagai persekutuan yang percaya,
persaudaraan yang tercipta haruslah semua seia sekata. Seia sekata di sini
diartikan sebagai sikap yang menunjuk adanya mufakat dan kesatuan paham serta
komitmen bersama untuk bersama-sama di perjalanan, direncana dan di segala hal
yang diperjuangkan. Dengan kata lain, bahwa dalam sebuah persekutuan yang
dilandasi persaudaraan selalu berjalan bersama untuk kepentingan bersama, bukan
sama-sama berjalan karena sama-sama kepentingan. Selanjutnya, bahwa sebuah
persekutuan atas dasar persaudaraan, juga harus seperasaan. Seperasaan dalam
hal ini bukanlah berarti bahwa semuanya punya perasaan yang sama. Itu tidak
mungkin. Tetapi seperasaan di sini adalah bahwa apapun yang dialami oleh
masing-masing orang dalam persekutuan yang bersaudara, maka saudara yang lain
akan turut merasakannya. Mengasihi saudara-saudara, juga menjadi nasihat Firman
Tuhan kepada setiap orang yang hidup di dalam perskeutuan yang bersaudara.
Mengasihi saudara-saudara, berarti memberi diri kepada saudara-saudaranya.
Kasih adalah memberi. Penyayang dan rendah hati adalah juga prinsip hidup yang
dipegang teguh oleh setiap orang yang hidup dalam persaudaraan. Bahwa dengan
bersikap dan bersifat penyayang serta memiliki kerendahan hati, maka
persekutuan persaudaraan akan benar-benar kokoh dan melahirkan nuansa
persekutuan yang benar di hadapan Tuhan Allah.
Saudara-saudara, dan Keluarga Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Oleh karena itu, sebagai persekutuan yang
dibangun di atas persaudaraan, harus memberkati dan bukan sebaliknya. Petrus
mengingatkan bahwa Tuhan Allah memanggil orang-orang kepada-Nya sesungguhnya
dimaksudkan agar orang-orang tersebut memberkati. “Diberkati supaya memberkati”
adalah konsep kehidupan orang-orang yang hidup dalam persaudaraan. Semua orang
yang dipanggil oleh Tuhan masuk dalam persekutuan dengan Dia, sesungguhnya
adalah orang-orang yang dipanggil untuk diberkati dan memberkati. Oleh karena
itu, jika kita bertanya, mengapa Tuhan memanggil kita ke dalam persekutuan
dengan-Nya, jawabannya adalah agar kita diberkati. Mengapa kita diberkati,
supaya kita memberkati, sangat mudah memahami maksud dari nasehat Rasul Petrus
ini. Tetapi kemudian, apakah yang sering terjadi di dalam sebuah persekutuan?
Mengapa persekutuan dapat hancur berkeping-keping dan bahkan bertikai,
jawabannya adalah bahwa di sana kasih persaudaraan telah sirna. Kasih
persaudaraan, Nampak jelas ketika setiap orang di dalamnya seia sekata,
seperasaan, mengasihi, penyayang dan rendah hati. Jika salah satu dari hal ini
tidak ada dalam persekutuan, maka saat itulah persekutuan itu akan menjumpai
kehancurannya. Jika dalam persekutuan tidak ada prinsip untuk saling
memberkati, maka saat itu pulalah persekutuan itu hambar dan tiada dasar yang
kokoh dan teguh.
Oleh karena
itu, jika Tuhan Allah memanggil kita ke dalam persekutuan ini, maka Tuhan Allah
Allah menghendaki agar kita menjadi persekutuan yang bersaudara, seia sekata,
seperasaan, saling mengasihi, penyayang dan rendah hati. Di saat prinsip hidup
seperti ini terjadi di persekutuan, maka berkat Tuhan sungguh terbukti disana.
Seorang dengan yang lain niscaya saling memberkati karena Tuhan telah dan akan
senantiasa memberkati. Terpujilah Tuhan Allah. Amin
Bacaan
Alkitab: Kej. 11: 1- 9
Saudara-saudara,
Peserta persidangan Yang Dikasihi Tuhan
Yesus Kristus
Sinear atau Babel,
merupakan kota tertua dan pertama di dunia setelah berakhirnya musibah air bah
sesuai dengan kesaksian Alkitab. Di tempat inilah pertama kali kota didirikan
yang dikelilingi tembok yang terbuat dari batu bata, dalam arti, pembangunan
kota itu lebih telah lebih maju. Di
Palestina pada zamannya, hal yang membedakan kota dan desa bukanlah jumlah
penduduk atau luas wilayahnya, melainkan temboknya, yang kadang-kadang rangkap,
dengan rumah-rumah yang dibangun di antara tembok luar dan dalam, sedangkan di
luarnya terdapat kelompok-kelompok pedesaan yang memasok kota dengan perbekalan
dan tenaga kerja. Tembok-tembok kota dilengkapi dengan pintu-pintu gerbang
untuk keluar masuk. Pintu-pintu gerbang ini merupakan bagian penting, namun
juga merupakan tempat yang paling mudah bagi musuh untuk menerobos, dan karena
itu oleh penduduknya diberi benteng yang kokoh. Areal pintu gerbang sering
digunakan untuk berbagai pertemuan dan sidang pengadilan. Di luar tembok,
terdapat mata air yang dapat disadap untuk mensuplai air ke kota melalui
terowongan. Di dalam kota tersebut juga biasanya dibangun menara-menara baik
sebagai tempat mengawasi kota, maupun sebagai simbol kemegahan kota
itu.Peradaban baru paska air bah, ternyata mengandung kisah yang sangat menarik
untuk disimak dan direnungkan dalam kehidupan persekutuan orang-orang percaya.
Yang pertama, dalam peradaban umat manusia tersebut, demokrasi telah berlaku.
Alkitab tidak mencatat bahwa mereka punya seorang pemimpin, yang ada adalah
sistem demokrasi yang mereka terapkan dalam kebersamaan mereka. Yang kedua,
mereka sedang mencari identitas diri, yakni sedang mencari satu nama.
Saudara-saudara, Peserta persidangan Yang
Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Dalam
Alkitab, “Nama” sering merupakan metaforis untuk sifat, kedudukan, reputasi,
pekerjaan seseorang. “Nama” dalam Alkitab juga bisa menunjuk kepada keturunan
atau pengikut seseorang, misalnya pengikut Kristus disebut Kristen. Dari
perspektif humanisme, sebenarnya tujuan umat yang di Sinear itu pada dasarnya
adalah baik, yakni mereka hendak membangun satu komunitas yang bersatu,
sehingga mereka tidak terserak dengan satu bahasa persatuan. Mereka mencari nama
sebagai identitas mereka. Ternyata dalam perencanaan yang dibuat umat tersebut,
dikisahkan bahwa Allah melihatnya dan mengacaubalaukannya. Sehingga pada
akhirnya umat itu gagal mewujudkan rencana indah mereka. Sekilas ketika kita
membaca perikop bacaan Alkitab ini, muncul pertanyaan, di manakah letak
kesalahan umat manusia itu sehingga Tuhan Allah mengacaubalaukan rencana
manusia tersebut. Orang bisa berkata, “Itu karena manusia hendak membangun
menara sampai ke langit (sorga), ingin menjadi sama dengan Allah. Jawaban ini
memang adalah benar. Tetapi kita juga perlu melihat dari sisi tindakan umat
tersebut dalam hal menyepakati sesuatu yang bersangkut paut dengan kehidupan
mereka. Apa yang terjadi pada umat di Sinear menjadi peringatan bagi setiap
umat percaya dalam persekutuannya masa kini, bahwa kenyataannya kesepakatan
bersama melalui suara terbanyak belum tentu menjadi jaminan dalam
keberlangsungan sebuah persekutuan umat Tuhan.
Saudara-saudara,
Peserta persidangan Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus Dalam Teologi Kristen kita mengenal
“Theokrasi, yakni Kepemimpinan/pemerintahan Allah, maupun Kristokrasi
(Kepemimpinan/pemerintahan Kristus)”, yang secara sederhana dapat diartikan
bahwa dalam kehidupan persekutuan Kristen kepemimpinan tertinggi ada di tangan Allah
atau Kristus. Namun, ketika diperhadapkan pada realitas hidup di dunia ini,
kita berjumpa dan mau tidak mau harus menerima berbagai sistem dalam
organisasi, seperti misalnya semboyan yang berkata,: vox populi vox dei (suara rakyat adalah suara Tuhan)”, atau
musyawarah untuk mufakat, dan sistem lainnya. Sistem ini juga diberlakukan
dalam kehidupan di Sinear seperti yang disaksikan Alkitab saat ini. Mereka
bersepakat dalam mewujudkan cita-cita mereka sebagai kumpulan umat. Mereka
memimin hidup mereka sendiri berdasarkan kesepakatan mereka semata. Tidak ada
Tuhan di sana yang dijadikan sebagai pemimpin. Maka, kekeliruan besar umat di
Sinear adalah bahwa mereka tidak menjadikan Tuhan Allah sebagai pemimpin hidup
mereka. Kisah ini, sebaiknyalah menggugah kehidupan kita sebagai persukutuan
umat Tuhan yang percaya. Bahwa apapun yang menjadi kesepakatan kita, mestilah
merupakan kehendak Tuhan Allah. Umat yang menjadikan Tuhannya sebagai pemimpin
kehidupannya niscaya tidak akan tercerai berai oleh perbedaan yang ada, tetapi
tetap bersatu di dalam kepelbagaian, termasuk perbedaan setiap pendapat di
tengah persekutuan. Kehendak Tuhan Allah menjadi keputusan di atas
segala-galanya, termasuk di atas kesepakatan bersama yang dibuat. Tuhan
memberkati kita. Amin
Catatan:
Demokrasi:
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat; bentuk pemerintahan
yang segenap rakyat turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya; gagasan
hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan dalam suatu
pemerintahan.
“Dosa umat di wilayah Sinear ialah
keinginan untuk menguasai dunia dan nasib mereka terlepas dari Allah melalui
kesatuan organisatoris, kuasa, dan keberhasilan besar yang berpusatkan manusia.
Tujuan ini berlandaskan kesombongan dan pemberontakan terhadap Allah. Allah
membinasakan usaha ini dengan memperbanyak bahasa sehingga mereka tidak bisa
berkomunikasi satu dengan yang lain”
Bacaan
Alkitab: Yesaya 61: 10-11
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh
Tuhan Yesus Kristus,
Sukacita
atau kegembiraan yang terjadi dalam diri hidup orang-orang percaya kepada Tuhan
Allah, sesungguhnya adalah sukacita iman, yakni sukacita yang didasari dan
diwarnai dengan sikap tunduk dalam kerendahan memuji Tuhannya. Sukacita seperti
ini jelaslah sangat berbeda dengan perasaan sukacita yang terjadi dan dialami
oleh orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Sukacita orang percaya
tersebut lahir dan diungkapkan atas dasar pengakuan bahwa Tuhan Allah telah,
sedang dan akan berkarya di tengah kehidupannya, itulah kemudian yang kita
kenal dan sebut sebagai ucapan syukur. Ucapan syukur selalu dan memang harus
diwarnai dengan sukacita iman, sehingga ditindakan bersyukur tersebut yang ada
adalah sukaria, kendatipun perjalanan dan tantangan hidup masih harus dihadapi
di depan. Melalui bacaan kita saat ini, dijelaskan bahwa Yesaya bersaksi bahwa
Roh Tuhan ada padaNya, kehadiran Roh Tuhan tersebut mengubah suasana dan
kondisi hidup. Umat Israel yang kala itu dalam pergumulan hidup yang berat,
yakni hidup di pembuangan di Babel diberikan janji penyelamatan. Yesaya
bersukacita di dalam Tuhan dan bersorak-sorai di dalam Allahnya. Apakah yang
terjadi sehingga Yesaya bersukaria dan bersorak-sorai? Karena Yesaya
mengaminkan sungguh bahwa Tuhan Allah memberikan kelepasan kepada umatNya di
perjalanan dan perjuangan hidup yang berat tersebut.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh
Tuhan Yesus Kristus,
Tahun rahmat Tuhan
yang merupakan pemberitaan Yesaya di akhir-akhir kitab ini merupakan nubuatan
bagi setiap umat Tuhan bahwa Tuhan Allah tidak selamanya membiarkan umatNya
berada di dalam lembah beban kehidupan. Tuhan Allah senantiasa setia menyertai
umatNya di segenap perjalanan hidup mereka. jika Yesaya berkata bahwa dirinya
bersukaria dan bersorak-sorai, itu semua terjadi di dalam dan oleh Tuhan Allah.
Nabi Yesaya bersaksi, bahwa sebab ia bersukaria dan bersorak-sorai ialah karena
Tuhan mengenakan pakaian keselamatan kepadanya dan menyelubungi dia dengan
jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan di
kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya. Mengenakan
Pakaian keselamatan dan jubah kebenaran menunjuk pada tindakan Allah yang
memberikan identitas baru kepada umatNya. Identitas baru yang Tuhan berikan
adalah umat yang ditebus dengan cara pembebasan mereka dari pembuangan dan
perbudakan. Mereka diubah, tidak lagi menjadi umat yang terbuang. Mereka akan
dibawa pulang ke negeri mereka dan menjadi umat yang merdeka. Mereka juga
menjadi umat yang dibenarkan oleh Tuhan Allah, maka mereka akan hidup dalam
kebenaran Allah. Pakaian keselamatan dan jubah kebenaran yang dikenakan Tuhan
kepada Yesaya disaksikan bagaikan laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala
dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya. Gambaran ini
menunjuk kepada besarnya sukacita yang terjadi di dalam hidup Yesaya.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh
Tuhan Yesus Kristus,
Suasana sukacita
pengantian, dalam tradisi umat Israel adalah suasana sukcita yang luar biasa
besarnya. Ketika pengantin laki-laki mengenakan perhiasan kepala, maka saat itu
dia akan seperti raja di kumpulan acara nikah tersebut. Dia akan diistimewakan
dan diberikan pelayanan yang luar biasa. Perhiasan di kepala pengantin
laki-laki menunjuk pada suasana kegirangan yang luar biasa, bahwa ketika
seorang laki-laki Israel telah mengenakan perhiasan kepala, maka saat itu dia
telah disahkan untuk mengambil mempelai perempuan untuk menjadi istrinya,
artinya bahwa mengenakan perhiasan kepala adalah tanda bahwa seorang pengantin
laki-laki telah diakui dan direstui untuk menerima mempelai/pengantin
perempuan.; demikian juga seorang pengantin perempuan, ketika ia mengenakan
perhiasannya, maka di sana akan lahir suasana hati yang luar biasa senangnya.
Yesaya menubuatkan suasana hidup seperti ini terjadi di kehidupan umat Tuhan.
Seperti bumi memancarkan tumbuh-tumbuhan dan seperti kebun menumbuhkan benih
yang ditaburkan demikianlah Tuhan Allah akan menumbuhkan kebenaran dan
puji-pujian di depan semua bangsa-bangsa. Artinya bahwa sukacita yang dialami
umat Tuhan, siapapun dia adalah sukacita yang besar, yakni bahwa kebenaran
lahir atau muncul dari suasana hidup yang mustahil untuk hal tersebut.
Kebenaran Tuhan akan lahir dan tegak, sebagai dasar pembenaran dan keselamatan
bagi umatNya. Kebenaran Tuhan tersebutlah kemudian yang harus dipahami dan
diamini lahir, tumbuh dan terus hidup di dalam kehidupan umat Tuhan. Inilah
sukacita iman orang percaya yang diwujudkan dalam ucapan syukur.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh
Tuhan Yesus Kristus,
Ucapan
syukur mesti diwarnai sukaria dan sorak-sorai di dalam Tuhan, sembari
mengaminkan bahwa Tuhan Allah lah yang telah bertindak, mengenakan pakaian
keselamatan dan jubuh kebenaran kepada umatNya sehingga umat Tuhan adalah umat
yang menerima kasih karunia dari Tuhan, lewat penebusan dan pembenaran serta
penyertaanNya. Jika keluarga bersyukur saat ini di sini, ucapan syukur ini juga
harus diaminkan sebagai bentuk pengagungan kita kepada Tuhan Allah yang telah
dan senantiasa memberikan keselamatan dan membenarkan keluarga di perjalanan
hidup Rumah tangga mereka selama ini. Maka ingatlah, bahwa ketika Tuhan Allah
memberikan keselamatan, membenarkan dan menyertai serta memberikan sukacita
yang begitu besar, Dia pun mengingatkan kita bahwa kebenaran Allah tersebut
selalu dan harus senantiasa hidup di dalam hidup kita. Amin
Bacaan
Alkitab: Yesaya 61: 10-11
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi
Oleh Tuhan Yesus Kristus,
Sukacita
atau kegembiraan yang terjadi dalam diri hidup orang-orang percaya kepada Tuhan
Allah, sesungguhnya adalah sukacita iman, yakni sukacita yang didasari dan
diwarnai dengan sikap tunduk dalam kerendahan memuji Tuhannya. Sukacita seperti
ini jelaslah sangat berbeda dengan perasaan sukacita yang terjadi dan dialami
oleh orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Sukacita orang percaya
tersebut lahir dan diungkapkan atas dasar pengakuan bahwa Tuhan Allah telah,
sedang dan akan berkarya di tengah kehidupannya, itulah kemudian yang kita
kenal dan sebut sebagai ucapan syukur. Ucapan syukur selalu dan memang harus
diwarnai dengan sukacita iman, sehingga ditindakan bersyukur tersebut yang ada
adalah sukaria, kendatipun perjalanan dan tantangan hidup masih harus dihadapi
di depan. Melalui bacaan kita saat ini, dijelaskan bahwa Yesaya bersaksi bahwa
Roh Tuhan ada padaNya, kehadiran Roh Tuhan tersebut mengubah suasana dan
kondisi hidup. Umat Israel yang kala itu dalam pergumulan hidup yang berat,
yakni hidup di pembuangan di Babel diberikan janji penyelamatan. Yesaya
bersukacita di dalam Tuhan dan bersorak-sorai di dalam Allahnya. Apakah yang
terjadi sehingga Yesaya bersukaria dan bersorak-sorai? Karena Yesaya
mengaminkan sungguh bahwa Tuhan Allah memberikan kelepasan kepada umatNya di
perjalanan dan perjuangan hidup yang berat tersebut.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi
Oleh Tuhan Yesus Kristus,
Tahun rahmat
Tuhan yang merupakan pemberitaan Yesaya di akhir-akhir kitab ini merupakan
nubuatan bagi setiap umat Tuhan bahwa Tuhan Allah tidak selamanya membiarkan
umatNya berada di dalam lembah beban kehidupan. Tuhan Allah senantiasa setia
menyertai umatNya di segenap perjalanan hidup mereka. jika Yesaya berkata bahwa
dirinya bersukaria dan bersorak-sorai, itu semua terjadi di dalam dan oleh
Tuhan Allah. Nabi Yesaya bersaksi, bahwa sebab ia bersukaria dan bersorak-sorai
ialah karena Tuhan mengenakan pakaian keselamatan kepadanya dan menyelubungi
dia dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan
perhiasan di kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya.
Mengenakan Pakaian keselamatan dan jubah kebenaran menunjuk pada tindakan Allah
yang memberikan identitas baru kepada umatNya. Identitas baru yang Tuhan
berikan adalah umat yang ditebus dengan cara pembebasan mereka dari pembuangan
dan perbudakan. Mereka diubah, tidak lagi menjadi umat yang terbuang. Mereka
akan dibawa pulang ke negeri mereka dan menjadi umat yang merdeka. Mereka juga
menjadi umat yang dibenarkan oleh Tuhan Allah, maka mereka akan hidup dalam
kebenaran Allah. Pakaian keselamatan dan jubah kebenaran yang dikenakan Tuhan
kepada Yesaya disaksikan bagaikan laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala
dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya. Gambaran ini
menunjuk kepada besarnya sukacita yang terjadi di dalam hidup Yesaya.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi
Oleh Tuhan Yesus Kristus,
Suasana
sukacita pengantian, dalam tradisi umat Israel adalah suasana sukcita yang luar
biasa besarnya. Ketika pengantin laki-laki mengenakan perhiasan kepala, maka
saat itu dia akan seperti raja di kumpulan acara nikah tersebut. Dia akan
diistimewakan dan diberikan pelayanan yang luar biasa. Perhiasan di kepala
pengantin laki-laki menunjuk pada suasana kegirangan yang luar biasa, bahwa
ketika seorang laki-laki Israel telah mengenakan perhiasan kepala, maka saat
itu dia telah disahkan untuk mengambil mempelai perempuan untuk menjadi
istrinya, artinya bahwa mengenakan perhiasan kepala adalah tanda bahwa seorang
pengantin laki-laki telah diakui dan direstui untuk menerima mempelai/pengantin
perempuan.; demikian juga seorang pengantin perempuan, ketika ia mengenakan
perhiasannya, maka di sana akan lahir suasana hati yang luar biasa senangnya. Yesaya
menubuatkan suasana hidup seperti ini terjadi di kehidupan umat Tuhan. Seperti
bumi memancarkan tumbuh-tumbuhan dan seperti kebun menumbuhkan benih yang
ditaburkan demikianlah Tuhan Allah akan menumbuhkan kebenaran dan puji-pujian
di depan semua bangsa-bangsa. Artinya bahwa sukacita yang dialami umat Tuhan,
siapapun dia adalah sukacita yang besar, yakni bahwa kebenaran lahir atau
muncul dari suasana hidup yang mustahil untuk hal tersebut. Kebenaran Tuhan
akan lahir dan tegak, sebagai dasar pembenaran dan keselamatan bagi umatNya.
Kebenaran Tuhan tersebutlah kemudian yang harus dipahami dan diamini lahir,
tumbuh dan terus hidup di dalam kehidupan umat Tuhan. Inilah sukacita iman
orang percaya yang diwujudkan dalam ucapan syukur.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi
Oleh Tuhan Yesus Kristus,
Ucapan
syukur mesti diwarnai sukaria dan sorak-sorai di dalam Tuhan, sembari
mengaminkan bahwa Tuhan Allah lah yang telah bertindak, mengenakan pakaian
keselamatan dan jubuh kebenaran kepada umatNya sehingga umat Tuhan adalah umat
yang menerima kasih karunia dari Tuhan, lewat penebusan dan pembenaran serta
penyertaanNya. Jika keluarga bersyukur saat ini di sini, ucapan syukur ini juga
harus diaminkan sebagai bentuk pengagungan kita kepada Tuhan Allah yang telah
dan senantiasa memberikan keselamatan dan membenarkan keluarga di perjalanan
hidup Rumah tangga mereka selama ini. Maka ingatlah, bahwa ketika Tuhan Allah
memberikan keselamatan, membenarkan dan menyertai serta memberikan sukacita
yang begitu besar, Dia pun mengingatkan kita bahwa kebenaran Allah tersebut
selalu dan harus senantiasa hidup di dalam hidup kita. Amin
Bacaan Alkitab:
111:1-5
Saudara-saudara,
Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Siapakah yang tidak bersukacita apabila
telah menerima dan dapat menikmati berkat Tuhan dalam hidup ini? Semua orang
pasti merasa gembira dan senang. Akan tetapi bagaimana kemudian luapan
kegembiraan dan sukacita tersebut diekspressikan, itulah yang menentukan
nilainya. Mengucap syukur adalah satu-satunya ekspresi iman dari rasa gembira
dan sukacita dalam hidup orang yang percaya kepada Tuhan Allah. Sebab ucapan
syukur hanyalah dialamatkan dan ditujukan kepada Tuhan Allah semata. Ucapan
syukur adalah tindakan penyembahan yang bertujuan memuliakan Tuhan Allah atas
dasar pengakuan yang lahir dari perenungan bahwa Tuhan Allah telah berkarya
dikehidupannya. Kemudian mengucap syukur adalah muara dari pengalaman iman
setiap orang percaya, yang dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk aktivitas
beriman, tetapi tetap didasari dengan tindakan beribadah memuliakan Tuhan
Allah.
Saudara-saudara,
Keluarga, Rukun Langowan Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Mazmur 111 yang menjadi bacaan kita saat
ini, merupakan bentuk ekspresi bersyukur dari seorang yang percaya kepada Tuhan
Allah, bahwa ia telah menerima dan dapat menikmati anugerah Tuhan Allah dalam
hidupnya. Anugerah Tuhan tersebut sempurna dalam hidupnya. Bentuk syukur yang
dikumandangkan pemazmur bukanlah bentuk syukur seorang diri dan dengan
diam-diam. Pemazmur besyukur kepada Tuhan Allah dalam lingkungan orang-orang
benar dan dalam Jemaah. Sikap bersyukur pemazmur ini, hendak menegaskan bahwa
mengucap syukur kepada Tuhan Allah bukan sekedar tindakan pribadi
berterimakasih kepada Tuhan, tetapi lebih dari itu, bahwa mengucap syukur
adalah juga bentuk kesaksian kepada banyak orang dengan maksud supaya orang
lainpun menyadari dan mengakui serta memuliakan Tuhan Allah sebagai sumber
segala anugerah bagi manusia. Sehubungan dengan ucapan syukur saat ini, marilah
kita mendalami Firman Tuhan ini dengan seksama. Pertama-tama, melalui kesaksian
pemazmur ini, kepada kita sekalian ditegaskan bahwa setiap ucapan syukur yang
disampaikan kepada Tuhan Allah haruslah dengan segenap hati. Ini syarat mutlah
yang harus dipenuhi ketika seseorang mengucap syukur kepada Tuhan. Yang
dimaksud dengan segenap hati ialah bahwa dengan sebulat hati, hati yang tertuju
penuh kepada Tuhan Allah. Sehingga ucapan syukur tersebut benar-benar hanya dan
demi kemuliaan Tuhan, bukan yang lain. Selanjutnya ucapan syukur harus pula
dilakukan di tempat dan suasana yang benar. Yakni dilingkungan orang-orang
benar dan dalam Jemaah. Arti orang-orang benar di sini ialah orang-orang yang
memiliki maksud dan tujuan yang sama yakni untuk memuliakan Tuhan Allah.
Orang-orang benar juga menunjuk kepada kumpulan orang-orang yang memiliki
prinsip hidup yang sama yakni mengakui bahwa segala hal yang diterima dan
dinikmati di dalam hidup ini adalah semata-mata karena kasih anugerah Tuhan
Allah. Dan dalam Jemaah menunjuk bahwa ucapan syukur yang dilakukan dalam
persekutuan orang-orang yang terikat dalam kasih seorang dengan yang lain serta
bersama-sama mengasihi.
Saudara-saudara, Keluarga, Rukun Langowan
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Selanjutnya marilah kita renungkan apakah
sesungguhnya yang mendorong Pemazmur mengucap syukur kepada Tuhan melalui
bacaan kita saat ini. Yang pertama yang mendorong Pemazmur bersyukur adalah ia
menemukan di dalam perenungannya perbuatan-perbuatan Tuhan. Perbuatan-perbuatan
Tuhan tersebut adalah kebenaran dan keadilan.
Perbuatan Tuhan itu ajaib dan dijadikan-Nya sebagai peringatan.
Selanjutnya, yang melatarbelakangi Pemazmur bersyukur adalah pekerjaan Tuhan
yang agung dan bersemarak dan keadilan-Nya kekal. Tuhan pun memberikan rezeki
kepada kepada orang-orang yang takut akan Dia dan Tuhan senantiasa mengingat
perjanjian-Nya selama-lamanya. Perbuatan-perbuatan apakah yang dilakukan Tuhan
dalam hidup orang yang percaya kepada-Nya, yang utama ialah bahwa Tuhan
memberikan jaminan hidup kepada umat-Nya. Jaminan hidup tersebut diwujudkan
dalam totalitas hidup umat-Nya, baik kebutuhan rohani maupun kebutuhan jasmani.
Perbuatan-perbuatan Tuhan dalam hidup umat-Nya terwujud di segala bidang.
Umur
yang bertambah, rezeki yang diperoleh, kasih sayang yang dirasakan dan jaminan
penggenapan janji adalah bentuk-bentuk perbuatan Tuhan dalam hidup umat-Nya.
Saudara-saudara, Keluarga, Rukun Langowan
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Jika saat ini, kita boleh bersyukur
dengan tujuan dan dengan semangat iman yang sama yakni untuk memuliakan Tuhan
di dalam persekutuan keluarga, rukun dan jemaat yang percaya kepada Tuhan
Allah, maka sesungguhnya kita sedang mengekspresikan muara iman kita sebagai
orang yang percaya kepada Tuhan Allah. Terpujilah Tuhan Allah. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar