Selasa, 27 Februari 2018

KHOTBAH UNTUK BAPAK



Bacaan Alkitab: Keluaran 33:1- 3
Berjalan Ke Pembaharuan
Saudara-saudara, Persekutuan Pelka Pria Kaum Bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Siapapun diantara kita yang hadir saat ini, pastilah tidak menginginkan kehidupan kita tidak mengalami perubahan hidup ke arah yang lebih baik, lebih mapan, lebih bahagia daripada hidup sekarang ini. Dengan kata lain, bahwa setiap orang pastilah merindukan kehidupannya mengalami pembaharuan. Itulah sebabnya kita berjuang, kita bekerja dan merencanakan berbagai hal dalam hidup ini. Hidup yang stagnan (Tidak bergerak, tidak mengalami perubahan ke arah yang lebih baik) adalah kehidupan yang dapat dikategorikan gagal. Kehidupan itu sendiri bisa stagnan  karena diakibatkan banyak factor, antara lain, bisa saja karena factor budaya, factor konteks di mana kita hidup, atau bisa juga karena factor keputusasaan dan juga karena factor ketidaksetiaan kepada Tuhan (pemberontakan) dan factor yang lainnya. Factor-faktor tersebut bila menyatu, maka kehidupan seseorang akan sangat sulit mengalami kemajuan dan pembaharuan. Akibatnya ialah, seseorang akan kehilangan semangat hidup dan tujuan hidup. Seseorang yang melakukan perjalanan hidup di dunia ini, mestilah memiliki tujuan hidup, dan untuk mencapai tujuan hidup tersebut seseorang yang berziarah dalam kehidupan ini haruslah mengerti dan mengenal jalan yang harus ditempuhnya untuk dapat tiba di tujuan hidupnya. Akan tetapi, di sinilah letak perjuangan hidup yang sesungguhnya, yakni di perjalanan itu. Di dalam perjalanan inilah manusia kerapkali kehilangan arah untuk sampai pada tujuan hidup. Akhirnya seseorang yang mengalami hal seperti ini, akan dapat dengan mudah menyerah pada keadaan hidup, yang pada akhirnya hidupnya hanyalah untuk menantikan kapan berakhir, sehingga perjuanganpun berakhir. Kehidupan seperti ini adalah kehidupan yang gagal. Sebab kita diutus ke dalam dunia agar kita mampu menaklukkan dunia ini, sehingga kita tidak menjadi serupa dengan dunia.
Saudara-saudara, Persekutuan Pelka Pria Kaum Bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Umat Israel dalam perjalanan mereka ke tanah perjanjian yang adalah tujuan perjuangan mereka keluar dari Tanah Mesir, ternyata mengalami goncangan hebat. Di perjalanan tersebut mereka memberontak kepada Tuhan Allah, yakni ketika Musa meninggalkan mereka di Gunung Sinai untuk menerima 2 loh batu yakni Hukum Tuhan. Umat itu bagaikan kuda yang dilepas dari kandang, kehilangan arah hidup dan tujuan hidup. Mereka bahkan membuat patung (lembu emas) sebagai tuhan mereka. Mereka lupa bahwa mereka sedang menuju suatu tempat, suatu kondisi hidup yang jauh sangat lebih baik disbanding kehidupan mereka di tanah Mesir. Di perjalanan inilah mereka seakan kehilangan komitmen hidup untuk terus melangkah menuju kehidupan mereka yang sebenarnya. Mereka mendapat hukuman di sana, di tengah pemberontakan kepada Tuhan Allah. Tentu kehidupan umat Israel ini menarik perhatian kita, kenapa bisa mereka melupakan Tuhan mereka, kehilangan kesetiaan mereka, padahal mereka sendiri telah mengalami perbuatan-perbuatan Tuhan yang dashyat di perjalanan tersebut? Yang pasti, umat itu sudah kehilangan arah dan tujuan hidup yang sebenarnya. Hidup mereka terpuruk, jatuh dan tercoreng karena kehilangan komitmen iman.
Saudara-saudara, Persekutuan Pelka Pria Kaum Bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Sungguh, benar bahwa Tuhan Allah itu adalah Tuhan yang memiliki kasih yang tidak berkesudahan. Tuhan tidak membiarkan hidup umatNya itu stagnan atau berhenti sampai di situ. Tuhan, melalui Musa menuruh umat itu::”…pergilah dan berjalanlah dari sini…(ay.1). mari kita simat makna kata-kata ini!
Yang pertama;..Pergilah. Kata ini mengandung makna bahwa ada yang harus ditinggalkan, yaitu kondisi hidup yang penuh lumpur dosa, kondisi hidup yang tak bermakna atau suasan hidup yang tidak hidup atau tidak bergairah. Yang pasti ketika Tuhan menyuruh bangsa itu ; “pergilah..” itu berarti umat itu disuruh untuk bergerak maju ketujuan hidup yang semula, seperti yang Tuhan Allah tetapkan bagi mereka.
Yang kedua;”….berjalanlah dari sini..” kata-kata ini bermakna bahwa umat itu dituntut untuk proaktif, merespon perintah itu dengan sikap berjalan dari hidup yang terpuruk, dari hidup yang kehilangan arah, dari hidup yang memberontak.
Saudara-saudara, Persekutuan Pelka Pria Kaum Bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kita sekalian sebagai bapak-bapak, sebagai suami, sebagai ayah dan kepala keluarga, perlu untuk kembali merenungkan kondisi, keadaan dan keberadaan keluarga dan diri kita. Bagaimana kehidupan kita? Merenungkan kondisi dan posisi hidup itu penting, agar kita tahu bagaimana kita harus hidup. Firman Tuhan saat ini, menjadi peringatan untuk kita sekalian, agar kita meninggalkan segala bentuk kehidupan yang sesungguhnya tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Agar kita meninggalkan segala kehidupan yang tak bermakna dan berjalan menuju kehidupan yang Tuhan tentukan bagi kita. Pemberian diri, keberanian untuk mau mengubah paradigma dan suasana hidup ke arah hidup dan tujuan hidup yang sebenarnya dituntut dari kita. Percayalah saudara-saudara, bahwa Tuhan Allah tidak sekedar menyuruh kita pergi dan berjalan, tetapi Dia sendiripun turut dengan kita dalam perjalanan tersebut. Maka hidup kita niscaya akan mengalami pembaharuan ke hidup yang menghidupkan. Tuhan Memberkati. Amin





























Bacaan Alkitab. Amsal 1: 1- 7
Dengarlah, carilah ilmu dan Dapatkanlah Pertimbangan
Saudara-saudara, Persekutuan Pelka Pria Kaum Bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Sebagian besar isi kitab Amsal diyakini karya seorang raja sekaligus pujangga besar yakni Salaomo. Kitab ini sendiri merupakan suatu kitab kumpulan sastra hikmat bersama dua kitab lainnya yakni Ayub dan kitab Pengkhotbah. Jika kitab Ayub dan Pangkhotbah merupakan karya seseorang, tetapi Amsal merupakan kumpulan sastra yang mewakili hikmat tradisional. Walaupun Amsal ini merupakan sebuah karya yang sudah tergolong kuno dan sangat tradisional, akan tetapi bukan berarti isinya tak kontekstual lagi dengan zaman kapanpun dan dimanapun, itu terbukti bahwa hingga kini kitab Amsal sangat dan terus relevan dengan konteks kekinian terutama dalam hidup orang beriman.
            Di dunia Timur-Tengah, kebijaksanaan atau hikmat adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehiduan beriman dan juga dalam kebudayaan. Hikmat menempati posisi tertinggi dalam segala sendi kehidupan. Hikmat sendiri diyakini berasal dari dewa atau yang maha kuasa, selain memiliki nilai seni yang tinggi, hikmat sendiri berisi tehnik, teori serta etika. Persekutuan hidup manusia di Timur-tengah sendiri, merupakan persekutuan yang disatukan oleh kehidupan beragama dan social, yakni kehidupan yang tak terpisah antara tahkta dan Bait Allah. Raja adalah pusat dan Imam adalah hambanya di hadapan dewa, di sinilah pusat instansi ilmu pengetahuan. Hikmat yang kita kenal dalam kitab Amsal ini, harus dibedakan dengan filsafat Yunani yang terlepas dari agama. Hikmat dalam kitab Amsal bersifatreligius teologis. Lain halnya dengan filsafat Yunani yang bersifat humanistis. Pada mulanya hikmat berisi segala ilmu, tetapi kemudian dari ilmu itu lahirlah etika. Hikmat seperti yang terdapat dalam kitab Amsal ini, sebenarnya tidak hanya terbatas pada satu komunitas agama, bangsa saja, melainkan dia bersifat intenasional yang isinya religious etis, di mana Allah menjadi pusat dari pemikiran.
Saudara-saudara, itulah sekilas informasi tentang hikmat yang terdapat dalam kitab Amsal ini. Dan kalau kita telusuri lebih dalam lagi, dalam kitab ini juga berisi pedagogis (didikan, dan pengajaran). Namun untuk mencapai tujuan yang sebenarnya dari Amsal itu sendiri, setiap orang yang membaca kitab ini telah diberitahukan tentang apa yang harus diperbuatnya.
Saudara-saudara, Persekutuan Pelka Pria Kaum Bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Seperti yang dikatakan tadi, Amsal sendiri berisi begitu banyak hal, mulai dari didikan, pengertian, kecerdasan, pengalaman, pertimbangan serta kebijaksanaan dan lain sebagainya, dan itu semua dibutuhkan oleh setiap orang dalam kehidupannya. Di awal kitab ini, penulis Amsal mengingatkan setiap pendengar dan pembacanya bahwa untuk mengetahui hikmat, didikan, pengertian tentang kata-kata yang bermakna, agar menjadi pandai, cerdas dan sebagainya, baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu kemudian memperoleh pertimbangan. Kenapa hal ini penting? Sekali lagi jawabannya adalah bahwa kehidupan keberagamaan dan juga dalam budaya dalam komunitas hidup Timur tengah manusia perlu memiliki hikmat dan pengetahuan. Mendengar, menambah ilmu, kemudian memperoleh pertimbangan merupakan satu paket usaha menuju kesempurnaan untuk tiba pada level orang berhikmat. Orang yang hanya mendengar saja tidak cukup, demikian juga halnya dengan menambah ilmu tanpa memiliki pertimbangan. Jika seseorang telah melewati tiga proses ini, maka seseorang itu akan tiba pada kedewasaan berpikir, bertindak dan mengambil kesimpulan. Jadi, beragama tanpa mendengar, tanpa menambah ilmu, tanpa memliki pertimbangan adalah merupakan keberagamaan yang kosong.
Saudara-saudara, Persekutuan Pelka Pria Kaum Bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Dikaitkan dengan konteks kita sekalian yang telah, sedang dan akan terus berjuang memimpin hidup rumah tangga kita, saya yakin ketiga hal tadi sudah dan sedang diperjuangkan, bukan hanya untuk sekedar mengarahkan hidup rumah tangga kita,  tetapi juga agar kita mengetahui hikmat, mengerti kata-kata yang bermakna, pandai, cerdas, bijak dan sebagainya. Jelas bahwa semua ini sangat kita butuhkan dalam kelangsungan hidup ke depan. Dan dengan tegas harus dikatakan bahwa orang yang tak mau mendengar, tak mau menambah ilmu dan juga tak mau memperoleh pertimbangan adalah orang yang tidak akan pernah sukses memimpin hidupnya dan hidup rumah tangganya serta yang tak layak menyebut diri orang percaya. Orang itu adalah orang bodoh yang menghina hikmat dan didikan.
            Belajar dari sebuah perikop yang mengawali kitab Amsal ini, kita sekalian diingatkan bahwa mendengar adalah kewajiban bagi kita sekalian, mendengar semua orang di sekitar kita, menambah ilmu adalah keharusan bagi kita. Demikian juga dengan pertimbangan. Jadi jangan pernah berpikir bahwa hidup ini akan tiba pada taraf bijaksana tanpa pernah berusaha mendengar, menambah ilmu dan memperoleh pertimbangan. Orang yang bodoh tidak memusingkan hal ini, itulah sebabnya segala sesuatu yang dilakukannya akan sia-sia karena tidak pernah disertai dengan ilmu dan pertimbangan yang cukup. Nah sebagai bapak-bapak, mari kita introspeksi diri, sejauh mana kita telah berupaya untuk menjadi orang-orang yang bijaksana.
Saudara-saudara, Persekutuan Pelka Pria Kaum Bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dengarlah, carilah ilmu dan dapatkanlah pertimbangan, maka apapun yang kita lakukan dan jalan manapun yang kita pilih untuk ditempuh, maka disana tersedia sukacita asalkan semua itu disertai sikap Takut akan Tuhan. Tuhan memberkati.

















Bacaan Alkitab 2 Petrus 1: 3-11
Orang Terpanggil Harus Melengkapi Diri   
Saudara-saudara, Persekutuan Pelka Pria Kaum Bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Keterpanggilan seseorang menjadi pengikut Kristus haruslah didasari oleh sebuah pengakuan percaya. Artinya bahwa orang yang terpanggil adalah orang yang terlebih dahulu di dalam dirinya percaya kepada yang memanggilnya. Dalam hal ini, bagi setiap orang Kristen yang merasa dirinya terpanggil oleh Yesus Kristus Tuhannya, maka seseorang itu adalah orang yang di dalam dirinya percaya kepada Tuhan Yesus. Pengakuan percaya inilah yang biasanya disebut sebagai iman. Dengan kata lain bahwa orang yang terpanggil adalah orang yang beriman kepada Tuhan Yesus. Beriman dalam arti yang sesungguhnya bukanlah hanya sekedar pengakuan percaya saja, melainkan juga terwujud lewat perbuatan atau tindakan nyata. Iman itu sendirilah yang mendasari setiap perbuatan orang percaya, dan perbuatan itu juga adalah wujud nyata dari pengakuan seseorang yang menyebut diri beriman. Dalam kapasitasnya sebagai orang yang terpanggil dan dipilih oleh Tuhan Yesus, maka bagi setiap orang percaya ternyata pengakuan bahwa dirinya beriman tidaklah cukup. Pada setiap orang percaya dituntut perjuangan untuk melengkapi diri dengan maksud agar panggilan dan pemilihan Tuhan tersebut semakin sempurna adanya yang poada akhirnya orang percaya mengenal Tuhannya dengan benar.
Saudara-saudara, Persekutuan Pelka Pria Kaum Bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam suratnya yang kedua ini, Petrus dengan tegas menguraikan apa yang harus diperbuat oleh orang yang telah percaya, terpanggil dan terpilih. Dengan kata lain, Petrus hendak mengatakan kepada jemaat Tuhan bahwa menjadi orang Kristen tidaklah cukup hanya bermodalkan pengakuan semata, melainkan keterpanggilan dan pemilihan Tuhan tersebut harus terus-menerus disempurnakan. Jika orang percaya telah tiba pada level beriman, maka kepada iman itu harus ditambahkan kebajikan. Kebajikan adalah perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang dari dalam dirinya dengan penuh ikhlas. Kebajikan juga dapat diartikan sebagai akhlak baik. Kemudian jika orang percaya telah berbuat kebajikan, maka kepada kebajikan itu harus pula ditambahkan pengetahuan. Kenapa? Karena apalah gunanya seseorang berbuat kebajikan tetapi tidak memiliki pengetahuan atas yang dilakukannya? Pengetahuan juga menjadi penting bagi setiap orang yang mengaku beriman, dengan maksud supaya ia mampu dengan pengetahuan yang baik mempertanggungjawabkan imannya, baik dihadapan Tuhannya, maupun ketika ia harus menyaksikan imannya itu kepada orang lain. Pengetahuan ternyata merupakan hal yang penting bagi keberimanan orang Kristen. Beriman berarti memiliki pengetahuan, karena itu belajar adalah hal yang mutlak untuk dilakukan oleh setiap orang yang terpanggil. Selanjutnya saudara-saudara, kepada pengetahuan juga harus ditambahkan penguasaan diri. Tak jarang terjadi, bahwa akibatnya banyaknya orang-orang pintar di sebuah komunitas, maka seringkali komunitas tersebut dilanda kemelut dan pertikaian akibat tidak adanya penguasaan diri dari orang-orang pintar tersebut yang memaksakan pikirannya dan kepintarannya masing-masing. Dan jujur harus diakui, bahwa manusialah satu-satunya makhluk ciptaan Tuhan yang tidak mencapai puncak kepuasannya di dalam kehidupannya, baik menyangkut harta kekayaan maupun jabatan. Sehingga apapun bisa saja dilakukan oleh manusia sekalipun hal itu telah bertentangan dengan kehendak Tuhannya. Tanpa penguasaan diri, maka setiap pengetahuan tidak akan berarti dalam kehidupan orang beriman. Petrus juga meyakini pentingnya ketekunan dalam hidup orang beriman. Ketekunan merupakan sifat manusia yang sungguh-sungguh rajin melakukan sesuatu. Dalam hal ini, ketekunan yang dimaksudkan Petrus ialah bahwa orang yang beriman adalah orang yang di dalam hidupnya melakukan dengan rajin perbuatan-perbuatan yang mencerminkan imannya sebagai pengikut Kristus. Penguasaan diri yang dibarengi dengan ketekunan adalah penguasaan diri yang sifatnya terus menerus bukan penguasaan diri situasional, bukan pula penguasaan diri kontekstual. Ketekunan itupun harus dilengkapi dengan kesalehan. Kesalehan menjadi penting dalam melengkapi ketekunan orang percaya. Apalah gunanya tekun tapi tidak saleh? Kesalehan adalah sifat dan sikap orang percaya yang dengan patuh melaksanakan amal ibadahnya sesuai dengan keyakinannya. Kesalehan juga merupakan sifat dan sikap orang-orang percaya yang hanya hidup sesuai dengan dasar-dasar ajaran agamanya. Sehingga pada kesalehan harus ditambahkan kasih akan saudara-saudara. Kesalehan tidaklah diperuntukkan demi kepentingan diri sendiri, melainkan juga diaplikasikan dalam wujud kasih. Kasih itu diawali kepada saudara-saudara sendiri, kemudian kepada semua orang.
Saudara-saudara, Persekutuan Pelka Pria Kaum Bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Jika dengan seksama menyimak ajaran teologis praksis dari Petrus ini, maka kita dapat menarik benang merah atau hubungan yang tak terpisahkan antara Iman yang adalah dasar hidup orang percaya dan kasih yang adalah muara dari ajaran iman Kristen. Maka bagi setiap orang yang merasa diri terpanggil, dia harus mencamkan dengan baik ulasan pengajaran Petrus ini. percayalah saudara-saudara, bahwa semua yang tertulis dalam Firman Tuhan saat ini niscaya akan menjadi milik kita, tatkala kita sungguh-sungguh member diri menerima Friman ini dan kita menjadi pelaku FirmanNya. A M I N      

























Bacaan Alkitab: Kej. 11: 1- 9
Tuhanlah Pemimpin Hdup
Saudara-saudara, Persekutuan Pelka Pria Kaum Bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Sinear atau Babel, merupakan kota tertua dan pertama di dunia setelah berakhirnya musibah air bah sesuai dengan kesaksian Alkitab. Di tempat inilah pertama kali kota didirikan yang dikelilingi tembok yang terbuat dari batu bata, dalam arti, pembangunan kota itu lebih telah lebih maju.  Di Palestina hal yang membedakan kota dan desa bukanlah jumlah penduduk atau luas wilayahnya, melainkan temboknya, yang kadang-kadang rangkap, dengan rumah-rumah yang dibangun di antara tembok luar dan dalam, sedangkan di luarnya terdapat kelompok-kelompok pedesaan yang memasok kota dengan perbekalan dan tenaga kerja. Tembok-tembok kota dilengkapi dengan pintu-pintu gerbang untuk keluar masuk. Pintu-pintu gerbang ini merupakan bagian penting, namun juga merupakan tempat yang paling mudah bagi musuh untuk menerobos, dan karena itu oleh penduduknya diberi benteng yang kokoh. Areal pintu gerbang sering digunakan untuk berbagai pertemuan dan sidang pengadilan. Di luar tembok, terdapat mata air yang dapat disadap untuk mensuplai air ke kota melalui terowongan. Di dalam kota tersebut juga biasanya dibangun menara-menara baik sebagai tempat mengawasi kota, maupun sebagai simbol kemegahan kota itu.
Saudara-saudara, Persekutuan Pelka Pria Kaum Bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Peradaban baru paska air bah, ternyata mengandung kisah yang sangat menarik untuk disimak dan direnungkan dalam kehidupan persekutuan orang-orang percaya. Yang pertama, dalam peradaban umat manusia tersebut, demokrasi telah berlaku. Alkitab tidak mencatat bahwa mereka punya seorang pemimpin, yang ada adalah sistem demokrasi yang mereka terapkan dalam kebersamaan mereka. Yang kedua, mereka sedang mencari identitas diri, yakni sedang mencari satu nama. Dalam Alkitab, “Nama” sering merupakan metaforis untuk sifat, kedudukan, reputasi, pekerjaan seseorang, misalnya "di dalam “namaku" berarti "karena aku adalah". Demikian pula dengan nama-nama Allah. Nama dalam Alkitab juga bisa menunjuk kepada keturunan atau pengikut seseorang, misalnya pengikut Kristus disebut Kristen. Dari perspektif humanisme, sebenarnya tujuan umat yang di Sinear itu pada dasarnya adalah baik, yakni mereka hendak membangun satu komunitas yang bersatu, sehingga mereka tidak terserak dengan satu bahasa persatuan. Ternyata dalam perencanaan yang dibuat umat tersebut, dikisahkan bahwa Allah melihatnya dan mengacaubalaukannya. Sehingga pada akhirnya umat itu gagal mewujudkan rencana indah mereka.
Saudara-saudara, Persekutuan Pelka Pria Kaum Bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Sekilas ketika kita membaca perikop bacaan Alkitab ini, muncul pertanyaan, di manakah letak kesalahan umat manusia itu sehingga Tuhan Allah mengacaubalaukan rencana manusia tersebut. Sekelompok orang dengan gamblang berkata, “Itu karena manusia hendak membangun menara sampai ke langit (sorga), ingin menjadi sama dengan Allah. Kesimpulan seperti ini pada dasarnya belum menjawab persoalan yang sebenarnya. Apa yang terjadi pada umat di Sinear menjadi peringatan bagi setiap umat percaya dalam persekutuannya masa kini. Bahwa kenyataannya demokrasi belum tentu menjadi jaminan dalam keberlangsungan sebuah persekutuan umat Tuhan. Dalam Teologi Kristen kita mengenal “Theokrasi, yakni secara sederhana dapat diartikan: Kepemimpinan/pemerintahan Allah, maupun Kristokrasi (Kepemimpinan/pemerintahan Kristus)”, yang secara sederhana dapat diartikan bahwa dalam kehidupan persekutuan Kristen kepemimpinan tertinggi ada di tangan Allah atau Kristus. Namun, ketika diperhadapkan pada realitas hidup di dunia ini, kita berjumpa dan mau tidak mau harus menerima berbagai sistem dalam organisasi, seperti misalnya semboyan yang berkata, : vox populi vox dei (suara rakyat adalah suara Tuhan)”, atau musyawarah untuk mufakat, dan sistem lainnya. Sistem ini juga diberlakukan dalam kehidupan di Sinear seperti yang disaksikan Alkitab saat ini. Pertanyaannya ialah apakah sistem demokrasi dan Theokrasi kontroversial dalam persekutuan Kristen?
Saudara-saudara, Persekutuan Pelka Pria Kaum Bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Dalam kehidupan berkeluargapun kita selalu harus berhadapan dengan pengambilan keputusan. Nah, Firman Tuhan saat ini mengingatkan kita sekalian bahwa sebagai umatNya, kita tidak bisa hanya mengandalkan system kesepakatan dalam menentukan segala sesuatu dalam hidup kita bersama. Tuhan Allah harus tetap menjadi pemimpin hidup kita. Maka apapun yang disepakati bersama dalam keluarga, dalam persekutuan haruslah berdasarkan kehendak Tuhan Allah. Maka yang berlaku dalam hidup kita orang yang beriman kepada Tuhan Allah ialah suara Tuhan harus menjadi suara kita. Terpujilah Dia. Amin























Bacaan Alkitab Kisah Para Rasul 16: 19- 34
“Percayalah, Maka Engkau Dan Seisi Rumahmu Selamat”

Saudara-saudara, Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kehadiran orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, sejak semula telah mendatangkan banyak penolakan dari berbagai pihak, baik dari kalangan penganut agama Yahudi, maupun dari penganut agama dan keyakinan lain yang berjumpa dengannya. Penolakan tersebut ternyata bukan saja karena alasan teologis, tetapi juga karena faktor kepentingan pribadi-pribadi yang merasa terganggu karena kebenaran yang termaktum dalam ajaran Kristus. Penolakan terhadap Injil Kristus, ternyata terus terjadi setelah kekristenan mulai tersebar ke luar Yerusalem dan memasuki dunia Yunani oleh Paulus. Di Filipi, Paulus juga menyebarkan Injil. Di sebuah tempat sembahyang di Filipi, Paulus mengusit roh yang mendiami seorang penenung yang selalu mengikuti dan meneriaki dia, yang berakibat pada hilangnya pendapatan tuan dari perempuan penenung tersebut. Dengan menuduh Paulus mengacaukan kota Filipi dengan menyebarkan ajaran Yahudi dan adat istiadat Yahudi kepada mereka yang adalah orang-orang Romawi. Tuduhan inilah yang membuat Paulus dan rekan-rekannya harus mendekam di penjara dengan penjagaan yang ekstra ketat yang dipimpin oleh seorang kepala penjara yang bertanggungjawab. Peristiwa yang luar biasa terjadi ketika mereka mendekam di dalam penjara, gempa bumi terjadi setelah Paulus dan teman-temannya berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan yang mengakibatkan lepasnya belenggu dan terbukanya pintu penjara. Kepala penjara tersebut semula sudah berniat untuk bunuh diri karena merasa gagal menunaikan tugas dan tanggung jawabnya yang mengira penghuni penjara yang dijaganya itu telah melarikan diri termasuk Paulus dan teman-temannya.

Saudara-saudara, Bapak-bapak Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus, 
            Peristiwa yang terjadi di penjara Filipi tersebut kemudian, menjadi sebuah peristiwa sukacita terutama dalam hidup sang kepala penjara. Dia yang tadinya sudah hampir putus asa karena mengira gagal mewujudkan tugas dan tanggung jawabnya, kini menerima berita sukacita. “tuan-tuan, apakah yang harus perbuat, supaya aku selamat?, inilah pertanyaan sang kepala penjara kepada Paulus dan teman-temannya. Dengan tegas dan jelas, Paulus menjawabnya:”percayalah kepada Tuhan Yesus, maka engkau akan selamat dan seisi rumahmu”. Dengan merespon positif, sang kepala penjara Filipi melakukan apa yang Paulus katakan, pada saat itulah hidupnya diselimuti suasana sukacita (ay. 34 b). Kegembiraan kepala penjara berawal dari penerimaannya akan Injil Yesus, dia percaya sehingga dia dan seisi rumahnya menjadi selamat.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
            Peristiwa yang terjadi pada hidup kepala penjara di Filipi seperti yang disaksikan Alkitab kepada kita saat ini sebagai bapak-bapak merupakan sebuah peristiwa yang patut memotivasi kita sekalian dalam mengintrospeksi diri. Berita ini juga sekaligus menantang kita sekalian untuk merenungkan sikap percaya kita kepada Tuhan Yesus. Sudahkah kita percaya dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan Yesus, sehingga kita layak menjadi orang-orang yang diselamatkan? Paulus katakan: “Percayalah kepada Tuhan Yesus, maka engkau akan selamat dengan seisi rumah”. Apa yang disampaikan Paulus ini ditujukan bukan saja hanya kepada kepala penjara, tetapi juga kepada kepala keluarga. Peran seorang kepala keluarga, ternyata sangat penting dalam menentukan selamat tidaknya sebuah rumah tangga. Itulah yang terjadi pada hidup sang kepala penjara di Filipi, dia percaya sehingga dia dan seisi rumahnyapun selamat. Kegembiraan meliputi hidupnya. Kita sekalianpun layak dan mendapat bahagian dalam karya indah Kristus ini, karena itu, sekali lagi percayalah, maka engkau akan selamat dan sieisi rumahmu. Bapak-bapak yang percaya kepada Tuhan Yesus, beserta seisi rumahnya akan diliputi sukacita jika Yesus berada di dalamnya. Ingatlah syair lagu ini: Jika Yesus berada, di tengah keluarga.., bahagialah kita..bahagilah kita. Amin.                                                                                                               









































Bacaan Alkitab: Yesaya 26: 12
 “Berharap Penuh Pada Tuhan”
Saudara-saudara Persekutuan Pelka Pria Kaum Bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Dalam perjalanan sejarah hidup manusia, ada tiga ruang waktu yang mewarnai langkah hidup tersebut, yakni masa lalu, masa kini dan masa nanti/masa yang akan datang. Tiga ruang waktu tersebut menjadi bagian waktu yang dilalui oleh setiap orang tanpa terkecuali. Demikian juga halnya dengan kehidupan umat Tuhan, kita wajib melalui tiga ruang waktu tersebut, dan Tuhan sendiri ada di tiga ruang waktu itu (Ibrani 13:8) yang senantiasa menyertai langkah perjalanan hidup umatNya. Kita harus mengaminkan, bahwa di ruang waktu, “masa lalu” kita telah lewati dengan penyertaan Tuhan, sehingga kita dapat tiba di ruang waktu ”masa kini” di mana kita kemudian bisa melakukan berbagai hal dan menyusun rencana hidup untuk hari depan. Merenungkan seluruh perjalanan hidup yang telah kita lewati, adalah wajib bagi setiap orang juga bagi keluarga terkasih di sini untuk bersyukur kepada Tuhan, sebab Hanya karena pertolonganNyalah sehingga keluarga masih diperkenankan merasakan sukacita sembari menyusun rencana yang indah yang tentunya penuh dengan berkat Tuhan.
Sebagai manusia biasa, kita tidak memiliki kekuatan dan kemampuan untuk mengetahui akan apa yang akan kita hadapi di waktu yang akan datang ini. Hari esok adalah misteri bagi setiap makhluk di kolong langit ini, akan tetapi sebagai umat Tuhan, dalam keyakinan dan pengharapan, masa yang akan datang adalah masa di mana Tahun mengaruniakan damai sejahtera kepada kita. Inilah pengharapan kita sebagai umat yang percaya kepadaNya. Dalam Ibrani 6:19 dijelaskan bahwa: “Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir..” Dan Paulus sendiri menegaskan dalam Roma 8:24 “Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?” Ini hendak menegaskan kepada kita bahwa syarat mutlak menyambut masa depan dan mewujudkan rencana hidup ialah hidup dalam pengharapan.
Saudara-saudara Persekutuan Pelka Pria Kaum Bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Bacaan Alkitab yang menjadi renungan kita saat ini merupakan sebuah penggalan doa pengharapan Nabi Yesaya sekaligus merupakan pengakuan bahwasanya Tuhan Allah sendirilah yang berkuasa atas segala sesuatu yang kita kerjakan dalam kehidupan ini. Bagi kita, istilah/kata “Damai sejahtera”, atau “Syalom” bukan lagi kata atau istilah yang asing. Kita sudah sering mendengar dan bahkan mengucapkan kata ini, sayangnya tidak sedikit orang yang sering mendengar dan mengucapkan kata damai sejahtera atau syalom yang mengerti dengan benar arti dan hakekatnya dengan benar. Damai sejahtera sesungguhnya hanyalah berasal dari Tuhan Allah, yang menunjuk pada suasana hidup di mana kebenaran Allah ditegakkan dengan sungguh-sungguh oleh umatNya. Damai sejahtera juga dapat dipahami sebagai suasana hidup di mana umat Allah mengalami keselamatan dan menikmati kehidupan yang penuh dengan sukacita, damai, dan jauh dari segala macam duka cita hidup. Suasana seperti inilah yang diharapkan nabi Yesaya melalui doanya kepada Allah.
Menyimak dengan seksama ayat Alkitab yang menjadi pembacaan kita saat ini, kita perlu merenungkan, bahwa jikalau kita mengharapkan damai sejahtera, maka berharaplah kepada Allah, sambil mengerjakan rencana hidup yang telah kita susun hari ini dengan mengandalkan kuasa dan kekuatan Tuhan senantiasa. Jadi meskipun hari esok misteri bagi kita, tetapi kita harus bersyukur kepada Tuhan, bahwasanya dengan beriman kepadaNya, segala sesuatu menjadi mungkin dan pasti bagi kita. Demikian juga bagi keluarga di tempat ini. Yakin, percaya dan berharaplah senantiasa kepada Tuhan Allah, maka tidak ada yang mustahil bagimu, rencanamu akan menjadi rencanaNya yang rencana dan Rancangan Damai Sejahtera. Dimuliakanlah Tuhan Yang akan menyediakan Damai Sejahtera bagi kita sekalian. AMIN































Bacaan Alkitab: Yohanes 3: 1-13
Lahir Baru
Persekutuan Pelka Pria kaum Bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus kristus,
            Orang Farisi adalah salah satu kelompok dari penganut agama Yahudi yang ibadat, religius dan hukum mereka itu berlawanan dengan inspirasi imam-imam yang aristokrat dari para Saduki. Oleh karena kebanyakan Ahli Kitab termasuk ke dalam kelompok orang Farisi, maka mereka dapat tetap memaksakan pandangan dasar pada orang Saduki. Kecuali itu bahwa adat-istiadat nenek-moyang bukan hanya berdiri di samping Taurat, melainkan di atasnya. Walaupun mereka begitu serius di dalam bidang agama, sebenarnya pelaksanaan pandangan dasar mereka yang berat-sebelah, kerajinan mereka terhadap hukum yang keterlaluan, maupun ketahiran rituil  orang Farisi itu membuat mereka memisahkan diri secara sombong dengan memandang rendah rakyat sambil mempertahankan sifat kelompok mereka pribadi. Sikap mereka terhadap hukum jatuh pada formalisme kosong (pemenuhan hukum secara harafiah), sehingga orang Farisi bukan lagi pembawa iman yang hidup.  Injil Yohanes menggambarkan orang-orang Farisi sebagai mencurigai Yesus terus menerus. Dalam persekutuan dengan imam-imam kepala, mereka adalah lawan-lawan Yesus. Mereka tampil sebagai pengajar hukum Taurat. Mereka ditempatkan di Yerusalem (Yoh 1:19-28), di mana penduduk kota itu datang kepada mereka sebagai pejabat yang bertugas mengurusi ketertiban umum.
Berbeda dengan orang Farisi lainnya, seorang yang bernama Nikodemus dalam bacaan kita saat ini mau melakukan percakapan dengan Tuhan Yesus. Nikodemus ini agak berbeda dengan orang Farisi lainnya, kalau orang Farisi biasanya tidak mau mendengar apalagi menerima pengajaran Tuhan Yesus, maka Nikodemus memberi perhatian terhadap apa yang Tuhan Yesus sampaikan kepadanya. Kali ini percakapan Tuhan Yesus dengan Nikodemus terutama tentang “kelahiran kembali”. Walaupun Nikodemus seorang pengajar, namun ternyata hal ini tidak dipahaminya. Kenapa demikian, jawabannya adalah karena dia tidak percaya atas apa yang diajarkan Tuhan Yesus. Tema percakapan Tuhan Yesus dengan Nikodemus ini, sampai saat ini seakan belum tuntas dalam hubungan antar bergereja. Ada banyak pemahaman yang berbeda antara ajaran satu gereja dengan gereja lainnya tentang hal ini.
Persekutuan Pelka Pria kaum Bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus kristus,,
            Nikodemus memahami kelahiran kembali secara harafiah, itulah sebabnya muncul pertanyaannya kepada Yesus, “bagaimana mungkin seorang dilahirkan kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke rahim ibunya dan dilahirkan kembali?”. Atas pertanyaan ini, Tuhan Yesus menjawab Nikodemus (ay 5-6). Memahami kelahiran kembali tidak boleh berdasarkan kedagingan, melainkan harus dilahirkan dari air dan Roh. Orang yang dilahirkan dari air dan Roh menjadi layak masuk ke dalam kerajaan Allah. Setiap orang harus dilahirkan kembali supaya layak masuk ke dalam kerajaan Allah. Nikodemus merasa hal ini tidak mungkin, tetapi Tuhan Yesus menegaskan kepadanya tentang hal ini dan mengambil gambaran angin yang manusia tidak tahu dari mana dan ke mana pergi. Kelahiran kembali bukanlah usaha atau upaya manusia. Tuhanlah yang membuat seseorang dilahirkan kembali, dengan catatan bahwa seseorang itu memberi dirinya.  Memahami “kelahiran kembali” sekali lagi ini bukanlah usaha manusia sehingga manusia itu dapat masuk ke dalam kerajaan Allah. Jangan sampai kita diombang ambingkan rupa-rupa pengajaran yang membuat kita menjadi bingung dan resah. Sebab beberapa gereja memberi pengajaran bahwa agar seseorang itu lahir baru, atau lahir kembali, dia harus mengikuti inilah, dibabtis di lautlah, harus bisa berkata-kata dalam bahasa rohlah, dan ajaran-ajaran lain. Manusia percaya yang lahir baru atau lahir kembali adalah manusia percaya yang dalam kehidupannya mencerminkan nilai-nilai hidup kekristenan secara utuh dan benar. Jadi ciri orang yang lahir baru, atau lahir kembali bukanlah kesalehan lahiriah semata, bukan pula selalu berbicara kasih tapi tidak dalam tindakan. Orang yang mengalami kehiran kembali adalah orang yang hidupnya hidup oleh Roh. Di dalam dirinya, hidupnya dipimpin oleh Roh Kudus dan segala tindakannya adalah buah-buah Roh.
 Persekutuan Pelka Pria kaum Bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus kristus,
            Menjadi orang yang lahir kembali, syarat mutlak yang harus kita miliki adalah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Kemudian membuktikan percaya itu dengan memberi diri dipimpin oleh Roh Allah. Kita semua sudah mengalami kelahiran kembali ketika kita memberi diri dibabtis di dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh kudus. Pertanyaannya sekarang ialah apakah hidup kita telah mencerminkan hidup sebagaimana yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus Kristus? Jika tidak apakah kita harus dibabtiskan kembali supaya kita lahir lagi? Tidak saudara-saudara. Kita hanya perlu berbenah, kita mengintrospeksi diri kita sebagai orang percaya, sehingga label atau jati diri kita sebagai orang percaya pantas dan layak kita tunjukkan kepada semua orang. Berilah diri dipimpin oleh Roh Tuhan, maka kita layak masuk ke dalam kerajaan Allah. Di sana damai sejahtera kekal tersedia bagi kita. Tuhan memberkati kita. Amin.

















Bacaan Alkitab: Mat. 26: 15- 25
“Ketika Tuhan Dijual”
Bapak-bapak, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Bagi orang Kristen, sosok seorang Yudas Iskariot bukan lagi sosok yang asing. Nama Yudas Iskariot sangat dikenal luas. Nama ini sangat jarang digunakan oleh kita. Alasannya ialah agar seseorang itu tidak berperilaku seperti Yudas. Yudas Iskariot sendiri berarti Yudas dari Kariot, dalam bahasa Aram, Sikarios berarti pembunuh bayaran. Yudas Iskariot adalah murid Tuhan Yesus yang dipercaya sebagai pemegang kas. Dia seorang yang cinta uang dan akhirnya sangat terkenal dengan julukan sipenghianat. Yudas Iskariot, salah satu di antara keduabelas murid. Namanya berasal dari kata Yunani sikarios yang berarti pembunuh; atau dapat juga berarti ‘orang Kiriot’,. Dia adalah satu-satunya rasul yang berasal dari Yehuda. Ia menyerahkan Yesus kepada para penguasa. Ia telah membuka rahasia kemesiasan Yesus, namun lebih mungkin ia memberi informasi agar Yesus dapat ditangkap tanpa diramaikan umum. Sesudah itu, Yudas sangat menyesal dan memilih bunuh diri (Mat 27:5). Namun, tradisi Kristen telah mengawali suatu proses untuk merehabilitasi Yudas dengan menunjukkan bahwa meskipun berdosa besar, ia mungkin diampuni; sehingga dalam Kis 1:18, kematiannya dikaitkan dengan kecelakaan. Namun secara umum, orang Kristen sepakat bahwa Yudas Iskariot adalah seorang penghianat yang menjual Tuhannya dengan tiga puluh uang perak.
Bapak-bapak, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Memang tentu kurang nyaman ketika kita mendengar Tema khotbah ini. Jika sepintas didengar, ada kesan bahwa seakan-akan Tuhan itu barang dagangan yang bisa dijajakan kepada pembeli. Tema ini sebenarnya hendak mengingatkan kita bersama tentang peristiwa sengsara yang dialami oleh Tuhan Yesus, yang juga melibatkan salah seorang dari murid-Nya yakni Yudas Iskariot sipenghianat keji yang tega menjual Tuhan seharga 30 uang perak. Yudas menjual Tuhan Yesus dengan cara memfasilitasi penangkapan Tuhan Yesus. Padahal sudah jelas-jelas Tuhan Yesus memperingatkan dia akan hal itu. Namun, iblis telah berkuasa atas diri Yudas Iskariot sehingga kendatipun dia mengelak akan melakukan hal tersebut, tohk ia tetap melakukannya. Adalah memang mengherankan kenapa bisa Yudas Iskariot melakukan hal tersebut? Padahal selama ini ia telah bersama-sama dengan Tuhan Yesus siang dan malam, ia juga telah menyaksikan segala perkara besar yang dilakukan Tuhan Yesus, dan ia sendiri telah merasakannya serta menerima segala pengajaran Tuhan Yesus. Jadi adalah wajar jika Tuhan Yesus berkata: “Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan."
Bapak-bapak, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kisah tentang Yudas Iskariot yang menghianati Tuhan Yesus, menjadi peringatan tegas bagi setiap orang Kristen di manapun dan sampai kapanpun, agar waspada terhadap segala sesuatu yang menggiurkan yang dapat membuatnya berhianat. Walaupun peristiwa penghianatan Yudas Iskariot sudah terjadi ribuan tahun yang silam, namun harus jujur diakui bahwa hingga saat inipun, kita masih saja bisa menyaksikan perbuatan yang sama, yaitu menghianati Tuhan Yesus dengan berbagai dalil atau alasan. Apakah itu dengan alasan jodoh atau cinta, alasan untuk memperoleh jabatan, untuk memperoleh harta atau supaya hidup aman dan tidak terganggu. Yang jelas tindakan menjual Tuhan Yesus masih terjadi. Ini menjadi tantangan kita sebagai murid-murid Tuhan Yesus masa kini. Di sisi yang lain juga, dapat kita lihat tindakan menjual Tuhan Yesus dengan cara yang menurut mereka dianggap tidak menjual Tuhan, yakni lalai memenuhi kewajibannya sebagai pengikut Tuhan Yesus, apakah dengan dalil sibuk dengan pekerjaan, sedang mencari nafkah atau dengan dalil ada urusan penting (lebih penting dari menyembah Tuhan melalui persekutuan ibadah). Intinya, sadar atau tidak, tak jarang dari pengikut-pengikut Tuhan Yesus yang terjebak oleh berbagai alasan, dengan sadar atau tanpa sadar telah menjual Tuhannya.
Bapak-bapak, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Melalui Firman Tuhan saat ini, kita sekalian diingatkan agar jangan sampai perilaku Yudas Iskariot terjadi lagi dalam hidup kita. kita yang selama ini telah merasakan kasih setia Tuhan, mendengar pengajaran tentang Dia, merasakan dan menikmati kasih karunia-Nya, yang selama ini setiap saat menjaga dan memelihara kita, tega lagi menjual Tuhan Yesus yang kita imani. Ketika Tuhan dijual adalah lebih baik baginya tidak dilahirkan di dunia ini. Kematian Yesus Kristus di kayu salib telah membuktikan kepada kita sekalian bahwa Tuhan Yesus sungguh amat mengasihi kita. Dia telah dan akan selalu menyertai kita dalam hal apapun yang kita jalani dan hadapi di dunia ini. Percayalah bahwa tidak ada tempat bagi penghianat dalam kerajaan Allah. Tuhan Yesus Memberkati kita. Amin






















Bacaan Alkitab.  Yesaya 43: 1- 7
KASIH TUHAN TAK BERKESUDAHAN

Saudara-saudara, Bapak-bapak Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,

            Dalam perjalanan hidup keberagamaan umat Israel, tergambar bahwasannya kesetiaan mereka kepada Tuhan Allah sering berubah-ubah. Tuhan Allah tetap setia dengan berbagai macam cara mengajar umatNya itu dengan maksud agar mereka mengalami syalom Allah. Peristiwa pembuangan umat Israel adalah salah satu cara Tuhan Allah untuk membentuk umat itu di dalam hidup keimanan mereka kepada Tuhan Allah. Umat Israel mengalami begitu banyak ujian dan penghukuman, tidaklah dimaksudkan untuk kebinasaan mereka, melainkan Allah bermaksud yang indah, yakni agar umat itu menikmati damai sejahtera. Jika, dalam perikop sebelumnya, disaksikan bahwa umat Israel dalam kebutaan dan ketulian, menjadi korban penjarahan dan perampokan, kini yang terjadi adalah sebaliknya, perhambaan Israel sudah berakhir dan kesalahannya telah diampuni. Karena kasih Tuhan yang tidak terbatas, maka menjadi nyatalah bagi umat Tuhan itu, bahwa tersedia janji yang sangat indah dari Tuhan bagi mereka.

Saudara-saudara, Bapak-bapak Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
            Peristiwa pembuangan umat Israel di Babel, merupakan peristiwa yang menyedihkan terutama dalam perihal kehidupan keberagamaan. Kendatipun mereka bisa hidup dengan sejahtera, tokh, mereka tetap merupakan orang buangan yang merasakan hubungan yang jauh dari Tuhan. Namun, sesuai dengan kesaksian Alkitab saat ini, Tuhan Allah memberi janji yang sangat indah kepada umat itu agar mereka tidak perlu lagi untuk takut  sebab Allah oleh karena kasih setiaNya yang tidak berkesudahan kini menebus mereka dan memanggil mereka dengan nama yang diperuntukkan bagi mereka. Janji, indah itu diteruskan dengan jaminan keselamatan yang luar biasa. Sungai yang deras dan api yang menghanguskan, merupakan contoh bencana yang mengancam hidup orang dan sekaligus mewakili segala bahaya yang ditakuti orang. Tetapi tatkala umat Tuhan menyeberang melalui air, Tuhan berjanji akan menyertai. Dan apabila mereka berjalan melalui api, maka mereka tidak akan dihanguskan dan terbakar, sebab Tuhan Allah akan menjamin keselamatan umatNya. Jika tadinya Tuhan Allah menghukum umat itu, kini Tuhan Allah menjadi penyelamat bagi mereka. Selanjutnya, saudara-saudara, karena begitu berharganya umat kepunyaan Tuhan itu di mata Tuhan, maka Tuhan Allah membebaskan mereka, Tuhan Allah mengendalikan sejarah sedemikian rupa hingga umatNya dimerdekakan. Tuhan menebus nyawa umatNya yang kehilangan hak hidup oleh karena kesalahan-kesalahannya. Walaupun Firman hukuman yang dibawakan nabi-nabi sebelum pembuangan dianggap sah, namun dalam kebebasanNya, Tuhan membuka lagi suatu ruangan hidup bagi umatNya meskipun tidak ada jasa-jasanya. Tebusan itu mahal, bangsa-bangsa serta negeri-negerinya diberikan Tuhan sebagai ganti nyawa umatNya, yaitu Mesir, Etiopia dan Seba. Nyata, bahwa Kasih Tuhan tak berkesudahan bagi umatNya.



Saudara-saudara, Bapak-bapak Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
             Pengalaman iman umat Israel yang kita renungkan saat ini, adalah sabda indah yang memberi kita pelajaran yang amat berharga tentang bagaimana Tuhan memberi janji keselamatan bagi kita umatNya. Kasih setia Tuhan tersebut, tidak terbatasi oleh ruang dan waktu, dulu, kini dan nanti, kasih Tuhan itu tak pernah berkesudahan. Tuhan telah mengendalikan sejarah hidup umat Israel ke sejarah indah penuh jaminan keselamatan, semata-mata hanya karena Tuhan mengasihi mereka, dan mereka (umatNya) begitu berharga di mata Tuhan. Penebusan dan jaminan keselamatan yang Tuhan lakukan dan sediakan bagi umatNya adalah tanda dan bukti bagi semua orang percaya bahwa Tuhan Allah sungguh setia, sabar dan penuh kasih karunia. Karena itu, sebagai orang-orang kepunyaan Tuhan, kita sebagai bapak-bapak mestinya menyadari bahwa Allah di dalam Yesus Kristus telah menebus kita. Janji penyertaan Tuhan dan karya penebusanNya di kayu salib harusnya menjadi sebuah kekuatan iman bagi kita dalam menapaki perjalanan hidup di dunia ini, menunaikan tugas dan panggilan kita. Apa yang terjadi dan dialami umat Israel dari Allah seperti yang tersimak dari perikop saat ini, mengingatkan kita semua untuk menghargai karya penebusan Tuhan dan sekaligus mengingat bahwa Kasih Tuhan Tak berkesudahan bagi kita umatNya, sehingga hiduplah dalam pengharapan, tetaplah optimis bahwa kita adalah umat yang berharga di mata Tuhan. Yakinlah, saudara-saudara sekalian, bahwa Tuhan adalah setia dalam setiap janji yang di ucapkanNya. A M I N. 




























Bacaan Alkitab. Roma 16: 17- 20
Bijaksana Menjadi Pengikut Kristus

Saudara-saudara, Bapak-bapak Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
            Sejak abad-abad pertama lahirnya kekristenan, berbagai tantangan dan ancaman telah silih berganti melandanya. Bukan hanya dari luar, tetapi juga di dalam persekutuan itu sendiri, yakni banyaknya corak pengajaran yang berbeda-beda dan kadang kala bertentangan satu dengan yang lain yang sering kali memecahkan persekutuan orang-orang percaya. Jika pada permulaan sejarah gereja, terjadi perpecahan akibat konsep yang berbeda di kalangan orang-orang Kristen Yahudi dengan yang bukan Yahudi tentang persyaratan menjadi Kristen bagi orang-orang yang bukan Yahudi, maka konsep teologis yang bermunculan akibat interpretasi (penafsiran) yang berbeda-beda atas Alkitab, juga berakibat pada terjadinya perpecahan pada tubuh Kristus. Kejadian ini acapkali terjadi di sepanjang sejarah gereja Tuhan. Setelah kekristenan tersebar hingga ke Roma, ternyata hal yang sama juga terjadi. Di Roma, yakni di kalangan persekutuan orang-orang Kristen juga ternyata tersebar berbagai macam bentuk ajaran. Dan di antara pengajaran tersebut, ternyata terdapat juga pengajaran yang mengancam keutuhan persekutuan umat Tuhan.

Saudara-saudara, Bapak-bapak Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
            Banyaknya corak dan bentuk pengajaran palsu yang dihadapi gereja Tuhan, sebagaimana halnya yang dihadapi orang-orang percaya di Roma pada dasarnya merupakan hasil pemikiran orang-orang tertentu yang bertujuan untuk meraih keuntungan pribadi. Paulus mencap orang-orang ini sebagai orang yang tidak melayani Kristus, melainkan melayani perut mereka sendiri. Pengajar-pengajar sesat seperti ini, sangat lihai, bahasa mereka manis dengan kata-kata yang muluku-muluk padahal mereka adalah penipu. Berita tentang ketaatan orang-orang percaya di Roma di mana Paulus mengalamatkan suratnya ini, telah sampai kepadanya. Persekutuan itu adalah persekutuan yang taat. Namun menurut Paulus, persekutuan itu tidaklah cukup hanya dengan ketaatan saja, melainkan harus bijaksana mengingat tantangan dan ancaman yang terus diperhadapkan kepadanya.

Saudara-saudara, Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pada perjalanan kekristenan masa kinipun, kemunculan berbagai macam dan corak teologis maupun pengajaran kekristenan di dalamnya tak pernah berakhir. Tak jarang dari kemunculan aliran baru dalam gereja membuat orang-orang percaya bimbang dalam iman mereka. Pengajar-pengajar baru yang penuh daya tarik tak jarang mengakibatkan terjadinya perpecahan di dalam gereja. Tetapi, sekali lagi hal seperti ini terjadi karena munculnya orang-orang yang merasa diri pintar dan mengandalkan pengetahuan serta pikirannya dengan tujuan untuk kepuasan dirinya maupun demi keuntungan pribadinya. Pada akhirnya, apa yang terjadi dengan persekutuan, ialah perpecahan. Kendatipun memang, di tengah sebuah persekutuan telah terdapat ketaatan, akan tetapi menurut Paulus itu masih perlu dibarengi dengan kebijaksanaan. Ingat saudara-saudara, bahwa di sekitar kita banyak orang yang pintar, tetapi tidak bijaksana. Karena itu kebijaksanaan haruslah dimiliki oleh orang-orang percaya, supaya ketika berhadapan dengan pengajaran yang lain dengan pengajaran yang kita terima selama ini sesuai dengan ajaran iman, kita akan dengan bijak menyikapinya, tidak mengandalkan kepintaran kita sehingga tidak menyebabkan perpecahan dalam persekutuan kita. Sebagai bapak-bapak, kita patut merenungkan nasihat rasul Paulus ini dengan seksama, dengan maksud mengingatkan kita sekalian sebagai orang-orang yang menjadi teladan di tengah keluarga dan juga di tengah persekutuan kita agar kita bijaksana sebagai pengikut Tuhan Yesus. Dengan kebijaksanaan yang kita miliki, maka persekutuan ini akan tetap bersih terhadap apa yang jahat. Akhirnya, marilah kita terima berkat Allah yang disampaikan Rasul Paulus ini:”Semoga Allah, sumber damai sejahtera segera menghancurkan iblis di bawah kakimu. Kasih karunia Yesus, Tuhan kita menyertai kamu. AMIN.                                                                                                                                         






                                   



Tidak ada komentar:

Posting Komentar