Bacaan
Alkitab: Yesaya 48: 18-19
Tema:
Mendengar dan melakukan Firman Tuhan
Saudara-saudara,
Pemuda Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
“Damai sejahtera” merupakan kata
yang sangat sering kita dengar dalam kehidupan keberimanan kita sebagai orang Kristen.
Kata Damai sejahtera atau “Syalom” dalam bahasa Ibrani, secara sederhana dapat
diartikan sebagai suatu keadaan tanpa permusuhan antara bangsa-bangsa (Band.
1Raj 5:12). Damai sejahtera adalah karunia Allah (Band. Yes 54:10) atau kondisi
kehidupan yang di dalamnya tidak ada lagi persoalan, ketakutan, pertikaian,
ketidakpastian, permusuhan, iri hati benci dan kemelaratan, dll, secara
holistik (menyeluruh). Suasana hidup seperti ini pastilah dambaan dan kerinduan
semua orang, termasuk kita para pemuda yang sedang berjuang meraih mimpi dan
cita-cita kita. Persoalannya ialah suasana hidup seperti ini tidaklah mudah
atau dengan gampang terjadi dalam hidup seseorang. Sebab hidup seperti ini
bukanlah semata-mata ciptaan manusia dengan berbagai upaya dalam kehidupannya,
melainkan ini adalah merupakan kasih karunia Tuhan Allah.
Umat
Israel, zaman Firman ini dituliskan oleh Deutroyesaya, sedang dalam proses
pembebasan dari pembuangan dan masa pemulihan menuju kehidupan yang dijanjikan
Tuhan Allah. Artinya mereka sedang menuju masa depan yang Tuhan Allah
persiapkan. Mereka sedang berjalan ke arah masa depan, masa dan suasana hidup
yang baru dan dibaharui Allah. Melalui Deutroyesaya, Allah mengingatkan
umat-Nya itu bagaimana dan apa yang perlu mereka lakukan untuk dimungkinkan
meraih apa yang mereka impikan ke depan, yakni hidup dalam Damai Sejahtera
Allah, hidup yang berkelanjutan dan terpelihara oleh Allah.
Saudara-saudara
Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
“Memperhatikan Perintah-Perintah-Ku”, inilah
sikap yang sangat dituntut oleh Tuhan Allah dari umat-Nya itu sebagai syarat
untuk dimungkinkan menikmati Damai sejahtera, menikmati hidup yang dijamin
kelangsungannya oleh Allah. Memperhatikan perintah-perintah Allah, dapat
diartikan suatu tindakan yang dilakukan seseorang merespon perintah-perintah
Allah dengan melibatkan seluruh kehidupannya, bukan hanya mendengar dengan
indera saja, melainkan dari lubuk hatinya yang paling dalam ia merasakan apa
yang didengarkan dan kemudian lahirlah dorongan dari dalam diri untuk berbuat
seperti apa yang didengar dan dirasakannya. Jadi memperhatikan
perintah-perintah Tuhan Allah, dalam hal ini melibatkan seluruh keberadaan
hidup manusia tanpa terkecuali. Maka jika demikian halnya, dapat dipahami bahwa
ini bukanlah tindakan yang mudah untuk dilakukan. Itulah sebabnya, damai
sejahtera itupun demikian mahalnya, jaminan hidup yang kelangsungan dan
keberlanjutannya pun tidak murah harganya. Kenapa demikian? Jawabannya ialah, “memperhatikan” butuh perjuangan keras
dan tekad serta kesungguhan hati. Setuju atau tidak, siapapun kita akan
menghadapi tantangan dan godaan ketika kita sedang berusaha untuk memperhatikan
perintah-perintah Tuhan. Ada godaan yang datang dari dalam diri kita sendiri,
apakah itu berupa khayalan atau angan-angan tentang sesuatu yang kita inginkan,
juga godaan yang datang dari luar yang menggiurkan berupa kenikmatan duniawi,
kesenangan sesaat yang tak sesuai dengan kehendak Tuhan. Perhatian kita mungkin
saja dibuyarkan oleh gemerlapnya kemajuan dunia dengan segala assesoris duniawi
di dalamnya yang membuat kita terbuai dan hanyut dalam impian semu yang tak
bermakna di hadapan Tuhan Allah.
Saudara-saudara
Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Harus kita akui bahwa zaman di mana
kita hidup adalah zaman kompetitif, zaman persaingan yang selalu melahirkan
yang kalah dan yang menang. Zaman di mana orang-orang berlomba-lomba untuk
meraih segala mimpi dengan berusaha mengalahkan orang lain disekitarnya. Tidak
sedikit orang yang berjuang matian-matian tanpa kenal lelah berupaya meraih
hidup yang menurutnya penuh damai sejahtera, hidup yang menurutnya terjamin
kelangsungan dan keberlanjutannya, tanpa menyadari bahwa semua itu hanya
bersumber dari Tuhan Allah saja. Karena itu, saat Firman ini diberitakan kepada
kita, kita sebagai pemuda yang sedang berjuang meniti, menata dan meraih masa
depan, kita diingatkan, bahwa yang pertama dan terutama kita lakukan dalam
rangka meraih impian indah dan masa depan yang cemerlang, hidup yang berdamai
sejahtera, hidup yang dijamin kelangsungannya, hidup yang dijamin
keberlanjutannya (artinya bukan hidup sesaat atau sekejap), adalah
“Memperhatikan perintah-perintah Tuhan”. Yakni mendengar dengan hati,
melakukannya dengan segenap hati. Janji ini, bukanlah janji-janji palsu, bukan
janji kampanye dalam pentas politik, tapi janji ini adalah janji yang amat
manis dari Dia yang tak pernah ingkar janji, yaitu Tuhan Allah kita. terpujilah
Dia. Amin
Bacaan
Alkitab: Matius 7: 24- 27
Mendengar
dan Melakukan-Nya
Saudara-saudara,
Pemuda yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Di zaman postmodern yang kita sedang jalani
saat ini, di era banyak orang yang terjebak dengan rutinis kerja, berusaha
setiap hari karena tuntutan hidup yang semakin kompleks, bermunculan banyak motivator
dalam bentuk yang baru. Jika di era sembilan puluhan pola motivator yang
dilaksanakan adalah terjun ke tengah-tengah masyarakat dan bersama melakukan
apa yang menjadi maksud dan tujuan, tapi sekarang ini banyak motivator yang
bermunculan dengan pola baru, yakni hanya dengan kata-kata atau teori, apakah
itu hasil pengalaman hidup sang motivator ataukah itu bagian dari ilmu yang
dimilikinya. Yang jelas kata-kata yang mereka sampaikan sungguh memukau,
membuat kita terkesima, bahkan kagum. Lihat misalnya motivator sekelas Mario
Teguh, yang sangat banyak memiliki fans, baik dalam siaran televisi maupun
dalam media sosial seperti facebook ataupun twitter, dll. Kata-kata motivasi
yang disampaikan para motivator tersebut sungguh mengena dengan kehidupan kita,
bahkan memang masuk akal. Persoalannya adalah apakah dari sekian banyak
pendengar itu melakukan apa yang mereka dengarkan? Ataukah yang mereka dengar
hanya “sorga telinga”? atau hanya sekedar untuk menenangkan perasaan? Memang
Harus diakui bahwa “mendengar itu mudah,
tapi melakukan yang didengar itulah yang sulit”. Padahal apalah artinya
jika sekedar mendengar tetapi tidak melakukan, apakah terjadi atau terlaksana
seperti yang didengar? Tetapi bagi sang motivator seperti sekarang ini, yang
terpenting bagi mereka ialah apa yang mereka sampaikan ada yang mendengarnya,
mau dilakukan atau tidak, itu tidak menjadi masalah, yang terpenting bagi
mereka adalah acara mereka laku, mereka memiliki fans yang banyak dan rating
program mereka tinggi di televisi.
Saudara-saudara,
Pemuda yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Perihal mendengar dan melakukan apa
yang didengar, menjadi perhatian serius Tuhan Yesus. Bagi Tuhan Yesus antara
mendengar dan melakukan merupakan dua sikap atau tindakan yang tidak
terpisahkan satu dengan yang lain. Bagi Tuhan Yesus, setiap orang yang
mendengar dan melakukan dalam hal ini Firman Tuhan, ia sama seperti orang yang
bijaksana yang mendirikan rumahnya di atas batu, apabila turun hujan dan datang
banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh. Tetapi jika
hanya sampai pada titik mendengar saja maka seseorang itu seumpama orang bodoh
yang mendirikan rumahnya di atas pasir, ketika hujan turun, angin melanda, maka
rubuhlah rumah itu. Tidak sulit mengerti perkataan Tuhan Yesus ini, dengan
mudah dapat dimengerti kenapa rumah yang dibangun di atas batu tidak rubuh
ketika hujan, angin badai melanda, sebab pondasinya kokoh atau kuat, berbeda
dengan rumah yang didirikan di atas pasir, tentulah rubuh jika hujan dan angin
melanda karena pondasinya tidak kuat atau tidak kokoh. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa bagi Tuhan Yesus, pondasi itu sangat penting dan sangat menentukan
eksistensi dan keberlangsungan hidup setiap orang. Sebab pondasi merupakan
dasar bagi berdirinya sebuah bangunan, menjadi penopang keseluruhan bangunan.
Bukan hanya dalam bangunan, dalam hal apapun pondasi itu sangat penting dan
menentukan, dalam persaingan bisnis misalnya, besarnya modal atau asset
sipebisnis akan menentukan kekuatan bisnisnya, dalam kompetisi atau perlombaan
dalam bidang apapun, pondasinya adalah skill, kemampuan, sangat menentukan
kemungkinan untuk bisa menang dalam perlombaan. Bagaimana dengan pondasi hidup
kita sebagai orang percaya? Inilah yang menjadi perhatian serius Tuhan Yesus.
Saudara-saudara,
Pemuda yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Bagi Tuhan Yesus, mendengar dan
melakukan Firman Allah merupakan pondasi kehidupan yang membuat manusia itu
kuat dan kokoh dalam menjalani kehidupannya. Dalam hal ini, sesungguhnya Tuhan
Yesus mengetahui persis bahwa yang namanya kehidupan akan diperhadapkan pada
berbagai pergumulan, tantangan, rintangan, duka, akan ada angin, hujan bahkan
badai. Nah untuk itu Tuhan Yesus menegaskan bahwa kunci utama agar mampu
menghadapi semua itu, setiap orang harus seperti orang yang bijaksana, yakni
mendirikan rumah di atas batu, yaitu dengan cara mendengar dan melakukan Firman
Allah. Sekali lagi mendengar dan melakukan Firman Allah adalah tindakan yang
tidak terpisahkan. Bagaimana mungkin kita tahu melakukan Firman Allah jika kita
tak mendengarkannya?atau jika kita hanya mendengar, maka kita akan sama dengan
orang bodoh yang mendirikan rumahnya di atas pasir, akan lekas rubuh. Untuk
dapat mendengar Firman Allah, respon dan sikap dari kitapun juga dituntut,
yakni tentunya penting untuk memberi diri bersekutu di dalam Tuhan di mana
Firman-Nya diberitakan. Ingat bahwa Firman Allah itu bukanlah sekedar sorga
telinga, yang hanya menentramkan hati dan perasaan kita, tapi Firman itu harus
diaplikasikan dalam kehidupan. Janji Tuhan Yesus, bahwa orang yang mendengar
dan melakukan Firman-Nya maka pondasi hidupnya akan kokoh dan kuat. Maka jangan
pernah kuatir kalaupun ada tantangan yang kita hadapi, janganlah kuatir
kalaupun kita diputus pacar, kita tidak lulus test, gagal meraih yang
direncanakan, dan lain-lain. Kita tidak akan rubuh, kita akan tetap eksis
dengan keberhasilan yang Tuhan rancang dan rencanakan. Percayalah saudaraku,
pondasi hidup yang kokoh dan kuat sangat menentukan masa depan kita, sangat
menentukan kesuksesan kita dalam melewati segala macam bentuk tantangan dan
rintangan hidup. Percayalah selalu, bahwa masa depan, cita-cita dan cinta yang
kita impikan sungguh akan sangat bernilai dan dapat kita raih dengan pondasi
hidup yang kokoh dan kuat, kita tidak akan mudah menyerah dan mengaku kalah,
kita tidak akan mudah putus asa, melainkan kita akan kuat berdiri menghadapi
semuanya. Maka karena itu, seharusnya kita mesti ingat, kita adalah prajurit Kritus, yang harus
selalu mendengar dan melakukan Firman-Nya dengan berkata: “Siap, lakukan”. Amin.
Bacaan
Alkitab: Amsal 13: 13- 16
Menghargai
Firman dan Menaati Perintah-Nya
Saudara-saudara,
Pemuda yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kitab
Amsal merupakan kitab yang mendengungkan selalu hikmat atau kebijaksanaan.
Dalam tradisi masyarakat Timur Tengah, pada zamannya menempatkan hikmat atau
kebijaksanaan pada posisi tertinggi dalam kehidupan. Hikmat diyakini berasal
dan bersumber dari Sang Pencipta. Hikmat atau kebijaksanaan meliputi tekhik,
teori dan etika kehidupan. Hikmat itu meliputi seluruh sendi kehidupan. Dalam
kitab Amsal, hikmat juga berisi etika keagamaan dan menempatkan Allah sebagai
pusat pemikiran. Hikmat juga berisi pengajaran, didikan, arahan, nasehat, dan
lain-lain, tentang bagaimana manusia seharusnya berhubungan dengan manusia
lainnya dan sesama ciptaan dan juga bagaimana manusia hidup dengan bijaksana di
hadapan Tuhannya. Karena hikmat diyakini hanya bersumber dari Allah pencipta,
maka wajar jika hikmat atau kebijaksanaan itu dipuja-puja dan ditinggikan. Dalam hal keberimanan, atau dengan kata
sederhana, dalam hidup beragama, hikmat atau kebijaksanaan menempati posisi
yang penting. Ukuran seseorang dalam hidup beriman akan nampak melalui
kebijaksanaan atau hikmat yang dimilikinya. Dalam hal ini, sikap atau respon
seseorang dalam hal menerima Firman Tuhan menjadi ukuran bagaimana seseorang
itu dapat disebut berhikmat atau bijaksana dalam hidupnya sebagai orang
beriman. Orang berhikmat atau bijaksana sangat ditentukan oleh sikapnya
terhadap Firman Tuhan atau terhadap perintah atau ajaran Tuhan. Maka dengan
demikian, umur atau strata seseorang bukanlah faktor yang menentukan bijak atau
berhikmatnya seseorang, melainkan sikapnya terhadap Firman Tuhannya.
Saudara-saudara,
Pemuda yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Bacaan Alkitab saat ini juga
berbicara tentang sikap seseorang dalam merespon Firman Tuhan dan perintah
Tuhan. Dikatakan bahwa siapa yang meremehkan Firman, akan menanggung
akibatnya. “meremehkan” dapat diartikan sebagai sikap seseorang yang
merendahkan, mengabaikan, menganggap tidak penting, menganggap rendah. Sikap
seperti ini sangat bertentangan dengan kehendak Tuhan yang menginginkan setiap
orang berhikmat dan bijaksana di hadapan-Nya. Karena itu, orang yang
berperilaku seperti ini menurut pengamsal akan menanggung akibatnya. Demikian
pula halnya dengan sikap taat akan perintah Allah, akan mendapatkan balasan.
Maka, dapat disimpulkan bahwa setiap sikap dalam merespon Firman Allah selalu
mengandung konskwensi yang akan diterima. Tergantung sikap seperti apa yang
dilakukannya. Kalau dalam versi
Alkitab Bahasa Indonesia sehari-hari Ams
13:13 berbunyi demikian: Orang yang
meremehkan ajaran TUHAN, mencelakakan dirinya; orang yang taat kepada hukum
Allah akan mendapat upahnya.
Maka
jelas bagi kita, bahwa akibat dari meremehkan Firman adalah kecelakaan, dan
ketaatan kepada perintah Allah akan mendatangkan upah. Ini bukanlah sebuah
kata-kata yang sekedar menakut-nakuti kita sebagai orang-orang percaya,
melainkan ini mengajar kita supaya sebagai pemuda-pemudi Kristen, kita mengerti
dan mengetahui bagaimana seharusnya kita bersikap sehingga kita tidak
mencelakakan diri kita di masa muda kita ini. Kita harus sadar, bahwa tidak
sedikit dari pemuda-pemudi di masa kini yang akhirnya hidup dalam penyesalan
karena sikap mereka yang meremehkan Firman dan tidak taat kepada perintah
Tuhannya. Tidak sedikit yang akhirnya mengakhiri masa mudanya dengan menikah
tanpa perencanaan yang matang yang kemudian cerai, ada yang hamil di luar nikah
dan melakukan aborsi, menjadi singgle
parents, (punya anak tanpa menikah dan tak punya suami), ada yang terjebak
pada ketergantungan minuman keras, narkoba, hidup tanpa masa depan yang jelas,
ada yang menjomblo sampai tua karena tak mempunyai penghasilan hidup, karena
kehilangan percaya diri akibat ketergantungan pada narkoba di masa silam, akibat
seks bebas dan lain sebagainya. Harus dengan berani dikatakan, bahwa
orang-orang seperti ini, pastilah orang-orang yang meremehkan Firman Tuhan dan
tidak taat pada perintah Tuhannya. Orang-orang seperti telah mencelakakan
dirinya karena mereka tidak menghargai dan tidak mengindahkan Firman Tuhan
serta tidak taat pada perintah Tuhan. Akhir dari hidupnya hanyalah penyesalan
belaka.
Pemuda-pemudi
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Zaman di mana kita hidup saat ini,
sungguh harus disadari sangat berbeda dengan kehidupan orang-orang tua kita
dulu. Perkembangan ilmu dan teknologi yang serba canggih sekarang ini tidak
melulu berdampak positif bagi kehidupan kita, melainkan ada banyak dampak
negatif yang jika tidak disikapi dengan bijaksana akan membuat kita terjebak di
dalamnya yang pada akhirnya kita bisa menjadi orang-orang yang menyesal di
kemudian hari. Nilai-nilai kearifan semakin terkikis habis, demikian juga
dengan nilai-nilai etis di dalam berkomunikasi, juga tentang penghargaan pada
nilai-nilai agama. Tidak sedikit pemuda-pemudi sekarang ini, terjerumus pada
nikmatnya dunia media sosial yang menggiurkan bisa melakukan apapun dengan
bebas selagi tidak mengandung kriminalitas, padahal tidak sesuai dengan Firman
dan perintah Tuhannya. Maka mengetahui
semua ini, sebagai pemuda-pemudi Kristen, kepada kita diberikan pelajaran
berharga melalui kitab kebijaksanaan saat ini, bahwa penghargaan pada Firman
Tuhan akan membuat kita terbebas dari sikap mencelakakan diri, dan ketaatan
kepada perintah Tuhan Allah akan membuat kita menerima upah. Semua hal yang
sedang berlaku dan terjadi dalam kehidupan kita dan di sekitar kehidupan kita
saat ini, akan dapat kita hadapi, nikmati dan jalani dengan mengambil setiap
hal positif darinya tanpa kita terjebak pada sikap meremehkan Firman Allah dan
melalaikan perintah-Nya. Kuncinya ialah selalu menyadari identitas diri kita
sebagai pemuda-pemudi Kristus, yang telah ditebus dan diselamatkan, dikuduskan,
yang diberi tugas untuk menjadi garam dan terang. Maka percayalah saudaraku,
penghargaan kita kita Firman Allah, dalam meresponnya dan ketaatan kita dalam
melakukan perintah-Nya akan menjadikan kita sebagai orang-orang muda yang
memiliki masa depan yang cerah dan cemerlang. Jika sekiranya kita pernah jatuh
pada kesalahan ini, maka saatnya bangkit dan kembali kepada Dia yang berfirman
dan taat pada Perintah-Nya, maka hidup akan dipulihkan-Nya dan kebahagiaan
menjadi milik kita. Amin.
Bacaan
Alkitab: 1 Tessalonika 2: 13-20
Memaknai
Firman Allah Melalui Kasih
Pemuda-pemudi
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Rasul Paulus dapat dijuluki sebagai
sipengucap syukur yang sejati. Bahwa bagi dia, konsep mengucap syukur adalah
dalam segala hal. Dia malah mampu mengucap syukur dalam kondisi hidup yang
terpenjara sekalipun dan keadaan atau situasi tidak menghalanginya untuk
bersyukur dan mengajak orang untuk bersyukur. Rasul Paulus juga mampu melihat
segala hal sebagai alasan baginya mengucap syukur, termasuk kehidupan
orang-orang lain yang telah mengalami kemajuan hidup, tentang pekerjaan Injil
yang semakin mendapat respon dan dia juga mensyukuri kehidupan orang-orang yang merespon dengan baik, yakni mendengar
dan menerima Firman Tuhan yang diberitakan kepada mereka. Pendek kata, Rasul
Paulus sungguh mampu tindakan mengucap syukurnya kepada Allah bukan karena
kepentingan dirinya sendiri maupun karena keberadaannya. Sikap tidak egois
sangat nampak dalam setiap sikap Paulus dalam mengucap syukur kepada Tuhan.
Yang terutama baginya dalam mengucap syukur adalah karena pekerjaan Allah dapat
terlaksana, yakni ketika orang-orang yang menerima berita Injil itu hidup
seperti yang dikehendaki Tuhan Allah melalui Injil-Nya yang diberitakan. Respon
yang baik dan positif dari jemaat di Tessalonika terhadap Injil yang
diberitakan oleh Rasul Paulus dan kawan-kawannya menjadi alasan bagi Paulus
untuk terus menerus mengucap syukur kepada Tuhan. Respon itu jelas, yakni bahwa
jemaat-jemaat di Tessalonika dengan benar memahami dan memaknai Injil yang
diberitakan kepada mereka bukanlah perkataan manusia melainkan benar sebagai
Firman Allah yang bekerja di dalam diri mereka. Paulus sangat bangga, sebab
Jemaat di Tessalonika sungguh-sungguh menghargai Injil itu sebagai Firman
Allah, dalam hal ini Tuhan Allahlah yang dijadikan sebagai pusat kehidupan
mereka. Kemudian, Paulus juga melihat bahwa buah dari pemberitaan mereka telah
melahirkan sikap solidaritas yang tinggi dalam kehidupan jemaat di Tessalonika
yang terlihat dari kasih mereka yang peduli terhadap saudara-saudara mereka
yang teraniaya di Yudea. Jemaat Tuhan di Tessalonika telah turut merasakan
derita saudara seiman mereka di Yudea.
Saudara-saudara,
Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Seperti halnya Paulus, semua pelayan
Tuhan pastilah bersyukur apabila pekerjaan atau pelayanan mereka membuahkan
hasil seperti yang dirindukan. Buah atau hasil pekerjaan pelayanan dalam
kehidupan beriman tidak lain adalah semua orang yang dilayani, semua orang yang
menerima pemberitaan Injil benar-benar memaknai Injil yang diberitakan adalah
Firman Allah dan bukti dari penerimaan akan Injil tersebut adalah lahirnya
kasih dari dalam diri yang nampak dari sikap peduli terhadap kehidupan
sesamanya. Kerinduan seperti ini tidaklah mudah tercapai. Tidak sedikit
orang-orang yang terjebak pada pemaknaan yang keliru terhadap Injil yang
diberitakan kepada mereka. Ada saja orang yang hanya mendengar dan menerima
Injil sebagai penyegar hidupnya sendiri tanpa membuahkan sikap kasih kepada
orang lain yang pada akhirnya jatuh pada kesombongan rohani. Dalam kasus yang
lain, ada saja orang yang menjadi tawar hati ketika mendengar Injil dari
orang-orang (pelayan) yang mereka kenal
dekat, saudara mereka sendiri atau karena kemampuan yang rendah menjadi tidak
merespon Injil itu dengan benar sehingga Injil yang diberitakan kepadanya
dianggapnya perkataan orang biasa yang tak bermakna apa-apa karena mereka yang
memberitakannya dipandang rendah. Inilah sikap yang sangat bertolak belakang
dengan harapan dan kerinduan Rasul Paulus. Peristiwa seperti ini mengingatkan
kita bagaimana Injil yang diberitakan Yesus menjadi tidak diperhatikan ketika
orang-orang Farisi dan teman sekampungnya hanya menganggap Yesus sebagai anak
situkang kayu. Akhirnya nasib mereka menjadi sangat malang sehingga mereka
menolak Yesus, mengusir bahkan kemuadian membunuh Yesus.
Pemuda-pemudi
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Bagaimana dengan kita sekalian,
sebagai generasi yang akan meneruskan kehidupan gereja Tuhan di muka bumi ini?
Apakah kita mampu menjadi mahkota, menjadi kemuliaan bagi pelayan-pelayan Tuhan
yang memberitakan Injil kepada kita? apakah kita benar-benar mampu menjadi
orang-orang yang membanggakan dalam kehidupan ini? Apakah kebanggaan bagi
orangtua kita, kebanggaan bagi Jemaat? Terutama menjadi kebanggaan di hadapan
Tuhan? Respon dan perilaku kita dalam menerima, memaknai Injil sebagai Firman
Allah akan menjawab semuanya. Kemudian buah melalui perilaku kita berdasarkan
berita Injil yang kita terima yang terimplementasi melalui kasih kepada sesama
kita juga menjadi bukti bahwa kita sungguh-sungguh hidup menurut kehendak Tuhan
berdasarkan Firman-Nya. Kapan hal itu dimulai dalam kehidupan orang percaya?
Sekaranglah saatnya. Saat di mana kita sedang berjuang memasuki kehidupan
dewasa yang bertanggung jawab penuh atas hidup kita, saat di mana kita sedang
berusaha mencari jati diri, saat di mana kita sedang berjuang meraih segala
impian dan cita-cita. Kunci dari semua ini adalah, pertama-tama kita harus
memberi diri untuk menjadi pendengar Injil, kemudian dalam proses mendengar
itu, kita benar-benar memaknai bahwa berita Injil yang kita dengar itu adalah
Firman Allah yang mestinya bekerja di dalam diri kita, selanjutnya kita menjadi
pelaku-pelaku Firman yang terlihat dari kasih, kepedulian kita kepada sesama,
terutama mereka yang sedang dalam penderitaan dan kesusahan oleh berbagai
sebab. Percayalah.., bahwa ketika kita sungguh-sungguh memberi penghargaan yang
benar kepada Firman Allah dan Firman itu bekerja di dalam diri kita, dan
mengaplikasikan itu melalui kasih, maka kita akan menyenangkan Tuhan.
Terpujilah Kristus. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar