Bacaan Alkitab: Mazmur 78: 32- 55; Matius 6: 25- 34;
1 Petrus 5: 5- 11
KETEGUHAN IMAN YANG SEMPURNA
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kehidupan umat Tuhan tidak dapat
terpisahkan dalam tiga dimensi waktu, yakni masa silam, kini dan nanti. Tiga
dimensi waktu tersebut juga mempengaruhi keimanan umat Tuhan. Di tiga dimensi
waktu itu Tuhan berkenan hadir menyertai umat-Nya. Tuhan rela hadir dalam
sejarah umat-Nya, hadir di masa kini dan memberi pengharapan di masa yang akan
datang. Dan memang benar, Tuhan mengatasi segala waktu sehingga Dia dapat hadir
kapanpun dalam perjalanan hidup manusia. Inilah yang pertama-tama yang harus
diimani oleh kita sekalian, sehingga kita menyadari bahwa Tuhan Allah ada
disetiap dimensi waktu dalam kehidupan kita. Itu berarti, dimensi waktu manapun
menjadi waktu yang berharga bagi kita umat yang percaya dalam rangka
mengintrospeksi keimanan kita kepada Tuhan. Kehidupan kita di masa silam
menjadi pelajaran berharga bagi kehidupan kita di masa kini dan nanti. Masa
yang telah berlalu itu penting bagi kita untuk merenungkan seluruh pengalaman
hidup kita, bagaimana Tuhan Allah hadir di dalamnya sehingga memungkinkan kita
ada kini di sini meniti hari-hari hidup untuk masa depan kita nanti. Pengalaman
berdasarkan sejarah itu penting, sehingga apa yang tidak berkenan kepada Allah
yang pernah terjadi tidak lagi terulang kini dan nanti. Pengalamana hidup di
dalam sejarah itu penting, sehingga karya Tuhan terus terngiang dan menjadi
dasar kita melangkah ke masa yang akan datang. Intinya adalah bahwa kehadiran
Allah di masa silam itu menjadi pegangan hidup kita bahwa kesetiaan Allah tidak
akan pernah berubah sampai kapanpun, sehingga iman kita tetap teguh hanya
kepada Dia. Kegagalan seseorang dalam kesetiaannya beriman, sangat dipengaruhi
kesadarannya merenungkan karya Tuhan disepanjang kehidupannya termasuk
kehidupannya dimasa silam. Orang yang tidak menyadari bagaimana Tuhan terlibat
dalam seluruh perjalanan hidupnya tidak akan pernah hidup teguh dalam keimanannya.
Akibatnya, orang seperti ini akan selalu dihantui oleh kekuatiran yang besar
yang kemudian dapat berakibat pada kehilangan pengharapan atau putus asa.
Kekuatiran hidup, sebenarnya bukanlah melulu disebabkan ketakutan akan apa yang
terjadi di masa depan, tetapi juga dipengaruhi oleh ketidaksadaran merenungkan
hidup dimasa lampau. Jika seorang beriman sadar dan mampu merenungkan karya
kasih Tuhan Allah dalam hidupnya di masa silam niscaya tidak akan dihantui
kekuatiran akan hidup di masa depan. Kenapa? Karena Tuhan itu hadir kapanpun
dalam hidup umat-Nya. Kasih setia-Nya untuk selama-lamanya.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam kitab Mazmur yang menjadi
bagian bacaan Alkitab saat ini dapat disimpulkan bahwa umat Israel diajak untuk
belajar dari sejarah bangsa mereka. Tuhan Allah rela dijangkau oleh sejarah,
Dia hadir dengan karya-Nya yang ajaib, Dia hadir dengan hati-Nya yang penuh
belaskasihan, Dia hadir dengan pengampunan, Dia hadir memberi kelepasan dan
kemenangan. Artinya bahwa Umat Israel harusnya menyadari bahwa di masa pelik
sekalipun, Tuhan Allah telah membuktikan kesetiaan-Nya, walaupun umat itu
sendiri sering memberontak kepada-Nya. Untuk itu, harusnya tidak alasan bagi
umat Tuhan untuk hidup dalam kekuatiran dimasa kini dan nanti. Sekalipun umat
Israel berulangkali mencobai dan memberontak kepada Allah, sekalipun Allah
sendiri telah berulangkali melakukan mujizat di hadapan mereka, mereka selalu
saja kehilangan kepercayaan kepada Allah, akan tetapi Tuhan Allah tetap
konsisten pada janji-Nya. Dia sendiri menuntun umat itu dengan tenteram dan
menghalau segala musuh mereka serta memberikan kepada mereka tanah yang
dijanjikan itu. Ini menjadi bukti yang harus diimani oleh semua umat Tuhan,
bahwa kasih setia itu nyata sampai kapanpun. Maka jika Tuhan Yesus menegaskan
umat-Nya seperti yang terdapat dalam bagian bacaan Alkitab saat ini untuk tidak
kuatir dalam hidup ini, itu berarti di mata Tuhan setiap orang yang percaya
kepada-Nya sangatlah berharga dan dikasihi-Nya. Kekuatiran di mata Tuhan Yesus
adalah bentuk ketegaran hati manusia yang tidak mengakui dan menyadari dengan
sungguh-sungguh kasih setia Tuhannya. Itu berarti kekuatiran merupakan bentuk pengingkaran akan kemahakuasaan dan kasih
setia Tuhan. Maka jelas, mengapa Tuhan Yesus dengan tegas melarang umat-Nya
untuk kuatir, yaitu agar umat-Nya teguh beriman kepada-Nya. Kekuatiran umat
Tuhan akan hidupnya akan menjadi pintu masuk bagi iblis, sehingga seseorang itu
pada akhirnya akan kehilangan imannya dan pada akhirnya ia jatuh ke tangan
iblis yang akan membinasakannya.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Berbicara tentang kekuatiran, itu
berarti kita berbicara tentang hilangnya keteguhan iman. “Iman” dalam
Perjanjian lama berasal dari kata kerja “aman”
yang berarti “memegang teguh”. Kata ini bisa muncul dalam bentuk yang
bermacam-macam. Jika diterapkan kepada Tuhan Allah, maka kata iman berarti
“bahwa Allah harus dianggap sebagai “Yang Teguh dan Yang Kuat”. Orang harus
percaya kepada-Nya dan mengimani bahwa Allah teguh dan Kuat. Oleh karena itu,
beriman kepada Allah berarti mengimani bukan hanya dengan akalnya, melainkan
juga dengan segenap kepribadian dan cara hidupnya kepada segala janji Allah
yang telah diberikan dengan perantaraan Firman dan Karya-Nya. Demikian juga
jika pengertian iman diterapkan pada Perjanjian Baru, maka iman berarti
mengamini dengan segenap kepribadian dan cara hidupnya kepada janji Allah,
bahwa di dalam Kristus ia telah memperoleh kemenangan dan keselamatan atas
kuasa dosa. Maka umat yang percaya kepada Tuhan Allah, adalah umat yang tidak
lagi diliputi kekuatiran hidup. Tidak pula beriman situasional. Artinya bentuk
keimanan ditentukan oleh situasi hidup yang kita jalani. Di saat susah ingat
Tuhan, setelah senang lupa Tuhan. “iman situasional” bukanlah bentuk keimanan
yang benar dimata Tuhan. Akan tetapi kapanpun di manapun dalam situasi apapun,
iman kita harus tetap teguh hanya kepada Tuhan. Maka bagaimanapun situasi hidup
yang kita jalan baik di masa silam, kini dan nanti, kita tidak akan pernah
dikuasai kekuatiran hidup, kita tidak akan kehilangan iman kepada Tuhan. Ada
kalimat bijak berkata bagini: “Kekuatiran
hidup akan masa silam ditambah kekuatiran hidup akan masa yang akan datang akan
membuat hidup dimasa kini kehilangan arah dan harapan”. Kalimat ini hendak
menegaskan bahwa hidup dalam kekuatiran tidak akan pernah menghantar seseorang
untuk hidup pada kesuksesan dan kebahagiaan serta tidak akan tiba di tujuan.
Untuk itu berefleksi dari Bacaan saat ini, ada beberapa hal yang harus
dilakukan oleh setiap kita dalam rangka mewujudkan keteguhan iman yang
sempurna, yakni:
1. Renungkanlah
selalu Kasih dan kesetiaan Tuhan dalam kehidupan kita di masa lampau.
Ingatlah...! kasih dan kesetiaan-Nya itu tidak berkesudahan, dulu, kini
dan nanti. Pengalaman hidup dimasa silam bersama Tuhan niscaya membawa kita
pada keteguhan iman yang sempurna.
2. Jadikan Allah dan segala
pekerjaan-Nya menjadi yang terutama dan pertama dalam seluruh perjuangan hidup.
Maka, janji Tuhan jelas, yakni segala sesuatu akan ditambahkan-Nya kepadamu.
Artinya bahwa ketika Tuhan Allah menjadi yang terutama dan yang pertama dalam
hidup ini, maka segala hal yang kita perlukan telah tersedia di dalam Dia.
Dengan demikian jika Tuhan Allah di dalam hidup kita, segala sesuatu yang kita
perlukan dalam hidup ini ada dalam Dia. Dialah sumber segala-galanya. Rendahkanlah
diri di hadapan-Nya
3. Serahkanlah kekuatiranmu
kepada Tuhan. Melalui sikap seperti ini, maka jelas bahwa kita mengakui dan mengamini kemahakuasaan-Nya dan
kesetiaan-Nya yang memelihara kita.
Percayalah
saudara-saudaraku,
dengan memiliki iman yang teguh kepada Tuhan, maka tidak ada yang mustahil
untuk kita raih dalam hidup ini. Tidak mustahil hasil ladang dan sawah kita
berlimpah, tidak mustahil keutungan kita bertambah-tambah dalam usaha kita, tidak
mustahil karier atau jabatan kita menanjak, tidak mustahil penyakit kita
lenyap, tidak mustahil pula kita dapat jodoh dan pekerjaan, tak mustahil rumah
tangga kita pulih, tidak mustahil anak-anak kita menjadi baik dan sukses, tak
mustahil persekutuan kita menjadi persekutuan yang kuat dan kokoh, semuanya
yang tidak mungkin menjadi mungkin jika Tuhan Allah berkenan. Amin
BPS
Bacaan Alkitab: Mazmur 78: 56-72; Yohanes 11: 17-
27; 2 Timotius 1: 7- 10
KETEGUHAN DAN KETEKUNAN IMAN
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jika minggu yang lalu kita juga
merenungkan ayat sebelumnya dari bagian Mazmur 78 ini, maka kini, ayat
selanjutnya yakni ayat 56-72 atau ayat-ayat terakhir juga menjadi perenungan
kita beserta dengan bacaan dari Perjanjian Baru yakni Injil Yohanes dan 2
Timotius. Temanya juga berbicara tentang keteguhan dan ketekunan iman. Dua kata ini yakni
“Teguh” dan “Tekun” memiliki kesamaan, yakni sama-sama menunjuk pada sikap
seseorang dalam kesungguhan hatinya. “keteguhan” yang berasal dari “teguh” berarti
“kuat berpegang, atau “tetap tidak berubah”. Sedangkan Ketekunan yang berasal
dari kata” Tekun” berarti “”rajin, berkeras hati, bersungguh-sungguh”. Maka
keteguhan dan ketekunan iman dapat diartikan sebagai sikap seseorang yang kuat
berpegang atau tidak berubah dan rajin, bersungguh-sungguh dalam imannya kepada
Tuhan. Keteguhan dan ketekunan iman tidak lahir begitu saja dalam kehidupan
setiap orang. Akan tetapi keteguhan dan ketekunan iman lahir dari sikap yang
mampu merenungkan dan mengambil makna dari setiap pengalaman hidup (baik susah
maupun senang) yang dialaminya dalam seluruh kehidupannya dalam persfektif
keimanannya kepada Tuhannya. Dengan sikap seperti ini maka jelas dapat
disimpulkan bahwa pemaknaan dalam iman atas pengalaman hidup bersama Tuhan akan
melahirkan keteguhan dan ketekunan iman. Persoalannya sekarang adalah apakah
benar seluruh kehidupan kita, terlebih berbagai bentuk pemberontakan kita
kepada Allah terutama di masa silam akan melahirkan keteguhan dan ketekunan
kita dalam beriman? Saudara-saudara, inilah yang terjadi dalam pengalaman hidup
umat Israel. Mazmur 78 pada dasarnya hendak mengajak semua orang agar jujur
terhadap sejarahnya, mengaku dengan jujur bahwa dalam sejarah tersebut terdapat
perbuatan yang menyakiti hati Tuhan. Tetapi di sisi yang lain juga kita harus
sungguh-sungguh jujur dan mengaku bahwa ternyata Tuhan Allah sangat mengasihani
kita. kesaksian tentang kesetiaan Tuhan dan pemberontakan umat kepada Tuhannya.
Melalui kesaksian Pemazmur dalam bacaan kita yang pertama tadi, jelas bahwa
Tuhan Allah akhirnya memberi pembebasan kepada umat-Nya Israel dengan cara-Nya
sendiri. Cara yang tidak terpikirkan oleh umat. Ia mengambil seorang Daud,
seorang yang tidak diperhitungkan dalam keluarganya. Bahkan Alkitab katakan
(ay. 70-71) “dipilih-Nya Daud,
hamba-Nya, diambil-Nya dia dari antara kandang-kandang kambing domba; dari
tempat domba-domba yang menyusui didatangkan-Nya dia, untuk menggembalakan
Yakub, umat-Nya, dan Israel, milik-Nya sendiri”. Tuhan Allah tidak mengambil
seseorang dari medan perang, Tuhan Allah malah tidak memilih seorang pejuang
atau kesatria yang gagah perkasa, tetapi malah seorang Daud yang parasnya elok,
kemerah-merahan, yang latarbelakangnya gembala kambing dombalah yang
dipilih-Nya. Inilah cara Tuhan yang tak terpikirkan manusia. Daudlah kemudian
yang dipakai Tuhan Allah untuk menggembalakan umat-Nya itu dengan ketulusan
hati dan kecakapan tangannya. Kesaksian pemazmur ini, menjadi bukti bagaimana
Tuhan Allah sangat mengasihi dan menyayangi umat-Nya dengan cara dan waktu
Tuhan sendiri. Kesaksian ini harusnya meneguhkan dan membuat kita tekun dalam
iman, bahwasannya kasih setia Tuhan sangatlah terbukti.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam bacaan kita yang kedua,
Yohanes menyampaikan sebuah peristiwa yang sulit dicernah oleh akal manusia.
Maka kisah ini sering digolongkan sebagai peristiwa mujizat yang Tuhan Yesus
lakukan, yakni membangkitkan orang mati. Dalam kisah ini, Tuhan Yesus terlibat
lagi berdialog dengan Maria dan Marta. Dari apa yang diucapkannya, tersirat
jelas bahwa ia memiliki kepercayaan yang besar kepada Tuhan Yesus, : "Tuhan, sekiranya Engkau ada di
sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan
memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya." (ay.
21-22). Walaupun Marta percaya kepada Tuhan Yesus, tapi jika disimak dari
percakapan ini jelas bahwa Marta percaya apa yang dikatakan Tuhan Yesus itu
akan terjadi di kehidupan berikutnya (ay. 24), bukan saat itu, saat mereka
merindukan saudara mereka hidup dari kematian. Apa yang terjadi? Tuhan Yesus
dengan cara dan waktu-Nya sendiri membuktikan kuasa dan kasih-Nya. Lazarus
saudara Maria dan Marta dibangkitkan. Memang jika dibaca sampai pada ayat-ayat
selanjutnya jelas bahwa keteguhan dan ketekunan iman Marta sedikit berbeda
dengan Maria. Maria lebih proaktif, ia malah menangis, tersungkur di kaki
Yesus, sedang Marta kelihatannya tidak demikian. Ini membuktikan bahwa
keteguhan dan ketekunan iman merupakan sikap yang sangat penting dalam rangka
memperoleh kasih karunia Tuhan. Dari kisah yang disaksikan Yohanes ini jelas
bagi kita, bahwa Tuhan Yesus, Tuhan yang kita sembah dan percayai itu adalah
Tuhan yang berkuasa mengatasi kematian sekalipun. Dia penghibur yang sejati,
yang mengganti duka menjadi suka, yang merobah derai air mata menjadi
kegirangan yang luar biasa. Kesaksian Yohanes ini juga menjadi bukti bagi kita
sekalian bahwa cara dan waktu Tuhan untuk menolong kita sungguh adalah cara dan
waktu yang tak terselami oleh kita. Dalam hal ini dari kita dituntut keteguhan
dan ketekunan iman. Sebab apa yang Tuhan lakukan dan hendak lakukan kepada
kita, adalah semata-mata hanya karena kasih karunia-Nya, bukan karena perbuatan
kita.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Berefleksi dari dua bagian bacaan
Alkitab di atas, maka sungguh jelas bagi kita bahwa kasih karunia Tuhan itu
sungguhlah luar biasa. Ia tidak mungkin bagi manusia, telah dibuat-Nya mungkin
terjadi. Israel diampuni dari pemberontakan mereka, dibebaskan-Nya dari
musuh-musuh mereka dan kemudian dipelihara-Nya. Demikian pula Maria dan Marta
dihiburkan-Nya dari duka nestapa mereka. Kesaksian ini haruslah menjadi bukti
bagi kita untuk terus berupaya menjadi umat yang memiliki keteguhan dan
ketekunan iman kepada Tuhan Yesus. Dalam suratnya kepada Timotius Rasul Paulus
juga menyaksikan hal ini, supaya kita jangan malu bersaksi tentang Tuhan kita,
Dialah yang menyelamatkan kita, memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan
berdasarkan perbuatan kita, melainkan dengan maksud dan kasih karunia-Nya
sendiri ( 2 Tim1: 9). Ini menunjukkan bahwa syarat untuk memperoleh kasih
karunia Tuhan itu dari kita dituntut keteguhan dan ketekunan iman. Tidak ada
upaya lain yang dapat kita lakukan untuk memperoleh kasih karunia Tuhan selain
kita teguh dan tekun beriman kepada-Nya.
Saudara-saudara,
tidak
dapat dipungkiri bahwa dalam sejarah perjalanan kehidupan ini, kita sudah dan
mungkin akan mengalami berbagai hal yang tidak menyenangkan, mungkin saja kita
memberontak kepada Allah, kita berduka amat dalam karena peristiwa yang terjadi
dalam hidup kita, bahkan kita menderita, terancam, dan diperhadapkan pada persoalan
pelik dan genting, tetapi ingatlah selalu bahwa Tuhan Allah sungguh setia, Dia
mengampuni kita jikalau kita berbalik kepada-Nya, Dia menghibur kita, menolong
kita dan merobah derita menjadi suka jika kita memiliki keteguhan dan ketekunan
iman kepada-Nya. Teruslah teguh dan tekun beriman kepada-Nya, sebab Tuhan Allah
kita itu sungguh luar biasa kuasa-Nya, tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Dia
berkarya dengan cara dan waktu-Nya sendiri yang bahkan tak terselami oleh kita.
Percayalah saudara-saudaraku, pertolongan Tuhan selalu tepat pada waktunya, Dia
tidak pernah lalai dan terlambat menepati janji-Nya kepada kita yang teguh dan
tekun beriman kepada-Nya. Segala sesuatu pasti indah pada waktunya, pada waktu
Tuhan Allah menganugerahkan Kasih dan karunia-Nya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar