Selasa, 09 Juni 2015

Khotbah Minggu Kristen



Bacaan Alkitab: Mazmur 78: 32- 55; Matius 6: 25- 34; 1 Petrus 5: 5- 11
KETEGUHAN IMAN YANG SEMPURNA
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kehidupan umat Tuhan tidak dapat terpisahkan dalam tiga dimensi waktu, yakni masa silam, kini dan nanti. Tiga dimensi waktu tersebut juga mempengaruhi keimanan umat Tuhan. Di tiga dimensi waktu itu Tuhan berkenan hadir menyertai umat-Nya. Tuhan rela hadir dalam sejarah umat-Nya, hadir di masa kini dan memberi pengharapan di masa yang akan datang. Dan memang benar, Tuhan mengatasi segala waktu sehingga Dia dapat hadir kapanpun dalam perjalanan hidup manusia. Inilah yang pertama-tama yang harus diimani oleh kita sekalian, sehingga kita menyadari bahwa Tuhan Allah ada disetiap dimensi waktu dalam kehidupan kita. Itu berarti, dimensi waktu manapun menjadi waktu yang berharga bagi kita umat yang percaya dalam rangka mengintrospeksi keimanan kita kepada Tuhan. Kehidupan kita di masa silam menjadi pelajaran berharga bagi kehidupan kita di masa kini dan nanti. Masa yang telah berlalu itu penting bagi kita untuk merenungkan seluruh pengalaman hidup kita, bagaimana Tuhan Allah hadir di dalamnya sehingga memungkinkan kita ada kini di sini meniti hari-hari hidup untuk masa depan kita nanti. Pengalaman berdasarkan sejarah itu penting, sehingga apa yang tidak berkenan kepada Allah yang pernah terjadi tidak lagi terulang kini dan nanti. Pengalamana hidup di dalam sejarah itu penting, sehingga karya Tuhan terus terngiang dan menjadi dasar kita melangkah ke masa yang akan datang. Intinya adalah bahwa kehadiran Allah di masa silam itu menjadi pegangan hidup kita bahwa kesetiaan Allah tidak akan pernah berubah sampai kapanpun, sehingga iman kita tetap teguh hanya kepada Dia. Kegagalan seseorang dalam kesetiaannya beriman, sangat dipengaruhi kesadarannya merenungkan karya Tuhan disepanjang kehidupannya termasuk kehidupannya dimasa silam. Orang yang tidak menyadari bagaimana Tuhan terlibat dalam seluruh perjalanan hidupnya tidak akan pernah hidup teguh dalam keimanannya. Akibatnya, orang seperti ini akan selalu dihantui oleh kekuatiran yang besar yang kemudian dapat berakibat pada kehilangan pengharapan atau putus asa. Kekuatiran hidup, sebenarnya bukanlah melulu disebabkan ketakutan akan apa yang terjadi di masa depan, tetapi juga dipengaruhi oleh ketidaksadaran merenungkan hidup dimasa lampau. Jika seorang beriman sadar dan mampu merenungkan karya kasih Tuhan Allah dalam hidupnya di masa silam niscaya tidak akan dihantui kekuatiran akan hidup di masa depan. Kenapa? Karena Tuhan itu hadir kapanpun dalam hidup umat-Nya. Kasih setia-Nya untuk selama-lamanya.
  Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Dalam kitab Mazmur yang menjadi bagian bacaan Alkitab saat ini dapat disimpulkan bahwa umat Israel diajak untuk belajar dari sejarah bangsa mereka. Tuhan Allah rela dijangkau oleh sejarah, Dia hadir dengan karya-Nya yang ajaib, Dia hadir dengan hati-Nya yang penuh belaskasihan, Dia hadir dengan pengampunan, Dia hadir memberi kelepasan dan kemenangan. Artinya bahwa Umat Israel harusnya menyadari bahwa di masa pelik sekalipun, Tuhan Allah telah membuktikan kesetiaan-Nya, walaupun umat itu sendiri sering memberontak kepada-Nya. Untuk itu, harusnya tidak alasan bagi umat Tuhan untuk hidup dalam kekuatiran dimasa kini dan nanti. Sekalipun umat Israel berulangkali mencobai dan memberontak kepada Allah, sekalipun Allah sendiri telah berulangkali melakukan mujizat di hadapan mereka, mereka selalu saja kehilangan kepercayaan kepada Allah, akan tetapi Tuhan Allah tetap konsisten pada janji-Nya. Dia sendiri menuntun umat itu dengan tenteram dan menghalau segala musuh mereka serta memberikan kepada mereka tanah yang dijanjikan itu. Ini menjadi bukti yang harus diimani oleh semua umat Tuhan, bahwa kasih setia itu nyata sampai kapanpun. Maka jika Tuhan Yesus menegaskan umat-Nya seperti yang terdapat dalam bagian bacaan Alkitab saat ini untuk tidak kuatir dalam hidup ini, itu berarti di mata Tuhan setiap orang yang percaya kepada-Nya sangatlah berharga dan dikasihi-Nya. Kekuatiran di mata Tuhan Yesus adalah bentuk ketegaran hati manusia yang tidak mengakui dan menyadari dengan sungguh-sungguh kasih setia Tuhannya. Itu berarti kekuatiran merupakan bentuk pengingkaran akan kemahakuasaan dan kasih setia Tuhan. Maka jelas, mengapa Tuhan Yesus dengan tegas melarang umat-Nya untuk kuatir, yaitu agar umat-Nya teguh beriman kepada-Nya. Kekuatiran umat Tuhan akan hidupnya akan menjadi pintu masuk bagi iblis, sehingga seseorang itu pada akhirnya akan kehilangan imannya dan pada akhirnya ia jatuh ke tangan iblis yang akan membinasakannya.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Berbicara tentang kekuatiran, itu berarti kita berbicara tentang hilangnya keteguhan iman. “Iman” dalam Perjanjian lama berasal dari kata kerja “aman” yang berarti “memegang teguh”. Kata ini bisa muncul dalam bentuk yang bermacam-macam. Jika diterapkan kepada Tuhan Allah, maka kata iman berarti “bahwa Allah harus dianggap sebagai “Yang Teguh dan Yang Kuat”. Orang harus percaya kepada-Nya dan mengimani bahwa Allah teguh dan Kuat. Oleh karena itu, beriman kepada Allah berarti mengimani bukan hanya dengan akalnya, melainkan juga dengan segenap kepribadian dan cara hidupnya kepada segala janji Allah yang telah diberikan dengan perantaraan Firman dan Karya-Nya. Demikian juga jika pengertian iman diterapkan pada Perjanjian Baru, maka iman berarti mengamini dengan segenap kepribadian dan cara hidupnya kepada janji Allah, bahwa di dalam Kristus ia telah memperoleh kemenangan dan keselamatan atas kuasa dosa. Maka umat yang percaya kepada Tuhan Allah, adalah umat yang tidak lagi diliputi kekuatiran hidup. Tidak pula beriman situasional. Artinya bentuk keimanan ditentukan oleh situasi hidup yang kita jalani. Di saat susah ingat Tuhan, setelah senang lupa Tuhan. “iman situasional” bukanlah bentuk keimanan yang benar dimata Tuhan. Akan tetapi kapanpun di manapun dalam situasi apapun, iman kita harus tetap teguh hanya kepada Tuhan. Maka bagaimanapun situasi hidup yang kita jalan baik di masa silam, kini dan nanti, kita tidak akan pernah dikuasai kekuatiran hidup, kita tidak akan kehilangan iman kepada Tuhan. Ada kalimat bijak berkata bagini: “Kekuatiran hidup akan masa silam ditambah kekuatiran hidup akan masa yang akan datang akan membuat hidup dimasa kini kehilangan arah dan harapan”. Kalimat ini hendak menegaskan bahwa hidup dalam kekuatiran tidak akan pernah menghantar seseorang untuk hidup pada kesuksesan dan kebahagiaan serta tidak akan tiba di tujuan. Untuk itu berefleksi dari Bacaan saat ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh setiap kita dalam rangka mewujudkan keteguhan iman yang sempurna, yakni:
1. Renungkanlah selalu Kasih dan kesetiaan Tuhan dalam kehidupan kita di masa lampau.
   Ingatlah...! kasih dan kesetiaan-Nya itu tidak berkesudahan, dulu, kini dan nanti. Pengalaman hidup dimasa silam bersama Tuhan niscaya membawa kita pada keteguhan iman yang  sempurna.
2. Jadikan Allah dan segala pekerjaan-Nya menjadi yang terutama dan pertama dalam seluruh perjuangan hidup. Maka, janji Tuhan jelas, yakni segala sesuatu akan ditambahkan-Nya kepadamu. Artinya bahwa ketika Tuhan Allah menjadi yang terutama dan yang pertama dalam hidup ini, maka segala hal yang kita perlukan telah tersedia di dalam Dia. Dengan demikian jika Tuhan Allah di dalam hidup kita, segala sesuatu yang kita perlukan dalam hidup ini ada dalam Dia. Dialah sumber segala-galanya. Rendahkanlah diri di hadapan-Nya
3. Serahkanlah kekuatiranmu kepada Tuhan. Melalui sikap seperti ini, maka jelas bahwa kita   mengakui dan mengamini kemahakuasaan-Nya dan kesetiaan-Nya yang memelihara kita.
Percayalah saudara-saudaraku, dengan memiliki iman yang teguh kepada Tuhan, maka tidak ada yang mustahil untuk kita raih dalam hidup ini. Tidak mustahil hasil ladang dan sawah kita berlimpah, tidak mustahil keutungan kita bertambah-tambah dalam usaha kita, tidak mustahil karier atau jabatan kita menanjak, tidak mustahil penyakit kita lenyap, tidak mustahil pula kita dapat jodoh dan pekerjaan, tak mustahil rumah tangga kita pulih, tidak mustahil anak-anak kita menjadi baik dan sukses, tak mustahil persekutuan kita menjadi persekutuan yang kuat dan kokoh, semuanya yang tidak mungkin menjadi mungkin jika Tuhan Allah berkenan. Amin


BPS




















Bacaan Alkitab: Mazmur 78: 56-72; Yohanes 11: 17- 27; 2 Timotius 1: 7- 10
KETEGUHAN DAN KETEKUNAN IMAN
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Jika minggu yang lalu kita juga merenungkan ayat sebelumnya dari bagian Mazmur 78 ini, maka kini, ayat selanjutnya yakni ayat 56-72 atau ayat-ayat terakhir juga menjadi perenungan kita beserta dengan bacaan dari Perjanjian Baru yakni Injil Yohanes dan 2 Timotius. Temanya juga berbicara tentang keteguhan  dan ketekunan iman. Dua kata ini yakni “Teguh” dan “Tekun” memiliki kesamaan, yakni sama-sama menunjuk pada sikap seseorang dalam kesungguhan hatinya. “keteguhan” yang berasal dari “teguh” berarti “kuat berpegang, atau “tetap tidak berubah”. Sedangkan Ketekunan yang berasal dari kata” Tekun” berarti “”rajin, berkeras hati, bersungguh-sungguh”. Maka keteguhan dan ketekunan iman dapat diartikan sebagai sikap seseorang yang kuat berpegang atau tidak berubah dan rajin, bersungguh-sungguh dalam imannya kepada Tuhan. Keteguhan dan ketekunan iman tidak lahir begitu saja dalam kehidupan setiap orang. Akan tetapi keteguhan dan ketekunan iman lahir dari sikap yang mampu merenungkan dan mengambil makna dari setiap pengalaman hidup (baik susah maupun senang) yang dialaminya dalam seluruh kehidupannya dalam persfektif keimanannya kepada Tuhannya. Dengan sikap seperti ini maka jelas dapat disimpulkan bahwa pemaknaan dalam iman atas pengalaman hidup bersama Tuhan akan melahirkan keteguhan dan ketekunan iman. Persoalannya sekarang adalah apakah benar seluruh kehidupan kita, terlebih berbagai bentuk pemberontakan kita kepada Allah terutama di masa silam akan melahirkan keteguhan dan ketekunan kita dalam beriman? Saudara-saudara, inilah yang terjadi dalam pengalaman hidup umat Israel. Mazmur 78 pada dasarnya hendak mengajak semua orang agar jujur terhadap sejarahnya, mengaku dengan jujur bahwa dalam sejarah tersebut terdapat perbuatan yang menyakiti hati Tuhan. Tetapi di sisi yang lain juga kita harus sungguh-sungguh jujur dan mengaku bahwa ternyata Tuhan Allah sangat mengasihani kita. kesaksian tentang kesetiaan Tuhan dan pemberontakan umat kepada Tuhannya. Melalui kesaksian Pemazmur dalam bacaan kita yang pertama tadi, jelas bahwa Tuhan Allah akhirnya memberi pembebasan kepada umat-Nya Israel dengan cara-Nya sendiri. Cara yang tidak terpikirkan oleh umat. Ia mengambil seorang Daud, seorang yang tidak diperhitungkan dalam keluarganya. Bahkan Alkitab katakan (ay. 70-71)  “dipilih-Nya Daud, hamba-Nya, diambil-Nya dia dari antara kandang-kandang kambing domba; dari tempat domba-domba yang menyusui didatangkan-Nya dia, untuk menggembalakan Yakub, umat-Nya, dan Israel, milik-Nya sendiri”. Tuhan Allah tidak mengambil seseorang dari medan perang, Tuhan Allah malah tidak memilih seorang pejuang atau kesatria yang gagah perkasa, tetapi malah seorang Daud yang parasnya elok, kemerah-merahan, yang latarbelakangnya gembala kambing dombalah yang dipilih-Nya. Inilah cara Tuhan yang tak terpikirkan manusia. Daudlah kemudian yang dipakai Tuhan Allah untuk menggembalakan umat-Nya itu dengan ketulusan hati dan kecakapan tangannya. Kesaksian pemazmur ini, menjadi bukti bagaimana Tuhan Allah sangat mengasihi dan menyayangi umat-Nya dengan cara dan waktu Tuhan sendiri. Kesaksian ini harusnya meneguhkan dan membuat kita tekun dalam iman, bahwasannya kasih setia Tuhan sangatlah terbukti.

Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Dalam bacaan kita yang kedua, Yohanes menyampaikan sebuah peristiwa yang sulit dicernah oleh akal manusia. Maka kisah ini sering digolongkan sebagai peristiwa mujizat yang Tuhan Yesus lakukan, yakni membangkitkan orang mati. Dalam kisah ini, Tuhan Yesus terlibat lagi berdialog dengan Maria dan Marta. Dari apa yang diucapkannya, tersirat jelas bahwa ia memiliki kepercayaan yang besar kepada Tuhan Yesus, : "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya." (ay. 21-22). Walaupun Marta percaya kepada Tuhan Yesus, tapi jika disimak dari percakapan ini jelas bahwa Marta percaya apa yang dikatakan Tuhan Yesus itu akan terjadi di kehidupan berikutnya (ay. 24), bukan saat itu, saat mereka merindukan saudara mereka hidup dari kematian. Apa yang terjadi? Tuhan Yesus dengan cara dan waktu-Nya sendiri membuktikan kuasa dan kasih-Nya. Lazarus saudara Maria dan Marta dibangkitkan. Memang jika dibaca sampai pada ayat-ayat selanjutnya jelas bahwa keteguhan dan ketekunan iman Marta sedikit berbeda dengan Maria. Maria lebih proaktif, ia malah menangis, tersungkur di kaki Yesus, sedang Marta kelihatannya tidak demikian. Ini membuktikan bahwa keteguhan dan ketekunan iman merupakan sikap yang sangat penting dalam rangka memperoleh kasih karunia Tuhan. Dari kisah yang disaksikan Yohanes ini jelas bagi kita, bahwa Tuhan Yesus, Tuhan yang kita sembah dan percayai itu adalah Tuhan yang berkuasa mengatasi kematian sekalipun. Dia penghibur yang sejati, yang mengganti duka menjadi suka, yang merobah derai air mata menjadi kegirangan yang luar biasa. Kesaksian Yohanes ini juga menjadi bukti bagi kita sekalian bahwa cara dan waktu Tuhan untuk menolong kita sungguh adalah cara dan waktu yang tak terselami oleh kita. Dalam hal ini dari kita dituntut keteguhan dan ketekunan iman. Sebab apa yang Tuhan lakukan dan hendak lakukan kepada kita, adalah semata-mata hanya karena kasih karunia-Nya, bukan karena perbuatan kita.

Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Berefleksi dari dua bagian bacaan Alkitab di atas, maka sungguh jelas bagi kita bahwa kasih karunia Tuhan itu sungguhlah luar biasa. Ia tidak mungkin bagi manusia, telah dibuat-Nya mungkin terjadi. Israel diampuni dari pemberontakan mereka, dibebaskan-Nya dari musuh-musuh mereka dan kemudian dipelihara-Nya. Demikian pula Maria dan Marta dihiburkan-Nya dari duka nestapa mereka. Kesaksian ini haruslah menjadi bukti bagi kita untuk terus berupaya menjadi umat yang memiliki keteguhan dan ketekunan iman kepada Tuhan Yesus. Dalam suratnya kepada Timotius Rasul Paulus juga menyaksikan hal ini, supaya kita jangan malu bersaksi tentang Tuhan kita, Dialah yang menyelamatkan kita, memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan dengan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri ( 2 Tim1: 9). Ini menunjukkan bahwa syarat untuk memperoleh kasih karunia Tuhan itu dari kita dituntut keteguhan dan ketekunan iman. Tidak ada upaya lain yang dapat kita lakukan untuk memperoleh kasih karunia Tuhan selain kita teguh dan tekun beriman kepada-Nya.
Saudara-saudara, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam sejarah perjalanan kehidupan ini, kita sudah dan mungkin akan mengalami berbagai hal yang tidak menyenangkan, mungkin saja kita memberontak kepada Allah, kita berduka amat dalam karena peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, bahkan kita menderita, terancam, dan diperhadapkan pada persoalan pelik dan genting, tetapi ingatlah selalu bahwa Tuhan Allah sungguh setia, Dia mengampuni kita jikalau kita berbalik kepada-Nya, Dia menghibur kita, menolong kita dan merobah derita menjadi suka jika kita memiliki keteguhan dan ketekunan iman kepada-Nya. Teruslah teguh dan tekun beriman kepada-Nya, sebab Tuhan Allah kita itu sungguh luar biasa kuasa-Nya, tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Dia berkarya dengan cara dan waktu-Nya sendiri yang bahkan tak terselami oleh kita. Percayalah saudara-saudaraku, pertolongan Tuhan selalu tepat pada waktunya, Dia tidak pernah lalai dan terlambat menepati janji-Nya kepada kita yang teguh dan tekun beriman kepada-Nya. Segala sesuatu pasti indah pada waktunya, pada waktu Tuhan Allah menganugerahkan Kasih dan karunia-Nya. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar