Selasa, 24 September 2019

Khotbah Rumah Tangga Kristen


Bacaan Alkitab: Kejadian 22:1-14

Jehova Jireh

Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus

       Siapapun di antara kita tidak akan ada yang mau apalagi rela apabila anak sematawayang kita diminta dari kita untuk dijadikan sebagai korban bakaran sekalipun itu untuk Tuhan. Ini adalah tindakan yang tidak akan mungkin dapat dilakukan, kecuali otak kita telah dicuci layaknya beberapa orang yang disebut sebagai teroris sekarang ini. Penolakan kita terhadap praktek keagamaan seperti ini sesungguhnya lahir dari keyakinan kita sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Konteks hidup Abraham memang jauh berbeda dengan konteks kehidupan kita sekarang ini, demikian pula dengan konsep keagamaan. Praktek mempersembahkan korban kepada Tuhan Allah merupakan praktek biasa yang dilaksanakan di zaman Abraham. Demikian pula halnya dengan nazar seorang yang bernama Yefta, ketika ia menazarkan bahwa apabila ia pulang dengan selamat dari peperangan, maka apapun yang menyambutnya yang pertama kali dari dalam rumahnya, akan dipersembahkannya sebagai korban bakaran kepada Tuhan Allah. Ternyata yang menyongsongnya adalah puteri semata wayangnya sendiri. Karena ini adalah nazar kepada Tuhan Allah, maka ia pun harus melakukannya. Tindakan Abraham adalah tindakan yang diluar nalar dan kemampuan kita. Tindakan Abraham ini sesungguhnya menghantar dia benar disebut sebagai Bapa orang percaya, karena kepercayaannya adalah kepercayaan yang sempurna. Apakah Abraham melupakan janji-janji Allah kepadanya, bahwa ia diberkati dan keturunannya akan seperti pasir dan kersik? Bukankah dengan mempersembahkan Ishak kepada Tuhan sebagai korban bakaran janji Tuhan Allah tersebut menjadi tidak benar?

Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Dalam kesaksian Alkitab saat ini, ternyata Abraham tidak sekalipun mempertanyakan atau memberi komentar tentang perintah Tuhan yang datang kepadanya. Yang dapat kita ketahui adalah bahwa Abraham hanya menyahut dan menuruti segala yang Tuhan perintahkan kepadanya. Abraham tidak sedikitpun mengetahui bahwa dirinya sedang diuji. Abraham juga sesungguhnya adalah seorang ayah yang pasti sangat menyayangi anaknya satu-satunya. Tetapi, sekali lagi, Abraham tidak memberikan sepatah katapun menanggapi perintah Tuhan tersebut. Padahal Ishak adalah harta yang paling mahal dihidupnya sebagai pewaris baginya dan meneruskan keturunannya untuk menggenapi apa yang dikehendaki Tuhan Allah atasnya. Pada ayat 2 bacaan kita saat ini, sangat jelas bahwa perintah Tuhan disampaikan kepada Abraham untuk mempersembahkan Ishak anaknya yang tunggal di sebuah gunung di tanah Moria sebagai korban bakaran kepada Allah. Tanpa pertimbangan dan tanpa pertanyaan, Abraham memenuhi perintah tersebut dengan melakukan apa yang Tuhan perintahkan.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Pertanyaan Ishak kepada Abraham tentang domba yang hendak mereka persembahkan kepada Allah, ternyata dijawab oleh Abraham dengan keyakinan yang luar biasa, bahwa Allah akan menyediakannya. Apakah jawaban ini bukan jawaban yang membohongi Ishak anaknya? ataukah jawaban ini merupakan jawaban iman ataukah pula jawaban ini merupakan jawaban kepasrahan? Yang pasti jawaban Abraham ini adalah jawaban yang benar-benar lahir dari keyakinannya bahwa memang Tuhan akan menyediakan sendiri korban bakaran bagi-Nya. Ternyata ketika seluruh perintah Tuhan Allah itu dilakukan Abraham dengan ketulusan, di sanalah kemudian terbuka, bahwa Abraham ternyata sedang dalam ujian iman. Ujian ini merupakan puncak tertinggi untuk menguji iman dan kepercayaan Abraham. Abraham lulus dan penyembahan korban bakaran anak tunggal tidak terjadi, sebab Tuhan Allah sendirilah yang kemudian menyediakan korban bakaran bagi-Nya sebagaimana yang diimani Abraham.

Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Apakah sesungguhnya yang hendak disampaikan kepada kita berdasarkan kesaksian Alkitab ini? Yang pasti bahwa Tuhan tidak akan pernah meminta kita mempersembahkan anak kita sendiri sebagai korban yang dibakar kepada-Nya. Tetapi kesaksian Alkitab ini hendak mengarahkan kita untuk mengetahui dan menyadari bahwa Tuhan Allah tidak meminta yang tidak berharga dari kita sebagai persembahan bagi-Nya. Yang paling berharga di dalam hidup ini sungguh dikehendaki oleh Tuhan Allah menjadi persembahan bagi-Nya. Artinya walaupun Tuhan Allah kita adalah Allah yang Maha murah, tetapi Dia tidak murahan dan tidak menghendaki yang murah dipersembahkan kepada-Nya. Selanjutnya melalui kesaksian Alkitab ini, sesungguhnya kepada kita diberitakan bahwa ukuran iman seseorang terletak pada ketaatannya kepada Tuhan Allah. Ketaatan tersebut kemudian nyata dari pemberian diri atau respon pada perintah Tuhan Allah. Itulah yang dilakukan Abraham. Tanpa protes, tanpa bersikap kritis, tanpa bertanya dan tanpa menimbang-nimbang, ia melakukan segala yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Pertanyaan kemudian yang mungkin lahir di benak kita: apakah Tuhan masih menguji iman kita sampai saat ini, kendatipun Tuhan Yesus Kristus telah menjadi korban bagi kita? Jawabannya adalah ya. Selama kita masih hidup di dunia ini, iman kita akan terus di uji dan ditempa hingga mencapai kemurniannya. Pengalaman hidup dan beriman Abraham mesti dijadikan sebagai refleksi iman bagi kita, apakah kita telah dan akan mampu mempersembahkan yang paling berharga bagi kemuliaan Tuhan? Di zaman sekarang ini, setuju atau tidak, waktulah yang paling berharga bagi setiap orang. Waktu adalah segala-galanya bagi orang yang hidup di zaman ini. Tidak sedikit orang yang sangat tidak mau waktunya hilang. Persoalannya kemudian, waktu itu sepertinya tidak disadari sebagai anugerah yang paling berharga dari dan bagi Tuhan. Memberi waktu bagi Tuhan menjadi tantangan tersulit untuk dilakukan saat sekarang ini. Terpujilah Tuhan.

       Tuhan memberkati kita amin.               

Bacaan Alkitab: Matius 27:11-26

Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus

       Proses pengadilan yang dihadapi Tuhan Yesus, berdasarkan bacaan kita saat ini sesungguhnya adalah pengadilan yang formalitas. Sebab sebelum vonis dijatuhkan kepada Yesus, sebenarnya Dia telah divonis untuk dihukum mati oleh imam-imam kepala dan para ahli taurat Yahudi. Walaupun Yesus Kristus dihadapkan kepada Pilatus sebagai wali negeri kala itu, imam-imam kepala dan para ahli taurat sebenarnya hanya ingin mendapatkan rekomendasi vonis mereka terhadap Yesus Kristus. Sebagai wali negeri, Pilatus memiliki wewenang untuk memutuskan vonis terhadap seseorang yang diduga bersalah atas kejahatan yang dilakukannya. Itulah sebabnya imam-imam kepala dan para ahli taurat menghadapkan Yesus Kristus kepadanya. Pilatus sesungguhnya tidak menemukan sedikitpun alasan untuk menghukum Yesus Kristus, karena tidak ada kesalahan yang dilakukan Yesus Kristus. Itulah sebabnya Pilatus sangat heran ketika Yesus Kristus hanya berdiam diri atas segala tuduhan yang ditujukan kepadaNya. Ternyata sikap berdiam diri Yesus Kristus tersebut merupakan jawaban atas apa yang terjadi. Yesus Kristus sungguh mengetahui bahwa semua orang, termasuk imam-imam kepala, para ahli taurat dan juga Pilatus mengetahui bahwa Yesus Kristus tidak bersalah. Tidak ada kejahatan yang dilakukan Yesus Kristus.

Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Pilatus kemudian berupaya membebaskan Yesus Kristus melalui wewenangnya. Sesuai dengan tradisi pada setiap hari raya Yahudi, bahwa wali negeri membebaskan seorang narapidana sesuai dengan permintaan rakyat, maka Pilatus memberikan pilihan kepada rakyat Yesus Kristus atau Yesus Barabas yang akan dibebaskan. Ternyata orang banyak itu oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua lebih memilih Yesus Barabas yang nota bena adalah seorang penjahat kelas kakap untuk dibebaskan. Massa yang terhasut oleh perasaan dengki kemudian berteriak-teriak untuk disalibkan. Pilatus sungguh berada di tengah dilema. Isterinyapun telah mengingatkan dia supaya jangan mencampuri urusan Yesus Kristus yang adalah orang benar. Pilatus pun sungguh yakin bahwa Yesus Kristus tidak bersalah. Tekanan massa yang mengarah pada kerusuhan menjadi pertimbangan utama bagi Pilatus untuk kemudian mengambil sikapnya. Dia cuci tangan dalam perkara ini. Pilatus tidak mampu memberikan sikap tegas dan menanggung konsekwensi dari sebuah putusan. Akhirnya Yesus Kristuspun disalibkan.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Apa yang harus kita maknai dari peristiwa ini dalam hubungannya sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus yang disalibkan itu? Yang pertama: Sikap Yesus Kristus yang mengambil sikap berdiam diri atas segala tuduhan yang dialamatkan kepadaNya. Yesus Kristus sungguh mengetahui bahwa mengkalrifikasi tuduhan atau fitnah yang ditujukan kepadaNya di saat semua orang dikuasai rasa dengki adalah tindakan yang tiada artinya. Yesus Kristus ingin membuktikan semua fitnah dan tuduhan itu lewat proses hidup yang dihadapiNya oleh BapaNya. Maka kemudian kebangkitanNya menjadi jawaban atas seluruh fitnah dan penghakiman yang dialamatkan kepadaNya. sikap berdiam Yesus Kristus juga merupakan sikap yang menunjuk pada ketaatan Yesus Kristus kendatipun harus disalibkan. Ketaatan itu ditunjukkan Yesus Kristus kepada BapaNya, supaya segala hal yang dinubuatkan tentangNya benar-benar tergenapi. Yang kedua, sikap imam-imam kepada dan tua-tua, ahli-ahli taurat dan orang banyak yang terhasut penting untuk direnungkan supaya kita jangan sampai terjebak pada sikap dengki kepada orang lain dalam hidup ini. Mereka telah memilih yang salah dan salah memilih karena hidup mereka diluasai oleh dengki. Seseorang yang dikuasa dengki akan jatuh pada tindakan memilih yang salah dan salah memilih. Ingatlah bahwa hidup ini adalah pilihan, maka supaya jangan sampai memilih yang salah dan salah memilih, jauhkanlah hidup dari sikap dan perasaan dengki. Yang ketiga, sikap yang ditunjukkan Pilatuspun juga menjadi kritik bagi kita supaya kita juga menghindar dari sikap cuci tangan dari persoalan dan masalah yang sesungguhnya menuntut tanggungjawab kita. Terlepas dari peristiwa yang harus digenapi oleh Yesus Kritus tentang salib, sikap Pilatus bukanlah sikap yang benar untuk dipraktekkan dalam hidup kita sebagai orang-orang yang bersekutu, berinteraksi dan berjumpa dengan sesama kita. berani bertanggungjawab membela yang benar harus menjadi sikap dan prinsip hidup setiap orang percaya. Yang terakhir, melalui penyaliban Tuhan Yesus Kristus, kita sekalian diingatkan pada dua hal, yakni bahwa kita telah ditebus dan lunas dibayar dari cengkeraman kuasa dosa. Kita harus mengharga anugerah ini dengan kehidupan yang benar dan berguna bagi Tuhan Allah. Yang kedua bahwa melalui penyaliban Yesus Kristus, kitapun diminta untuk menyalibkan segala bentuk ego diri kita, menyalibkan segala kesombongan, menyalibkan segala hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Yakinlah dan percayalah bahwa penyaliban Yesus Kristus adalah anugerah bagi kita untuk menjadi pemenang bersama Tuhan Yesus yang bangkit dan hidup. Tuhan memberkati kita amin.        




Bacaan Alkitab: Lukas 12:35-40

Siap Sedia Selalu

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Pinggang dan Pelita adalah perlengkapan yang melengkat dalam kehidupan orang-orang Yahudi. Setiap laki-laki pasti memiliki ikat pinggang karena bentuk pakaian mereka membutuhkan ikat pinggang sehingga mereka dapat beraktifitas dengan baik dan nyaman. Jika seseorang Yahudi sedang melepas ikat pinggangnya, itu berarti dia sedang berada di tengah waktu istirahat atau sedang tidak beraktifitas. Ikat pinggang kemudian menjadi symbol bagi setiap laki-laki Yahudi yang menunjuk pada kesiapan mereka dalam beraktifitas. Peralatan yang kedua adalah pelita. Setiap rumah orang Yahudi pasti memiliki pelita, karena ini adalah kebutuhan penting bagi mereka di waktu malam, baik dirumah maupun ketika mereka bepergian di waktu malam. Pelita ini akan menjadi perhatian setiap orang Yahudi, supaya tetap terjamin akan menyala ketika malam tiba. Pelita yang menyala juga menjadi symbol kesiapsediaan seseorang dalam menyambut waktu yang baru, yakni malam hari.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Ikat pinggang dan pelita digunakan oleh Tuhan Yesus sebagai bahan penagajaran-Nya menyangkut perihal “kewaspadaan” setiap orang menyambut kedatangan Tuhannya. Dengan menganalogikan bagaikan tuan yang sedang bepergian ke tempat pesta perkawinan dan akan kembali tanpa diketahui, maka hamba-hamba tuan tersebut mesti siap sedia menyambut ketika tuannya pulang. Dalam tradisi orang Yahudi, pesta perkawinan adalah acara yang dapat berlangsung berhari-hari. Acara pesta dapat berlangsung lama dan tidak dibatasi waktunya. Pesta akan usai ketika para tamu undangan telah kembali. Itulah sebabnya Yesus mengibaratkan kedatangan-Nya bagaikan kedatangan seorang tuan yang pulang dari pesta perkawinan. Setiap tuan pastilah akan bersukacita dan senang, apabila hamba-hamba-Nya senantiasa siap sedia menyambut kedatangannya kapanpun waktunya. Berbahagialah hamba yang berlaku demikian. Kedatangan Tuhanpun demikian.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Berbicara kedatangan Tuhan, sesungguhnya kita membicarakan bagaimana Tuhan hadir di tengah-tengah hidup umat-Nya. Kedatangan-Nya akan menjadi jerat bagi setiap orang yang tidak bersiapsedia dan tentu menjadi kebahagiaan bagi semua orang yang menyambut-Nya dengan benar dan dalam kebenaran hidup, yakni hidup yang senantias siap sedia untuk layak menyambut Tuhan datang. Firman Tuhan ini, sesungguhnya menegaskan kepada kita bahwa, kedatangan Tuhan atau kehadiran Tuhan dalam kehidupan ini menuntut kesiapsediaan kita. Pinggang yang terikat dan pelita yang menyala menegaskan kepada kita bahwa kita mesti siap sedia menyambut Tuhan hadir dan datang ke dalam kehidupan kita. Kedatangan Tuhan di sini harus dipahami dengan lengkap, bahwasannya, kedatangan yang dimaksudkan bukan hanya berbicara nanti ketika Dia datang kali kedua, tetapi juga menyangkut seluruh dimensi waktu, yakni kedatangan-Nya kapanpun di dalam hidup kita. Siap dan sedia yang disimbolkan dengan pinggang yang terikat dan pelita menjadi sikap yang dituntut dari kita dalam hidup keberimanan kita. Kita tidak mengetahui kapan waktunya Tuhan datang, tetapi yang pasti Dia datang ke dalam hidup kita semua. Kedatangan Tuhan ke dalam hidup setiap orang menuntut tempat yang layak dan penyambutan yang siap, maka ketika itu tersedia di hidup kita, maka di sanalah kebahagiaan menjadi milik kita. Kenapa? Karena Tuhan Yesus, Tuhan kita niscaya memberikannya karena kita didapati-Nya siap dan sedia. 

Saudara-saudara, dengan kesiap sediaan yang bagaimanakah kita menantikan kedatangan-Nya di dalam hidup ini? Layaknya hamba, yang mempersembahkan hidupnya bagi tuannya, dan taat serta setia kepada tuannya, karena dia hidup oleh dan di dalam tuannya, maka demikianlah pula halnya kita sebagai hamba-hamba Tuhan di hidup ini. Kesetiaan, ketaatan dan kesadaran bahwa hidup kita sepenuhnya di Tangan Tuhan, mestilah menjadi prinsip hidup kita. Di dalam prinsip hidup seperti inilah sesungguhnya kesiap sediaan akan terus terpancar dari hidup kita dan menjadi sikap dan tindakan kita. Kapanpun Tuhan datang, kedatangan-Nya adalah sukacita dan kemenangan bagi kita, sebab memang kita telah menanti Dia dengan kesiap sediaan, Dia datang, hadir dan bersama kita karena hidup kita benar-benar layak menjadi kediaman-Nya. Ketika Dia berdiam di dalam hidup kita, maka saat itulah Damai sejahtera dan kebahagiaan menjadi milik kita. Terpujilah Dia, marilah siap sedia senantiasa menyambut Dia. Amin

               Amin





Bacaan Alkitab: Bacaan Alkitab: Roma 12: 1

IBADAH DAN PERSEMBAHAN YANG BENAR

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Persembahan, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan setiap agama. Persembahan tersebut memiliki tempat yang penting dalam setiap ritus keagamaan. Namun hakekat dan maknanya tidaklah sama dengan unsur persembahan dalam kehidupan kekristenan. Oleh beberapa agama, persembahan biasanya dipahami sebagai sarana untuk memberikan kebutuhan atau memenuhi tuntutan dari yang disembah (hal ini dapat kita lihat dalam kepercayaan agama suku), ada juga yang memahaminya sebagai usaha atau upaya untuk mengumpulkan saldo amal atau perbuatan supaya dikenan oleh yang disembahnya. Di pihak lain, persembahan juga sering dipahami sebagai usaha umat untuk meredam kemarahan yang disembahnya agar berhenti marah atau memberikan hukuman kepada umat.

            Pemahaman tentang persembahan seperti itu, sangatlah jauh berbeda dengan persembahan yang dipahami oleh orang-orang Kristen. Bagi kehidupan orang Kristen, persembahan merupakan tanda ungkapan syukur dan sukacita kepada Tuhan yang telah lebih dahulu memberkati kehidupan umatNya. Persembahan tersebut juga menjadi tanda terima kasih kepada Tuhan yang dengan setia memberkati umatNya. Jadi adalah keliru jika persembahan dipahami sebagi upaya manusia untuk membujuk Tuhan agar Tuhan memberkati, agar Tuhan tidak menjatuhkan hukuman kepada umatNya.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

            Tidak dapat dipungkiri bahwa ada sebagian orang Kristen yang keliru memahami apakah persembahan itu. ada sebagian orang yang memahami bahwa persembahan itu hanyalah berupa materi ataupun uang. Pemahaman seperti ini, sepertinya dipengaruhi gaya hidup yang dipengaruhi materialism, sehingga persembahanpun dipahami hanyalah dengan berupa materi. Tetapi tidaklah demikian dalam diri Paulus. Persembahan yang benar bagi Paulus ialah pemberian totalitas hidup bagi kemuliaan Allah. Paulus katakana “persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah, itu adalah ibadahmu yang sejati. Perkataan Paulus ini hendak menegaskan bahwa persembahan yang benar bukanlah melulu dengan pemberian materi, melainkan harus dengan totalitas hidup (tubuh). Dalam hal ini segala sesuatu yang dimiliki seseorang dalam hidupnya wajib dipersembahkan kepada Tuhan. bukan hanya berupa materi, tetapi juga kemampuan, atau apapun yang dimiliki seseorang termasuk pikirannya, perasaannya bahkan waktunya. Pemahaman tentang persembahan seperti ini, akan benar-benar berkenan kepada Tuhan apabila segala totalitas hidup diberikan untuk kemuliaan Tuhan. Itu berarti, persembahan bukanlah melulu diberikan kepada Tuhan dalam kegiatan peribatan, atau dengan kata lain, persembahan bukanlah melulu hanya sebagai salah satu unsur dalam liturgi ibadah.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

               Walaupun dengan kalimat singkat, Paulus memberikan penjelesan tentang persembahan dan ibadah yang sejati dengan jelas dan lengkap. Dengan kata lain, Paulus hendak menegaskan bahwa ibadah yang sejati dan sesungguhnya ialah pemberian diri secara total bagi kemuliaan Allah. Itu berarti persembahan menjadi inti dari ibadah. Persembahan baik berupa uang ataupun bahan natura disaat kita mengikuti ibadah. Pengertian tentang persembahan yang demikian tidaklah lengkap dan sempurna.  Oleh karena itu, jika menyimak dengan seksama pengajaran Paulus ini, maka jelaslah bagi kita bahwa persembahan yang benar itu adalah memberi diri, hidup secara total (keseluruhan) hidup bagi kemuliaan Tuhan. Pemberian diri secara total sebagai persembahan kepada Tuhan dapat diwujudkan melalui perbuatan kita setiap hari, kapan dan dimanapun kita berkarya. Amin



Bacaan Alkitab: 2 Tawarikh 26:1-5, 16 & 19



       Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Kita pasti pernah mendengar ucapan yang berkata “manusia tidak pernah ada puasnya”. Kata-kata ini terucap ketika manusia melihat manusia lainnya yang telah memiliki segala hal dalam hidupnya, tetapi tokh masih merasa kurang dan tidak pernah merasa cukup. Memang tidak ada tolok ukur yang baku bagi semua orang tentang yang bagaimana itu cukup atau banyak, apabila berbicara tentang kepunyaan. Sikap takabur menjadi sikap yang merasuki hidup orang-orang yang demikian. Seseorang yang memulai hidupnya dari nol, yang terus berjuang sampai pada puncak kejayaan, tiba-tiba menjadi hancur merupakan kisah hidup yang menyakitkan. Mungkin kita pernah mendengar atau melihat hidup orang yang seperti ini. Inilah yang terjadi dan dialami oleh seorang Raja Uzia, yakni seorang raja yang diangkat di masa mudanya ketika berumur 16 tahun. Raja Uzia memerintah selama 25 tahun. Semula di awal pemerintahannya, Raja Uzia adalah Raja yang melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan Allah. Selama 25 tahun dia untuk mencapai kejayaan kerajaan yang dipimpinnya. Iapun berhasil dalam segala usahanya. Akan tetapi setelah semuanya digapainya, ia menjadi merobah.

Sikapnya, terutama rasa Takut akan Tuhan sirna dari dalam hidupnya. Setelah ia kuat, ia menjadi tinggi hati. Sikap tinggi hati ini terlihat dari sikapnya yang tidak lagi menghormati kekudusan Allah di dalam Bait suci. Raja Uzia melampaui batas wewenangnya, ia merampas kemuliaan Tuhan Allah. Dia tidak menghormati ritual suci di Bait Allah, dengan membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan. Ritual ini, menurut peraturan Taurat, menurut hukum Allah hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang dikuduskan untuk melayani di Bait Allah, yakni para imam. Raja Uzia merasa bahwa dirinya berkuasa, dirinya hebat dan tidak ada lagi yang dapat menandinginya, menjadi tinggi hati. Ia tidak lagi rendah hati. Walaupun telah diperingati oleh para imam, namun Raja Uzia tidak peduli. Keberhasilannya dalam segala usahanya meraih kejayaan kerajaan telah membuat raja Uzia tidak lagi mau merendahkan dirinya di hadapan Tuhan Allah. Ia akhirnya mengalami hal yang sama dengan ayahnya Amazia, yang juga bersikap yang sama.

Bapak-bapak yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Kisah hidup Raja Uzia ini, merupakan peringatan dan kritik bagi setiap orang percaya kepada Tuhan Allah, untuk tidak menjadi tinggi hati apabila telah meraih mimpi dan tiba pada puncak kejayaan. Segala sesuatu yang dirindukan boleh saja tergapai, tetapi mesti sadar bahwa ada batas yang harus dipatuhi sebagai umat yang percaya kepada Tuhan Allah. Setiap orang percaya mesti sadar bahwa kemuliaan dan kekudusan Tuhan adalah hal yang tidak mungkin untuk diklaim sebagai milik kepunyaan. Setinggi apapun keberhasilan yang telah kita raih dan kesuksesan yang kita gapai, sikap rendah hati harus tetap menjadi prinsip dan sikap hidup orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Raja Uzia akhirnya harus kehilangan semuanya karena sikapnya yang berobah. Dia tidak lagi merendahkan hatinya di hadapan Tuhan Allah. Penyakit kusta yang diyakini sebagai kutukan Allah dalam tradisi keagamaan umat Israel menjadi bagian Raja Uzia dan oleh karena itu, ia harus diasingkan dan kekuasaanpun diambil darinya. Sekarang, apakah yang terjadi dengan orang seperti Raja Uzia? Yang pasti adalah penyesalan yang amat dalam. Semua usaha untuk menggapai keberhasilan menjadi sia-sia. Benarlah Firman Tuhan Yesus yang mengatakan bahwa barang siapa yang meninggikan dirinya akan direndahkan (Matius 23:12).

Marilah senantiasa berkomitmen untuk hidup konsisten merendahkan hati di hadapan Tuhan Allah, melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan, maka damai sejahtera akan senantiasa milik kita. Tinggi hati akan mendahului kejatuhan (Amsal 16:18) karena setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan, sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman (Amsal 16:5).

Percayalah saudara-saudara bahwa sikap merendahkan hati di hadapan Tuhan adalah sikap hiudp yang mengarahkan kita untuk senantiasa menikmati keberhasilan hidup karena Tuhan sendiri yang membuat kita berhasil di segenap perjuangan hidup kita..



Bacaan Alkitab: Kejadian 28:10- 22



Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus,

       Kisah hidup Yakub adalah kisah hidup yang sangat menarik karena penuh dengan pengalaman hidup yang penting. Dalam pelariannya, Yakub seringkali berjumpa dengan tantangan hidup yang berat. Arah dan tujuan hidupnya yang tidak dia mengerti seringkali membuat Yakub merasa letih dalam perjalanan hidupnya, ditambah lagi perasaan takut karena dikejar oleh kakak sendiri. dalam perjalanan dari Bersyeba menju Haran, Yakub memiliki pengalaman iman yang sungguh luar biasa, di tempat ini Yakub bermimpi, bahwa di bumi ada didirikan tangga yang ujungnya sampai ke di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat turun naik melalui tangga itu. Tuhan berdiri di sampingnya dan berbicara dengan Yakub bahwa Tuhan Allah akan memberikan tanah tempat Yakub berbaring sebagai milik kepunyaannya dan keturunannya, serta akan memberkati Yakub seperti debu tanah banyaknya, dan mengembangkan kekayaan Yakub serta menjadikan Yakub menjadi berkat.

Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Dari mimpi ini, Yakub kemudian menyadari bahwa Tuhan ada di tempat di mana dirinya berdiam. Maka dari pengalaman iman ini kemudian, lahirlah panggilan iman untuk memberikan kesaksian tentang kebaikan Tuhan, Yakub mendirikan tugu di tempat di mana dia berbaring, dengan tujuan supaya di tempat itu Tuhan Allah dimuliakan. Betel, itulah kemudian Nama yang diberikan Yakub kepada tempat itu. Dan di sinilah kemudian lahir nazar dari Yakub, yakni persembahan persempuluhan. Pengalaman Yakub berjumpa dengan Tuhan dan melihat suasana sorgawi melalui mimpi adalah pengalaman yang lumrah terjadi dalam kehidupan bapak-bapak leluhur Israel. Di tengah pengembaraan hidup dalam upaya menyelamatkan diri, kepada Yakub, Tuhan memberikan janji bahwa Yakub akan dibawa kembali ke tempat asalnya dan akan memberikan jaminan kehidupan serta keberlangsungan keturunan yang diberkati oleh Tuhan Allah.

Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Walaupun kehidupan seorang Yakub merupakan kehidupan yang penuh dengan tanda tanya karena dalam pelarian dari Esau kakaknya, akan tetapi Tuhan memberikan janji dan jaminan keselamatan kepadanya. itu terjadi semata-mata oleh karena kasih Tuhan Allah. Tuhanlah yang telah menetapkan apa yang harus terjadi dan dialami oleh Yakub dalam perjalanan hidupnya. Janji dan berkat Tuhan tersebut direspon dengan baik oleh Yakub, yakni bahwa Yakub bersaksi tentang kehadiran Tuhan, Yakub memuliakan Tuhan, Yakun mengikrarkan janji iman (nazar) di hadapan Tuhan. Semua yang dilakukan Yakub semata-mata adalah buah dari apa yang telah diterimanya dari Tuhan Allah. janji Tuhan kepadanya: diberkati, disertai, dilindungi, dibawa kembali, diyakinkan bahwa janji Tuhan pasti digenapi.

Saudara-saudara, jika kita berefleksi dari pengalaman iman Yakub ini, maka kepada kita, sesungguhnya diingatkan bahwa Tuhan Allah tidak pernah membiarkan seorangpun anak-anak-Nya berjalan sendirian mengarungi kehidupan ini. Bahwa Tuhan Allah senantiasa berdaulat ata segenap hidup orang-orang yang percaya kepada-Nya. Bahwa setiap kita adalah orang-orang yang sedang melalukan ziarah kehidupan di dunia ini. Maka kita ditantang untuk senantiasa peka mengenali kehadiran Tuhan di kehidupan kita supaya lahir respon berupa kesaksian yang memuliakan Tuhan Allah.

Janji Tuhan kepada Yakub, adalah janji yang terus-menerus berlaku bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Allah. Maka percayalah kepada Tuhan Allah. Amin




































 Markus 6: 45- 52



Yesus Mampu Berjalan Di Atas Ketidakmungkinan



Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus

            Cerita tentang Yesus berjalan di atas air ternyata bukan sekedar mujizat yang hendak menunjukkan kemahakuasaan Yesus sebagai Tuhan, melainkan kisah ini mengandung makna yang amat penting bagi hidup setiap orang percaya dalam rangka mengarungi kehidupan di dunia ini. Murid-murid Yesus yang telah mendahului- Nya menuju seberang danau ketika malam tiba diperhadapkan pada ancaman angin sakal yang menerpa perahu mereka. Murid-murid tersebut sangat bersusah payah menghadapi angin sakal tersebut. Padahal sebagian besar dari mereka adalah nelayan handal yang berpengalaman. Pada waktu mereka menghadapi angin sakal yang amat berbahaya tersebut, Yesus tiba-tiba muncul dan menolong mereka. Kehadiran Yesus, sungguh luar biasa, Dia berjalan di atas air, sehingga murid-murid- Nya sempat ketakutan karena mengira Dia adalah hantu. Yesus berkata kepada mereka:”Tenanglah, ini Aku! Yesuspun memasuki perahu tersebut mendapatkan murid-murid- Nya, pada saat itu anginpun langsung reda dan teduh.





Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus kristus

            Seperti yang dikatakan tadi, Yesus berjalan di atas air, bukanlah hanya sekedar mujizat melulu, melainkan apa yang dilakukan Yesus tersebut menunjukkan bahwa Yesus Tuhan mampu dan berkuasa berjalan di atas ketidakmungkinan, Yesus mampu berkuasa menyelesaikan masalah tanpa masalah. Perahu yang berlayar dilautan merupakan gambaran kehidupan orang-orang percaya yang harus berjumpa dengan silih bergantinya badai kehidupan, kadang teduh, terkadang juga dan seringkali berjumpa dengan badai. Pengalaman tidak menjadi jaminan sebagaimana halnya yang dialami murid-murid Yesus. Perjalanan hidup tidak bisa dijamin akan selalu mulus dan berjalan lancar, selalu saja ada berbagai tantangan dan hambatan. Namun di samping itu pula, sebagai orang percaya, kita harus percaya bahwa selain tantangan dan hambatan, tersedia juga peluang dan harapan. Lihat, bahwa tatkala Yesus melihat betapa payahnya murid-murid itu mendayung, Diapun hadir dengan cara yang luar biasa, di luar dugaan manusia.

Saudara-saudara, demikian juga dalam hidup kita semua, lewat bacaan kita saat ini, kita dikuatkan dan diyakinkan bahwa saat hidup kita terancam bahaya, baik karena pergumulan berat maupun karena diperhadapkan pada masalah berat, Yesus juga hadir dengan cara- Nya sendiri. Kita tak’an mampu menyelami dan menduga cara Tuhan ketika Dia hendak menolong umat- Nya yang sedang diperhadapkan pada bahaya yang di luar kemampuan manusia. Yesus mampu berjalan di atas ketidakmungkinan, menyelasaikan masalah dan meneduhkan suasana. Walaupun karena cara kehadiran- Nya kita merasa bingung dan kurang percaya bahkan takut, akan tetapi Dia akan mendapatkan kita dan semua masalahpun akan selesai.

            Manusia, siapapun dia tak bisa tidak, dalam hidupnya di dunia ini akan selalu menghadapi berbagai bentuk proses hidup dalam suasana yang silih berganti. Ada suka, ada duka. Akan tetapi seberat apapun pergumulan dan masalah yang kita hadapi jika Yesus melihat bahwa kita telah bersusah payah dan tidak mampu lagi dengan kekuatan yang kita miliki, maka Dia sendiri akan datang, hadir untuk menolong kita, Dia mampu mengatasi semua masalah tanpa menimbulkan masalah, tinggal kita sekarang, apakah kita siap dan sedia menyambut dan menerima Dia, yang kehadiran- Nya di luar akal kita?, Apakah kita akan mengetahui dan mengenal- Nya jika Dia telah sungguh-sungguh menolong kita?

                                                AMIN 








Bacaan Alkitab: Mzm 23:1-6
Tuhanlah Gembalaku
Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Mazmur 23 ini merupakan salah satu pasal yang sangat sering didengar oleh kita, dan oelh karena itu Mazmur yang satu ini sudah tidak asing bagi kita sekalian. Mazmur yang berisi kesaksian tentang kasih dan pemeliharaan Tuhan atas orang yang percaya kepada-Nya. Mazmur ini bukan sekedar kesaksian tentang kasih dan pemeliharaan Tuhan, akan tetapi juga kesaksian yang diharapkan dapat meneguhkan seseorang dalam menghadapi ancaman hidup. Selanjutnya Mazmur inipun juga dapat dikategorikan sebagai Mazmur yang meyakinkan setiap orang percaya dalam melanjutkan perjalanan hidupnya. Daud yang diyakini sebagai pencipta Mazmur ini, sesungguhnya terinspirasi dari pengalaman hdiupnya yang dulu berperan sebagai gembala kambing domba orangtuanya. Dia sungguh memahami dengan benar siapa dan bagaimana seorang gembala yang baik itu. Daud tentu tidak sama dengan gembala-gembala lainnya kala itu. Jika gembala-gembala lain menggembalakan kambing domba tuan mereka atau domba mereka sendiri, Daud menggembalakan domba orangtuanya. Itu berarti Daud bukanlah gembala upahan, Daud bukan pula pemilik pribadi dari domba yang digembalakannya. Makanya, sebagai gembala, dari Daud dituntut tanggungjawab penuh tentang kambing domba keluarga. kepada Daud digantungkan nasib penyokong ekonomi keluarga. Ternyata, pengalaman ini menghantar Daud pada pengakuannya tentang Tuhan Allah yang berperan sebagai gembala baginya dan bagi seluruh umat-Nya.
Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Walaupun mazmur ini sudah tidak asing bagi kita, kita tetap penting memahami mazmur ini dengan benar sehingga, mazmur ini tidak sekedar sesuatu yang indah didengar dan kita rasa sebagai penyejuk jiwa kita, melainkan supaya kita juga mengerti apa saja kehendak Tuhan yang hendak disampaikan kepada kita.
Pertama, ketika Daud katakan bahwa TUHAN adalah gembala baginya, maka dia yakin bahwa takkan kekurangan dia. Apa arti ungkapan ini? Ketika TUHAN diyakini sebagai Gembalanya, maka Daud sungguh-sungguh menggantungkan segenap kehidupannya kepada Sang Gembala, yakni TUHAN Allah. Gembala pasti menuntun domba-Nya menemukan sumber makanan dan minuman yang cukup. Dibaringkan di padang rumput yang hijau dan dibimbing ke air yang tenang dan menyegarkan jiwanya, adalah tindakan yang pasti dilakukan gembala kepada domba-domba-Nya. Gembala yang baik tidak sekedar memberikan domba-domba-Nya makan dan minum, tetapi mereka juga diberikan suasana hidup yang penuh kesempurnaan bahwa apa yang mereka makan dan minum terasa nikmat dan benar-benar menyegarkan hidup mereka. jadi bukan sekedar kenyang dan hilang rasa haus, tetapi jika Tuhan adalah gembala, maka sang Gembala juga akan mengaruniakan suasana hidup yang penuh sukacita dalam menikmati pemberian atau anugerah Tuhan Allah. apalah artinya hidup berlimpah berkat, tetapi tidak ada damai dan sukacita? Apalah artinya rasa haus sirna akan tetapi hidup gunda gulana? Dan apa pulalah artinya makan minum terjamin tetapi hidup tidak berjalan ke masa depan? 
Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Bahwa domba pasti digiring dari satu tempat ke tempat yang lain, demikian juga kita umat Tuhan akan menjalani dan meneruskan pengembaraan hidup kita di dunia ini, maka Tuhan Allah sebagai Gembala menuntun umatNya untuk senantiasa berjalan di jalan yang benar. Tuntunan Tuhan tersebut dilakukan dengan cara-Nya sendiri. dan harus dipahami bahwa sebagai Gembala, Tuhan pun menggunakan cara gembala menuntun domba-dombanya. Ada gada dan tongkat di tangan sang gembala. Dan kenapa Daud berkata bahwa Gada dan tongkat-Mu itulah yang menghibur aku? Ada apa sesungguhnya dengan Gada dan Tongkat di tangan gembala? Ini bukan sekedar symbol kepemimpinan atas domba-domba dari gembala. Gada dan tongkat adalah alat yang digunakan gembala sebagaimana fungsinya. Gada  adalah sebuah benda menyerupai pentungan yang diujungnya agak lebih besar, biasanya terbuat dari kayu besi yang keras yang digunakan untuk memukul. Gada ini saudara-saudara digunakan sebagai alat atau senjata pemukul oleh gembala. Biasanya untuk memukul bebatuan agar terpecah dan dapat digunakan sebagai batu umban. Selain itu, gada ini juga dipakai sebagai senjata pemukul dalam pertarungan jarak dengan dengan musuh termasuk dengan binatang buas oleh gembala. Dan gada ini juga biasa dipakai untuk menghajar domba yang sulit diarahkan. Tentu ini sangat menyakitkan, akan tetapi dengan usaha seperti ini domba tidak akan tercerai dengan kumpulannya dan tidak menyimpang dari jalan yang dipandu oleh sang gembala. Tongkatpun demikian halnya, digunakan sebagai sebagai senjata oleh gembala dan juga alat untuk memimpin dan mengarahkan domba-domba. Domba-domba yang terlatih dan terbiasa sudah sangat mengerti gerakan tongkat yang dimainkan gembalanya. Maka dengan suara dan gerakan tongkat sang gembala domaba akan mengetahui arah dan perintah gembalanya. Tongkat juga dipakai untuk menghalau musuh, biasanya binatang buas, tetapi juga mengahalau domba yang suka melenceng dari kumpulannya atau mencari jalannya sendiri. bagai Daud, apapun fungsi dari gada dan tongkat sang Gembala, baginya itu adalah sumber penghiburan, yang membuat dia bersukacita karena itu berarti Tuhan Allah senantiasa peduli akan hidupnya, kendatipun Tuhan seringkali menghajarnya dalam hidup ini melalui berbagai bentuk rasa sakit atau dukacita. Jika Daud juga mengatakan bahwa Tuhan yang adalah gembala Agung tersebut menyediakan hidangan baginya di hadapan musuhnya, kesaksian ini hendak menegaskan bahwa walaupun Daud dikelilingi musuh, Tuhan Allah tetap memelihara hidupnya dan menjamin kelangsungannya. Urapan di kepala Daud dari minyak dan piala yang melimpah adalah bentuk pemberkatan Tuhan atas dirinya, bahwa Tuhan memberikan dia berkat dan kemuliaan. Di suasana hidup yang demikian, Daud meyakini sungguh bahwa kebajikan dan kemurahan akan mengikutinya sepanjang hidupnya. Pengakuan ini adalah pengakuan yang didorong oleh keyakinan yang lahir dari segenap kehidupan yang direnungkan Daud di hidupnya. Diam di rumah Tuhan sepanjang masa adalah ikrar Daud atas semua yang Tuhan lakukan kepadanya dihidup ini. Maka kesaksian Daud ini, sesungguhnya kesaksian yang hendak mengarahkan semua orang percaya untuk menempatkan Tuhan Allah sebagai pemelihara kehidupan, yang menjamin keberlangsungan hidup dan yang memimpin kehidupan dengan cara Tuhan sendiri. mengakui bahwa apapun bentuk kepemimpinan Tuhan sebagai Gembala Agung, mesti dijadikan sebagai bentuk dan cara menghadirkan sukacita bagi domba gembalaan-Nya.  Kemudian dari semua pemeliharaan Tuhan tersebut, setiap domba gembalaan Tuhan, milik kepunyaanNya, mesti bertekat untuk senantiasa tinggal di rumah Tuhan, yakni tinggal di kekudusan hidup, tinggal di dalam tindakan kasih dan kebenaran. Terpujilah Kristus Tuhan. Amin


Bacaan Alkitab: Galatia 3:15-29
Persekutuan Rumah Tangga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Salah ciri ajaran kekristenan yang sangat membedakannya denagn banyak keyakinan atau ajaran agama lainnya ialah bahwa hidup kekristenan adalah hidup yang telah diselamatkan, hidup yang telah dikasihi, hidup yang telah diberi jaminan, hidup yang telah dibebaskan. Maka segala sesuatu yang yang dihidupi oleh umat Tuhan termasuk kita sekalian adalah hidup yang sudah lunas dibayar oleh Tuhan Yesus Kristus. Sehingga segala aktifitas kehidupan beriman kita tidak lagi dimaksudkan sebagai upaya untuk memperoleh keselamatan maupun kasih karunia atau anugerah. Tetapi sebaliknya, hakekat dari semua yang kita lakukan dalam hidup ini adalah swujud syukur dan ungkapan terimakasih karena Tuhan Allah telah menganugerahkan keselamatan, kasih karunia dan jaminan hidup kekal kepada kita. Dengan demikian, maka segala yang berhubungan dengan ketaatan dan perbuatan kita dalam iman tidak lagi dimaksudkan supaya kita memperoleh semuanya itu. Tuhan Allah di dalam dan melalui Yesus Kristus telah berinisiatif, semata-mata oleh karena kasih-Nya menganugerahkan keselamatan kepada kita, karena sesungguhnya kita tidak akan pernah dapat memperoleh keselamatan tersebut baik dengan cara apapun dan melalui upaya apapun. Selanjutnya kehidupan kita sebagai umat yang percaya kepada Tuhan, adalah hidup berdasarkan janji-janji Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus.
Persekutuan Rumah Tangga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Selanjutnya, pasti muncul pertanyaan dalam benak kita; Jika demikian apakah gunanya dan apakah tujuan dari hukum-hukum Tuhan, peraturan, ketetapan dan perintah-perintah Tuhan yang terdapat dalam Kitab suci kita? Apa pula gunanya hukum-hukum Tuhan tersebut demikian juga dengan semua ajaran agama yang ada? Dengan tegas harus dikatakan bahwa hakekat perjuangan kita dalam beriman supaya anugerah keselamatan yang telah dikaruniakan kepada kita oleh dan di dalam Yesus Kristus tidak hilang atau sirna. Maka hidup kita ini sesungguhnya adalah ungkapan syukur kepada Tuhan Allah. 
Persekutuan Rumah Tangga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Rasul Paulus memberikan uraian yang lengkap dan jelas bagaimana kemudian hakekat hukum taurat dan hubungannya dengan janji Tuhan Allah dalam kehidupan orang percaya. Hukum taurat adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan agama kita, akan tetapi kemudian hakekat hukum taurat tersebut seakan tidak menjadi jelas bagi sebagian orang percaya, karena Alkitab menegaskan bahwa kita hidup bukan di bawah hukum taurat, tetapi di bawah kasih karunia. Apakah maksudnya? Apakah Hukum taurat tidak berlaku dan tidak ada lagi gunanya bagi kita? Persoalan tentang hal ini ternyata mengemuka dalam kehidupan jemaat Tuhan di Galatia. Jemaat yang berlatar belakang Yahudi dengan semangat yang kuat terus mengagungkan hukum taurat sebagai hukum yang mesti ditaati dengan tujuan agar memperoleh keselamatan dan hidup kekal. Paulus kemudian menjelaskan bahwa hukum taurat sesungguhnya adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman (ay.24). Pernyataan ini dapat diartikan bahwa hukum taurat adalah penuntun dan bukan pemberi keselamatan. Paulus menegaskan bahwa sebelum hukum taurat ada, Tuhan Allah terlebih dahulu telah memberikan janji melalui Abraham. Oleh janjilah Allah telah menganugerahkan kasih karunia-Nya kepada Abraham. Maka Abraham sesungguhnya hidup berkat janji Allah, demikian juga keturunannya, sampai kita saat ini. Kenapa kita kemudian termasuk dalam keturunan Abraham dan penerima janji Allah? Alkitab memberikan jawaban kepada kita saat ini bahwa kita telah menjadi anak-anak Allah, yakni keturunan Abraham karena Iman di dalam Yesus Kristus. selanjutnya, kita termasuk dalam keturunan Abraham, penerima janji Allah karena kita semua telah dibaptis dalam Kristus dan mengenakan Kristus (26-27). Kita adalah milik Kristus, maka kita adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah (29).
Saudara-saudara, sebagai penerima janji Allah, kita semua sesungguhnya adalah orang-orang yang diberi wasiat, yakni janji keselamatan yang tidak dapat dibatalkan, tidak dapat dikurangi dan ditambahi oleh apa dan siapapun. Itu berarti apa dan bagaimanapun pengalaman hidup yang terjadi, janji Tuhan Allah tidak akan pernah hilang dan usang bagi kita. Keyakinan seperti ini harus dipegang teguh oleh setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Bahwa hidup ini penuh dengan berbagai pergumulan, tantangan dan peluang, duka dan suka, sakit dan sehat, dan segala kenyataan hidup di dunia ini, itu benar, tetapi bukan berarti oleh semua itu janji Tuhan telah hilang. Agar janji itu tetap layak untuk kita, maka hidup ini haruslah terus diperjuangkan agar senantiasa sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Kesetiaan beriman dan terus taat kepada Tuhan Allah adalah syarat yang mesti disanggupi oleh setiap orang percaya, bukan supaya janji keselamatan Tuhan berikan, tetapi karena janji keselamatan telah Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus telah dianugerahkan kepada kita. Kita adalah anak-anak Allah, maka sebagai anak-anak-Nya, Bapa kita tidak akan perbah membiarkan kita menjalani kehidupan ini, Bapa kita senantiasa memperhatikan kita dan memelihara kita karena itu adalah janji-Nya. Maka marilah, jalani kehidupan ini dengan penuh syukur di dalam kesetiaan kepada Tuhan Allah. Amin                               


Bacaan Alkitab: Matius 7:21

“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Sorga”

Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Memanggil Tuhan atau berseru kepada Tuhan atau mengucapkan Nama Tuhan merupakan kebiasaan yang melekat dengan kehidupan orang yang beriman. Tindakan ini sesungguhnya bukanlah hal yang salah dan dilarang dalam kehidupan beriman. Tetapi, tidak jarang dalam kehidupan sehari-hari, kita mendengar atau menyaksikan seseorang dengan mudahnya mengucapkan kata “Tuhan” atau berseru kepada Tuhan dengan begitu gampangnya. Sehingga ucapan “Tuhan” atau seruan “Tuhan” yang keluar dari mulut seseorang tersebut seakan terucap tanpa sadar (spontan), akibatnya nilai kata “Tuhan” yang diucapkannya seakan menjadi tidak berharga. Selanjutnya di berbagai ritual ibadah tidak jarang juga dijumpai orang-orang yang begitu antusias menyebut atau menyerukan Nama Tuhan, tetapi tindakan tersebut tidak dalam bentuk kesungguh-sungguhan. Tuhan Yesus ternyata melihat dan menyaksikan pola hidup beriman seperti ini di tengah pelayanan-Nya. Terutama yang dipraktekkan kaum Farisi dan para ahli taurat kala itu. Kaum Farisi dan ahli-ahli taurat acapkali mempergunakan dan mangatasnamakan Tuhan dalam rangka mendapatkan penghormatan dan pujian dari umat dan kahalayak banyak. Padahal, dalam kenyataannya, mereka tidak taat pada perintah dan ketetapan Tuhan Allah. Hidup seperti inilah yang menghantar mereka dikelompokkan sebagai orang-orang munafik di Mata Tuhan Yesus.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

        Penegasan Tuhan Yesus tentang kerajaan Sorga sesungguhnya bukan sekedar menunjuk pada masa nanti di kehidupan selanjutnya, tetapi juga menunjuk pada kehidupan masa kini. Bahwa suasana kerajaan Sorga bukan sekedar suasana kehidupan nanti di seberang kehidupan masa kini, kerajaan sorga harus dipahami sebagai kehidupan yang di dalamnya kehendak Allah berlalku penuh dan Damai sejahtera terwujud total. Maka yang dimaksudkan Tuhan Yesus tentang kerajaan Sorga ini menyangkut dua dimensi kehidupan, yakni kehidupan masa kini dan nanti yakni kehidupan di negeri kekal setelah berakhirnya penghakiman pada kedatangan-Nya yang kali kedua. Maka pernyataan Tuhan Yesus ini mesti dipahami dengan benar, supaya tercipta kesadaran dan aplikasi dalam hidup dengan benar. Jadi kerajaan Sorga harus dipahami sebagai kehidupan yang penuh damai sejahtera Allah dan tidak ada lagi tempat sedikitpun bagi hidup yang diwarnai segala bentuk kemelut hidup keduniawian.

Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

       Pernyataan Tuhan Yesus sesuai bacaan kita saat ini menegaskan bahwa konsep beriman kepada-Nya adalah hidup yang berintegritas dalam arti adanya kesesuaian kata dengan tindakan nyata. Bahwa beriman kepada Tuhan Allah tidak melulu dalam untaian kata-kata, atau seruan kosong tak bermakna. Tuhan Yesus menegaskan bahwa sesungguhnya, orang yang layak menikmati Kerajaan Sorga, yakni kehidupan yang penuh damai sejahtera Allah, kehidupan yang terbebas dari segala perkara yang menyengsarakan adalah orang yang beriman kepada Tuhannya melalui tindakan aktif melakukan kehendak Allah Bapa. Berbicara kehendak Allah yang begitu luas, dalam dan tinggi telah disempurnakan oleh dan di dalam Yesus Kristus dengan satu kesimpulan atau muara kehidupan, yakni KASIH. Semua kehendak Allah yang dijabarkan dalam berbagai bentuk hukum, perintah, peraturan dan ketetapan Allah telah disimpulkan Yesus dengan satu tindakan beriman, yakni mengasihi Tuhan Allah dan mengasihi sesama. Maka jika dikaitkan dengan pernyataan Tuhan Yesus di atas, maka dapat dimengerti bahwa orang yang layak menikmati kerajaan Sorga adalah mereka yang mengasihi Tuhannya dan mengasihi sesamanya dengan tindakan dan perbuatan nyata. Orang yang telah sampai ke titik inilah yang akan menikmati kehidupan yang penuh damai sejahtera. Walaupun untaian kata tak dapat dipisahkan dalam aktifitas beriman, akan tetapi untaian kata dan seruan tersebut harus sesuai dengan tindakan dan perbuatan. Rasul Yohanes mengajak kita sekalian 1 Yohanes 3: 18

“Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran”

       Dengan mengasihi melalui perbuatan dan dalam kebenaran, maka niscaya kita diperkenankan menikmati kehidupan di kerajaan-Nya, yakni kehidupan yang diwarnai Damai Sejahtera Allah. Tuhan Yesus memberkati. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar