Selasa, 24 September 2019

Penelaan Alkitab Kaum Bapak


Bacaan Alkitab: Efesus 5:8-10

Pengantar

            Istilah kegelapan dan terang adalah dua suasana atau kondisi yang kontras satu sama lain. keduanya tidak akan pernah dapat disatukan dan menjadi satu kesatuan. Akan tetapi keduanya selalu ada dalam kenyataan kehidupan di dunia ini. Istilah kegelapan dan terang bukanlah sekedar kata-kata yang menunjuk pada suasana atau kondisi suatu tempat. Kedua istilah ini sesungguhnya mengandung arti rohani di dalam kekristenan. Bahwa kegelapan diidentikkan dengan kuasa iblis atau kejahatan dan terang menunjuk pada kuasa di dalam dan oleh Tuhan Yesus Kristus. Maka hidup di dalam kegelapan dapat dipahami sebagai keadaan hidup manusia yang berada dalam kungkungan kuasa dosa dan oleh karena itu manusia tidak mempunyai kemampuan melihat masa depan karena tidak berpengharapan. Segala sesuatu yang diperbuat, dipikirkan dan diperkatakan di kegelapan ialah segala sesuatu yang tidak mengandung makna bagi kehidupan ke masa yang akan datang yakni kehidupan yang menikmati damai sejahtera Allah. kehidupan dikegelapan adalah kehidupan yang diwarnai dengan segala pekerjaan iblis dan menuju kepada kebinasaan. Bertentangan dengan kehidupan di dalam terang, bahwa di kehidupan seperti ini tersedia kepastian hidup dan diwarnai dengan pengharapan memandang kehidupan masa depan. Kedua konteks kehidupan ini jelaslah sangat berbeda dan bertentangan satu sama lain.

Penjelasan Teks

Rasul Paulus menulis Suratnya ini kepada jemaat di Efesus jika disimpulkan sepintas lalu sesungguhnya mengandung topic yang focus atau khusus mengajarkan kehidupan baik sebagai pribadi maupun sebagai persekutuan kepada Tuhan Yesus Kristus untuk senantiasa hidup di dalam Tuhan Yesus Kristus, dan kehidupan tersebut adalah kehidupan yang dipenuhi dengan ketaatan dan kasih yang didasari kepercayaan kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat hidup. Kehidupan sebagai anak-anak terang juga menjadi bagian yang utuh isi surat Paulus ini, yang dimaksudkan bahwa sebagai jemaat Tuhan, setiap pribadi jemaat adalah orang-orang yang dahulu hidup di dalam kegelepan, yakni hidup di dalam ketidaktahuan akan maksud dan kehendak Allah, hidup di dalam tidak mengenal Allah dan kehidupan tersebut ada dalam kuasa dosa. Oleh karena itu, tidak ada kemampuan untuk memandang kehidupan masa depan. “Dahulu kamu adalah kegelapan,..” kalimat ini hendak menegaskan latarbelakang kehidupan jemaat di Efesus sebagai jemaat yang dahulu berada di dalam kuasa dosa, oleh karena itu tidak memiliki kemampuan mengenal dan memandang dalam iman kehidupan dengan benar di dalam Tuhan Allah. Dahulu mereka adalah orang-orang yang tidak mengenal kebenaran dan tinggal di dalam ketidakbenaran. “tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan” pernyataan ini menegaskan bahwa identitas jemaat di Efesus kini telah berubah, dan telah berpindah dari suasana kehidupan yang memiliki kepastian dan pengharapan akan masa depan. “oleh sebab itu, hiduplah sebagai anak-anak terang”. Kalimat ini merupakan satu kesatuan dengan kalimat-kalimat sebelumnya, yakni bahwa berpindahnya jemaat tersebut dari kehidupan di kegelapan kepada kehidupan di dalam terang Tuhan, maka mesti diiringi sikap hidup beriman yakni senantiasa mencirikan kehidupan sebagai anak-anak terang. Kehidupan sebagai anak-anak terang adalah kehidupan yang yang berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, oleh karena itu maka sebagai anak-anak terang hidupnya selalu menguji apa yang berkenan kepada Tuhan. Identitas jemaat Efesus ini, juga menjadi identitas kita dalam persekutuan ini. Maka kita perlu mendalami nasihat sekaligus ajaran iman dari Paulus ini dalam kehidupan kita di masa kini. Bahwa walaupun kita telah dimerdekakan oleh Yesus Kristus melalui dan di dalam kebangkitan-Nya menjadi anak-anak terang, akan tetapi kegelapan masih dan akan senantiasa membayang-bayangi kehidupan kita selama di dunia ini. Untuk itu mari kita berefleksi bersama tentang Firman Tuhan ini!

1.      Apa yang dapat kita maknai kalau kepada kita dikatakan bahwa dahulu kita adalah kegelapan?

2.      Buah dari anak-anak terang adalah kebaikan, keadilan dan kebenaran. Sudahkah ini berlaku dalam kehidupan kita saat ini sebagai anak-anak terang? apa saja bentuk konkritnya?

3.      Apa saja yang harus kita uji yang berkenan kepada Tuhan dalam hubungan dengan kehidupan kita sebagai persekutuan yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus?

Bacaan Alkitab: 2 Raja-raja 5: 1-19a

Kesaksian Seorang Tawanan

Pengantar

            Penyakit kusta merupakan penyakit yang sangat menjijikkan dalam kehidupan umat Israel, karena dalam keyakinan iman mereka, penyakit kusta adalah kutukan Allah. Maka orang yang kena penyakit kusta akan diasingkan dari kehidupan masyarakat dan dikucilkan. Demikian pula dalam kehidupan beragama, orang yang berpenyakit kusta dilarang keras untuk memasuki Bait Allah demikian juga untuk melaksanakan ibadahnya. Seorang yang berpenyakit kusta akan mengalami kehidupan yang menyedihkan, karena dia menderita tidak hanya dalam bentuk pisik, tetapi juga psikisnya. Maka penyakit kusta sangatlah dengan mudah dikenali oleh orang-orang Israel. Orang yang berpenyakit kusta kali ini bukanlah seorang Israel, melainkan salah seorang dari musuh mereka, yakni penglima raja Aram, yakni Naaman. Panglima Naaman ternyata sedang menderita penyakit kusta, untunglah dia bukan seorang Israel, sebab kalau dia seorang Israel, tentu jabatannya akan hilang lenyap dan dia akan dikucilkan dari lingkungan kerajaan. Di tengah pergumulannya tentang penyakit kusta yang dialaminya, ternyata seorang budak perempuan Israel yang merupakan tawanan, bersaksi tentang Allah kepadanya. bahwa di Negerinya di Israel, ada Nabi Tuhan yang memiliki kemampuan menyembuhkan penyakit kustanya. Kesaksian budak perempuan ini, ternyata direspon dengan seksama dan baik oleh sang panglima. Maka iapun meminta restu Raja supaya diperkenankan pergi ke Israel yang nota bene adalah saingan atau bahkan musuh mereka. Walaupun seorang tawanan, budak perempuan Israel ini tetap masih mampu dan mau bersaksi tentang kuasa kasih Tuhannya.



Pendalaman Teks

            Panglima Naaman adalah seorang yang terpandang dan disayangi oleh tuannya karena keberhasilannya memberi kemenangan kepada bangsanya. Di keadaan hidupnya yang terpandang tersebut dan di segala kesuksesan yang diraihnya, Naaman ternyata hidup dalam pergumulan yang berat. Penyakit kusta yang dideritanya tentu membuat dia tersiksa. Budak perempuan Israel yang tinggal padanya sebagai tawanan ternyata menjadi alat Tuhan baginya untuk mengenal kuasa Tuhan Allah Israel melalui nabi-Nya Elisa. Permohonan izin Naaman kepada tuannya untuk pergi berobat ke Tanah Israel ternyata juga mendapat respon yang baik. Raja Aram malah mengirimkan surat kepada raja Israel perihal maksud dan tujuan Naaman ke negeri Israel. Tetapi, patut disayangkan, ketika Naaman demikian pula raja Aram percaya bahwa di Israel ada seorang Nabi Tuhan yang berkemampuan menyembuhkan Naaman dari penyakit kustanya, malah raja Israel tidak mengetahuinya, sehingga dia tersinggung ketika menerima surat dari raja Aram. Keterangan ini menunjukkan bahwa raja Israel tidak menyadari keberadaan Nabi Elisa dengan kuasa yang diberikan Tuhan Allah kepada-Nya. Tetapi kemudian, ketika raja mengoyakkan pakaiannya pertanda kekecewaan dan kemarahannya, Nabi Elisa hadir dan mempersilahkan Naaman datang kepadanya. selanjutnya, ketika Naaman datang dengan pasukannya untuk berobat ke Israel, ternyata Elisa tidak mau menjumpainya, dia hanya menyampaikan kepada suruhannya agar Naaman mandi tujuh kali dalam sungai Yordan. Mendengar ini, Naaman sempat kecewa, dia tadinya beranggapan bahwa nabi Elisa paling tidak melakukan ritual bagi kesembuhannya. Sehingga Naaman sempat pesimis bahwa penyakitnya akan sembuh. Walaupun sempat membandingkan kejernihan sungai Abana dan Parpar di Damsyik dengan sungai Yordan, tetapi kemudian Naaman mengikuti perintah tersebut. Dia mandi di sungai Yordan dan penyakit kusta yang dideritanyapun sembuh. Sembuh dari sungai Yordan, Naaman mengungkapkan pengakuan imannya yang baru; “15b, Sekarang aku tahu bahwa di seluruh buni tidak ada Allah kecuali di Israel”. Pengakuan iman Naaman ini sesungguhnya lahir bukan karena kesembuhannya dari penyakit kustsa, tetapi lebih pada keherenan yang meliputi hidupnya. Bahwa hanya dengan mandi di sungai Yordan, dia sembuh. Tentu peristiwa ini adalah sesuatu yang tidak masuk akal, dan oleh karena itu lahirlah pengakuan bahwa hanya Tuhanlah yang mamu melakukan ini. Komitmen iman Naaman kemudian terbangun, bahwa dia tidak lagi menyembah kepada allah lain, tetapi hanya kepada TUHAN.



Aplikasi

            Kisah ini tentu menarik perhatian kita, bahwa pergumulan hidup sesungguhnya membuat kita bisa menjadi peka terhadap berita tentang kuasa dan kasih Tuhan Allah. itulah yang dialami Naaman. Demikianlah juga tindakan untuk bersaksi dari seorang budak perempuan Israel yang walaupun seorang tawanan, kesaksiannya tidak berhenti atau sirna. Kesaksian ini tentu lahir dan didorang oleh kepercayaannya dan pengenalannya akan Tuhan Allah melalui nabi Tuhan di Israel, yakni Elisa. Apa sesungguhnya yang hendak disampaikan kepada kita melalui kisah ini? ada 2 hal yang penting untuk kita renungkan, yakni yang pertama, bahwa bersaksi tidak ditentukan oleh tempat, keadaan dan situasi hidup yang sedang kita alami. Layaknya budak perempuan yang tinggal di rumah Naaman, sesungguhnya setiap orang percayapun seharusnya melakukan tindakan yang demikian. Kesaksian kita tentang kuasa dan kasih Tuhan tidak boleh dipengaruhi oleh keadaan dan situasi serta kondisi hidup kita. Yang kedua ialah, bahwa keyakinan atau iman yang mewujud dalam tindakan adalah kunci bagi kita untuk menerima dan  menikmati kuasa dan kasih Tuhan Allah. Itulah yang diperankan oleh Naaman si panglima perang.



Untuk Didiskusikan

1.    Dalam bentuk atau tindakan apa saja kita dapat bersaksi tentang Tuhan Allah kepada orang lain?

2.    Faktor apa sajakah yang seringkali menghalangi kita memberi kesaksian kepada orang lain tentang Tuhan Allah kita?

3.    Tindakan apa saja yang harus kita lakukan sebagai wujud keberimanan kita kepada Tuhan Allah?

4.    Apakah sesungguhnya yang patut kita diteladani dari seorang Naaman di kehidupan kita sehari-hari?

Tuhan Yesus Memberkati kita. Amin

           



Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 5: 1- 11

Pengantar

            “Kejujuran” merupakan sikap yang sangat didambakan oleh seseorang dari orang lain terutama dalam konteks persahabatan. Kejujuran, tidak dapat terbeli dengan uang maupun harta. Begitu berharganya kejujuran, maka setiap orang menjadikannya menjadi syarat dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Namun, harus diakui bahwa menemukan orang jujur bukanlah pekerjaan yang mudah. Jujur kepada orang lain, mungkin lebih mudah dilakukan daripada jujur kepada diri sendiri, terlebih kepada Tuhan. Kenapa demikian? Karena di dalam diri manusia itu terdapat sisi negatif yang sangat mempengaruhi hidupnya, yakni sulit mengakui siapa dirinya, sulit mengakui kekurangannya maupun kesalahannya.

Saat ini, kita akan belajar tentang kisah Ananias dan Safira. Kisah ini juga berbicara tentang kejujuran.

Pendalaman Teks

Kisah tentang Ananias dan Safira, pasangan suami istri yang mati dangan cara menyedihkan dan menakutkan merupakan bagian dari kisah hidup jemaat kristen yang mula-mula. Kisah ini merupakan kisah yang tidak terpisahkan dari kisah kehidupan jemaat mula-mula dalam hidup persekutuan mereka. Waktu itu, pengikut-pengikut Kristus hidup dalam persekutuan yang menantikan kedatangan Tuhan Yesus untuk keduakalinya. Mereka menyangka bahwa kedatangan Tuhan Yesus untuk kali kedua sudahlah sangat dekat. Maka dalam kehidupan bersama yang sehati sepikir dan beribadah kepada Tuhan, mereka (jemaat mula-mula) itu menghabiskan waktu menanti kedatangan Tuhan dengan cara berdiam diri tanpa memusingkan pekerjaan sehari-hari mereka. Ada saja jemaat yang menjual harta miliknya untuk biaya hidup bersama dalam persekutuan tersebut. Nah, di sinilah kisah ini terjadi. Ananias dan Safira juga melakukan hal yang sama, yakni menjual ladang mereka untuk disumbangkan ke persekutuan. Namun, dengan setahu istrinya, Ananias menahan sebagian dari hasil penjualan ladangnya itu untuk dirinya. Ternyata pembohongan ini diketahui oleh Petrus, sehingga ia menegor Ananis (ay. 3-4). Tragisnya, kisah ini berakhir dengan kematian Ananias dan disusul oleh istrinya Safira.

Untuk didiskusikan bersama

  1. Menurut saudara, kenapa Ananias dan Safira mati dengan cara yang mengenaskan?
  2. Belajar dari kisah ini, menurut saudara, apakah resiko dari orang yang tidak jujur?
  3. Menurut saudara apa itu “kejujuran”?
  4. Ceritakan pengalamanmu tentang “kejujuran”?
  5. Bagaimana agar kita bisa menjadi orang yang jujur?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar