Prapaskha
III, 25 Februari 2018
Bacaan alkitab: Kejadian 17:1-7, 15-16; Mazmur
22:23-31; Roma 4:13-25; Markus 8: 31-38
TAAT DAN SETIA
MENDERITA DALAM KRISTUS
Sidang
Jemaat, Saudara-saudari Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Minggu-minggu prapaskah yang sedang
kita jalani saat ini selalu dan akan mengarahkan kita untuk melakukan refleksi
atau perenungan tentang penderitaan sebagai pengikut Kristus dengan tujuan agar
kita dapat hidup benar sesuai dengan yang dikehendaki Tuhan Allah di dalam
Kristus Yesus. Kesengsaraan atau penderitaan menurut kehendak Tuhan Allah
sangatlah berbeda dengan konsep kesengsaraan atau penderitaan menurut manusia. Kesengsaraan
atau penderitaan di mata Tuhan Allah harus dipahami dari sudut pandang iman
atau hidup kerohanian kita. Penderitaan atau kesengsaraan tersebut tidak saja
menyangkut kehidupan jasmani, tetapi juga kehidupan keberimanan kita kepadaNya.
dengan kata lain kesengsaraan dan penderitaan harus dipahami dalam bentuk
totalitas hidup sebagai umat Tuhan yang percaya kepadaNya. Pengalaman hidup
sebagai umat Tuhan, tidak menjadi jaminan bagi kita untuk dengan mudah mencapai
tujuan hidup. Melainkan di sana kita akan berjumpa dan menghadapi berbagai
bentuk pengalaman hidup yang menuntut kita berjuang dan terus berjuang.
Tantangan itu pasti dan selalu ada. Mulai dari dalam diri kita sendiri dan juga
dari luar. Tantangan tersebut harus dihadapi dengan ketaatan dan penyerahan
diri secara total kepada Tuhan Allah sehingga apa yang dijanjikanNya
sungguh-sungguh layak diterima.
Dalam kisah Abraham, perjanjian
kekal datang dari Tuhan kepadanya yang disertai dengan penggantian nama “Abram”
menjadi “Abraham” demikian juga Istrinya dari “Sarai” menjadi “Sara”.
Perjanjian tersebut adalah inisiatif Tuhan Allah semata dan ditawarkan dengan
Cuma-cuma. Abraham akan disebut bapa sejumlah besar bangsa-bangsa, yakni dengan
memberikan keturunan yang banyak baginya. Demikian juga dengan Sarai menjadi
ibu bangsa-bangsa. Tuhan Allah hanya menginginkan supaya Abraham hidup tak
bercela di hadapanNya. Abraham di sepanjang perjalanan dan perjuangan hidupnya
taat walaupun dia harus menghadapi berbagai bentuk pengalaman hidup yang tidak
mudah. Janji Tuhan Allah tersebut ternyata tidak serta merta terwujud dalam
kehidupan Abraham. Abraham berulang-ulang menghadapi kehidupan yang berat demi
mencapai tujuan hidupnya sejak dari pemanggilannya oleh Tuhan Allah. Dalam
semua itu, Abraham taat dan setia. Ia hidup berkenan kepada Tuhan Allah. Ia
menyembah Tuhan Allah disegala bentuk pengalaman hidupnya. Sekalipun tidak ada
dasar untuk berharap, namun Abraham tetap berharap dan percaya bahwa dia akan
menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Diusianya yang telah lanjut, diperjalanan
hidup yang ditempuhnya ke tanah yang dijanjikan Tuhan Allah yang sesungguhnya
tidak diketahuinya, Abraham terus berharap dalam ketaatan dan kesetiaannya
mengikuti Firman Allah.
Sidang
Jemaat, Saudara-saudari Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Ketaatan dan
kesetiaan Abraham mengikuti Tuhan Allah kemanapun ia dibawa dan apapun bentuk
pengalaman hidupnya, menjadi kunci bahwa Abraham dibenarkan Tuhan Allah oleh
imannya yang luar biasa itu. Tuhan Allah tidak pernah meninggalkan atau membiarkan
Abraham dalam segala tantangan di
perjalanan hidupnya. Abraham takut akan Tuhan dan senantiasa merendahkan
hatinya di hadapan Tuhan. Abraham tidak pernah menjalani kehidupannya
berdasarkan pikirannya sendiri, sekali lagi, ia menyerahkan hidupnya secara
total kepada Tuhan Allah. Sehingga apapun dan bagaimanapun bentuk pengalaman
hidup Abraham, semua itu dilaluinya dan pada akhirnya janji Tuhan Allahpun
menjadi bahagiannya. Abraham menjadi orang yang sukses di hadapan Allah karena
ia setia. ukuran kesuksesan atau keberhasilan mengikut Tuhan Allah terletak
pada kesetiaan setiap orang mengkutiNya. Kesetiaan tersebut menjadi pembenaran
bagi setiap orang karena iman kepada Tuhan Allah.
Sidang
Jemaat, Saudara-saudari Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Demikian pula dalam kehidupan kita
sebagai pengikut Kristus, kesetiaan kita mengikut Dia menjadi ukuran
keberhasilan kita oleh iman. Dengan tegas, Tuhan Yesus juga memberitahukan
bahwa mengikut Dia bukanlah serta merta membuat hidup ini menjadi mudah tanpa ada
tantangan yang dihadapi. Tuhan Yesus juga memberitahukan tentang penderitaan
yang harus dihadapi oleh setiap orang yang mengikuti Dia. Penolakan bahkan
penganiayaan serta pembunuhan pun akan menjadi tantangan yang harus dihadapiNya
dan orang-orang yang mengikuti Dia. Jika demikian kehendak Tuhan Allah atas
hidup orang-orang yang percaya kepadaNya, maka tidak ada tempat bagi
orang-orang yang hidup berdasarkan pikiran dan kemauannya sendiri di dalam
persekutuan dengan Tuhan Yesus. Hal itu sangat tegas diucapkan Tuhan Yesus
ketika Petrus menegor Tuhan Yesus. Tuhan Yesus bahkan sampai memarahi Petrus
karena Petrus menginginkan perjalanan hidup ini seperti keinginannya sendiri
dan bukan sesuai dengan keinginan atau kehendak Tuhan Allah. Maka dengan
demikian kita akan mengerti ketika Tuhan Yesus katakan bahwa orang yang
mengikuti Dia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Dia.
Artinya bahwa bahwa sejauh apapun perjalanan hidup ini kita tempuh, sebanyak
apapun yang kita peroleh, itu semua harus kita akui bukan karena kemampuan
kita, tetapi semua karena kasih Allah. Kita dibenarkan dan diselamatkan
semata-mata oleh karena kasih karunia Tuhan Allah. Maka apapun bentuk salib
yang kita pikul, yakni tanggungjawab, tugas dan mungkin saja beban hidup, itu
semua harus kita hadapi dan penuhi dengan penyerahan diri secara total kepada
Tuhan Allah mengikuti kehendakNya.
Sidang
Jemaat, Saudara-saudari Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sebagai umat
Tuhan, kita masih hidup dan melakukan perjalanan ke arah tujuan hidup kita.
Kita masih dan akan berjumpa dan menghadapi berbagai bentuk pengalaman hidup,
termasuk tantangan di dalamnya. Apalagi di zaman yang serba canggih saat ini,
kita diperhadapkan kepada kehidupan yang serba keras, kehidupan yang kompetitif
(perlombaan) serba ketat, kehidupan yang menawarkan berbagai macam kemewahan
yang dapat mengancam iman, kehidupan yang serba sulit karena harga-harga
semakin tinggi, dan kehidupan yang semakin mementingkan diri sendiri, kehidupan
yang semakin dilanda fanatisme agama yang berlebihan, kehidupan social yang
berubah oleh karena media dan teknologi canggih dan banyak lagi bentuk
kehidupan yang dapat menjadi tantangan dan ancaman bagi kita. Pertanyaannya,
apakah kita harus kehilangan pengharapan? Tidak saudara-saudara! Marilah kita
melihat kehidupan Abraham dan kita renungkan itu dikehidupan kini. Abraham
tetap berharap akan janji Tuhan, ia tetap taat dan setia mengikuti kehendak
Tuhan Allah. Oleh iman tersebut, maka yang tidak mungkin bagi manusia, menjadi
mungkin oleh karena kasih Tuhan Allah. Oleh pengharapan yang dimiliki, maka
hidup yang sulit terus dapat dilalui dengan mudah oleh karena Tuhan Allah.
Percayalah saudara-saudari, bahwa ketika Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus
memangil kita, memilih kita untuk mengikuti Dia, maka sesungguhnya Dia tetap
setia menyertai kita. Maka Jika Tuhan dipihak kita, siapakah lagi lawan kita?
Mari, kita senantiasa menyangkal diri, memikul salib masing-masing dan mengikut
Tuhan Yesus, sebab sesungguhnya Dia telah mengikat perjanjian kekal dengan kita
dan dengan keturunan kita, bahwa kita tidak akan pernah kecewa bersama Dia.
Tuhan Yesus Memberkati. Amin.
Prapaskha IV 4 Maret 2018
Bacaan Alkitab. Keluaran
20:1-17; Mazmur 19; 1 Korintus 1:18-25; Yohanes 2:13-22
HIDUP DALAM
PEMBERITAAN SALIB
Sidang
Jemaat, Saudara-saudari Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kita tentu dapat membayangkan,
kira-kira apakah yang terjadi sekiranya di dalam dunia ini tidak ada yang
namanya hukum, tidak ada agama, tidak ada norma, tidak ada etika maupun peraturan-peraturan
serta kebudayaan. Yang pasti kehidupan manusia akan berantakan dan
porak-poranda. Tetapi sebagai ciptaan Tuhan yang istimewa, manusia merupakan
satu-satunya makhluk yang hidup dengan kebudayaan. Menusia diberi kemampuan
berpikir, bertindak dan menata kehidupannya dalam hubungan dengan orang atau
ciptaan lain dan kepada kuasa yang ada di luar dirinya. Semua yang dimiliki
manusia itu adalah anugerah Allah yang bertujuan demi terwujudnya damai
sejahtera di dalam dunia. Manusia kemudian dijadikan sebagai mitra kerjaNya
untuk mengusahakan dunia dan segala yang ada di dalamnya. Tetapi manusia tidak
pernah mampu mewujudkannya. Tuhan Allah tidak pernah berhenti mengasihi
manusia, Dia terus membimbing umat ciptaanNya melalui cara dan di dalam
waktuNya sendiri. Kendatipun manusia seringkali hidup berdasarkan budayanya
sendiri padahal tidak bersesuain dengan kehendak Tuhan Allah, Tuhan Allah tetap
dalam kesetiaanNya. Perjalanan hidup umat Israel menjadi contoh bagi perjalanan
hidup manusia di dunia ini. Allah sendiri yang memilih mereka menjadi umat
kepunyaanNya sendiri. Perjanjian diikatNya atas inisiatifNya sendiri, lalu demi
menjaga perjanjian tersebut, Tuhan Allah memberi hukum kepada umatNya itu
dengan maksud supaya mereka mengerti dan mengenal apa yang Tuhan kehendaki di
dalam perjalanan hidup mereka. Taurat Tuhan bukanlah kuk bagi mereka, bukan
pula untuk mengekang kebebasan mereka. Sebab sesungguhnya, jika manusia tidak
pernah jatuh ke dalam dosa, maka taurat itu tak perlu ada. Tetapi sekarang,
manusia telah dihantui dosa, maka taurat diberikan sebagai penuntun bagi umat Tuhan
untuk mengenal dirinya dalam hubungannya dengan penciptanya.
Sidang
Jemaat, Saudara-saudari Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Taurat,
peraturan Tuhan, Titah Tuhan dalam pandangan pemazmur (Daud) adalah sempurna,
menyegarkan jiwa, meneguhkan, memberikan hikmat, tepat dan menyukakan hati.
Pengakuan ini didasari pemahaman dan pemaknaan iman bahwa sesungguhnya Tuhan
Allah hanya menginginkan umatNya hidup di dalam kebenaran sehingga terhindar
dari kebinasaan. Taurat itu lebih indah dari emas, lebih manis dari madu dan
orang yang berpegang padanya mendapat upah yang besar (Band. Maz 19:8-11).
Kesaksian Daud ini sesungguhnya akan menjawab pertanyaan, mengapa Tuhan Allah
memberikan Taurat kepada umat Israel di dalam perjalanan hidup mereka. Dalam
kenyataaan kemudian, umat Tuhan itu gagal mematuhi Taurat Tuhan, mereka
memahami dan memaknai Taurat Tuhan tersebut berdasarkan keendak dan keinginan
serta kepentingan mereka. Itulah yang terjadi ketika Tuhan Yesus memasuki Bait
Allah di Yerusalem. Tuhan Yesus menyaksikan ketidakadilan, kecurangan,
kenajisan, dan segala bentuk kejahatan terjadi dimana seharusnya Taurat Tuhan
terpelihara dan diberlakukan dengan benar. Penyalahgunaan, penyelewengan arti
dan makna taurat dalam kehidupan umatNya membuat Tuhan Yesus protes keras dan
membersihkan system keberagamaan dalam hidup umatNya. Tetapi saudara-saudari,
tindakan Tuhan Yesus tersebut malah membuat para penentangNya semakin geram dan
semakin kejam. Penderitaan dan kesengsaraan menjadi pengalaman Yesus Kristus.
Wacana merombak bait Allah dan dalam 3 hari Dia mampu bangun kembali dipahami
secara harafiah oleh para penentangNya. Padahal maksud Tuhan Yesus ialah bahwa
Dialah bait Allah itu yang mati dan hari ketiga bangkit dari kematian.
Sesungguhnya, apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus di dalam kehidupan umatNya,
merupakan tindakan Tuhan Allah yang terus setia mengarahkan hidup manusia
kepada kehidupan kekal. Melalui salib, Tuhan Yesus membebaskan umatNya dari kuk
dosa, membebaskan umatNya dari kehidupan yang tidak benar, membebaskan umatNya
dari kungkungan keegoisan dan ketidakadilan. Tetapi kemudian yang terjadi
ialah, ketika Taurat diperlakukan sesuai dengan kehendak dan kepentingan diri
sendiri, salibpun menjadi kebodohan bagi dunia. Manusia senantiasa bersandar
pada kemampuan berpikirnya, akibatnya hukum Tuhan seakan lelucon bagi mereka.
Ketika Tuhan Allah di dalam Yesus menebus manusia dari kuasa dosa melalui jalan
salib, itupun dipahami sebagai kebodohan (1 Kor. 1: 18, dst). Padahal salib adalah bukti kasih Tuhan Allah
kepada umat manusia. Memahami semua perbuatan Tuhan Allah bagi keselamatan
umatNya melalui hikmat manusia semata akan melahirkan penyangkalan akan Kasih
Tuhan Allah. Maka yang terjadi ialah, Tuhan Allah memilih orang yang dianggap
bodoh oleh dunia ini, dianggap lemah oleh dunia ini, dianggap tidak bijak, yang
tidak berpengaruh, tidak terpandang sebagai orang-orang yang akan memalukan
hikmat dunia, untuk memalukan yang kuat di dunia ini, untuk meniadakan apa yang
berarti di dunia ini. Apa yang dilakukan Tuhan Allah tersebut pada akhirnya
dimaksudkan agar tidak ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan
Tuhan Allah tetapi bermegah di dalam Allah.
Sidang
Jemaat, Saudara-saudari Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Tindakan Tuhan Yesus di Bait Allah
merupakan bukti bahwa taurat Tuhan telah diselewengkan dengan sewenang-wenang.
Umat Tuhan menjadi korban oleh mereka yang menganggap diri berhikmat, kuat,
berpengaruh, menggangap diri suci dan tak berdosa di dunia ini. Maka salib
kemudian menjadi hukum yang Tuhan Allah berikan bagi umatNya. Memberitakan
salib berarti memberitakan Kasih Allah (agape), yakni kasih tanpa syarat
apapun, kasih yang tidak menuntut dan tidak menanti. Pemberitaan salib telah
dimulai oleh Tuhan Yesus yakni melalui penderitaan, kesengsaraan dan
kematianNya hanya demi keselamatan umat yang percaya kepadaNya. Melalui salib,
Tuhan Yesus memindahkan kehidupan umat yang percaya kepadaNya dari hukum taurat
ke dalam kasih karunia. Kini kita sekalianpun hidup dibawah kasih karuniaNya dan
bukan lagi di bawah hukum taurat. Melalui salib Tuhan Yesus menyempurnakan
Hukum taurat sehingga kita sebagai umat yang percaya kepadaNya tidak lagi hidup
di bawah bayang-bayang dosa karena hukum taurat. Pemberitaan Salib menjadi
pemberitaan kita dan kepada kita untuk tidak hanya diucapkan tetapi mesti
dilakukan. Memberitakan salib, akan selalu dianggap kebodohan oleh dunia ini,
akan tetapi ingatlah bahwa walaupun kita dianggap bodoh oleh dunia ini, diangap
lemah, dianggap tidak berpengaruh, dianggap tidak berguna, tetapi oleh dan di
dalam hikmat Allah kita akan memalukan orang-orang dunia ini. Memberitakan
salib bukanlah perkara mudah untuk dilakukan, sebab memberitakan salib berarti
memberitakan kesengsaraan, penderitaan dan kematian Tuhan Yesus melalui tindakan
nyata dari kita. Memberitakan salib berarti kita sedia dan siap berkorban demi
kebenaran, sedia dan siap menderita oleh karena kebenaran, sedia dan siap mati
demi kebenaran.
Sidang
Jemaat, Saudara-saudari Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Di minggu sengara yang ke empat saat
ini, melalui bacaan Alkitab ini, kita diteguhkan untuk senantiasa membawa
kematian Yesus Kristus dalam kehidupan kita. Kita diajak untuk berani, untuk
sedia dan setia menjadi saksi Kristus melalui tindakan pemberian diri kita dalam
pengorbanan (waktu, tenaga, pikiran, materi, dan apa yang ada pada kita) demi
kemuliaan Tuhan Allah. Kendatipun kita harus berjumpa dengan penderitaan,
kesengsaraan bahkan kematian karena diperlakukan dunia ini, kita harus percaya
bahwa kita akan bermegah di dalam Tuhan. Maka marilah kita menghindar dari
memegahkan diri di hadapan Tuhan Allah, marilah kita hidup di bawah tanganNya
yang kuat, kita taat pada hukum-hukumNya, hidup memelihara kasih karuniaNya dan
meletakkan hidup kita di bawah salibNya. Tuhan Yesus telah lebih dahulu memberi
teladan hidup kepada kita, maka kita percaya Dia yang akan senantiasa beserta
kita supaya oleh pemberitaan salib Kristus kita dapat bermegah di dalam Dia.
Percayalah saudara-saudari, dengan salib kita pasti dapat mengalahkan segala
bentuk ketidakbenaran dalam diri kita dan juga di dalam dunia ini. Kebenaran
Allah tidak akan pernah terkalahkan kebenaran dunia ini. Penderitaan dan
kesengsaraan yang kita telah, sedang dan akan alami oleh karena pemberitaan
salib akan menghantar kita kepada kehidupan yang penuh damai sejahtera Allah.
Tuhan Yesus Kristus memberkati kita.
Prapaskha
V 11 Maret 2018
Bacaan Alkitab: Bilangan 21:4-9; Mazmur
107:1-3, 17-22; Efesus 2:1-10; Yohanes 3:14-21
Sidang
Jemaat, Saudara-saudari Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Setiap perjalanan kehidupan tentulah diwarnai dengan
berbagai bentuk pengalaman. Dalam arti bahwa tidak ada perjalanan hidup yang
hanya mengalami satu hal. Pengalaman menyenangkan, menyedihkan atau suka dan
duka, derita, kesengsaraan, dan juga sebaliknya selalu akan menjadi pengalaman
yang menyertai hidup setiap orang. Semua kita sepakat akan hal ini. Tetapi
kemudian muncul pertanyaan,”kalau setiap orang telah mengetahui bahwa setiap
perjalanan hidup akan diwarnai pengalaman yang demikian, mengapa masih saja
orang mengeluh, bersungut-sungut atau bahkan melakukan protes kepada Tuhan?.
Hidup yang demikian digambarkan dalam kehidupan umat Israel dalam perjalanan di
padang gurun menuju Tanah Perjanjian. Di Padang gurun ini, umat Israel
berulangkali menunjukkan kehidupan yang membuat Tuhan Allah kecewa dan
sampai-sampai murka. Mereka sering bersungut-sungut dan protes kepada Allah dan
Musa ketika apa yang mereka inginkan tidak dapat mereka rasakan dan nikmati.
Tetapi ketika mereka memperolehnya, mereka seringkali lupa diri dan lupa Tuhan
dengan bersikap tamak, rakus dan perasaan tak pernah puas. Mereka sejak awal
telah mengetahui bahwa mereka sedang dituntun oleh Tuhan Allah ke negeri
kebebasan, ke negeri yang penuh berkat, keluar dari tanah perbudakan. Tetapi
sepertinya umat Israel tidak mau menerima kenyataan hidup di tengah perjalanan
tersebut. Mereka selalu membandingkan kehidupan di tanah perbudakan dengan
kehidupan di padang gurun, bukan membandingkannya dengan kehidupan di masa
depan mereka yang jauh menyenangkan. Demikian pula dalam perjalanan mereka
ketika mengelilingi tanah Edom, mereka tak dapat menahan hati mereka, sehingga
melawan Allah dan Musa. Mereka muak dengan manna pemberian Tuhan, mereka ingin
makan roti dan minum air. Sikap mereka bukan lagi hanya bersungut-sungut,
tetapi kali ini mereka melawan Allah dan Musa pemimpin mereka. Tindakan ini
sangat membuat Tuhan Allah marah, sehingga mereka dipagut ulat dan tidak
sedikit di antara mereka yang mati. Tetapi Pengasihan Allah lebih besar dari
amarahNya, maka ketika umat itu menyesali perbuatan mereka, kepada merekapun
diberi pengampunan melalui dibuatnya ular tembaga (Bil. 21:4-9).
Sidang Jemaat,
Saudara-saudari Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Penderitaan,
siksaan yang dialami umat Israel melalui pagutan ular yang menyakitkan ini
adalah akibat perbuatan mereka yang jahat. Ini bukan karena Tuhan yang
membuatnya. Pemazmur menyaksikannya (Mzm. 107:17-18). Penderitaan akibat
perbuatan sendiri, bukanlah penderitaan yang dikehendaki oleh Tuhan Allah.
Itulah sebabnya, Tuhan Allah mengaruniakan anakNya Tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:
16). Jika Musa meninggikan ular di padang gurun dengan membuatnya dalam bentuk
ular tembaga dan didirikan berbentuk tiang supaya siapa yang kena pagut ular
diselamatkan ketika menghadap ular tembaga itu, maka kemudian Tuhan Allah
mengutus anakNya Yesus Kristus ke dalam dunia supaya barangsiapa yang percaya
kepadaNya terbebas dari kebinasaan. Yesus Kristus datang sebagai terang, supaya
barangsiapa yang hidup di dalam Terang tersebut tidak dihukum. Namun sekali
lagi, manusia ternyata lebih menyukai kegelapan daripada terang, karena
perbuatan-perbuatan jahatnya terselubungi. Padahal kehidupan seperti ini akan
membawa manusia kepada kehidupan yang penuh sengsara dan penderitaan bahkan
kebinasaan. Mengikuti jalan dunia ini, mengikuti keinginan hati sendiri,
ditakhlukkan kenikmatan duniawi sesungguhnya akan berujung pada hidup yang
penuh derita dan kebinasaan.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudari Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kita harus jujur di hadapan Tuhan Allah, bahwa dalam
mengarungi kehidupan di dunia ini, dalam kehidupan sehari-hari, dalam usaha,
pekerjaan dan aktivitas hidup ini, tidak jarang kita terjebak pada pemenuhan
tuntutan keinginan diri. Sehingga tidak jarang pula kita merasa tidak puas akan
apa yang telah kita peroleh. Kita sering tidak pernah sampai pada rasa cukup
dan puas yang terwujud dalam syukur kita kepada Tuhan Allah. Malah kita
seringkali merasa sengsara, menderita akibat ketidakpuasan kita atas apa yang
kita terima dari Tuhan Allah. Kita seringkali membandingkan kesengsaraan,
derita yang kita alami saat ini dengan kehidupan kita sebelumnya, padahal kita
tidak menyadari bahwa kita sedang dituntun Tuhan Allah ke arah hidup yang penuh
damai sejahtera. Kita seharusnya membandingkan kehidupan sekarang ini dengan
kehidupan kita di masa yang akan datang yang Tuhan janjikan dan sediakan bagi
kita supaya kita tidak terjebak pada tindakan melawan Allah. Walaupun hidup
yang kita jalani saat ini, seakan berat dan penuh rintangan, yang disebabkan
tuntutan hidup yang semakin kompleks, oleh karena kehidupan anak-anak kita,
oleh karena hubungan suami isteri, hubungan dengan sahabat yang berubah dan
mungkin saja terganggu, kita harus tetap konsisten bahwa semua pengalaman hidup
seperti ini pasti akan dapat dilalui jika kita senantiasa berada di dalam
Kristus Yesus.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudari Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pada Minggu sengsara yang ke-5 saat ini,
Firman Tuhan mengingatkan kita sekalian, bahwa hidup, bagaimanapun bentuknya
yang Tuhan tetapkan untuk kita jalani, harus dijalani dengan penuh syukur.
Hilangkan sungut-sungut kepada Tuhan, apalagi perbuatan melawan Allah,
bagaimanapun pahitnya perjalanan hidup yang kita jalani. Seharusnya yang kita
lakukan ialah, meminta apa yang kita butuhkan, mencari apa yang kita perlukan
dan mengetuk pintu Tuhan supaya kita memperoleh, menemukan dan mengalami kasih
Tuhan (Mat. 7:7-8). Selanjutnya saudara-saudari, Firman Tuhan juga mengingatkan
kita supaya kita jangan sekali-kali membuat hidup kita sengsara dan menderita
apalagi binasa oleh karena perbuatan kita sendiri. Kesengsaraan dan penderitaan
yang demikian tidaklah kehendak Tuhan Allah. Di Minggu sengsara saat inipun,
kita hibur dan diberkati, bahwa kasih Allah itu sungguh amat besar, melalui
Yesus Kristus, kita diberi pengampuan dan keselamatan. Kita dibebaskan dari
kungkungan dosa yang menyesakkan hidup kita. Dia tetap menawarkan Kasih
karuniaNya melalui Yesus Kristus dengan cuma-cuma kepada kita, karena itu kita
mesti meresponnya dengan pemberian diri kita kepada Dia secara total. Kita
diselamatkan dari keberdosaan kita, karena Tuhan Allah sungguh mengasihi kita.
Yesus Kristus menyatakan Kasih Allah itu melalui kesengsaraan, penderitaan
bahkan sampai mati di Kayu salib. Sesungguhnya dahulu kita telah mati oleh
karena dosa kita, tetapi Kasih Allah melebihi murkaNya, maka melalui Yesus
Kristus kita ditebus. Keselamatan itu bukanlah usaha atau upaya kita, maka
jangan seorangpun yang memegahkan diri, semua hanya karena kasih karunia Allah
di dalam Yesus Kristus.
Sidang Jemaat, Saudara-saudari Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Sejak semula, ketika kita diciptakan Tuhan Allah, Dia
sesungguhnya menghendaki kita melakukan pekerjaan baik yang memuliakan namaNya.
Dia juga merancangkan kita untuk hidup dalam damai sejahteraNya. Dia mau supaya
kita senantiasa hidup di dalamnya (Ef.2:10-11). Maka kalaupun kita merasakan
penderitaan karena tidak hidup sesuai dengan keinginan dunia ini, kita harus
berusaha keras dan harus berpeluh memperjuangkan hidup dan iman kita di dunia
ini, kita harus mengalami berbagai bentuk pengalaman hidup yang tidak sesuai
dengan keinginan kita, percayalah, bahwa Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus
Tuhan, kita akan menikmati kehidupan yang penuh damai sejahtera. Mari kita
jalani hidup ini dengan senantiasa hidup di dalam terang Kristus Yesus, supaya
kita terbebas dari hukumanNya. Dalam situasi dan kondisi hidup yang
bagaimanapun marilah menjadi orang yang selalu mengucap syukur kepada Tuhan
Allah, sebab Ia baik, bahwasannya untuk selama-lamanya kasih setiaNya (Mzm
107:1). Terpujilah Kristus Yesus. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar