Kamis, 26 November 2015

bendrio sibarani: khotbah rumah tangga







Saudara-saudara,
keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Jemaat Korintus merupakan jemaat
Kristen perdana yang sangat menarik perhatian. Surat Paulus ke jemaat ini
sungguh berbeda dengan surat ke jemaat-jemaat kristen lainnya. dikatakan
berbeda, karena ke jemaat inilah isi surat Paulus sangat panjang dan banyak hal
dalam kehidupan jemaat yang disinggung oleh Rasul Paulus. Ada yang khas dengan
jemaat ini, sebagai jemaat yang berada di pusat kota metropolitan dan tinggal bersama
dengan masyarakat yang majemuk, baik dari segi agama, budaya, ideologi, seni
ekonomi, dll, jemaat ini sepertinya merupakan jemaat yang hidup dalam
penonjolan diri terutama dalam hal kemampuan dan karunia-karunia iman. Sehingga
persoalan ini meminta perhatian yang serius dari Rasul Paulus. Perikop bacaan
Alkitab kita saat ini menjadi salah satu bentuk perhatian Paulus untuk
mengarahkan persekutuan jemaat di Korintus sehingga terhindar dari perpecahan
dalam jemaat. Paulus menganalogikan Persekutuan jemaat sebagai Tubuh yang
terdiri dari banyak anggota tubuh. Teologi Ekklesiologi (Jemaat) Paulus ini
tidak sulit untuk dipahami karena sangat melekat dengan kehidupan manusia
sendiri. Seperti tubuh yang memiliki banyak anggota dan masing-masing mempunyai
tugas dan peran yang mana satu dengan yang lain saling berhubungan atau tidak
dapat dipisahkan.
Saudara-saudara,
keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kepelbagaian sudahlah merupakan
kodrat hidup kita sebagai mahkluk ciptaan Tuhan. Demikian pula halnya dalam
kehidupan kita sebagai persekutuan orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
Kristus. Kepelbagaian tersebut ada di setiap lini kehidupan kita, mulai dari
persekutuan Rumah tangga kita, Persekutuan Jemaat maupun sebagai bagian dari
masyarakat. Tak dapat kita pungkiri bahwa akibat kepelbagaian yang ada, tidak
sedikit konflik yang terjadi mulai dari dalam keluarga maupun dalam
persekutuan. Konflik tersebut juga harus diakui lahir akibat adanya sikap hidup
dalam persekutuan yang menonjolkan diri sendiri, menganggap diri lebih berguna
dan orang lain tidak diperhitungkan, atau dengan kata lain sikap ekslusif
seperti ini telah melahirkan terjadinya perpecahan dalam persekutuan. Bukan
hanya di Jemaat Korintus, tetapi di zaman kita sekarang inipun fenomena ini
terus tumbuh subur. Tak lain dan tak bukan perpecahan tubuh Kristus tersebut
terjadi karena adanya sikap yang meninggikan ego atau diri sendiri.
Pertanyaannya adalah kenapa hal ini selalu dan selalu menerpa persekutuan hidup
orang percaya yang adalah Tubuh Kristus? Jawabannya sebenarnya simpel saja,
yakni karena tidak menempatkan Kristus sebagai Kepala Tubuh. Walaupun
kepelbagaian sudah kodrat kita sebagai ciptaan Tuhan, akan tetapi sesungguhnya
perbedaan tersebut indah di mata Tuhan. Maka perjuangan kita bukanlah
menghilangkan perbedaan yang ada, tetapi sebaliknya harus memeliharanya dan
menjadikannya penyempurna dalam hidup kita.     
Saudara-saudara,
keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Sebagaimana dalam Persekutuan
Jemaat, demikian pula halnya dalam persekutuan Rumah tangga Kristen. Setiap
anggota mempunyai tugas dan tanggungjawab masing-masing sesuai dengan karunia
yang diperoleh dari Tuhan Allah. Maka dari sini jelas bahwa semua anggota
memiliki peran dan fungsi masing-masing. Jika hanya satu anggota tubuh yang
bekerja, maka sesungguhnya tidak akan pernah terlaksana dan tercapai apa yang
menjadi tujuan persekutuan. Siapapun dalam rumah tangga, tidak ada yang tidak
berguna atau berfungsi. Rumah tangga bisa menjadi tidak lengkap ketika
meniadakan salah satu anggotanya. Maka tujuan hidup Rumah tanggapun tentu akan
terhambat jika tidak semua anggota keluarga dilibatkan di dalamnya. Maka
melalui surat Rasul Paulus ini, sebagai persekutuan orang percaya kita perlu
memberi perhatian yang serius dan benar tentang kepelbagaian. Sehingga walaupun
ada perbedaan yang terus mewarnai perjalanan kehidupan kita, akan tetapi
perbedaan tersebut malah semakin mempererat dan mempersolid hubungan kita seorang
dengan yang lain. Saling memberi hormat pada masing-masing anggota dalam
persekutuan menjadi kewajiban yang harus dipelihara dan digalakkan oleh kita.
Persekutuan yang menghargai kepelbagaian dan menjadikan kepelbagaian sebagai
kekuatan dan peluang adalah persekutuan yang kuat dan kokoh. Demikian pula
halnya dalam persekutuan kita di dalam Rumah tangga, di persekutuan jemaat,
setiap anggota pertama-tama harus menyadari bahwa Kepala Tubuh persekutuan itu
ialah Yesus Kristus, maka segala sesuatu yang dipikirkan, dirasakan dan
dilakukan harus sesuai dengan kehendak Sang Kepala Tubuh. Maka percayalah
persekutuan apapun dalam hidup orang percaya, baik persekutuan Rumah tangga,
Jemaat yang selalu taat pada Sang Kepalanya, yakni Yesus Kristus, maka
persekutuan tersebut niscaya berdiri kokoh dan kuat. Jadikan Yesus Kristus
selalu sebagai kepala dalam persekutuanmu, hormatilah sesama anggota dalam
persekutuanmu, maka Tuhan Yesus yang akan memimpin arah perjalanan hidupmu
kepada Damai sejahtera-Nya. Amin














Bacaan
Alkitab: Luk. 4: 21-30


Saudara-saudara, Keluarga Yang Diaksihi
Tuhan Yesus Kristus,
            Pelayanan Yesus di Nazaret, yakni di
kampung halaman-Nya ternyata melahirkan pro dan kontra bagi orang-orang di
sana. Di kampung halaman-Nya ini pula, Yesus sesuai kesaksian Injil, tidak
melakukan mujizat seperti halnya di tempat-tempat lainnya. Malah ketika Yesus
membacakan kitab  Yesaya (6) dan
menyatakan bahwa ketika nas itu dibacakan maka genaplah nubuat tersebut. Pernyataan
Yesus ini sontak mengundang protes dari jemaah yang hadir di Rumah ibadah  pada saat itu. Semula mereka terkesima
sewaktu Yesus membacakannya, akan tetapi ketika nas tersebut dinyatakan Yesus
tergenapi, di saat itulah protes datang kepada-Nya. Mereka mempertanyakan
otoritas Yesus, dengan melihat status keluarga Yesus, yakni anak dari Yusuf si
tukang kayu. Merespon penolakan tersebut, Yesus mengkritik kehidupan
keberagamaan mereka dengan mengutip peristiwa di masa silam tentang bagaimana
Tuhan Allah memakai orang-orang lain dalam rangka karya keselamatan
daripada-Nya, seperti misalnya tindakan Allah yang memakai seorang janda miskin
di Sarfat dalam pengutusan nabi Elia, demikian pula halnya pada peristiwa yang
dialami Naaman yang disembuhkan dari penyakit kusta di masa pelayanan nabi
Elisa. Orang-orang ini adalah orang asing yang bukan tergolong dalam komunitas
umat Allah. Persoalan kemudian, adalah bahwa mereka semakin geram dan marah
kepada Yesus, bahkan menghalau Yesus ke luar kota untuk di lemparkan dari
tebing.
Saudara-saudara, Keluarga Yang Diaksihi
Tuhan Yesus Kristus,
            Dalam hidup ini, pengetahuan dan
pengenalan kita akan latar belakang seseorang sering menjadi faktor yang
menentukan sikap dan penghormatan kita kepada orang tersebut. Tak jarang, jika
seseorang semakin mengenal latar belakang hidup orang lain, maka bisa saja
sikapnya menjadi biasa dan seakan tak ada sesuatu yang lebih yang diberikan
kepada orang tersebut, penghormatan misalnya, kepercayaan, rasa segan dan lain
sebagainya. Bahkan tak jarang ada pula yang akhirnya merasa bahwa seseorang
tersebut tak perlu disegani, dihormati atau sikap yang lainnya. Yesus mengalami
hal yang demikian. Orang-orang Yahudi di kampung halaman-Nya di Nazareth
melihat Yesus berdasarkan pengenalan mereka atas latar belakang keluarga Yesus
yang sederhana, yang biasa-biasa saja, bahkan bukan tergolong keluarga kaya dan
berkedudukan penting dalam masyarakat. Hal tersebut membuat hati mereka
tertutup untuk menerima kuasa kasih Allah di dalam Yesus Kristus. Bahkan Yesus
tidak mendapat tempat dalam hidup mereka sebagai Juruselamat, sebaliknya mereka
malah mengusir Yesus dan berusaha membunuh Dia. Bagaimana dengan kita?
Saudara-saudara, Keluarga Yang Diaksihi
Tuhan Yesus Kristus,
            Harus diakui bahwa dalam kehidupan
sebagai anggota persekutuan, baik sebagai jemaat maupun dalam keluarga, sadar
maupun tidak sadar, penerimaan kita akan Firman Tuhan sering dipengaruhi
pengenalan kita akan yang memberitakannya, apakah tingkat pendidikannya,
tingkat ekonomi, kelas sosialnya dalam masyarakat, dan lain-lain. Sehingga
Firman Tuhan akhirnya menjadi tidak sempurna kita terima dan renungkan. Apakah
yang memberitakannya seorang Pendeta, Penatua, Diaken atau pengurus di
Kategorial, yang jelas respon kita dalam menerima Firman Tuhan seringkali
dipengaruhi sikap kita kepada yang memberitakannya. Padahal harus jujur diakui
bahwa pemberitaan mereka sesungguhnya adalah berita sukacita dan keselamatan.
Maka berangkat dari kisah Yesus yang ditolak di kampung halamanNya, maka kita
sebenarnya harus sadar bahwa kita sedang dikritik dalam hal sikap kita menerima
dan merespon Berita sukacita, keselamatan Allah dalam kehidupan kita sebagai
umat yang percaya kepada-Nya. Kita harus menghindari pola dan sikap warga
sekampung Yesus dalam bacaan kita saat ini, supaya dalam penerimaan setiap
Firman Tuhan, kita benar-benar menjadi orang yang menyembut Allah melalui
Firman-Nya yang diberitakan kepada kita. Ingatlah bahwa Tuhan Yesus selalu
menjumpai kita di saat Firman-Nya diberitakan kepada kita. Kita menyambut-Nya
tatkala Firman tersebut benar-benar kita aminkan dalam hidup ini melalui sikap
dan perbuatan kita. Maka rasakan dan nikmatilah damai sejahtera-Nya, sebab
Firman-Nya akan menerangi hidup saudara. Terpujilah Kristus. Amin 
Bacaan
Alkitab Yohanes 20: 19- 31
Kehadiran
Yesus Adalah Damai Sejahtera
Saudara-saudara,
keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
            Berdasarkan
kesaksian Yohanes, penampakan diri Tuhan Yesus dalam bacaan kita saat ini adalah
peristiwa kedua setelah Dia menampakkan diri kepada Maria Magdalena di kubur
pada saat peristiwa kebangkitan-Nya. Peristiwa penampakan diri Tuhan Yesus ini
terjadi dalam situasi di mana murid-murid Tuhan Yesus sedang diliputi ketakutan
kepada orang-orang Yahudi yang berusaha melenyapkan mereka. Akibatnya mereka
harus bersembunyi dirumah yang pintu yang terkunci. Kita dapat bayangkan
bagaimana mereka dihantui rasa takut dan tentu merasa kalut sebab mereka kini
telah seorang diri tanpa Sang Guru mereka. Belum lagi ketika mereka menerima
berita yang tidak masuk akal dan menggentarkan dari Maria Magdalena, yakni
Tuhan Yesus telah bangkit. Tetapi sungguh mengagumkan, bahwa murid-murid
tersebut tetap bersama dan berkumpul dalam iman serta dalam pengharapan. Di
saat mereka dihantui ketakutan kepada orang-orang Yahudi, diliputi kecemasan
dan ketidaktentuan, dan dalam rasa was-was, Tuhan Yesus tiba-tiba hadir di
tengah perkumpulan mereka dan memberi Damai sejahtera bagi mereka. Serta merta
hidup mereka berubah, yang tadinya dilanda ketakutan, kecemasan,
ketidakpastian, kini berubah menjadi sukacita karena Yesus Kristus datang di
sana dan memberkati mereka.
Saudara-saudara,
keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
             Minggu-minggu paskah yang kita rayakan sebagai
murid-murid Tuhan Yesus menjadi moment penting dan berharga bagi kita. di
minggu-minggu ini kepada kita diingatkan kembali bagaimana Tuhan Yesus yang
bangkit telah memberi kita jaminan keselamatan kepada kita. Maka itu berarti
bahwa Tuhan Yesus yang bangkit dari kematian menjadi dasar iman kita dalam
menjalani kehidupan di dunia ini. Kita tahu dan kita sadar, bahwa selama di
dunia ini, hidup kita sering dibayang-bayangi ketakutan, kecemasan dan
ketidakpastian hidup. Di dalam rumah tangga pun demikian halnya. Tidak sedikit
rumah tangga kristen yang hidupnya terhimpit, tertekan, akibatnya dihantui
ketakutan, kecemasan dan ketidak pastian hidup. Bahkan akibat semua peristiwa
hidup yang demikian, tidak sedikit yang menutup pintu hidup dengan rapat-rapat,
dengan harapan apa yang ditakuti tak kan terjadi. Maka berita sukacita bagi
kita, bagi keluarga kekasih kita di rumah ini adalah bahwa dikala kita dihantui
ketakutan, kecemasan, ketidakpastian hidup akibat berbagai bentuk persoalan
yang kita alami, yang kita hadapi, ingatlah bahwa Yesus Kristus yang bangkit
selalu dan senantiasa menjumpai kita yang percaya kepada-Nya, yang tidak
meninggalkan Dia, Tuhan Yesus sangat mengasihi kita, kebangkitan-Nya dari
kematian sesungguhnya adalah jaminan bagi kita untuk mengalami Damai
sejahteraNya. Karena itu saudara-saudara, keluarga, percayalah bahwa Tuhan
Yesus selalu berdiri di depan pintu, maka ketika Dia mengetuk pintu dan barang
siapa yang membukakannya bagiNya, maka Tuhan Yesus akan masuk di dalam
hidupnya.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pengalaman hidup seperti, disaksikan
Yohanes kepada kita, bahwa murid-murid Tuhan Yesus yang terkungkung dalam
ketakutan, kecemasan dan ketidakpastian, dijumpai oleh Tuhan Yesus, dan mereka
diberikan Damai sejahtera sehingga hidup mereka berubah menjadi hidup yang
penuh sukacita. Ada tugas kita sebagai respon atas damai sejahteraNya tersebut,
yakni bahwa kita diutus ke dalam dunia ini untuk bersaksi tentang KasihNya yang
besar. Roh Kudus yang dianugerahkanNya menjadi kekuatan utama bagi kita untuk
menjalani hidup dan menjadi saksiNya. Maka marilah, kita buka hidup kita, kita
terima Dia yang selalu mengetuk pintu hati kita, sebab kehadiranNya adalah
Damai sejahtera. Setiap orang, setiap keluarga yang percaya kepada Tuhan Yesus
Kristus, niscaya akan dijumpai Tuhan tatkala mereka tetap setia, percaya dan
membuka pintu hati, pintu hidup bagi-Nya, maka segala ketakutan, kecemasan dan
ketidakpastian akan berganti dengan sukacita atas damai sejahtera Allah di dalam
Yesus Kristu. Amin 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar