Rabu, 04 November 2015

khotbah pemuda masa sengsara

KHOTBAH UNTUK PEMUDA DI MASA SENGSARA
Bacaan Alkitab: Mazmur 83
Menjalani Hidup Melalui Pengalaman Dengan Allah
Saudara-saudara, Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
           
Asaf, oleh banyak penafsir disebut-sebut adalah keturunan Gersom, putra
Lewi yang kemudian ditunjuk oleh kepala orang Lewi sebagai penyanyi
utama dengan menggunakan ceracap ketika Tabut Allah dibawa ke Yerusalem
(band. 1 Taw 16:4-5). Asaf sendiri terkenal sebagai pelihat dan diakui
sebagai penulis Mazmur-mazmur yang digunakan ketika Hizkia memulihkan
ibadat di Bait Allah (2 Taw. 29:30). Bani Asaf kemudian tetap menjadi
pemusik yang senior hingga orang Yahudi kemudian kembali dari
pembuangan. Asaf adalah juga seorang yang dengan penuh seksama
memperhatikan keadaan bangsanya sebagai bangsa yang dipilih Allah sedang
dirundung duka akibat tekanan hebat yang dihadapi dari bangsa-bangsa
lain di sekitarnya. Asaf menyaksikan bagaimana bangsanya yakni umat
Allah seakan menjadi bulan-bulanan dari bangsa-bangsa lain yang
bersekongkol untuk menindas mereka. Bangsa-bangsa tersebut adalah bangsa
yang tidak mengenal Allah. Bagi Asaf, penindasan terhadap umat Allah
tidak lain adalah merupakan pelecehan terhadap otoritas atau kekuasaan
Allah yang memilih mereka sebagai umat pilihan. Ia melihat bahwa upaya
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah tersebut adalah upaya untuk
melenyapkan umat Israel sebagai satu bangsa, supaya dengan demikian
bangsa Israel tidak diingat lagi, maka Allah merekapun tidak akan
diingat juga. Semua bangsa-bangsa yang disebut oleh Asaf yakni; Edom dan
orang Ismael, Moab dan orang Hagar, Gebal dan Amon dan Amalek,
Filistea, Tirus, Asyur, bani Lot merepresentasikan bangsa-bangsa yang
tidak mengenal Allah dan bahkan adalah bangsa-bangsa yang menentang
Allah. Asaf melihat semuanya ini sebagai bentuk ancaman dan tekanan yang
membuat umat Israel menderita dan berada diambang kebinasaan sebagai
sebuah bangsa yang istimewah di hadapan Allah. Asaf tahu dan sadar,
bahwa jika hanya mengandalkan kekuatan dan kemampuan bangsanya, mereka
tidak mungkin mampu terlepas dari ancaman ini. Maka melalui mazmur ini,
Asaf menyampaikan semua derita dan ancaman ini kepada Allah sambil
memohon kepada Allah agar Allah-lah yang bertindak bagi mereka sebagai
pembebas dan penyelemat.

Saudara-saudara, Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
           
Atas kesadaran sebagai umat Tuhan, Asaf mengerti siapa dirinya dan
siapa bangsanya dan seperti apa kemampuan dan kekuatan mereka. Maka
terucaplah doa permohonannya melalui Mazmur ini kepada Allah agar Allah
berkenan melepaskan mereka dari semua musuh-musuh mereka. Asaf memohon
kepada Allah supaya Allah bertindak seperti yang telah pernah
dilakukan-Nya sebelumnya terhadap musuh-musuh mereka, seperti Midian,
seperti Sisera, seperti Yabin dekat sungai Kison, dan pemimpin mereka
seperti Oreb dan Zeeb, seperti Zebah dan Salmuna semua pemimpin mereka.
Dari pernyataan ini, jelas bahwa Asaf sungguh mengingat dan percaya
kemahakuasaan Allah mereka. Perbuatan Allah atas bangsa Midian, bangsa
yang menindas umat Israel adalah pebuatan yang luar biasa. Dengan kuasa
Allah bangsa itu, di bawah pimpinan Gideon yang hanya membawa pasukan
300 orang mampu menaklukkan bangsa Midian yang jumlahnya puluhan ribu
orang, bukan hanya itu, melainkan mereka juga berhasil menangkap dan
membunuh raja-rajanya yakni Oreb, Zeeb, Zebah dan Salmuna. Demikian juga
dengan peristiwa yang dilakukan Allah untuk menyelamatkan umat Israel
dari tangan penindas Sisera, yakni Panglima tentara yang menentang
Israel (Hak 4; 5). Pertempuran yang menentukan terjadi di Taanakh; badai
hujan angin mendadak dan banjir menjadi penyelamat Israel dan tentara
Sisera dipukul mundur. Sisera sendiri mencari perlindungan di tenda
Yael, perempuan Keni, yang berpura-pura menerimanya dengan baik, tetapi
ketika Sisera tertidur, Yael membunuhnya (Hak 4:17-22; 5:27). Atas kuasa
Tuhan, panglima tentara sekaliber Sisera harus tewas di tangan seorang
perempuan. Sesuatu yang tidak masuk akal, tapi inilah kuasa Tuhan Allah.
Asaf juga mengingat Yabin yang mengirim 900 kereta berkuda dan Sisera
sebagai panglima tentaranya melawan Israel hanya untuk mengalami
kekalahan total (Hak 4:13-16). Semua perbuatan Tuhan Allah terekam jelas
dalam hidup sang pemazmur, yakni Asaf. Tujuan dari semua permohonannya
ini adalah agar semua bangsa bertelut di hadapan Tuhan Allah yang Maha
tinggi di seluruh bumi.

Saudara-saudara, Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
           
Jika demikian halnya dengan Asaf, bagaimana dengan kita sekalian?
Apakah kita sadar bahwa dalam perjalanan hidup yang kita jalani ini,
Allah telah berulangkali melakukan perbuatan besar-Nya demi kelangsungan
hidup dan keselamatan kita? Masihkah ada alasan bagi kita untuk
meragukan kuasa dan pertolongan Tuhan? Di Minggu-minggu  sengsara ini
kita diajak merenungkan kembali perjalanan hidup kita yang diwarnai suka
duka kehidupan, sambil mengingat karya kasih Tuhan yang seantiasa
menyertai kita. Maka melalui Mazmur Asaf ini, sebagai pemuda-pemudi
Kristen kita dikuatkan dan kembali diajar agar apapun bentuk tantangan
dan cobaan hidup untuk terus mengingat kesetiaan Tuhan, yakni bahwa Dia
sendiri dengan cara dan waktu-Nya akan bertindak bagi kita demi
keselamatan dan masa depan kita. Marilah di minggu-minggu sengsara ini,
kita mengarahkan hidup kepada Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang
telah mengorbankan diri-Nya bagi kita, bukan hanya dari ancaman
penindasan dari pihak lain, bukan hanya kekuatiran hidup dan bahaya
pergaulan dan sesaknya hidup meraih impian dan masa depan, melainkan
dari kuasa maut sekalipun kita telah diselamatkan-Nya. Maka dunia
akhirnya mengetahui bahwa Allah di dalam Yesus Kristus adalah Allah yang
penuh kesetiaan dan belas kasihan, Dia menderita, Dia mati dan Bangkit
pula agar kita beroleh hidup kekal di dalam nama-Nya. Jangan sia-siakan
perbuatan akbar Tuhan Yesus dalam hidup ini. Tetaplah setia beriman
kepada-Nya, sebab pada dasarnya di tangan-Nyalah masa depan kita, yaitu
masa depan yang penuh pengharapan dan bahagia. Percayalah, Tuhan Allah
selalu dan senantiasa merancang yang terbaik bagi kita. Hadapilah hidup
ini dengan segala kemampuan yang diberikan-Nya, di luar itu Tuhan
sendiri yang bertindak bagi kita. Amin












Bacaan Alkitab: Yohanes 2: 13-22
PEMUDA SEBAGAI BAIT ALLAH
Saudara-saudara, sahabat Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
           
Kemarahan Tuhan Yesus di Bait Allah menurut bacaan kita saat ini
merupakan sikap yang mengagetkan banyak orang, bahkan dapat dikatakan
bahwa di sinilah bentuk kemarahan Tuhan Yesus yang paling radikal atau
sangat keras. Sehingga kemudian sadarlah kita bahwa Tuhan Yesus juga
tahu dan bisa marah. Namun kita harus dengan benar memahami kenapa Tuhan
Yesus begitu marah, kenapa tidak dengan cara lembut sehingga tidak
terjadi kegaduhan di lingkungan Bait Allah tersebut?  Sebelumnya Tuhan
Yesus telah mengamati apa sebenarnya yang terjadi di Bait Allah
tersebut. Tuhan Yesus telah memperhatikan dengan seksama bagaimana para
petugas di Bait Allah termasuk kaum Imam terlibat pada kejahatan dengan
cara bersekongkol dengan para kaum pengusaha atau pedagang yang ada di
sana. Tuhan Yesus melihat bahwa ketidakadilan telah terjadi dalam sistem
peribadatan sehingga mengorbankan kaum miskin dan lemah. Para pedagang
dan kaum Imam telah meraup keuntungan dengan cara memperkosa hak-hak
umat ketika mereka beribadah. Tuhan Yesus begitu prihatin melihat hal
ini. Tuhan Yesus marah, memprotes semua ini dengan tindakan-Nya yang
keras. Mari kita simak sebenarnya apa yang terjadi di Bait Allah
tersebut;
Yang pertama bahwa pada perayaan Paskah Yahudi, semua
orang-orang Yahudi yang tersebar di berbagai negara akan pulang ke
Yerusalem untuk merayakannya sekaligus memenuhi kewajiban agama mereka
dengan membawa persembahan korban. Mereka biasanya membawa mata uang
dari asal mereka kemudian menukarnya ketika mereka tiba di Yerusalem
demi keperluan mereka termasuk dalam memberi persembahan. Situasi ini
dimanfaatkan penukar uang dengan mengambil keuntungan yang sangat besar.
Demikian juga dengan persembahan korban bakaran. Ketika umat membawa
hewan atau membeli hewan dari luar lingkungan Bait Allah, para petugas
Bait Allah sering berlaku curang dengan mengatakan bahwa hewan-hewan
tersebut bercacat sehingga tidak memenuhi syarat untuk dipersembahkan.
Akibatnya mereka dipaksa untuk membeli hewan-hewan korban dari para
pedagang yang ada di Lingkungan Bait Allah, tentu dengan harga yang
berlipat-lipat. Para pedagang ini telah bersekongkol dengan pejabat Bait
Allah, paling tidak petugas Bait Allah tersebut juga memperoleh
keuntungan dari sistem ini. Maka yang terjadi adalah tidak sedikit umat
yang datang beribadah harus menghabiskan banyak biaya dan dirugikan
karena sistem ini. Tuhan Yesus mengusir para pedagang, penukar uang
demikian juga dengan hewan-hewan korban yang diperjual belikan di Bait
Allah tersebut. Apa maksud dari tindakan Yesus ini sebenarnya?
Pertama-tama harus kita mengerti bahwa tujuan utama dari sikap Tuhan
Yesus ini adalah Dia untuk menunjukkan bahwa semua hewan korban,
demikian juga uang yang diperjualbelikan di Bait Allah tersebut akan
digantikan-Nya dengan diri-Nya sendiri, hanya itulah persembahan yang
sempurna yang mampu memperbaiki keadaan umat di hadapan Allah. Yang
kedua, Tuhan Yesus juga hendak meluruskan dan membersihkan Bait Allah
dari segala bentuk ketidakadilan dan kejahatan. Tuhan Yesus menawarkan
Diri-Nya sebagai korban penebusan bagi segala bentuk pelanggaran dan
dosa umat-Nya.
Saudara-saudara, sahabat Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
           
Dengan mengaku bahwa Tuhan Yesus mampu membangun kembali Bait Allah
dalam 3 hari setelah menyuruh orang-orang Yahudi merombaknya, maka
orang-orang Yahudipun tidak percaya dan marah, sebab 46 tahun Bait Allah
itu dibangun dan Tuhan Yesus katakan Dia mampu membangunnya dalam 3
hari. Orang-orang Yahudi, demikian juga murid-murid tidak mengerti arti
uangkapan tersebut, nantilah kemudian murid-murid-Nya memahaminya kalau
yang dimaksudkan Tuhan Yesus adalah diri-Nya sendiri.
Saudara-saudara,
Dihubungkan dengan masa-masa sengsara yang kita rayakan dan jalani saat
ini, maka kesaksian Yohanes dalam perikop Alkitab saat ini sesungguhnya
hendak mengingatkan kita kembali bahwa Tuhan Yesus telah memberi
diri-Nya sebagai korban yang sempurna bagi keselamatan kita. Karena itu,
kita seharusnya sadar bahwa segala bentuk persembahan yang kita berikan
tidaklah mampu membersihkan kita dari segala dosa dan pelanggaran kita.
Tuhan Yesuslah korban keselamatan bagi kita. Maka sekarang kita harus
menyadari bahwa persembahan yang kita berikan bukanlah sebuah upaya
untuk menghapus dosa dan membujuk Tuhan supaya dosa-dosa kita
dihapuskan-Nya dan kita diampuni, tetapi segala bentuk persembahan, baik
materi, waktu dan hidup kita kepada Tuhan adalah bentuk ungkapan syukur
kita karena Tuhan Yesus telah mengorbankan diri-Nya sebagai ganti kita,
sehingga kita memperoleh keselamatan dan kehidupan. Namun sangat
disayangkan saudara-saudara, sebagai pemuda Kristen, tidak sedikit dari
kita yang berulang-ulang mengorbankan Yesus, menyalibkan Dia melalui
segala bentuk sikap dan perbuatan kita. kita lupa bahwa pengorbanan
Tuhan Yesus tersebut. Tidak sedikit pemuda kristen yang terjebak pada
hiruk pikuknya kenikmatan duniawi terutama di zaman ini. Meninggalkan
persekutuan, memberontak kepada orangtua, tidak peduli dengan iman,
bahkan juga terlibat dengan berbagai kejahatan, seperti seks bebas,
kejahatan ilmu teknologi, narkoba, dan berbagai tindakan kriminal
lainnya. Semua ini sejujurnya adalah upaya untuk menyalibkan Tuhan Yesus
lagi oleh kita. Apakah harus demikian? Saudara-saudaraku, marilah kita
merenungkan kasih yang luar biasa dari Tuhan Yesus bagi kita, Dia telah
menjadikan kita sebagai Bait Allah, maka kita mesti bersih dari segala
bentuk kejahatan dan dosa. Tuhan Yesus telah membersihkan kita sebagai
Gereja-Nya, maka janganlah sekali-kali mengotorinya lagi dengan
perbuatan, pikiran dan perkataan kita yang jahat. Percayalah saudaraku,
bahwa dengan mengorbankan diri-Nya bagi kita, Tuhan Yesus sebenarnya
telah menjamin hidup dan masa depan kita. Bagi kita sekalian sebagai
Pemuda-pemudi yang percaya kepada-Nya telah disediakan masa depan yang
indah dan cemerlang, maka kita harus melangkah dalam kepastian dan penuh
tanggungjawab iman bahwa Tuhan merancang kita semua pada rancangan-Nya
yang penuh damai sejahtera. Maka ingatlah bahwa sebagai Bait Allah kita
mesti bersih sehingga kita layak menjadi kediaman Allah melalui Roh
kudus. Tuhan memberkati kita. Amin











Bacaan Alkitab: Yohanes 3: 14-21
Besarnya Kasih Allah
Saudara-saudara, sahabat Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
           
Mengawali renungan ini, dengarlah sebuah ilustrasi singkat ini.!
Seorang ibu yang buta memiliki seorang anak perempuan yang sangat
dikasihinya. Seluruh hidup ibu ini telah dipertaruhkan demi kebahagiaan
anaknya. Mulai dari kecil dia mengasuh anak perempuannya ini laksana
seorang putri walaupun sebenarnya hidup sangat berat bagi ibu ini sebab
dia telah menjanda karena menatian suaminya. Apapun akan dilakukan ibu
ini kepada anak perempuannya itu. Sejak dari mengantar ke sekolah,
menjemputnya dan menyediakan segala kebutuhan anaknya, bahkan
kadang-kadang ibu ini harus mati-matian berusaha jika anak perempuannya
itu meminta sesuatu seperti yang dimiliki teman-temannya. Seiring dengan
waktu, anak perempuan ibu ini semakin besar, dia bergaul dengan
teman-teman yang memang jauh berbeda tingkat kehidupan sosial dan
ekonominya. Anak ini menjadi malu memiliki seorang ibu yang buta dan
miskin. Dia menjadi seorang anak gadis yang sering memarahi ibunya,
bahkan terkadang tidak mengakui ibunya di depan orang. Suatu hari ketika
ada kegiatan lomba di sekolahnya, ibunya sangat ingin menyaksikan
pertunjukan yang digelar dimana anak gadisnya sebagai pemain utama dalam
kegiatan itu, anaknya malah melarangnya untuk hadir dengan alasan dia
malu memiliki ibu yang buta dan miskin. Walaupun telah dilarang anaknya
itu, ibu ini toh datang dengan diam-diam menyaksikan lomba tersebut.
Tapi naas, sewaktu menuju sekolah, ibu ini tertabrak mobil ketika hendak
menyebrang jalan, dia langsung dibawa ke Rumah sakit. Seseorang
memberitahukan kejadian itu kepada anaknya karena ibu ini sudah sekarat
dan tidak tertolong lagi. Maka anaknyapun datang di Rumah sakit untuk
melihat ibunya itu. Dan dia mendapati ibunya itu telah meninggal dunia.
Dokterpun mendatangi anak itu dan berkata kepadanya: Nak.., di mata saya
ibumu adalah seorang pahlawan yang memiliki kasih yang sangat luar
biasa kepadamu, 16 tahun yang silam ketika engkau masih kanak-kanak,
ibumu mendatangi Rumah sakit ini dan mendonorkan matanya kepadamu, sebab
sewaktu engkau lahir, engkau terlahir buta. Ibumu rela menjadi buta
demi kasih sayangnya kepadamu”. Maka sang anakpun menangis dengan
kerasnya, dia menyesali perbuatannya. Dia tidak pernah tahu dan
menyadari pengorbanan ibunya kepadanya.
Saudara-saudara, sahabat Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
           
Mendengar kisah tadi, saya yakin kita pasti terharu dan tersentak. Saya
yakin kita tidak ada yang mau seperti anak perempuan tadi. Tapi
bagaimana dengan kasih Allah kepada kita? Sadarkah kita bahwa Kasih
Allah jauh lebih besar dari kasih ibu tadi? Bukan hanya mata, tetapi
Allah telah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal bagi kita. Yesus
Kristus, Sang Anak Allah menderita, disalibkan dan mati layaknya
penjahat padahal Dia tanpa dosa, demi keselamatan kita? Sejak kejatuhan
Adam dan Hawa, Allah telah berulang kali tanpa kenal berhenti berupaya
menyelamatkan kita dengan mengutus Nabi-nabi-Nya, akan tetapi semua itu
tak pernah dihiraukan oleh umat-Nya. Maka jalan satu-satunya ialah Allah
mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal. Semua ini dilakukan Allah
semata-mata hanyalah karena Besarnya kasih-Nya kepada dunia ini,
sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan
beroleh hidup kekal. Persoalannya kemudian, berita sukacita ini
seringkali tidak mengalir dalam hidup kita. Seakan-akan berita sukacita
ini hanyalah teori teologi belaka bagi sebagian orang, terutama di
kalangan pemuda masa kini. Kenapa demikian? Mari kita introspeksi diri
atau mari kita saksikan di sekitar kita, kita masih sering menjumpai
bagaimana pemuda-pemudi gereja masih ada yang terlibat dengan berbagai
bentuk kejahatan dan dan dosa. Bagaimana kita melihat hilangnya
penghormatan kepada orangtua, terlibat pada begal motor, menikmati
narkoba, seks bebas, membohongi orang tua melalui teknologi modern,
mencaci maki lewat media sosial, dan tindakan amoral lainnya.
Saudara-saudara, sahabat Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
           
Di Minggu-minggu sengsara ini, kita sekalian diajak dan diarahkan
kembali merenungkan, memaknai sekaligus menghargai perbuatan Allah,
yakni Kasih-Nya yang sangat besar bagi kita. Bentuk Kasih Allah itu
ditunjukkan-Nya melalui perbuatan-Nya yang mengaruniakan Anak-Nya yang
Tunggal demi keselamatan dan hidup kekal bagi kita. Berita ini bukan
sekedar dogmatika atau teori teologi belaka, melainkan berita ini
merupakan berita yang meliputi dan menjamin kehidupan dan masa depan
kita sebagai orang yang percaya kepada-Nya. Melalui perbuatan Allah ini,
kita juga diingatkan dan diajak untuk berusaha dalam hidup ini
mengaplikasikan kasih Allah itu. Dari perbuatan seperti inilah dunia
akan mengetahui bahwa kita adalah orang yang percaya kepada-Nya. Maka
setiap orang yang memaknai sungguh Kasih Allah dalam hidupnya, orang
tersebut niscaya menunjukkan kasih dalam kehidupannya, bukan sebaliknya,
bukan kejahatan dan segala bentuk pemberontakan yang merugikan sesama
dan melukai hati Tuhan. Hanya karena Kasih Allahlah kita memperoleh
hidup kekal, bukan usaha atau kemampuan dan kebajikan kita. sekali lagi
hanya karena Kasih Allah. Karena itu, di saat kita menyadari siapa kita
sesungguhnya, yakni anak-anak tebusan Allah, maka sebagai yang telah
ditebus dan memperoleh hidup yang kekal, maka kita mestinya sadar
melalui sikap dan perbuatan kita, melalui keimanan kita. supaya kita
tidak menjadi orang-orang yang tidak tahu diri dan tidak tahu
berterimakasih. Hindarilah diri dari segala bentuk penyesalan, dengan
terus mensyukuri Kasih Allah melalui sikap dan perbuatan kita. Ingatlah:
“Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa
tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya
dalam nama Anak Tunggal Allah”. Hiduplah dalam terang-Nya, maka jalan
hidupmu dan masa depanmupun akan terang senantiasa. Tuhan Yesus
memberkati. Amin








Bacaan Alkitab: Yohanes 12: 20-36
Saudara-saudara, sahabat Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
           
Detik-detik akhir masa hidup Tuhan Yesus di dunia ini, penuh dengan
berita penderitaan yang harus dihadapi-Nya. Semua ini memang harus
dialami-Nya sebagai penggenapan dari segala nubuat yang telah ada
sebelumnya. Namun, harus dipahami bahwa semua peristiwa ini bukanlah
sekedar kisah derita yang tiada makna dan kelanjutannya. Maka kita harus
tahu bahwa apa yang terjadi dan dialami Tuhan Yesus tidak dapat
dipisahkan dari seluruh karya penyelamatan-Nya bagi dunia ini. Tuhan
Yesus menggunakan analogi dari filosofi pertanian tentang bagaimana
seharusnya Karya penyelamatan-Nya itu dilakukan bagi dunia ini dan kita
sekalian. Seperti biji gandum, bila tidak jatuh ke dalam tanah dan mati,
maka ia tetap satu biji saja, tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan
banyak buah. Artinya bahwa kematian Tuhan Yesus adalah untuk memberi
kehidupan bagi dunia ini, sebab Dia akan bangkit dan hidup, sehingga
kebangkitan dan kehidupan-Nya akan membangkitkan dan menghidupkan, yaitu
kita yang percaya kepada-Nya. Membaca perikop Alkitab saat ini, memang
kita mungkin diwarnai kesulitan mengikuti alur ceritanya, dimulai dengan
beberapa orang Yunani yang hendak bertemu Yesus, tetapi ketika Filipus
dan Andreas melaporkannya kepada Tuhan Yesus, Dia malah memberi jawaban
yang seakan tidak berhubungan dengan laporan tersebut. Kemudian Tuhan
Yesus melanjutkan perkataan-Nya tentang bagaimana  dan apa yang terjadi
atas-Nya, serta bagaimana sebuah peristiwa yang ajaib terjadi, yakni
suara yang terdengar dari Sorga kepada mereka yang bersama dengan Dia.
Walaupun demikian kita dapat menarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya
kesaksian Yohanes ini berisi tentang Tindakan Allah dalam rangka
penyelamatan kita, Tindakan itu tak lain adalah peristiwa yang harus
dialami Yesus. Sekaligus dengan itu, Tuhan Yesus memberi jalan kepada
umat-Nya apa yang harus disikapi sehingga karya Allah tersebut diterima
dengan sikap dan pemahaman yang benar.
Saudara-saudara, sahabat Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
           
Harus dipahami, bahwa Kematian Tuhan Yesus bukanlah sebagai bentuk
kekalahan pada kuasa maut dan dosa, melainkan Kematian-Nya itu
sesungguhnya adalah upaya menaklukkan dosa dan maut, sehingga biji
gandum dipakai-Nya untuk menjelaskannya. Artinya bahwa Tuhan Yesus mati
agar mau dikalahkan dan hidup dimenangkan melalui kebangkitan-Nya. Maka
merespon tindakan Tuhan tersebut, Dia mengajak kita semua agar tidak
sekali-kali mencintai nyawa di dunia ini, sebab kita pasti kehilangannya
jika demikian. Maksudnya adalah bukan berarti kita tidak peduli dengan
hidup kita, tetapi supaya kita tidak memuaskan hasrat hidup kita dengan
segala bentuk kenikmatan duniawi. Sebaliknya kita diajak untuk
melengkapi diri kita dengan segala bentuk sikap dan perbuatan yang
mengarahkan hidup kita selarah dan sesuai dengan hidup yang
dikehendaki-Nya, yakni kehidupan kekal. Maka untuk itu, kitapun harus
menyadari bahwa dengan penebusan-Nya, kita telah menjadi
pelayan-pelayan-Nya, dan karena itu wajib hukumnya kita mengikuti Tuhan
yang kita layani, sehingga di mana Dia berada, kitapun layak dan turut
berada di sana dan kita dihormati oleh Bapa. Yesus Kristus, yang adalah
terang itu telah menyinari kita sehingga kita tidak lagi dikuasai
kegelapan yang membuat arah langkah hidup kita suram dan kelam. Maka apa
yang terjadi dan dialami Tuhan Yesus adalah bentuk jaminan bagi kita
untuk berjalan dalam terang dan jaminan untuk beroleh kehidupan yang
penuh kepastian, sehingga kita akan tiba dan dimungkinkan berada
bersama-sama dengan Dia di dalam kehidupan sorgawi, yakni ketika kita
layak melayani-Nya.
Saudara-saudara, sahabat Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
           
Sengsara yang dialami Yesus Kristus, harus dipahami sebagai wujud cinta
Kasih Allah kepada kita. Kesengsaraan-Nya telah melayakkan kita
melayani Dia yang Maha kudus. Kita harus memahami dengan benar, bahwa
apa yang dilakukan Tuhan Yesus bagi kita semata-mata adalah agar kita
hidup dalam terang, yakni hidup dalam kepastian dan kebenaran, sehingga
kita dilayakkan melayani Dia dan berada bersama-sama dengan Dia di dalam
kemenangan dan kehidupan kekal, yakni di dalam Kerajaan-Nya. Oleh
karena itu, bagi kita pemuda-pemudi kristen, merayakan minggu-minggu
sengsara harus dipahami dan dimaknai sebagai upaya mengintrospeksi diri
sebagai orang-orang yang telah diterangi-Nya dan dikuduskan-Nya sehingga
kita dilayakkan sebagai pelayan-pelayan-Nya. Maka ada tanggungjawab
besar yang harus kita penuhi, yakni terus menerus berupaya agar hidup di
dalam terang yakni di dalam Tuhan Yesus. Hidup di dalam Tuhan Yesus
berarti kita hidup dalam kepastian. Hidup di dalam Terang, yakni Tuhan
Yesus maka kita mengetahui ke mana dan bagaimana masa depan kita. Hidup
di dalam terang, berarti kita tahu ke mana kita melangkah, tak lain dan
tidak bukan, kita melangkah dalam kepastian akan masa depan yang indah
bersama Tuhan. Ingatlah saudara-saudara, bersama Tuhan tidak ada yang
tidak mungkin bagi kita. Bersama Tuhan, maka Damai sejahtera menjadi
bahagian kita. Mari, sebagai pemuda-pemudi gereja, kita terus
berkomitmen hidup di dalam terang-Nya, sehingga kita layak menikmati
hidup dan masa depan yang indah. Ingatlah Yesus berkata:
“....barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia
pergi” (ay.35). Tuhan Yesus memberkati kita. Amin












Bacaan Alkitab: Markus 14: 1-11
Saudara-saudara, sahabat Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
           
Kisah tentang perbuatan seorang perempuan yang meminyaki Tuhan Yesus di
rumah Simon si kusta memang menjadi kisah yang terus-menerus
diberitakan dan diingat hingga saat ini sesuai dengan nubuat Tuhan
Yesus. Kenapa kisah ini menarik perhatian dan selalu menjadi bagian dari
pemberitaan terutama tatkala orang-orang Kristen merayakan masa-masa
sengsara Tuhan Yesus? Jawabannya adalah bahwa sesungguhnya di mata Tuhan
Yesus, apa yang terjadi dan dilakukan perempuan ini mengandung arti dan
makna yang penting dalam rangkaian sengsara yang dialami-Nya. Peristiwa
ini terjadi di saat-saat orang-orang Yahudi yakni, Imam-imam kepala dan
ahli-ahli taurat berencana menangkap dan membunuh Yesus. Bertempat di
rumah Simon, Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, seorang perempuan
datang dan membawa minyak narwastu murni yang harganya sangat mahal,
minyak ini dicurahkannya ke atas kepala Yesus. Sontak tindakan perempuan
ini mendapat kecaman dan protes dari murid-murid. Bukan karena
tindakannya, tetapi karena melihat harga minyak narwastu tersebut.
Murid-murid berpikir tentang nilai minyak narwastu tersebut dengan 3
ratus dinar. Jumlah uang yang sangat banyak. Dari sini kita harus
memahami bahwa perempuan ini, tentulah sudah sangat lama mengumpulkan
minyak tersebut atau paling tidak ia telah mengumpulkan uang dengan
sangat lama sehingga dapat menyediakan minyak narwastu semahal itu.
Motivasi perempuan ini jelaslah berbeda dengan murid-murid tentang nilai
atau harga minyak narwastu tersebut. Perempuan ini jelas, tidak
menghitung nilai jual minyak narwastu yang dibawa dan dicurahkannya ke
atas kepala Tuhan Yesus. Dengan tulus dia meminyaki Tuhan Yesus dengan
minyak narwastu tersebut sebagai tanda dan wujud kasihnya kepada Tuhan
Yesus. Walaupun bagi Yesus, tindakan perempuan ini adalah merupakan
perbuatan baik : “Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya.
Tubuh-Ku telah diminyakinya sebagai persiapan untuk penguburan-Ku”.
Artinya bahwa apa yang dilakukan perempuan ini disikapi berbeda oleh
Yesus. Bahwa tindakan perempuan ini dipuji Tuhan Yesus.
Saudara-saudara, sahabat Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
           
Siapapun perempuan ini, yang jelas dia adalah seorang yang sangat
percaya dan mengasihi Tuhan Yesus. Kita tidak tahu berapa tahun
perempuan ini menabung sehingga bisa mengumpulkan minyak narwastu
seharga 300 dinar. Tetapi perempuan ini ternyata tidak mengukur kasihnya
kepada Tuhan Yesus dengan sejumlah uang maupun materi lainnya. Ia hanya
mempersembahkan apa yang dimilikinya tanpa melihat jumlah atau
harganya. Persembahan yang luarbiasa dari seorang perempuan yang
sesungguhnya bukanlah seorang yang kaya raya. Benar, apa yang dikatakan
Tuhan Yesus tentang perempuan ini, sampai hari ini masih terus
diberitakan, termasuk kepada kita saat ini. Kalau demikian apa yang
perlu dan harus kita maknai dari kisah ini?, saudara-saudaraku, ketika
kita menjalani masa-masa sengsara di tahun ini, sesungguhnya melalui
kisah ini kita hendak diarahkan untuk merenungkan bagaimana besarnya
kasih Allah bagi kita masing-masing. Sesungguhnya, karena dosa dan
pelanggaran kita, kita tak adalagi harganya, atau bahkan tak bernilai.
Akan tetapi Allah melalui Tuhan Yesus toh masih mengasihi dan membuat
kita berharga, sehingga Dia menebus kita, harganya dilunasi-Nya dengan
penderitaan, darah, bahkan kematian sekalipun. Dia mati untuk dosa-dosa
kita, sehingga kebangkitan-Nyapun menjadi jaminan bagi kita untuk
bangkit dan hidup di dalam Dia. Pertanyaan selanjutnya bagi kita adalah,
kalau demikian apakah yang telah kita lakukan untuk kasih-Nya yang
besar itu? Adakah kita pernah berpikir untuk bertindak memberi diri dan
hidup kita untuk Tuhan? Mampukah kita seperti perempuan yang mencurahkan
minyak narwastu ke atas kepala Tuhan Yesus? Artinya adakah kita
melepaskan segala bentuk ego dan hitung-hitungan dalam mempersembahkan
syukur kepada Dia?
Saudara-saudara, sahabat Pemuda Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
           
Jujur harus kita akui, di masa muda yang kita jalani seperti sekarang
ini, kita malah sering memposisikan urusan iman kita di tempat nomor dua
dalam hidup. Bahkan tidak sedikit di antara kita yang sulit memberi
waktunya dan dirinya untuk Tuhan. Apakah karena banyaknya Pekerjaan
Rumah dari sekolah, apakah karena menumpuknya tugas-tugas di kantor,
atau karena kesibukan kita di sawah dan di kebun atau karena padatnya
waktu melakukan kegiatan dengan teman-teman, kita akhirnya tak mampu
mempersembahkan hidup kepada Tuhan. Menyikapi perbuatan perempuan yang
mencurahkan minyak ini, kita sebenarnya sedang ditantang sebagai kaula
muda, sudahkah kita memberi hidup ini kepada Tuhan yang sesungguhnya
adalah milik-Nya? Mari saudara-saudaraku kita renungkan sungguh-sungguh
karya kasih Allah di dalam seluruh kehidupan Yesus. Sejak dari kandungan
sampai detik-detik akhir hidup-Nya, Yesus rela menderita, rendah dan
dihina, dicaci maki bahkan disalibkan layaknya penjahat kelas kakap,
hanya demi hidup dan masa depan kita. masihkah kita berani
hitung-hitungan dengan Dia dalam hidup ini? Ingatlah, kita telah lunas
Dia bayar, dengan darah-Nya di kayu salib, itu berarti sekarang kita
adalah milik-Nya. Maka jangan sekali-kali menolak apapun yang
dikehendaki-Nya. Sebaliknya perbuatlah segala kebaikan sesuai dengan
kehendak Tuhan Yesus, supaya kapan dan di manapun, perbuatan kita
senantiasa dihargai dan dikenan-Nya. Tuhan Yesus memberkati. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar