Rabu, 10 Juli 2019

Khotbah Kristen Gereja


Bacaan Alkitab: Yesaya 43:16-21; Yohanes 12:1-8
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Ketika seseorang mengingat-ingat masa silam, maka 2 bentuk pengalaman hidup, yakni kenangan pahit dan manisnya hidup akan meliputi ingatannya. Ternyata dua bentuk pengalaman hidup ini, sama-sama memiliki peluang untuk dapat mengarahkan hidup seseorang untuk terganggu memandang masa depannya. Hidup yang terarah pada pada masa silam, ternyata tidak ada dalam konsep Tuhan Allah. Dalam arti bahwa Tuhan Allah sungguh menghendaki setiap umatNya mengarahkan hidupnya kea rah masa depan dan menjadikan masa depan itu menjadi tujuan atau arah perjalanan hidup. Masa depan yang dimaksud tersebut adalah masa dan suasana hidup yang disiapkan dan disediakan Tuhan Allah bagi setiap umat yang berjalan dan dituntun oleh Tuhan Allah. Dalam FirmanNya, Yesaya 43:18 Tuhan mengaskan hal ini dengan maksud bahwa ternyata Tuhan Allah menyediakan sesuatu yang baru bagi kehidupan umatNya (19). Jika di masa silam, Tuhan Allah membuat jalan melalui laut dan melalui air dan membinasakan tentara Firaun serta melenyapkan kereta-kereta Firaun, maka dalam perjalanan hidup umat yang percaya kepada Tuhan Allah, akan dibuatkan jalan di padang gurun dan mengalirkan sungai-sungai di padang belantara, artinya bahwa Tuhan akan memberikan jaminan hidup di tengah gersangnya pengharapan umat. Tuhan Allah akan melakukan perkara yang ajaib, yakni bahwa Dia akan memberi kesegaran hidup kepada umat yang kehilangan pengharapan hidup. Yesaya menyampaikan Firman Tuhan ini dengan tujuan agar umat Tuhan tahu bahwa di tengah ketidakmungkinan, Tuhan membuat segalanya menjadi mungkin dan di sana tersedia jaminan hidup.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Padang gurun dan padang belantara sesungguhnya menunjuk pada kondisi dan situasi kehidupan yang terancam binasa. Di sana tidak tersedia air yang melambangkan kehidupan. Tetapi Tuhan Allah berfirman bahwa di situasi dan kondisi hidup seperti itulah Dia akan berkarya dan menunjukkan kuasa kasihNya. Semua itu dilakukanNya dengan maksud dan tujuan agar umatNya, menikmati air hidup dan kemudian setleha umat itu dibentuk maka umat itu akan memberitakan kemasyuranNya. Tuhan membaharui kehidupan umatNya, selain untuk memberikan mereka jaminan kehidupan, juga agar mereka kemudian menjadi saksi Tuhan Allah mengabarkan kemashyuran Tuhan Allah. Maka jika Tuhan Allah mengarahkan hidup umatNya ke masa depan, dengan tidak mengingat-ingat hal-hal yang dahulu dan tidak memperhatikan hal-hal yang dari zaman purba kala, maka Tuhan hendak menegaskan bahwa Tuhan menyediakan masa depan bagi umatNya, di mana kehidupan mereka dijamin sehingga kemudian mereka menjadi saksi atas kemahakuasaan Tuhan Tesrsebut.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Dalam pembacaan kita yang kedua minggu sengsara saat ini, kita diarahkan pada dua hal, yakni tindakan seorang Maria yang mengurapi Tuhan Yesus dan respon Yudas atas tindakan Maria tersebut. Apa sesungguhnya yang dilakukan Maria? Jika kita melihatnya dari sudut pandang Yudas, maka jelas bahwa tindakan ini adalah tindakan pemborosan. 300 dinar, jika diuangkan dengan jumlah mata uang sekarang ini, itu setara dengan 30 juta rupiah. Walaupun sesungguhnya Yudas memandang hal itu dari sudut pandang koruptor. Pertanyaannya adalah darimanakah Maria memperoleh minyak Narwastu sebanyak itu? Jelas bahwa Maria bukanlah orang kaya, dia bersama lazarus dan Martha adalah dari kalangan masyarakat miskin dan susah. Maria mengumpulkan Narwastu tersebut sungguhlah sangat lama. Dia menyimpannya sedikit demi sedikit, tetapi kemudian semua jerih lelahnya dalam mengumpulkan narwastu tersebut dipersembahkannya kepada Tuhan Yesus. Jelas bahwa Maria tidak mengingat-ingat yang dahulu tatkala dia begitu lama, begitu berlelah mengumpulkannya. Tindakannya ternyata mengarah pada apa yang terjadi di masa depan serangkaian dengan karya penyelamatan Tuhan Allah atas umatNya. Tuhan Yesus membenarkan tindakan Maria, yang walaupun akibat minyak narwastu yang dituangkannya menjadikan seluruh ruangan tempat mereka berkumpul dengan Tuhan Yesus menjadi bau semerbak kematian., Yesus berkata: biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburanKu. Apa artinya saudara-saudara? Bahwa ternyata tindakan Maria ini merupakan tindakan yang mengarah pada apa yang terjadi di depan, yakni kematian Yesus Kristus.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Jika umat Israel diingatkan supaya mereka mengarahkan kehidupan mereka ke masa depan, oleh karena Tuhan Allah berjanji memberikan mereka kehidupan dari kematian yang dilambangkan dengan padang gurun dan belantara di mana air dan sungai mengalir, maka sesungguhnya apa yang kemudian dialami oleh Tuhan Yesus melalui kematianNya adalah juga demi memberikan jaminan hidup kepada setiap orang yang percaya kepadaNya, kendatipun keselamatan dan jaminan hidup itu melalui kesengsaraan bahkan kematian. Maka apabila Tuhan Yesus membela Maria melakukan tindakan pengurapan dengan minyak narwastu yang begitu mahal tersebut, Tuhan Yesus sesungguhnya melihatnya sebagai bentuk kasih kepadaNya yang luar biasa tulus dan segenap hati. Tindakan seperti inilah sesunguhnya yang sangat dirindukan Tuhan Yesus dari semua umatNya. Tindakan berkorban dengan rela dan tulus ikhlas serta dengan segenap hati. Maka di minggu sengsara saat ini, kita diarahkan kepada 2 hal, yakni untuk memandang ke masa depan dengan meyakini sungguh jaminan keselamatan dari Tuhan Allah. Dan yang kedua ialah supaya kita melihat dari sudut pandang Allah segala bentuk tindakan berkorban yang kita lakukan demi kemuliaan NamaNya. Dia menyediakan masa depan yang penuh harapan dan jaminan hidup kekal bagi kita kendatipun itu untuk itu, Dia harus melewati lembah maut demi terpancarnya aliran-aliran air hidup bagi kita umatNya. Tuhan Yesus memberkati kita. Amin


Bacaan Alkitab: Yesaya 55:1-9; Lukas 13:1-9
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jerih lelah umat Israel sungguhlah luar biasa ketika mereka harus mempertahankan hidup mereka di pembuangan. Umat itu haus dan lapar akan kehidupan yang normal sebagaimana yang pernah mereka alami di negeri mereka. sekalipun umat itu dapat makan dan minum di negeri pembuangan tersebut, namun mereka tetap bergumul bagaimana menikmati hidup layak di tengah hidup yang mereka jalani. Kegagalan mereka untuk setia kepada Tuhan Allah harus menghantar mereka ke dalam kehidupan yang tidak mengenakkan. Hidup mereka seakan hampa dan tidak tentu arah. Jati diri mereka sebagai umat pilihan Allah, kebanggaan mereka terhadap bangsa mereka kini telah lenyap. Segala bentuk kehidupan yang mereka jalani di pembuangan membuat mereka harus menderita dan sengsara. Di tengah kondisi hidup seperti inilah Firman Tuhan datang kepada mereka yang haus dan lapar akan kehidupan yang sesungguhnya. Tuhan Allah mengajak mereka untuk mencari Tuhan di tengah kegalauan hidup itu. Supaya jika mereka haus dan lapar, maka mereka hanya dapat beroleh dahaga dan kenyang jika mereka mencari Tuhan Allah
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pemanggilan Tuhan Allah kepada umatNya untuk mencari dan menemukan Dia, adalah bukti kesetiaan Tuhan Allah yang senantiasa mengasihi mereka. Tuhan tidak pernah menghendaki kebinasaan orang-orang berdosa, melainkan Tuhan Allah menghendaki pertobatan mereka. maka apabila Tuhan Allah memanggil mereka untuk mencari Dia, maka itu menunjukkan bahwa Kasih setiaNya tidak pernah berubah dan tidak berkesudahan. Seiring dengan ajakan Tuhan Allah tersebut, maka kepada umatNya, Allah hendak menegaskan bahwa di Dalam dan melalui Dialah Damai Sejahtera terjadi dan berlaku. Setiap orang yang datang mencari Tuhan niscaya akan menikmati jaminan hidup, itulah janji Tuhan Allah.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pada bacaan kita yang kedua, yakni tentang bagaimana respon Yesus ketika orang meminta pendapatNya tentang orang-orang Galilea yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan dan korban yang tewas dalam musibah rubuhnya menara di dekat Siloam. Menanggapi hal ini Tuhan Yesus tidak memberikan makna terhadap  peristiwa yang memakan korban tersebut, tetapi Tuhan Yesus memaknainya supaya setiap orang melakukan pertobatan. Tuhan Allah senantiasa memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk bertobat dan dibangun, sehingga tidak binasa. Itulah kemurahan Tuhan Allah bagi umatNya. Tuhan Allah tidak serta merta membinasakan, melainkan pintu dan waktu serta kesempatan bertobat dibukaNya dengan sangat lebar. Dosa dan penderitaan sesungguhnya tidak dapa dipisahkan, akan tetapi oleh Yesus Kristus, kuasa dosa yakni maut telah dipatahkan, sehingga kalaupun penderitaan dialami oleh orang-orang benar adalah penderitaan menuju kepada kemenangan.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Di kehidupan ini, rasa haus dan lapar menjadi penderitaan yang acapkali dialami oleh setiap orang. Rasa haus dan lapar tersebut sesungguhnya adalah gambaran atau kiasan tentang kehidupan yang hampa dan hambar. Hidup seakan tak bermakna dan berkesan untuk dijalani. Masa depan seakan tidak perlu dipikirkan, hidup berjalan begitu saja. Dalam situasi dan kondisi hidup seperti ini, Tuhan Allah memanggil kita untuk datang kepadaNya, mencari Dia, sebab perjumpaan denganNya adalah jaminan bagi setiap orang untuk memperoleh kesempatan mengalami perobahan hidup, perjumpaan denganNya adalah jaminan bagi setiap orang untuk menikmati rasa dahaga dan kenyang damai sejahtera. Maka kemudian kehidupan tidak lagi menjadi beban untuk ditempuh, tatkala Tuhan Allah beserta umatNya. Terpujilah Tuhan.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Apa makna Firman Tuhan ini bagi kita di kehidupan saat ini? Bagaimana kita harus memaknai Firman Tuhan di saat kehidupan yang serba tak menentu sedang kita jalani? Tuhan Allah mengajak kita sekalian untuk mencari Dia, Dia sedang memberi kesempatan kepada kita untuk dapat berbuah bagi kemuliaan namaNya. Dengan bertobat dari segala kesalahan dan dosa kita, TanganNya terbuka menyambut kita semua. Kita yang haus dan lapar akan kebahagiaan di kehidupan ini, niscaya menikmati itu jika perjumpaan dengan Tuhan Yesus terjadi dalam kehidupan kita. Dengan berbalik kepada Tuhan Allah dan berserah dengan total kepadaNya, maka kita akan terhindar dari segala beban derita kehidupan di dunia ini. Kekuatiran dan ketakutan akan kehidupan ini yang membuat kita terkungkung dalam beban dan derita, niscaya lenyap dari kehidupan kita apabila perjumpaan dengan Tuhan terjadi. Maka hanya dengan bertobat, dan menggunakan kesempatan yang diberikan Allah, kita dapat berbuah di dalam Dia. Tuhan Yesus memberkati. Amin

































Bacaan Alkitab: Matius 5: 9
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
 Kata “damai” bukanlah kata yang asing di kehidupan kita sehari-hari. Di berbagai spanduk disudut-sudut kota ini, kita dapat menemukan tulisan yang di dalamnya terdapat kata “damai”. Terutama, apabila telah terjadi dan juga ditengarai akan terjadi konflik atau pertikaian. Kata “damai”, sesungguhnya bukanlah sekedar slogan atau kata-kata semata. “Damai” adalah konteks hidup yang sungguh didamkan setiap orang di dunia ini dan dalam konsep beriman orang Kristen, damai adalah juga misi Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang kemudian dipercayakan untuk selanjutnya diperjuangkan oleh setiap orang yang percaya kepada-Nya. Pertanyaannya adalah, bagaimana sesungguhnya orang percaya/Kristen memahami dan menterjemahkan damai tersebut? Merujuk pada asal usul kata “damai” dalam bacaan kita saat ini, damai yang dalam bahasa Yunani disebut dengan “eirene” sebenarnya mengandung arti dan makna yang dalam. Jadi bukan sekedar damai dalam artian selesainya sengketa, atau terhindarnya dari pertikaian atau konflik. Damai tidak hanya berarti hubungan rukun yang tercipta. Damai yang dimaksud adalah konteks kehidupan yang diwarnai sukacita tanpa ada ruang sedikitpun bagi yang namanya persoalan hidup. Selama masih ada persoalan baik dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan ciptaan Tuhan lainnya, maka damai belum layak untuk diklaim telah tercipta. Damai adalah segala sesuatu yang membuat dan membawa kebaikan bagi manusia. Damai adalah kenikmatan atas kebaikan dan kebenaran.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Dengan memahami damai secara demikian, maka kita dapat pula mengerti apa maksud Tuhan Yesus dalam ucapan bahagia ini, yakni; “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”.
“Berbahagialah orang..” kata “berbahagia” (yun) “Makarios, dalam terjemahan sekulernya menunjuk pada keadaan senang dan sehat para dewa-dewa. Artinya keadaan ini adalah keadaan di alam supranatural, yang kemudian dalam kekristenan dipahami sebagai keadaan hidup yang diwarnai kegembiraan atau kesenangan yang bersumber dari Allah, berarti sifatnya bukanlah sesuatu yang sementara atau semu. Suasana hidup seperti ini, hanya dapat terjadi atas inisiatif Tuhan Allah dan hanya pada orang-orang yang menjadi bagian dari warga kerajaan yang dipimpin oleh Tuhan Allah sendiri. Maka hanya Allahlah dan anak-anak-Nya yang akan menikmati kehidupan penuh bahagia seperti ini. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kita menjadi anak-anak Allah? Berdasarkan iman, kita sekalian telah dimeteraikan menjadi anak-anak Allah melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Akan tetapi Meterai sebagai warga kerajaan Allah tersebut masih dan harus terus diperjuangkan dengan meresponnya melalui pemberian hidup sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Pemberian hidup tersebut adalah menjadi “pembawa damai”.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pembawa damai tidaklah sama dengan cinta damai, dan juga tidak sama dengan penengah untuk perdamaian. Pembawa damai mesti diartikan sebagai bentuk partisipasi aktif untuk senantiasa menghadirkan damai disetiap keadaan dan di setiap ruang dan waktu. Maka syarat menjadi pembawa damai, yang pertama-tama adalah bahwa dia telah berdamai dengan dirinya, berdamai dengan seisi rumahnya, berdamai dengan orang terdekat dengannya, berdamai dengan sesamanya dan kemudian berdamai dengan alam ciptaan Tuhannya. Perdamaian tersebut harus sungguh-sungguh didorong oleh iman bahwa Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus telah menganugerahkan damai baginya. Membawa damai berarti melakukan tindakan dalam rangka menuntaskan persoalan yang menghambat terciptanya damai dalam kehidupan bersama. Membawa damai berarti menerapkan Firman Tuhan dalam kehidupannya, oleh karena itu pekerjaan-pekerjaan yang dikehendaki oleh Tuhan Allah dilakukan. Itulah sebabnya, mengapa orang yang membawa damai disebut sebagai anak-anak Allah, yakni karena mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuhan Allah dihidupnya, akibat dari perbuatan ini, maka sebagai anak-anak Allah mereka berbahagia.  
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Sehubungan dengan hari oikumene saat ini, kita sebagai warga gereja yang berada dalam persekutuan gereja-gereja di Indonesia, kembali diingatkan tentang perjuangan dan kerinduan pendahulu-pendahulu kita di DGI/PGI sejak 25 Mei 1950 yang silam. Mereka telah berjuang dalam iman untuk menyatukan kekuatan dalam rangka mewujudkan damai ditengah kegelisahan bangsa kala itu dalam mencari jati dirinya setelah menjadi Negara yang merdeka. Gereja telah berperan aktif sejak semula dalam berdirinya bangsa ini. Sekarangpun, gereja terus dipanggil untuk peka dan bertindak aktif terhadap persoalan bangsa ini. Bangsa ini sangat membutuhkan damai, terutama di saat sekarang ini, ketika kontruksi kebangsaan mulai tergerus oleh semangat fanatisme yang berlebihan, primordialisme yang tumbuh pesat serta karakteristik manusia yang disusupi dan diliputi gaya hidup millennialisme yang tak terukur. Gereja harus tetap menjadi pembawa damai sehingga tetap layak disebut sebagai anak-anak Allah. Di saat itulah kebahagiaan terwujud dalam diri umat. Bagi Gereja, tidak cukup hanya pada level Cinta damai, tetapi harus jadi pembawa damai. Bagaimana hal ini dapat kita wujudkan?
Pertama, sebagai gereja, setiap pribadi harus berdamai lebih dahulu dengan dirinya. Selanjutnya berdamai dengan sesamanya dan berdamai dengan alam ciptaan Tuhan.

Kedua, Sebagai gereja, kita semua harus peka dengan keadaan hidup di sekitar kita, pertama-tama dalam keluarga kita. tidak sedikit orang memiliki semangat yang besar melayani orang lain dan mendamaikan orang lain, tanpa menyadari telah melalaikan pelayanan dan damai pada orang-orang terdekat dengannya.

Ketiga, berdamailah dengan alam, jangan hanya mencintai alam tetapi tidak ada aksi yang menunjukkan kecintaan terhadap alam.
Saudara-saudara, nikmatilah kebahagiaan sebagai anak-anak Allah, karena ini adalah janji Tuhan kepada kita. untuk itu jadilah pembawa damai. Walaupun perjuangan iman ini tidak mudah untuk dilakukan. Ingatlah, bahwa adapun hidup yang kita hidupi ini, bukan lagi kita yang hidup, tetapi Kristus yang hidup di dalam kita, maka segala sesuatu yang kita lakukan untuk kemuliaan nama-Nya, Dia sendiri yang melakukannya di dalam kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin




Bacaan Alkitab: LUKAS 10:1-12, 17-20
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
            Jika minggu yang lalu Firman yang diberitakan kepada kita seputar hal mengikut Yesus, maka bacaan kita saat ini merupakan lanjutan dari pemanggilan tersebut, yakni pengutusan Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya. Kelompok murid-murid yang menjadi sasaran pengutusan kali ini adalah 70 orang, yang diutus berdua-dua. Pengutusan ke 70 murid ini menjadi menarik karena nyatalah bahwa ternyata murid-murid Yesus Kristus terdiri dari banyak orang, bukan hanya kelompok murid yang 12 orang. Ke-70 murid ini adalah orang-orang yang terpilih setelah mereka dipanggil oleh Yesus Kristus. Pengutusan ke-70 murid ini didasari karena dalam pandangan Tuhan Yesus tuaian sungguh banyak, tetapi pekerja sedikit. Konteks ini memberi gambaran bahwa bahwa sasaran pemberitaan Injil kerajaan Allah sungguh begitu banyak. Bagaikan gandum yang siap dituai, tetapi pekerja amat sedikit, dalam hal ini Tuhan Allah diposisikan sebagai Tuan yang mempunyai tuaian tersebut.
Sidang jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pengutusan ini diawali dengan perintah “Pergilah” sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Pernyataan ini menegaskan hakekat pengutusan Tuhan. Pernyataan ini harus dimaknai sebagai bentuk pemberitahuan kepada setiap murid yang dipanggil Tuhan Yesus, bahwa mereka juga harus menjadi utusan, dengan kata lain, Tuhan memanggil orang datang kepada-Nya, supaya Dia mengutusnya demi kemuliaan Nama-Nya. Persoalannya ialah, pengutusan ini disebut sebagai anak domba yang di tengah-tengah serigala. Kalimat ini sesungguhnya hendak menjelaskan seperti apa sesungguhnya konteks pengutusan murdi-murid Tuhan Yesus ke dalam dunia ini. Serigala adalah binatang buas yang menjadi symbol ancaman yang amat berbahaya. Serigala adalah salah satu jenis binatang buas yang biasa menerkam anak domba, maka dalam tradisi para gembala, Serigala ini biasanya akan dihadapi dengan perlengkapan senjata di tangan gembala, seperti tongkat dan gada, demikian juga umban yang menggunakan batu-batu kecil. Sedangkan anak domba menunjuk kepada kelemahlembutan dan kepolosan, serta ketiadaan kekuatan, maka gembala akan senantiasa menjaga dan memperhatikan kehidupannya. Demikianlah gambaran para murid yang diutus oleh Tuhan Yesus. Selanjutnya pada pengutusan ini kita juga melihat adanya perintah kepada murid-murid agar mereka tidak membawa pundi-pundi atau bekal, atau kasut. Apakah murid-murid itu tidak perlu bekal makanan dalam pengutusan mereka? Ya, mereka tetap butuh makanan untuk dapat hidup, akan tetapi jika mereka memang seperti anak domba, maka gembala Agunglah yang menyediakan itu bagi mereka sesuai dengan cara Tuhan sendiri. Tetapi bagaimana dengan larangan memberi salam dalam perjalanan? Saudara-saudara, perintah ini perlu dipahami berangkat dari konteks orang Yahudi dalam memberi salam. Di berbagai komunitas, di berbagai tempat, Negara maupun daerah, tata cara memberi salam sangatlah beragam. Dalam tradisi Yahudi sendiri, seseorang yang memberi salam dapat memakan waktu yang lama, karena ucapan salam bagi orang Yahudi tidak cukup hanya dengan bersalaman, atau bertegur sapa, tetapi dapat berujung pada makan bersama, bercerita lama, bahkan sampai menginap kemudian. Tindakan ini, dilarang Tuhan Yesus untuk dilakukan, karena pemberitaan Injil kerajaan Allah menuntut waktu yang cepat dan tidak dapat ditunda-tunda. Perintah selanjutnya, adalah bahwa bagi setiap murid, wajib untuk memberikan ucapan berkat “damai sejahtera bagi rumah ini” pada setiap rumah yang menyambut kehadiran mereka. Artinya ialah, bahwa pengutusan tersebut adalah untuk membawa damai sejahtera kepada semua orang yang menyambut Injil Kerajaan Allah.
Sidang jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Sampai di sini, kita diarahkan untuk mengetahui dan memahami dasar pengutusan dan konsep hidup dalam pengutusan tersebut. Selanjutnya kepada kita kemudian disampaikan apa yang menjadi isi atau berita dalam pengutusan tersebut, yakni: Kerajaan Allah sudah dekat pada-Mu. Apa arti dari perkataan ini? Berbicara tentang kerajaan Allah, itu sama dengan kerjaan Sorga, yakni kehidupan yang benar-benar dipimpin dan dikendalikan oleh Tuhan Allah sendiri, bahwa kehidupan tersebut semata-mata berdasarkan kehendak Tuhan Allah, dan Damai sejahtera Allah berlaku dan terjadi di dalamnya. Jika dikatakan dekat, berarti kehidupan yang penuh dengan kebenaran dan damai sejahtera tersebut telah datang dan ditawarkan kepada setiap orang yang menerima Dia, yakni Yesus Kristus Tuhan.
Sidang jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Ketika ke-70 murid ini kembali, mereka diliputi sukacita dan memberikan laporan kepada Sang Pengutus yakni Yesus Kristus bahwa ternyata setan-setan takhluk kepada mereka demi nama Tuhan Yesus Kristus. Rasa bangga atas keberhasilan ini ternyata mendapat respon yang berbeda dari Tuhan Yesus. Yesus berkata, bahwa Ia melihat iblis jatuh seperti kilat dari langit, artinya bahwa Yesus melihat bahwa kekalahan iblis telah terjadi. Murid-murid yang diberi kuasa diingatkan oleh Tuhan Yesus agar sukacita mereka bukanlah karena merasa berhasil dan menang atau roh-roh kegelapan dan segala kuasanya, mereka mestinya bersukacita karena nama mereka terdaftar di sorga. Perkataan Tuhan Yesus ini harus dimengerti bahwa Tuhan Yesus tidak menghendaki setiap murid-Nya berbangga diri karena mereka mampu mengalahkan musuh, karena mereka memiliki kuasa dalam pelayanan tersebut. Tuhan Yesus tidak ingin bahwa murid-murid-Nya kemudian gagal paham tentang tujuan dan hakekat panggilan dan pengutusan mereka. Terpujilah Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus. Amin





NAS PEMB. 1 Kor 13:13
Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.
Bacaan Alkitab: Kis. 11: 1- 18; Yohanes 13: 31- 35
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
          Ketika mencermati pola hidup beriman dalam kehidupan umat beragama, ada 3 kategori pola keberimanan yang umum dipraktekkan. Yang pertama: pola beragama/beriman yang eksklusive: eksklusivisme. Pola beragama/beriman seperti ini dapat diartikan sebagai pola beragama yang menganggap bahwa hanya ajaran agamanyalah yang paling benar dan semua ajaran atau yang diimani di luar itu adalah salah. Pola yang kedua adalah inclusive, yang dapat diartikan sebagai pola hidup beriman atau beragama yang meyakini sungguh kebenaran agamanya dan yang diimani dan memberi hormat kepada orang lain atas apa yang dipercaya atau yang diyakininya. Dan yang berkembang belakangan ini adalah pola beragama yang pluralistis, yakni pola keberagamaan yang memberi tempat seluas-luasnya bagi kemajemukan keyakinan tanpa harus klaim mengklaim kebenaran. Jika ditelusuri dalam praktek keagamaan Israel, sesungguhnya agama Israel adalah agama yang menekankan inklusivisme sejak semula. Hal itu tampak dan jelas dalam pembagian tempat-tempat di Bait Allah di Yerusalem. Bahwa bagian pelataran luar terbuka untuk siapapun yang bukan dari suku bangsa Israel untuk menyembah Tuhan Allah. Selanjutnya, bukti bahwa agama Israel adalah agama yang inklusiv yakni ketika ada yang disebut golongan atau kaum proselit, yakni mereka yang bukan orang Israel, tetapi percaya kepada Tuhan Allah. Pada perkembangan hidup agama ini selanjutnya, ternyata para kaum rohaniawan yakni orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat yang diberi wewenang istimewa menegakkan aturan agama, menterjemahkan aturan-aturan agama ini menjadi kaku dan melenceng dari makna yang sesungguhnya. Akibatnya, agama Yahudi kemudian dikenal sebagai agama yang sangat eksklusif. Bahwa di luar umat Yahudi tidak ada seorangpun yang diperkenankan menjadi umat Tuhan, jika tidak terlebih dahulu memberi dirinya disunat dan menyatakan kesediaannya untuk mentaati seluruh hukum taurat dan mitswah yang menjadi turunannya. Eklusifisme kaum Yahudi, ternyata terus terpelihara dalam diri orang-orang Yahudi yang telah menjadi Kristen. Kalangan Kristen Yahudi masih mewarisi tradisi agama Yahudi dan perilaku beriman dalam diri mereka kendatipun mereka telah menjadi orang yang percaya kepada Yesus Kristus. dalam tradisinya, Orang Yahudi sangat menjaga kekudusan hidup mereka, sehingga mereka sangat berhati-hati dalam bergaul dengan orang lain yang bukan Yahudi. Semua orang diluar kayakinan mereka adalah orang-orang kafir. Oleh sebab itu, mereka sangat menghindari kontak dengan orang lain yang tidak seiman dengan mereka.    
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
          Persoalan tentang keterlibatan aktif Rasul Petrus menyampaikan Injil Yesus Kristus di kalangan orang-orang yang bukan Yahudi ternyata menjadi persoalan yang menegangkan di antara orang-orang Kristen Yahudi, yakni mereka yang masih sangat dipengaruhi fanatisme beragama yang berlebihan sebagai umat pilihan. Petrus dituntut untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya ketika ia masuk ke rumah orang-orang tak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka. Dalam tradisi agama Yahudi, tindakan ini adalah tindakan yang sangat terlarang, sebab jika tindakan ini dilakukan, itu sama halnya seorang Yahudi menceburkan dirinya kedalam ke tidak kudusan. Ternyata dalam kekristenan Yahudipun, konsep berpikir seperti ini masih terpelihara di kalangan orang-orang bersunat. Petruspun memberi jawab atas hal ini dengan memberi kesaksian bagaimana ia mendapat penglihatan dari Tuhan Allah. Kalimat: “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram!”, merupakan pernyataan Tuhan Allah kepada Petrus bahwa di hadapan Tuhan Allah, semua orang berhak memperoleh kasih karunia-Nya. Petrus dibuat bertobat dari sikap dan sifat eksklusifismenya oleh Tuhan Allah melalui penglihatan. Petrus sangat menyadari keagungan kasih Allah termasuk kepada bangsa-bangsa lain dari luar bangsa Yahudi. Bahkan kepada bangsa-bangsa lain yang bukan Yahudipun Tuhan Allah menganugerahkan Roh-Nya yang Kudus. Mereka menerima kuasa Roh Kudus seperti yang dialami oleh murid-murid Yesus dari kalangan Yahudi yang percaya.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
          Pengalaman iman Petrus menyadarkan dia bahwa kasih Karunia Tuhan Allah tidak dapat dicegah oleh siapapun juga untuk diterima dan dialami oleh setiap orang dari latar belakang apapun dan darimanapun. Bahwa kepada bangsa-bangsa lainpun, Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup. Pertanyaannya adalah apakah buah dari pertobatan yang dapat kita lihat melalui pengalaman dan kesaksian hidup Petrus dalam bacaan kita saat ini? Petrus sadar bahwa walaupun sebagai rasul, sebagai orang Israel asli, dia tidak berhak dan tidak memiliki kuasa untuk mencegah Allah mengaruniakan kasih-Nya kepada siapapun. Sikap ini kemudian diterima oleh rekan sebangsanya yang percaya, bahwa kasih karunia Allah tidak dapat dibatasi dan diklaim hanya untuk mereka yang berbudaya sunat dan hidup di bawah hukum taurat. “Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup”. Ini menegaskan kepada kita bahwa kasih Allah tidak dapat dibatasi oleh siapapun dan oleh apapun termasuk oleh aturan-aturan atau tradisi-tradisi keagamaan.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
          Jika Petrus disadarkan oleh kasih Allah yang dikaruniakan kepada bangsa-bangsa lain diluar komunitas Yahudi, maka ini menunjukkan bagaimana sesungguhnya hakikat Kasih Tuhan Allah itu. Kesaksian Alkitab ini merupakan pengajaran bagi kita sekalian yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus Kristus agar kitapun mengerti benar dan dapat memahami serta melakukan dengan benar kasih Tuhan Allah yang benar. Pada bacaan kita yang kedua, jika Yesus Kristus memberi perintah untuk saling mengasihi sebagai bentuk dan ciri dari jati diri kita sebagai murid-murid-Nya, maka Kasih yang dimaksudkan adalah sebagaimana Kasih yang ada pada Tuhan Allah. Kasih menjadi identitas setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Kasih tersebut menembus segala bentuk sekat-sekat kehidupan. Kasih tersebut menmbus ruang-ruang kaku dalam kehidupan keberagamaan, menembus tradisi dan setiap budaya hidup. Pertanyaan kemudian ialah, dari mana memulai tindakan kasih tersebut? Jawabannya ialah dari diri sendiri, kemudian sesama dan selanjutnya kepada semua orang dan semua ciptaaan. Itulah kasih Allah menurut konsep iman Kristen. Iman Kristen bermuara pada kasih. Sebagaimana nas pembimbing dalam ibadah ini, iman, pangharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. Tuhan Yesus telah mengasihi kita, mengasihi semua orang, maka marilah hidup di dalam kasih yang demikian. Maka kita, benar adalah murid-murid-Nya. Terpujilah Tuhan Allah yang adalah Kasih. Amin
          Amin







Bacaan Alkitab: Yohanes 20: 19-31
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kebangkitan Yesus Kristus dari kematian merupakan berita yang sulit diterima akal manusia. Kalau menggunakan istilah sekarang, maka bagi banyak orang ini adalah berita “hoax”. Tetapi tidak demikian dengan orang-orang pada zaman itu. Berita kebangkitan Yesus Kristus telah ditanggapi dengan beragam sikap dan respon, yakni imam-imam kepala Yahudi menyogok prajurit yang mengetahui kebangkitan Yesus supaya memberikan kesaksian palsu, yakni supaya berkata bahwa murid-murid Yesus telah mencuri mayat guru mereka. bagi seorang Thomas, percaya bahwa Yesus Bangkit berarti menyentuh Yesus secara langsung (bekas paku di tangan dan mencucukkan jari ke lambung yang tertikam). Kebangkitan Yesus Kristus dari kematian memang adalah peristiwa yang hanya dapat diterima ketika seseorang memiliki percaya. Ketika Yesus Kristus bangkit dari kubur, ternyata kain kafan dan kubur kosong tidak cukup membuktikan bahwa Dia bangkit. Maka Yesus Kristuspun selama 40  hari dari sejak kebangkitan senantiasa membuktikan kebangkitan-Nya kepada murid-murid-Nya. Bagi Yesus Kristus, murid-murid perlu diyakinkan supaya dengan iman yang teguh, mereka kemudian siap diutus menyampaikan kabar baik tersebut kepada semua orang.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sejak peristiwa yang terjadi dalam hidup murid-murid Yesus Kristus, mereka diliputi kebingungan dan tanda tanya seperti apa kemudian yang terjadi setelah peristiwa di Minggu subuh kala itu. Pada bacaan Alkitab saat ini kepada kita diberitakan bahwa murid-murid Yesus berkumpul dalam satu rumah dengan pintu yang terkunci. Perkumpulan ini adalah perkumpulan yang dihantui rasa takut kepada imam-imam kepala karena berita kebangkitan Yesus Kristus, mereka juga dilanda kebimbangan dan kebingungan tentang peristiwa kebangkitan Yesus Kristus. Di tengah rasa takut, bimbang dan bingung tersebut, Tuhan Yesus tiba-tiba hadir di tengah-tengah mereka dengan menyapa mereka, “Damai sejahtera bagi kamu”. Kehadiran Tuhan Yesus ini merupakan jawaban atas tanda tanya murid-murid-Nya sekaligus untuk meneguhkan mereka serta memberikan kuasa demi penunaian tugas mereka selanjutnya. Di ruangan yang tertutup tersebut, Tuhan Yesus hadir membuktikan kebangkitan-Nya, menunjukkan bekas paku dan lambung-Nya kepada murid-murid. Tentu mereka diliputi luapan sukacita yang bercampur dengan keheranan yang luar biasa. Di suasana yang demikian, Tuhan Yesus kembali menyapa dan memberkati mereka dengan salam “Damai Sejahtera bagi Kamu”. Lalu Dia menghembuskan Roh kepada mereka. tindakan ini mengingatkan kita kepada Tuhan Allah yang menghembuskan roh kedalam mulut Adam. Artinya penghembusan Roh ini menunjuk pada pemberian kehidupan baru kepada murid-murid, sekaligus pemberian kuasa kepada mereka untuk memampukan mereka menunaikan tugas dan tanggungjawab mereka memberitakan keselamatan dari Tuhan Yesus. Murid-murid yang berkumpul malam itu telah menjadi percaya dan mereka kemudian telah menjadi pemberita Injil Yesus Kristus yang bangkit. Akan tetapi, Thomas yang tidak hadir malam itu ternyata berkesih keras tidak akan percaya selagi belum menyaksikan sendiri lewat pembuktiannya tentang kebangkitan Tuhan Yesus. Sebelum dia melihat bekas paku di tangan-Nya dan sebelum dia mencucukkan jarinya ke lambung Tuhan Yesus maka ia sekali-kali tidak akan percaya. Seminggu kemudian Tuhan Yesus menjawab tantangan ini. Di ruangan yang sama, Tuhan Yesus hadir menjumpai kembali murid-murid-Nya, yang mana Thomas juga ada di sana.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Mari kita renungkan peristiwa ini sebagai orang-orang percaya masa kini! Peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus bukan sekedar peristiwa sejarah yang terjadi yang didukung oleh bukti-bukti iman, lebih dari itu, kebangkitan Tuhan Yesus adalah peristiwa Illah yang merupakan kegenapan dan puncak karya penyelamatan Allah akan dunia ini, bahwa kebangkitan Tuhan Yesus menegaskan bahwa maut telah dikalahkan. Kehadiran Tuhan Yesus di tengah-tengah hidup murid-murid-Nya sesungguhnya merupakan jawaban dari segala bentuk kebingungan, kebimbangan dan ketakutan dalam menghadapi kehidupan ini yang memang diwarnai oleh berjuta tanda tanya. Lihatlah apa yang terjadi ketika Tuhan Yesus hadir di tengah-tengah mereka, “mereka bersukacita ketika mereka melihat Tuhan”. Kehadiran Tuhan Yesus pertama-tama adalah untuk membawa damai sejahtera, sebab Dia sendirilah damai sejahtera itu. Kehadiran Tuhan Yesus ke dalam kehidupan setiap pribadi yang percaya adalah jawaban atas kegundagulanaan hidup, jawaban atas rasa takut menghadapi kehidupan, jawaban atas kebimbangan dan keragu-raguan. Artinya ketika Tuhan Yesus hadir di tengah kehidupan umat-Nya, yang bersekutu di dalam nama-Nya, maka Damai sejahteralah yang diberikan-Nya. Kehadiran Tuhan Yesus pun juga menjadi jawaban kepada orang-orang yang menuntut bukti.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Tuhan Yesus telah bangkit, Dia hidup, Dia hadir di tengah-tengah hidup orang-orang yang percaya kepada-Nya. Dia hadir di dalam kehidupan yang diwarnai kebimbangan, ketakutan dan keragu-raguan dalam menjalani hidup. Dia hadir menembus tembok pemisah karena ketakutan yang melanda, karena keragu-raguan hidup. Kehadiran Tuhan Yesus dalam hidup umat-Nya adalah Damai Sejahtera. Kehadiran Tuhan Yesus dalam hidup umat-Nya adalah penganugerahan hidup yang baru dengan kuasa-Nya. Kehadiran Tuhan Yesus dalam hidup orang percaya adalah juga penegasan tentang penugasan menjadi saksi kebangkitan-Nya melalui tindakan kasih kepada dunia ini. Terpujilah Tuhan Yesus. Amin






Bacaan Alkitab: Yosua 5:9-12; Lukas 15:1-3, 11b-32
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
            Gilgal ada tempat yang sangat bersejarah dalam perjalanan hidup umat Israel. Sebab di Gilgallah umat Israel memasuki fase baru kehidupan. Jika selama di perjalanan di padang gurun umat Israel makan manna, maka di Gilgal manna itu tidak lagi jatuh dari langit. Mereka telah dapat menikmati makanan yang dihasilkan alam melalui pekerjaan mereka. di Gilgal umat Israel merayakan Paskah setelah usainya acara sunat massal bagi umat yang lahir di padang gurun. Paskah kali ini merupakan perayaan yang dimaksudkan untuk mengenang Karya penyelematan Allah sejak umat itu mulai keluar dari Mesir. Gilgal menjadi tempat di mana kemudian umat Israel diarahkan untuk merenungkan kilas balik kehidupan mereka yang senantiasa ada dalam kedaulatan Allah yang menyelamatkan mereka. di Gilgal pula umat itu memandang masa depan dengan menerima bukti kasih pemeliharaan Tuhan, yakni mereka untuk pertama kali menikmati bertih gandung sebagai makan setelah 40 tahun makan manna di padang gurun. Perayaan Paskah ini sesungguhnya menjadi awal mula tradisi perayaan paskah dalam sejarah umat Israel kemudian, walaupun kemudian mengalami pergeseran bentuk dalam pelaksanaannya, akan tetapi makna paskah bagi mereka jelas, yakni bahwa mereka telah keluar dari kebinasaan melalui penyelamatan Allah. Dengan laburan darah domba di pintu-pintu rumah mereka di Mesir, Allah melewatinya dan tidak membinasakan mereka.
Sidang jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Peristiwa bersejarah dalam memasuki fase hidup baru dalam kehidupan umat Israel di Gilgal merupakan peristiwa yang hendak mengingatkan umat Allah itu untuk senantiasa mengingat jati diri mereka sebagai umat yang senantiasa dikasihi oleh Tuhan Allah, oleh sebab itu mereka tidak boleh melupakan Allah yang telah dan senantiasa berkarya di sepanjang jalan hidup mereka. masa derita dan sengsara di perjalanan hidup di masa silam penting untuk dijadikan perenungan hidup dengan tujuan untuk mempersiapkan diri menjadi umat yang tetap setia kepada Tuhan Allah. Setelah puluhan tahun mengalami kehidupan yang serba tidak menetap dan menentu di padang gurun, kini umat Israel kembali ke kehidupan yang dijanjikan. Hidup yang dijamin dan diberkati melalui pemeliharaan Tuhan menjadi kehidupan mereka, maka satu hal yang mesti dipegang teguh ialah tetap menjadi diri sebagai umat Allah. Jalan panjang menggapai kehidupan yang penuh harapan telah mereka tempuh, kini mereka boleh menikmati hasil bumi yang diberikan kepada mereka. semuanya itu ada di Tangan Tuhan Allah. Di dalam Tuhan Allah semuanya tersedia bagi mereka, di dalam Tuhan keselamatan dan sukacita tersedia, maka kembali kepada Tuhan Allah, berarti menikmati keselamatan dan sukacita.
Sidang jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Jika umat Israel mengalami peristiwa penting di Gilgal, maka setiap orang percayapun dipersiapkan Tuhan untuk memasuki fase hidup kearah hidup yang dijamin untuk menikmati damai sejahtera. Perumpamaan tentang anak yang hilang dalam pengajaran Tuhan Yesus melalui kesaksian Alkitab dalam bacaan kita yang kedua saat inipun menegaskan bahwa Tangan Tuhan senantiasa terbuka menantikan anak-anakNya kembali kehadiratNya. Tuhan Allah tidak pernah menghendaki kebinasaan umat kepunyaanNya, melainkan pertobatannya. Laksana si anak bungsu yang kembali setelah merasakan hidup yang perih dan penuh derita akibat ketidakmampuannya mengelola hidup dengan benar, menghabiskan milik yang menjadi bagiannya, meninggalkan ayahnya dan berfoya-foya dengan pelacur-pelacur. Si bungsu merenungkan hidupnya, perenungan tersebut membawanya teringat rumah bapanya, kemudian perenungan ini ditindaklanjutinya dengan aksi kembali. Kembali sama ayah dengan konsekwensi apapun, termasuk dijadikan budah upahan. Aksi kembali si anak bungsu adalah aksi tulus dan murni buah dari penyesalan. Dia bertobat dari segala tindakannya yang salah. Sambutan yang hangat penuh kasih sayang diterimanya tatkala ia kembali kepada ayahnya. Ia yang telah dianggap mati dan hilang ketika meninggalkan ayahnya kini hidup kembali. Sukacita besar terjadi. Namun si Sulung kemudian protes akan hal ini, dia tidak mau masuk kendatipun sang ayah telah menjelaskan semuanya kepadanya.
Sidang jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kita masih di minggu-minggu sengsara, melalui dua bagian bacaan Alkitab saat ini, maka kepada kita diiingatkan bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan kita menjalani kehidupan ini tanpa ada fase hidup yang lebih baik di dalamnya. Bahwa perjalanan hidup ini ada dalam kedaulatanNya. Dia senantiasa menunggu setiap orang untuk datang kepadaNya. tanganNya terbuak lebar, menyambut siapapun yang merespon panggilanNya. Setiap orang yang datang kepadaNya tidak dibuatNya kecewa. Dia bahkan menunggu dan menunggu setiap orang yang dipanggilNya. Maka sebagaimana sejarah umat di Gilgal, maka kepada kitapun diajak untuk terus merenungkan setiap langkah perjalanan hidup kita dengan senantiasa menghitung perbuatan ajaib dan kasih Tuhan di dalamnya. Tuhanlah yang telah dan akan mengeluarkan kita dari kemelut dan derita hidup, dan menyertai kita untuk tiba di fase hidup yang baru yakni bahwa kita dapat menikmati kehidupan ini lewat setiap jerih lelah kita di dalamnya. Semua itu adalah berkat Tuhan Allah. Kembalilah kepada Tuhan, tinggallah di dalam Dia, sebab diluar Dia kita tidak dapat berbuat apa-apa. Hindarilah pula sikap dan sifat si Sulung yang malah terhilang ketika si bungsu ditemukan. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
 


Bacaan Alkitab: Kejadian 22:1-14
Jehova Jireh
Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
       Siapapun di antara kita tidak akan ada yang mau apalagi rela apabila anak sematawayang kita diminta dari kita untuk dijadikan sebagai korban bakaran sekalipun itu untuk Tuhan. Ini adalah tindakan yang tidak akan mungkin dapat dilakukan, kecuali otak kita telah dicuci layaknya beberapa orang yang disebut sebagai teroris sekarang ini. Penolakan kita terhadap praktek keagamaan seperti ini sesungguhnya lahir dari keyakinan kita sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Konteks hidup Abraham memang jauh berbeda dengan konteks kehidupan kita sekarang ini, demikian pula dengan konsep keagamaan. Praktek mempersembahkan korban kepada Tuhan Allah merupakan praktek biasa yang dilaksanakan di zaman Abraham. Demikian pula halnya dengan nazar seorang yang bernama Yefta, ketika ia menazarkan bahwa apabila ia pulang dengan selamat dari peperangan, maka apapun yang menyambutnya yang pertama kali dari dalam rumahnya, akan dipersembahkannya sebagai korban bakaran kepada Tuhan Allah. Ternyata yang menyongsongnya adalah puteri semata wayangnya sendiri. Karena ini adalah nazar kepada Tuhan Allah, maka ia pun harus melakukannya. Tindakan Abraham adalah tindakan yang diluar nalar dan kemampuan kita. Tindakan Abraham ini sesungguhnya menghantar dia benar disebut sebagai Bapa orang percaya, karena kepercayaannya adalah kepercayaan yang sempurna. Apakah Abraham melupakan janji-janji Allah kepadanya, bahwa ia diberkati dan keturunannya akan seperti pasir dan kersik? Bukankah dengan mempersembahkan Ishak kepada Tuhan sebagai korban bakaran janji Tuhan Allah tersebut menjadi tidak benar?
Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Dalam kesaksian Alkitab saat ini, ternyata Abraham tidak sekalipun mempertanyakan atau memberi komentar tentang perintah Tuhan yang datang kepadanya. Yang dapat kita ketahui adalah bahwa Abraham hanya menyahut dan menuruti segala yang Tuhan perintahkan kepadanya. Abraham tidak sedikitpun mengetahui bahwa dirinya sedang diuji. Abraham juga sesungguhnya adalah seorang ayah yang pasti sangat menyayangi anaknya satu-satunya. Tetapi, sekali lagi, Abraham tidak memberikan sepatah katapun menanggapi perintah Tuhan tersebut. Padahal Ishak adalah harta yang paling mahal dihidupnya sebagai pewaris baginya dan meneruskan keturunannya untuk menggenapi apa yang dikehendaki Tuhan Allah atasnya. Pada ayat 2 bacaan kita saat ini, sangat jelas bahwa perintah Tuhan disampaikan kepada Abraham untuk mempersembahkan Ishak anaknya yang tunggal di sebuah gunung di tanah Moria sebagai korban bakaran kepada Allah. Tanpa pertimbangan dan tanpa pertanyaan, Abraham memenuhi perintah tersebut dengan melakukan apa yang Tuhan perintahkan.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Pertanyaan Ishak kepada Abraham tentang domba yang hendak mereka persembahkan kepada Allah, ternyata dijawab oleh Abraham dengan keyakinan yang luar biasa, bahwa Allah akan menyediakannya. Apakah jawaban ini bukan jawaban yang membohongi Ishak anaknya? ataukah jawaban ini merupakan jawaban iman ataukah pula jawaban ini merupakan jawaban kepasrahan? Yang pasti jawaban Abraham ini adalah jawaban yang benar-benar lahir dari keyakinannya bahwa memang Tuhan akan menyediakan sendiri korban bakaran bagi-Nya. Ternyata ketika seluruh perintah Tuhan Allah itu dilakukan Abraham dengan ketulusan, di sanalah kemudian terbuka, bahwa Abraham ternyata sedang dalam ujian iman. Ujian ini merupakan puncak tertinggi untuk menguji iman dan kepercayaan Abraham. Abraham lulus dan penyembahan korban bakaran anak tunggal tidak terjadi, sebab Tuhan Allah sendirilah yang kemudian menyediakan korban bakaran bagi-Nya sebagaimana yang diimani Abraham.
Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Apakah sesungguhnya yang hendak disampaikan kepada kita berdasarkan kesaksian Alkitab ini? Yang pasti bahwa Tuhan tidak akan pernah meminta kita mempersembahkan anak kita sendiri sebagai korban yang dibakar kepada-Nya. Tetapi kesaksian Alkitab ini hendak mengarahkan kita untuk mengetahui dan menyadari bahwa Tuhan Allah tidak meminta yang tidak berharga dari kita sebagai persembahan bagi-Nya. Yang paling berharga di dalam hidup ini sungguh dikehendaki oleh Tuhan Allah menjadi persembahan bagi-Nya. Artinya walaupun Tuhan Allah kita adalah Allah yang Maha murah, tetapi Dia tidak murahan dan tidak menghendaki yang murah dipersembahkan kepada-Nya. Selanjutnya melalui kesaksian Alkitab ini, sesungguhnya kepada kita diberitakan bahwa ukuran iman seseorang terletak pada ketaatannya kepada Tuhan Allah. Ketaatan tersebut kemudian nyata dari pemberian diri atau respon pada perintah Tuhan Allah. Itulah yang dilakukan Abraham. Tanpa protes, tanpa bersikap kritis, tanpa bertanya dan tanpa menimbang-nimbang, ia melakukan segala yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Pertanyaan kemudian yang mungkin lahir di benak kita: apakah Tuhan masih menguji iman kita sampai saat ini, kendatipun Tuhan Yesus Kristus telah menjadi korban bagi kita? Jawabannya adalah ya. Selama kita masih hidup di dunia ini, iman kita akan terus di uji dan ditempa hingga mencapai kemurniannya. Pengalaman hidup dan beriman Abraham mesti dijadikan sebagai refleksi iman bagi kita, apakah kita telah dan akan mampu mempersembahkan yang paling berharga bagi kemuliaan Tuhan? Di zaman sekarang ini, setuju atau tidak, waktulah yang paling berharga bagi setiap orang. Waktu adalah segala-galanya bagi orang yang hidup di zaman ini. Tidak sedikit orang yang sangat tidak mau waktunya hilang. Persoalannya kemudian, waktu itu sepertinya tidak disadari sebagai anugerah yang paling berharga dari dan bagi Tuhan. Memberi waktu bagi Tuhan menjadi tantangan tersulit untuk dilakukan saat sekarang ini. Terpujilah Tuhan.
       Tuhan memberkati kita amin.               
 




Bacaan Alkitab: Matius 27:11-26
Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
       Proses pengadilan yang dihadapi Tuhan Yesus, berdasarkan bacaan kita saat ini sesungguhnya adalah pengadilan yang formalitas. Sebab sebelum vonis dijatuhkan kepada Yesus, sebenarnya Dia telah divonis untuk dihukum mati oleh imam-imam kepala dan para ahli taurat Yahudi. Walaupun Yesus Kristus dihadapkan kepada Pilatus sebagai wali negeri kala itu, imam-imam kepala dan para ahli taurat sebenarnya hanya ingin mendapatkan rekomendasi vonis mereka terhadap Yesus Kristus. Sebagai wali negeri, Pilatus memiliki wewenang untuk memutuskan vonis terhadap seseorang yang diduga bersalah atas kejahatan yang dilakukannya. Itulah sebabnya imam-imam kepala dan para ahli taurat menghadapkan Yesus Kristus kepadanya. Pilatus sesungguhnya tidak menemukan sedikitpun alasan untuk menghukum Yesus Kristus, karena tidak ada kesalahan yang dilakukan Yesus Kristus. Itulah sebabnya Pilatus sangat heran ketika Yesus Kristus hanya berdiam diri atas segala tuduhan yang ditujukan kepadaNya. Ternyata sikap berdiam diri Yesus Kristus tersebut merupakan jawaban atas apa yang terjadi. Yesus Kristus sungguh mengetahui bahwa semua orang, termasuk imam-imam kepala, para ahli taurat dan juga Pilatus mengetahui bahwa Yesus Kristus tidak bersalah. Tidak ada kejahatan yang dilakukan Yesus Kristus.
Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Pilatus kemudian berupaya membebaskan Yesus Kristus melalui wewenangnya. Sesuai dengan tradisi pada setiap hari raya Yahudi, bahwa wali negeri membebaskan seorang narapidana sesuai dengan permintaan rakyat, maka Pilatus memberikan pilihan kepada rakyat Yesus Kristus atau Yesus Barabas yang akan dibebaskan. Ternyata orang banyak itu oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua lebih memilih Yesus Barabas yang nota bena adalah seorang penjahat kelas kakap untuk dibebaskan. Massa yang terhasut oleh perasaan dengki kemudian berteriak-teriak untuk disalibkan. Pilatus sungguh berada di tengah dilema. Isterinyapun telah mengingatkan dia supaya jangan mencampuri urusan Yesus Kristus yang adalah orang benar. Pilatus pun sungguh yakin bahwa Yesus Kristus tidak bersalah. Tekanan massa yang mengarah pada kerusuhan menjadi pertimbangan utama bagi Pilatus untuk kemudian mengambil sikapnya. Dia cuci tangan dalam perkara ini. Pilatus tidak mampu memberikan sikap tegas dan menanggung konsekwensi dari sebuah putusan. Akhirnya Yesus Kristuspun disalibkan.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Apa yang harus kita maknai dari peristiwa ini dalam hubungannya sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus yang disalibkan itu? Yang pertama: Sikap Yesus Kristus yang mengambil sikap berdiam diri atas segala tuduhan yang dialamatkan kepadaNya. Yesus Kristus sungguh mengetahui bahwa mengkalrifikasi tuduhan atau fitnah yang ditujukan kepadaNya di saat semua orang dikuasai rasa dengki adalah tindakan yang tiada artinya. Yesus Kristus ingin membuktikan semua fitnah dan tuduhan itu lewat proses hidup yang dihadapiNya oleh BapaNya. Maka kemudian kebangkitanNya menjadi jawaban atas seluruh fitnah dan penghakiman yang dialamatkan kepadaNya. sikap berdiam Yesus Kristus juga merupakan sikap yang menunjuk pada ketaatan Yesus Kristus kendatipun harus disalibkan. Ketaatan itu ditunjukkan Yesus Kristus kepada BapaNya, supaya segala hal yang dinubuatkan tentangNya benar-benar tergenapi. Yang kedua, sikap imam-imam kepada dan tua-tua, ahli-ahli taurat dan orang banyak yang terhasut penting untuk direnungkan supaya kita jangan sampai terjebak pada sikap dengki kepada orang lain dalam hidup ini. Mereka telah memilih yang salah dan salah memilih karena hidup mereka diluasai oleh dengki. Seseorang yang dikuasa dengki akan jatuh pada tindakan memilih yang salah dan salah memilih. Ingatlah bahwa hidup ini adalah pilihan, maka supaya jangan sampai memilih yang salah dan salah memilih, jauhkanlah hidup dari sikap dan perasaan dengki. Yang ketiga, sikap yang ditunjukkan Pilatuspun juga menjadi kritik bagi kita supaya kita juga menghindar dari sikap cuci tangan dari persoalan dan masalah yang sesungguhnya menuntut tanggungjawab kita. Terlepas dari peristiwa yang harus digenapi oleh Yesus Kritus tentang salib, sikap Pilatus bukanlah sikap yang benar untuk dipraktekkan dalam hidup kita sebagai orang-orang yang bersekutu, berinteraksi dan berjumpa dengan sesama kita. berani bertanggungjawab membela yang benar harus menjadi sikap dan prinsip hidup setiap orang percaya. Yang terakhir, melalui penyaliban Tuhan Yesus Kristus, kita sekalian diingatkan pada dua hal, yakni bahwa kita telah ditebus dan lunas dibayar dari cengkeraman kuasa dosa. Kita harus mengharga anugerah ini dengan kehidupan yang benar dan berguna bagi Tuhan Allah. Yang kedua bahwa melalui penyaliban Yesus Kristus, kitapun diminta untuk menyalibkan segala bentuk ego diri kita, menyalibkan segala kesombongan, menyalibkan segala hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Yakinlah dan percayalah bahwa penyaliban Yesus Kristus adalah anugerah bagi kita untuk menjadi pemenang bersama Tuhan Yesus yang bangkit dan hidup. Tuhan memberkati kita amin.        





Bacaan Alkitab: Bacaan Alkitab: Roma 12: 1
IBADAH DAN PERSEMBAHAN YANG BENAR
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Persembahan, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan setiap agama. Persembahan tersebut memiliki tempat yang penting dalam setiap ritus keagamaan. Namun hakekat dan maknanya tidaklah sama dengan unsur persembahan dalam kehidupan kekristenan. Oleh beberapa agama, persembahan biasanya dipahami sebagai sarana untuk memberikan kebutuhan atau memenuhi tuntutan dari yang disembah (hal ini dapat kita lihat dalam kepercayaan agama suku), ada juga yang memahaminya sebagai usaha atau upaya untuk mengumpulkan saldo amal atau perbuatan supaya dikenan oleh yang disembahnya. Di pihak lain, persembahan juga sering dipahami sebagai usaha umat untuk meredam kemarahan yang disembahnya agar berhenti marah atau memberikan hukuman kepada umat.
            Pemahaman tentang persembahan seperti itu, sangatlah jauh berbeda dengan persembahan yang dipahami oleh orang-orang Kristen. Bagi kehidupan orang Kristen, persembahan merupakan tanda ungkapan syukur dan sukacita kepada Tuhan yang telah lebih dahulu memberkati kehidupan umatNya. Persembahan tersebut juga menjadi tanda terima kasih kepada Tuhan yang dengan setia memberkati umatNya. Jadi adalah keliru jika persembahan dipahami sebagi upaya manusia untuk membujuk Tuhan agar Tuhan memberkati, agar Tuhan tidak menjatuhkan hukuman kepada umatNya.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Tidak dapat dipungkiri bahwa ada sebagian orang Kristen yang keliru memahami apakah persembahan itu. ada sebagian orang yang memahami bahwa persembahan itu hanyalah berupa materi ataupun uang. Pemahaman seperti ini, sepertinya dipengaruhi gaya hidup yang dipengaruhi materialism, sehingga persembahanpun dipahami hanyalah dengan berupa materi. Tetapi tidaklah demikian dalam diri Paulus. Persembahan yang benar bagi Paulus ialah pemberian totalitas hidup bagi kemuliaan Allah. Paulus katakana “persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah, itu adalah ibadahmu yang sejati. Perkataan Paulus ini hendak menegaskan bahwa persembahan yang benar bukanlah melulu dengan pemberian materi, melainkan harus dengan totalitas hidup (tubuh). Dalam hal ini segala sesuatu yang dimiliki seseorang dalam hidupnya wajib dipersembahkan kepada Tuhan. bukan hanya berupa materi, tetapi juga kemampuan, atau apapun yang dimiliki seseorang termasuk pikirannya, perasaannya bahkan waktunya. Pemahaman tentang persembahan seperti ini, akan benar-benar berkenan kepada Tuhan apabila segala totalitas hidup diberikan untuk kemuliaan Tuhan. Itu berarti, persembahan bukanlah melulu diberikan kepada Tuhan dalam kegiatan peribatan, atau dengan kata lain, persembahan bukanlah melulu hanya sebagai salah satu unsur dalam liturgi ibadah.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
               Walaupun dengan kalimat singkat, Paulus memberikan penjelesan tentang persembahan dan ibadah yang sejati dengan jelas dan lengkap. Dengan kata lain, Paulus hendak menegaskan bahwa ibadah yang sejati dan sesungguhnya ialah pemberian diri secara total bagi kemuliaan Allah. Itu berarti persembahan menjadi inti dari ibadah. Persembahan baik berupa uang ataupun bahan natura disaat kita mengikuti ibadah. Pengertian tentang persembahan yang demikian tidaklah lengkap dan sempurna.  Oleh karena itu, jika menyimak dengan seksama pengajaran Paulus ini, maka jelaslah bagi kita bahwa persembahan yang benar itu adalah memberi diri, hidup secara total (keseluruhan) hidup bagi kemuliaan Tuhan. Pemberian diri secara total sebagai persembahan kepada Tuhan dapat diwujudkan melalui perbuatan kita setiap hari, kapan dan dimanapun kita berkarya. Amin



Bacaan Alkitab: Lukas 12:35-40
Siap Sedia Selalu
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pinggang dan Pelita adalah perlengkapan yang melengkat dalam kehidupan orang-orang Yahudi. Setiap laki-laki pasti memiliki ikat pinggang karena bentuk pakaian mereka membutuhkan ikat pinggang sehingga mereka dapat beraktifitas dengan baik dan nyaman. Jika seseorang Yahudi sedang melepas ikat pinggangnya, itu berarti dia sedang berada di tengah waktu istirahat atau sedang tidak beraktifitas. Ikat pinggang kemudian menjadi symbol bagi setiap laki-laki Yahudi yang menunjuk pada kesiapan mereka dalam beraktifitas. Peralatan yang kedua adalah pelita. Setiap rumah orang Yahudi pasti memiliki pelita, karena ini adalah kebutuhan penting bagi mereka di waktu malam, baik dirumah maupun ketika mereka bepergian di waktu malam. Pelita ini akan menjadi perhatian setiap orang Yahudi, supaya tetap terjamin akan menyala ketika malam tiba. Pelita yang menyala juga menjadi symbol kesiapsediaan seseorang dalam menyambut waktu yang baru, yakni malam hari.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Ikat pinggang dan pelita digunakan oleh Tuhan Yesus sebagai bahan penagajaran-Nya menyangkut perihal “kewaspadaan” setiap orang menyambut kedatangan Tuhannya. Dengan menganalogikan bagaikan tuan yang sedang bepergian ke tempat pesta perkawinan dan akan kembali tanpa diketahui, maka hamba-hamba tuan tersebut mesti siap sedia menyambut ketika tuannya pulang. Dalam tradisi orang Yahudi, pesta perkawinan adalah acara yang dapat berlangsung berhari-hari. Acara pesta dapat berlangsung lama dan tidak dibatasi waktunya. Pesta akan usai ketika para tamu undangan telah kembali. Itulah sebabnya Yesus mengibaratkan kedatangan-Nya bagaikan kedatangan seorang tuan yang pulang dari pesta perkawinan. Setiap tuan pastilah akan bersukacita dan senang, apabila hamba-hamba-Nya senantiasa siap sedia menyambut kedatangannya kapanpun waktunya. Berbahagialah hamba yang berlaku demikian. Kedatangan Tuhanpun demikian.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Berbicara kedatangan Tuhan, sesungguhnya kita membicarakan bagaimana Tuhan hadir di tengah-tengah hidup umat-Nya. Kedatangan-Nya akan menjadi jerat bagi setiap orang yang tidak bersiapsedia dan tentu menjadi kebahagiaan bagi semua orang yang menyambut-Nya dengan benar dan dalam kebenaran hidup, yakni hidup yang senantias siap sedia untuk layak menyambut Tuhan datang. Firman Tuhan ini, sesungguhnya menegaskan kepada kita bahwa, kedatangan Tuhan atau kehadiran Tuhan dalam kehidupan ini menuntut kesiapsediaan kita. Pinggang yang terikat dan pelita yang menyala menegaskan kepada kita bahwa kita mesti siap sedia menyambut Tuhan hadir dan datang ke dalam kehidupan kita. Kedatangan Tuhan di sini harus dipahami dengan lengkap, bahwasannya, kedatangan yang dimaksudkan bukan hanya berbicara nanti ketika Dia datang kali kedua, tetapi juga menyangkut seluruh dimensi waktu, yakni kedatangan-Nya kapanpun di dalam hidup kita. Siap dan sedia yang disimbolkan dengan pinggang yang terikat dan pelita menjadi sikap yang dituntut dari kita dalam hidup keberimanan kita. Kita tidak mengetahui kapan waktunya Tuhan datang, tetapi yang pasti Dia datang ke dalam hidup kita semua. Kedatangan Tuhan ke dalam hidup setiap orang menuntut tempat yang layak dan penyambutan yang siap, maka ketika itu tersedia di hidup kita, maka di sanalah kebahagiaan menjadi milik kita. Kenapa? Karena Tuhan Yesus, Tuhan kita niscaya memberikannya karena kita didapati-Nya siap dan sedia. 
Saudara-saudara, dengan kesiap sediaan yang bagaimanakah kita menantikan kedatangan-Nya di dalam hidup ini? Layaknya hamba, yang mempersembahkan hidupnya bagi tuannya, dan taat serta setia kepada tuannya, karena dia hidup oleh dan di dalam tuannya, maka demikianlah pula halnya kita sebagai hamba-hamba Tuhan di hidup ini. Kesetiaan, ketaatan dan kesadaran bahwa hidup kita sepenuhnya di Tangan Tuhan, mestilah menjadi prinsip hidup kita. Di dalam prinsip hidup seperti inilah sesungguhnya kesiap sediaan akan terus terpancar dari hidup kita dan menjadi sikap dan tindakan kita. Kapanpun Tuhan datang, kedatangan-Nya adalah sukacita dan kemenangan bagi kita, sebab memang kita telah menanti Dia dengan kesiap sediaan, Dia datang, hadir dan bersama kita karena hidup kita benar-benar layak menjadi kediaman-Nya. Ketika Dia berdiam di dalam hidup kita, maka saat itulah Damai sejahtera dan kebahagiaan menjadi milik kita. Terpujilah Dia, marilah siap sedia senantiasa menyambut Dia. Amin
               Amin


Bacaan Alkitab: Bacaan Alkitab: Roma 12: 1
IBADAH DAN PERSEMBAHAN YANG BENAR
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Persembahan, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan setiap agama. Persembahan tersebut memiliki tempat yang penting dalam setiap ritus keagamaan. Namun hakekat dan maknanya tidaklah sama dengan unsur persembahan dalam kehidupan kekristenan. Oleh beberapa agama, persembahan biasanya dipahami sebagai sarana untuk memberikan kebutuhan atau memenuhi tuntutan dari yang disembah (hal ini dapat kita lihat dalam kepercayaan agama suku), ada juga yang memahaminya sebagai usaha atau upaya untuk mengumpulkan saldo amal atau perbuatan supaya dikenan oleh yang disembahnya. Di pihak lain, persembahan juga sering dipahami sebagai usaha umat untuk meredam kemarahan yang disembahnya agar berhenti marah atau memberikan hukuman kepada umat.
            Pemahaman tentang persembahan seperti itu, sangatlah jauh berbeda dengan persembahan yang dipahami oleh orang-orang Kristen. Bagi kehidupan orang Kristen, persembahan merupakan tanda ungkapan syukur dan sukacita kepada Tuhan yang telah lebih dahulu memberkati kehidupan umatNya. Persembahan tersebut juga menjadi tanda terima kasih kepada Tuhan yang dengan setia memberkati umatNya. Jadi adalah keliru jika persembahan dipahami sebagi upaya manusia untuk membujuk Tuhan agar Tuhan memberkati, agar Tuhan tidak menjatuhkan hukuman kepada umatNya.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Tidak dapat dipungkiri bahwa ada sebagian orang Kristen yang keliru memahami apakah persembahan itu. ada sebagian orang yang memahami bahwa persembahan itu hanyalah berupa materi ataupun uang. Pemahaman seperti ini, sepertinya dipengaruhi gaya hidup yang dipengaruhi materialism, sehingga persembahanpun dipahami hanyalah dengan berupa materi. Tetapi tidaklah demikian dalam diri Paulus. Persembahan yang benar bagi Paulus ialah pemberian totalitas hidup bagi kemuliaan Allah. Paulus katakana “persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah, itu adalah ibadahmu yang sejati. Perkataan Paulus ini hendak menegaskan bahwa persembahan yang benar bukanlah melulu dengan pemberian materi, melainkan harus dengan totalitas hidup (tubuh). Dalam hal ini segala sesuatu yang dimiliki seseorang dalam hidupnya wajib dipersembahkan kepada Tuhan. bukan hanya berupa materi, tetapi juga kemampuan, atau apapun yang dimiliki seseorang termasuk pikirannya, perasaannya bahkan waktunya. Pemahaman tentang persembahan seperti ini, akan benar-benar berkenan kepada Tuhan apabila segala totalitas hidup diberikan untuk kemuliaan Tuhan. Itu berarti, persembahan bukanlah melulu diberikan kepada Tuhan dalam kegiatan peribatan, atau dengan kata lain, persembahan bukanlah melulu hanya sebagai salah satu unsur dalam liturgi ibadah.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
               Walaupun dengan kalimat singkat, Paulus memberikan penjelesan tentang persembahan dan ibadah yang sejati dengan jelas dan lengkap. Dengan kata lain, Paulus hendak menegaskan bahwa ibadah yang sejati dan sesungguhnya ialah pemberian diri secara total bagi kemuliaan Allah. Itu berarti persembahan menjadi inti dari ibadah. Persembahan baik berupa uang ataupun bahan natura disaat kita mengikuti ibadah. Pengertian tentang persembahan yang demikian tidaklah lengkap dan sempurna.  Oleh karena itu, jika menyimak dengan seksama pengajaran Paulus ini, maka jelaslah bagi kita bahwa persembahan yang benar itu adalah memberi diri, hidup secara total (keseluruhan) hidup bagi kemuliaan Tuhan. Pemberian diri secara total sebagai persembahan kepada Tuhan dapat diwujudkan melalui perbuatan kita setiap hari, kapan dan dimanapun kita berkarya. Amin

 

Bacaan Alkitab: Matius 27:11-26
Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
       Proses pengadilan yang dihadapi Tuhan Yesus, berdasarkan bacaan kita saat ini sesungguhnya adalah pengadilan yang formalitas. Sebab sebelum vonis dijatuhkan kepada Yesus, sebenarnya Dia telah divonis untuk dihukum mati oleh imam-imam kepala dan para ahli taurat Yahudi. Walaupun Yesus Kristus dihadapkan kepada Pilatus sebagai wali negeri kala itu, imam-imam kepala dan para ahli taurat sebenarnya hanya ingin mendapatkan rekomendasi vonis mereka terhadap Yesus Kristus. Sebagai wali negeri, Pilatus memiliki wewenang untuk memutuskan vonis terhadap seseorang yang diduga bersalah atas kejahatan yang dilakukannya. Itulah sebabnya imam-imam kepala dan para ahli taurat menghadapkan Yesus Kristus kepadanya. Pilatus sesungguhnya tidak menemukan sedikitpun alasan untuk menghukum Yesus Kristus, karena tidak ada kesalahan yang dilakukan Yesus Kristus. Itulah sebabnya Pilatus sangat heran ketika Yesus Kristus hanya berdiam diri atas segala tuduhan yang ditujukan kepadaNya. Ternyata sikap berdiam diri Yesus Kristus tersebut merupakan jawaban atas apa yang terjadi. Yesus Kristus sungguh mengetahui bahwa semua orang, termasuk imam-imam kepala, para ahli taurat dan juga Pilatus mengetahui bahwa Yesus Kristus tidak bersalah. Tidak ada kejahatan yang dilakukan Yesus Kristus.
Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Pilatus kemudian berupaya membebaskan Yesus Kristus melalui wewenangnya. Sesuai dengan tradisi pada setiap hari raya Yahudi, bahwa wali negeri membebaskan seorang narapidana sesuai dengan permintaan rakyat, maka Pilatus memberikan pilihan kepada rakyat Yesus Kristus atau Yesus Barabas yang akan dibebaskan. Ternyata orang banyak itu oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua lebih memilih Yesus Barabas yang nota bena adalah seorang penjahat kelas kakap untuk dibebaskan. Massa yang terhasut oleh perasaan dengki kemudian berteriak-teriak untuk disalibkan. Pilatus sungguh berada di tengah dilema. Isterinyapun telah mengingatkan dia supaya jangan mencampuri urusan Yesus Kristus yang adalah orang benar. Pilatus pun sungguh yakin bahwa Yesus Kristus tidak bersalah. Tekanan massa yang mengarah pada kerusuhan menjadi pertimbangan utama bagi Pilatus untuk kemudian mengambil sikapnya. Dia cuci tangan dalam perkara ini. Pilatus tidak mampu memberikan sikap tegas dan menanggung konsekwensi dari sebuah putusan. Akhirnya Yesus Kristuspun disalibkan.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Apa yang harus kita maknai dari peristiwa ini dalam hubungannya sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus yang disalibkan itu? Yang pertama: Sikap Yesus Kristus yang mengambil sikap berdiam diri atas segala tuduhan yang dialamatkan kepadaNya. Yesus Kristus sungguh mengetahui bahwa mengkalrifikasi tuduhan atau fitnah yang ditujukan kepadaNya di saat semua orang dikuasai rasa dengki adalah tindakan yang tiada artinya. Yesus Kristus ingin membuktikan semua fitnah dan tuduhan itu lewat proses hidup yang dihadapiNya oleh BapaNya. Maka kemudian kebangkitanNya menjadi jawaban atas seluruh fitnah dan penghakiman yang dialamatkan kepadaNya. sikap berdiam Yesus Kristus juga merupakan sikap yang menunjuk pada ketaatan Yesus Kristus kendatipun harus disalibkan. Ketaatan itu ditunjukkan Yesus Kristus kepada BapaNya, supaya segala hal yang dinubuatkan tentangNya benar-benar tergenapi. Yang kedua, sikap imam-imam kepada dan tua-tua, ahli-ahli taurat dan orang banyak yang terhasut penting untuk direnungkan supaya kita jangan sampai terjebak pada sikap dengki kepada orang lain dalam hidup ini. Mereka telah memilih yang salah dan salah memilih karena hidup mereka diluasai oleh dengki. Seseorang yang dikuasa dengki akan jatuh pada tindakan memilih yang salah dan salah memilih. Ingatlah bahwa hidup ini adalah pilihan, maka supaya jangan sampai memilih yang salah dan salah memilih, jauhkanlah hidup dari sikap dan perasaan dengki. Yang ketiga, sikap yang ditunjukkan Pilatuspun juga menjadi kritik bagi kita supaya kita juga menghindar dari sikap cuci tangan dari persoalan dan masalah yang sesungguhnya menuntut tanggungjawab kita. Terlepas dari peristiwa yang harus digenapi oleh Yesus Kritus tentang salib, sikap Pilatus bukanlah sikap yang benar untuk dipraktekkan dalam hidup kita sebagai orang-orang yang bersekutu, berinteraksi dan berjumpa dengan sesama kita. berani bertanggungjawab membela yang benar harus menjadi sikap dan prinsip hidup setiap orang percaya. Yang terakhir, melalui penyaliban Tuhan Yesus Kristus, kita sekalian diingatkan pada dua hal, yakni bahwa kita telah ditebus dan lunas dibayar dari cengkeraman kuasa dosa. Kita harus mengharga anugerah ini dengan kehidupan yang benar dan berguna bagi Tuhan Allah. Yang kedua bahwa melalui penyaliban Yesus Kristus, kitapun diminta untuk menyalibkan segala bentuk ego diri kita, menyalibkan segala kesombongan, menyalibkan segala hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Yakinlah dan percayalah bahwa penyaliban Yesus Kristus adalah anugerah bagi kita untuk menjadi pemenang bersama Tuhan Yesus yang bangkit dan hidup. Tuhan memberkati kita amin.        







Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 16:16-34
Doa dan Pujian Yang berkuasa
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pengalaman Paulus dan Silas di Kota Filipi, merupakan menarik perhatian, bahwa kedua Pelayan Tuhan ini harus terpenjara karena ajaran kebenaran yang mereka beritakan di sana. Setelah membuat seorang penjual kain ungu dari Tiatira yakni Lidia menjadi percaya kepada Yesus Kristus, mereka berdua memberitakan Injil di tempat sembahyang (sinagoge) orang Yahudi, di sana mereka berjumpa dengan seorang hamba perempuan yang memiliki roh tenung (pneuma pyton= Yunani= roh Pyton, yakni roh salah satu dewa yang sangat disegani di kota itu)dari tenungan-tenungan perempuan ini, ternyata ada tuan-tuan yang diuntungkan yakni memperoleh penghasilan yang tidak sedikit. Perempuan ini mengikuti Paulus dan Silas dari belakang di perjalanan mereka di Kota Filipi, sambil berteriak. Teriakannya ternyata adalah sebuah teriakan yang benar, ”Orang-orang ini adalah hamba Allah yang Maha tinggi. Mereka memberitakan kepadamu jalan keselamatan”. Hal ini dilakukan selama beberapa hari lamanya. (17-18). Tingkah perempuan ini, menjadi gangguan bagi Paulus dan kemudian mengusir roh tenung dari hamba perempuan ini. Roh itu keluar dan perempuan tersebut kehilangan kemampuan menenung dan akibatnya tuan-tuannya dirugikan. Paulus dan Silas menjadi sasaran kekecewaan. Akhirnya, tuan-tuan ini memprovokasi orang banyak, termasuk pembesar kota itu dengan memfitnah Paulus dan Silas telah mengajarkan adat istiadat Yahudi kepada masyarakat yang nota bene didominasi oleh warga yang berkebudayaan Romawi. Paulus dan Silas akhirnya dipenjarakan atas rekomendasi pembesar-pembesar kota Filipi. Mereka ditempatkan pada penjara bagian tengah disertai dengan pasungan di bawah tanggungjawab seorang kepala penjara.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pada waktu tengah malam, Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan Allah disaksikan oleh para tahanan yang ada. Di saat itulah sebuah peristiwa di luar nalar terjadi. Terjadi gempa bumi yang hebat yang mengakibatkan semua pintu penjara terbuka demikian juga dengan belenggu para tahanan. Apakah sesungguhnya yang terjadi? Ternyata kuasa doa dan nyanyian puji-pujian yang disampaikan Paulus dan Silas sungguh luar biasa besarnya. Doa dan nyanyian puji-pujian dari mereka yang telah bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Mari kita renungkan lebih dahulu bagian ini! Doa dan nyanyian puji-pujian Paulus dan Silas mengakibatkan terjadinya peristiwa ajaib malam itu. Ada apa dengan doa dan nyanyian puji-pujian?
Dalam hidup kekristenan, Doa dan Nyanyian puji-pujian adalah dua aktifitas yang tidak dapat terpisahkan. Keduanya adalah satu kesatuan yang utuh. Doa dapat disampiakan dalam bentuk nyanyian puji-pujian dan nyanyian puji-pujian adalah doa dalam hubungannya dengan Tuhan Allah. Sedangkan hubungannya dengan manusia lainnya adalah, doa dan nyanyian puji-pujian adalah bagian dari kesaksian tentang kemahakuasaan Tuhan Allah. di Minggu saat ini, kita sedang berada di Minggu diantara Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga dan Ketuangan Roh Kudus. Minggu ini dalam tradisi gereja lama sampai pada tradisi gereja Katolik disebut dengan minggu Novena, atau minggu dimana orang-orang percaya melakukan ritual doa selama 9 hari atau 9 jam. Ritual doa ini telah ditiadakan dalam gereja Protestan karena terkesan lebih bersifat tradisi daripada Alkitabiah. Tetapi walalupun demikian, aktifitas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah adalah aktifitas yang harus dilakukan oleh setiap orang percaya, karena doa dan nyanyian puji-pujian adalah saran utama bagi orang percaya berkomunikasi dengan Tuhan Allahnya dan juga menjadi kesaksian iman yang nyata.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Doa orang benar sangat besar kuasanya, itulah yang terjadi dengan doa Paulus dan Silas, karena mereka berdua adalah orang yang telah dibenarkan oleh Tuhan Yesus Kristus melalui pertobatannya. Doa dan nyanyian puji-pujian merupakan sarana beriman yang senantiasa melekat dalam hidup orang yang percaya kepada Tuhan Allah. Doa dan nyanyian puji-pujian di zaman millennial ini, sepertinya mengalami pergeseran arti dan makna serta hakekatnya dalam hidup orang percaya. Kenapa dikatakan demikian? Lihat saja di berbagai media sosial, begitu banyak orang menuliskan doa dan juga menuliskan nyanyian puji-pujian dengan harapan supaya mendapat respon dari orang lain, tetapi lupa menyampaikannya dalam kehidupan nyata. Yang berikut adalah, doa dan nyanyian puji-pujian seakan bukan lagi aktifitas yang wajib dan rutin dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Doa dan nyanian puji-pujian bahkan kerapkali hanya dipahami sebuah keindahan dalam bentuk bahasa dan seni belaka. Akibatnya adalah doa dan nyanyian puji-pujian semakin kehilangan kuasanya dalam hidup orang percaya.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kisah dalam bacaan kita ternyata masih berlanjut pada pokok yang baru, yakni bagaimana sang kepala penjara hendak melakukan bunuh diri karena menyangka para tahanan telah pada kabur. Paulus dan Silas menghentikan upaya ini. Sang kepala penjara kemudian bertanya:”tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat? Pertanyaan ini kemudian menjadi peintu masuk bagi Paulus dan Silas untuk bersaksi, mengkomunikasikan Tuhan Yesus Kristus kepadanya. Jawab mereka “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus, Engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu”. Apa respon sang kepala penjara menanggapi  pernyataan ini? Yang pasti kepala penjara mengaku percaya, tetapi tidak dengan kata-kata. Dia mengkomunikasikan kepercayaannya dengan tindakannya;
1.      Menerima pemberitaan Injil di rumahnya
2.      Melakukan pelayanan kasih, yakni membasuh bilur-bilur Paulus dan Silas
3.      Memberi diri dan seisi rumahnya dibaptis (dipersatukan dengan kematian dan kebangkitan Kristus)
4.      Memberikan pelayanan diakonis, yakni menjamu Paulus dan Silas makan dirumahnya
Dua pokok renungan kita saat ini, yakni doa dan nyanyian Paulus dan Silas dan kemudian kepercayaan kepala penjara, sesungguhnya adalah satu kesatuan yang utuh dan berkesinambungan.
Berangkat dari doa dan nyanyian puji-pujian yang disampaikan Paulus dan Silas dari dalam Penjara, pemberitaan keselamatanpun tersampaikan kepada kepala penjara dan seisi rumahnya. Kepala penjara dan seisi rumahnya menjadi percaya dan bergembira. Kepercayaan kepala penjara adalah bentuk percaya yang mesti menantang kita dalam kehidupan ini.
“Bukan doa yang membuat iman bekerja, tetapi imanlah yang membuat doa berkuasa”
Tuhan Yesus Memberkati kita. Amin




Bacaan Alkitab: Kolose 2:6- 7
“Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia”.
“Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur”
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
          Pertama-tama, saya mengucapkan selamat ulang tahun buat Jemaat GPID Koinonia Palu yang ke 3 tahun, tepatnya tanggal 9 February 2019. Tentu sebagai sebuah jemaat yang masih berusia 3 tahun, kita menyadari bahwa jemaat Tuhan ini, masih sedang dan sementara menuju proses perjalanan pelayanan ke arah yang lebih baik. 3 tahun adalah usia yang masih sangat belia bagi sebuah persekutuan, akan tetapi terpujilah Tuhan, di usia yang ke-3 tahun ini kita masih dimampukan oleh Tuhan Allah hidup di tengah dan menjalani persekutuan dengan berbagai bentuk pengalaman hidup di dalamnya. Sesuai dengan nama jemaat ini, “Koinonia”, maka sesungguhnya kita sekalian yang terhimpun di dalam jemaat ini adalah “satu persekutuan” yang diikat oleh satu kasih, satu iman, satu baptisan dan satu Allah. Kesatuan tersebutlah yang menjadi kekuatan kita menjalani kehidupan dalam persekutuan ini. Sebagai Koinonia, kita adalah Tubuh Kristus. Koinonia bukan hanya merupakan perkumpulan begitu saja, melainkan persekutuan yang bersifat soteriology (keselamatan) di mana setiap anggota yang bersekutu di dalamnya berjuang bersama di dalam iman, pengharapan dan kasih memelihara anugerah Allah di dalam dan melalui Yesus Kristus yang adalah Sang Kepala persekutuan tersebut. 3 Tahun sudah persekutuan ini berjalan dalam pelayanan demi kemuliaan Tuhan, tentu kita masih dengan mudah mengingat setiap hal yang dialami dan yang terjadi. Sampai di titik ini, kita diarahkan menyadari bagaimana kesetiaan Tuhan terus berlaku dan kita alami.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
          Di ulang tahun jemaat yang ke- 3 tahun saat ini, Firman Tuhan bagi kita merupakan nasihat Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose, sehubungan perjuangan mereka sebagai sebuah persekutuan menuju ke arah kemandirian dan kedewasaan. Jemaat Kristen di Kolose bapak, ibu, saudara-saudara sekalian adalah jemaat yang yang terdiri dari latarbelakang Yahudi dan non Yahudi. Keberagaman adalah ciri jemaat ini, demikian pula dalam ideologi maupun ajaran filsafat tumbuh subur di sini. Kolose adalah Sebuah kota yang semula sangat makmur sebagai kota perdagangan wool dan tektil yang ramai disinggahi oleh banyak orang. Tetapi kemudian, kota ini menjadi tertinggal setelah kota Laodikia berhasil menjadi kota dagang yang lebih modern. Orang-orang percaya di Kolose sebagian besar berasal dari orang-orang yang sebelumnya tidak mengenal Tuhan Allah. Walaupun jemaat Tuhan di Kolose telah berdiri dan menjadi jemaat yang hidup di dalam kasih, akan tetapi tantangan dan ancaman baik berupa ajaran sesat, upaya memasukkan ideologi ke dalam ajaran iman terus terjadi. Maka Paulus sangat mengkuatirkan bahwa pemahaman mengenai kepercayaan mereka kepada Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus bisa saja menjadi kabur. Maka Paulus memberikan nasihat iman kepada mereka sebagai sebuah persekutuan yang telah menerima dan hidup berdasarkan iman kepada Yesus Kristus Tuhan.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
          Mari kita renungkan dengan seksama nasihat Rasul Paulus ini sebagai bentuk sukacita dan syukur kita kepada Tuhan Allah di ulang tahun jemaat saat ini!
1.    Kamu telah menerima Kristus Yesus Tuhan kita.
Pernyataan Rasul Paulus ini hendak menegaskan siapa dan apa identitas jemaat Kolose di mata Paulus, yakni orang-orang yang telah di tebus, dipanggil, dikuduskan dan diberi jaminan keselamatan oleh Yesus Kristus. Maka mereka adalah orang-orang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat. Telah menerima Kristus Yesus Tuhan, berarti telah dibenarkan oleh Yesus Kristus. Sebagai orang-orang yang dibenarkan, maka mereka adalah orang-orang yang mesti hidup di dalam kebenaran tersebut. Kebenaran itu ialah Yesus Kristus sendiri.  
2.    Hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia
Sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus kristus, Paulus menekankan satu sikap dan komitmen hidup beriman kepada mereka supaya mereka tetap di dalam Kristus Tuhan. Tetap di dalam Kristus Tuhan berarti tidak lagi mau diganggu gugat oleh apapun untuk berobah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Komitmen untuk tetap di dalam Kristus Tuhan merupakan sikap hidup persekutuan yang dapat diartikan dengan setia. Tidak terombang-ambing oleh ajaran atau filsafat kosong yang hendak merubah ajaran iman tentang Yesus Kristus, tidak menjadi undur dan murtad oleh tantangan dan penderitaan hidup sekalipun.
Selanjutnya, apabila sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus, telah tetap hidup di dalam Dia, maka orang-orang percaya mesti:
1.    Berakar di dalam Dia.
akar adalah bagian tumbuhan yang biasanya tertanam di dalam tanah yang berfungsi penguat dan pengisap air serta zat makanan.  Maka yang dimaksudkan Rasul Paulus di sini ialah sebagai orang-orang atau persekutuan yang telah percaya kepada Yesus Kristus dan hidup tetap di dalam Yesus Kristus, iman mereka harus tertanam kuat laksana akar yang tertanam di bawah tanah sehingga mereka menjadi tidak mudah ditumbangkan oleh badai kehidupan, dan merekapun akan mampu bertahan hidup karena minuman dan makanan disuplai melalui akar tersebut.
2.    Dibangun di atas Dia
Pernyataan ini dapat diartikan sebagai kelanjutan pondasi atau dasar yang telah dibuat. Bahwa kehidupan persekutuan tidak hanya sebatas pada berakar, atau tidak hanya sebatas pondasi saja, melainkan harus dilanjutkan dengan bangunan di atasnya. Maka persekutuan yang percaya kepada Yesus kristus, merupakan persekutuan yang dinamis, persekutuan yang hanya tiba pada tititk tertentu. Tetapi mesti terus dibangun sampai menjadi sebuah bangunan yang kokoh dan indah serta berguna.
3.    Hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang diajarkan kepadamu
Bertambah teguh dalam iman, berarti mengalami pembaharuan atau perubahan menjadi tidak tergoyahkan.
4.    Hendaklah hatimu melimpah dengan ucapan syukur
Melimpah dengan ucapan syukur adalah buah dari keberimanan setiap orang yang percaya kepada Yesus kristus.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
          Sekarang, marilah kita merenungkan makna firman Tuhan ini bagi kita di ulang tahun jemaat yang ke -3 saat ini. Nasihat Rasul Paulus ini sesungguhnya ditujukan sebagai ajaran bagi seluruh persekutuan jemaat Tuhan, termasuk kita sekalian saat ini, tentang bagaimana dan apa sesungguhnya yang menjadi syarat menuju persekutuan yang dewasa di hadapan Tuhan Allah. Jika seseorang yang telah menerima Kristus Yesus dan tetap hidup di dalam Dia, berakar di dalam Dia, dibangun di atas Dia dan menjadi teguh di dalam Dia serta hidup melimpah dengan syukur, itulah jemaat, gereja atau persekutuan yang telah dewasa di dalam Tuhan Allah. Perjuangan kita sebagai persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, perjuangan kita sebagai Tubuh Kristus, sebagai Koinonia ialah menjadi dewasa di dalam iman kepada Yesus Kristus Tuhan. Maka berakar di dalam Dia, harus terus kita kumandangkan dalam hidup kita, yakni dengan cara mendengar Firman Allah, merenungkannya dan mengaplikasikannya lewat sikap dan tindakan hidup. Kita juga harus terus memberi diri dibangun di atas Dia, yakni dengan cara kita memberi diri diarahkan, diajar dan ditegor oleh Firman Allah. Artinya ada pembaharuan hidup semakin menunjukkan kedewasaan beriman melalui sikap dan pola pikir kita. bertambah teguh dalam iman, kita diarahkan untuk semakin kokoh, tidak mudah menyerah, tidak mudah kecewa dan tidak mudah mengundurkan diri. Melimpah dengan syukur menjadi muara dan bukti kedewasaan kita dalam beriman. Melimpah dengan syukur adalah sikap hidup yang menunjukkan bahwa seseorang telah dengan sungguh-sungguh menyadari identitas dirinya di hadapan Tuhannya. Tuhan Yesus memberkati Koinonia. Amin
 




Bacaan Alkitab: Mzm. 9:11
Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu
Sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN.
Keluarga dan Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
       Mazmur Daud ini (Pasal 9) merupakan ungkapan syukur yang lahir dari kesadaran iman bahwa Tuhanlah yang membebaskan dirinya dari pintu gerbang maut dan memberikan anugerah kehidupan melalui kesempatan hidup dalam sukacita dan sukaria. Hal itu dapat kita temukan dari syair-syair mazmur ini. Sehingga kemudian Daud menemukan satu pengakuan iman, sekaligus kesimpulan keyakinan dan pengharapan bahwa orang yang mencari Tuhan, tidak akan ditinggalkan Tuhan. Sesungguhnya, seseorang yang disebut sebagai orang yang mencari Tuhan adalah orang yang mengenal nama Tuhan (mengenal Tuhan) dan percaya kepada Tuhan. Tidak aka nada orang yang mencari Tuhan jika dia tidak mengenal Tuhan dan percaya kepada Tuhan. Upaya seperti itu akan sia-sia, itulah sebabnya, prinsip hidup dalam beriman, adalah percaya dulu baru membuktikan, bukan sebaliknya, buktikan dulu baru percaya. Orang yang mengenal nama Tuhan/Tuhan adalah orang yang percaya kepada Tuhan, pengenalan dan kepercayaan kepada Tuhan tersebut kemudian dilanjutkan dengan perjuangan beriman, yakni mencari Tuhan Allah. Upaya pencarian Tuhan Allah ini, meliputi segenap kehidupan, tidak secara parsial. Artinya, bahwa orang yang mencari Tuhan adalah orang yang senantiasa merenungkan kehidupannya dalam bingkai iman, dengan dasar iman, dan dalam bangunan iman.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Mencari Tuhan semestinyalah menjadi totalitas aktivitas hidup kita. Sebagaimana keyakinan Daud, bahwa orang yang mencari Tuhan tidak akan ditinggalkan Tuhan. Keyakinan ini berangkat dari pengalaman iman Daud sendiri, maka itu pulalah yang mesti kita aminkan dalam hidup kita masing-masing. Menjadi orang yang mengenal Tuhan itu berarti menjadi orang yang percaya kepada Tuhan, juga sebaliknya dan selanjutnya menjadi orang yang mengenal Tuhan dan percaya kepada Tuhan, maka mesti senantiasa mencari Tuhan. Di sinilah penyertaan Tuhan betul-betul nyata dalam hidup. Selama kita hidup di dunia ini, upaya pemberian diri kita dalam mencari Tuhan acapkali melemah karena berbagai pengalaman hidup, padahal terkadang Tuhan memberikan Diri-Nya ditemui atau di jumpai di dalam pengalaman hidup yang tidak menyukakan. Yang pasti adalah bahwa Tuhan senantiasa berkenan ditemui dan menghampiri setiap orang yang mencari Dia, sebab orang yang mencari Dia adalah orang yang mengenal nama-Nya dan percaya kepada-Nya.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
       Jika saat ini kita boleh bersukacita bersama dengan keluarga hamba-Nya di rumah ini, maka ini hendak menegaskan kepada kita sekalian bahwa Tuhan tidak meninggalkan hamba-Nya, suasana syukur ini juga kita aminkan bahwa Tuhan senantiasa dicari oleh keluarga sebab keluarga mengenal Tuhan dan percaya kepada Tuhan. Selamat ulang tahun bagi hamba-Nya Pnt. Theresia Malonda Siwy, Tuhan Yesus memberkati. Amin
































Bacaan Alkitab: 2 Tim 3: 1- 5, 15
Generasi Muda Milenial Yang Kristiani
Pemuda-pemudi Gereja Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Merujuk dari beberapa sumber, jaman sekarang, atau jaman now, generasi manusia dikelompokkan pada 5 kelompok generasi:
  1. Generasi baby boomer, yakni generasi yang lahir dari tahun 1946-1964
  2. Generasi X, yakni generasi yang lahir dari tahun 1965-1980
  3. Geberasi Y, lahir tahun 1981-1994, sering disebut sebagai generasi Millenial
  4. Generasi Z, lahir tahun 1995-2010 disebut juga kids zaman now, igeberation atau generasinet/internet
  5. Generasi Alpha, 2010-2025
Dari kelima kelompok generasi ini, generasi millennial merupakan generasi yang sangat menentukan banyak hal dalam lehidupan, baik dalam kehidupan bangsa dan Negara, maupun kehidupan agama, secara khusus Gereja di dalamnya. Karakteristik generasi Millenial sangat mendapat sorotan karena merekalah yang kini sangat berperan dalam segala sendi kehidupan dan telah melahirkan perubahan di hampir seluruh lini kehidupan. Karakteristik generasi millennial diwarnai dengan ciri negative dan positif, di antaranya:
-          Ketergantungan pada internet
-          Memiliki sikap hidup yang egoistic/individualistic
-          Liberalistik/ingin bebas dari segala aturan, norma dan adat-istiadat
-          Serba hidup instan
-          Gaya hidup pamer
Ciri positif yang dapat dicatat, antara lain:
-          Kemampuan menggunakan teknologi canggih
-          Generasi ini adalah generasi yang kritis
-          Berpikir lebih terbuka
-          dll
Saudara-saudara, betul atau tidak pernyataan ini, generasi kalianlah yang mesti menjawabnya. Mari kita arahkan perhatian kita pada bacaan Alkitab saat ini, bagaimana Paulus memberitahukan kepada Timotius tentang sifat dan sikap manusia pada hari-hari terakhir, yakni:
-          Mencintai diri sendiri= Narsisme.
-          Hamba uang= materialistic
-          Membual dan menyombongkan diri= banyak omong kosong dan sombong
-          Pemfitnah
-          Memberontak kepada orangtua
-          Tidak tahu berterimakasih
-          Tidak peduli agama= sekuler
-          Tidak tahu mengasihi
-          Tidak mau berdamai
-          Suka menjelekkan orang
-          Tak dapat mengekang diri
-          Garang, tidak suka yang baik, suka menghianat, tidak berpikir panjang
-          Berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu daripada menuruti Allah
-          Beribadah, tapi tak percaya
Dari sebagian besar sifat dan sikap manusia seperti yang disampaikan Rasul Paulus ini, mari kita renungkan dan perhadapkan dengan realitas hidup masa kini, pada kehidupan generasi millennial. Tentu kita tidak dapat memungkiri bahwa ternyata hidup seperti ini sudah menggejala dalam kehidupan di generasi millennial saat ini. Saudara-saudara pasti mengalami dan menyaksikan gejala hidup ini.
Masa sukar yang dimaksudkan oleh Paulus adalah Kalepos berarti hidup yang berat untuk dipikul, dihadapi. Hidup yang penuh ancaman. Hidup seperti ini tentu merupakan hidup yang harus dihadapi dan dijalani dengan kekuatan iman dalam kesetiaan. Tidaklah keliru, apabila zaman ini adalah juga menjadi masa yang sukar, zaman segala sesuatu menjadi tantangan dan diwarnai ancaman. Hidup menjadi paradoks, artinya kesempatan terbuka luas tetapi sempit, sehingga generasi millennial adalah sesungguhnya generasi yang berada dalam dilema. Ingatlah kata-kata ini: “lama tak berjumpa, pas berjumpa tidak lama” Jauh tetapi dekat, dekat tapi jauh, tidak kenal tetapi teman, teman tetapi tidak kenal, dsb.
Pemuda-pemudi yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
      Jika demikian beratnya tantangan hidup di zaman ini, pertanyaannya adalah apakah kemudian yang mesti dilakukan oleh generasi millennial agar mereka tetap menjadi jati diri sebagai generasi gereja milik Tuhan? Paulus berpesan kepada Timotius supaya orang-orang yang berperilaku seperti yang diuraikan di atas, untk menjauhi orang-orang seperti itu. Tentu, orang-orang yang berperilaku seperti ini adalah orang-orang yang benar-benar telah bergelimang dosa dan perbuatan yang yang paling jahat yang malah memasuki persekutuan. Jika orang-orang seperti ini ada di dalam persekutuan, maka kita pasti tahu apa yang akan terjadi. Maka generasi milenial yang kristiani adalah generasi yang berhikmat. Karena dari kecil telah mengenal kitab suci. Kembali ke Alkitab: itulah yang harus dilakukan oleh generasi Millenial yang Kristiani sebagai solusi satu-satunya untuk menjadi pemenang di masa sukar ini. Back to the bible adalah semboyan reformator Matrhen Luther, yakni supaya gereja dalam menjalani segenap kehidupannya berdasarkan Firman Tuhan. Pertanyaannya sekarang adalah: Di mana letak kitab suci dalam hidup generasi millennial? Seberapa sering generasi millennial membacanya, mendengarnya dan merenungkannya setiap hari? Ini tantangan kita di masa sukar ini.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
      Sebagai Generasi millennial, saudara-saudara sungguh diperhadapkan pada perjuangan hidup yang berat, tetapi kalian mesti menghadapinya, sebab hidup ini adalah perjuangan. Percayalah, yakinlah, bahwa Tuhan Yesus niscaya menolong kita menghadapi segenap tantangan dan ancaman yang ada di zaman ini. Tuhan Yesus menyertai. Amin





Bacaan Alkitab: Yohanes 19:16b-37
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Perayaan “Jumat Agung” dalam tradisi kekristenan merupakan perayaan yang diwarnai kekhusyukan, dirayakan penuh hikmat dimana tema central yang diberitakan di perayaan ini adalah bagaimana Yesus Kristus mati disalib, setelah melewati siksaan yang berat. Kematian Yesus Kristus di kayu salib bagi murid-muridNya, bagi ibuNya dan bagi sanak saudaraNya merupakan dukacita yang amat dalam. Bagaimana tidak, saat itu, Yesus Kristus yang tidak bersalah apa-apa dihukum mati di kayu salib sebagai seorang yang sangat jahat, sampai-sampai tidak ada pembelaan sedikitpun kepada-Nya. Akan tetapi dalam tradisi gerejawi, peristiwa ini dirayakan dengan sebutan Jumat Agung. Kita di Sulteng, juga mengenal istilah Jumat kelam (tatkala bencana alam menimpa wilayah kita), Komisi pemberantasan korupsipun mengenal istilah jumat keramat, sebab di hari jumat biasa KPK akan menahan atau menangkap seorang target operasi yang terindikasi melakukan korupsi. Tapi kenapa kematian Yesus Kristus di Kayu salib dikenang dengan istilah Jumat Agung, bukan jumat derita atau Jumat dolorosa dan lain sebagainya. Penggunaan istilah Jumat Agung sesungguhnya memberi pengertian dari sudut pandang Allah, bahwa di hari Jumat pada waktu Yesus Kristus mati disalibkan, Tuhan Allah melakukan tindakan penyelamatan bagi semua orang yang dikasihi-Nya. Di hari itu, kita ditebus oleh Yesus Kristus yang mati tersalib.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kronologis penyaliban Yesus Kristus menurut kesaksian Injil Yohanes sangatlah lengkap, (Yohanes pasal 18-19). Dalam kesaksian Injil kepada kita diberitakan bahwa Yesus Kristus mengalami penderitaan yang amat menyakitkan, selain siksaan badaniah, Yesus Kristus juga menerima cemoohan, ejekan, caci maki dan yang paling menyakitkan adalah Dia juga dihianati murid-Nya sendiri, Dia disangkal dan Dia ditinggalkan. Yesus Kristus menjalani via dolorosa itu dengan penuh kesetiaan kepada BapaNya. Sambil memikul salibNya, Yesus Kristus menuju Golgota, yang terletak dekat kota. Yesus Kristus diarak dijalanan kota sebagai seorang terpidana mati. Walaupun tradisi kala itu, seorang narapidana yang diarak dijalanan ketika hendak menerima hukuman (mati) dimaksudkan pada 2 hal; yakni pertama agar masyarakat takut melakukan kejahatan dan yang kedua sekiranya ada masyarakat yang memberikan pembelaan dan dapat menunjukkan bukti yang dapat membebaskan terpidana tersebut, akan tetapi hal ini tidak berlaku kepada Yesus Kristus. Yesus Kristus diarak dijalanan supaya orang-orang tidak melakukan hal yang sama, walaupun sesungguhnya tidak ada kejahatan yang dapat dibuktikan terhadapNya. Kematian Yesus Kristus di Kayu Salib menjadi kematian yang misteri di sepanjang zaman kehidupan di dunia ini. Kenapa disebut demikian? Karena kematian Yesus Kristus di Kayu Salib adalah bentuk pengorbananNya dalam rangka penyelamatan dunia ini. Itulah sebabnya digunakan istilah “Jumat Agung”, yakni menunjuk apa sesungguhnya makna kematian Yesus Kristus di hari Jumat kala itu. kematianNya adalah kematian Agung.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Di Kayu salib, diantara 2 orang terpidana mati, Yesus ditempatkan. Dari Salib ini Yesus masih menebarkan damai dan kasih. Sungguh luar biasa, kepada ibu-Nya Yesus Kristus masih menebar senyum dan kasih, Ibu inilah anakmu, sembari menyerahkan ibuNya kepada muridNya, inilah ibumu. (sejak saat itu Maria ibu Yesus dirawat dan beserta murid-murid Yesus sampai kemudian dalam tradisi sejarah gereja mengatakan bahwa Maria meninggal di hari tuanya di Efesus dalam lingkungan murid-murid Yesus. Walaupun dalam tradisi Gereja katolik mengatakan bahwa Maria terangkat ke sorga. Pesan Yesus dari atas Kayu salib ini adalah pesan iman yang juga ditujukan kepada semua orang yang percaya kepadaNya supaya kita juga sungguh-sungguh hidup di dalam kasih seorang dengan yang lain. Saling memperhatiakan kehidupan seorang dengan yang lain seraya terus mengaplikasikan kasih dengan sikap dan tindakan memelihara orang-orang di sekitar kita di dalam kasih Kristus. Selanjutnya, malalui perayaan Jumat Agung ini, kepada kita juga hendak ditegaskan bahwa Yesus Kristus mati bukan karena Dia dibunuh, sebab sebagai Tuhan, mungkinkah Dia mati terbunuh? Tidak saudara-saudara, Penginjil Yohanes menegaskan hal ini kepada kita bahwa ay. 30 sesudah Yesus meminum anggur asam (sejenis obat bius penghilang rasa) Yesus berkata: sudah selesai. Lalu Dia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya. Ini menunjukkan bahwa kematian Yesus Kristus adalah bukti ketaatan dan kesetiaanNya kepada BapaNya, Dia mati karena Dia menyerahkan nyawaNya. Maka kematian Yesus Kristus adalah pemberian persembahan korban kepada Allah Bapa oleh Yesus Kristus yang menyerahkan nyawaNya sendiri sebagai bentuk penebusan orang-orang berdosa, termasuk kita sekalian.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Merayakan Jumat Agung saat ini, maka sesungguhnya kita diarahkan merayakan dua hal yang berbeda tetapi dalam satu kesatuan yang utuh, yakni bahwa kita diajak menghargai, memaknai derita dan kematian Yesus Kristus tersebut sebagai dasar dan panggilan iman untuk membuat hidup ini berharga karena harganya telah lunas dibayar oleh Tuhan Yesus Kristus, seiring dengan itu, melalui perayaan jumat Agung saat ini kitapun diajak untuk bersukacita dalam iman bahwa Yesus Kristus telah mati menggantikan kita, supaya kita beroleh hidup kekal. Sukacita iman ini harus disyukuri dalam tindakan kasih dalam hal apapun di kehidupan ini. Maka menyerahkan hidup secara total kepada Tuhan Allah adalah tindakan yang harus menjadi prinsip kehidupan orang percaya. Amin.



Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 1:1- 11; Lukas 24:44-53
Menjadi saksi
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
            Peristiwa kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke Sorga termasuk dalam catatan tertulis Lukas yang kemudian dilaporkannya kepada sahabatnya yang bernama Theopilus yang diyakini sebagai seorang pembesar dan yang berada. Dari arti namanya Theo-Pilus= Sahabat Allah, maka dia adalah seorang yang percaya kepada Yesus Kristus dan mengikuti dengan seksama segala berita tentang Yesus Kristus hingga kemudian Lukas melaporkan perihal kenaikan-Nya ke Sorga. Lukaslah penulis Injil satu-satunya yang dengan detail memberikan kesaksian tentang peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga. Peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga adalah klimaks atau puncak kehadiran Tuhan Yesus bersama murid-murid-Nya selama 40 hari setelah kebangkitan-Nya.  Ternyata saudara-saudara, walaupun selama 40 hari Tuhan Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, mereka tetap belum dapat memahami dengan benar tentang Tuhan Yesus. Mereka masih saja berpikir dan berharap Tuhan Yesus adalah Mesias politis yang akan memulihkan kerajaan Israel yang kala itu sedang dijajah bangsa Romawi. Hal itu Nampak melalui pertanyaan murid-murid kepada Tuhan Yesus (6). Menjawab pertanyaan dan harapan yang keliru ini, Tuhan Yesus dengan tegas katakana bahwa itu bukan urusan murid-murid, mereka memiliki tugas dan tanggungjawab yang lain, yakni menjadi saksi Kristu, mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi. Jawaban Tuhan Yesus ini, sesungguhnya adalah penegasan kembali tentang tugas pengutusan para murid yang pernah Tuhan Yesus sampaikan kepada mereka.
Sidang jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Selanjutnya, Tuhan Yesus terangkat ke Sorga, murid-murid yang menyaksikannya dan menatap ke langit. Tiba-tiba berdirilah 2 orang dengan berpakaian berkilau-kilauan yang merupakan ciri malaikat, dan berkata kepada mereka:”Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke Sorga meniggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke Sorga”. Peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga harus dimaknai dan dipahami sebagai bukti bahwa Yesus adalah Tuhan, kembali ke Sorga mengartikan dia kembali kepada kekekalan karena Dia datang dari kekekalan.
Dalam pemahaman atau tradisi Yahudi, Dibalik langit biru orang yahudi percaya bahwa disitulah tempat kediaman Allah. Yes 66:1; Yes 1:26; Kej 28:17. Mereka berpendapat bahwa tingkatan pertama itulah "langit yang berawan" tingkatan kedua "ruang angkasa" dengan matahari, bulan dan bintang-bintang, dan tingkatan ketiha itulah "tempat kediaman Yehovah" (2 Kor 12:2), yang diartikan Sorga. Terangkatnya Tuhan Yesus ke Sorga menunjuk pada siapa Dia sesungguhnya, Dia kembali kepada kemuliaan-Nya. Sorga juga menunjuk pada ke Mahatinggian-Nya. Maka peristiwa kenaikan Tuhan Yesus harus dipahami sebagai peristiwa yang menegaskan hakikat-Nya sebagai Tuhan dan yang Mahatinggi. Maka jika malaikat menegor murid-murid karena menatap ke langit, sebenarnya, hendak menjelaskan bahwa sebagai murid-murid, urusan Sorga bukanlah urusan mereka, itu urusan Tuhan Allah. Mereka mesti melakukan apa yang menjadi tugas pengutusan bagi mereka, yakni menjadi saksi Tuhan Yesus Kristus. Isi kesaksian tersebut adalah menyampaikan pertobatan dan pengampunan dosa di dalam dan oleh kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. pengutusan ini, tentu bukanlah pengutusan tanpa bekal. Kepada murid-murid-Nya Tuhan Yesus berjanji akan mengirimkan Roh Kebenaran, yakni Roh Kudus. Dengan demikian mereka dibekali kuasa Illahi dalam kesaksian tersebut
Sidang jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
             Jika demikian isi pemberitaan tentang peristiwa kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke Sorga, sekarang apa maknanya bagi kita yang telah dipanggil dan dipersekutukan di dalam Dia? Apakah yang harus kita maknai ketika kita merayakan hari kenaikan Tuhan Yesus saat ini?
1.      Kita diingatkan supaya memandang hidup ini ke depan. Tuhan Allah telah menyediakan segalanya di hidup ini bagi kita, urusan Sorga adalah urusan Tuhan Allah, dan untuk dapat ke sana di hidup inilah kita memperjuangkannya. Yakni menjadi saksi Tuhan Yesus Kristus. kesaksian itu di mulai dari dalam diri kita, (Yerusalem), kemudian di persekutuan (Yudea), kemudian kepada orang lain (Samaria) dan selanjutnya kepada semua orang dan ciptaan (ke ujung bumi).
2.      Melalui perayaan kenaikan Tuhan Yesus ini, kita juga ditantang untuk mengintrospeksi diri kita. Sudahkan kita memiliki dan mengandalkan Kuasa Roh Kudus dalam kesaksian kita? jika dalam kesaksian hidup kita sebagai murid-murid Yesus Kristus masih diwarnai konflik atau perselisihan, ingat bahwa ini bukanlah buah Roh Kudus.
3.      Bahwa melalui peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga kepada kita juga diingatkan bahwa kita sedang diperhadapkan pada perjuangan hidup supaya berkenan dan layak menyambut ketika Tuhan datang kedua kalinya sebagai hakim agung. Penantian tersebut harus diwujudkan dalam bentuk partisipasi aktif menjadi saksi Kristus melalui tugas dan pekerjaan kita, melalui kehidupan rumah tangga kita, pelayanan kita dan segenap keberadaan kita.
Sidang jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Janganlah hanya menatap ke langit, bahwa Tuhan Allah telah menyediakan segalanya bagi kita di dunia ini, kita hanya dituntut untuk berjuang supaya kita juga diperkenankan menikmati kehidupan sorgawi-Nya.
             Tuhan Yesus memberkati. Amin.
 













Tidak ada komentar:

Posting Komentar