Selasa, 18 Oktober 2016

KHOTBAH MINGGU KRISTEN



Bacaan Alkitab Kis. 5 : 26- 33
Takut Akan Allah Bukan Kepada Manusia
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Penghambatan terhadap Injil Yesus Kristus, ternyata tidak pernah berhenti walaupun Tuhan Yesus telah berhasil dilenyapkan oleh orang-orang Yahudi yang tidak percaya kepada-Nya. Penghambatan itu terus dialami oleh murid-murid Tuhan Yesus (para Rasul), bahkan hingga saat inipun hal yang sama masih selalu dan selalu terjadi, baik dengan cara yang sama maupun dalam kemasan yang baru, apakah itu dalam bentuk kebijakan, peraturan atau bahkan undang-undang. Penghambatan terhadap Injil tersebut dapat kita lihat, saksikan bahkan rasakan dalam kehidupan pengikut-pengikut Kristus hingga saat ini, juga di negara kita sendiri. Di beberapa wilayah di negeri kita masih terdengar berita pembakaran gedung gereja, penutupan Gereja, pelarangan beribadah dan bahkan tindakan teror yang ditujukan kepada pengikut-pengikut Kristus. Tetapi di pihak lain juga, kita harus akui bahwa penghambatan Injilpun bisa terjadi di dalam gereja sendiri, apakah karena keengganan para pelayan memberitakannya karena takut membuat tersinggung mereka yang ditokohkan dalam gereja, atau yang berjasa dalam pembangunan gereja. Kita harus mengakui hal itu. Sebab harus kita aminkan bahwa Firman Tuhan tersebut bagaikan pedang bermata dua yang dapat menusuk sampai ke dalam sum-sum kita. Sehingga pemberitaan Injil dikemas sedemikian rupa hingga isi dan hakekat Injil tersebut tidak lagi seperti yang dikehendaki Tuhan Yesus.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Dalam bacaan kita saat ini, dikisahkan bagaimana Rasul Petrus dan rasul lainnya diperhadapkan pada penghambatan dari pihak Yahudi. Pelayanan mereka, termasuk muzijat di dalamnya ternyata telah membuat pihak agama Yahudi menjadi resah, sebab setiap hari semakin banyak yang menjadi percaya kepada Tuhan Yesus berkat pemberitaan para rasul Kristus tersebut. Gerakan mereka seakan tak terbendung, walaupun Petrus dan teman-temannya telah dipenjara, toh mereka dapat keluar dengan cara yang luar biasa, Tuhan membebaskan mereka. Mereka tidak lari, malah mereka semakin berani dan semangat memberitakan Injil Kristus sesuai perintah yang mereka terima dari Tuhan Yesus. Setelah keluar dari penjara dengan cara dan kuasa Tuhan, Petrus dan teman-temannya malah memasuki Bait Allah dan memberitakan Injil di sana. Di tempat inilah mereka dijemput dan dihadapkan kepada Mahkamah Agama Yahudi. Atas apa yang dikatakan oleh Mahkamah besar (28), Petrus memberi jawaban yang luar biasa dan sangat menusuk hati Imam besar dan kelompoknya. Petrus berkata :”...kita harus lebih takut kepada Allah daripada kepada manusia”. Jawaban Petrus ini menjadi pernyataan penting bagi semua pengikut Kristus dalam kehidupannya sebagai umat yang dipanggil dan diutus untuk menyampaikan Injil (kabar baik) ke dalam dunia ini.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Seperti yang dikatakan diawal tadi, bahwa penghambatan terhadap Injil selalu saja terjadi, termasuk di wilayah di mana kita hidup. Yang lebih disayangkan lagi adalah bahwa hal tersebut juga mungkin terjadi di dalam kehidupan gereja sendiri. Harus jujur kita akui bahwa karena ketakutan kita kepada manusialah yang seringkali menjadi penyebab Injil terhambat. Maka dengan demikian, sebenarnya penghambatan atas Injil di zaman sekarang ini bukanlah melulu dari pihak luar saja, melainkan kita juga menghadapinya dari dalam gereja. Lihat misalnya, akibat semangat oikumenis yang rendah, antar gereja sering terlibat pertikaian, bahkan di dalam jemaat sendiri tak jarang kita mendengar adanya berbagai bentuk konflik, apakah itu pelayan dengan pelayan dengan anggota jemaat, atau antar anggota jemaat. Kita harus sadar bahwa ini juga adalah bentuk penghambatan atas Injil Kristus. Apakah kita sadar bahwa akibat hal seperti ini, kita tak bisa lagi bersaksi dengan benar kepada dunia ini? Apakah kita sadar bahwa kesaksian kita atas Injil terutama melalui sikap hidup kita sebagai gereja? Kita adalah surat Kristus, yang dibaca oleh orang lain, dan isi surat itu adalah Injil, kabar baik, kabar keselamatan oleh Tuhan Yesus Kristus. Maka pernyataan Petrus dalam bacaan kita saat ini sangat penting untuk mengarahkan kembali pemaknaan kita sebagai umat Tuhan. Dengan takut akan Allah, sesungguhnya Injil tak akan terhambat di dalam gereja. Demikian juga dengan penghambatan dari luar yang kerapkali kita hadapi, harus ditanggapi dalam konsep selalu Takut akan Allah. Sehingga kita akan cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati dalam kesaksian kita kepada dunia ini.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pengalaman Petrus dan rasul Kristus lainnya dalam bacaan kita saat ini, harus dimaknai sebagai kritik untuk membangun kita, sekaligus sebagai penguatan kepada kita dalam mewujudnyatakan tugas panggilan kita sebagai gereja yang diutus ke dalam dunia ini. Ingatlah bahwa dengan Takut akan Allah, maka apapun bentuk penghambatan terhadap Injil, itu tidak akan pernah membatalkan kasih Allah akan dunia ini, sebab Allah sendiri yang akan berperkara, seperti apa yang menjadi pengalaman Rasul-rasul Kristus. Dengan Takut akan Allah, bukan kepada manusia, maka Injil di dalam gerejapun tidak akan terhambat karena semua kita menyadari siapa kita sesungguhnya di hadapan Allah. Percayalah saudara-saudara, bahwa dengan Takut akan Allah Injil atau kabar baik akan menjadi bagian semua orang, terutama kita sebagai gereja-Nya. Terpujilah Allah di dalam Yesus Kristus. Amin




















Bacaan Alkitab: Hosea 1:2-10
Saudara-saudara, Jemaat dan Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pengalaman hidup Nabi Hosea tentulah sangat tidak menyenangkan. Bayangkan saja oleh karena kenabiannya, ia harus mengawini seorang perempuan sundal sebagai bentuk ketaatannya kepada Tuhan Allah yang berfirman kepadanya. Pengalaman Hosea tersebut sesungguhnya hendak memberi gambaran kepada umat Tuhan bahwa seperti itulah perbuatan mereka terhadap Allah, sekaligus hasil dari perbuatan tersebut yakni dilahirkannya anak-anak yang diberi nama Yisreel, Lo-Ruhama dan Lo-Ami merupakan bentuk sikap Tuhan Allah atas hidup yang demikian (hidup dalam persundalan), yakni dengan membelakangi Tuhan Allah dan berpaling kepada berhala-berhala. Hosea melakukan apa yang Tuhan Firmankan kepadanya dengan cara menuruti apa yang Tuhan perintahkan. Hosea sebagai seorang Nabi menjadi simbol yang menunjuk pada kesetiaan Tuhan Allah kepada umatNya mengawini perempuan sundal (representasi dari umat yang menyembah berhala/meninggalkan Tuhannya). Dari hasil perkawinan tersebut lahirlah anak-anak yang menunjukkan bagaimana sikap Tuhan Allah terhadap kehidupan beriman yang ternodai oleh penghianatan dengan cara mempertuhankan berhala-berhala dan melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar perintah Tuhan Allah.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Nabi Hosea tampil hampir bersamaan dengan nabi Amos ketika Yerobeam II berkuasa. Saat itu kerajaan Israel sedang mengalami masa kejayaan dan kemakmuran, demikian juga dengan kerajaan Yehuda (bagian Selatan). Kedua kerajaan ini bahkan sedang dalam keadaan berdamai, sehingga negara-negara di sekitar mereka tidak mampu bersaing dengan mereka. Akan tetapi, kemakmuran dan kejayaan kerajaan Israel kemudian melahirkan du adampak sekaligus, yakni terjadinya kemerosotan di bidang tata-masyarakat dan kemerosotan di bidang keagamaan.Di bidang keagamaan terjadinya kemerosotan yang amat parah, yakni dalam ibadat yang mereka selenggarakan.Betel yang digunakan sebagai pusat peribadatan sangatlah laris dikunjungi oleh umat dibanding dengan Dan. Di Betel, tempat umat itu memusatkan ibadatnya ternyata tercampur dengan patung lembu jantan, sehingga selain mereka menyembah Tuhan Allah, mereka juga menyembah berhala yang disertai dengan upacara-upacara kafir. Selebihnya di mana-mana dewa-dewi setempat, dewa-dewi kesuburan, baal dan astarte dipuja dengan ibadat kegila-gilaan dan mesum, misalnya sundal bakti (Hos. 4:13-14). Tindakan ini sesungguhnya merupakan sikap yang menyamakan Tuhan Allah Israel sama dan setara dengan dewa-dewi setempat. Inilah sesungguhnya yang terjadi pada zaman nabi Hosea tampil menyampaikan Firman Tuhan Allah. Apa yang diperbuat Hosea melalui perkawinannya dengan perempuan sundal itu demikianlah yang terjadi dalam keberimanan umat Tuhan Allah. Demikian juga dengan tata-masyarakat, telah terjadi ketimpangan sosial ekonomi yang amat parah. Penguasa dan orang-orang kaya menyalahgunakan kedudukan dan kekayaan mereka dengan berpesta pora tanpa menghiraukan sesama yang susah dan menderita.
Saudara-saudara, Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Sikap Allah terhadap perbuatan yang memalukan ini sejujurnya, adalah hendak memutuskan hubungan dengan umatNya. Nama-nama yang diberi kepada anak-anak Nabi Hosea menunjukkan sikap Allah.  Nama Yizreel menunjuk pada Sebuah kota dekat Bukit Gilboa, tempat tanah milik Ahab di dekat kebun anggur Nabot yang diperoleh Izebel, dan di kota itulah ia menemui ajalnya. Lembah Yizreel memisahkan Galilea dengan Samaria. Demikian juga dengan Lo-Ruhama yang berarti bahwa Allah tidak akan menyayangi lagi kaum Israel, dan sama sekali tidak akan mengampuni mereka, dan Lo- Ami yakni” kamu ini bukanlah umat-Ku dan Aku ini bukanlah Allahmu." Tetapi jika ditelusuri dengan baik, dari segi bahasanya, bentuk yang digunakan di sini bukanlah berarti bahwa tidak ada lagi kemungkinan perubahan sikap Tuhan Allah. Tetapi sebaliknya, apa yang Tuhan Allah sampaikan dan maksudkan melalui pemberian nama-nama tersebut, sesungguhnya belumlah harga mati, tetapi Tuhan Allah masih menunjukkan kasihNya yang amat besar itu.
Saudara-saudara, Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Sekali lagi bahwa melalui perikope bacaan ini, kepada kita diingatkan bagaimana besarnya, dalamnya, tingginya kasih Allah kita itu. MurkaNya selalu dikalahkan oleh KasihNya yang tak berkesudahan itu. Tuhan Allah malah terus berinisiatif membaharui kehidupan umatNya. Perbuatan umatNya yang “bersundal” memang tak bisa tidak melahirkan situasi dan kondisi hidup yang tidak menyenangkan. Tetapi apapun bentuk penghajaran Tuhan kepada umatNya, sesungguhnya hanyalah untuk satu tujuan, yakni lahirnya umat Allah yang benar-benar setia sebagaimana Allah itu setia. Kerajaan Israel demikian juga Yehuda, memang di kemudian hari mengalami kehancuran, tetapi bukan untuk selamanya, buktinya Tuhan Allah masih terus memelihara mereka sehingga mereka masih terus eksis. Kalau demikian, apa makna berita Firman Tuhan ini bagi kita?, saudara-saudara, keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus, yang pertama yang harus kita ingat ialah, bahwa sikap yang menduakan Tuhan dalam hidup ini adalah bentuk persundalan rohani yang sangat menjijikkan di mata Tuhan. Yang kedua ialah bahwa sebesar apapun kesalahan dan perbuatan yang kita lakukan yang melanggar kehendak Tuhan Allah, jika kita memberi diri untuk dibaharui/bertobat, Kasih Allah akan mengalahkan murkaNya. Tuhan senantiasa menghendaki kehidupan yang penuh damai sejahtera bagi kita umatNya. Untuk itu, kesetiaan dan kemurnian serta ketulusan beriman kepada Tuhan Allah sesungguhnya adalah sikap yang harus dijaga dan dipelihara oleh kita sekalian. Oleh karena besarnya kasih Allah, Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Inilah bukti kasih Allah bagi kita, Yesus Kristus telah mati dan bangkit supaya kita tidak binasa. Kita disebut umat gembalaanNya dan anak-anak yang hidup.Tuhan memberkati kita. Amin

 













Bacaan Alkitab: Pengkhotbah 1:2,12-15; 2:10-23
Saudara-saudara, Jemaat dan Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jujur harus dikatakan bahwa tidak sedikit umat Kristen yang menghadapi kesulitan untuk mengerti dan memahami kitab pengkhotbah ini. Sebab seakan-akan isi kitab ini sebagian besar memberi penekanan pada kesia-siaan hidup di bawah kolong langit ini. Penulis yang mengkalim diri sebagai Raja atas Israel di Yerusalem juga mengklaim diri sebagai orang yang berhikmat seakan punya kesimpulan bahwa segala sesuatu di bawah matahari ini adalah kesia-siaan belaka. Tak ada yang kekal,semua hal sepertinya telah tertata dengan baku dan apapun tak ada yang dapat dikatakan baru. Barangkali hal seperti ini bisa diterima,tetapi yang sulit untuk diterima adalah perihal nasib yang sama yang dialami oleh semua orang yakni semuanya adalah kesia-siaan. Hasil refleksi kritis penulis kitab pengkhotbah sebenarnya tak dapat dipungkiri. Refleksi kritis atas kehidupan ini sesungguhnya adalah refleksi manusiawi yang menyadari dirinya sebagai bagian dari ciptaan Tuhan Allah bersama dengan ciptaan lainnya.  Skeptis dan seakan tak berpengharapan memang,tapi sungguh terbuka dan tak bertele-tele, penulis mengakui dirinya maupun hikmat yang dimilikinya ternyata hanyalah ciptaan belaka dan tidak berkuasa apa-apa untuk mengubah atau menentukan kehidupan ini. Yang pada akhirnya diapun menyadari bahwa pekerjaan Allah tak akan dapat diselami oleh manusia. Tuhan Allah telah dan menentukan segala sesuatu yang diciptakanNya. Dia membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Manusia sebagai makhluk yang fana sebaiknya dapat menikmati kesenangan sebagai upah atas jerih payahnya di bawah langit ini.
Saudara-saudara, keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Membaca dan merenungkan kitab pengkhotbah tanpa adanya pengakuan dan iman kepada Tuhan Allah bisa saja menghantar seseorang pada skeptisisme yang negatif atau berlebihan. Seseorang bisa saja putus asa menjalani kehidupan ini akibatnya adanya paham relativisme yakni paham yang mengajarkan bahwa semua manusia bernasib sama seperti binatang,yakni pada akhirnya mereka akan meninggalkan dunia ini dan segala yang dimiliki. Itulah yang disebut dengan kesia-kesiaan.Pengkhotbah sempat mengambil kesimpulan dari hidup yang di jalaninya, yakni (2:10)  “Aku tidak merintangi mataku dari apapun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih payahku”. Akan tetapi pada ayat-ayat selanjutnya, dia (pengkhotbah) tetap menyadari bahwa nasibnya sebagai manusia adalah sia-sia. Bahkan ia sampai-sampai membenci hidup. Kenapa? Sekali lagi, dia menggunakan seluruh kekuatannya merenungkan kehidupan ini dan pada akhirnya ia tiba pada kesimpulan bahwa ternyata semuanya adalah kesia-siaan belaka. Benar saudara-saudara, hidup di bawah langit ini sesungguhnya adalah sementara, tidak ada yang kekal di sini, akan tetapi harus kita akui dan sadari bahwa tanpa Tuhan, maka semuanya akan sia-sia. Oleh karena itu, bagi kita umat Tuhan, penting untuk senantiasa memandang hidup ini sebagai anugerah dari Tuhan Allah agar kita menghargainya, sehingga apapun yang kita alami di bawah matahari ini, semuanya tidak akan sia-sia karena kita mempertanggungjawabkan hidup kita dalam wujud hidup yang berguna bagi sesama demi kemuliaan Tuhan Allah. Membaca kesaksian Pengkhotbah ini, sejujurnya kita sedang mendengarkan curahan hidup orang yang sungguh-sungguh menyadari siapa dirinya di hadapan Tuhannya, yakni begitu rendah dan tak berdaya. Maka sikap positif dan patut dipuji dari Pengkhotbah ialah bahwa walaupun dia hampir-hampir saja memberi kesimpulan tentang hidup  di bawah matahari ini sebagai hidup yang tiada guna, akan tetapi pada akhirnya, ia menunjukkan pengakuannya atas kemahakuasaan Tuhan Allah. Manusia tak akan pernah mampu menyelami semua karya Allah, manusia tak akan pernah mampu menyelami perbuatan Allah yang telah menjadikan dunia dan segala isinya ini. Oleh karena itu, agar manusia, termasuk kita sekalian tidak sampai jatuh pada skeptisisme dan fatalisme semu (penuh keraguan dan selalu menjadikan Tuhan pelaku yang salah), maka pengakuan iman percaya kita akan Tuhan Allah sangatlah penting. Di sinilah akan nampak ciri kekhususan kita sebagai umat Tuhan. Selalu merendahkan diri di hadapan Tuhan Allah yang maha kuasa dan penuh kasih Karunia. Ingatlah, hidup ini sesungguhnya adalah indah, jika kita menghidupinya di dalam Tuhan Allah kita yang hidup. Amin. 







Bacaan Alkitab: Lukas 12:32-40
Saudara-saudara,Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Bacaan kita saat ini sudah tentu bukan lagi sesuatu yang asing bagi kita sekalian. Isi perikop ini sesungguhnya sangatlah sensitiv karena berbicara tentang harta/kepunyaan,sikap atas apa yang dipunyai dan juga hakekat harta dalam keberimanan orang kristen. Tentulah tak sedikit umat atau juga pengkhotbah yang enggan menyampaikan hal ini,apalagi kalau tidak disertai pengetahuan teologi. Kenapa demikian? Sekali lagi,karena disini ditegaskan tentang harta. Memang, ketika membaca ayat Alkitab ini kita sekalian pastilah bertanya,bagaimana mungkin segala harta harus kita jual dan menjadikannya sedekah? Bukankah kita mesti mempersiapkan kebutuhan kita di waktu yang akan datang. Apakah menabung itu sesuatu yang salah?Lalu kenapa Tuhan Yesus malah menyuruh murid-muridNya menjual harta milik dan memberikannya kepada orang miskin (bersedekah)?
Saudara-saudara, Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Jika Yesus memerintahkan para murid menjual segala harta benda sesungguhnya perintah ini harus dipahami berdasarkan perkataan Yesus Kristus sebelumnya. Yakni bahwa orang yang percaya kepada Kristus, harus memilih perbedaan dalam konsep menjalani kehidupan dengan orang -orang yang tidak percaya kepada Allah. Bahwa orang percaya harus tahu bahwa unsur yang terutama dan pertama dalam kehidupan umat Tuhan adalah kerajaan Allah. Yaitu konsep kehidupan yang di dalamnya Tuhan Allah menjadi pusat dan dasar hidup,kehendak Allah yang berlaku dan Tuhan Allah sendiri yang memerintah. Maka jika ini yang terjadi,sesungguhnya segala kebutuhan lainnya niscaya dijamin oleh Tuhan Allah. Maka jikalau Tuhan Yesus memerintahkan untuk menjual harta benda,perintah ini harus dimengerti sebagai kritik kepada semua pengikutNya supaya dalam hidup ini Kerajaan Allah menjadi prioritas yang terutama. Sebab dengan demikian tak ada lagi yang perlu diragukan dan dikuatirkan. Tuhan Allah di dalam Kristus Yesus, sesungguhnya sungguh berkuasa atas seluruh hidup umatNya. Sebagai warga kerajaaan Allah,sesungguhnya kita yang walaupun kawanan kecil,tetapi akan berpengaruh besar di manapun kita hadir,sebab penyertaan Allah senantiasa menjadi jaminan bagi kita.
Saudara -saudara,Keluarga Yang Dikasihi Kristus Yesus
Apa yang Tuhan Yesus perintahkan, juga harus dimengerti dalam konsep parousia, yakni kedatanganNya kali kedua. Bahwa saat itu, segala harta kekayaan yang dimiliki manusia tidak ada yang bermakna. Maka bersedekah, yakni berbagi dalam kasih kepada orang-orang yang membutuhkan merupakan sikap atau tindakan mengumpulkan harta di sorga, yakni buah-buah kasih. Harta seperti ini tidak akan pernah dicuri pencuri, tak akan pernah dirusakkan oleh apapun. Maka sungguhlah tak terbantahkan apa yang dikatakan Yesus,"di mana hartamu berada, di sana hatimu berada". Maka tempat harta yang kita miliki sangatlah menentukan di mana kita. Jika harta kita di bumi, maka kita akan kehilangannya, tetapi jika harta kita di sorga kita akan menikmatinya bersama Tuhan Allah kekal. Oleh karena itu kesetiaan dan kesiapan serta kelayakan menyambut Tuhan datang lagi kali kedua adalah prinsip yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap umatNya.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Walaupun kita masih hidup di dunia ini,akan tetapi semua kita mesti ingat dan sadar bahwa dunia ini bukan tempat yang kekal bagi kita,kita akan meninggalkan semua hal dan segala yang kita miliki ketika nanti,Tuhan Yesus yang kita nantikan datang lagi untuk kali kedua.Dialah yang akan menyediakan apapun yang kita perlukan di KerajaanNya itu. Maka berjuanglah selalu dalam setiap bentuk perbuatan kasih,siap sedialah menyambut Kedatangan Kristus, percayalah bahwa Jaminan hidup kekal menjadi milik kita. Amin












22-27 Mei Kenaikan
Bacaan Alkitab: Efesus1:15- 23 dan  Lukas 24:44- 53
Saudara-saudara, Keluarga Yang Diaksihi Tuhan Yesus Kristus,
            Siapapun di antara kita pastilah akan bersyukur dan bersukacita, apabila kita mendengar berita yang baik terutama tentang kehidupan yang sesuai dengan apa yang kita harapkan terjadi, baik itu dalam hidup anak-anak kita, suami, istri dan kaum keluarga kita atau kehidupan orang lain yang memiliki jalinan komunikasi dengan kita.  Sukacita seperti ini sesungguhnya melebihi sukacita yang lain. Kenapa demikian? Jawabannya ialah bahwa kerinduan terbesar setiap kita tentulah menghendaki hidup orang-orang yang kita kasihi sungguh-sungguh memiliki hidup yang bermakna dan berjalan dalam kebenaran. Tetapi sebaliknya, kita akan merasa kecewa atau sedih jika kehidupan orang-orang yang kita kasihi dan yang kita harapkan untuk melakukan apa yang kita rindukan, ternyata malah sebaliknya. Kekecewaan dan rasa sedih tersebut lahir karena kita berpikir bahwa kelangsungan kehidupan orang-orang yang kita kasihi tersebut akan menjadi tidak selaras lagi dengan kehidupan kita yang berakibat akan lahirnya jurang dan jarak yang jauh dengan hidup kita. Rasul Paulus, yang mendengar perihal kehidupan jemaat Tuhan Di Efesus, mengungkapkan rasa bangganya yang luar biasa, dia tak hentinya mengucap syukur kepada Tuhan Allah, karena ia mendengar tentang iman jemaat dalam Yesus Kristus demikian juga kasih mereka. Atas berita ini di dalam suasana syukur, Rasul Paulus menaikkan doa syukur serta permohonannya kepada Tuhan Allah, agar jemaat Tuhan di Efesus dikaruniakan Roh hikmat dan wahyu, menjadikan mata hati mereka terang. Permohonan Rasul Paulus ini sesungguhnya didasari oleh pengakuannya bahwa dalam rangka untuk mengenal Tuhan Allah dengan benar dan dalam rangka mengerti pengharapan yang terkandung dalam panggilan Tuhan Allah. Itu pulalah yang dilakukan Tuhan Yesus atas murid-muridNya, yakni membuka pikiran mereka sehingga murid-murid itu mengerti segala sesuatu yang dinyatakan dan diperbuat Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Saudara-saudara, Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Iman dalam Yesus Kristus dan kasih terhadap semua orang adalah pola hidup yang sungguh dikehendaki oleh Tuhan Yesus dari hidup kita sekalian. Namun untuk mewujudkan hal ini bukanlah perkara yang mudah. Sebab, dibutuhkan pengenalan akan Allah dengan benar, dibutuhkan pula pengertian akan arti dan hakekat pengharapan dalam panggilan Tuhan Allah. Pengenalan yang benar tentang Allah adalah inti atau muara dari keimanan setiap orang. Sehebat apapun aktivitas peribadatan seseorang, sebaik apapun seseorang, secerdas bagaimanapun seseorang, tetapi apabila pengenalannya akan Allah tidak benar, maka sia-sialah semuanya. Iman kepada Tuhan Yesus dan kasih kepada semua orang adalah kesimpulan kehidupan umat Allah. Bahwa setiap kasih yang perbuat setiap orang percaya haruslah didasarkan atas Iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Sekali lagi tanpa iman, maka sia-sialah kasih yang kita berikan kepada orang lain. Demikian juga sebaliknya, tanpa kasih, maka sia-sia pulalah iman yang kita miliki. Untuk maksud inilah Tuhan Yesus membuka pikiran dan menerangi hati murid-muridNya.
Saudara-saudara, Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kita tahu bersama, bahwa dalam peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga tidaklah sekedar peristiwa terangkatnya Tuhan Yesus kepada kemuliaan BapaNya, tetapi juga dalam peristiwa itu ada peristiwa yang juga penting yang mengingatkan semua muridNya untuk mengemban tugas mulia, yakni bersaksi kepada dunia agar kabar keselamatan sampai hingga ke ujung bumi. Sekaligus dengan itu, juga diterangkan bahwa dalam pengutusan tersebut, Tuhan Yesus melengkapi murid-muridNya dengan kuasa Roh Kudus. Menjadi saksi Kristus, itulah juga yang harus kita maknai dalam peristiwa kenaikan tahun ini. Tuhan Yesus membuka pikiran, menerangi hati kita supaya kita mampu mengaplikasikan kasih kepada semua orang yang didasarkan Iman kepada Tuhan Yesus. Karena kasih haruslah didasari Iman, demikian juga iman haruslah diaplikasikan dalam kasih, maka marilah kita mewujudkannya, mulai dari diri kita, dari rumah tangga kita, sebab jika kita mampu mengaplikasikannya dari lingkungan yang terdekat, maka niscaya kita mampu mengaplikasikannya pula kepada orang lain. Percayalah saudara-saudaraku, percayalah keluarga, bahwa dikala Tuhan Yesus membuka pikiran kita, menerangi hati kita, maka kitapun akan mampu mewujudnyatakan perintahNya. Kita percaya bahwa kuasaNya akan senantiasa menyertai kita, kebahagiaan di dalam Kristus menjadi milik kita. Amin











29 Mei – 3 Juni 2017
Bacaan Alkitab:1 Pet 4:12- 14;5:6-11 Dan Yoh.17:1- 11
Saudara-saudara, Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Seseorang yang disebut berhasil atau sukses ialah mereka yang telah berhasil melewati ujian dalam hidupnya. Tidak ada seorangpun yang disebut berhasil atau sukses apabila ia belum atau tidak menghadapi apa yang disebut ujian. Demikian juga dalam hal beriman. Seorang yang beriman adalah mereka yang telah mampu bertahan dan melewati ujian hidup yang diperhadapkan pada keimanannya. Ujian hidup tersebut dapat dalam berbagai bentuk peristiwa dan pengalaman hidup. Melalui kesaksian Alkitab dalam Surat Petrus tadi jelas dikatakan bahwa penderitaan adalah bagian dari proses iman bagi seorang percaya untuk dapat tiba pada iman yang dewasa. Tetapi penderitaan yang dimaksud di sini ialah penderitaan di dalam dan karena nama Kristus. Bukan penderitaan akibat ulah sendiri apalagi karena kejahatan yang dilakukan. Seorang Kristen yang beriman ialah seorang yang telah menghadapi dan melewati dengan tabah, serta dalam iman yang tulus, segala bentuk penderitaan karena Kristus dan kebenaran Allah. Berdasarkan sejarah gereja, tercatat bahwa penderitaan orang-orang percaya karena iman mereka kepada Kristus sangatlah memilukan dan juga dalam waktu yang lama. Sejak abad pertama hingga di awal abad ke empat, Gereja terus dibasmi, dianiaya dan diusahakan untuk dilenyapkan dari semua wilayah kekaisaran Romawi, terlebih-lebih di Kota Roma. Memang tidak sedikit orang percaya yang akhirnya murtad, tetapi semakin dibabat, gereja itu semakin merambat. Orang-orang Kristen yang setia mengikut Yesus Kristus, malah merasa bahagia dan bersukacita apabila mereka dihukum atau bahkan dibunuh karena nama Tuhan Yesus Kristus. Sikap inilah yang kemudian membuat penguasa Romawi menjadi heran dan akhirnya mengakui kekristenan sebagai agama yang diizinkan (tahun 313 oleh Konstantinus Agung Kaisar Roma).
Saudara-saudara, Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Di beberapa tempat di Negara kita inipun masih terdengar penghimpitan terhadap orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, terutama dalam hal pembangunan tempat ibadah maupun pelaksanaan ibadah. Dan mungkin juga ada kasus-kasus yang lain yang berhubungan dengan iman dan keyakinan yang intinya terjadinya diskriminasi. Bagaimana sesungguhnya kita memaknai pengalaman hidup seperti ini? Surat Petrus ini memberi kita inspirasi iman serta penguatan, yakni: Pertama, bahwa penderitaan karena iman kepada Yesus Kristus adalah penderitaan yang benar, yang menghantar orang pada kemurnian dan kedewasaan iman. Bahwa di balik penderitaan yang demikian tersedia maksud dan rencana Tuhan yang luar biasa, yakni ditinggikan oleh Tuhan Allah. Untuk menghadapi segala bentuk penderitaan karena iman, kita diarahkan untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan yang Maha kuat, sebab hanya dengan demikianlah kita akan mampu bertahan dan menjadi pemenang. Yang kedua ialah, bahwa setiap orang percaya yang dilanda kekuatiran dalam menghadapi dan menjalani hidup ini diingatkan untuk menyerahkan segala bentuk kekuatiran hidup ke dalam tangan Tuhan, sebab Ia akan memelihara. Adakah seseorang yang mampu menjamin kelangsungan hidupnya dengan kekuatiran hidup?. Ketiga ialah bahwa setiap orang percaya harus senantiasa dalam kesadaran iman serta berjaga-jaga untuk mengantisipasi ancaman siiblis yang terus mengancam hidupnya. Iblis telah memasuki semua sendi dan bidang kehidupan, karena itu, di manapun, kapanpun, dalam situasi dan kondisi apapun, orang percaya harus terus berjaga-jaga dan sadar dalam iman. Kemudian bahwa orang percaya dengan persiapan pertahanan iman yang demikian, diingatkan untuk melawan si iblis dengan iman yang teguh.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Tuhan Yesus merindukan setiap pribadi, setiap Rumah tangga yang percaya kepadaNya, untuk tetap setia dalam iman dalam menghadapi segala bentuk pengalaman hidup di dunia ini. Yesus Kristus dalam doanya sungguh memperhatikan kehidupan murid-muridNya agar keberadaan hidup mereka terus dipelihara di tengah dunia ini. Dunia di mana penderitaan melanda, menjadi dunia yang kita huni, tetapi kita harus percaya bahwa penderitaan apapun yang kita hadapi jika penderitaan itu karena kebenaran iman, maka semuanya akan berganti dengan sukacita. Tuhan Allah tak pernah merancang kita untuk menerima kecelakaan, melainkan damai sejahtera. Percayalah, berbahagialah, bersukacitalah, apabila kita menderita karena nama Yesus, sebab itulah penderitaan yang benar, yang adalah ujian bagi kita untuk menerima mahkota dari Tuhan Allah. Tuhan Allah memberkati kita. Amin










Pentakosta 5- 10 Juni
Bacaan Alkitab: 1 Korintus 12: 3b-13 Dan  Yohanes 7: 37-39
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kita yang terhimpun dalam denominasi gereja Protestan arus utama, mungkin sering diklaim sebagai gereja yang kepadaman roh terutama oleh beberapa dari mereka yang ada di gereja kharismatik maupun pentakostal. Sikap eksklusif seperti ini, sesunggunya lahir dari sikap dan pemahaman yang keliru terhadap Firman Tuhan. Memelihara karunia Roh adalah keharusan bagi setiap gereja Tuhan, tetapi tidak boleh jatuh pada pengagungan karunia tersebut. Pengagungan akan karunia roh sadar atau tidak, akan membawa orang-orang pada persaingan penonjolan diri dalam hidup persekutuan dan kahirnya jatuh pada kesombongan rohani. Dan sikap seperti ini bukanlah ciri hidup persekutuan orang-orang percaya kepada Tuhan Yesus.
Jemaat Korintus, adalah jemaat perdana yang diperhadapkan pada persoalan tentang karunia roh. Jemaat yang satu ini, berbeda dengan banyak jemaat mula-mula. Penekanan hidup persekutuan dan persaingan dalam hal karunia roh, menjadi hal yang menarik perhatian rasul Paulus akan jemaat ini. Dengan penuh kehati-hatian, Paulus menjelaskan  bahwa karunia roh pada hakekatnya untuk kepentingan bersama. Tidak ada tempat bagi penonjolan diri, kepentingan diri atau golongan dalam penggunaan karunia roh. Maka apapun bentuk karunia Roh yang diterima seseorang dalam persekutuan orang percaya, semuanya hanyalah untuk kemuliaan Tuhan Allah. Kesetaraan, dan kedudukan yang sama adalah prinsip persekutuan orang percaya. Tidak ada yang lebih tinggi dan lebih rendah antara seorang dengan yang lain dalam persekutuan. Walaupun terdapat fungsi yang berbeda-beda, tetapi semuanya saling membutuhkan untuk tujuan yang sama. Kesetaraan dan kedudukan yang sama dalam persekutuan tersebut mewujud dalam kerendahan hati sebagai anggota Tubuh Kristus, dan Kristuslah kepalanya.
Keluarga dan Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Perayaan Pentakosta dalam Gereja adalah perayaan sukacita yang mengingatkan setiap orang percaya bahwa Tuhan Allah memberi karunia Roh kepada setiap saksiNya termasuk kita sekalian. Karunia Roh, tidak boleh kita pahami dengan sempit, seperti yang dipahami beberapa orang dalam kelompok gereja tertentu. Karunia roh, bukan lagi sekedar kemampuan seseorang sebagaimana yang sering kita dengar terjadi di ruang kebaktian. Lebih dari itu saudara-saudara, bahwa karunia Roh juga harus dipahami juga dalam segala bentuk kemampuan yang Tuhan berikan kepada kita, baik melalui kemampuan ekonomi kita, profesi atau pekerjaan kita, peran dan tanggungjawab dan pelayanan kita. Semua ini, juga dimaksudkan untuk kepentingan bersama, sehingga Tuhan dimuliakan. Dengan berpegang teguh pada prinsip kesetaraan dan kebersamaan dalam persekutuan orang percaya, maka semua karunia yang dimiliki oleh orang-orang dalam persekutuan  seharusnya diaplikasikan dalam semangat kebersamaan dan sikap kerendahan diri di hadapan Tuhan Allah.
Saudara-saudara, Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Karunia Roh, sesungguhnya adalah karunia yang diperoleh setiap orang percaya, semata-mata berdasarkan kehendak Tuhan. Maka siapapun dalam persekutuan tidak boleh menganggap bahwa karunia yang dimilikinya adalah karena kemampuan atau usahanya sendiri. Tidak boleh pula ada sikap merasa lebih tinggi dari orang lain. Kepelbagaian karunia yang diterima umat Tuhan sesungguhnya adalah kekayaan persekutuan yang akan mengarahkan hidup persekutuan yang lebih kokoh dan kuat, sehingga mampu mengalirkan aliran-aliran air bagi dunia di sekitarnya. Hauslah akan karunia Roh, dan percayalah kepada Tuhan Allah, sebab hanya dengan demikianlah dari kita dapat mengalir aliran-aliran air hidup bagi orang lain. Dalam persekutuan rumah tangga, mari berprinsip bahwa semua kita adalah anggota, Kristuslah Kepala, pemimpin hidup rumah tangga kita. Maka setiap karunia yang dimiliki oleh masing-masing anggota keluarga kita harus dihargai dan disetarakan dengan yang lain, dan demi kepentingan bersama. Kristuslah sang Kepala atas semua kehidupan ini. Mari, setiap anggota dalam rumah tangga, dalam persekutuan berjemaat, mari kita yang haus datang kepada Dia Air hidup, yakni Yesus Kristus, mari tetap percaya, maka Dia akan memuaskan hidup kita dan menjadikan hidup kita sebagai berkat bagi sesama kita. Tuhan Yesus memberkati kita dan menuntun kita di dalam Roh Kudus. Amin     









Bacaan Alkitab Yohanes 20: 19- 31
Kehadiran Yesus Adalah Damai Sejahtera
Saudara-saudara, keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
            Berdasarkan kesaksian Yohanes, penampakan diri Tuhan Yesus dalam bacaan kita saat ini adalah peristiwa kedua setelah Dia menampakkan diri kepada Maria Magdalena di kubur pada saat peristiwa kebangkitan-Nya. Peristiwa penampakan diri Tuhan Yesus ini terjadi dalam situasi di mana murid-murid Tuhan Yesus sedang diliputi ketakutan kepada orang-orang Yahudi yang berusaha melenyapkan mereka. Akibatnya mereka harus bersembunyi dirumah yang pintu yang terkunci. Kita dapat bayangkan bagaimana mereka dihantui rasa takut dan tentu merasa kalut sebab mereka kini telah seorang diri tanpa Sang Guru mereka. Belum lagi ketika mereka menerima berita yang tidak masuk akal dan menggentarkan dari Maria Magdalena, yakni Tuhan Yesus telah bangkit. Tetapi sungguh mengagumkan, bahwa murid-murid tersebut tetap bersama dan berkumpul dalam iman serta dalam pengharapan. Di saat mereka dihantui ketakutan kepada orang-orang Yahudi, diliputi kecemasan dan ketidaktentuan, dan dalam rasa was-was, Tuhan Yesus tiba-tiba hadir di tengah perkumpulan mereka dan memberi Damai sejahtera bagi mereka. Serta merta hidup mereka berubah, yang tadinya dilanda ketakutan, kecemasan, ketidakpastian, kini berubah menjadi sukacita karena Yesus Kristus datang di sana dan memberkati mereka.
Saudara-saudara, keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
             Minggu-minggu paskah yang kita rayakan sebagai murid-murid Tuhan Yesus menjadi moment penting dan berharga bagi kita. di minggu-minggu ini kepada kita diingatkan kembali bagaimana Tuhan Yesus yang bangkit telah memberi kita jaminan keselamatan kepada kita. Maka itu berarti bahwa Tuhan Yesus yang bangkit dari kematian menjadi dasar iman kita dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Kita tahu dan kita sadar, bahwa selama di dunia ini, hidup kita sering dibayang-bayangi ketakutan, kecemasan dan ketidakpastian hidup. Di dalam rumah tangga pun demikian halnya. Tidak sedikit rumah tangga kristen yang hidupnya terhimpit, tertekan, akibatnya dihantui ketakutan, kecemasan dan ketidak pastian hidup. Bahkan akibat semua peristiwa hidup yang demikian, tidak sedikit yang menutup pintu hidup dengan rapat-rapat, dengan harapan apa yang ditakuti tak kan terjadi. Maka berita sukacita bagi kita, bagi keluarga kekasih kita di rumah ini adalah bahwa dikala kita dihantui ketakutan, kecemasan, ketidakpastian hidup akibat berbagai bentuk persoalan yang kita alami, yang kita hadapi, ingatlah bahwa Yesus Kristus yang bangkit selalu dan senantiasa menjumpai kita yang percaya kepada-Nya, yang tidak meninggalkan Dia, Tuhan Yesus sangat mengasihi kita, kebangkitan-Nya dari kematian sesungguhnya adalah jaminan bagi kita untuk mengalami Damai sejahteraNya. Karena itu saudara-saudara, keluarga, percayalah bahwa Tuhan Yesus selalu berdiri di depan pintu, maka ketika Dia mengetuk pintu dan barang siapa yang membukakannya bagiNya, maka Tuhan Yesus akan masuk di dalam hidupnya.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pengalaman hidup seperti, disaksikan Yohanes kepada kita, bahwa murid-murid Tuhan Yesus yang terkungkung dalam ketakutan, kecemasan dan ketidakpastian, dijumpai oleh Tuhan Yesus, dan mereka diberikan Damai sejahtera sehingga hidup mereka berubah menjadi hidup yang penuh sukacita. Ada tugas kita sebagai respon atas damai sejahteraNya tersebut, yakni bahwa kita diutus ke dalam dunia ini untuk bersaksi tentang KasihNya yang besar. Roh Kudus yang dianugerahkanNya menjadi kekuatan utama bagi kita untuk menjalani hidup dan menjadi saksiNya. Maka marilah, kita buka hidup kita, kita terima Dia yang selalu mengetuk pintu hati kita, sebab kehadiranNya adalah Damai sejahtera. Setiap orang, setiap keluarga yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, niscaya akan dijumpai Tuhan tatkala mereka tetap setia, percaya dan membuka pintu hati, pintu hidup bagi-Nya, maka segala ketakutan, kecemasan dan ketidakpastian akan berganti dengan sukacita atas damai sejahtera Allah di dalam Yesus Kristu. Amin 








Bacaan Alkitab: Amos 8:1- 12
Saudara-saudara, Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
            Kemiskinan merupakan persoalan yang terus menerus mewarnai kehidupan sebagian besar umat manusia di muka bumi ini. Bahkan di dunia ini, negara telah dibagi kelasnya berdasarkan kekayaan dan kemiskinannya. Negara kita sendiri, disebut-sebut telah menjadi negara berkembang, tetapi realitasnya bahwa ada jutaan masyarakat miskin di negara ini. Kemiskinan sendiri telah menjadi bahan studi terutama ilmu sosial dan juga teologi terutama mengenai penyebabnya. Beragam hasil penelitian yang diperoleh, apakah akibat sistem sosial dan ekonomi atau kebijakan, apakah karena sumber daya alam atau karena rendahnya sumber daya manusia, atau juga karena etos kerja dan budaya hidup. Tetapi yang pasti ialah bahwa kemiskinan selalu akan berakibat pada kesengsaraan. Kemiskinan dan kesengsaraan selalu berjalan beriringan dan tak terpisahkan. Akibat kemiskinan maka terjadi pulalah kesenjangan sosial dalam masyarakat. Tentulah hal ini tidak sesuai dengan yang Tuhan kehendaki, sebab di mata Tuhan semua orang sama. Tetapi apa yang terjadi? Manusia sendiri membuat kelas-kelas dalam masyarakat, sehingga yang terjadi adalah ketidak merataan kesejahteraan hidup. Apalagi zaman yang semakin kompetitif (Persaingan hidup) telah berakibat pada terjadinya fenomena yang miskin selalu kalah, dan yang kaya selalu menang alias semakin kaya. Bahkan yang sangat disayangkan adalah bahwa tidak sedikit orang-orang kaya dan penguasa yang merampas bagian atau hak orang-orang miskin dengan kuasa dan kekayaannya. Kita selalu menyaksikan terutama di negara ini, hampir semua koruptor adalah orang-orang kaya dan penguasa. Jika demikian apa sesungguhnya yang terjadi?
Saudara-saudara, Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Di zaman Amos tampil menyampaikan suara kenabiannya ia mencela kejahatan-kejahatan di Israel, kerajaan Utara, selama masa pemerintahan Yerobeam 11 (775-750 sM). Dari pedalaman dekat Betlehem, Amos merasa muak atas kemewahan pedesaan yang dijumpainya (Am 3:15), dan meramalkan malapetaka militer (Am 6:14) sebagai alat hukuman Allah. Amoslah nabi pertama yang perkataannya ada dalam kitabnya sendiri. Pesannya mengenai malapetaka ditolak oleh kalangan istana (Am 7:10-17) dan orang-orang kaya yang menindas sesamanya sehingga melahirkan ketidakadilan dalam kehidupan umat. Kesengsaraan yang lahir akibat perbuatan jahat, berupa penipuan, monopoli ekonomi dan pemberlakuan sistem yang tidak adil bagi umat kecil dan miskin ternyata sangat tidak dikehendaki oleh Tuhan Allah. Nabi Amos meneriakkan ketidakadilan ini dengan menyampaikan ancaman hukuman Allah berdasarkan penglihatan yang diterimanya. Amos menyampaikan Firman Allah yakni bahwa Tuhan Allah sangat menentang perbuatan jahat mereka. Tuhan Allah menelanjangi niat jahat mereka yakni yang terus berbuat dan merencanakan ketidakadilan bagi kaum miskin dan rendah, padahal mereka adalah umat Allah. "Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan bilakah hari Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa, membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu, supaya kita membeli orang lemah karena uang dan orang yang miskin karena sepasang kasut; dan menjual terigu rosokan?" Pikiran dan niat kejahatan para penguasa dan orang kaya ini jelas diketahui oelh Tuhan Allah. Pernyataan ini menegaskan bahwa di satu pihak orang-orang ini memelihari peraturan keagamaan, tetapi di pihak lain mereka merancang dan melakukan kejahatan. Mereka memeliha bulan baru, yakni bulan masa raya dan sabat sebagai waktu kebebasan, tetapi ketika waktu-waktu itu berlalu mereka melakukan tindakan ketidak adilan bagi orang-orang miskin. Munafik, itulah julukan yang tepat bagi orang-orang seperti ini.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Jika Allah sampai beriktiar menghukum umatNya yang berlaku curang dan melakukan ketidakadilan dengan cara memutuskan relasi dan komunikasi (lapar dan haus akan Firman Tuhan) dan tidak berkenan untuk dijumpai umat itu, maka sesungguhnya Tuhan Allah menghendaki agar mereka bertobat dan kembali kepada kehidupan yang Tuhan Allah kehendaki. Suara kenabian Amos ini, jelas sangatlah keras dan menyakitkan. Sangat menusuk hati, sehingga wajar jika Amos sempat diusir oleh Amazia. Tetapi sesungguhnya harus demikian. Bahwa apapun yang Tuhan Firmankan harus disuarakan dengan lantang oleh setipa orang yang diutusNya. Sebab Tuhan Allah sangat membenci perbuatan yang menjadikan sesama mengalami kesengsaraan. Kita adalah orang-orang yang diutus ke dalam dunia ini, menjadi garam dan terang, di utus untuk menegakkan keadilan dan memberi kemerdekaan kepada mereka yang tertindas, miskin dan terasing. Jangan sampai malah kita yang menjadi pelaku-pelaku ketidakadilan tersebut. Bagaimana caranya? Mari kita mulai dari diri kita sendiri, dari persekutuan rumah tangga kita, persekutuan jemaat. Mari berjuang bersama dan bersama berjuang menghilangkan segala bentuk ketidakadilan, menghilangkan kesenjangan sosial ekonomi yang semakin tajam ini dengan cara memberi diri kita menjadi orang yang senantiasa berguna bagi orang lain di sekitar kita. Ingatlah apapun pekerjaan kita, sebesar apapun penghasilan kita, jika hasilnya tak pernah dirasakan oleh orang lain, maka kita sesungguhnya adalah orang-orang yang tidak berkenan kepada Tuhan Allah. Kemudian bagi kita sekalian umat Tuhan, diingatkan untuk tidak sekali-kali merampas atau mengambil yang bukan hak kita, yang bukan bagian kita, itu adalah tindakan keji di mata Tuhan. Tuhan mengingatkan bahwa kepada orang-orang seperti ini, akan terjadi kelaparan dan kehausan, bukan akan makanan dan air, tetapi akan FirmanNya. Tuhan mengingatkan kita semua, bahwa Dia tidak berkenan menemui orang-orang yang melakukan ketidakadilan. Jika Tuhan tak lagi bersama kita, maka apakah yang akan terjadi? Hanya kehancuran dan kebinasaan. Maka karena itu, melalui Firman Tuhan saat ini, kita diajak dan diberkati, bahwa upaya iman kita mencari Tuhan melalui aktifitas keagamaan kita haruslah selalu disertai dengan perbuatan yang membuat orang lain diberkati. Percaya dan yakinlah saudara-saudara, bahwa ketika kita diberkati Tuhan, maka Tuhan menghendaki kita menjadi berkat bagi orang lain di sekitar kita. Maka berusahalah selalu menegakkan keadilan dan jadilah berkat bagi sesama. Tuhan Yesus niscaya menjumpai kita. Jika Tuhan bersama kita, siapakah lagi lawan kita? AMIN














(Kenaikan)
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 1: 1- 11
Saudara-saudara, Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
             Barangkali tidaklah terlalu keliru, jika dikatakan bahwa salah satu hari raya gerejawi dalam kekristenan yang tidak terlalu mendapat respon meriah dari jemaat boleh dikata adalah “Hari Kenaikan”. Kenapa demikian? Apakah karena perayaannya biasanya “terjepit” di antara hari-hari kerja atau karena memang gerejapun belum atau bahkan tidak memberi perhatian khusus akan perayaan gerejawi yang satu ini, ini perlu mendapat penelitian lebih lanjut. Tetapi kita patut bersyukur bahwa pemerintah kita di Republik ini memberi respon positif terhadap hari raya gerejawi ini sehingga di dalam kalender kita hari ini menjadi tanggal merah dan diberi catatan khusus sebagai hari kenaikan Yesus Kristus. Pertanyaannya sekarang malah dikembalikan kepada kita sebagai umat Tuhan, apakah kita memberikan perhatian serius terhadap perayaan-perayaan agama kita dan memaknainya dengan benar sesuai dengan kehendak Tuhan? Semogalah tidak ada di antara umat yang beralasan bahwa ia tidak menghadiri ibadah kenaikan ini, karena ia berpikir:”Untuk apa pergi ke Ibadah, kan Yesusnya sedang naik ke Sorga...”.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Peristiwa Kenaikan Tuhan Yesus, sesungguhnya adalah sebuah peristiwa illahi yang mengandung moment penting bagi semua pengikut Yesus Kristus yang masih hidup dan berkarya di dunia ini. Melalui berita dari Lukas, yang dengan teliti dan merekam secara lengkap apa saja yang dikerjakan dan diajarkan Yesus sampai pada Ia naik ke Sorga, kita mengetahui apa saja sebenarnya yang terjadi dalam peristiwa tersebut dan bagaimana kita harus memaknainya. Lukas menuliskan bahwa Yesus Kristus berulangkali menunjukkan diriNya kepada murid-muridNya, sebagai bukti bahwa Dia adalah Tuhan yang hidup, dengan satu pokok penting yang  Dia dengungkan yakni “Kerajaan Sorga”. Dengan kata lain bahwa sesungguhnya semua peristiwa dan pengalaman serta pengajaran Tuhan Yesus, tak lain dan tidak bukan adalah dalam satu tujuan yakni perihal terwujudnya Kerajaan Sorga. Tuhan Yesus menghendaki supaya semua orang yang percaya kepadaNya betul-betul mengerti dan memahami arti, hakekat dan arah hidup mereka sesungguhnya hanyalah demi “Kerajaan Sorga”.  Untuk tujuan hadirnya Kerajaan Sorga itulah, Tuhan Yesus melengkapi murid-muridNya dengan kuasa Roh Kudus, seperti yang dijanjikan Bapa sebelumnya. Artinya ialah, bahwa Tuhan Yesus tidak dengan begitu saja melepas murid-muridNya pergi memberitakan kabar keselamatan itu, tetapi murid-murid itu dilengkapiNya dengan kuasa Roh Kudus. Lukas lebih lanjut menguraikan detailnya peristiwa Kenaikan itu, dengan sikap murid-murid yang menatap ke langit, dan hadirnya 2 sosok yang berpaikan putih yang menegor sikap murid-murid tersebut; "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Apakah sesungguhnya makna teguran ini bagi gereja Tuhan, sehubungan dengan perayaan Hari Kenaikan Yesus Kristus ini? Pertama-tama, kita harus ingat, bahwa peristiwa Kenaikan Yesus Kristus ke Sorga adalah peristiwa yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh karya penyelamatan Allah akan dunia ini. Tuhan Yesus adalah Tuhan yang hidup itu adalah Tuhan yang mengatasi langit di atas langit. Dia adalah Tuhan Allah Yang Maha Tinggi, yang melebihi semua kuasa baik di bumi, di bawah bumi, dan di Sorga. Yang berikut adalah bahwa peristiwa ini adalah karya Allah dalam rangka penegasan bahwa kerajaan Sorga akan hadir di bumi ini, sehingga dikatakan “…Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."  Dengan demikian kepada kita diingatkan bahwa akan tiba waktunya,bahwa Tuhan Yesus Kristus akan datang kali kedua ke dunia ini untuk mewujudkan Kerajaan Sorga tersebut. Karena itulah kita sebagai Gereja diutus ke dalam dunia supaya kita bekerja bagiNya untuk menghadirkan tanda-tanda Kerajaan tersebut.
“ Mengapa Kamu menatap ke langit…? Kalimat ini saudara-saudara harus dipahami sebagai sebuah pertanyaan yang sesungguhnya hendak mengingatkan kita bahwa hidup kita sebagai gereja tidak boleh hanya terfokus hidup ke Sorga, tapi kita tidak menunaikan tugas panggilan kita di dunia ini. Tuhan Allah menghendaki kita semua sebagai orang-orang yang percaya kepadaNya, sadar bahwa kita di utus ke dalam dunia ini supaya kita memberi diri menggarami dunia ini yang telah tawar dari segala rasa kasih, baik kepada sesama manusia dan sesama ciptaan. Kita juga diharapkan mampu memberi terang di tengah gelapnya dunia ini.


Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Maka sesungguhnya, merayakan Hari Kenaikan Yesus Kristus adalah peristiwa yang memperingatkan kita sekalian bahwa, kita masih hidup di dunia ini, dan sedang menunaikan tugas panggilan kita yakni, membawa kabar baik, kabar keselamatan, kabar damai sejahtera kepada dunia ini. Oleh karena itu saudara-saudara, kita ditantang untuk merenungkan hidup kita masing-masing. Sudahkah kita dengan benar hidup di dunia ini? Artinya telah sesuaikah dengan maksud dan tujuan Dia yang mengutus kita ke dalam dunia ini?. Sebagai gereja, sudah sebesar apa rasa yang kita beri kepada sesama kita, sudahkah cahaya kita bersinar bagi diri kita dan bagi hidup orang lain? Ingat, saudara-saudara, Tujuan hidup kita sesungguhnya bukanlah melulu Sorga, melainkan “Memuliakan Allah” sebab di mana Allah dimuliakan di situlah sesungguhnya Sorga berada. Memuliakan Allah tidaklah cukup hanya dengan kita rajin dan antusias melaksanakan kebaktian setiap minggunya, tidaklah cukup hanya dengan ucapan doa dan sikap sujud menyembah Allah, melainkan kita ditantang untuk bertanggung jawab atas kehidupan semua orang, semua mahluk dan semua ciptaan Allah. Beribadah kepada Allah sesungguhnya adalah ketika hidup kita berguna bagi orang lain, sehingga mereka juga turut merasakan keselamatan dari Allah. Beribadah kepada Allah sesungguhnya adalah ketika kita turut bertanggungjawab atas keutuhan ciptaanNya. Beribadah kepada Allah adalah kita berani berkata dan bersikap jujur, adil dan setia dalam hidup ini. Maka pola beriman Gereja haruslah berbeda dengan pola hidup beriman orang lain.  Gereja tidak boleh merasa bahwa ia seakan-akan telah hidup di sorga lalu tidak lagi peduli dengan dunia ini. “ Mengapa Kamu menatap ke langit…? Teguran ini juga hendak mengingatkan kita sekalian supaya kita selama di dunia ini, melihat hidup orang lain di sekitar kita dalam wujud kepedulian di mana kasih kita tebar. Teguran ini juga bermaksud mengingatkan kita sekalian bahwa sebagai Gereja kita tidak boleh hanya hidup untuk diri kita sendiri. Kita harus mengasihi, artinya bahwa kita harus memberi hidup kita bagi hidup orang lain, sebab tidak ada kasih tanpa memberi.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Mengakhiri renungan ini, marilah kita mengambil komitmen iman, bahwa kita akan lebih giat lagi memberi diri untuk menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah di dunia ini. Mari kita mulai dari diri kita, rumah tangga, persekutuan kita hingga kepada dunia ini. Ingatlah bahwa “…Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." KedatanganNya kali kedua, adalah saat di mana kita dimintai pertanggungan jawab atas pengutusan kita ke dalam dunia ini. Percayalah, saudara-saudara bahwa Damai Sejahtera Allah niscaya menjadi bagian kita, juga orang lain di sekitar kita, ketika kita menunaikan tugas panggilan kita. Kepada kita telah diberi Kuasa, maka mari kita beri hidup kita dipimpin kuasaNya. Amin 




















Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 1: 6- 14
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pada Minggu ini tentulah masih terekam jelas di dalam diri kita bagaimana kita merenungkan peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga yang kita rayakan pada hari Kamis yang silam. Sekarangpun pemberitaan Alkitab untuk kita sekalian masihlah serangkaian dengan peristiwa tersebut. Bahwa peristiwa kenaikan Yesus Ke Sorga adalah tanda illahi bagi kita yang meneguhkan iman kita bahwa Tuhan Yesus yang kita puji dan muliakan adalah Tuhan Yang hidup, yang bertahkta di Sorga dan yang akan datang kali kedua ke dalam dunia ini untuk mewujudkan Kerajaan Sorga melalui tindakan penghakiman atas yang hidup dan yang mati. Bahwa dalam peristiwa tersebut, kita juga diingatkan bahwa Tuhan Allah memberi kuasa kepada semua murid-muridNya yang diutus ke dalam dunia ini dengan maksud agar semua murid-muridNya itu menjadi saksiNya sampai ke ujung dunia ini, yakni memberitakan perihal Kerajaan Sorga melalui sikap hidup sesuai dengan kehendakNya.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Saat ini, mari kita merenungkan kembali rangkaian kisah yang terjadi dalam peristiwa Kenaikan Tuhan Yesus tersebut. Bahwa setelah Tuhan Yesus terangkat ke Sorga, murid-muridNya diarahkan untuk mengambil satu sikap iman sehubungan dengan janji Allah yang disampaikan kepada mereka. Pada ayat 4 diterangkan bahwa Tuhan Yesus melarang murid-murid itu meninggalkan Yerusalem dan menyuruh mereka mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa. Perintah inilah yang ditaati murid-muridNya, sehingga setelah Yesus Kristus naik ke Sorga, merekapun menantikan janji itu. Murid-murid Yesus kembali ke Yerusalem sesuai dengan petunjuk Tuhan Yesus. Mari kita simak dengan seksama, apa dan bagaimana sikap mereka menantikan janji Allah. Itulah yang hendak kita mengerti dan maknai dalam-dalam. Dikatakan bahwa mereka setelah tiba di kota, mereka bersekutu bersama. Persekutuan itu adalah persekutuan karena iman, hanya dengan satu maksud yakni untuk menaati perintah Tuhan Yesus. Tidak ada yang motivasi lain, selain hanya demi kemuliaan Tuhan Allah. Persekutuan tersebut adalah persekutuan yang mananti kehendak Allah, yakni menantikan janji Allah. Kemudian mari kita lihat, bahwa mereka mengambil sikap dan tindakan iman, yakni mereka bersekutu dalam ketekunan, dalam kesatuan hati, dan dalam sikap berdoa bersama-sama. Di sana jelas tergambar bagaimana sesungguhnya hakekat persekutuan orang percaya.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Apa yang disampaikan Lukas melalui berita ini, sesungguhnya sangat relevan untuk mereformasi kembali hidup dan pola persekutuan kita sebagai gerejaNya. Pertama, bahwa persekutuan kita, sesungguhnya adalah persekutuan yang sedang menanti. Menantikan kedatangan Tuhan Allah kedua kalinya. Persekutuan kita bahkan hidup kita juga adalah persekutuan dan hidup yang terus menerus menantikan rahmat dan kasih karunia serta berkat Tuhan Allah. Oleh sebab itu, mari kita belajar dari sikap murid-murid Tuhan Yesus ini. Kita melihat bahwa persekutuan tersebut adalah persekutuan yang murni, yang semata-mata terarah pada kemuliaan Tuhan Allah. Kita melihat bahwa tidak ada sedikitpun indikasi adanya pementingan diri sendiri atau kelompok dalam persekutuan tersebut. Di sanapun tidak ada terlihat sikap penonjolan diri, pemaksaan kehendak, atau sikap memerintah orang orang lain dengan dalil apapun. Tidak ada pula sikap yang melahirkan perpecahan karena mereka sehati dalam persekutuan tersebut. Tetapi marilah kita bersikap jujur dengan pola persekutuan kita saat ini. Di sana sini terdengar berita bahwa beberapa jemaat kita terpecah, bertikai, yang melibatkan banyak orang, baik sebagai warga jemaat maupun pelayan. Sehingga muncul pertanyaan, ada apa dengan persekutuan kita? Kita tidak perlu enggan membuka semua yang terjadi ini sebagai perenungan kita bersama. Bahwa benar, beberapa masalah dalam persekutuan adalah karena adanya orang yang menonjolkan diri, yang memaksakan kehendak, yang menyalahkan wewenang yang mementingkan diri sendiri, karena ketekunan semakin terkikis, demikian juga sikap sehati dan juga kehilangan aktifitas berdoa bersama-sama.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Ketekunan, sikap sehati dan tindakan berdoa bersama-sama adalah sikap iman yang harus terus dipelihara oleh Gereja dalam persekutuannya. Sebab jika tidak demikian, maka hakekat persekutuan akan menjadi tidak lagi sebagai persekutuan yang menanti. Ingat, bahwa sebagai persekutuan umat yang percaya kita adalah persekutuan yang menanti, menantikan janji Allah. Persekutuan umat Tuhan harus menantikan kuasa Roh kudus, supaya dengan kuasa itu mereka melakukan segala sesuatu, sehingga apapun tindakan apapun keputusan dan apapun aktivitas persekutuan semuanya sesuai dengan kehendak Allah dan hanya untuk kemuliaan Allah. Maka dengan demikian, tidak ada lagi tempat bagi kekuasaan pribadi, kehendak pribadi, tidak ada lagi ruang bagi wewenang yang menghalangi umat untuk memuliakan Tuhan Allah. Juga tidak ada lagi terdengar ketimpangan ekonomi, social, pelayanan antara satu jemaat dengan jemaat lain, antara pelayan yang satu dengan pelayan lain, tidak ada lagi korupsi dan penyalahgunaan persembahan yang adalah milik Tuhan dalam persekutuan. Persekutuan gereja harus tekun, artinya persekutuan yang harus bersungguh-sungguh dan harus tetap berpegang teguh pada janji Tuhan Allah. Tidak ada motivasi lain selain untuk kemuliaan Tuhan Allah. Tidak ada tempat bagi siapapun dalam persekutuan untuk menaikkan stara sosialnya, tidak ada tempat bagi siapapun untuk memperkaya dirinya sendiri, tidak ada tempat bagi siapapun untuk memerintah, menguasai orang lain. Sebab persekutuan umat Tuhan adalah persekutuan yang dalam satu hati memuliakan Tuhan Allah. Yang kedua, ialah Persekutuan Gereja adalah persekutuan yang sehati. Artinya, tidak ada tempat bagi siapapun yang boleh memaksakan kehendak hatinya sendiri, tidak ada tempat bagi iri hati, sakit hati, dan mendua hati. Semua hati menjadi satu yakni mengikuti dan melakukan kehendak hati Tuhan Allah. Sehati dalam persekutuan juga berarti semua anggota persekutuan dalam hati yang sama, yakni dalam kerendahan hati. Dengan demikian Tuhan Yesus Kristus sebagai kepala persekutuan ditinggikan dan dimuliakan. Yang terakhir adalah, persekutuan Gereja adalah persekutuan yang berdoa bersama, artinya mengambil sikap yang sama yakni menggantungkan hidup dan pengharapannya hanya kepada Tuhan Allah. Karena itu, tidak ada tempat bagi siapapun dalam persekutuan untuk menjadikan dirinya orang yang paling berjasa, tidak ada tempat bagi siapapun yang berpikir bahwa kalau bukan dia maka tidak ada yang jadi dan terlaksana, tidak ada tempat bagi siapapun yang merasa dapat menjamin kehidupannya dan kehidupan persekutuan di tangannya sendiri. Seluruh keberadaan hidup dan pengharapan hidup kita sebagai persekutuan orang percaya hanyalah ditangan Tuhan semata-mata.
Saudara-saudara, Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Melalui perenungan kita saat ini, sesungguhnya iman dan pengharapan kita sedang dan akan terus disegarkan. Sebab apa yang dilakukan murid-murid Tuhan Yesus sungguhlah sikap yang tidak akan membuat kita menyesal dalam hidup persekutuan dengan Tuhan Yesus. Janji Tuhan itu pasti dan senantiasa disertai bukti setiap hari dalam hidup kita. Maka siapapun kita dalam persekutuan, mari untuk tidak mengundurkan diri dari persekutuan, mari untuk selalu berkomitmen bahwa dan terus bersungguh-sungguh bahwa kita bersekutu di dalam dan dengan Tuhan Allah semata-mata hanyalah untuk kemuliaanNya. Maka jangan pernah ketekunan kita menjadi luntur hanya karena sikap seseorang di tengah persekutuan. Kita mesti menyatukan hati, dalam wujud kerendahan dengan hati orang lain. Mari satukan hati untuk memuliakan Tuhan dan menantikan janjiNya. Jangan izinkan penyakit hati merasuki hidup kita. Terkahir, naikkanlah doa bersama, agar kehendak Allah jadi di Bumi seperti di Sorga. Terpujilah Tuhan Yesus Kepala Gereja. Amin.





















Pentakosta
Bacaan Alkitab Bilangan 11: 24- 30
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pertama-tama kami mengucapkan “ Selamat Hari Pentakosta, Roh Kudus kiranya turun atas kita sekalian”! saudara-saudara, sesungguhnya Perayaan pentakosta ini adalah perayaan sukacita, perayaan kegembiraan iman dalam hidup kita sebagai Gereja Tuhan. Bersukacita dan bergembira dalam iman menjadi pengalaman kita sebagai gerejaNya, sebab di perayaan ini kita sekalian kembali diingatkan bahwa Roh Kudus telah dan akan selalu membimbing kita dalam hidup ini. Dengan dan melalui Kuasa Roh Kudus kita telah dan akan terus diberi kemampuan untuk menjalani hidup ini dan terus berjuang dalam iman, menunaikan tugas dan tanggungjawab kita dengan benar sesuai dengan kehendak Allah. Merayakan hari Pentakosta tak lain dan tak bukan adalah untuk menegaskan kembali kesetiaan Tuhan Allah akan janji penyertaanNya bagi umat yang dipilih, diselamatkan dan diutusNya ke dalam dunia ini. Oleh karena itu, marilah kita kembali merenungkan makna perayaan ini bagi hidup kita sebagai umat Tuhan Allah. Sebagaimana pengalaman umat Tuhan dalam hal ini Musa dan tua-tua Israel tentang bagaimana Roh Allah menghinggapi mereka. Sebab berbicara tentang Pentakosta adalah berbicara tentang Ketuangan Roh Allah yakni Roh Kudus kepada umatNya sebagaimana pula pengalaman orang-orang percaya ketika peristiwa Pentakosta berdasarkan kesaksian Alkitab dalam Kisah Para Rasul Pasal 2.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kita semua percaya, bahwa ketika seseorang dikuasai dan dipimpin Roh Kudus, maka sesungguhnya akan tampak kuasa Illahi dalam seluruh aktivitas hidup yang dijalaninya. Demikian juga  dengan Gereja, jika Gereja yakni kita dan persekutuan kita dipimpin dan dikuasai Roh kudus, maka Gereja akan berkarya dan menjalankan seluruh pelayanannya sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Gereja akan benar-benar hidup dan benar-benar menghidupkan kehidupan di dunia di mana Tuhan mengutusnya. Tetapi, kemudian fenomena yang terjadi di kalangan gereja-gereja adalah, adanya klaim yang mengatakan bahwa “di dalam gerejanya lebih bernuansa Roh kudus dan gereja orang lain Roh kudusnya telah hilang”. Klaim seperti ini sesungguhnya lahir dari pemahaman yang keliru tentang Gereja dan bergereja. Bahwa jika klaim seperti ini lahir dalam gereja, maka gereja tersebut telah jatuh dalam sikap beriman yang eksklusif, di mana hanya diri, gerejanyalah yang benar, dan diri serta gereja orang lain salah. Sikap ini tidak boleh berlaku dalam hidup kita sebagai gereja. Bahwa melalui klaim seperti ini, kita juga mesti tertantang untuk kembali merenungkan eksistensi atau keberadaan kita sebagai gereja, baik pribadi maupun persekutuan dalam hubungannya dengan Kuasa Roh Kudus dalam hidup kita, juga persekutuan kita. Benar, bahwa gereja berkarya dan melayani, semata-mata haruslah berdasarkan Kharisma, yakni Karunia Roh Kudus. Maka gereja haruslah merupakan gereja yang Kharismatik, yakni gereja yang melakukan seluruh bentuk tugas dan tanggungjawabnya berdasarkan kuasa Roh Kudus. Maka karena itu, harus dipahami dengan benar bahwa gereja yang kharismatik itu bukanlah sekedar gereja yang mengekspresikan segala bentuk ibadahnya atau kebaktiannya dengan menggelar karunia roh, seperti berbahasa lidah, bernubuat, atau yang lainnya, melainkan juga terutama dalam pelayanannya kepada dunia ini, yakni melalui bentuk pelayanan nyata dalam kasih dengan selalu dalam wujud yang benar sesuai dengan dorongan Roh Kudus.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Dalam perayaan Pentakosta saat ini, sesuai dengan bacaan kesaksian Alkitab, marilah kita kembali merenungkan dengan seksama bagaimana sesungguhnya kita memahami dan memaknai peristiwa ini. Pertama-tama, Alkitab memberi kesaksian bahwa perihal turunnya Roh Kudus kepada umatNya tidak dapat dipisahkan dari pemberitaan Firman Allah. Itulah yang terjadi dalam pengalaman iman Musa dan tua-tua Israel kala itu. Dikisahkan bahwa setelah Musa menyampaikan Firman Tuhan yang diterimanya, maka kepenuhanlah tua-tua yang bersamanya. Tetapi bukan mereka saja, melainkan ada lagi 2 orang yang saat itu berada diperkemahan, yakni Eldad dan Medad. Nama “Eldad” berarti “Allah adalah Sahabat” dan “Medad” artinya “Kasih” sesuai dengan asal kata dalam bahasa Ibrani. Kedua orang ini juga kepenuhan walaupun mereka saat itu tidak sedang bersama-sama dengan Musa. Tetapi Yosua sempat menegor Musa, agar kedua orang ini dicegah. Tetapi Musa memberi jawaban  yang mengejutkan, “….Ah, kalau seluruh umat TUHAN menjadi nabi, oleh karena TUHAN memberi Roh-Nya hinggap kepada mereka!". Mari kita memberi perhatian pada ungkapan hati dan kerinduan Musa ini. Apa sesungguhnya yang dimaksudkan Musa dengan ungkapan ini? Apa yang akan terjadi dan berlaku dan bagaimana jika seluruh umat Tuhan menjadi Nabi karena Tuhan memberi RohNya hinggap kepada mereka? Mari kita belajar, siapa dan apa serta bagaimana sesungguhnya nabi Tuhan itu sesuai dengan pernyataan Musa ini!. (Membahas siapa dan bagaimana nabi sesuai kesaksian Alkitab tidaklah cukup kita uraikan disini, karena itu, jika ingin membahasnya dengan lengkap kita bisa membahasnya di kesempatan yang lain bersama dengan pelayan di jemaat kita masing-masing). Seorang Nabi adalah Seorang hamba Tuhan yang dipanggil untuk menyampaikan Firman Allah kepada manusia. Di dalam jemaat kristen jabatan kenabian merupakan sebuah karya istimewa.  Karya yang digerakkan oleh karunia Kharismatis dari Roh yang dijanjikan dan diutus oleh Yesus.  Karunia dari waktu keselamatan yang sudah dipenuhi itu terbuka bagi semua orang beriman, meskipun ada perorangan yang dapat melakukannya dengan cara yang khusus.  Di dalam Kisah para Rasul ada beberapa orang yang menunjukkan penerimaan kurnia kenabian khusus tadi (Agabus, keempat puteri penginjil Filipus). Paulus tidak menempatkan dirinya selaku nabi. Kebanyakan ia tempatkan dirinya selaku Rasul, meskipun ia juga tahu, bahwa ia memiliki Rokh Allah (band. 1Kor 7:40). Kelompok nabi di dalam PB jelas mempunyai tempat semacam jabatan di dalam Gereja Purba.  Tulisan-tulisan itu di waktu kemudian menunjukkan, bahwa kenabian yang benar itu mundur, dikarenakan keadaan Gereja yang semakin membentuk institusinya. Seorang nabi Khususnya para nabi Israel yang bertindak selaku pembicara atas nama Allah (seperti Musa, Elia, Amos, Yesaya dll.). Seringkali mereka harus menentang raja atau rakyat Israel sendiri yang telah menyimpang dari kehendak Tuhan.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
“Nabi” dalam Kata Yunani "profetes": yakni pemberi keterangan orakel (nubuat atau pesan atas petunjuk Tuhan Allah). Kata "nabi" dalam bahasa Yunani juga memiliki arti dasar tersebut. Pada zaman yang terkuno nampaknya kata itu hanya dipakai bagi orang tertentu dalam keadaan tak sadar yang memaklumkan pujian Tuhan (band.1Sam 10:5,10). Mereka yang memaklumkan orakel Yahwe disebut penglihat.  (ro’eh atau hozeh), Nabi bahkan menjadi sebuah nama ejekan, sehingga kebanyakan para nabi Alkitab menghindari sebutan itu. –Selama sekitar lima abad lamanya kenabian itu ikut menentukan hidup rohani Israel secara mendalam. Dari penjelasan singkat di atas, dan kembali pada pernyataan sekaligus kerinduan Musa, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa seorang Nabi adalah seorang yang dihinggapi Roh Kudus dan yang hidupnya berkarya berdasarkan kuasa Roh Kudus dan apapun yang dilakukananya adalah demi kehendak Tuhan Allah. Berdasarkan pengertian ini juga, maka sesungguhnya kita diingatkan bahwa kita adalah nabi Tuhan ketika Roh kudus menghinggapi kita. Dan memang haruslah demikian halnya, sebab kita percaya, bahwa sebagai gerejaNya kita tentulah telah diberiNya Roh Kudus. Maka karena itu, apapun yang kita lakukan dalam hidup ini mestilah sesuai dengan kehendak Tuhan Allah berdasarkan dorongan RohNya.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Ungkapan yang merupakan kerinduan Musa sesuai dengan kesaksian Alkitab saat ini, sesungguhnya juga memiliki arti dan makna yang luar biasa. Kerinduan ini, adalah kerinduan illahi. Tuhan Allah juga merindukan kita semua menjadi orang-orang yang menerima FirmanNya, kemudian juga memberitakan FirmanNya itu kepada dunia ini, dengan kuasa Roh kudus. Kita adalah saksiNya, yang mestinya menyadari bahwa kita semua, siapapun wajib berkarya memberitakan Firman Tuhan yakni Kabar keselamatan kepada dunia ini dengan segala bentuk karya sesuai dengan talenta kita masing-masing dan melalui profesi kita, status ekonomi, pendidikan, social kita dan kemampuan serta seluruh keberadaan hidup kita. Jika semua orang dalam persekutuan kita menyadari hal ini, maka terwujudlah sesungguhnya apa yang dirindukan Musa tersebut. Jika semua kita dalam persekutuan dihinggapi oleh Roh Kudus, maka sesungguhnya tidak akan ada lagi ruang bagi pertikaian dan kebohongan serta segala bentuk kejahatan dalam hidup persekutuan kita sebagai jemaat Tuhan. Pertanyaannya adalah, sudahkah kita dihinggapi oleh Roh Kudus? Itu hanya akan terjawab “ Ya, sudah” melalui sikap dan perilaku hidup dan keimanan kita!. Pertanyaan berikut adalah, sudahkah kita memberi tempat dan ruang bagi orang lain, pendapat dan sumbangsih pemikiran orang lain dalam persekutuan kita dalam pengambilan keputusan dalam gereja ini? Ataukah kita seperti Yosua, yang menegor Musa agar mencegah Eldad dan Medad berkarya oleh Kuasa Roh Allah?
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
             Sekali lagi, Merayakan Pentakosta, seperti yang kita lakukan saat ini, adalah momentum penting bagi kita sekalian untuk mengintrospeksi hidup kita, persekutuan kita, sekaligus juga untuk menyadari bahwa ternyata, Tuhan Allah sungguh merindukan semua kita umat yang percaya kepadaNya menerima Kuasa Roh Kudus. Dan itu kita percaya sudah dan akan terus berlaku. Tinggal sekarang, bagaimana kita membuktikannya, membuktikan bahwa kita adalah Gereja yang dihinggapi dan dikuasai oleh Roh Kudus. Mari kita camkan dengan benar, bahwa Gereja yang dipimpin oleh Roh Kudus adalah Gereja yang membawa damai, di mana ada pertikaian, Gereja yang memberi rasa, di mana hidup menjadi tawar, gereja yang memberi kehangatan di mana ada kelesuan. Gereja yang hadir membawa damai sejahtera sesuai dengan kerinduan Allah. Karena itu, mari saudaraku, kita buka hidup kita bagi Roh Kudus, hilangkan semua keegoisan dalam hidup kita, mari kita hidup berdasarkan FirmanNya, dan menjalani kehidupan ini berdasarkan tuntunan Roh Kudus. Percaya dan yakinlah saudara-saudara, bahwa kita semua adalah hamba Tuhan yang senantiasa disertaiNya dalam langkah, jerih juang di dunia ini menyampaikan kabar baik melalui perbuatan kita berdasarkan kuasa Roh Kudus. Amin




















Bacaan Alkitab: Mazmur 78: 32- 55; Matius 6: 25- 34; 1 Petrus 5: 5- 11
KETEGUHAN IMAN YANG SEMPURNA
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kehidupan umat Tuhan tidak dapat terpisahkan dalam tiga dimensi waktu, yakni masa silam, kini dan nanti. Tiga dimensi waktu tersebut juga mempengaruhi keimanan umat Tuhan. Di tiga dimensi waktu itu Tuhan berkenan hadir menyertai umat-Nya. Tuhan rela hadir dalam sejarah umat-Nya, hadir di masa kini dan memberi pengharapan di masa yang akan datang. Dan memang benar, Tuhan mengatasi segala waktu sehingga Dia dapat hadir kapanpun dalam perjalanan hidup manusia. Inilah yang pertama-tama yang harus diimani oleh kita sekalian, sehingga kita menyadari bahwa Tuhan Allah ada disetiap dimensi waktu dalam kehidupan kita. Itu berarti, dimensi waktu manapun menjadi waktu yang berharga bagi kita umat yang percaya dalam rangka mengintrospeksi keimanan kita kepada Tuhan. Kehidupan kita di masa silam menjadi pelajaran berharga bagi kehidupan kita di masa kini dan nanti. Masa yang telah berlalu itu penting bagi kita untuk merenungkan seluruh pengalaman hidup kita, bagaimana Tuhan Allah hadir di dalamnya sehingga memungkinkan kita ada kini di sini meniti hari-hari hidup untuk masa depan kita nanti. Pengalaman berdasarkan sejarah itu penting, sehingga apa yang tidak berkenan kepada Allah yang pernah terjadi tidak lagi terulang kini dan nanti. Pengalamana hidup di dalam sejarah itu penting, sehingga karya Tuhan terus terngiang dan menjadi dasar kita melangkah ke masa yang akan datang. Intinya adalah bahwa kehadiran Allah di masa silam itu menjadi pegangan hidup kita bahwa kesetiaan Allah tidak akan pernah berubah sampai kapanpun, sehingga iman kita tetap teguh hanya kepada Dia. Kegagalan seseorang dalam kesetiaannya beriman, sangat dipengaruhi kesadarannya merenungkan karya Tuhan disepanjang kehidupannya termasuk kehidupannya dimasa silam. Orang yang tidak menyadari bagaimana Tuhan terlibat dalam seluruh perjalanan hidupnya tidak akan pernah hidup teguh dalam keimanannya. Akibatnya, orang seperti ini akan selalu dihantui oleh kekuatiran yang besar yang kemudian dapat berakibat pada kehilangan pengharapan atau putus asa. Kekuatiran hidup, sebenarnya bukanlah melulu disebabkan ketakutan akan apa yang terjadi di masa depan, tetapi juga dipengaruhi oleh ketidaksadaran merenungkan hidup dimasa lampau. Jika seorang beriman sadar dan mampu merenungkan karya kasih Tuhan Allah dalam hidupnya di masa silam niscaya tidak akan dihantui kekuatiran akan hidup di masa depan. Kenapa? Karena Tuhan itu hadir kapanpun dalam hidup umat-Nya. Kasih setia-Nya untuk selama-lamanya.
  Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Dalam kitab Mazmur yang menjadi bagian bacaan Alkitab saat ini dapat disimpulkan bahwa umat Israel diajak untuk belajar dari sejarah bangsa mereka. Tuhan Allah rela dijangkau oleh sejarah, Dia hadir dengan karya-Nya yang ajaib, Dia hadir dengan hati-Nya yang penuh belaskasihan, Dia hadir dengan pengampunan, Dia hadir memberi kelepasan dan kemenangan. Artinya bahwa Umat Israel harusnya menyadari bahwa di masa pelik sekalipun, Tuhan Allah telah membuktikan kesetiaan-Nya, walaupun umat itu sendiri sering memberontak kepada-Nya. Untuk itu, harusnya tidak alasan bagi umat Tuhan untuk hidup dalam kekuatiran dimasa kini dan nanti. Sekalipun umat Israel berulangkali mencobai dan memberontak kepada Allah, sekalipun Allah sendiri telah berulangkali melakukan mujizat di hadapan mereka, mereka selalu saja kehilangan kepercayaan kepada Allah, akan tetapi Tuhan Allah tetap konsisten pada janji-Nya. Dia sendiri menuntun umat itu dengan tenteram dan menghalau segala musuh mereka serta memberikan kepada mereka tanah yang dijanjikan itu. Ini menjadi bukti yang harus diimani oleh semua umat Tuhan, bahwa kasih setia itu nyata sampai kapanpun. Maka jika Tuhan Yesus menegaskan umat-Nya seperti yang terdapat dalam bagian bacaan Alkitab saat ini untuk tidak kuatir dalam hidup ini, itu berarti di mata Tuhan setiap orang yang percaya kepada-Nya sangatlah berharga dan dikasihi-Nya. Kekuatiran di mata Tuhan Yesus adalah bentuk ketegaran hati manusia yang tidak mengakui dan menyadari dengan sungguh-sungguh kasih setia Tuhannya. Itu berarti kekuatiran merupakan bentuk pengingkaran akan kemahakuasaan dan kasih setia Tuhan. Maka jelas, mengapa Tuhan Yesus dengan tegas melarang umat-Nya untuk kuatir, yaitu agar umat-Nya teguh beriman kepada-Nya. Kekuatiran umat Tuhan akan hidupnya akan menjadi pintu masuk bagi iblis, sehingga seseorang itu pada akhirnya akan kehilangan imannya dan pada akhirnya ia jatuh ke tangan iblis yang akan membinasakannya.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Berbicara tentang kekuatiran, itu berarti kita berbicara tentang hilangnya keteguhan iman. “Iman” dalam Perjanjian lama berasal dari kata kerja “aman” yang berarti “memegang teguh”. Kata ini bisa muncul dalam bentuk yang bermacam-macam. Jika diterapkan kepada Tuhan Allah, maka kata iman berarti “bahwa Allah harus dianggap sebagai “Yang Teguh dan Yang Kuat”. Orang harus percaya kepada-Nya dan mengimani bahwa Allah teguh dan Kuat. Oleh karena itu, beriman kepada Allah berarti mengimani bukan hanya dengan akalnya, melainkan juga dengan segenap kepribadian dan cara hidupnya kepada segala janji Allah yang telah diberikan dengan perantaraan Firman dan Karya-Nya. Demikian juga jika pengertian iman diterapkan pada Perjanjian Baru, maka iman berarti mengamini dengan segenap kepribadian dan cara hidupnya kepada janji Allah, bahwa di dalam Kristus ia telah memperoleh kemenangan dan keselamatan atas kuasa dosa. Maka umat yang percaya kepada Tuhan Allah, adalah umat yang tidak lagi diliputi kekuatiran hidup. Tidak pula beriman situasional. Artinya bentuk keimanan ditentukan oleh situasi hidup yang kita jalani. Di saat susah ingat Tuhan, setelah senang lupa Tuhan. “iman situasional” bukanlah bentuk keimanan yang benar dimata Tuhan. Akan tetapi kapanpun di manapun dalam situasi apapun, iman kita harus tetap teguh hanya kepada Tuhan. Maka bagaimanapun situasi hidup yang kita jalan baik di masa silam, kini dan nanti, kita tidak akan pernah dikuasai kekuatiran hidup, kita tidak akan kehilangan iman kepada Tuhan. Ada kalimat bijak berkata bagini: “Kekuatiran hidup akan masa silam ditambah kekuatiran hidup akan masa yang akan datang akan membuat hidup dimasa kini kehilangan arah dan harapan”. Kalimat ini hendak menegaskan bahwa hidup dalam kekuatiran tidak akan pernah menghantar seseorang untuk hidup pada kesuksesan dan kebahagiaan serta tidak akan tiba di tujuan. Untuk itu berefleksi dari Bacaan saat ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh setiap kita dalam rangka mewujudkan keteguhan iman yang sempurna, yakni:
1. Renungkanlah selalu Kasih dan kesetiaan Tuhan dalam kehidupan kita di masa lampau.
   Ingatlah...! kasih dan kesetiaan-Nya itu tidak berkesudahan, dulu, kini dan nanti. Pengalaman hidup dimasa silam bersama Tuhan niscaya membawa kita pada keteguhan iman yang  sempurna.
2. Jadikan Allah dan segala pekerjaan-Nya menjadi yang terutama dan pertama dalam seluruh perjuangan hidup. Maka, janji Tuhan jelas, yakni segala sesuatu akan ditambahkan-Nya kepadamu. Artinya bahwa ketika Tuhan Allah menjadi yang terutama dan yang pertama dalam hidup ini, maka segala hal yang kita perlukan telah tersedia di dalam Dia. Dengan demikian jika Tuhan Allah di dalam hidup kita, segala sesuatu yang kita perlukan dalam hidup ini ada dalam Dia. Dialah sumber segala-galanya. Rendahkanlah diri di hadapan-Nya
3. Serahkanlah kekuatiranmu kepada Tuhan. Melalui sikap seperti ini, maka jelas bahwa kita   mengakui dan mengamini kemahakuasaan-Nya dan kesetiaan-Nya yang memelihara kita.
Percayalah saudara-saudaraku, dengan memiliki iman yang teguh kepada Tuhan, maka tidak ada yang mustahil untuk kita raih dalam hidup ini. Tidak mustahil hasil ladang dan sawah kita berlimpah, tidak mustahil keutungan kita bertambah-tambah dalam usaha kita, tidak mustahil karier atau jabatan kita menanjak, tidak mustahil penyakit kita lenyap, tidak mustahil pula kita dapat jodoh dan pekerjaan, tak mustahil rumah tangga kita pulih, tidak mustahil anak-anak kita menjadi baik dan sukses, tak mustahil persekutuan kita menjadi persekutuan yang kuat dan kokoh, semuanya yang tidak mungkin menjadi mungkin jika Tuhan Allah berkenan. Amin



















Bacaan Alkitab: Mazmur 78: 56-72; Yohanes 11: 17- 27; 2 Timotius 1: 7- 10
KETEGUHAN DAN KETEKUNAN IMAN
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Jika minggu yang lalu kita juga merenungkan ayat sebelumnya dari bagian Mazmur 78 ini, maka kini, ayat selanjutnya yakni ayat 56-72 atau ayat-ayat terakhir juga menjadi perenungan kita beserta dengan bacaan dari Perjanjian Baru yakni Injil Yohanes dan 2 Timotius. Temanya juga berbicara tentang keteguhan  dan ketekunan iman. Dua kata ini yakni “Teguh” dan “Tekun” memiliki kesamaan, yakni sama-sama menunjuk pada sikap seseorang dalam kesungguhan hatinya. “keteguhan” yang berasal dari “teguh” berarti “kuat berpegang, atau “tetap tidak berubah”. Sedangkan Ketekunan yang berasal dari kata” Tekun” berarti “”rajin, berkeras hati, bersungguh-sungguh”. Maka keteguhan dan ketekunan iman dapat diartikan sebagai sikap seseorang yang kuat berpegang atau tidak berubah dan rajin, bersungguh-sungguh dalam imannya kepada Tuhan. Keteguhan dan ketekunan iman tidak lahir begitu saja dalam kehidupan setiap orang. Akan tetapi keteguhan dan ketekunan iman lahir dari sikap yang mampu merenungkan dan mengambil makna dari setiap pengalaman hidup (baik susah maupun senang) yang dialaminya dalam seluruh kehidupannya dalam persfektif keimanannya kepada Tuhannya. Dengan sikap seperti ini maka jelas dapat disimpulkan bahwa pemaknaan dalam iman atas pengalaman hidup bersama Tuhan akan melahirkan keteguhan dan ketekunan iman. Persoalannya sekarang adalah apakah benar seluruh kehidupan kita, terlebih berbagai bentuk pemberontakan kita kepada Allah terutama di masa silam akan melahirkan keteguhan dan ketekunan kita dalam beriman? Saudara-saudara, inilah yang terjadi dalam pengalaman hidup umat Israel. Mazmur 78 pada dasarnya hendak mengajak semua orang agar jujur terhadap sejarahnya, mengaku dengan jujur bahwa dalam sejarah tersebut terdapat perbuatan yang menyakiti hati Tuhan. Tetapi di sisi yang lain juga kita harus sungguh-sungguh jujur dan mengaku bahwa ternyata Tuhan Allah sangat mengasihani kita. kesaksian tentang kesetiaan Tuhan dan pemberontakan umat kepada Tuhannya. Melalui kesaksian Pemazmur dalam bacaan kita yang pertama tadi, jelas bahwa Tuhan Allah akhirnya memberi pembebasan kepada umat-Nya Israel dengan cara-Nya sendiri. Cara yang tidak terpikirkan oleh umat. Ia mengambil seorang Daud, seorang yang tidak diperhitungkan dalam keluarganya. Bahkan Alkitab katakan (ay. 70-71)  “dipilih-Nya Daud, hamba-Nya, diambil-Nya dia dari antara kandang-kandang kambing domba; dari tempat domba-domba yang menyusui didatangkan-Nya dia, untuk menggembalakan Yakub, umat-Nya, dan Israel, milik-Nya sendiri”. Tuhan Allah tidak mengambil seseorang dari medan perang, Tuhan Allah malah tidak memilih seorang pejuang atau kesatria yang gagah perkasa, tetapi malah seorang Daud yang parasnya elok, kemerah-merahan, yang latarbelakangnya gembala kambing dombalah yang dipilih-Nya. Inilah cara Tuhan yang tak terpikirkan manusia. Daudlah kemudian yang dipakai Tuhan Allah untuk menggembalakan umat-Nya itu dengan ketulusan hati dan kecakapan tangannya. Kesaksian pemazmur ini, menjadi bukti bagaimana Tuhan Allah sangat mengasihi dan menyayangi umat-Nya dengan cara dan waktu Tuhan sendiri. Kesaksian ini harusnya meneguhkan dan membuat kita tekun dalam iman, bahwasannya kasih setia Tuhan sangatlah terbukti.

Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Dalam bacaan kita yang kedua, Yohanes menyampaikan sebuah peristiwa yang sulit dicernah oleh akal manusia. Maka kisah ini sering digolongkan sebagai peristiwa mujizat yang Tuhan Yesus lakukan, yakni membangkitkan orang mati. Dalam kisah ini, Tuhan Yesus terlibat lagi berdialog dengan Maria dan Marta. Dari apa yang diucapkannya, tersirat jelas bahwa ia memiliki kepercayaan yang besar kepada Tuhan Yesus, : "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya." (ay. 21-22). Walaupun Marta percaya kepada Tuhan Yesus, tapi jika disimak dari percakapan ini jelas bahwa Marta percaya apa yang dikatakan Tuhan Yesus itu akan terjadi di kehidupan berikutnya (ay. 24), bukan saat itu, saat mereka merindukan saudara mereka hidup dari kematian. Apa yang terjadi? Tuhan Yesus dengan cara dan waktu-Nya sendiri membuktikan kuasa dan kasih-Nya. Lazarus saudara Maria dan Marta dibangkitkan. Memang jika dibaca sampai pada ayat-ayat selanjutnya jelas bahwa keteguhan dan ketekunan iman Marta sedikit berbeda dengan Maria. Maria lebih proaktif, ia malah menangis, tersungkur di kaki Yesus, sedang Marta kelihatannya tidak demikian. Ini membuktikan bahwa keteguhan dan ketekunan iman merupakan sikap yang sangat penting dalam rangka memperoleh kasih karunia Tuhan. Dari kisah yang disaksikan Yohanes ini jelas bagi kita, bahwa Tuhan Yesus, Tuhan yang kita sembah dan percayai itu adalah Tuhan yang berkuasa mengatasi kematian sekalipun. Dia penghibur yang sejati, yang mengganti duka menjadi suka, yang merobah derai air mata menjadi kegirangan yang luar biasa. Kesaksian Yohanes ini juga menjadi bukti bagi kita sekalian bahwa cara dan waktu Tuhan untuk menolong kita sungguh adalah cara dan waktu yang tak terselami oleh kita. Dalam hal ini dari kita dituntut keteguhan dan ketekunan iman. Sebab apa yang Tuhan lakukan dan hendak lakukan kepada kita, adalah semata-mata hanya karena kasih karunia-Nya, bukan karena perbuatan kita.

Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Berefleksi dari dua bagian bacaan Alkitab di atas, maka sungguh jelas bagi kita bahwa kasih karunia Tuhan itu sungguhlah luar biasa. Ia tidak mungkin bagi manusia, telah dibuat-Nya mungkin terjadi. Israel diampuni dari pemberontakan mereka, dibebaskan-Nya dari musuh-musuh mereka dan kemudian dipelihara-Nya. Demikian pula Maria dan Marta dihiburkan-Nya dari duka nestapa mereka. Kesaksian ini haruslah menjadi bukti bagi kita untuk terus berupaya menjadi umat yang memiliki keteguhan dan ketekunan iman kepada Tuhan Yesus. Dalam suratnya kepada Timotius Rasul Paulus juga menyaksikan hal ini, supaya kita jangan malu bersaksi tentang Tuhan kita, Dialah yang menyelamatkan kita, memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan dengan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri ( 2 Tim1: 9). Ini menunjukkan bahwa syarat untuk memperoleh kasih karunia Tuhan itu dari kita dituntut keteguhan dan ketekunan iman. Tidak ada upaya lain yang dapat kita lakukan untuk memperoleh kasih karunia Tuhan selain kita teguh dan tekun beriman kepada-Nya.
Saudara-saudara, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam sejarah perjalanan kehidupan ini, kita sudah dan mungkin akan mengalami berbagai hal yang tidak menyenangkan, mungkin saja kita memberontak kepada Allah, kita berduka amat dalam karena peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, bahkan kita menderita, terancam, dan diperhadapkan pada persoalan pelik dan genting, tetapi ingatlah selalu bahwa Tuhan Allah sungguh setia, Dia mengampuni kita jikalau kita berbalik kepada-Nya, Dia menghibur kita, menolong kita dan merobah derita menjadi suka jika kita memiliki keteguhan dan ketekunan iman kepada-Nya. Teruslah teguh dan tekun beriman kepada-Nya, sebab Tuhan Allah kita itu sungguh luar biasa kuasa-Nya, tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Dia berkarya dengan cara dan waktu-Nya sendiri yang bahkan tak terselami oleh kita. Percayalah saudara-saudaraku, pertolongan Tuhan selalu tepat pada waktunya, Dia tidak pernah lalai dan terlambat menepati janji-Nya kepada kita yang teguh dan tekun beriman kepada-Nya. Segala sesuatu pasti indah pada waktunya, pada waktu Tuhan Allah menganugerahkan Kasih dan karunia-Nya. Amin.



Bacaan Alkitab: Nehemia 8: 1-10
Tema Besar: Menjadi  Jemaat Terpilih
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Nehemia adalah seorang Nabi yang mempunyai andil besar dalam rangka karya kembalinya umat Israel dari pembuangan. Ia pernah bertugas sebagai juru minuman raja, yakni pada masa kekuasaan Raja Artahsasta. Di masa inilah Nehemia mendapatkan izin dari raja untuk membangun kembali Yerusalem yang telah menjadi reruntuhan. Setelah melewati tantangan berat dari orang-orang yang membenci umat Yahudi, akhirnya Yerusalem dibangun kembali. Dan umat itupun akhirnya kembali dari pembuangan. Nehemia. (Bhs. Ibr.: Yahwe menghibur). Pemilik utama nama itu adalah putra Hakalya, juru minuman raja Persia di Susan. Ia termasuk salah seorang organisator yang paling kuat dari masyarakat Yahudi yang pulang kembali setelah pembuangan. Artahsasta I (464-424) memberi kuasa padanya untuk membangun kembali tembok-tembok Yerusalem. Tugas itu dilakukannya dalam waktu 52 hari pada atahun 445 seb. Mas., meskipun usaha pembanguan kembali dirintangi dengan perlawanan dari pihak/bangsa Samaria dan musuh bangsa Yahudi lainnya. Ezra adalah orang yang juga turut terlibat dalam peristiwa sejarah Israel dari pembuangan. Ezra adalah seorang Imam dan guru hukum Taurat yang memimpin orang-orang buangan kembali ke kampung halaman mereka. Itulah sebabnya umat Israel dalam bacaan kita saat ini dikatakan meminta Ezra untuk membacakan Taurat Musa kepada mereka. Taurat Musa sesungguhnya adalah pengajaran oleh Allah yang diterapkan pada Kesepuluh Hukum, kemudian pada segala hukum dan peraturan dari Tuhan, khususnya pada kelima kitab Musa atau kitab Taurat. Pembacaan Taurat Musa ini dilaksanakan atas permintaan jemaah Israel dengan pengakuan bahwa pembacaan Taurat Musa merupakan upaya mereka untuk memahami dan menghargai karya kasih Allah atas hidup mereka. Sebenarnya tindakan Ezra bukan sekedar membaca Taurat Musa, tetapi juga mengajarkan arti hukum itu kepada jemaah Israel. Peristiwa pembacaan kitab hukum oleh Ezra dalam perikop ini juga sebagai dirayakannya kembali hari raya pondok daun oleh umat Israel setelah kembali dari pembuangan. Dibacakannya kitab Taurat dalam keyakinan umat Israel, adalah salah satu bentuk perjumpaan Tuhan Allah dengan umat-Nya. Di dalam peristiswa tersebut, ketetapan, hukum dan peraturan-peraturan Tuhan Allah diperdengarkan kepada umat-Nya dengan maksud agar umat itu menyadari bahwa Tuhan Allah sesungguhnya mengasihi mereka dan karena itu umat itu meresponnya dengan penerimaan yang diwarnai sukacita. Itulah sebabnya Ezra melarang umat Israel menangis ketika ia selesai membacakan kitab Taurat kepada mereka, tetapi sebaliknya, Ezra meminta supaya mereka bersukacita, sebab telah nyata kesetiaan Tuhan atas mereka.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Perjumpaan Tuhan dengan umat-Nya sesungguhnya telah berlangsung terus menerus dalam sejarah kehidupan umat yang percaya kepada-Nya. Itulah yang selalu dan selalu dialami oleh umat Israel di sepanjang sejarah mereka. Sejak mereka dibawa ke pembuangan dan selama di pembuangan bahkan untuk kembali dari pembuangan tersebut, Tuhan Allah terus setia menjumpai mereka. Perjumpaan tersebut terjadi berulang-ulang melalui Firman-Nya yang disampaikan para nabi-nabi-Nya. Sesungguhnya demikian pula yang terjadi dan mewarnai kehidupan kita umat yang percaya kepada-Nya. Kehadiran Tuhan Allah dalam rangka menjumpai umat yang dikasihi-Nya terus berlangsung dalam kehidupan kita. Pemberitaan-pemberitaan Firman dan pembacaan Firman Tuhan dalam aktifitas peribadatan kita sesungguhnya harus dimengerti dan bahkan harus diimani sebagai peristiwa bahwa Tuhan Allah menjumpai kita dalam totalitas hidup kita. kehadiran Tuhan dalam hidup kita adalah jaminan bagi kita untuk terus hidup dalam pengharapan dan keselamatan dari-Nya. Maka di mana Firman Tuhan dibacakan atau dikhotbahkan, orang percaya harus mengimani bahwa di sana Tuhan Allah hadir, menjumpai umat-Nya dan menyapa umat-Nya. Firman Tuhan tersebut juga adalah pelita dan suluh yang harus diyakini sebagai penerang bagi umat dalam rangka menjalani hidup di dunia ini supaya sesuai dengan yang Tuhan kehendaki. Oleh karena itu sikap kita dalam mendengar dan merespon pemberitaan Firman Tuhan atau pemberian diri kita dalam mendengar atau membaca Firman Tuhan adalah bentuk sikap kita menerima Tuhan Allah dalam hidup yang telah berkenan menjumpai kita demi damai sejahtera kita.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kekhudusan umat Tuhan sesungguhnya juga sangat ditentukan sikap dan respon mereka terhadap Firman Tuhan. Jika Tuhan telah menjumpai umat Israel tatkala kitab taurat dibacakan dan dikhotbahkan kepada mereka dan umat Israel menjadi sadar bahwa kasih Allah luar biasa atas mereka, sehingga mereka dinasehati oleh Ezra untuk tidak menangis dan berdukacita, itu menunjukkan bahwa kehadiran Allah dalam menjumpai umat-Nya adalah berkat dan damai sejahtera. Melalui peristiwa pembacaan kitab hukum oleh Ezra kepada umat Tuhan, maka sebagai umat yang dikuduskan Allah di dalam Yesus Kristus, maka kita pun mesti memaknai bahwa Firman Tuhan merupakan kebutuhan hidup yang paling azasi bagi kita. Pemberian diri untuk mendengar Firman Tuhan dan membaca Firman Tuhan dan melakukan Firman Tuhan menjadi bentuk pemberian diri kita untuk menyambut dan menerima Tuhan yang menjumpai kita umat-Nya. Tuhan setia menjumpai kita dalam totalitas hidup hidup ini, perjumpaan itu juga terjadi tatkala kita membaca, mendengar Firman-Nya dalam persekutuan-persekutuan kita. Percayalah saudara-saudara, bahwa ketika Tuhan menjumpai kita dan kita menyambut Dia dengan tulus ikhlas, maka sesungguhnya kita tidak akan berdukacita dan menangis, melainkan kita akan merasakan sukacita sorgawi sebab Tuhan Allah hadir dalam hidup kita dalam damai sejahtera-Nya. Mari sambut Dia senantiasa melalui Firman-Firman-Nya, niscaya kita menjadi jemaat terpilih bagi-Nya. Amin
















Bacaan Alkitab: Yeremia 1: 4-10
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kisah pemanggilan Yeremia sebagai nabi Allah, merupakan kisah yang menarik dan sangat populer dalam kehidupan kekristenan terutama mereka yang bergelut dengan dunia pelayanan. Kisah ini juga menjadi populer untuk kalangan muda yang mau direkrut dalam pelayanan tetapi merasa diri tidak layak karena mereka masih muda. Yeremia boleh dikata nabi muda yang semula merasa tidak layak dan tidak sanggup memenuhi pemanggilan dan pengutusannya sebagai nabi. Dari jawaban Yeremia kepada Tuhan Allah perihal bahwa ia masih muda dan tidak pandai berbicara sebenarnya menunjukkan bahwa ia sesungguhnya telah mengerti dan tahu apa dan seperti apa nabi itu. Sesungguhnya Yeremia menyadari bahwa tugas sebagai seorang nabi tidaklah mudah, sebab ia harus memiliki keberanian, ketegasan dalam menyampaikan Firman Allah, ia harus memiliki mental yang kuat, keteguhan hati, sebab ia bisa jadi akan dimusuhi raja, dimusuhi oleh orang banyak karena kebenaran Firman Tuhan yang disampaikannya. Kemungkinan besar Yeremia menyadari semua ini, itulah sebabnya ia mencoba menolak pemanggilan dan pengutusannya dengan memanfaatkan usianya yang masih muda. Yeremia menolak dengan halus pemanggilan dan pengutusan ini sesudah ia menerima Firman Tuhan yang mengatakan bahwa “sesungguhnya Allah telah mengenal dia sebelum dia dibentuk dalam rahim ibunya, Tuhan telah menguduskannya sebelum dia keluar dari kandungan, bahkan Yeremia telah ditetapkan menjadi Nabi bagi bangsa-bangsa”.  Alasan Yeremia yang masih muda dan tidak pandai berbicara, ternyata tidak dapat membatalkan apa yang telah Tuhan Allah tetapkan sebelumnya. Tuhan berkata kepada Yeremia: Jangan katakan aku ini masih muda.....(ay. 6 b-8).
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Apa yang terjadi dan dialami Yeremia berdasarkan berita Alkitab saat ini, menjadi bagian perenungan hidup setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, termasuk kita sekalian. Melalui pengalaman iman Yeremia ini, kita perlu merenungkan bahwa sebagai umat Allah, kita adalah orang-orang yang dipanggil dan diutus untuk menyampaikan kabar baik bagi dunia ini. Seperti Yeremia, Tuhanlah yang membentuk, menguduskan, menetapkannya untuk menyampaikan Firman Tuhan kepada segala bangsa, maka kita pun demikian. Tuhan Yesuslah yang memilih kita, bukan sebaliknya, Dia pula yang menguduskan kita di dalam kematian dan kebangkitan-Nya, Dia pula yang memanggil dan mengutus kita ke dalam dunia ini agar menjadi garam dan terang dunia. Maka kita adalah umat yang kudus kepunyaan Allah yang tak bisa tidak, harus menyampaikan kabar baik kepada segala mahluk sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Tugas ini tentulah tidak mudah, sebagaimana yang dialami oleh Yeremia, tentu kita akan berhadapan dengan orang-orang yang tidak menyukai pemberitaan kita, apakah karena kepentingan atau apakah karena kejahatan. Tetapi sebagaimana Tuhan Allah berjanji kepada Yeremia bahwa Tuhan Allah menyertainya untuk melepaskannya, maka janji ini sesungguhnya masih terus berlaku hingga kini dan bagi kita orang-orang yang dipanggil dan diutus-Nya menyampaikan kabar baik kepada dunia ini.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sebagai Gereja, kita adalah orang-orang yang telah dibentuk, dipanggil, dikuduskan dan ditetapkan untuk menyampaikan kabar baik di sekitar kita. Sebagai Gereja, kita harus sadar, bahwa tidak cukup hanya datang kepada Tuhan, tetapi harus juga pergi untuk Dia. Inilah hakekat dan tugas kita sebagai gereja. Sebagai orang-orang yang dipanggil dan diutus oleh Tuhan, kita harus mengimani dan percaya bahwa kita tidak diutus dan dibiarkan seorang diri, melainkan Tuhan sendiri menyertai kita dalam mewujudnyatakan tugas panggilan dan pengutusan tersebut. Sebagai umat yang dibentuk, ditetapkan dan dikuduskan serta dipanggil dan diutus Tuhan, kita semua wajib melaksanakan tugas panggilan kita. Tak ada alasan untuk menolak Tuhan, sebab Dia sendiri senantiasa menyertai kita. Pemberian diri pada tugas panggilan sebagai gereja menjadi sikap yang sangat berharga di hadapan Tuhan. Setiap orang diberikan-Nya karunia berdasarkan kehendak-Nya, maka dari setiap orang pula Tuhan menantikan respon untuk mau pergi demi kemuliaan-Nya.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
            Sebagai Gereja, sesungguhnya kita harus mengakui bahwa Tuhan Allah berdaulat penuh atas hidup kita. Dia telah membentuk, Dia mengenal, menguduskan, menetapkan kita serta memanggil dan mengutus kita ke dalam dunia untuk menyampaikan kabar baik dan sukacita bagi dunia ini, sehingga Tuhan dimuliakan. Kita semua adalah utusan-utusan Kristus itu, kita tak akan pernah memperoleh alasan untuk  menolak tugas tersebut, sebab sekali lagi, Tuhan sendiri menyertai kita dalam melaksanakan tugas tersebut. Maka jika Tuhan menyertai kita, apalagi yang harus kita takuti...?Percayalah, datanglah penuhilah panggilan Tuhan, dan pergilah, penuhilah pengutusan Tuhan, Dia senantiasa menyertai engkau. Amin     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar