Bacaan
Alkitab: Hosea 1:2-10
Saudara-saudara,
Jemaat dan Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pengalaman
hidup Nabi Hosea tentulah sangat tidak menyenangkan. Bayangkan saja oleh karena
kenabiannya, ia harus mengawini seorang perempuan sundal sebagai bentuk
ketaatannya kepada Tuhan Allah yang berfirman kepadanya. Pengalaman Hosea
tersebut sesungguhnya hendak memberi gambaran kepada umat Tuhan bahwa seperti
itulah perbuatan mereka terhadap Allah, sekaligus hasil dari perbuatan tersebut
yakni dilahirkannya anak-anak yang diberi nama Yisreel, Lo-Ruhama dan Lo-Ami
merupakan bentuk sikap Tuhan Allah atas hidup yang demikian (hidup dalam
persundalan), yakni dengan membelakangi Tuhan Allah dan berpaling kepada
berhala-berhala. Hosea melakukan apa yang Tuhan Firmankan kepadanya dengan cara
menuruti apa yang Tuhan perintahkan. Hosea sebagai seorang Nabi menjadi simbol
yang menunjuk pada kesetiaan Tuhan Allah kepada umatNya mengawini perempuan
sundal (representasi dari umat yang menyembah berhala/meninggalkan Tuhannya). Dari
hasil perkawinan tersebut lahirlah anak-anak yang menunjukkan bagaimana sikap
Tuhan Allah terhadap kehidupan beriman yang ternodai oleh penghianatan dengan
cara mempertuhankan berhala-berhala dan melakukan perbuatan-perbuatan yang
melanggar perintah Tuhan Allah.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Nabi Hosea tampil hampir bersamaan
dengan nabi Amos ketika Yerobeam II berkuasa. Saat itu kerajaan Israel sedang
mengalami masa kejayaan dan kemakmuran, demikian juga dengan kerajaan Yehuda
(bagian Selatan). Kedua kerajaan ini bahkan sedang dalam keadaan berdamai, sehingga
negara-negara di sekitar mereka tidak mampu bersaing dengan mereka. Akan
tetapi, kemakmuran dan kejayaan kerajaan Israel kemudian melahirkan du adampak
sekaligus, yakni terjadinya kemerosotan di bidang tata-masyarakat dan
kemerosotan di bidang keagamaan.Di bidang keagamaan terjadinya kemerosotan yang
amat parah, yakni dalam ibadat yang mereka selenggarakan.Betel yang digunakan
sebagai pusat peribadatan sangatlah laris dikunjungi oleh umat dibanding dengan
Dan. Di Betel, tempat umat itu memusatkan ibadatnya ternyata tercampur dengan
patung lembu jantan, sehingga selain mereka menyembah Tuhan Allah, mereka juga
menyembah berhala yang disertai dengan upacara-upacara kafir. Selebihnya di
mana-mana dewa-dewi setempat, dewa-dewi kesuburan, baal dan astarte dipuja
dengan ibadat kegila-gilaan dan mesum, misalnya sundal bakti (Hos. 4:13-14).
Tindakan ini sesungguhnya merupakan sikap yang menyamakan Tuhan Allah Israel
sama dan setara dengan dewa-dewi setempat. Inilah sesungguhnya yang terjadi
pada zaman nabi Hosea tampil menyampaikan Firman Tuhan Allah. Apa yang
diperbuat Hosea melalui perkawinannya dengan perempuan sundal itu demikianlah
yang terjadi dalam keberimanan umat Tuhan Allah. Demikian juga dengan
tata-masyarakat, telah terjadi ketimpangan sosial ekonomi yang amat parah.
Penguasa dan orang-orang kaya menyalahgunakan kedudukan dan kekayaan mereka
dengan berpesta pora tanpa menghiraukan sesama yang susah dan menderita.
Saudara-saudara,
Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sikap Allah terhadap perbuatan yang
memalukan ini sejujurnya, adalah hendak memutuskan hubungan dengan umatNya.
Nama-nama yang diberi kepada anak-anak Nabi Hosea menunjukkan sikap Allah. Nama Yizreel menunjuk pada Sebuah kota dekat
Bukit Gilboa, tempat tanah milik Ahab di dekat kebun anggur Nabot yang
diperoleh Izebel, dan di kota itulah ia menemui ajalnya. Lembah Yizreel
memisahkan Galilea dengan Samaria. Demikian juga dengan Lo-Ruhama yang berarti
bahwa Allah tidak akan menyayangi lagi kaum Israel, dan sama sekali tidak akan
mengampuni mereka, dan Lo- Ami yakni” kamu ini bukanlah umat-Ku dan Aku ini
bukanlah Allahmu." Tetapi jika ditelusuri dengan baik, dari segi
bahasanya, bentuk yang digunakan di sini bukanlah berarti bahwa tidak ada lagi
kemungkinan perubahan sikap Tuhan Allah. Tetapi sebaliknya, apa yang Tuhan
Allah sampaikan dan maksudkan melalui pemberian nama-nama tersebut,
sesungguhnya belumlah harga mati, tetapi Tuhan Allah masih menunjukkan kasihNya
yang amat besar itu.
Saudara-saudara,
Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sekali lagi bahwa melalui perikope
bacaan ini, kepada kita diingatkan bagaimana besarnya, dalamnya, tingginya
kasih Allah kita itu. MurkaNya selalu dikalahkan oleh KasihNya yang tak
berkesudahan itu. Tuhan Allah malah terus berinisiatif membaharui kehidupan
umatNya. Perbuatan umatNya yang “bersundal” memang tak bisa tidak melahirkan
situasi dan kondisi hidup yang tidak menyenangkan. Tetapi apapun bentuk
penghajaran Tuhan kepada umatNya, sesungguhnya hanyalah untuk satu tujuan,
yakni lahirnya umat Allah yang benar-benar setia sebagaimana Allah itu setia.
Kerajaan Israel demikian juga Yehuda, memang di kemudian hari mengalami
kehancuran, tetapi bukan untuk selamanya, buktinya Tuhan Allah masih terus
memelihara mereka sehingga mereka masih terus eksis. Kalau demikian, apa makna
berita Firman Tuhan ini bagi kita?, saudara-saudara, keluarga Yang Dikasihi
Tuhan Yesus, yang pertama yang harus kita ingat ialah, bahwa sikap yang
menduakan Tuhan dalam hidup ini adalah bentuk persundalan rohani yang sangat
menjijikkan di mata Tuhan. Yang kedua ialah bahwa sebesar apapun kesalahan dan
perbuatan yang kita lakukan yang melanggar kehendak Tuhan Allah, jika kita
memberi diri untuk dibaharui/bertobat, Kasih Allah akan mengalahkan murkaNya. Tuhan
senantiasa menghendaki kehidupan yang penuh damai sejahtera bagi kita umatNya.
Untuk itu, kesetiaan dan kemurnian serta ketulusan beriman kepada Tuhan Allah
sesungguhnya adalah sikap yang harus dijaga dan dipelihara oleh kita sekalian.
Oleh karena besarnya kasih Allah, Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal
supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal. Inilah bukti kasih Allah bagi kita, Yesus Kristus telah mati
dan bangkit supaya kita tidak binasa. Kita disebut umat gembalaanNya dan
anak-anak yang hidup.Tuhan memberkati kita. Amin
Bacaan
Alkitab: Pengkhotbah 1:2,12-15; 2:10-23
Saudara-saudara,
Jemaat dan Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jujur
harus dikatakan bahwa tidak sedikit umat Kristen yang menghadapi kesulitan
untuk mengerti dan memahami kitab pengkhotbah ini. Sebab seakan-akan isi kitab
ini sebagian besar memberi penekanan pada kesia-siaan hidup di bawah kolong
langit ini. Penulis yang mengkalim diri sebagai Raja atas Israel di Yerusalem
juga mengklaim diri sebagai orang yang berhikmat seakan punya kesimpulan bahwa
segala sesuatu di bawah matahari ini adalah kesia-siaan belaka. Tak ada yang
kekal,semua hal sepertinya telah tertata dengan baku dan apapun tak ada yang
dapat dikatakan baru. Barangkali hal seperti ini bisa diterima,tetapi yang
sulit untuk diterima adalah perihal nasib yang sama yang dialami oleh semua
orang yakni semuanya adalah kesia-siaan. Hasil refleksi kritis penulis kitab
pengkhotbah sebenarnya tak dapat dipungkiri. Refleksi kritis atas kehidupan ini
sesungguhnya adalah refleksi manusiawi yang menyadari dirinya sebagai bagian
dari ciptaan Tuhan Allah bersama dengan ciptaan lainnya. Skeptis dan seakan tak berpengharapan memang,tapi
sungguh terbuka dan tak bertele-tele, penulis mengakui dirinya maupun hikmat
yang dimilikinya ternyata hanyalah ciptaan belaka dan tidak berkuasa apa-apa
untuk mengubah atau menentukan kehidupan ini. Yang pada akhirnya diapun
menyadari bahwa pekerjaan Allah tak akan dapat diselami oleh manusia. Tuhan
Allah telah dan menentukan segala sesuatu yang diciptakanNya. Dia membuat
segala sesuatu indah pada waktunya. Manusia sebagai makhluk yang fana sebaiknya
dapat menikmati kesenangan sebagai upah atas jerih payahnya di bawah langit
ini.
Saudara-saudara, keluarga Yang
Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Membaca dan merenungkan kitab pengkhotbah tanpa adanya
pengakuan dan iman kepada Tuhan Allah bisa saja menghantar seseorang pada
skeptisisme yang negatif atau berlebihan. Seseorang bisa saja putus asa menjalani
kehidupan ini akibatnya adanya paham relativisme yakni paham yang mengajarkan
bahwa semua manusia bernasib sama seperti binatang,yakni pada akhirnya mereka
akan meninggalkan dunia ini dan segala yang dimiliki. Itulah yang disebut
dengan kesia-kesiaan.Pengkhotbah sempat mengambil kesimpulan dari hidup yang di
jalaninya, yakni (2:10)
“Aku
tidak merintangi mataku dari apapun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan
hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih
payahku. Itulah buah segala jerih payahku”. Akan tetapi pada ayat-ayat
selanjutnya, dia (pengkhotbah) tetap menyadari bahwa nasibnya sebagai manusia
adalah sia-sia. Bahkan ia sampai-sampai membenci hidup. Kenapa? Sekali lagi,
dia menggunakan seluruh kekuatannya merenungkan kehidupan ini dan pada akhirnya
ia tiba pada kesimpulan bahwa ternyata semuanya adalah kesia-siaan belaka.
Benar saudara-saudara, hidup di bawah langit ini sesungguhnya adalah sementara,
tidak ada yang kekal di sini, akan tetapi harus kita akui dan sadari bahwa
tanpa Tuhan, maka semuanya akan sia-sia. Oleh karena itu, bagi kita umat Tuhan,
penting untuk senantiasa memandang hidup ini sebagai anugerah dari Tuhan Allah agar
kita menghargainya, sehingga apapun yang kita alami di bawah matahari ini, semuanya
tidak akan sia-sia karena kita mempertanggungjawabkan hidup kita dalam wujud
hidup yang berguna bagi sesama demi kemuliaan Tuhan Allah. Membaca kesaksian
Pengkhotbah ini, sejujurnya kita sedang mendengarkan curahan hidup orang yang
sungguh-sungguh menyadari siapa dirinya di hadapan Tuhannya, yakni begitu
rendah dan tak berdaya. Maka sikap positif dan patut dipuji dari Pengkhotbah
ialah bahwa walaupun dia hampir-hampir saja memberi kesimpulan tentang
hidup di bawah matahari ini sebagai
hidup yang tiada guna, akan tetapi pada akhirnya, ia menunjukkan pengakuannya
atas kemahakuasaan Tuhan Allah. Manusia tak akan pernah mampu menyelami semua
karya Allah, manusia tak akan pernah mampu menyelami perbuatan Allah yang telah
menjadikan dunia dan segala isinya ini. Oleh karena itu, agar manusia, termasuk
kita sekalian tidak sampai jatuh pada skeptisisme dan fatalisme semu (penuh
keraguan dan selalu menjadikan Tuhan pelaku yang salah), maka pengakuan iman
percaya kita akan Tuhan Allah sangatlah penting. Di sinilah akan nampak ciri
kekhususan kita sebagai umat Tuhan. Selalu merendahkan diri di hadapan Tuhan
Allah yang maha kuasa dan penuh kasih Karunia. Ingatlah, hidup ini sesungguhnya
adalah indah, jika kita menghidupinya di dalam Tuhan Allah kita yang hidup. Amin.
Bacaan
Alkitab: Lukas 12:32-40
Saudara-saudara,Keluarga Yang
Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Bacaan
kita saat ini sudah tentu bukan lagi sesuatu yang asing bagi kita sekalian. Isi
perikop ini sesungguhnya sangatlah sensitiv karena berbicara tentang
harta/kepunyaan,sikap atas apa yang dipunyai dan juga hakekat harta dalam
keberimanan orang kristen. Tentulah tak sedikit umat atau juga pengkhotbah yang
enggan menyampaikan hal ini,apalagi kalau tidak disertai pengetahuan teologi.
Kenapa demikian? Sekali lagi,karena disini ditegaskan tentang harta. Memang,
ketika membaca ayat Alkitab ini kita sekalian pastilah bertanya,bagaimana
mungkin segala harta harus kita jual dan menjadikannya sedekah? Bukankah kita
mesti mempersiapkan kebutuhan kita di waktu yang akan datang. Apakah menabung
itu sesuatu yang salah?Lalu kenapa Tuhan Yesus malah menyuruh murid-muridNya
menjual harta milik dan memberikannya kepada orang miskin (bersedekah)?
Saudara-saudara, Keluarga Yang
Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Jika
Yesus memerintahkan para murid menjual segala harta benda sesungguhnya perintah
ini harus dipahami berdasarkan perkataan Yesus Kristus sebelumnya. Yakni bahwa
orang yang percaya kepada Kristus, harus memilih perbedaan dalam konsep
menjalani kehidupan dengan orang -orang yang tidak percaya kepada Allah. Bahwa
orang percaya harus tahu bahwa unsur yang terutama dan pertama dalam kehidupan
umat Tuhan adalah kerajaan Allah. Yaitu konsep kehidupan yang di dalamnya Tuhan
Allah menjadi pusat dan dasar hidup,kehendak Allah yang berlaku dan Tuhan Allah
sendiri yang memerintah. Maka jika ini yang terjadi,sesungguhnya segala
kebutuhan lainnya niscaya dijamin oleh Tuhan Allah. Maka jikalau Tuhan Yesus
memerintahkan untuk menjual harta benda,perintah ini harus dimengerti sebagai
kritik kepada semua pengikutNya supaya dalam hidup ini Kerajaan Allah menjadi
prioritas yang terutama. Sebab dengan demikian tak ada lagi yang perlu
diragukan dan dikuatirkan. Tuhan Allah di dalam Kristus Yesus, sesungguhnya
sungguh berkuasa atas seluruh hidup umatNya. Sebagai warga kerajaaan
Allah,sesungguhnya kita yang walaupun kawanan kecil,tetapi akan berpengaruh
besar di manapun kita hadir,sebab penyertaan Allah senantiasa menjadi jaminan
bagi kita.
Saudara -saudara,Keluarga Yang Dikasihi
Kristus Yesus
Apa yang
Tuhan Yesus perintahkan,juga harus dimengerti dalam konsep parousia,yakni
kedatanganNya kali kedua. Bahwa saat itu, segala harta kekayaan yang dimiliki
manusia tidak ada yang bermakna. Maka bersedekah,yakni berbagi dalam kasih
kepada orang-orang yang membutuhkan merupakan sikap atau tindakan mengumpulkan
harta di sorga, yakni buah-buah kasih. Harta seperti ini tidak akan pernah
dicuri pencuri,tak akan pernah dirusakkan oleh apapun. Maka sungguhlah tak
terbantahkan apa yang dikatakan Yesus,"dimana hartamu berada,disana hatimu
berada". Maka tempat harta yang kita miliki sangatlah menentukan di mana
kita. Jika harta kita di bumi,maka kita akan kehilangannya,tetapi jika harta
kita di sorga kita akan menikmatinya bersama Tuhan Allah kekal. Oleh karena itu
kesetiaan dan kesiapan serta kelayakan menyambut Tuhan datang lagi kali kedua
adalah prinsip yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap umatNya.
Saudara-saudara Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus
Walaupun
kita masih hidup di dunia ini,akan tetapi semua kita mesti ingat dan sadar
bahwa dunia ini bukan tempat yang kekal bagi kita,kita akan meninggalkan semua
hal dan segala yang kita miliki ketika nanti,Tuhan Yesus yang kita nantikan
datang lagi untuk kali kedua.Dialah yang akan menyediakan apapun yang kita
perlukan di KerajaanNya itu. Maka berjuanglah selalu dalam setiap bentuk
perbuatan kasih,siap sedialah menyambut Kedatangan Kristus, percayalah bahwa
Jaminan hidup kekal menjadi milik kita. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar