Selasa, 10 Mei 2016

Renungan Rumah Tangga



Bacaan Alkitab: Hosea 1:2-10
Saudara-saudara, Jemaat dan Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pengalaman hidup Nabi Hosea tentulah sangat tidak menyenangkan. Bayangkan saja oleh karena kenabiannya, ia harus mengawini seorang perempuan sundal sebagai bentuk ketaatannya kepada Tuhan Allah yang berfirman kepadanya. Pengalaman Hosea tersebut sesungguhnya hendak memberi gambaran kepada umat Tuhan bahwa seperti itulah perbuatan mereka terhadap Allah, sekaligus hasil dari perbuatan tersebut yakni dilahirkannya anak-anak yang diberi nama Yisreel, Lo-Ruhama dan Lo-Ami merupakan bentuk sikap Tuhan Allah atas hidup yang demikian (hidup dalam persundalan), yakni dengan membelakangi Tuhan Allah dan berpaling kepada berhala-berhala. Hosea melakukan apa yang Tuhan Firmankan kepadanya dengan cara menuruti apa yang Tuhan perintahkan. Hosea sebagai seorang Nabi menjadi simbol yang menunjuk pada kesetiaan Tuhan Allah kepada umatNya mengawini perempuan sundal (representasi dari umat yang menyembah berhala/meninggalkan Tuhannya). Dari hasil perkawinan tersebut lahirlah anak-anak yang menunjukkan bagaimana sikap Tuhan Allah terhadap kehidupan beriman yang ternodai oleh penghianatan dengan cara mempertuhankan berhala-berhala dan melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar perintah Tuhan Allah.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Nabi Hosea tampil hampir bersamaan dengan nabi Amos ketika Yerobeam II berkuasa. Saat itu kerajaan Israel sedang mengalami masa kejayaan dan kemakmuran, demikian juga dengan kerajaan Yehuda (bagian Selatan). Kedua kerajaan ini bahkan sedang dalam keadaan berdamai, sehingga negara-negara di sekitar mereka tidak mampu bersaing dengan mereka. Akan tetapi, kemakmuran dan kejayaan kerajaan Israel kemudian melahirkan du adampak sekaligus, yakni terjadinya kemerosotan di bidang tata-masyarakat dan kemerosotan di bidang keagamaan.Di bidang keagamaan terjadinya kemerosotan yang amat parah, yakni dalam ibadat yang mereka selenggarakan.Betel yang digunakan sebagai pusat peribadatan sangatlah laris dikunjungi oleh umat dibanding dengan Dan. Di Betel, tempat umat itu memusatkan ibadatnya ternyata tercampur dengan patung lembu jantan, sehingga selain mereka menyembah Tuhan Allah, mereka juga menyembah berhala yang disertai dengan upacara-upacara kafir. Selebihnya di mana-mana dewa-dewi setempat, dewa-dewi kesuburan, baal dan astarte dipuja dengan ibadat kegila-gilaan dan mesum, misalnya sundal bakti (Hos. 4:13-14). Tindakan ini sesungguhnya merupakan sikap yang menyamakan Tuhan Allah Israel sama dan setara dengan dewa-dewi setempat. Inilah sesungguhnya yang terjadi pada zaman nabi Hosea tampil menyampaikan Firman Tuhan Allah. Apa yang diperbuat Hosea melalui perkawinannya dengan perempuan sundal itu demikianlah yang terjadi dalam keberimanan umat Tuhan Allah. Demikian juga dengan tata-masyarakat, telah terjadi ketimpangan sosial ekonomi yang amat parah. Penguasa dan orang-orang kaya menyalahgunakan kedudukan dan kekayaan mereka dengan berpesta pora tanpa menghiraukan sesama yang susah dan menderita.

Saudara-saudara, Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Sikap Allah terhadap perbuatan yang memalukan ini sejujurnya, adalah hendak memutuskan hubungan dengan umatNya. Nama-nama yang diberi kepada anak-anak Nabi Hosea menunjukkan sikap Allah.  Nama Yizreel menunjuk pada Sebuah kota dekat Bukit Gilboa, tempat tanah milik Ahab di dekat kebun anggur Nabot yang diperoleh Izebel, dan di kota itulah ia menemui ajalnya. Lembah Yizreel memisahkan Galilea dengan Samaria. Demikian juga dengan Lo-Ruhama yang berarti bahwa Allah tidak akan menyayangi lagi kaum Israel, dan sama sekali tidak akan mengampuni mereka, dan Lo- Ami yakni” kamu ini bukanlah umat-Ku dan Aku ini bukanlah Allahmu." Tetapi jika ditelusuri dengan baik, dari segi bahasanya, bentuk yang digunakan di sini bukanlah berarti bahwa tidak ada lagi kemungkinan perubahan sikap Tuhan Allah. Tetapi sebaliknya, apa yang Tuhan Allah sampaikan dan maksudkan melalui pemberian nama-nama tersebut, sesungguhnya belumlah harga mati, tetapi Tuhan Allah masih menunjukkan kasihNya yang amat besar itu.
Saudara-saudara, Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Sekali lagi bahwa melalui perikope bacaan ini, kepada kita diingatkan bagaimana besarnya, dalamnya, tingginya kasih Allah kita itu. MurkaNya selalu dikalahkan oleh KasihNya yang tak berkesudahan itu. Tuhan Allah malah terus berinisiatif membaharui kehidupan umatNya. Perbuatan umatNya yang “bersundal” memang tak bisa tidak melahirkan situasi dan kondisi hidup yang tidak menyenangkan. Tetapi apapun bentuk penghajaran Tuhan kepada umatNya, sesungguhnya hanyalah untuk satu tujuan, yakni lahirnya umat Allah yang benar-benar setia sebagaimana Allah itu setia. Kerajaan Israel demikian juga Yehuda, memang di kemudian hari mengalami kehancuran, tetapi bukan untuk selamanya, buktinya Tuhan Allah masih terus memelihara mereka sehingga mereka masih terus eksis. Kalau demikian, apa makna berita Firman Tuhan ini bagi kita?, saudara-saudara, keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus, yang pertama yang harus kita ingat ialah, bahwa sikap yang menduakan Tuhan dalam hidup ini adalah bentuk persundalan rohani yang sangat menjijikkan di mata Tuhan. Yang kedua ialah bahwa sebesar apapun kesalahan dan perbuatan yang kita lakukan yang melanggar kehendak Tuhan Allah, jika kita memberi diri untuk dibaharui/bertobat, Kasih Allah akan mengalahkan murkaNya. Tuhan senantiasa menghendaki kehidupan yang penuh damai sejahtera bagi kita umatNya. Untuk itu, kesetiaan dan kemurnian serta ketulusan beriman kepada Tuhan Allah sesungguhnya adalah sikap yang harus dijaga dan dipelihara oleh kita sekalian. Oleh karena besarnya kasih Allah, Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Inilah bukti kasih Allah bagi kita, Yesus Kristus telah mati dan bangkit supaya kita tidak binasa. Kita disebut umat gembalaanNya dan anak-anak yang hidup.Tuhan memberkati kita. Amin

  


Bacaan Alkitab: Pengkhotbah 1:2,12-15; 2:10-23
Saudara-saudara, Jemaat dan Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jujur harus dikatakan bahwa tidak sedikit umat Kristen yang menghadapi kesulitan untuk mengerti dan memahami kitab pengkhotbah ini. Sebab seakan-akan isi kitab ini sebagian besar memberi penekanan pada kesia-siaan hidup di bawah kolong langit ini. Penulis yang mengkalim diri sebagai Raja atas Israel di Yerusalem juga mengklaim diri sebagai orang yang berhikmat seakan punya kesimpulan bahwa segala sesuatu di bawah matahari ini adalah kesia-siaan belaka. Tak ada yang kekal,semua hal sepertinya telah tertata dengan baku dan apapun tak ada yang dapat dikatakan baru. Barangkali hal seperti ini bisa diterima,tetapi yang sulit untuk diterima adalah perihal nasib yang sama yang dialami oleh semua orang yakni semuanya adalah kesia-siaan. Hasil refleksi kritis penulis kitab pengkhotbah sebenarnya tak dapat dipungkiri. Refleksi kritis atas kehidupan ini sesungguhnya adalah refleksi manusiawi yang menyadari dirinya sebagai bagian dari ciptaan Tuhan Allah bersama dengan ciptaan lainnya.  Skeptis dan seakan tak berpengharapan memang,tapi sungguh terbuka dan tak bertele-tele, penulis mengakui dirinya maupun hikmat yang dimilikinya ternyata hanyalah ciptaan belaka dan tidak berkuasa apa-apa untuk mengubah atau menentukan kehidupan ini. Yang pada akhirnya diapun menyadari bahwa pekerjaan Allah tak akan dapat diselami oleh manusia. Tuhan Allah telah dan menentukan segala sesuatu yang diciptakanNya. Dia membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Manusia sebagai makhluk yang fana sebaiknya dapat menikmati kesenangan sebagai upah atas jerih payahnya di bawah langit ini.
Saudara-saudara, keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Membaca dan merenungkan kitab pengkhotbah tanpa adanya pengakuan dan iman kepada Tuhan Allah bisa saja menghantar seseorang pada skeptisisme yang negatif atau berlebihan. Seseorang bisa saja putus asa menjalani kehidupan ini akibatnya adanya paham relativisme yakni paham yang mengajarkan bahwa semua manusia bernasib sama seperti binatang,yakni pada akhirnya mereka akan meninggalkan dunia ini dan segala yang dimiliki. Itulah yang disebut dengan kesia-kesiaan.Pengkhotbah sempat mengambil kesimpulan dari hidup yang di jalaninya, yakni (2:10)  “Aku tidak merintangi mataku dari apapun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih payahku”. Akan tetapi pada ayat-ayat selanjutnya, dia (pengkhotbah) tetap menyadari bahwa nasibnya sebagai manusia adalah sia-sia. Bahkan ia sampai-sampai membenci hidup. Kenapa? Sekali lagi, dia menggunakan seluruh kekuatannya merenungkan kehidupan ini dan pada akhirnya ia tiba pada kesimpulan bahwa ternyata semuanya adalah kesia-siaan belaka. Benar saudara-saudara, hidup di bawah langit ini sesungguhnya adalah sementara, tidak ada yang kekal di sini, akan tetapi harus kita akui dan sadari bahwa tanpa Tuhan, maka semuanya akan sia-sia. Oleh karena itu, bagi kita umat Tuhan, penting untuk senantiasa memandang hidup ini sebagai anugerah dari Tuhan Allah agar kita menghargainya, sehingga apapun yang kita alami di bawah matahari ini, semuanya tidak akan sia-sia karena kita mempertanggungjawabkan hidup kita dalam wujud hidup yang berguna bagi sesama demi kemuliaan Tuhan Allah. Membaca kesaksian Pengkhotbah ini, sejujurnya kita sedang mendengarkan curahan hidup orang yang sungguh-sungguh menyadari siapa dirinya di hadapan Tuhannya, yakni begitu rendah dan tak berdaya. Maka sikap positif dan patut dipuji dari Pengkhotbah ialah bahwa walaupun dia hampir-hampir saja memberi kesimpulan tentang hidup  di bawah matahari ini sebagai hidup yang tiada guna, akan tetapi pada akhirnya, ia menunjukkan pengakuannya atas kemahakuasaan Tuhan Allah. Manusia tak akan pernah mampu menyelami semua karya Allah, manusia tak akan pernah mampu menyelami perbuatan Allah yang telah menjadikan dunia dan segala isinya ini. Oleh karena itu, agar manusia, termasuk kita sekalian tidak sampai jatuh pada skeptisisme dan fatalisme semu (penuh keraguan dan selalu menjadikan Tuhan pelaku yang salah), maka pengakuan iman percaya kita akan Tuhan Allah sangatlah penting. Di sinilah akan nampak ciri kekhususan kita sebagai umat Tuhan. Selalu merendahkan diri di hadapan Tuhan Allah yang maha kuasa dan penuh kasih Karunia. Ingatlah, hidup ini sesungguhnya adalah indah, jika kita menghidupinya di dalam Tuhan Allah kita yang hidup. Amin. 





















Bacaan Alkitab: Lukas 12:32-40
Saudara-saudara,Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Bacaan kita saat ini sudah tentu bukan lagi sesuatu yang asing bagi kita sekalian. Isi perikop ini sesungguhnya sangatlah sensitiv karena berbicara tentang harta/kepunyaan,sikap atas apa yang dipunyai dan juga hakekat harta dalam keberimanan orang kristen. Tentulah tak sedikit umat atau juga pengkhotbah yang enggan menyampaikan hal ini,apalagi kalau tidak disertai pengetahuan teologi. Kenapa demikian? Sekali lagi,karena disini ditegaskan tentang harta. Memang, ketika membaca ayat Alkitab ini kita sekalian pastilah bertanya,bagaimana mungkin segala harta harus kita jual dan menjadikannya sedekah? Bukankah kita mesti mempersiapkan kebutuhan kita di waktu yang akan datang. Apakah menabung itu sesuatu yang salah?Lalu kenapa Tuhan Yesus malah menyuruh murid-muridNya menjual harta milik dan memberikannya kepada orang miskin (bersedekah)?
Saudara-saudara, Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Jika Yesus memerintahkan para murid menjual segala harta benda sesungguhnya perintah ini harus dipahami berdasarkan perkataan Yesus Kristus sebelumnya. Yakni bahwa orang yang percaya kepada Kristus, harus memilih perbedaan dalam konsep menjalani kehidupan dengan orang -orang yang tidak percaya kepada Allah. Bahwa orang percaya harus tahu bahwa unsur yang terutama dan pertama dalam kehidupan umat Tuhan adalah kerajaan Allah. Yaitu konsep kehidupan yang di dalamnya Tuhan Allah menjadi pusat dan dasar hidup,kehendak Allah yang berlaku dan Tuhan Allah sendiri yang memerintah. Maka jika ini yang terjadi,sesungguhnya segala kebutuhan lainnya niscaya dijamin oleh Tuhan Allah. Maka jikalau Tuhan Yesus memerintahkan untuk menjual harta benda,perintah ini harus dimengerti sebagai kritik kepada semua pengikutNya supaya dalam hidup ini Kerajaan Allah menjadi prioritas yang terutama. Sebab dengan demikian tak ada lagi yang perlu diragukan dan dikuatirkan. Tuhan Allah di dalam Kristus Yesus, sesungguhnya sungguh berkuasa atas seluruh hidup umatNya. Sebagai warga kerajaaan Allah,sesungguhnya kita yang walaupun kawanan kecil,tetapi akan berpengaruh besar di manapun kita hadir,sebab penyertaan Allah senantiasa menjadi jaminan bagi kita.
Saudara -saudara,Keluarga Yang Dikasihi Kristus Yesus
Apa yang Tuhan Yesus perintahkan,juga harus dimengerti dalam konsep parousia,yakni kedatanganNya kali kedua. Bahwa saat itu, segala harta kekayaan yang dimiliki manusia tidak ada yang bermakna. Maka bersedekah,yakni berbagi dalam kasih kepada orang-orang yang membutuhkan merupakan sikap atau tindakan mengumpulkan harta di sorga, yakni buah-buah kasih. Harta seperti ini tidak akan pernah dicuri pencuri,tak akan pernah dirusakkan oleh apapun. Maka sungguhlah tak terbantahkan apa yang dikatakan Yesus,"dimana hartamu berada,disana hatimu berada". Maka tempat harta yang kita miliki sangatlah menentukan di mana kita. Jika harta kita di bumi,maka kita akan kehilangannya,tetapi jika harta kita di sorga kita akan menikmatinya bersama Tuhan Allah kekal. Oleh karena itu kesetiaan dan kesiapan serta kelayakan menyambut Tuhan datang lagi kali kedua adalah prinsip yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap umatNya.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Walaupun kita masih hidup di dunia ini,akan tetapi semua kita mesti ingat dan sadar bahwa dunia ini bukan tempat yang kekal bagi kita,kita akan meninggalkan semua hal dan segala yang kita miliki ketika nanti,Tuhan Yesus yang kita nantikan datang lagi untuk kali kedua.Dialah yang akan menyediakan apapun yang kita perlukan di KerajaanNya itu. Maka berjuanglah selalu dalam setiap bentuk perbuatan kasih,siap sedialah menyambut Kedatangan Kristus, percayalah bahwa Jaminan hidup kekal menjadi milik kita. Amin



Tidak ada komentar:

Posting Komentar