Bacaan Alkitab: Amos 8:1- 12
Saudara-saudara,
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Kemiskinan merupakan persoalan
yang terus menerus mewarnai kehidupan sebagian besar umat manusia di muka bumi
ini. Bahkan di dunia ini, negara telah dibagi kelasnya berdasarkan kekayaan dan
kemiskinannya. Negara kita sendiri, disebut-sebut telah menjadi negara
berkembang, tetapi realitasnya bahwa ada ratusanjuta masyarakat miskin di
negara ini. Kemiskinan sendiri telah menjadi bahan studi terutama ilmu sosial
dan juga teologi terutama mengenai penyebabnya demikian juga dengan dampak yang
diakibatkannya. Beragam hasil penelitian yang diperoleh, apakah akibat sistem
sosial dan ekonomi atau kebijakan, apakah karena sumber daya alam atau karena
rendahnya sumber daya manusia, atau juga karena etos kerja dan budaya hidup dan
lain sebagainya. Tetapi yang pasti ialah bahwa kemiskinan selalu akan berakibat
pada kesengsaraan. Kemiskinan dan kesengsaraan selalu berjalan beriringan dan
tak terpisahkan. Akibat kemiskinan maka terjadi pulalah kesenjangan sosial
dalam masyarakat. Tentulah hal ini tidak sesuai dengan yang Tuhan kehendaki,
sebab di mata Tuhan semua orang sama. Tetapi apa yang terjadi? Manusia sendiri
membuat kelas-kelas dalam masyarakat, sehingga yang terjadi adalah ketidakmerataan
kesejahteraan hidup. Apalagi zaman yang semakin kompetitif (Persaingan hidup) telah
berakibat pada terjadinya fenomena yang miskin selalu kalah, dan yang kaya
selalu menang alias semakin kaya. Bahkan yang sangat disayangkan adalah bahwa
tidak sedikit orang-orang kaya dan penguasa yang merampas bagian atau hak
orang-orang miskin dengan kuasa dan kekayaannya. Kita selalu menyaksikan
terutama di negara ini, hampir semua koruptor adalah orang-orang kaya dan
penguasa. Jika demikian apa sesungguhnya yang terjadi?
Saudara-saudara,
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Di zaman Amos tampil menyampaikan suara
kenabiannya ia mencela kejahatan-kejahatan di Israel, kerajaan Utara, selama
masa pemerintahan Yerobeam 11 (775-750 sM). Dari pedalaman dekat Betlehem, Amos
merasa muak atas kemewahan pedesaan yang dijumpainya (Am 3:15), dan meramalkan
malapetaka militer (Am 6:14) sebagai alat hukuman Allah. Amoslah nabi pertama
yang perkataannya ada dalam kitabnya sendiri. Pesannya mengenai malapetaka
ditolak oleh kalangan istana (Am 7:10-17) dan orang-orang kaya yang menindas
sesamanya sehingga melahirkan ketidakadilan dalam kehidupan umat. Kesengsaraan
yang lahir akibat perbuatan jahat, berupa penipuan, monopoli ekonomi dan
pemberlakuan sistem yang tidak adil bagi umat kecil dan miskin ternyata sangat
tidak dikehendaki oleh Tuhan Allah. Nabi Amos meneriakkan ketidakadilan ini
dengan menyampaikan ancaman hukuman Allah berdasarkan penglihatan yang
diterimanya. Amos menyampaikan Firman Allah yakni bahwa Tuhan Allah sangat
menentang perbuatan jahat mereka. Tuhan Allah menelanjangi niat jahat mereka
yakni yang terus berbuat dan merencanakan ketidakadilan bagi kaum miskin dan
rendah, padahal mereka adalah umat Allah. "Bilakah
bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan bilakah hari Sabat
berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa,
membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu, supaya kita membeli
orang lemah karena uang dan orang yang miskin karena sepasang kasut; dan menjual
terigu rosokan?" Pikiran dan niat kejahatan para penguasa dan orang
kaya ini jelas diketahui oelh Tuhan Allah. Pernyataan ini menegaskan bahwa di
satu pihak orang-orang ini memelihari peraturan keagamaan, tetapi di pihak lain
mereka merancang dan melakukan kejahatan. Mereka memeliha bulan baru, yakni
bulan masa raya dan sabat sebagai waktu kebebasan, tetapi ketika waktu-waktu
itu berlalu mereka melakukan tindakan ketidak adilan bagi orang-orang miskin.
Munafik, itulah julukan yang tepat bagi orang-orang seperti ini.
Saudara-saudara,
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jika Allah sampai beriktiar
menghukum umatNya yang berlaku curang dan melakukan ketidakadilan dengan cara
memutuskan relasi dan komunikasi (lapar dan haus akan Firman Tuhan) dan tidak
berkenan untuk dijumpai umat itu, maka sesungguhnya Tuhan Allah menghendaki
agar mereka bertobat dan kembali kepada kehidupan yang Tuhan Allah kehendaki.
Suara kenabian Amos ini, jelas sangatlah keras dan menyakitkan. Sangat menusuk
hati, sehingga wajar jika Amos sempat diusir oleh Amazia. Tetapi sesungguhnya
harus demikian. Bahwa apapun yang Tuhan Firmankan harus disuarakan dengan
lantang oleh setipa orang yang diutusNya. Sebab Tuhan Allah sangat membenci
perbuatan yang menjadikan sesama mengalami kesengsaraan. Kita adalah
orang-orang yang diutus ke dalam dunia ini, menjadi garam dan terang, di utus
untuk menegakkan keadilan dan memberi kemerdekaan kepada mereka yang tertindas,
miskin dan terasing. Jangan sampai malah kita yang menjadi pelaku-pelaku ketidakadilan
tersebut. Bagaimana caranya? Mari kita mulai dari diri kita sendiri, dari
persekutuan rumah tangga kita, persekutuan jemaat. Mari berjuang bersama dan
bersama berjuang menghilangkan segala bentuk ketidakadilan, menghilangkan
kesenjangan sosial ekonomi yang semakin tajam ini dengan cara memberi diri kita
menjadi orang yang senantiasa berguna bagi orang lain di sekitar kita. Ingatlah
apapun pekerjaan kita, sebesar apapun penghasilan kita, jika hasilnya tak
pernah dirasakan oleh orang lain, maka kita sesungguhnya adalah orang-orang
yang tidak berkenan kepada Tuhan Allah. Kemudian bagi kita sekalian umat Tuhan,
diingatkan untuk tidak sekali-kali merampas atau mengambil yang bukan hak kita,
yang bukan bagian kita, itu adalah tindakan keji di mata Tuhan. Tuhan
mengingatkan bahwa kepada orang-orang seperti ini, akan terjadi kelaparan dan
kehausan, bukan akan makanan dan air, tetapi akan FirmanNya. Tuhan mengingatkan
kita semua, bahwa Dia tidak berkenan menemui orang-orang yang melakukan
ketidakadilan. Jika Tuhan tak lagi bersama kita, maka apakah yang akan terjadi?
Hanya kehancuran dan kebinasaan. Maka karena itu, melalui Firman Tuhan saat
ini, kita diajak dan diberkati, bahwa upaya iman kita mencari Tuhan melalui
aktifitas keagamaan kita haruslah selalu disertai dengan perbuatan yang membuat
orang lain diberkati. Percaya dan yakinlah saudara-saudara, bahwa ketika kita
diberkati Tuhan, maka Tuhan menghendaki kita menjadi berkat bagi orang lain di
sekitar kita. Maka berusahalah selalu menegakkan keadilan dan jadilah berkat
bagi sesama. Tuhan Yesus niscaya menjumpai kita. Jika Tuhan bersama kita,
siapakah lagi lawan kita? AMIN
Bacaan Alkitab: Kolose 2: 6- 19
Saudara-saudara,
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
“Kesetiaan” merupakan sikap yang
harganya sangat mahal dalam hal apapun, yakni ketika seseorang meyakini atau
mempercayai sesuatu, begitu juga dengan apabila seseorang mengikat diri dengan
sesuatu janji. Kesetiaan tersebut dinampakkan melalui sikap hidup yakni berupa
pemberian diri. Sehingga kesetiaan akan bermuara pada hidup yang berintegritas
yakni, bahwa apa yang diyakini, apa yang diucapkan akan selalu selaras dengan
sikpa dan perbuatannya. Dalam kehidupan beriman orang Kristen, kesetiaan adalah
sikap yang selalu dituntut untuk selalu dimiliki dan menjadi sikap yang harus
selalu dipegang teguh. “Kesetiaan” beriman harus diartikan dalam konsep dinamis
atau kesetiaan yang bertumbuh, artinya bahwa kesetiaan tersebut tidak statis
atau tidak cukup hanya perasaan semata, tetapi harus disertai dengan bukti
nyata, yakni terjadinya pertumbuhan secara terus menerus yang mewujudnyata
dalam buah-buah iman. Kesetiaan adalah sikap yang selalu mendapat tantangan
baik dari dalam maupun dari luar. Oleh karena itu kesetiaan bukanlah sikap yang
permanen, tetapi sesuatu yang harus terus-menerus diperjuangkan dan dipelihara.
Kesetiaan seseorang bisa saja berubah menjadi penghianatan oleh karena
ketidakmampuan mempertahankan yang diimani, apakah karena tawaran materi,
jabatan, cinta, atau hal lain dalam kehidupan ini.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Rasul Paulus sungguh memahami hakekat kesetiaan
sebagai umat Tuhan. Filsafat dan ajaran turun-temurun nenek moyang bukanlah hal
yang asing baginya. Tentulah di berbagai tempat di mana ia mengabarkan Injil,
ia menjumpai hal-hal yang demikian. Atas dasar latar belakang inilah, Rasul
Paulus menasihati Jemaat Tuhan di Kolose untuk tidak terperdaya dengan
ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ajaran Kristus. Sebaliknya, Jemaat Tuhan
yang telah menerima Kristus Yesus, harus memiliki akar iman yang kuat dan
kokoh. Kristus Yesus adalah dasar dan pusat kehidupan setiap orang percaya.
Oleh karena itu sekali-kali umat Tuhan tidak boleh terperdaya dengan ajaran
apapun yang tidak sesuai dengan ajaran Kristus. Dengan kata lain, Rasul Paulus
mengingatkan agar setiap orang percaya sungguh-sungguh berakar kokoh, tidak
mudah diombang-ambingkan ajaran apapun. Kesetiaan iman tersebut harus pula
terus dibangun dan berbuah, yang ditandai dengan ucapan syukur yang melimpah
dari hidup setiap umat Tuhan. Demikian pula halnya dengan ajaran sunat yang
dijunjung tinggi orang-orang Yahudi (termasuk Kristen Yahudi), sudah tidak lagi
bersifat lahiriah melainkan sunat di dalam Kristus, yakni bahwa oleh Kristus
keberdosaan kita telah dihapuskan. Hutang dosa telah dilunasi di dalam kematian
dan kebangkitan Yesus Kristus. Semua tradisi keagamaan yang tidak sesuai dengan
ajaran Kristus, tidak boleh menghalangi umat Tuhan untuk berbuah bagi Kristus.
Sekali lagi, dasar dan pusat kehidupan beriman hanyalah Yesus Kristus Tuhan.
Oleh karena itu umat Tuhan sekali-kali tidak boleh terperdaya oleh
tradisi-tradisi keagamaan yang tidak sesuai dengan ajaran Kristus yang
sesungguhnya hanyalah bayangan, yang wujudnya dalam Kristus.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Yesus Kristus telah memberi diriNya
menderita, mati dan bangkit bagi kita. ia telah membayar lunas hidup kita. Dia
telah menyempurnakan hidup kita. Maka sesungguhnya, siapapun kita yang telah
menerima karya keselamatan dariNya dituntut untuk memiliki kesetiaan yang
kokoh. Kita dituntut untuk menghasilkan buah bagiNya. Kita dituntut memiliki
dasar pemahaman, keyakinan yang teguh, yang tidak lagi mudah berpaling dari
Dia. Kita harus sadar, bahwa zaman yang kita jalani sekarang ini adalah zaman
yang menjunjung kebebasan berekspressi, zaman bangkitnya semangat menggali
warisan ajaran dan budaya leluhur, juga zaman di mana ilmu pengetahuan
didewakan. Demikian juga dengan terjadinya sikap hidup, yakni; materialisme,
skeptisisme (mempertanyakan semua hal), konsumerisme, dan lain-lain. Semua ini
tentu juga mempengaruhi kehidupan beriman kita. Bukan tidak mungkin sikap-sikap
hidup yang demikian merasuk masuk ke dalam kehidupan bergereja, sehingga kita
bisa saja melihat adanya pesta pora dalam gereja, adanya gereja yang mengejar
materi dan juga adanya gereja yang sulit dibedakan dengan perusahaan, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, Surat Rasul Paulus ini, sesungguhnya sangatlah
relevan di setiap konteks dan zaman yang dilalui oleh umat Tuhan dalam hidup
ini. Intinya adalah “kesetiaan” mengikut Kristus Yesus Tuhan adalah sikap yang
tidak bisa dikompromikan dalam hidup orang Kristen. Beriman teguh, terus
dibangun dan berbuah adalah perjuangan iman yang harus terus menerus menjadi
perjuangan umat Tuhan. Kristus Yesus telah membayar lunas kita, Dia telah mati
bagi dosa-dosa kita, Dia juga bangkit bagi kehidupan kekal kita umatNya. Kita
telah dimenangkan Kristus dan menjadi pemenang, karena itu kita juga harus
menang menghadapi segala bentuk ajaran, segala bentuk sikap hidup dan segala
bentuk perubahan yang terjadi dalam kehidupan yang kita jalani ini. Percayalah
saudara-saudara, bahwa ketika kita berakar dan terus dibangun di dalam Kristus
Yesus, maka kita akan melimpah dengan ucapan syukur sebagai buah iman kita.
Karena itu mari terima Dia dan teruslah di dalam Dia, maka Dia akan di dalam
kita. Ketika Dia di dalam kita, maka hidup kita ini bukan lagi hidup kita,
tetapi Kristus yang hidup di dalam kita. Jika Kristus hidup di dalam kita maka
niscaya hidup kita adalah hidup yang penuh kasih karunia. Terpujilah Kristus
Yesus. AMIN
Bacaan Alkitab: Hosea 11:1- 11
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Israel dan
Efraim dalam bacaan kita saat ini digambarkan sebagai pribadi-pribadi yang
melakukan pemberontakan kepada Tuhan Allah setelah mereka mengalami kasih dan
kemurahan Tuhan Allah. Israel dan Efraim sesungguhnya adalah umat Tuhan yang
kemudian menjadi bangsa yang besar setekah mereka kembali ke tanah perjanjian.
Bangsa itu kemudian terpecah menjadi 2 kerajaan yakni kerajaan utara dari bani
Efraim (anak kedua Yusuf yang diberkati Yakub menjadi yang sulung) dan kerajaan
selatan. Kedua kerajaan ini, yakni umat Tuhan ini, sepertinya telah melupakan
kasih setia Tuhan Allah yang telah membawa mereka keluar dari tanah perbudakan,
yang menuntun mereka selama di
perjalanan dan yang memberi mereka jaminan hidup selama mereka berjuang menuju
tanah kebebasan yakni tanah Kanaan. Hosea memberi kesaksian bahwa Tuhan Allah
seakan mencurahkan isi hatinya tentang bagaimana Allah pada zaman dahulu
mengasihi umat itu dan di kemudian waktu, umatNya itu melupakan segala
perbuatan baik yang telah mereka alami dan nikmati dari Tuhan Allah dengan cara
berbalik dari Allah. Mereka mempersembahkan korban kepada para Baal, dan
membakar korban kepada patung-patung. Tindakan ini sungguhlah menyakiti hati
Tuhan Allah. Padahal sesungguhnya tidak ada lagi yang kurang yang Tuhan lakukan
bagi mereka. Tuhan berkata: ”Aku menarik
mereka dengan tali kesetiaan, dengan ikatan kasih. Bagi mereka Aku seperti
orang yang mengangkat kuk dari tulang rahang mereka; Aku membungkuk kepada
mereka untuk memberi mereka makan” (Ay. 4). Ucapan Tuhan Allah ini,
sesungguhnya hendak menegaskan bagaimana Dia setia dan sangat mengasihi umatNya
itu. Tetapi apa yang terjadi? Umat itu malah menghianati Tuhan Allah dengan
cara meyembah baal. Sikap ini tentu membuat Tuhan Allah gerah dan berniat untuk
menghukum umat itu dengan cara membiarkan umat itu ditindas lagi (kembali ke
Mesir) dan dijajah oleh bangsa Asyur, bahkan mereka akan diperhadapkan dengan peperangan yang
menghancurkan mereka dan bangsa itu. Inilah semula yang Tuhan Allah rencanakan
bagi umat itu akibat perbuatan mereka yang tidak mau bertobat kepada Allah.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Ternyata apa yang semula dipikirkan
dan direncanakan oleh Allah atas umatNya itu serta merta berubah. Hati
Allah berbalik dalam diriNya, belaskasihanNya bangkit serentak. Tuhan Allah tidak tega menghukum umatNya itu
seperti Adma, yakni Salah satu kota di dataran landai (Kej
14:2,8; Ul 29:23), yang khusus ada hubungannya dengan Zeboim. Kaitannya dengan
Gaza (Kej 10:19) mengacu kepada tepatnya lokasi lima kota yg terbenam di bawah
laut bagian selatan Laut Mati. Dan seperti Zeboim, yakni Satu kota di tanah
datar, dibinasakan bersama Sodom dan Gomora (Ul 29:23). Berkat kasih setia
Allah, hukuman yang semula direncanakan kepada umat itu berubah menjadi kasih
karunia. Allah menunjukkan Kasih dan kemurahanNya yang tak berkesudahan, yang
membedakanNya dengan manusia. Dia Allah yang Kudus, yang datang menyayangi
umatNya, bukan menghanguskannya (band. Ay. 9). Kasih dan kemurahan Allah
tersebut diwujudkan dalam pemberkatannya atas umatNya, bahwa mereka akan
mengikuti Tuhan Allah, bahwa mereka akan eksis sebagai bangsa (mengaum bagaikan
singa) dan mereka akan dikumpulkan bersama dan tidak terceraiberai lagi.
Seperti burung (dapat terbang dengan cepat, melintasi awan dan lautan) dan seperti merpati yang berhati suci mereka
akan kembali dan menempati rumah-rumah mereka. Luar biasa Kasih dan Karunia
Tuhan Allah ini.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kesaksian Hosea dalam bacaan kita
saat ini tentulah membuat kita terharu dan bangga. Bahwa ternyata Tuhan Allah
yang kita sembah dan muliakan dalam hidup ini adalah Tuhan Allah yang selalu
dan selalu memikirkan yang terbaik dan terindah bagi hidup kita. Kasih setia
dan kemurahanNya yang besar dan tak berkesudahan menjadi pengharapan iman bagi
kita untuk senantiasa berkomitmen dalam hidup ini setia memuliakanNya. Kita
sadar bahwa perilaku umat Tuhan yang disaksikan dalam bacaan kita saat ini,
adalah gambaran perilaku kita umatNya hingga saat ini. Kita harus akui, bahwa
kita seringkali melupakan perbuatan Kasih Allah. Apakah karena kita telah
merasa hidup kita mapan, apakah karena kita sedang menikmati luapan
kegembiraan, atau apakah kita, karena beratnya perjuangan hidup telah terfokus
pada diri sehingga tak lagi mengandalkan Tuhan dalam hidup ini. Atau apakah
kita, karena zaman ini adalah zaman penuh materi, sehingga kita menjadi harta
sebagai dewa dan Tuhan? Saudara-saudara, sebagai umat Tuhan, yang telah ditebus
dan diberi jaminan hidup kekal di dalam dan melalui Yesus Kristus, kita
seharusnya senantiasa mengenal jati diri kita. Melupakan kasih dan karunia
Tuhan Allah adalah perbuatan yang sangat tidak dikehendakiNya dari kita. Tuhanlah yang bertindak dan Tuhan pulalah
yang oleh kasih kemurahanNya memungkinkan kita menikmati kehidupan seperti yang
kita nikmati saat ini. Melalui tindakan Tuhan ini, kita juga ditantang untuk
memiliki jiwa illah dalam hidup ini. Kita diajarkan supaya kita jangan
sekali-kali menginginkan kebinasaan orang lain, walau orang jahat sekalipun.
Seperti Tuhan yang tidak menghendaki kebinasaan, tetapi pertobatan, maka
kitapun mesti memiliki sikap beriman yang demikian dalam hidup ini. Mari
saudara-saudara, jangan sekali-kali melupakan Tuhan Allahmu, sebab Dia tak
pernah sekalipun melupakan kita umatNya. Tetaplah setia, dan jika selama ini
kita merasa telah berbalik dariNya, bertobatlah. TanganNya terbuka menunggu
kita. Mengakhiri renungan ini, mari kita nyanyikan bersama pujian yang berkata,
“Tak Tersembunyi Kuasa Allah”. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar