Selasa, 10 Mei 2016

Renungan Jemaat Hari Minggu



Bacaan Alkitab: Amos 8:1- 12
Saudara-saudara, Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
            Kemiskinan merupakan persoalan yang terus menerus mewarnai kehidupan sebagian besar umat manusia di muka bumi ini. Bahkan di dunia ini, negara telah dibagi kelasnya berdasarkan kekayaan dan kemiskinannya. Negara kita sendiri, disebut-sebut telah menjadi negara berkembang, tetapi realitasnya bahwa ada ratusanjuta masyarakat miskin di negara ini. Kemiskinan sendiri telah menjadi bahan studi terutama ilmu sosial dan juga teologi terutama mengenai penyebabnya demikian juga dengan dampak yang diakibatkannya. Beragam hasil penelitian yang diperoleh, apakah akibat sistem sosial dan ekonomi atau kebijakan, apakah karena sumber daya alam atau karena rendahnya sumber daya manusia, atau juga karena etos kerja dan budaya hidup dan lain sebagainya. Tetapi yang pasti ialah bahwa kemiskinan selalu akan berakibat pada kesengsaraan. Kemiskinan dan kesengsaraan selalu berjalan beriringan dan tak terpisahkan. Akibat kemiskinan maka terjadi pulalah kesenjangan sosial dalam masyarakat. Tentulah hal ini tidak sesuai dengan yang Tuhan kehendaki, sebab di mata Tuhan semua orang sama. Tetapi apa yang terjadi? Manusia sendiri membuat kelas-kelas dalam masyarakat, sehingga yang terjadi adalah ketidakmerataan kesejahteraan hidup. Apalagi zaman yang semakin kompetitif (Persaingan hidup) telah berakibat pada terjadinya fenomena yang miskin selalu kalah, dan yang kaya selalu menang alias semakin kaya. Bahkan yang sangat disayangkan adalah bahwa tidak sedikit orang-orang kaya dan penguasa yang merampas bagian atau hak orang-orang miskin dengan kuasa dan kekayaannya. Kita selalu menyaksikan terutama di negara ini, hampir semua koruptor adalah orang-orang kaya dan penguasa. Jika demikian apa sesungguhnya yang terjadi?
Saudara-saudara, Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Di zaman Amos tampil menyampaikan suara kenabiannya ia mencela kejahatan-kejahatan di Israel, kerajaan Utara, selama masa pemerintahan Yerobeam 11 (775-750 sM). Dari pedalaman dekat Betlehem, Amos merasa muak atas kemewahan pedesaan yang dijumpainya (Am 3:15), dan meramalkan malapetaka militer (Am 6:14) sebagai alat hukuman Allah. Amoslah nabi pertama yang perkataannya ada dalam kitabnya sendiri. Pesannya mengenai malapetaka ditolak oleh kalangan istana (Am 7:10-17) dan orang-orang kaya yang menindas sesamanya sehingga melahirkan ketidakadilan dalam kehidupan umat. Kesengsaraan yang lahir akibat perbuatan jahat, berupa penipuan, monopoli ekonomi dan pemberlakuan sistem yang tidak adil bagi umat kecil dan miskin ternyata sangat tidak dikehendaki oleh Tuhan Allah. Nabi Amos meneriakkan ketidakadilan ini dengan menyampaikan ancaman hukuman Allah berdasarkan penglihatan yang diterimanya. Amos menyampaikan Firman Allah yakni bahwa Tuhan Allah sangat menentang perbuatan jahat mereka. Tuhan Allah menelanjangi niat jahat mereka yakni yang terus berbuat dan merencanakan ketidakadilan bagi kaum miskin dan rendah, padahal mereka adalah umat Allah. "Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan bilakah hari Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa, membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu, supaya kita membeli orang lemah karena uang dan orang yang miskin karena sepasang kasut; dan menjual terigu rosokan?" Pikiran dan niat kejahatan para penguasa dan orang kaya ini jelas diketahui oelh Tuhan Allah. Pernyataan ini menegaskan bahwa di satu pihak orang-orang ini memelihari peraturan keagamaan, tetapi di pihak lain mereka merancang dan melakukan kejahatan. Mereka memeliha bulan baru, yakni bulan masa raya dan sabat sebagai waktu kebebasan, tetapi ketika waktu-waktu itu berlalu mereka melakukan tindakan ketidak adilan bagi orang-orang miskin. Munafik, itulah julukan yang tepat bagi orang-orang seperti ini.
Saudara-saudara, Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Jika Allah sampai beriktiar menghukum umatNya yang berlaku curang dan melakukan ketidakadilan dengan cara memutuskan relasi dan komunikasi (lapar dan haus akan Firman Tuhan) dan tidak berkenan untuk dijumpai umat itu, maka sesungguhnya Tuhan Allah menghendaki agar mereka bertobat dan kembali kepada kehidupan yang Tuhan Allah kehendaki. Suara kenabian Amos ini, jelas sangatlah keras dan menyakitkan. Sangat menusuk hati, sehingga wajar jika Amos sempat diusir oleh Amazia. Tetapi sesungguhnya harus demikian. Bahwa apapun yang Tuhan Firmankan harus disuarakan dengan lantang oleh setipa orang yang diutusNya. Sebab Tuhan Allah sangat membenci perbuatan yang menjadikan sesama mengalami kesengsaraan. Kita adalah orang-orang yang diutus ke dalam dunia ini, menjadi garam dan terang, di utus untuk menegakkan keadilan dan memberi kemerdekaan kepada mereka yang tertindas, miskin dan terasing. Jangan sampai malah kita yang menjadi pelaku-pelaku ketidakadilan tersebut. Bagaimana caranya? Mari kita mulai dari diri kita sendiri, dari persekutuan rumah tangga kita, persekutuan jemaat. Mari berjuang bersama dan bersama berjuang menghilangkan segala bentuk ketidakadilan, menghilangkan kesenjangan sosial ekonomi yang semakin tajam ini dengan cara memberi diri kita menjadi orang yang senantiasa berguna bagi orang lain di sekitar kita. Ingatlah apapun pekerjaan kita, sebesar apapun penghasilan kita, jika hasilnya tak pernah dirasakan oleh orang lain, maka kita sesungguhnya adalah orang-orang yang tidak berkenan kepada Tuhan Allah. Kemudian bagi kita sekalian umat Tuhan, diingatkan untuk tidak sekali-kali merampas atau mengambil yang bukan hak kita, yang bukan bagian kita, itu adalah tindakan keji di mata Tuhan. Tuhan mengingatkan bahwa kepada orang-orang seperti ini, akan terjadi kelaparan dan kehausan, bukan akan makanan dan air, tetapi akan FirmanNya. Tuhan mengingatkan kita semua, bahwa Dia tidak berkenan menemui orang-orang yang melakukan ketidakadilan. Jika Tuhan tak lagi bersama kita, maka apakah yang akan terjadi? Hanya kehancuran dan kebinasaan. Maka karena itu, melalui Firman Tuhan saat ini, kita diajak dan diberkati, bahwa upaya iman kita mencari Tuhan melalui aktifitas keagamaan kita haruslah selalu disertai dengan perbuatan yang membuat orang lain diberkati. Percaya dan yakinlah saudara-saudara, bahwa ketika kita diberkati Tuhan, maka Tuhan menghendaki kita menjadi berkat bagi orang lain di sekitar kita. Maka berusahalah selalu menegakkan keadilan dan jadilah berkat bagi sesama. Tuhan Yesus niscaya menjumpai kita. Jika Tuhan bersama kita, siapakah lagi lawan kita? AMIN
 









Bacaan Alkitab: Kolose 2: 6- 19
Saudara-saudara, Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            “Kesetiaan” merupakan sikap yang harganya sangat mahal dalam hal apapun, yakni ketika seseorang meyakini atau mempercayai sesuatu, begitu juga dengan apabila seseorang mengikat diri dengan sesuatu janji. Kesetiaan tersebut dinampakkan melalui sikap hidup yakni berupa pemberian diri. Sehingga kesetiaan akan bermuara pada hidup yang berintegritas yakni, bahwa apa yang diyakini, apa yang diucapkan akan selalu selaras dengan sikpa dan perbuatannya. Dalam kehidupan beriman orang Kristen, kesetiaan adalah sikap yang selalu dituntut untuk selalu dimiliki dan menjadi sikap yang harus selalu dipegang teguh. “Kesetiaan” beriman harus diartikan dalam konsep dinamis atau kesetiaan yang bertumbuh, artinya bahwa kesetiaan tersebut tidak statis atau tidak cukup hanya perasaan semata, tetapi harus disertai dengan bukti nyata, yakni terjadinya pertumbuhan secara terus menerus yang mewujudnyata dalam buah-buah iman. Kesetiaan adalah sikap yang selalu mendapat tantangan baik dari dalam maupun dari luar. Oleh karena itu kesetiaan bukanlah sikap yang permanen, tetapi sesuatu yang harus terus-menerus diperjuangkan dan dipelihara. Kesetiaan seseorang bisa saja berubah menjadi penghianatan oleh karena ketidakmampuan mempertahankan yang diimani, apakah karena tawaran materi, jabatan, cinta, atau hal lain dalam kehidupan ini.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Rasul  Paulus sungguh memahami hakekat kesetiaan sebagai umat Tuhan. Filsafat dan ajaran turun-temurun nenek moyang bukanlah hal yang asing baginya. Tentulah di berbagai tempat di mana ia mengabarkan Injil, ia menjumpai hal-hal yang demikian. Atas dasar latar belakang inilah, Rasul Paulus menasihati Jemaat Tuhan di Kolose untuk tidak terperdaya dengan ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ajaran Kristus. Sebaliknya, Jemaat Tuhan yang telah menerima Kristus Yesus, harus memiliki akar iman yang kuat dan kokoh. Kristus Yesus adalah dasar dan pusat kehidupan setiap orang percaya. Oleh karena itu sekali-kali umat Tuhan tidak boleh terperdaya dengan ajaran apapun yang tidak sesuai dengan ajaran Kristus. Dengan kata lain, Rasul Paulus mengingatkan agar setiap orang percaya sungguh-sungguh berakar kokoh, tidak mudah diombang-ambingkan ajaran apapun. Kesetiaan iman tersebut harus pula terus dibangun dan berbuah, yang ditandai dengan ucapan syukur yang melimpah dari hidup setiap umat Tuhan. Demikian pula halnya dengan ajaran sunat yang dijunjung tinggi orang-orang Yahudi (termasuk Kristen Yahudi), sudah tidak lagi bersifat lahiriah melainkan sunat di dalam Kristus, yakni bahwa oleh Kristus keberdosaan kita telah dihapuskan. Hutang dosa telah dilunasi di dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Semua tradisi keagamaan yang tidak sesuai dengan ajaran Kristus, tidak boleh menghalangi umat Tuhan untuk berbuah bagi Kristus. Sekali lagi, dasar dan pusat kehidupan beriman hanyalah Yesus Kristus Tuhan. Oleh karena itu umat Tuhan sekali-kali tidak boleh terperdaya oleh tradisi-tradisi keagamaan yang tidak sesuai dengan ajaran Kristus yang sesungguhnya hanyalah bayangan, yang wujudnya dalam Kristus.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Yesus Kristus telah memberi diriNya menderita, mati dan bangkit bagi kita. ia telah membayar lunas hidup kita. Dia telah menyempurnakan hidup kita. Maka sesungguhnya, siapapun kita yang telah menerima karya keselamatan dariNya dituntut untuk memiliki kesetiaan yang kokoh. Kita dituntut untuk menghasilkan buah bagiNya. Kita dituntut memiliki dasar pemahaman, keyakinan yang teguh, yang tidak lagi mudah berpaling dari Dia. Kita harus sadar, bahwa zaman yang kita jalani sekarang ini adalah zaman yang menjunjung kebebasan berekspressi, zaman bangkitnya semangat menggali warisan ajaran dan budaya leluhur, juga zaman di mana ilmu pengetahuan didewakan. Demikian juga dengan terjadinya sikap hidup, yakni; materialisme, skeptisisme (mempertanyakan semua hal), konsumerisme, dan lain-lain. Semua ini tentu juga mempengaruhi kehidupan beriman kita. Bukan tidak mungkin sikap-sikap hidup yang demikian merasuk masuk ke dalam kehidupan bergereja, sehingga kita bisa saja melihat adanya pesta pora dalam gereja, adanya gereja yang mengejar materi dan juga adanya gereja yang sulit dibedakan dengan perusahaan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, Surat Rasul Paulus ini, sesungguhnya sangatlah relevan di setiap konteks dan zaman yang dilalui oleh umat Tuhan dalam hidup ini. Intinya adalah “kesetiaan” mengikut Kristus Yesus Tuhan adalah sikap yang tidak bisa dikompromikan dalam hidup orang Kristen. Beriman teguh, terus dibangun dan berbuah adalah perjuangan iman yang harus terus menerus menjadi perjuangan umat Tuhan. Kristus Yesus telah membayar lunas kita, Dia telah mati bagi dosa-dosa kita, Dia juga bangkit bagi kehidupan kekal kita umatNya. Kita telah dimenangkan Kristus dan menjadi pemenang, karena itu kita juga harus menang menghadapi segala bentuk ajaran, segala bentuk sikap hidup dan segala bentuk perubahan yang terjadi dalam kehidupan yang kita jalani ini. Percayalah saudara-saudara, bahwa ketika kita berakar dan terus dibangun di dalam Kristus Yesus, maka kita akan melimpah dengan ucapan syukur sebagai buah iman kita. Karena itu mari terima Dia dan teruslah di dalam Dia, maka Dia akan di dalam kita. Ketika Dia di dalam kita, maka hidup kita ini bukan lagi hidup kita, tetapi Kristus yang hidup di dalam kita. Jika Kristus hidup di dalam kita maka niscaya hidup kita adalah hidup yang penuh kasih karunia. Terpujilah Kristus Yesus. AMIN
















                       
Bacaan Alkitab: Hosea 11:1- 11
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Israel dan Efraim dalam bacaan kita saat ini digambarkan sebagai pribadi-pribadi yang melakukan pemberontakan kepada Tuhan Allah setelah mereka mengalami kasih dan kemurahan Tuhan Allah. Israel dan Efraim sesungguhnya adalah umat Tuhan yang kemudian menjadi bangsa yang besar setekah mereka kembali ke tanah perjanjian. Bangsa itu kemudian terpecah menjadi 2 kerajaan yakni kerajaan utara dari bani Efraim (anak kedua Yusuf yang diberkati Yakub menjadi yang sulung) dan kerajaan selatan. Kedua kerajaan ini, yakni umat Tuhan ini, sepertinya telah melupakan kasih setia Tuhan Allah yang telah membawa mereka keluar dari tanah perbudakan, yang menuntun mereka  selama di perjalanan dan yang memberi mereka jaminan hidup selama mereka berjuang menuju tanah kebebasan yakni tanah Kanaan. Hosea memberi kesaksian bahwa Tuhan Allah seakan mencurahkan isi hatinya tentang bagaimana Allah pada zaman dahulu mengasihi umat itu dan di kemudian waktu, umatNya itu melupakan segala perbuatan baik yang telah mereka alami dan nikmati dari Tuhan Allah dengan cara berbalik dari Allah. Mereka mempersembahkan korban kepada para Baal, dan membakar korban kepada patung-patung. Tindakan ini sungguhlah menyakiti hati Tuhan Allah. Padahal sesungguhnya tidak ada lagi yang kurang yang Tuhan lakukan bagi mereka. Tuhan berkata: ”Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan, dengan ikatan kasih. Bagi mereka Aku seperti orang yang mengangkat kuk dari tulang rahang mereka; Aku membungkuk kepada mereka untuk memberi mereka makan” (Ay. 4). Ucapan Tuhan Allah ini, sesungguhnya hendak menegaskan bagaimana Dia setia dan sangat mengasihi umatNya itu. Tetapi apa yang terjadi? Umat itu malah menghianati Tuhan Allah dengan cara meyembah baal. Sikap ini tentu membuat Tuhan Allah gerah dan berniat untuk menghukum umat itu dengan cara membiarkan umat itu ditindas lagi (kembali ke Mesir) dan dijajah oleh bangsa Asyur, bahkan mereka akan  diperhadapkan dengan peperangan yang menghancurkan mereka dan bangsa itu. Inilah semula yang Tuhan Allah rencanakan bagi umat itu akibat perbuatan mereka yang tidak mau bertobat kepada Allah.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Ternyata apa yang semula dipikirkan dan direncanakan oleh Allah atas umatNya itu serta merta berubah.  Hati Allah berbalik dalam diriNya, belaskasihanNya bangkit serentak.  Tuhan Allah tidak tega menghukum umatNya itu seperti Adma, yakni Salah satu kota di dataran landai (Kej 14:2,8; Ul 29:23), yang khusus ada hubungannya dengan Zeboim. Kaitannya dengan Gaza (Kej 10:19) mengacu kepada tepatnya lokasi lima kota yg terbenam di bawah laut bagian selatan Laut Mati. Dan seperti Zeboim, yakni Satu kota di tanah datar, dibinasakan bersama Sodom dan Gomora (Ul 29:23). Berkat kasih setia Allah, hukuman yang semula direncanakan kepada umat itu berubah menjadi kasih karunia. Allah menunjukkan Kasih dan kemurahanNya yang tak berkesudahan, yang membedakanNya dengan manusia. Dia Allah yang Kudus, yang datang menyayangi umatNya, bukan menghanguskannya (band. Ay. 9). Kasih dan kemurahan Allah tersebut diwujudkan dalam pemberkatannya atas umatNya, bahwa mereka akan mengikuti Tuhan Allah, bahwa mereka akan eksis sebagai bangsa (mengaum bagaikan singa) dan mereka akan dikumpulkan bersama dan tidak terceraiberai lagi. Seperti burung (dapat terbang dengan cepat, melintasi awan dan lautan)  dan seperti merpati yang berhati suci mereka akan kembali dan menempati rumah-rumah mereka. Luar biasa Kasih dan Karunia Tuhan Allah ini.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kesaksian Hosea dalam bacaan kita saat ini tentulah membuat kita terharu dan bangga. Bahwa ternyata Tuhan Allah yang kita sembah dan muliakan dalam hidup ini adalah Tuhan Allah yang selalu dan selalu memikirkan yang terbaik dan terindah bagi hidup kita. Kasih setia dan kemurahanNya yang besar dan tak berkesudahan menjadi pengharapan iman bagi kita untuk senantiasa berkomitmen dalam hidup ini setia memuliakanNya. Kita sadar bahwa perilaku umat Tuhan yang disaksikan dalam bacaan kita saat ini, adalah gambaran perilaku kita umatNya hingga saat ini. Kita harus akui, bahwa kita seringkali melupakan perbuatan Kasih Allah. Apakah karena kita telah merasa hidup kita mapan, apakah karena kita sedang menikmati luapan kegembiraan, atau apakah kita, karena beratnya perjuangan hidup telah terfokus pada diri sehingga tak lagi mengandalkan Tuhan dalam hidup ini. Atau apakah kita, karena zaman ini adalah zaman penuh materi, sehingga kita menjadi harta sebagai dewa dan Tuhan? Saudara-saudara, sebagai umat Tuhan, yang telah ditebus dan diberi jaminan hidup kekal di dalam dan melalui Yesus Kristus, kita seharusnya senantiasa mengenal jati diri kita. Melupakan kasih dan karunia Tuhan Allah adalah perbuatan yang sangat tidak dikehendakiNya dari kita.  Tuhanlah yang bertindak dan Tuhan pulalah yang oleh kasih kemurahanNya memungkinkan kita menikmati kehidupan seperti yang kita nikmati saat ini. Melalui tindakan Tuhan ini, kita juga ditantang untuk memiliki jiwa illah dalam hidup ini. Kita diajarkan supaya kita jangan sekali-kali menginginkan kebinasaan orang lain, walau orang jahat sekalipun. Seperti Tuhan yang tidak menghendaki kebinasaan, tetapi pertobatan, maka kitapun mesti memiliki sikap beriman yang demikian dalam hidup ini. Mari saudara-saudara, jangan sekali-kali melupakan Tuhan Allahmu, sebab Dia tak pernah sekalipun melupakan kita umatNya. Tetaplah setia, dan jika selama ini kita merasa telah berbalik dariNya, bertobatlah. TanganNya terbuka menunggu kita. Mengakhiri renungan ini, mari kita nyanyikan bersama pujian yang berkata, “Tak Tersembunyi Kuasa Allah”.  Amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar