Bacaan Alkitab: Yesaya 53:1-7
”Penderitaan Kristus Menyelamatkan Manusia dan Dunia”
Saudara-saudara,
Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Bacaan Alkitab
ini biasanya dikelompokkan sebagai karya “Deutro-Yesaya”, yakni Pasal 40-55.
Pada masa itu adalah masa pembuangan ke Babylon (597-538 sM), sekitar 20 % dari
penduduk Yehuda diangkut sebagai tawanan ke Baylon dan Yerusalem dihancurkan
oleh Nebukadnezar. Pada situasi seperti inilah Deutro Yesaya menyampaikan
nubut-nubuatnya. Nubuat tersebut adalah bahwa Babel akan dihancurkan, kemudian
raja Cyrus, yakni Raja Persia akan menguasai Babel. Raja Cyrus adalah hamba
Allah yang akan melepaskan umat Allah untuk kembali ke negeri mereka dan
membangun kembali Yerusalem yang telah dihancurkan oleh raja Nebukadnezar.
Bukan hanya itu, DeutroYesaya juga menubuatkan tentang Hamba Tuhan yang
menderita yang akan menanggung sengsara demi keselamatan umat-Nya. Nabi ini
menghibur umat Allah yang berada di pembuangan, bahwa jalan keselamatan sedang
datang. Khusus bacaan kita saat ini, diyakini bahwa ini adalah nubuatan tentang
Yesus Kristus yang menebus umat-Nya dari cengkeraman dosa.
Saudara-saudara,
Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Nubuatan ini telah digenapi di dalam
Yesus Kristus yang di sepanjang kehidupan-Nya mengalami penderitaan dan
kesengsaraan demi penyelamatan manusia dan dunia dari kuasa dosa yang
merajalela. Apa yang dinubuatkan DeutroYesaya dalam perikop ini sungguh telah
dinyatakan di dalam Yesus Kristus. “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang
penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina,
sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk
hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan
kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul
dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia
diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan
bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh”.
Kuasa dosa yang merasuki hidup manusia, telah merusak tatanan hidup dan membuat
manusia kehilangan pengharapan, demikian juga dunia, seakan kehilangan masa
depannya. Di dalam Yesus Kristus, Allah menunjukkan kasih setia-Nya, Dia
menebus manusia yang terbuang akibat dosa dan menyelamatkan dunia dari
kehancurannya. Penebusan Allah tersebut berlangsung melalui cara-Nya sendiri,
yakni di dalam Yesus Kristus yang dihakimi bersalah, mati tertikam di kayu
salib berada di antara penjahat. Padahal Dia sendiri tidaklah bersalah, semua
derita itu diterima dan dilalui-Nya tanpa ada bantahan kepada Bapa-Nya demi
keselamatan dunia dan manusia yang percaya kepada-Nya.
Saudara-saudara,
Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Di masa Minggu sengsara ini, kita
kembali diarahkan untuk berefleksi akan derita Yesus Kristus seraya merenungkan
hidup kita sebagai pemuda-pemudi Gereja yang telah lunas dibayar melalui
sengsara Yesus Kristus. Kita mestinya jujur, bahwa kerapkali dalam hidup kita
sebagai pemuda-pemudi Gereja, gaya hidup kita sungguh jauh berbeda dengan gaya
hidup yang seharusnya berpadanan dengan apa yang telah Yesus lakukan bagi kita.
Tidak sedikit pemuda-pemudi Gereja yang terjebak pada kenikmatan duniawi, baik
berupa kebebasan mengakses segala sesuatu di zaman ini, tersedianya berbagai
fasilitas modern, hilangnya batas-batas budaya di dalam pergaulan, seringkali
dimanfaatkan dengan negatif dan tidak lagi sesuai dengan ajaran iman Kristen.
Padahal, jika jujur dikatakan, apa yang boleh kita alami kini di masa ini,
adalah merupakan buah dari sengsara dan derita Yesus Kristus. Kita
dipanggil-Nya dan dipilih-Nya untuk terbebas dari kungkungan kuasa dosa yang
menyengsarakan.
Saudara-saudara,
Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Di Minggu sengsara ini penting bagi
kita sekalian, untuk merenungkan dalam-dalam apa yang telah terjadi dan dialami
oleh Yesus dalam rangka penyelamatan kita dan dunia ini. Bahwa ternyata, kita
telah lunas dibayar, bukan oleh harta benda, bukan pula berkat negosiasi dan
kompromi dengan iblis, melainkan dengan sengsara hidup yang tragis yang
seharusnya tak layak dikenakan pada Dia. Akan tetapi, demi keselamatan dan masa
depan kita, Dia rela menerima dan mangalami semuanya. Karena itu, sebagai
pemuda-pemudi Gereja adalah wajib bagi kita untuk terus merefleksikan sengsara
Yesus dalam hidup ini, supaya identitas kita sebagai warga kerajaan Allah terus
terpelihara dan terjaga baik. Percayalah bahwa Tuhan telah menggung kita, dan
Dia niscaya akan terus menanggung kita dalam menghadapi seluruh proses
kehidupan kita demi mencapai cita-cita dan masa depan kita yang cerah dari-Nya.
Kasih-Nya sungguh luar biasa bagi dunia dan manusia yang percaya kepada-Nya,
mari mengasihi Dia dengan segenap hidup kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin.
Bacaan Alkitab: Markus 8: 31- 38
Saudara-saudara,
Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Siapapun dari kita pastilah tidak
menginginkan sesuatu yang buruk terjadi atas orang yang kita anggap pemimpin
kita, guru kita, apalagi harus menghadapi penderitaan dan dibunuh. Pikiran
seperti inilah yang ada di benak Petrus ketika Tuhan Yesus memberitahukan
penderitaan dan kematian-Nya kepada murid-murid-Nya. Pikiran seperti ini
ternyata sangat tidak berkenan bagi Tuhan Yesus. Hal ini ditandai dengan
perkataan yang amat keras disampaikan kepada Petrus, “enyahlah iblis! Sebab
engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang
dipikirkan manusia”. Muncul pertanyaan; mengapa Yesus setega itu? Begitu
beratkah kesalahan Petrus sehingga Yesus sekeras itu?. Yang pasti sikap Yesus
ini menunjukkan bahwa apa yang dikatakan Yesus ini adalah benar-benar serius,
meskipun bagi Petrus tidak demikian. Petrus sepertinya hanya memikirkan
kenyamanan dirinya dan menolak ide salib seperti yang disampaikan Yesus.
Saudara-saudara,
Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Tuhan Yesus tidak pernah berpikir
demi kenyamanan diri-Nya, Dia malah rela menderita dan mati disalib demi
keselamatan dunia ini dan manusia di dalamnya.
Persoalannya sekarang ialah, tidak sedikit orang, termasuk dari
anak-anak Tuhan yang jatuh pada sikap seperti yang ditunjukkan Petrus melalui
bacaan kita saat ini. Mengaku bahwa Tuhan Yesus adalah penolong-Nya, mengaku
bahwa hidup dan masa depannya ada di dalam tangan Tuhan, akan tetapi dalam
hidup, kita lebih suka mengatur karier kita sendiri tanpa melibatkan Tuhan di
dalamnya. Hidup kita sering diwarnai rasa kuatir yang berlebihan dan akibatnya
kita tak jarang menjadi pesimis akan hidup ini, kita menjadi ragu dalam
perjuangan hidup kita, sehingga kita juga menjadi takut mencapai cita-cita
kita. Bahkan ada saja anak-anak Tuhan yang kecewa ketika diperhadapkan pada
persoalan dan derita hidup, hingga akhirnya lari mencari jalan keluar dengan
hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhannya seperti minum-minuman keras,
mengkonsumsi narkoba dan juga pada pergaulan bebas. Kita menjadi tidak
menghargai hidup kita yang telah dihidupi oleh Yesus Kristus melalui
penderitaan dan kematian-Nya di kayu salib. Di lain pihak, tidak dapat
dipungkiri bahwa ada saja anak-anak Tuhan, termasuk para kaum muda gereja yang menyamakan mengikut Yesus sama dengan meraup
kesuksesan dan kenyamanan pribadi bahkan kehormatan pribadi, tanpa peduli
dengan kepentingan sesamanya dan kepentingan bersama. Sikap seperti inilah
sebenarnya yang sangat ditentang oleh Yesus dalam diri Petrus. Karena itu, kita
harus mengingat dan mematrikan perkataan Yesus ini. "Setiap orang yang mau
mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku”.
Artinya bahwa sebagai pengikut Yesus, wajib hukumnya bagi kita untuk menyangkal
diri kita, yakni harus mengaku bahwa segala sesuatu yang kita capai dan miliki
bukanlah hasil usaha dan kekuatan kita, melainkan semata-mata hanyalah karena
kasih karunia Tuhan. Pengakuan ini harus pula nyata dalam tindakan kita setiap
saat. Demikian pula dengan tugas dan tanggung jawab kita sebagai pengikut Yesus
Kristus, wajib hukumnya untuk kita emban dan tidak sekali-kali melemparnya pada
orang lain. Hidup kita mesti berada dalam posisi mengikut Tuhan Yesus, yakni
melakukan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya. Bukan berjalan dan menapaki
perjalanan hidup ini semau kita sendiri, melainkan harus di dalam Yesus, sebab
Yesuslah jalan dan kebenaran dan hidup itu sendiri.
Saudara-saudara, Pemuda-pemudi Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Sikap mementingkan diri sendiri,
adalah sikap yang bertolak belakang dengan karya Kristus yang
menyelamatkan manusia dan dunia ini.
Sikap itu pula tidak sesuai dengan pemanggilan kita oleh Dia. Di manapun kita
hidup, kapan dan bagaimanapun situasi dan kondisi hidup kita, kita mestinya
senantiasa hidup berdasarkan jalan hidup Tuhan Yesus, yang rela menderita demi
keselamatan dunia dan manusia. Percaya dan yakinlah saudara-saudara, bahwa
ketika pola berpikir dan bertindak kita sesuai dengan kehendak Kristus, maka
dengan demikian kita adalah orang-orang yang tidak malu mengaku Yesus adalah
Tuhan, niscaya Tuhanpun tak’an pernah malu mengakui kita. Tuhan Yesus
memberkati kita Amin.
Bacaan Alkitab: Yesaya 48: 1- 11
Saudara-saudara,
Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kata-kata bijak berkata “Untuk
menikmati sinar mentari pagi, setiap orang harus melewati gelapnya sang malam”.
Kalimat ini hendak menegaskan kepada kita bahwa untuk menikmati suasana hidup
yang bahagia dan tentram, maka setiap orang wajib melewati proses hidup yang
penuh pergumulan, bahkan tantangan dan ancaman. Untuk memperoleh nilai wajib
melalui ujian. Semakin berat atau tinggi ujian yang dihadapi seseorang, maka
semakin tinggi pula nilai atau harga yang akan diperolehnya. Untuk memperoleh
kualitas yang yang bernilai tinggi dalam kehidupan umat-Nya, ternyata Allah
juga menguji umat-Nya dengan maksud memurnikannya melalui dapur kesengsaraan.
Artinya bahwa walaupun Tuhan mengetahui perilaku beriman umat Israel yang tidak
sungguh-sungguh dan tidak dengan tulus kepada-Nya, Dia tetap setia. Dan dengan
penuh kasih karunia, Allah menguji mereka, memurnikan mereka kendatipun harus
lewat dapur kesengsaraan. Ini membuktikan bahwa rencana dan rancangan Tuhan
atas hidup umat-Nya tidak pernah rencana dan rancangan kecelakaan, melainkan
damai sejahtera. Tuhan Allah tidak pernah menghendaki umat-Nya binasa karena
pemberontakan mereka, sebaliknya Allah sungguh rindu umat-Nya itu beroleh
keselamatan, kendatipun Dia sendiri yang harus menanggungnya.
Saudara-saudara,
Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
“Tegar tengkuk, keras kepala dan
berkepala batu” adalah julukan yang diberi kepada umat Israel. Tidak sulit
mengerti arti julukan ini. Ini memberi kesan bahwa bangsa Israel bukan hanya
sekali membangkang kepada Allah, melainkan berulang kali. Kendatipun demikian,
dengan kesabaran-Nya, Allah tokh tetap setia kepada bangsa itu dan Allah tidak
pernah menginginkan kebinasaan bangsa tersebut, melainkan pertobatannya.
Berdasarkan kesaksian Alkitab, jelas bagi kita bagaimana sejarah perjalanan
hidup umat itu dan kehidupan beriman mereka kepada Tuhan Allah. Sejak dari
pembebasan mereka dari tanah perbudakan di Mesir, dalam perjalanan di padang
gurun, demikian pula setelah menikmati hidup di tanah perjanjian, bahkan mereka
harus dibuang di Babel, kota mereka dihancurkan, mereka diserakkan, dan bagaimana
mereka yang menduakan Allah dalam kehidupan mereka. Dalam semua ini, Allah
tidak pernah berhenti mengajar mereka dengan berbagai cara-Nya. Semua dilakukan
oleh Allah, semata-mata hanyalah karena Dia penuh kasih karunia. Tuhan mengenal
persis umat Israel adalah umat tegar tengkuk, keras kepala dan berkepala batu,
akan tetapi Tuhan terus dengan setia menghadapi karakter seperti ini. Dia tak
henti-hentinya berfirman kepada umat-Nya itu dengan maksud agar umat
tersebut berbalik dari jalannya yang
jahat, dari berhala-berhalanya, dari sikap berimannya yang setengah-setengah
kepada Tuhan Allah. Allah menahan amarah-Nya karena kasih-Nya yang tidak
menghendaki umat-Nya itu lenyap. Allah terus menguji keimanan umat itu namun
bukan seperti perak, melainkan melalui dapur kesengsaraan. Allah memurnikan
umat-Nya, agar nama-Nya dan kemuliaan-Nya tidak dinajiskan.
Saudara-saudara,
Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Apa hubungan pemberitaan Deutro
Yesaya ini bagi kehidupan kita sebagai pemuda-pemudi Gereja masa kini? Mari
kita simak dengan seksama, yang pertama: bahwa kita harus jujur, kita harus
mengaku bahwa kita acapkali tidak dengar-dengaran akan Firman-Nya, kita juga di
masa muda ini sering hanya beriman setengah hati akibat godaan duniawi yang
semakin menawan kita, kita juga harus jujur, bahwa kita juga sering berhianat
kepada Tuhan lewat sikap kita. Akan tetapi Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus
tokh tetap setia, kendatipun dengan jalan sengsara bahkan kemtian di Kayu
salib, Dia tetap menebus kita untuk beroleh keselamatan dari-Nya. Walaupun
demikian, kita masih dan akan meneruskan hidup di dunia ini, masih banyak
tantangan, cobaan dan ujian untuk kita hadapi dan lalui di depan. Untuk itu,
sebagai kaum muda pengikut Kristus, Firman Tuhan saat ini mengingatkan kita,
bahwa kesengsaraanpun juga sering dipakai Allah untuk memurnikan kita sehingga
kualitas kita bernilai tinggi di hadapan-Nya. Ingatlah saudara-saudaraku, Tuhan
Yesus telah memberi jaminan keselamatan bagi kita dan bagi dunia ini melalui
sengsara yang dialami-Nya di Kayu salib. Karena itu, seberat apapun ujian hidup
yang sedang dan akan kita hadapi ke depan, terutama di tengah tantangan zaman
yang begitu menantang ini, kita harus yakin bahwa Tuhan kita sedang dan akan
terus merancang kita untuk menikmati damai sejahtera-Nya. Percayalah, bahwa
kita akan menikmati sinar mentari pagi, ketika kita sedia dan siap menghadapi
dan melalui gelapnya sang malam. Sukacita sorgawi menyertai kita senantiasa.
Amin.
Bacaan Alkitab: Kolose 1: 24- 29
Saudara-saudara,
kaum muda Gereja yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sungguh merupakan sikap yang luar biasa dan sulit
untuk diterima jika seseorang menjadi bersukacita karena ia boleh menderita
demi orang lain. Yang biasa terjadi ialah bagaimana kita bisa terbebas dari
segala risiko karena orang lain, termasuk risiko untuk menderita. Kemudian,
yang sering kita saksikan dan mungkin saja kita alami yakni bahwa bagaimana
sedapat-dapatnya kita terhindar dari segala masalah karena urusan hidup orang
lain. Akan tetapi Rasul Paulus mengaku dengan tegas bahwasanya ia bersukacita karena
ia boleh menderita karena jemaat Tuhan. Penderitaan apa saja yang terjadi dan
dialami Paulus dalam tugas panggilan pelayanannya itu? Yang jelas, pengakuan
ini bukan sekedar di bibir saja, memang benar, dia harus melewati dan mengalami
berbagai bentuk penderitaan demi Tuhan Yesus Kristus yang dilayaninya. Dalam
menulis surat ini saja, ia sedang di penjara, ia berulangkali disiksa, disesah,
diusir, dipukuli, dirampok, ditolak dan banyak lagi bentuk penderitaan lainnya.
Hidup dan karya Paulus sungguh nyata dan terasa dalam kehidupan jemaat Kristus
yang perdana. Semua diterimanya sebagai bentuk penggenapan penderitaan Kristus
di dalam dirinya. Persfektif seperti inilah yang membuat Paulus bersukacita
ketika ia boleh menderita. Paulus menerimanya sebagai karya Kristus baginya dan
bagi jemaat-Nya serta dunia ini. Dengan keyakinan bahwa Kristus adalah
pengharapan dan kemuliaan.
Saudara-saudara,
kaum muda Gereja yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sebelumnya Paulus telah berdoa agar jemaat di Kolose
dapat bertahan keras dengan penuh sukacita (Kol 1: 11); kini dia menegaskan
bahwa hal itu merupakan pengalamannya sendiri. Konsep yang penting bahwa
penderitaan (pathema) Paulus, yang
diderita demi jemaat di Kolose, menggenapkan apa yang kurang pada penderitaan (thlipsis) Kristus. Itu berarti bahwa
dalam rencana Allah, kelompok Kristus, persekutuan Mesianis, ditentukan untuk
menderita sedikit "sakit melahirkan" sewaktu mendatangkan zaman
Mesianis. bahwa kesatuan dengan Kristus berarti kesatuan dengan penderitaan
Kristus, "Jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, kita juga
dipermuliakan bersama-sama dengan Dia" (Rm 4: 17). Kenyataan berupa kebersamaan
di dalam Kristus (Gal 2: 20) harus diaktualisasikan di dalam diri orang Kristen
secara individu; karena itu Paulus bahkan dapat berbicara tentang kematiannya
sendiri sebagai suatu persembahan kurban (Flp 2: 17; 2 Tim 4: 6). Sekalipun
demikian, perlu diperhatikan bahwa di dalam konteks ini, sebagaimana pula di
bagian lain, hanya dalam Kristus dan pendamaian-Nya ada penebusan yang
sempurna. Orang-orang Kristen berbagi penderitaan Kristus sebab mereka sudah
ditebus, bukan sebagai sarana untuk memperoleh penebusan tersebut. Paulus
bergumul dengan segala tenaga memberitakan tentang Kristus, sebab dia yakin
bahwa berita tentang Kristus dan firman-Nya memimpin tiap-tiap orang kepada
kesempurnaan dalam Dia.
Saudara-saudara,
kaum muda Gereja yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Tidak mudah berpikir apalagi melakukan
apa yang dilakukan oleh Rasul Paulus, yakni bersukacita karena boleh menderita
karena orang lain. Inilah teladan tentang sikap solidaritas yang sejati yang
bertujuan mulia yakni agar penderitaan Kristus digenapi di dalam hidupnya.
Kendatipun dalam penderitaan sebagai pelayan jemaat karena Kristus, Paulus
terus berupaya memberitakan firman Tuhan supaya semua jemaat Tuhan sadar bahwa
dengan turut menderita di dalam Kristus, mereka akan turut pula dipermuliakan
bersama-sama dengan Kristus. Lewat penderitaan Kristus, manusia dan dunia
diselamatkan. Maka siapapun yang mengaku sebagai pengikut Kristus, maka ia
wajib turut mengambil bagian dalam penderitaan Kristus tersebut. Penderitaan
tersebut harus dipahami seperti penderitaan “perempuan yang melahirkan” artinya bahwa di balik derita tersebut ada
sukacita sorgawi, ada kemuliaan bersama Kristus. Maka wajib bagi kita sebagai
pemuda Kristen untuk selalu berupaya dengan segenap tenaga dan turut menggumuli
supaya penderitaan Kristus tidak percuma bagi mereka yang tidak mendengar
berita tentang Dia. Mari hadapi semua rintangan dan tantangan, kita sebagai
generasi penerus Gereja siap dan sedia mengaktualisasikan derita Kristus dalam
hidup kita. percayalah bahwa kuasa Kristus ada di dalam kita untuk berkarya
demi kemuliaan-Nya. Ingatlah bahwa penderitaan Kristus dan penderitaan kita di
dalam Kristus akan menghantar kita pada sukacita kekal bersama-Nya. Amin
Bacaan
Alkitab: Ibrani 5: 1- 10
Saudara-saudara,
Pemuda-Pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Imam Besar adalah jabatan Imam yang paling tinggi
kedudukannya dalam agama Yahudi. Ia mengetuai Mahkamah Agama Yahudi. Sekali setahun pada Hari Raya Pendamaian,
ia masuk ke Ruang Mahasuci di dalam
Rumah Tuhan untuk mempersembahkan korban
bagi dirinya sendiri dan bagi dosa umat Israel. Jabatan ini dipahami sebagai
pemanggilan oleh Allah seperti yang terjadi dengan Harun. Sehingga seorang imam
besar tidak diperkenankan memuji dirinya atau memuliakan dirinya dan tidak
seorangpun yang mengambil kehormatan itu bagi dirinya sendiri. Yesus Kristus
adalah Imam besar untuk selama-lamanya menurut peraturan Melkisedek. Hal ini
bermula dalam penetapan ketika Yerusalem ditaklukan oleh Daud sekitar tahun
1000 sM. Dalam hal ini Daud dan keturunannya ditetapkan menjadi ahli waris atas
jabatan imam raja dari Melkisedek. Raja yg ditetapkan dengan cara demikian
disebut oleh Yesus dan orang-orang sezaman-Nya sebagai Mesias, anak Daud. Jika
Yesus ialah Mesias, anak Daud, Dia harus menjadi ‘imam untuk selama-lamanya
menurut Melkisedek’. Kesimpulan yg tak terelakkan ini diambil oleh penulis Ibrani,
yang mengembangkan temanya tentang keimaman Tuhan Yesus di sorga.
Saudara-saudara,
Pemuda-Pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Memang sangat kontras dengan jabatan
imam besar dalam dunia Perjanjian lama. Yesus Kristus yang ditetapkan sebagai
Imam besar selama-lamanya ternyata harus terlebih dahulu meratap dan menangis
dan menyampaikan semuanya itu kepada Bapa-Nya Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia
telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya. Melalui
alur pembahasan di dalam surat ini, kita dituntun untuk "memandang
Dia" di dalam imamat dan pengorbanan-Nya. Berbagai kontras yang dibuat di
sepanjang surat ini secara meyakinkan menunjukkan keunggulan Kristus atas
malaikat. Musa, Harun, Melkizedek, sistem Imamat, dan akhirnya bahkan atas
semua teladan terbesar dari hidup beriman yang dicatat oleh Perjanjian Lama.
Selaku imam Allah dan persembahan korban yang diterima oleh Allah, Kristus kini
berbicara dari dalam tempat ibadah, memberikan jaminan kepada setiap orang
percaya untuk mendapat jalan masuk langsung ke hadirat Allah, dan kepastian
bahwa semua permohonan dan permintaan akan didengar. Ia menjadi pokok
keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.
Saudara-saudara,
Pemuda-Pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pengorbanan dan derita Imam besar
kita yakni Yesus Kristus adalah pengorbanan dan derita yang tak ternilai
harganya. Dia tidak mengambil kehormatan untuk diri-Nya sendiri, tetapi dengan
ratap tangis dan keluhan, Dia mempersembahkan doa dan permohonan kepada Allah Bapa-Nya
dan Dia disempurnakan. Maka Dialah pokok keselamatan yang abadi bagi setiap
orang yang taat kepada-Nya. Melalui Dia kita telah memperoleh jalan masuk
kepada kehidupan kekal, sebab Dia sendirilah jalan dan kehidupan tersebut.
Sebagai pemuda gereja, berefleksi dari pembacaan ini, maka beberapa hal harus
terpatri di dalam kehidupan kita, yakni bahwa Kristus adalah Imam besar kita
untuk selama-lamanya, bahwa Dia lebih besar dari imam manapun jua. Oleh karena
itu ketaatan kepada-Nya mutlak harus ada dalam diri kita. Yang berikut ialah
bahwa kita harus memandang Dia di dalam imamat dan pengorbanan-Nya sebagai
bukti bagi kita bahwa Dia benar-benar telah memberikan jaminan kehidupan kekal
kepada kita. Bahwa penderitaan-Nya telah menyelamatkan manusia dan dunia ini
dari kuasa maut. Penderitaan Kristus tak’an tergantikan dengan apapun yang ada
di dunia ini. Tak akan tergantikan dan tertebus dengan segala fasilitas yang
boleh kita akses di zaman ini. Karena itu dituntut dari kita kesetiaan dan
ketaatan sebagaimana yang diteledankan Yesus terhadap Bapa-Nya. Dengan demikian
niscaya kita akan semakin disempurnakan di dalam Dia. Hanya Yesus Kristuslah menjadi
pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya. Terpujilah
Dia. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar