Kamis, 07 Mei 2015

Khotbah Pemuda Bulan Maret



Bacaan Alkitab: Yesaya 53:1-7
”Penderitaan Kristus Menyelamatkan Manusia dan Dunia”
Saudara-saudara, Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Bacaan Alkitab ini biasanya dikelompokkan sebagai karya “Deutro-Yesaya”, yakni Pasal 40-55. Pada masa itu adalah masa pembuangan ke Babylon (597-538 sM), sekitar 20 % dari penduduk Yehuda diangkut sebagai tawanan ke Baylon dan Yerusalem dihancurkan oleh Nebukadnezar. Pada situasi seperti inilah Deutro Yesaya menyampaikan nubut-nubuatnya. Nubuat tersebut adalah bahwa Babel akan dihancurkan, kemudian raja Cyrus, yakni Raja Persia akan menguasai Babel. Raja Cyrus adalah hamba Allah yang akan melepaskan umat Allah untuk kembali ke negeri mereka dan membangun kembali Yerusalem yang telah dihancurkan oleh raja Nebukadnezar. Bukan hanya itu, DeutroYesaya juga menubuatkan tentang Hamba Tuhan yang menderita yang akan menanggung sengsara demi keselamatan umat-Nya. Nabi ini menghibur umat Allah yang berada di pembuangan, bahwa jalan keselamatan sedang datang. Khusus bacaan kita saat ini, diyakini bahwa ini adalah nubuatan tentang Yesus Kristus yang menebus umat-Nya dari cengkeraman dosa.
Saudara-saudara, Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Nubuatan ini telah digenapi di dalam Yesus Kristus yang di sepanjang kehidupan-Nya mengalami penderitaan dan kesengsaraan demi penyelamatan manusia dan dunia dari kuasa dosa yang merajalela. Apa yang dinubuatkan DeutroYesaya dalam perikop ini sungguh telah dinyatakan di dalam Yesus Kristus. “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh”. Kuasa dosa yang merasuki hidup manusia, telah merusak tatanan hidup dan membuat manusia kehilangan pengharapan, demikian juga dunia, seakan kehilangan masa depannya. Di dalam Yesus Kristus, Allah menunjukkan kasih setia-Nya, Dia menebus manusia yang terbuang akibat dosa dan menyelamatkan dunia dari kehancurannya. Penebusan Allah tersebut berlangsung melalui cara-Nya sendiri, yakni di dalam Yesus Kristus yang dihakimi bersalah, mati tertikam di kayu salib berada di antara penjahat. Padahal Dia sendiri tidaklah bersalah, semua derita itu diterima dan dilalui-Nya tanpa ada bantahan kepada Bapa-Nya demi keselamatan dunia dan manusia yang percaya kepada-Nya.
Saudara-saudara, Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Di masa Minggu sengsara ini, kita kembali diarahkan untuk berefleksi akan derita Yesus Kristus seraya merenungkan hidup kita sebagai pemuda-pemudi Gereja yang telah lunas dibayar melalui sengsara Yesus Kristus. Kita mestinya jujur, bahwa kerapkali dalam hidup kita sebagai pemuda-pemudi Gereja, gaya hidup kita sungguh jauh berbeda dengan gaya hidup yang seharusnya berpadanan dengan apa yang telah Yesus lakukan bagi kita. Tidak sedikit pemuda-pemudi Gereja yang terjebak pada kenikmatan duniawi, baik berupa kebebasan mengakses segala sesuatu di zaman ini, tersedianya berbagai fasilitas modern, hilangnya batas-batas budaya di dalam pergaulan, seringkali dimanfaatkan dengan negatif dan tidak lagi sesuai dengan ajaran iman Kristen. Padahal, jika jujur dikatakan, apa yang boleh kita alami kini di masa ini, adalah merupakan buah dari sengsara dan derita Yesus Kristus. Kita dipanggil-Nya dan dipilih-Nya untuk terbebas dari kungkungan kuasa dosa yang menyengsarakan.   
Saudara-saudara, Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Di Minggu sengsara ini penting bagi kita sekalian, untuk merenungkan dalam-dalam apa yang telah terjadi dan dialami oleh Yesus dalam rangka penyelamatan kita dan dunia ini. Bahwa ternyata, kita telah lunas dibayar, bukan oleh harta benda, bukan pula berkat negosiasi dan kompromi dengan iblis, melainkan dengan sengsara hidup yang tragis yang seharusnya tak layak dikenakan pada Dia. Akan tetapi, demi keselamatan dan masa depan kita, Dia rela menerima dan mangalami semuanya. Karena itu, sebagai pemuda-pemudi Gereja adalah wajib bagi kita untuk terus merefleksikan sengsara Yesus dalam hidup ini, supaya identitas kita sebagai warga kerajaan Allah terus terpelihara dan terjaga baik. Percayalah bahwa Tuhan telah menggung kita, dan Dia niscaya akan terus menanggung kita dalam menghadapi seluruh proses kehidupan kita demi mencapai cita-cita dan masa depan kita yang cerah dari-Nya. Kasih-Nya sungguh luar biasa bagi dunia dan manusia yang percaya kepada-Nya, mari mengasihi Dia dengan segenap hidup kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin.



















Bacaan Alkitab: Markus 8: 31- 38
Saudara-saudara, Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Siapapun dari kita pastilah tidak menginginkan sesuatu yang buruk terjadi atas orang yang kita anggap pemimpin kita, guru kita, apalagi harus menghadapi penderitaan dan dibunuh. Pikiran seperti inilah yang ada di benak Petrus ketika Tuhan Yesus memberitahukan penderitaan dan kematian-Nya kepada murid-murid-Nya. Pikiran seperti ini ternyata sangat tidak berkenan bagi Tuhan Yesus. Hal ini ditandai dengan perkataan yang amat keras disampaikan kepada Petrus, “enyahlah iblis! Sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia”. Muncul pertanyaan; mengapa Yesus setega itu? Begitu beratkah kesalahan Petrus sehingga Yesus sekeras itu?. Yang pasti sikap Yesus ini menunjukkan bahwa apa yang dikatakan Yesus ini adalah benar-benar serius, meskipun bagi Petrus tidak demikian. Petrus sepertinya hanya memikirkan kenyamanan dirinya dan menolak ide salib seperti yang disampaikan Yesus.
Saudara-saudara, Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Tuhan Yesus tidak pernah berpikir demi kenyamanan diri-Nya, Dia malah rela menderita dan mati disalib demi keselamatan dunia ini dan manusia di dalamnya.  Persoalannya sekarang ialah, tidak sedikit orang, termasuk dari anak-anak Tuhan yang jatuh pada sikap seperti yang ditunjukkan Petrus melalui bacaan kita saat ini. Mengaku bahwa Tuhan Yesus adalah penolong-Nya, mengaku bahwa hidup dan masa depannya ada di dalam tangan Tuhan, akan tetapi dalam hidup, kita lebih suka mengatur karier kita sendiri tanpa melibatkan Tuhan di dalamnya. Hidup kita sering diwarnai rasa kuatir yang berlebihan dan akibatnya kita tak jarang menjadi pesimis akan hidup ini, kita menjadi ragu dalam perjuangan hidup kita, sehingga kita juga menjadi takut mencapai cita-cita kita. Bahkan ada saja anak-anak Tuhan yang kecewa ketika diperhadapkan pada persoalan dan derita hidup, hingga akhirnya lari mencari jalan keluar dengan hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhannya seperti minum-minuman keras, mengkonsumsi narkoba dan juga pada pergaulan bebas. Kita menjadi tidak menghargai hidup kita yang telah dihidupi oleh Yesus Kristus melalui penderitaan dan kematian-Nya di kayu salib. Di lain pihak, tidak dapat dipungkiri bahwa ada saja anak-anak Tuhan, termasuk para kaum muda gereja yang  menyamakan mengikut Yesus sama dengan meraup kesuksesan dan kenyamanan pribadi bahkan kehormatan pribadi, tanpa peduli dengan kepentingan sesamanya dan kepentingan bersama. Sikap seperti inilah sebenarnya yang sangat ditentang oleh Yesus dalam diri Petrus. Karena itu, kita harus mengingat dan mematrikan perkataan Yesus ini. "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku”. Artinya bahwa sebagai pengikut Yesus, wajib hukumnya bagi kita untuk menyangkal diri kita, yakni harus mengaku bahwa segala sesuatu yang kita capai dan miliki bukanlah hasil usaha dan kekuatan kita, melainkan semata-mata hanyalah karena kasih karunia Tuhan. Pengakuan ini harus pula nyata dalam tindakan kita setiap saat. Demikian pula dengan tugas dan tanggung jawab kita sebagai pengikut Yesus Kristus, wajib hukumnya untuk kita emban dan tidak sekali-kali melemparnya pada orang lain. Hidup kita mesti berada dalam posisi mengikut Tuhan Yesus, yakni melakukan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya. Bukan berjalan dan menapaki perjalanan hidup ini semau kita sendiri, melainkan harus di dalam Yesus, sebab Yesuslah jalan dan kebenaran dan hidup itu sendiri.
 Saudara-saudara, Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Sikap mementingkan diri sendiri, adalah sikap yang bertolak belakang dengan karya Kristus yang menyelamatkan  manusia dan dunia ini. Sikap itu pula tidak sesuai dengan pemanggilan kita oleh Dia. Di manapun kita hidup, kapan dan bagaimanapun situasi dan kondisi hidup kita, kita mestinya senantiasa hidup berdasarkan jalan hidup Tuhan Yesus, yang rela menderita demi keselamatan dunia dan manusia. Percaya dan yakinlah saudara-saudara, bahwa ketika pola berpikir dan bertindak kita sesuai dengan kehendak Kristus, maka dengan demikian kita adalah orang-orang yang tidak malu mengaku Yesus adalah Tuhan, niscaya Tuhanpun tak’an pernah malu mengakui kita. Tuhan Yesus memberkati kita Amin.

























Bacaan Alkitab: Yesaya 48: 1- 11
Saudara-saudara, Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Kata-kata bijak berkata “Untuk menikmati sinar mentari pagi, setiap orang harus melewati gelapnya sang malam”. Kalimat ini hendak menegaskan kepada kita bahwa untuk menikmati suasana hidup yang bahagia dan tentram, maka setiap orang wajib melewati proses hidup yang penuh pergumulan, bahkan tantangan dan ancaman. Untuk memperoleh nilai wajib melalui ujian. Semakin berat atau tinggi ujian yang dihadapi seseorang, maka semakin tinggi pula nilai atau harga yang akan diperolehnya. Untuk memperoleh kualitas yang yang bernilai tinggi dalam kehidupan umat-Nya, ternyata Allah juga menguji umat-Nya dengan maksud memurnikannya melalui dapur kesengsaraan. Artinya bahwa walaupun Tuhan mengetahui perilaku beriman umat Israel yang tidak sungguh-sungguh dan tidak dengan tulus kepada-Nya, Dia tetap setia. Dan dengan penuh kasih karunia, Allah menguji mereka, memurnikan mereka kendatipun harus lewat dapur kesengsaraan. Ini membuktikan bahwa rencana dan rancangan Tuhan atas hidup umat-Nya tidak pernah rencana dan rancangan kecelakaan, melainkan damai sejahtera. Tuhan Allah tidak pernah menghendaki umat-Nya binasa karena pemberontakan mereka, sebaliknya Allah sungguh rindu umat-Nya itu beroleh keselamatan, kendatipun Dia sendiri yang harus menanggungnya.   
Saudara-saudara, Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            “Tegar tengkuk, keras kepala dan berkepala batu” adalah julukan yang diberi kepada umat Israel. Tidak sulit mengerti arti julukan ini. Ini memberi kesan bahwa bangsa Israel bukan hanya sekali membangkang kepada Allah, melainkan berulang kali. Kendatipun demikian, dengan kesabaran-Nya, Allah tokh tetap setia kepada bangsa itu dan Allah tidak pernah menginginkan kebinasaan bangsa tersebut, melainkan pertobatannya. Berdasarkan kesaksian Alkitab, jelas bagi kita bagaimana sejarah perjalanan hidup umat itu dan kehidupan beriman mereka kepada Tuhan Allah. Sejak dari pembebasan mereka dari tanah perbudakan di Mesir, dalam perjalanan di padang gurun, demikian pula setelah menikmati hidup di tanah perjanjian, bahkan mereka harus dibuang di Babel, kota mereka dihancurkan, mereka diserakkan, dan bagaimana mereka yang menduakan Allah dalam kehidupan mereka. Dalam semua ini, Allah tidak pernah berhenti mengajar mereka dengan berbagai cara-Nya. Semua dilakukan oleh Allah, semata-mata hanyalah karena Dia penuh kasih karunia. Tuhan mengenal persis umat Israel adalah umat tegar tengkuk, keras kepala dan berkepala batu, akan tetapi Tuhan terus dengan setia menghadapi karakter seperti ini. Dia tak henti-hentinya berfirman kepada umat-Nya itu dengan maksud agar umat tersebut  berbalik dari jalannya yang jahat, dari berhala-berhalanya, dari sikap berimannya yang setengah-setengah kepada Tuhan Allah. Allah menahan amarah-Nya karena kasih-Nya yang tidak menghendaki umat-Nya itu lenyap. Allah terus menguji keimanan umat itu namun bukan seperti perak, melainkan melalui dapur kesengsaraan. Allah memurnikan umat-Nya, agar nama-Nya dan kemuliaan-Nya tidak dinajiskan.
Saudara-saudara, Pemuda-pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Apa hubungan pemberitaan Deutro Yesaya ini bagi kehidupan kita sebagai pemuda-pemudi Gereja masa kini? Mari kita simak dengan seksama, yang pertama: bahwa kita harus jujur, kita harus mengaku bahwa kita acapkali tidak dengar-dengaran akan Firman-Nya, kita juga di masa muda ini sering hanya beriman setengah hati akibat godaan duniawi yang semakin menawan kita, kita juga harus jujur, bahwa kita juga sering berhianat kepada Tuhan lewat sikap kita. Akan tetapi Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus tokh tetap setia, kendatipun dengan jalan sengsara bahkan kemtian di Kayu salib, Dia tetap menebus kita untuk beroleh keselamatan dari-Nya. Walaupun demikian, kita masih dan akan meneruskan hidup di dunia ini, masih banyak tantangan, cobaan dan ujian untuk kita hadapi dan lalui di depan. Untuk itu, sebagai kaum muda pengikut Kristus, Firman Tuhan saat ini mengingatkan kita, bahwa kesengsaraanpun juga sering dipakai Allah untuk memurnikan kita sehingga kualitas kita bernilai tinggi di hadapan-Nya. Ingatlah saudara-saudaraku, Tuhan Yesus telah memberi jaminan keselamatan bagi kita dan bagi dunia ini melalui sengsara yang dialami-Nya di Kayu salib. Karena itu, seberat apapun ujian hidup yang sedang dan akan kita hadapi ke depan, terutama di tengah tantangan zaman yang begitu menantang ini, kita harus yakin bahwa Tuhan kita sedang dan akan terus merancang kita untuk menikmati damai sejahtera-Nya. Percayalah, bahwa kita akan menikmati sinar mentari pagi, ketika kita sedia dan siap menghadapi dan melalui gelapnya sang malam. Sukacita sorgawi menyertai kita senantiasa. Amin.






















Bacaan Alkitab: Kolose 1: 24- 29
Saudara-saudara, kaum muda Gereja yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sungguh merupakan sikap yang luar biasa dan sulit untuk diterima jika seseorang menjadi bersukacita karena ia boleh menderita demi orang lain. Yang biasa terjadi ialah bagaimana kita bisa terbebas dari segala risiko karena orang lain, termasuk risiko untuk menderita. Kemudian, yang sering kita saksikan dan mungkin saja kita alami yakni bahwa bagaimana sedapat-dapatnya kita terhindar dari segala masalah karena urusan hidup orang lain. Akan tetapi Rasul Paulus mengaku dengan tegas bahwasanya ia bersukacita karena ia boleh menderita karena jemaat Tuhan. Penderitaan apa saja yang terjadi dan dialami Paulus dalam tugas panggilan pelayanannya itu? Yang jelas, pengakuan ini bukan sekedar di bibir saja, memang benar, dia harus melewati dan mengalami berbagai bentuk penderitaan demi Tuhan Yesus Kristus yang dilayaninya. Dalam menulis surat ini saja, ia sedang di penjara, ia berulangkali disiksa, disesah, diusir, dipukuli, dirampok, ditolak dan banyak lagi bentuk penderitaan lainnya. Hidup dan karya Paulus sungguh nyata dan terasa dalam kehidupan jemaat Kristus yang perdana. Semua diterimanya sebagai bentuk penggenapan penderitaan Kristus di dalam dirinya. Persfektif seperti inilah yang membuat Paulus bersukacita ketika ia boleh menderita. Paulus menerimanya sebagai karya Kristus baginya dan bagi jemaat-Nya serta dunia ini. Dengan keyakinan bahwa Kristus adalah pengharapan dan kemuliaan.
Saudara-saudara, kaum muda Gereja yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sebelumnya Paulus telah berdoa agar jemaat di Kolose dapat bertahan keras dengan penuh sukacita (Kol 1: 11); kini dia menegaskan bahwa hal itu merupakan pengalamannya sendiri. Konsep yang penting bahwa penderitaan (pathema) Paulus, yang diderita demi jemaat di Kolose, menggenapkan apa yang kurang pada penderitaan (thlipsis) Kristus. Itu berarti bahwa dalam rencana Allah, kelompok Kristus, persekutuan Mesianis, ditentukan untuk menderita sedikit "sakit melahirkan" sewaktu mendatangkan zaman Mesianis. bahwa kesatuan dengan Kristus berarti kesatuan dengan penderitaan Kristus, "Jika kita menderita bersama-sama dengan Dia,  kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia" (Rm 4: 17). Kenyataan berupa kebersamaan di dalam Kristus (Gal 2: 20) harus diaktualisasikan di dalam diri orang Kristen secara individu; karena itu Paulus bahkan dapat berbicara tentang kematiannya sendiri sebagai suatu persembahan kurban (Flp 2: 17; 2 Tim 4: 6). Sekalipun demikian, perlu diperhatikan bahwa di dalam konteks ini, sebagaimana pula di bagian lain, hanya dalam Kristus dan pendamaian-Nya ada penebusan yang sempurna. Orang-orang Kristen berbagi penderitaan Kristus sebab mereka sudah ditebus, bukan sebagai sarana untuk memperoleh penebusan tersebut. Paulus bergumul dengan segala tenaga memberitakan tentang Kristus, sebab dia yakin bahwa berita tentang Kristus dan firman-Nya memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Dia.
Saudara-saudara, kaum muda Gereja yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Tidak mudah berpikir apalagi melakukan apa yang dilakukan oleh Rasul Paulus, yakni bersukacita karena boleh menderita karena orang lain. Inilah teladan tentang sikap solidaritas yang sejati yang bertujuan mulia yakni agar penderitaan Kristus digenapi di dalam hidupnya. Kendatipun dalam penderitaan sebagai pelayan jemaat karena Kristus, Paulus terus berupaya memberitakan firman Tuhan supaya semua jemaat Tuhan sadar bahwa dengan turut menderita di dalam Kristus, mereka akan turut pula dipermuliakan bersama-sama dengan Kristus. Lewat penderitaan Kristus, manusia dan dunia diselamatkan. Maka siapapun yang mengaku sebagai pengikut Kristus, maka ia wajib turut mengambil bagian dalam penderitaan Kristus tersebut. Penderitaan tersebut harus dipahami seperti penderitaan “perempuan yang melahirkan”  artinya bahwa di balik derita tersebut ada sukacita sorgawi, ada kemuliaan bersama Kristus. Maka wajib bagi kita sebagai pemuda Kristen untuk selalu berupaya dengan segenap tenaga dan turut menggumuli supaya penderitaan Kristus tidak percuma bagi mereka yang tidak mendengar berita tentang Dia. Mari hadapi semua rintangan dan tantangan, kita sebagai generasi penerus Gereja siap dan sedia mengaktualisasikan derita Kristus dalam hidup kita. percayalah bahwa kuasa Kristus ada di dalam kita untuk berkarya demi kemuliaan-Nya. Ingatlah bahwa penderitaan Kristus dan penderitaan kita di dalam Kristus akan menghantar kita pada sukacita kekal bersama-Nya. Amin


















Bacaan Alkitab: Ibrani 5: 1- 10
Saudara-saudara, Pemuda-Pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Imam Besar adalah jabatan Imam yang paling tinggi kedudukannya dalam agama Yahudi. Ia mengetuai Mahkamah Agama Yahudi. Sekali setahun pada Hari Raya Pendamaian, ia masuk ke Ruang Mahasuci di dalam Rumah Tuhan untuk mempersembahkan korban bagi dirinya sendiri dan bagi dosa umat Israel. Jabatan ini dipahami sebagai pemanggilan oleh Allah seperti yang terjadi dengan Harun. Sehingga seorang imam besar tidak diperkenankan memuji dirinya atau memuliakan dirinya dan tidak seorangpun yang mengambil kehormatan itu bagi dirinya sendiri. Yesus Kristus adalah Imam besar untuk selama-lamanya menurut peraturan Melkisedek. Hal ini bermula dalam penetapan ketika Yerusalem ditaklukan oleh Daud sekitar tahun 1000 sM. Dalam hal ini Daud dan keturunannya ditetapkan menjadi ahli waris atas jabatan imam raja dari Melkisedek. Raja yg ditetapkan dengan cara demikian disebut oleh Yesus dan orang-orang sezaman-Nya sebagai Mesias, anak Daud. Jika Yesus ialah Mesias, anak Daud, Dia harus menjadi ‘imam untuk selama-lamanya menurut Melkisedek’. Kesimpulan yg tak terelakkan ini diambil oleh penulis Ibrani, yang mengembangkan temanya tentang keimaman Tuhan Yesus di sorga.
Saudara-saudara, Pemuda-Pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Memang sangat kontras dengan jabatan imam besar dalam dunia Perjanjian lama. Yesus Kristus yang ditetapkan sebagai Imam besar selama-lamanya ternyata harus terlebih dahulu meratap dan menangis dan menyampaikan semuanya itu kepada Bapa-Nya Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya. Melalui alur pembahasan di dalam surat ini, kita dituntun untuk "memandang Dia" di dalam imamat dan pengorbanan-Nya. Berbagai kontras yang dibuat di sepanjang surat ini secara meyakinkan menunjukkan keunggulan Kristus atas malaikat. Musa, Harun, Melkizedek, sistem Imamat, dan akhirnya bahkan atas semua teladan terbesar dari hidup beriman yang dicatat oleh Perjanjian Lama. Selaku imam Allah dan persembahan korban yang diterima oleh Allah, Kristus kini berbicara dari dalam tempat ibadah, memberikan jaminan kepada setiap orang percaya untuk mendapat jalan masuk langsung ke hadirat Allah, dan kepastian bahwa semua permohonan dan permintaan akan didengar. Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.
Saudara-saudara, Pemuda-Pemudi Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Pengorbanan dan derita Imam besar kita yakni Yesus Kristus adalah pengorbanan dan derita yang tak ternilai harganya. Dia tidak mengambil kehormatan untuk diri-Nya sendiri, tetapi dengan ratap tangis dan keluhan, Dia mempersembahkan doa dan permohonan kepada Allah Bapa-Nya dan Dia disempurnakan. Maka Dialah pokok keselamatan yang abadi bagi setiap orang yang taat kepada-Nya. Melalui Dia kita telah memperoleh jalan masuk kepada kehidupan kekal, sebab Dia sendirilah jalan dan kehidupan tersebut. Sebagai pemuda gereja, berefleksi dari pembacaan ini, maka beberapa hal harus terpatri di dalam kehidupan kita, yakni bahwa Kristus adalah Imam besar kita untuk selama-lamanya, bahwa Dia lebih besar dari imam manapun jua. Oleh karena itu ketaatan kepada-Nya mutlak harus ada dalam diri kita. Yang berikut ialah bahwa kita harus memandang Dia di dalam imamat dan pengorbanan-Nya sebagai bukti bagi kita bahwa Dia benar-benar telah memberikan jaminan kehidupan kekal kepada kita. Bahwa penderitaan-Nya telah menyelamatkan manusia dan dunia ini dari kuasa maut. Penderitaan Kristus tak’an tergantikan dengan apapun yang ada di dunia ini. Tak akan tergantikan dan tertebus dengan segala fasilitas yang boleh kita akses di zaman ini. Karena itu dituntut dari kita kesetiaan dan ketaatan sebagaimana yang diteledankan Yesus terhadap Bapa-Nya. Dengan demikian niscaya kita akan semakin disempurnakan di dalam Dia. Hanya Yesus Kristuslah menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya. Terpujilah Dia. Amin




Tidak ada komentar:

Posting Komentar