BACAAN
ALKITAB 1 KORINTUS 4: 1-5
“PENGHAKIMAN
ADALAH HAK TUHAN”
Sidang
Jemaat yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Larangan menghakimi sesama bukanlah larangan yang
baru bagi setiap orang Kristen, larangan ini sudah melekat dalam ingatan setiap
orang Kristen. larangan ini berangkat dari pengakuan bahwa Tuhanlah
satu-satunya Hakim yang adil dan sempurna karena kemahakudusan dan keadilanNya.
Beberapa hal yang harus diingat oleh
orang Kristen tentang larangan menghakimi, yakni; “Jangan kamu menghakimi, supaya
kamu jangan dihakimi’ (Mat 7:1). “Dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi
dirimu sendiri’ (Rom 2:1). Menghakimi orang lain berarti memberi kesempatan
untuk penghakiman yang serupa atas diri sendiri. Yang berikut kita tidak layak
untuk untuk menghakimi sesama. Kita harus ingat kasus waktu perempuan yang
berzinah dibawa ke hadapan Yesus, Dia berkata, ‘Barangsiapa di antara kamu yang
tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu’
(Yoh 8:7). Ia menasihati orang, yang dengan balok di matanya, supaya tidak usah
pusing untuk membuang selumbar dari mata saudaranya, sebelum ia sendiri dulu
membereskan dirinya sendiri (Luk 6:41 dst). Suara hati nurani kita tidaklah
begitu baik, sehingga berbahaya menurutinya untuk menghakimi orang lain.
Penghakiman seperti itu memang berbahaya, karena mengalihkan perhatian kita
dari meneliti diri sendiri, yang merupakan kewajiban utama orang Kristen.
Selanjutnya, menghakimi orang lain tidak termasuk kekuasaan kita. “Siapakah
kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah
ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri” (Rom 14: 4). Menghakimi adalah
urusan Allah, bukan urusan kita. ‘Barangsiapa
menghakimi (saudaranya) ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika
engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya” (Yak
4: 11). Menghakimi orang lain berarti merebut tugas Allah. Dan yang terakhir, penghakiman
seperti telah dibicarakan tidak relevan. Baik pandangan Paulus sendiri mengenai
dirinya maupun pandangan orang lain tidak berlaku sekalipun, ‘Yang menghakimi
aku ialah Tuhan’. Jadi Paulus mengingatkan, ‘Janganlah menghakimi sebelum
waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang’ (1Kor 4:3-5)
Sidang
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Rasul Paulus telah mendengar bahwa
dalam kehidupan Jemaat di Korintus muncul persoalan baru dari dalam persekutuan
itu sendiri tentang Persekutuan tersebut terlibat dalam perselisihan dalam hal
ketokohan pelayan, dalam hal ini ada jemaat yang mengklaim diri mereka golongan
Paulus dan kelompok lain menyebut diri golongan Apolos. Bagi Rasul Paulus,
sikap seperti ini menunjukkan bahwa jemaat masih manusia duniawi yang bukan
rohani. Menurut Rasul Paulus, meskipun dia yang menanam, Apolos yang menyiram,
tetapi Tuhanlah yang menumbuhkan, dalam artian bahwa yang utama dan terutama
dalam kehidupan persekutuan dan dalam pelayanan hamba-hamba Tuhan, hanyalah
Tuhan semata. Sehingga tidak ada alasan bagi siapapun, apakah dia warga jemaat
ataupun pelayan-pelayan untuk mengklaim dirinya yang paling berhikmat menurut
dunia ini dan jangan ada seorangpun yang memegahkan dirinya atas manusia
lainnya. Semua adalah milik Allah. Perselisihan jemaat dalam menokohkan
pelayan-pelayan yang berakibat pada pengkotak-kotakan bahkan perpecahan jemaat
menurut Rasul Paulus adalah bukti bahwa jemaat tersebut masih manusia duniawi
alias tidak manusia rohani (Ps. 3) Demikian
juga halnya dengan pekerjaan masing-masing orang, sekali kelak akan nampak dan
diuji oleh Tuhan sendiri sehingga tidak ada alasan untuk setiap orang
memegahkan dirinya atas manusia sebab semuanya adalah milik Allah. Sehingga
dalam perikop bacaan Alkitab saat ini, Paulus menegaskan agar hendaknya jemaat juga
memandang para pelayan-pelayan dengan kedudukan yang sama, tidak meninggikan
pelayan yang satu dan merendahkan pelayan yang lain. Menurut Paulus, yang
dituntut dalam kehidupan pelayan-pelayan
adalah “mereka dapat dipercaya”. Bagi Rasul Paulus, sedikit sekali artinya
jikapun dia dihakimi oleh jemaat atau suatu pengadilan manusia, bahkan dirinya
sendiri tidak dihakiminya, melainkan Tuhanlah Hakim atas dirinya. Ini
menunjukkan bahwa Rasul Paulus benar-benar mengaku dan mengamini bahwa Tuhanlah
satu-satunya hakim dalam kehidupan para pelayanNya maupun dalam kehidupan
manusia pada umumnya.
Sidang
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sebuah ilustrasi untuk kita, di
sebuah kampung tinggallah seorang petani miskin dengan seorang anak tunggalnya.
Petani ini mempunyai seekor kuda putih yang sangat bagus, pintar dan terlatih.
suatu hari beberapa pengusaha kaya juga para pejabat datang hendak membeli kuda
tersebut dengan harga yang amat tinggi, namun petani tersebut tidak jua menjual
kudanya. Mendengar hal itu, maka berdatanganlah para tetangganya dan berkata
kepada petani tersebut, “anda memang bodoh, kuda anda telah ditawar dengan
harga yang tinggi dan jika dihitung-hitung, uang dari kuda tersebut sudah cukup
untuk menambah biaya hidupmu dan anakmu, tetapi anda tidak juga menjualnya,
anda pasti menyesal”. Maka petani tersebut menjawab, “Janganlah berkata
demikian, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok, kita hanyalah
manusia, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan
rencanaNya, janganlah memberi penghakiman. Sambil mengumpat, tetangganyapun
meninggalkan petani tersebut. Seminggu kemudian, kuda putih milik petani
tersebut hilang selama seminggu, mendengar berita itu, para tetangga petani
itupun datang dan berkata kepada petani,” itukan, seandainya lalu kau
mendengarkan kami, kau sudah mendapat uang yang cukup untuk kebutuhanmu dan anakmu, sekarang apa yang kau
peroleh?”. Tetapi petani tersebut dengan lembut menjawab tetangga-tetangganya
itu, “janganlah terlalu cepat memberi penghakiman, sebab kita hanyalah manusia
biasa, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan
rencanaNya”. Tiba-tiba pada suatu hari kuda putih milik petani tersebut pulang
dan bersamanya kuda itu membawa 100 ekor kuda liar dari hutan. Mendengar berita
itu, berbondong-bondonglah para tetangga petani itu datang dan dengan malu-malu
minta maaf kepada petani itu, mereka berkata, kami minta maaf pak tani, kami
telah salah menghakimi engkau, kami telah salah, engkaulah yang benar, untung
saja engkau tidak mau menjual kudamu itu, kalau engkau menjualnya, pastilah
engkau lebih rugi. Tetapi petani tersebut, dengan lembut menjawab,
saudara-saudaraku Janganlah berkata
demikian, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok, kita hanyalah
manusia, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan
rencanaNya, janganlah memberi penghakiman. Para tetangga petani itupun kembali
kerumah masing-masing. Si petani dan anaknya kemudian membuat kandang yang luas
untuk kuda-kuda liar yang dibawa kuda putih itu. Sipetani dan anaknyapun mulai
menjinakkan kuda-kuda tersebut, tetapi musibah terjadi, anak tunggal petani
tersebut terjatuh dari kuda dan kakinya patah. Butuh waktu yang lama agar kaki
anaknya itu bisa pulih. Mendengar berita itu, maka para tetangga petani itupun
berkata,” itukan…,dulu kami sudah bilang, sekiranya engkau menjual kudamu ini
dari dulu, maka anakmu itu tidak akan mengalami musibah ini.. Engkau memang
bodoh”. Tetapi sekali lagi petani itupun dengan lembut berkata, ” Janganlah berkata demikian, kita tidak tahu
apa yang akan terjadi di hari esok, kita hanyalah manusia, kita milik Tuhan
yang hanya hidup sesuai dengan kehendak dan rencanaNya, janganlah memberi
penghakiman..”. Seminggu kemudian terjadilah perang di Negara tersebut, semua
anak-anak muda di setiap kampong diwajibkan militer dan berangkat berperang.
Karena kaki anak petani tersebut belum pulih, maka ia tidak diikutkan dalam
wajib militer tersebut. Maka berdatanganlah tetangga petani tersebut ke rumah
petani itu sambil menangis, mereka berkata kepada petani itu, engkaulah yang
benar, kami telah menghakimi hidupmu selama ini, sekiranya dulu kuda putihmu
itu engkau jual, maka anakmu juga pasti ikut pergi ke medan perang seperti anak-anak
kami, yang kemungkinan besar akan tewas di medan perang karena pasukan musuh
jauh lebih kuat…, petani itupun berkata
Janganlah berkata demikian, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di
hari esok, kita hanyalah manusia, kita milik Tuhan yang hanya hidup sesuai
dengan kehendak dan rencanaNya, janganlah memberi penghakiman.
Sidang
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dari ilustrasi di atas kita dapat mengambil sebuah
kesimpulan bahwa kita tidak dapat dan tidak berhak menghakimi sesama kita, sebab
seluruh kehidupan ini ada dalam kedaulatan Allah. Semua yang kita alami, semua
yang kita kerjakan, siapapun kita, baik sebagai warga jemaat maupun sebagai
pelayan-pelayan Tuhan, semuanya dan sepenuhnya ada dalam kuasa Tuhan dan tidak
ada yang tersembunyi di hadapanNya. Karena itu tidak ada alasan bagi kita
menjadi hakim diri kita, atas orang lain dan sesama kita, sebab Tuhanlah
satu-satunya hakim. Tidak ada tempat dan alasan bagi setiap orang Kristen,
apapun kedudukannya di dalam kehidupan persekutuan untuk memegahkan diri dan
menganggap dirinya berhikmat lalu dengan dasar itu menghakimi sesamanya dan
menghakimi pelayan-pelayan Tuhan. Menurut Rasul Paulus, yang akhirnya dituntut
dari pelayan-pelayan Kristus ialah “bahwa mereka dapat dipercayai”. Jadi perjuangan
kita sebagai pelayan-pelayan Kristus adalah bahwa kita pada akhirnya harus dapat
dipercayai. Dengan kepercayaan ini, kita tentu akan dapat membangun kehidupan
persekutuan jemaat bagi kemuliaan Tuhan. Untuk itu, marilah kita hilangkan
segala sikap dan perbuatan yang meninggikan diri sendiri, menganggap diri lebih
berkhikmat, lebih pandai, lebih hebat, lebih berjasa dari orang lain dalam
pekerjaan Tuhan. Ingatlah, Tuhan akan menerangi apa yang tersembunyi dan dalam
kegelapan, Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka
dalam pengharapan dan Iman kitapun akan termasuk pada kelompok orang-orang yang
akan menerima pujian dari Allah. Tuhan Yesus Kristus Hakim Agung memberkati
kita sekalian.
AMIN
BPS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar