Jumat, 26 Agustus 2011

misi dan dakwah; jangan dicurigai

                                                                                        
                                                           pelajaran dari sang mahaguru Prof. Dr. Olaf H. Schumann

ISU REKRUTMEN

MISI DAN DAKWAH DI INDONESIA

Pendahuluan
            Misi dan dakwah merupakan kewajiban religius yang hakiki dalam agama Kristen dan agama Islam. kewajiban religius di dalam kedua agama ini dari sejak awal telah melahirkan persoalan bagi masing-masing agama (Islam dan Kristen) terutama karena adanya isu rekrutmen atau perjuangan untuk memasukkan anggota umat yang beragama lain ke dalam agama yang dianutnya. Di Indonesia, persoalan ini sangat hangat dibicarakan sejak tahun 1970- an terutama pada tahun 1975 ketika ada rencana DGD untuk melaksanakan sidang raya di Indonesia[1]. Rencana ini gagal karena kecurigaan umat Islam di Indonesia terutama kalangan Islam politik pada isu Kristenisasi. Baik Islam maupun Kristen ketakutan pada isu rekrutmen ini yang dalam kedua agama ini dikenal dengan istilah kristenisasi dan islamisasi yang dicapai melalui misi dan dakwah. Isu rekrutmen bukanlah isu yang muncul akhir-akhir ini, melainkan sejak kedua agama ini lahir, rekrutmen telah menjadi isu yang melekat dalam masing-masing agama hingga pada masa kini. Konsep misi dan dakwah yang masih dipahami secara harfiah dan sempit telah mengakibatkan lahirnya semangat misi dan dakwah hanya untuk maksud mengembangkan agama yang dianut supaya berkembang secara kuantitas atau dengan kata lain memperbanyak umat.  
            Semangat ini adalah bagian dari eksklusivisme keberagamaan yang terdapat pada agama baik Kristen maupun islam. bukan rahasia lagi bahwa salah satu alasan azasi bagi kecurigaan kedua umat masing-masing terhadap umat lain terletak dalam ketakutan bahwa orang yang imannya lemah atau yang berada dalam kesusahan akan dijadikan objek misi atau dakwah dan dapat tergoda untuk meninggalkan persekutuan keagamaan mereka. Islam, begitu juga Kristen sangat sukar untuk  menerima seseorang yang keluar meninggalkan iman atau agamanya dan masuk agama lain. Di sini nampak bahwa kendatipun iman itu diamalkan secara pribadi dengan Tuhannya, namun pengaruh paguyuban sangat menentukan keberimanan seseorang, namun seorang anggota umat adalah juga anggota paguyuban yang terjalin sangat erat dalam keyakinan dan persekutuan. Bagi orang Kristen misalnya, gereja tidak hanya menunjuk personal atau pribadi, tetapi juga berarti sebagai anggota tubuh Kristus. Oleh karena itu apabila seorang kristen meninggalkan agamanya maka yang bersangkutan dapat dikatakan telah melawan Roh kudus. Demikian juga dalam agama Islam yang dikenal dengan Umma[2]. Berdasarkan umma, maka umat Islam berada dalam satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan umat Islam yang lainnya. Meninggalkan agama Islam sama halnya melakukan penghinaan terhadap Allah dan umat Islam. karena itu umat Islam yang meninggalkan agamanya dan masuk ke agama lain dicap murtad. Keluarnya seseorang dari agamanya dan masuk ke agama yang lain merupakan pelanggaran berat.
2.Lahirnya Isu Rekrutmen
            Isu rekrutmen sebenarnya telah ada semenjak adanya agama-agama yang berorientasi pada pencarian pengikut, baik karena alasan religius maupun karena alasan politis seperti halnya agama Kristen dan Islam. Perjumpamaan kedua agama ini sebenarnya dimulai dalam rangka rekrutmen yang pada akhirnya berujung pada kecurigaan dan malah tiba pada sikap saling memusuhi. Isu rekrutmen benar-benar hangat ketika terdengar istilah kristenisasi (pengkristenan) atau islamisasi (pengislaman). Kristenisasi maupun Islamisasi tidaklah sekedar wacana ataupun istilah, melainkan benar-benar menjadi kenyataan walaupun harus diakui bahwa untuk sebahagian kelompok di dalam kedua agama ini ada yang kurang setuju dengan pernyataan ini. Kedua istilah di atas telah merupakan cita-cita dari sejak awal yang kurang benar dipahami karena telah mengaburkan nilai-nilai kebersamaan dalam perbedaan. Isu rekrutmen sendiri tidak saja menjadi isu yang berkembang di aras lokal, regional dan nasional, tetapi juga pada aras global. Khusus pada agama kristen dan islam, isu rekrutmen ini sendiri telah dipahami menjadi ancaman yang perlu diantisipasi dengan serius. Memang pada tataran praksis nyata bahwa rekrutmen telah berlangsung dengan berbagai macam cara dan metode, baik yang dilakukan secara terang-terangan maupun dengan sembunyi-sembunyi, baik dengan cara yang lemah lembut maupun dengan cara yang radikal. Akhirnya lahir apa yang disebut ”persaingan”. Pada kedua agama (kristen dan Islam) dalam rangka rekrutmen, dikenal misi dan dakwah yang adalah tugas yang harus diwujudnyatakan sebagai tanggung jawab religius.     
3. Antara Misi dan Dakwah
            Berbicara tentang isu rekrutmen, maka kita akan dan selalu diperhadapkan pada apa yang dinamakan dengan Misi dan Dakwah khususnya pada agama Kristen dan Islam. Memang tidak dapat dirahasiakan dan harus diakui bahwa dalam kenyataannya metode-metode yang dipakai membujuk penganut agama lain dan memasukkannya ke dalam kelompoknya (keyakinannya) sendiri sering membenarkan prasangka-prasangka tentang Misi dan Dakwah. Di Indonesia pernah terdengar ”Kristen beras” dan juga ada yang disebut ”Islam beras”. Kelemahan orang lain dimanfaatkan untuk memasukkan mereka ke dalam kelompoknya sendiri melalui bujukan material, janji-janji tentang pendidikan dan kesempatan kerja yang lebih baik dan juga melalui debat yang apologetis (lewat tulisan maupun dialog). Berbagai metode ini merupakan bagian dari praktek gelap gerakan-gerakan Misi dan Dakwah yang dewasa ini dikecam sebagai proselitisme.
            Misi dan Dakwah seringkali dianggap sebagai penghambat utama untuk dialog yang produktif. Selain itu juga, Misi dan Dakwahpun dianggap meracuni hubungan antar agama dan pemeluknya. Argumen seperti ini sebenarnya lahir setelah melihat kenyataan yang terjadi. Padahal arti dan hakekat Misi maupun Dakwah bukanlah melulu pada penyebaran ajaran  agama kepada orang lain dengan tujuan agar orang yang mendengar ajaran tersebut meninggalkan agamanya dan menjadi pemeluk agama yang menyampaikan ajarannya itu. Dengan kata lain, Misi dan Dakwah dalam agama Kristen dan Islam seringkali menjadi isu rekrutmen yang ditakuti oleh masing-masing.
Penutup
Isu rekrutmen dalam kehidupan beragama adalah fenomena keberagamaan yang telah ada dari sejak munculnya agama Kristen demikian juga agama Islam. Fenomena ini masih terus terasa hingga masa kini. Alasannya adalah karena misi maupun dakwah dianggap sebagai tanggungjawab religius dan juga karena alasan faktor politis yakni dengan maksud agar agama yang dinutnya menjadi agama yang berkuasa dan mendominir kehidupan disekitarnya. Semua ini didasarkan pada semangat eksklusive yang tinggi dalam masing-masing pemeluk agama tersebut. Isu rekrutmen akhirnya menjadi isu yang diwaspadai bahkan ditakuti oleh agama-agama yang ada. Bahkan karenanya negara juga menjadi waspada dan mengantisipasinya dengan cara menyusun berbagai macam undang-undang. Isu rekrutmen pada hakikatnya tidaklah tepat dikembangkan di Indonesia yang konteksnya majemuk, sebaiknya masing-masing agama (Kristen dan Islam) merekontruksi pemahaman dan pemaknaan mereka akan hakekat Misi dan Dakwah sehingga konflik seperti yang terjadi belakangan ini di nusantara dapat dihindari. Meski berbeda kiranya betah hidup bersama.

















  


[1].Lihat T. B. Simatupang, Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1991), hal.252-253 
[2]. Menurut pemahaman Islam, umma berada dibawah perjanjian Allah : kamu adalah umat terbaik yang pernah diadakan untuk manusia. Umma berdiri  sesudah nabi Muhammad meninggalkan Mekkah dan pindah ke Medinah.lihat, Olaf H Schuman, Menghadapi Tantangan memperjuangan kerukunan, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia,2006), hal.63.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar