Kamis, 07 Mei 2015

Khotbah Rumah Tangga Kristen



Bacaan Alkitab Matius 19: 1-12
Menjadi Satu Untuk Dibaharui
Keluarga, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Persoalan perkawinan dan perceraian merupakan persoalan yang terus hangat di sepanjang waktu, jika kita mau jujur mengakuinya. Setiap zaman dalam perjalanan hidup manusia, persoalan yang satu ini selalu saja hadir dengan berbagai bentuk kasus. Lahirnya penafsiran yang berbeda-beda antara seorang dengan yang lain juga sering memperkeruh persoalan perkawinan dan perceraian. Demikian juga konteks dan budaya, turut pula meramaikan persoalan. Artinya bahwa, baik perkawinan maupun perceraian telah mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak, sehingga melahirkan berbagai bentuk pemberian nilai yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Dalam hidup kekristenanpun persoalan ini sepertinya terus menjadi persoalan yang hangat, sebab di dalamnya orang-orang kristenpun juga turut terlibat, baik menjadi pelaku maupun pemberi nilai yang seringkali dipengaruhi oleh latar belakang budaya. Padahal dalam ajaran kristen telah jelas terurai apa dan bagaimana sebenarnya perkawinan dan perceraian itu. Ternyata mengenai persoalan yang satu ini, juga merupakan persoalan yang dibuat tidak tuntas oleh orang-orang Farisi di zaman Yesus. Sehingga persoalan tentang hal ini menjadi bahan yang dipakai oleh orang-orang Farisi untuk menjerat Yesus. Masalah perkawinan sendiri bukanlah masalah sepele bagi umat Tuhan. Tuhan Allah memberi perhatian serius tentang hal ini sejak mula penciptaan. Yesus mengutip kitab Kej 1:27; Kej 2: 24 yang menegaskan bahwa perkawinan itu melibatkan seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang keduanya menjadi satu. Kemudian mengenai perceraian, menurut Yesus konsep ini sebenarnya tidak ada di mata Allah, karena ketegaran hati manusialah, maka Musa mengizinkannya terjadi dengan berbagai alasan. Jadi dapat disimpulkan bahwa perceraian tidak ada dalam konsep iman Kristen. Sehingga benarlah jika Yesus menyatakan bahwa “Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah”.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Dari pernyataan tegas Yesus ini, jelas bagi kita sekalian bahwa pernikahan sangat berharga di mata Tuhan karena Dia memakai pernikahan sebagai sebuah sarana untuk mengaplikasikan karya kasih Allah dalam hidup manusia. Sehingga benar, jika tujuan pernikahan itu sendiri bukanlah hanya untuk melanjutkan keturunan, tetapi lebih dari itu, yakni untuk mewujudkan Kasih Allah dalam kehidupan suami isteri. Sehingga seperti yang terdapat dalam konsep pernikahan di dalam tata ibadah kita di GPID, bahwa kalau sebuah pernikahan tidak dikarunia anak, maka hal tersebut tidak dapat dijadikan alasan untuk melegalkan perceraian. Kemudian, di dalam tata ibadah tersebut juga dijelaskan tentang konsep kesetiaan antara suami dan isteri yakni dalam situasi dan kondisi hidup yang bagaimanapun. Maka dengan demikian, bagi kitapun di Gereja ini tidak ada ajaran yang melegalkan perceraian. “Apa yang dipersatukan Tuhan, tidak dapat diceraikan manusia”, kalimat ini hendak menegaskan kepada kita bahwa pernikahan adalah karya kasih Tuhan dan kehendak Tuhanlah yang berlaku di dalamnya. Intinya ialah bahwa pernikahan adalah respon dari umat Tuhan atas cinta kasih Tuhan untuk diwujudkan dalam kehidupan bersama dalam rumah tangga. Pernikahan tidak melulu hanya akan sebatas hubungan antara suami dan isteri, melainkan di dalamnya akan berlaku hubungan cinta kasih yang lebih besar, baik dengan anak-anak maupun dengan keluarga lainnya. Maka dalam pernikahan, semua menjadi satu, dan didasarkan atas satu kasih yakni kasih Kristus. Karena dalam pernikahan semua menjadi satu, maka dengan demikian tidak ada lagi tempat bagi pementingan diri sendiri dalam pernikahan. Juga semua menjadi satu untuk dibaharui di dalam Kristus.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, ketika kita membicarakan persoalan tentang pernikahan. Selalu saja ada begitu banyak hal yang dapat mengancam, merongrong, bahkan menghancurkan pernikahan. Kenapa demikian? Sebab tidaklah mudah untuk menyatukan karakter dan pribadi yang berbeda, tidaklah muda untuk menyatukan gaya hidup dan keimanan dalam kehidupan ini. Satu ciri manusia yang selalu menjadi penyebab hancurnya keutuhan dalam pernikahan ialah egoisme yang berlebihan dan ini selalu melekat dalam diri setiap orang. Maka benarlah jika dikatakan bahwa peperangan terhadap perceraian adalah peperangan melawan egoisme diri sendiri. Seseorang yang telah berhasil menaklukkan egonya, maka ia pasti dapat menaklukkan ancaman perceraian dalam pernikahannya, sehingga rumah tangga yang terbentuk akan pula terhindar dari kehancuran. Setiap orang yang berhasil menaklukkan egonya dalam hidup pernikahan, berarti orang tersebut telah berhasil memberi dirinya dikendalikan dan dipimpin oleh Tuhan, sehingga di sana Kasih Tuhan akan benar-benar nyata dan bersinar. Suami, isteri, anak-anak telah menjadi satu dalam kehidupan sebagai rumah tangga yang dipersatukan Tuhan. Karena itu semua menjadi satu untuk dibaharui oleh Tuhan dalam rangka saling mengasihi dan bersama-sama mengasihi. Di dalam semangat hidup seperti inilah semua yang telah menjadi satu di dalam Tuhan dibaharui oleh Tuhan sehingga semakin hari  kehidupannya semakin sempurna adanya. Kesempurnaan dalam mewujudakn Kasih inilah yang sebenarnya dirindukan oleh Tuhan Allah melalui pernikahan dalam kehidupan umat-Nya. Sekali lagi, hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan, sebab kita telah mendengar, menyaksikan bahwa tidak sedikit pernikahan yang hancur. Bukannya cinta kasih yang mewarnai, tetapi malah benci dan pertikaian yang terjadi. Sangat jarang yang mengakui kesalahan, tetapi malah saling menyudutkan dan saling melempar tanggung jawab, saling mengkambinghitamkan orang lain. Semua ini menantang kita sekalian sebagai keluarga yang telah dipersatukan oleh Tuhan, untuk tidak dapat dihancurkan oleh apapun dan oleh siapapun dengan catatan kita mesti memaknai bahwa pernikahan adalah suci di hadapan Tuhan.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Walaupun tantangan terhadap pernikahan semakin zaman semakin kompleks, akan tetapi ketika pemaknaan kita terhadap pernikahan tetap teguh seperti yang Tuhan Yesus kehendaki, maka semua tantangan, ancaman tersebut tidak akan pernah mampu menghancurkan keutuhan hidup kita. Karena itu, semua kita dalam rumah tangga kita, mesti menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa Tuhan Allah menghendaki kita semua agar menjadi satu di dalam kasih-Nya, untuk sama-sama saling mengasihi dan bersama-sama mengasihi. Ingatlah bahwa tidak ada kasih jika kita tidak memberi, memberi diri seorang dengan yang lain, memberi diri kepada Tuhan. Percayalah keluargaku, saudara-saudaraku .., bahwa tidak ada kuasa apapun juga yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. Karena itu mari, beri diri..,kita semua menjadi satu untuk dibaharui. Amin.



Bacaan Alkitab: Matius 19: 13- 15
SAMBUT YESUS DALAM KEMULIAANNYA
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Anak-anak kecil sering dianggap sepele oleh orang-orang dewasa terutama apabila sedang berlangsung kegiatan yang melibatkan orang-orang dewasa di dalamnya. Misalnya, kita terjadi percakapan antar orang tua, atau pembicaraan resmi di sebuah keluarga, anak-anak kecil malah disuruh untuk keluar bermain, bahkan diusir. Memang, anak-anak kecil dapat mengganggu pembicaraan yang sedang berlangsung, itulah sebabnya mereka biasanya dilarang untuk ada di dalamnya. Anak-anak kecil juga sering memancing perhatian apakah dengan tangisannya, merengek-rengek, mengganggu temannya, bahkan lebih fatal lagi jika anak kecil berontak karena yang ia mau tidak kita berikan. Karena itu, berbagai upaya dilakukan oleh kita orangtua agar di tempat ibadah misalnya anak kita tidak sampai membuat gangguan, apakah dengan cara menitipkan mereka kepada orang lain, atau ketika anak-anak kita menangis pas sementara ibadah kita membawa mereka keluar, sampai-sampai kita orang tua tidak dapat mengikuti ibadah sepenuhnya. Bahkan ada gereja yang sengaja melaksanakan ibadah sekolah minggu untuk anak-anak yang waktunya disamakan dengan ibadah minggu orang dewasa dengan tempat yang berbeda dengan maksud agar  anak-anak tidak mengganggu peribadatan yang sedang berlangsung. Mungkin akan muncul pendapat yang berbeda di antara kita tentang hal ini, namun yang pasti adalah ini menunjukkan kepada kita bahwa sikap para murid-murid Yesus yang memarahi orang-orang yang membawa anak-anak kecil kepada Yesus dapat kita mengerti. Persoalannya ialah, penulis Matius tidak menyebutkan dengan jelas apa sebenarnya alasan murid-murid Yesus memarahi orang-orang yang membawa anak-anak kecil kepada Yesus. Apakah karena murid-murid Yesus menganggap rendah anak-anak kecil?ataukah mereka menganggap bahwa anak-anak kecil tidak penting bagi Yesus? Ataukah mereka berpikir bahwa kehadiran anak-anak kecil tersebut akan menggangu pelayanan Yesus?. Jawaban tentang hal ini tidak dijelaskan kepada kita.  Yang jelas bahwa melalui kisah ini, kepada kita diberitahukan bahwa ketika orang-orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, Yesus tidak menolak mereka, tidak memarahi orang-orang yang membawa anak-anak kecil itu, Yesus malah memberkati anak-anak kecil itu dan mengeluarkan perkataan yang luar biasa tentang Kerajaan Sorga di mana anak-anak kecil sebagai analoginya.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga." Perkataan Yesus ini memberikan jawaban kepada kita sekalian bahwa ternyata ada sikap yang sangat berharga yang dapat diteladani dari anak-anak kecil, yakni kepoloson hati mereka. Kendatipun anak-anak sering menurut kita, mengganggu, berulah yang tidak baik, rewel, dll, akan tetapi perlu kita sadari bahwa perilaku yang demikian itu bukanlah perilaku yang disadarinya baik atau tidak untuk dilakukannya. Mereka belum mengerti, mereka melakukannya karena ketidaktahuan mereka. Maka Yesus melihat bahwa  orang-orang seperti inilah yang empunya kerajaan Sorga. Maksud Yesus bukanlah karena mereka masih kecil-kecil, akan tetapi lebih pada sikap dan perilaku hidup mereka. Ada beberapa perilaku anak kecil yang perlu kita renungkan dalam rangka memahami maksud Yesus ini, antara lain; bahwa anak kecil selalu menggantungkan hidupnya kepada orangtuanya, maka kitapun mestinya demikian, harus selalu menggantungkan hidup kita kepada  Tuhan Allah sebagai Tuhan atas kehidupan ini. Sehingga kita tidak akan pernah mengandalkan kekuatan kita sendiri dan tidak akan pernah menjalani kehidupan ini dengan keinginan sendiri, melainkan senantiasa menyerahkan hidup kepada Tuhan yang hidup. Yang berikut, bahwa anak-anak kecil melakukan sesuatu yang walaupun itu menurut kita tidak baik, tetapi mereka melakukannya karena ketidaktahuan mereka. Mereka belum mengetahui atau belum menyadari tindakan mereka. Maka kitapun mestinya mampu untuk tidak melakukan yang Tuhan tidak kehendaki dalam hidup ini, sebab kita sudah mengerti, sudah mengetahui bahwa hal itu tidak berkenan bagi Tuhan.  
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Menyambut anak-anak kecil, itulah yang dilakukan Yesus sesuai dengan kesaksian Alkitab saat ini. Yang sekaligus mengajar kita sekalian untuk menghargai anak-anak yang Tuhan karuniakan kepada kita dalam keluarga kita masing-masing. Bahwa ternyata anak-anak itu sangat berharga di mata Tuhan, menjadi peringatan bagi kita sekalian untuk tidak sekali-kali menganggap sepele mereka terutama dalam rangka memahami konsep Kerajaan Sorga. Kerajaan Sorga adalah kerajaan Damai Sejahtera Allah, di mana kehendak Allah berlaku di dalamnya. Maka siapa yang menyambut anak-anak kecil seperti kehendak Yesus, maka ia menyambut Kerajaan Sorga, dalam artian bahwa siapa yang sikap hidupnya mencontohkan anak-anak kecil maka ialah yang empunya Kerajaan Sorga. Baginya Damai Sejahtera Allah terjadi. Karena itu, jika selama ini kita mungkin pernah menganggap sepele anak-anak kecil di tengah persekutuan kita, baik dalam keluarga, persekutuan jemaat, maka saatnya kita sekalian mengubah persepsi yang demikian. Mari kita sekalian menyambut anak-anak kecil dengan penuh kasih dan ketulusan, dengan demikian kita sebenarnya menyambut Tuhan Yesus yang adalah pemilik Kerajaan Sorga itu. Kita harus berkomitmen dalam hidup ini, untuk tidak sekali-kali menghalang-halangi anak-anak kita datang kepada Tuhan Yesus, sebaliknya kita haruslah menjadi orang-orang yang membawa anak-anak kita kepada Tuhan Yesus, sebab Yesus menyediakan berkat bagi kita dan bagi anak-anak kita.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
            Tidak lama lagi kita akan memasuki minggu-minggu Adven tahun ini, maka melalui Firman Tuhan saat ini, kita sekalian keluarga-keluarga Kristus diingatkan kembali untuk mempersiapkan diri kita menyambut kedatanganNya kali kedua. Maka karena itu, penting dan wajib bagi kita untuk berbenah diri, mengintrospeksi diri, dan hidup kita untuk layak menjadi orang-orang yang turut serta menikmati Kerajaan Sorga, Kerajaan Damai sejahtera Allah. Caranya ialah mari kita sambut Yesus dalam kemuliaan-Nya dengan sikap dan perilaku kita yang suci sesuai dengan kehendak-Nya. Marilah kita senantiasa menggantungkan hidup ini hanya ke dalam Tangan Kasih Tuhan, marilah kita menyudahi segala sikap dan perilaku yang tidak berkenan kepada Allah. Percayalah bapak, ibu, saudara-saudara sekalian bahwa dengan menyambut Yesus dalam kemuliaan-Nya, kitapun akan turut bersama-sama dengan Dia di dalam Kerajaan-Nya, menikmati damai sejahtera kekal selamanya. Tuhan Yesus Dimuliakan. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar