Bacaan
Alkitab Matius 19: 1-12
Menjadi
Satu Untuk Dibaharui
Keluarga,
saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Persoalan
perkawinan dan perceraian merupakan persoalan yang terus hangat di sepanjang
waktu, jika kita mau jujur mengakuinya. Setiap zaman dalam perjalanan hidup
manusia, persoalan yang satu ini selalu saja hadir dengan berbagai bentuk
kasus. Lahirnya penafsiran yang berbeda-beda antara seorang dengan yang lain
juga sering memperkeruh persoalan perkawinan dan perceraian. Demikian juga konteks
dan budaya, turut pula meramaikan persoalan. Artinya bahwa, baik perkawinan
maupun perceraian telah mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak,
sehingga melahirkan berbagai bentuk pemberian nilai yang berbeda-beda satu
dengan yang lain. Dalam hidup kekristenanpun persoalan ini sepertinya terus
menjadi persoalan yang hangat, sebab di dalamnya orang-orang kristenpun juga
turut terlibat, baik menjadi pelaku maupun pemberi nilai yang seringkali
dipengaruhi oleh latar belakang budaya. Padahal dalam ajaran kristen telah
jelas terurai apa dan bagaimana sebenarnya perkawinan dan perceraian itu.
Ternyata mengenai persoalan yang satu ini, juga merupakan persoalan yang dibuat
tidak tuntas oleh orang-orang Farisi di zaman Yesus. Sehingga persoalan tentang
hal ini menjadi bahan yang dipakai oleh orang-orang Farisi untuk menjerat
Yesus. Masalah perkawinan sendiri bukanlah masalah sepele bagi umat Tuhan.
Tuhan Allah memberi perhatian serius tentang hal ini sejak mula penciptaan.
Yesus mengutip kitab Kej 1:27; Kej 2: 24 yang menegaskan bahwa perkawinan itu
melibatkan seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang keduanya menjadi
satu. Kemudian mengenai perceraian, menurut Yesus konsep ini sebenarnya tidak
ada di mata Allah, karena ketegaran hati manusialah, maka Musa mengizinkannya
terjadi dengan berbagai alasan. Jadi dapat disimpulkan bahwa perceraian tidak
ada dalam konsep iman Kristen. Sehingga benarlah jika Yesus menyatakan bahwa
“Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan
lain, ia berbuat zinah”.
Keluarga,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dari pernyataan tegas Yesus ini,
jelas bagi kita sekalian bahwa pernikahan sangat berharga di mata Tuhan karena
Dia memakai pernikahan sebagai sebuah sarana untuk mengaplikasikan karya kasih
Allah dalam hidup manusia. Sehingga benar, jika tujuan pernikahan itu sendiri
bukanlah hanya untuk melanjutkan keturunan, tetapi lebih dari itu, yakni untuk
mewujudkan Kasih Allah dalam kehidupan suami isteri. Sehingga seperti yang
terdapat dalam konsep pernikahan di dalam tata ibadah kita di GPID, bahwa kalau
sebuah pernikahan tidak dikarunia anak, maka hal tersebut tidak dapat dijadikan
alasan untuk melegalkan perceraian. Kemudian, di dalam tata ibadah tersebut
juga dijelaskan tentang konsep kesetiaan antara suami dan isteri yakni dalam
situasi dan kondisi hidup yang bagaimanapun. Maka dengan demikian, bagi kitapun
di Gereja ini tidak ada ajaran yang melegalkan perceraian. “Apa yang
dipersatukan Tuhan, tidak dapat diceraikan manusia”, kalimat ini hendak
menegaskan kepada kita bahwa pernikahan adalah karya kasih Tuhan dan kehendak
Tuhanlah yang berlaku di dalamnya. Intinya ialah bahwa pernikahan adalah respon
dari umat Tuhan atas cinta kasih Tuhan untuk diwujudkan dalam kehidupan bersama
dalam rumah tangga. Pernikahan tidak melulu hanya akan sebatas hubungan antara
suami dan isteri, melainkan di dalamnya akan berlaku hubungan cinta kasih yang
lebih besar, baik dengan anak-anak maupun dengan keluarga lainnya. Maka dalam
pernikahan, semua menjadi satu, dan didasarkan atas satu kasih yakni kasih
Kristus. Karena dalam pernikahan semua menjadi satu, maka dengan demikian tidak
ada lagi tempat bagi pementingan diri sendiri dalam pernikahan. Juga semua
menjadi satu untuk dibaharui di dalam Kristus.
Keluarga,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Memang
tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, ketika kita membicarakan persoalan
tentang pernikahan. Selalu saja ada begitu banyak hal yang dapat mengancam,
merongrong, bahkan menghancurkan pernikahan. Kenapa demikian? Sebab tidaklah
mudah untuk menyatukan karakter dan pribadi yang berbeda, tidaklah muda untuk
menyatukan gaya hidup dan keimanan dalam kehidupan ini. Satu ciri manusia yang
selalu menjadi penyebab hancurnya keutuhan dalam pernikahan ialah egoisme yang
berlebihan dan ini selalu melekat dalam diri setiap orang. Maka benarlah jika
dikatakan bahwa peperangan terhadap perceraian adalah peperangan melawan
egoisme diri sendiri. Seseorang yang telah berhasil menaklukkan egonya, maka ia
pasti dapat menaklukkan ancaman perceraian dalam pernikahannya, sehingga rumah
tangga yang terbentuk akan pula terhindar dari kehancuran. Setiap orang yang
berhasil menaklukkan egonya dalam hidup pernikahan, berarti orang tersebut
telah berhasil memberi dirinya dikendalikan dan dipimpin oleh Tuhan, sehingga
di sana Kasih Tuhan akan benar-benar nyata dan bersinar. Suami, isteri,
anak-anak telah menjadi satu dalam kehidupan sebagai rumah tangga yang
dipersatukan Tuhan. Karena itu semua menjadi satu untuk dibaharui oleh Tuhan
dalam rangka saling mengasihi dan bersama-sama mengasihi. Di dalam semangat
hidup seperti inilah semua yang telah menjadi satu di dalam Tuhan dibaharui
oleh Tuhan sehingga semakin hari
kehidupannya semakin sempurna adanya. Kesempurnaan dalam mewujudakn
Kasih inilah yang sebenarnya dirindukan oleh Tuhan Allah melalui pernikahan
dalam kehidupan umat-Nya. Sekali lagi, hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan,
sebab kita telah mendengar, menyaksikan bahwa tidak sedikit pernikahan yang
hancur. Bukannya cinta kasih yang mewarnai, tetapi malah benci dan pertikaian
yang terjadi. Sangat jarang yang mengakui kesalahan, tetapi malah saling menyudutkan
dan saling melempar tanggung jawab, saling mengkambinghitamkan orang lain.
Semua ini menantang kita sekalian sebagai keluarga yang telah dipersatukan oleh
Tuhan, untuk tidak dapat dihancurkan oleh apapun dan oleh siapapun dengan
catatan kita mesti memaknai bahwa pernikahan adalah suci di hadapan Tuhan.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Walaupun
tantangan terhadap pernikahan semakin zaman semakin kompleks, akan tetapi
ketika pemaknaan kita terhadap pernikahan tetap teguh seperti yang Tuhan Yesus
kehendaki, maka semua tantangan, ancaman tersebut tidak akan pernah mampu
menghancurkan keutuhan hidup kita. Karena itu, semua kita dalam rumah tangga
kita, mesti menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa Tuhan Allah menghendaki kita
semua agar menjadi satu di dalam kasih-Nya, untuk sama-sama saling mengasihi
dan bersama-sama mengasihi. Ingatlah bahwa tidak ada kasih jika kita tidak
memberi, memberi diri seorang dengan yang lain, memberi diri kepada Tuhan.
Percayalah keluargaku, saudara-saudaraku .., bahwa tidak ada kuasa apapun juga
yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. Karena itu mari, beri
diri..,kita semua menjadi satu untuk dibaharui. Amin.
Bacaan Alkitab:
Matius 19: 13- 15
SAMBUT YESUS
DALAM KEMULIAANNYA
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Anak-anak
kecil sering dianggap sepele oleh orang-orang dewasa terutama apabila sedang
berlangsung kegiatan yang melibatkan orang-orang dewasa di dalamnya. Misalnya,
kita terjadi percakapan antar orang tua, atau pembicaraan resmi di sebuah
keluarga, anak-anak kecil malah disuruh untuk keluar bermain, bahkan diusir.
Memang, anak-anak kecil dapat mengganggu pembicaraan yang sedang berlangsung,
itulah sebabnya mereka biasanya dilarang untuk ada di dalamnya. Anak-anak kecil
juga sering memancing perhatian apakah dengan tangisannya, merengek-rengek,
mengganggu temannya, bahkan lebih fatal lagi jika anak kecil berontak karena
yang ia mau tidak kita berikan. Karena itu, berbagai upaya dilakukan oleh kita
orangtua agar di tempat ibadah misalnya anak kita tidak sampai membuat
gangguan, apakah dengan cara menitipkan mereka kepada orang lain, atau ketika
anak-anak kita menangis pas sementara ibadah kita membawa mereka keluar,
sampai-sampai kita orang tua tidak dapat mengikuti ibadah sepenuhnya. Bahkan
ada gereja yang sengaja melaksanakan ibadah sekolah minggu untuk anak-anak yang
waktunya disamakan dengan ibadah minggu orang dewasa dengan tempat yang berbeda
dengan maksud agar anak-anak tidak
mengganggu peribadatan yang sedang berlangsung. Mungkin akan muncul pendapat
yang berbeda di antara kita tentang hal ini, namun yang pasti adalah ini
menunjukkan kepada kita bahwa sikap para murid-murid Yesus yang memarahi
orang-orang yang membawa anak-anak kecil kepada Yesus dapat kita mengerti. Persoalannya
ialah, penulis Matius tidak menyebutkan dengan jelas apa sebenarnya alasan
murid-murid Yesus memarahi orang-orang yang membawa anak-anak kecil kepada
Yesus. Apakah karena murid-murid Yesus menganggap rendah anak-anak
kecil?ataukah mereka menganggap bahwa anak-anak kecil tidak penting bagi Yesus?
Ataukah mereka berpikir bahwa kehadiran anak-anak kecil tersebut akan menggangu
pelayanan Yesus?. Jawaban tentang hal ini tidak dijelaskan kepada kita. Yang jelas bahwa melalui kisah ini, kepada
kita diberitahukan bahwa ketika orang-orang membawa anak-anak kecil kepada
Yesus, Yesus tidak menolak mereka, tidak memarahi orang-orang yang membawa
anak-anak kecil itu, Yesus malah memberkati anak-anak kecil itu dan
mengeluarkan perkataan yang luar biasa tentang Kerajaan Sorga di mana anak-anak
kecil sebagai analoginya.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
"Biarkanlah
anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab
orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga." Perkataan
Yesus ini memberikan jawaban kepada kita sekalian bahwa ternyata ada sikap yang
sangat berharga yang dapat diteladani dari anak-anak kecil, yakni kepoloson
hati mereka. Kendatipun anak-anak sering menurut kita, mengganggu, berulah yang
tidak baik, rewel, dll, akan tetapi perlu kita sadari bahwa perilaku yang
demikian itu bukanlah perilaku yang disadarinya baik atau tidak untuk
dilakukannya. Mereka belum mengerti, mereka melakukannya karena ketidaktahuan
mereka. Maka Yesus melihat bahwa
orang-orang seperti inilah yang empunya kerajaan Sorga. Maksud Yesus
bukanlah karena mereka masih kecil-kecil, akan tetapi lebih pada sikap dan
perilaku hidup mereka. Ada beberapa perilaku anak kecil yang perlu kita
renungkan dalam rangka memahami maksud Yesus ini, antara lain; bahwa anak kecil
selalu menggantungkan hidupnya kepada orangtuanya, maka kitapun mestinya
demikian, harus selalu menggantungkan hidup kita kepada Tuhan Allah sebagai Tuhan atas kehidupan ini.
Sehingga kita tidak akan pernah mengandalkan kekuatan kita sendiri dan tidak
akan pernah menjalani kehidupan ini dengan keinginan sendiri, melainkan
senantiasa menyerahkan hidup kepada Tuhan yang hidup. Yang berikut, bahwa
anak-anak kecil melakukan sesuatu yang walaupun itu menurut kita tidak baik,
tetapi mereka melakukannya karena ketidaktahuan mereka. Mereka belum mengetahui
atau belum menyadari tindakan mereka. Maka kitapun mestinya mampu untuk tidak
melakukan yang Tuhan tidak kehendaki dalam hidup ini, sebab kita sudah
mengerti, sudah mengetahui bahwa hal itu tidak berkenan bagi Tuhan.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Menyambut
anak-anak kecil, itulah yang dilakukan Yesus sesuai dengan kesaksian Alkitab
saat ini. Yang sekaligus mengajar kita sekalian untuk menghargai anak-anak yang
Tuhan karuniakan kepada kita dalam keluarga kita masing-masing. Bahwa ternyata
anak-anak itu sangat berharga di mata Tuhan, menjadi peringatan bagi kita
sekalian untuk tidak sekali-kali menganggap sepele mereka terutama dalam rangka
memahami konsep Kerajaan Sorga. Kerajaan Sorga adalah kerajaan Damai Sejahtera
Allah, di mana kehendak Allah berlaku di dalamnya. Maka siapa yang menyambut
anak-anak kecil seperti kehendak Yesus, maka ia menyambut Kerajaan Sorga, dalam
artian bahwa siapa yang sikap hidupnya mencontohkan anak-anak kecil maka ialah
yang empunya Kerajaan Sorga. Baginya Damai Sejahtera Allah terjadi. Karena itu,
jika selama ini kita mungkin pernah menganggap sepele anak-anak kecil di tengah
persekutuan kita, baik dalam keluarga, persekutuan jemaat, maka saatnya kita
sekalian mengubah persepsi yang demikian. Mari kita sekalian menyambut
anak-anak kecil dengan penuh kasih dan ketulusan, dengan demikian kita
sebenarnya menyambut Tuhan Yesus yang adalah pemilik Kerajaan Sorga itu. Kita
harus berkomitmen dalam hidup ini, untuk tidak sekali-kali menghalang-halangi
anak-anak kita datang kepada Tuhan Yesus, sebaliknya kita haruslah menjadi
orang-orang yang membawa anak-anak kita kepada Tuhan Yesus, sebab Yesus
menyediakan berkat bagi kita dan bagi anak-anak kita.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Tidak
lama lagi kita akan memasuki minggu-minggu Adven tahun ini, maka melalui Firman
Tuhan saat ini, kita sekalian keluarga-keluarga Kristus diingatkan kembali
untuk mempersiapkan diri kita menyambut kedatanganNya kali kedua. Maka karena
itu, penting dan wajib bagi kita untuk berbenah diri, mengintrospeksi diri, dan
hidup kita untuk layak menjadi orang-orang yang turut serta menikmati Kerajaan
Sorga, Kerajaan Damai sejahtera Allah. Caranya ialah mari kita sambut Yesus
dalam kemuliaan-Nya dengan sikap dan perilaku kita yang suci sesuai dengan
kehendak-Nya. Marilah kita senantiasa menggantungkan hidup ini hanya ke dalam
Tangan Kasih Tuhan, marilah kita menyudahi segala sikap dan perilaku yang tidak
berkenan kepada Allah. Percayalah bapak, ibu, saudara-saudara sekalian bahwa
dengan menyambut Yesus dalam kemuliaan-Nya, kitapun akan turut bersama-sama
dengan Dia di dalam Kerajaan-Nya, menikmati damai sejahtera kekal selamanya.
Tuhan Yesus Dimuliakan. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar