Bacaan Alkitab: Kej.
11: 1- 9
“Demokrasi (?)
di Dalam Persekutuan Kristen”
Pengantar
Sinear
atau Babel, merupakan kota tertua di dunia sesuai dengan kesaksian Alkitab. Di
tempat inilah pertama kali kota didirikan yang dikelilingi tembok yang terbuat
dari batu bata, dalam arti, pembangunan kota itu lebih telah lebih maju. Di Palestina hal yang membedakan kota dan
desa bukanlah jumlah penduduk atau luas wilayahnya, melainkan temboknya, yang
kadang-kadang rangkap, dengan rumah-rumah yang dibangun di antara tembok luar
dan dalam, sedangkan di luarnya terdapat kelompok-kelompok pedesaan yang
memasok kota dengan perbekalan dan tenaga kerja. Tembok-tembok kota dilengkapi
dengan pintu-pintu gerbang untuk keluar masuk. Pintu-pintu gerbang ini
merupakan bagian penting, namun juga merupakan tempat yang paling mudah bagi
musuh untuk menerobos, dan karena itu oleh penduduknya diberi benteng yang
kokoh. Areal pintu gerbang sering digunakan untuk berbagai pertemuan dan sidang
pengadilan. Di luar tembok, terdapat mata air yang dapat disadap untuk
mensuplai air ke kota melalui terowongan. Di dalam kota tersebut juga biasanya
dibangun menara-menara baik sebagai tempat mengawasi kota, maupun sebagai simbol
kemegahan kota itu.
Peradaban baru paska air bah,
ternyata mengandung kisah yang sangat menarik untuk disimak dan direnungkan
dalam kehidupan persekutuan orang-orang percaya. Yang pertama, dalam peradaban
umat manusia tersebut, demokrasi telah berlaku. Alkitab tidak mencatat bahwa
mereka punya seorang pemimpin, yang ada adalah sistem demokrasi yang mereka
terapkan dalam kebersamaan mereka. Yang kedua, mereka sedang mencari identitas
diri, yakni sedang mencari satu nama. Dalam Alkitab, “Nama” sering merupakan
metaforis untuk sifat, kedudukan, reputasi, pekerjaan seseorang, misalnya
"di dalam “namaku" berarti "karena aku adalah". Demikian
pula dengan nama-nama Allah. Nama dalam Alkitab juga bisa menunjuk kepada
keturunan atau pengikut seseorang, misalnya pengikut Kristus disebut Kristen. Dari
perspektif humanisme, sebenarnya tujuan umat itu pada dasarnya adalah baik,
yakni mereka hendak membangun satu komunitas yang bersatu, sehingga mereka
tidak terserak.
Ternyata dalam perencanaan yang
dibuat umat tersebut, dikisahkan bahwa Allah melihatnya dan
mengacaubalaukannya. Sehingga pada akhirnya umat itu gagal mewujudkan rencana
indah mereka.
Untuk direnungkan
Sekilas ketika kita membaca perikop
bacaan Alkitab ini, muncul pertanyaan, di manakah letak kesalahan umat manusia
itu sehingga Tuhan Allah mengacaubalaukan rencana manusia tersebut. Sekelompok
orang dengan gampang berkata, “Itu karena manusia hendak membangun menara
sampai ke langit (sorga), ingin menjadi sama dengan Allah. Kesimpulan seperti
ini pada dasarnya belum menjawab konteks yang sebenarnya. Apa yang terjadi pada
umat di Sinear menjadi peringatan bagi setiap umat percaya dalam persekutuannya
masa kini. Bahwa kenyataannya demokrasi belum tentu menjadi jaminan dalam
keberlangsungan sebuah persekutuan umat Tuhan.
Dalam Teologi Kristen kita mengenal
“Theokrasi: Kepemimpinan/pemerintahan Allah) maupun Kristokrasi:
Kepemimpinan/pemerintahan Kristus)”, yang secara sederhana dapat diartikan
bahwa dalam kehidupan orang Kristen kepemimpinan tertinggi ada di tangan Allah
atau Kristus. Tetapi sistem seperti ini tidak terlihat dalam kehidupan umat di
Sinear.
Untuk didiskusikan
1. Apa
sebenarnya yang menjadi kesalahan umat manusia di Sinear sehingga Allah
menggagalkan rencana mereka?
2. Cara
Allah menggagalkan rencana mereka?
3. Di
mana letak demokrasi dalam persekutuan jika diperhadapkan dengan Theokrasi?
4. Faktor-faktor
apa saja yang membuat rencana pelayanan kita tidak terlaksana seperti yang
direncanakan?
5. Kesimpulan
untuk diaplikasikan!
Demokrasi:
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat; bentuk pemerintahan
yang segenap rakyat turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya; gagasan
hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan dalam suatu
pemerintahan.
“Dosa
umat di wilayah Sinear ialah keinginan untuk menguasai dunia dan nasib mereka
terlepas dari Allah melalui kesatuan organisatoris, kuasa, dan keberhasilan
besar yang berpusatkan manusia. Tujuan ini berlandaskan kesombongan dan
pemberontakan terhadap Allah. Allah membinasakan usaha ini dengan memperbanyak
bahasa sehingga mereka tidak bisa berkomunikasi satu dengan yang lain”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar