21
Mei
Bacaan
Alkitab: Kisah Para Rasul 17: 22- 31,; Mzm. 66: 8- 20; Yohanes 14: 15- 21
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Penyebaran kekristenan di abad-abad
pertama terutama oleh rasul-rasul sesungguhnya lebih difokuskan pada komunitas
orang Yahudi yang tersebar di berbagai tempat di wilayah pemerintahan
kekaisaran Romawi. Kelompok Yahudi yang mendiami suatu tempat selalu berkelompok
dan dengan setia memelihara budaya mereka demikian juga agama mereka. Maka di
tiap tempat yang didiami oleh mereka pastilah terdapat Sinagoge, yakni rumah
sembahyang mereka. Demikianlah hal dengan Tessalonika di mana Paulus
memberitakan Injil Kristus kepada orang-orang Yahudi. Karena di Tessalonika
terjadi penghambatan, maka Pauluspun menyingkir ke Berea, tetapi juga demikian.
Maka Pauluspun meneruskan perjalanannya ke Athena sembari menunggu kedua
rekannya yakni Silas dan Timotius di sana. Di Atena ini, Paulus menyaksikan
fenomena beragama yang sangat menarik, demikian juga orang-orangnya yang senang
mendiskusikan segala sesuatu yang berbau ajaran. Dalam bacaan kita saat ini,
dikatakan bahwa Paulus berdiskusi dengan saudara-saudaranya Orang Yahudi dan
orang yang takut akan Allah yang ada di Atena, dia melakukannya baik di rumah
ibadat maupun di pasar atau di manapun ia berjumpa dengan mereka. Barangkali
karena tidak ada respon dari saudara-saudara ini, maka Pauluspun memutuskan
untuk berdiskusi dengan kelompok atau
aliran yakni Epikuros dan Stoa yang ada di Atena. Aliran epikuros sendiri
adalah salah satu aliran yang meyakini bahwa kebahagiaan merupakan harta
kehidupan yang paling utama. Maka kelompok orang ini sangat giat dan sangat
tertarik mendengar dan mendiskusikan berbagai bentuk ajaran demi menemukan
kebahagiaan yang mereka pahami. Sedang aliran Stoa memiliki ajaran bahwa kebahagiaan
dapat dicapai oleh manusia yang mampu bersikap bebas terhadap kesenangan maupun
penderitaan. Atena sesungguhnya adalah kota para dewa. Dikatakan demikian bahwa
di tempat ini terdapat begitu banyak patung-patung dewa yang dijadikan sebagai
allah yang disembah. Semangat beragama yang tinggi ini sesungguhnya merupakan
sarana dan cara mereka untuk mengejar kebahagiaan sebagaimana yang mereka
yakini. Walaupun mereka sesungguhnya tidak mengenal Allah yang mereka sembah
tersebut.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kesempatan bagi Paulus untuk
memberitakan Injil Kristus, lebih terbuka dari kedua golongan ini, yang sudah
pasti bukanlah penganut agama Yahudi. Paulus malah mendapat undangan dari
kelompok ini karena mereka jelas sangat penasaran dan ingin tahu seperti apa ajaran
yang disampaikan Paulus. di atas Aeropagus, yakni di tempat dilaksanakannya
musyawarah dewan di Atena, Paulus
menyampaikan Injil keselamatan kepada mereka yakni, Yesus Kristus. Paulus
memperkenalkan Allah yang mereka tidak kenal itu, Dialah Yesus Kristus, Tuhan
Allah yang bangkit dari kematian. Maka Paulus katakana: Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir,
bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian
dan keahlian manusia (29). Pernyataan ini sangatlah jelas bertolak belakang
dengan aktivitas beragama mereka selama ini. Yakni dimana mereka mendirikan
patung-patung dari berbagai jenis dan bahan (emas, perak, dll) untuk dijadikan
ilah yang dipuja dan disembah. Pikiran yang menyamakan ilahi sama seperti emas
atau perak atau batu ciptaan manusia adalah pikiran bodoh dan gelap. Sehingga
itulah sebabnya, Paulus menegaskan bahwa mereka harus keluar dari zaman
kegelapan, sebab Kristus Yesus telah datang sebagai terang ilahi yang
sesungguhnya. Karena pikiran seperti ini adalah pikiran bodoh dan gelap, maka
setiap orang diajaknya untuk bertobat dan meninggalkan pikiran yang demikian.
Kenapa? Karena Yesus Kristus akan datang kembali untuk mengadili semua yang
hidup dan yang mati.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sesungguhnya, pengalaman missioner
Paulus di Atena, adalah sebuah kontruksi pekabaran Injil yang harus terus
diperdengarkan di zaman kita saat ini. Sadar atau tidak sadar, kita sedang
berada di zaman yang serba tak teratur. Zaman di mana tidak sedikit orang yang
mencari kebahagiaan dirinya sendiri dengan caranya sendiri tanpa menyadari
bahwa Tuhan Allah adalah sumber kebahagiaan yang sempurna. Di zaman ini pula
kita bisa saja menyaksikan tingginya semangat beragama, tetapi tidak sedikit
dari mereka yang tidak mengerti dan mengenal Tuhan yang disembahnya. Akibatnya,
masing-masing membentuk konsep dan pemahaman sendiri-sendiri tentang ajaran
yang diyakininya dan mengklaim bahwa itu yang paling benar dan ajaran orang
lain itu salah. Di zaman ini juga kita dapat menyaksikan, bahwa materialism,
yang paham yang menegaskan bahwa materi (harta, uang, emas, perak, dll) adalah
segala-galanya dalam hidup ini. Maka tidak sedikit pula orang yang kemudian
meletakkan pengharapan dan imannya kepada harta benda alias mempertuhankan
harta. Dengan demikian, khotbah Paulus di Epikuros di Atena, juga relevan untuk
dikhotbahkan di zaman ini. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa pikiran manusia
di zaman ini sungguh tidak sedikit yang gelap dan bodoh. Di samping pikiran
yang menjungjung tingg hakekat materi, adapula yang menjadikan ilmu pengetahuan
dan sains sebagai tuhan atas hidup mereka. Akibatnya, apapun yang berbau
ajaaran agama menjadi sesuatu yang menggelikan.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kita semua berasal dari keturunan Allah,
maka harus diaminkan bahwa kita hidup, kita bergerak dan kita ada sebagaimana
kita ada itu semua ada di dalam kuasaNya. Manusia, siapapun dia tidak ada yang
mampu mengendalikan atau mengatur Tuhan Allah. Semua pikiran kebodohan seperti
yang ditemukan Paulus di Atena, tidak boleh ada tempat di dalam hidup orang
percaya. Semua kita harus sadar bahwa Tuhan Yesus yang bangkit adalah Tuhan
yang hidup yang kali kedua akan datang lagi untuk menghakimi dunia ini. Tuhan
Allah yang kita sembah adalah Tuhan yang Maha kuasa, memiliki segala-galanya
dan berdaulat atas totalitas kehidupan kita. Sebagaimana kesaksian peMazmur,
Dialah Allah yang tidak pernah membiarkan umatNya hidup dalam kegelisahan. Kendatipun
ujian diberikanNya, akan tetapi maksud semua perbuatanNya adalah Damai
sejahtera bagi hidup umatNya. Yakinlah dan percayalah saudara-saudara, bahwa
Yesus Kristus yang bangkit dan hidup yang naik ke Sorga, tidak akan membiarkan
kita berjuang dalam iman yang sia-sia, Dia akan senantiasa menyertai kita
melalui RohNya dan dalam kebenaranNya kita pasti mampu menemukan kebahagiaan
dalam hidup ini. Tentunya, hanya dengan melakukan pertobatan, maka layaklah
kita menerima anugerahNya., Maka mari kita bersihkan pikiran kita dari segala
jenis pikiran bodoh yang berpikir bahwa Tuhan Allah kita itu seolah-olah
mahkluk atau benda yang bisa kita akali, kita dustai atau bahkan kita atur.
Marilah saudara-saudaraku, kita tinggalkan semua pikiran yang demikian, marilah
kita mencari kebahagiaan hanya di dalam Dia, Tuhan Yesus Kristus dengan cara
meninggalkan semua pikiran, tindakan dan perkataan yang bertentangan dengan
kehendakNya. Percayalah, saudara-saudara, kebahagiaan hidup hanya ada di dalam
Yesus Kristus, sebab Dia sendirilah hidup itu. Amin
25 Juni
Bacaan
Alkitab: Kejadian 21: 8- 21; Yeremia 20: 7- 13
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kisah sedih yang dialami Hagar selir
Abraham dan anaknya Ismail sesungguhnya adalah kisah yang sangat memilukan.
bayangkan saja, bagaimana dia dan anaknya Ismael diusir dari rumah tuannya dan
harus mengembara di padang gurun yang panas terik dengan bermodalkan sekirbat
air dan roti. Memang agak sulit membayangkan pengalaman hidup seperti ini
karena tidak ada dalam budaya kita. Padahal Saralah yang member sendiri
hambanya Hagar kepada suaminya Abraham karena ia merasa tak sanggup memberi
keturunan kepada suaminya itu. Tetapi kemudian, ketika Sara telah memperoleh
anak, maka Hagarpun dan Ismael anaknya diusirnya. Demikianlah memanglah halnya
budaya mereka kala itu. Bahwa seorang isteri yang tak mampu memberi keturunan
kepada suami bisa saja dengan mudah diceraikan dan mencari isteri yang baru
lagi. Nah, salah satu cara mengantisipasi agar jangan sampai diceraikan oleh
suami, maka seorang isteri yang tidak dapat member keturunan kepada suaminya
akan berupaya memberikan hambanya perempuan guna memperoleh keturunan sehingga
generasi keluarga tidak terputus. Persoalan kemudian dapat lahir dari kondisi
seperti ini. Yakni budak perempuan biasanya akan merasa lebih tinggi
kedudukannya karena bisa hidup bersama dengan suami dari isteri sah dirumah
tersebut. Hagar ternyata juga pada perilaku seperti ini, maka sesungguhnya
tidak ada damai yang tinggal tetap dalam hidup mereka. Karena Hagar adalah
hamba Sara, maka apapun yang dikehendaki Sara atas hambanya tersebut,
sepertinya tidak dapat dicegah oleh Abraham, walaupun dia sebenarnya sangat
sebal dengan hal itu. Hagar yang adalah seorang budah dan anaknya Ismael yang
adalah anak budak harus keluar dari kediaman tuannya. Suatu pengalaman hidup
yang amat berat. Tidak memiliki apa-apa, tak tahu harus pergi ke arah mana dan
hidup dengan siapa, Hagarpun pergi tanpa masa depan.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Perjalanan hidup Hagar yang sungguh
amat berat tersebut, akhirnya tiba pada keputusasaan. Setelah kirbat yang
dibawanya kosong dan panas terik menyengat di padang gurun, kematianpun seakan
menjemput. Hagar menyerah, iapun membuang Ismael anaknya di semak-semak karena
ia tidak tega melihat dan menyaksikan anak semata wayangnya itu mati kehausan
di bawah terik matahari. Dengan suara nyaring iapun menangis karena derita
tersebut. Pada saat seperti inilah saudara-saudara, Tuhan menunjukkan kasihNya
yang luar biasa, Tuhan menyelamtkan Hagar dan anaknya Ismael, Tuhan memberi
mereka minum dari air yang ditunjukkan Tuhan. Pengalaman yang pahit dan
tantangan berat juga ternyata hadir dalam pengalaman hidup nabi Yeremia.
Yeremia juga diperhadapkan pada keputusasaan dikala dia menjadi tertawaan bahan
olok-olok sepanjang hari. Ia diburu dan dibenci karena Firman Tuhan yang
disampaikannya. Semua orang, termasuk sahabat karibnya sendiri menginginkan
kejatuhannya. Antara terus memberitakan Firman Tuhan dan berhenti, bergejolak
di dalam dirinya. Tetapi, lihat..! Yeremia terus setia kepada Tuhan, dan ia
percaya kepada Tuhan, sehingga ungkapan imannya ialah: “Tetapi TUHAN menyertai
aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan
tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi
malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak
terlupakan! (ay. 11). Kalau Hagar sudah menyerah dengan keadaan, tetapi tidak
demikian dengan Yeremia. Tetapi dalam kedua kisah ini, sesungguhnya, kepada
kita hendak ditegaskan bahwa kasih dan pertolongan Tuhan senantiasa tepat pada
waktunya. Tuhan tidak pernah mengingkari janjiNya.
Saudara-saudara,
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dari dua pengalaman hidup dalam
bacaan kita saat ini, kita sekalian sebagai umat yang percaya kepada Tuhan
diajak untuk sadar bahwa Tuhan itu sangat amat peduli dengan setiap orang yang
sedang berbeban berat dan menghadapi pahitnya kehidupan. Tuhan berdaulat atas
seluruh kehidupan kita. Tuhan menyaksikan semua pengalaman hidup kita, dan Dia
tidak pernah lalai menepati janjiNya. PertolonganNya selalu tepat pada
waktunya. Kita tidak dapat memungkiri bahwa setiap kita mempunyai beban hidup
masing-masing. Ada beban hidup yang
dapat dilihat oleh orang lain, tetapi ada juga tentu beban hidup yang hanya
kita sendiri yang mengetahuinya. Untuk semua pengalaman hidup seperti ini,
Firman Tuhan saat ini mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah setia. Maka marilah
kita juga menegakkan kesetiaan kita kepadaNya. Tuhan Yesus telah berjanji
kepada kita, kepada barangsiapa yang berbeban berat dan letih lesu, yang datang
kepadaNya akanberoleh kelegaan. Tangan Tuhan selalu terbuka bagi setiap kita.
Mari hadapi hidup ini dengan segala tantangan hidup, sekalipun amat berat,
tetapi bersama Tuhan kita pasti sanggup memikulnya. Hiduplah selalu dalam
FirmanNya sebagaimana perjuangan iman Yeremia, maka kita pasti bernyanyi Bagi
Dia. Apapun pengalaman hidup beriman kita, sesungguhnya semuanya adalah dalam
rancanganNya, yaitu rancangan indah. Mengakhiri renungan ini, mari jemaat
sekalian, kita menyanyi bagi kemuliaan Tuhan, lewat pujian: S’mua Baik..!
(dinyanyikan bersama, setelah lagu berakhir Khadim menutup dengan kalimat:
Terpujilah Tuhan. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar