Rabu, 10 Juli 2019
bendrio sibarani: bendrio sibarani: KHOTBAH MINGGU KRISTEN
bendrio sibarani: bendrio sibarani: KHOTBAH MINGGU KRISTEN: bendrio sibarani: KHOTBAH MINGGU KRISTEN : Bacaan Alkitab Kis. 5 : 26- 33 Takut Akan Allah Bukan Kepada Manusia Saudara-saudara, Sidang ...
Khotbah Kristen 2 sederhana
Bacaan Alkitab: Mazmur
138:1- 8
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Mengucap syukur adalah prinsip hidup Daud di
segenap kehidupan yang dijalaninya. Terutama ketika ia menghadapi dan melewati
bentuk pengalaman hidup yang sulit dan genting dan juga ketika iapun mengalami
dan menikmati kemenangan dalam menghadapi ancaman dan persoalan hidup. Daud
sungguh terkenal bukan hanya kejayaannya sebagai seorang Raja, tetapi juga oleh
pola kehidupan berimannya kepada Tuhan Allah.
Mazmur 138 ini adalah juga mazmur dari Daud, yang
dilatarbelakangi pengalaman hidupnya menghadapi musuh atau ancaman (apakah dari
Filistin, dari Saul atau dari Absalom). Daud merenungkan bagaimana Tuhan Allah
telah, sedang dan akan menunjukkan kasih dan setia-Nya. Daud berikrar akan
bersyukur dengan segenap hatinya kepada Tuhan Allah dan bermazmur bagi Allah di
antara para allah yang dipercayai oleh orang-orang lain.
Ucapan syukur
Daud adalah ucapan syukur yang lahir dari dalam dirinya sebagai bentuk
pengakuan dan juga pengharapannya kepada Tuhan Allah. Yakni, bahwa Tuhan Allah
itu adalah Tuhan Allah yang Maha Tinggi, tetapi menunjukkan kasih setia kepada
orang-orang yang rendah dan hina (ay.6).
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kata
“bersyukur” “Yada” dalam bahasa Ibrani sesungguhnya berarti pengakuan atau
deklarasi terhadap suatu fakta. “Yada” juga diartikan dengan: Mengakui, atau
juga memuji. Apakah yang diakui dan dipuji oleh Daud di tengah gentingnya
persoalan hidup yang dihadapinya? Tidak lain dan tidak bukan adalah sifat Allah
yang dipercayainya tersebut. 2 sifat Allah yang diakui oleh Daud, yakni: Kasih
Allah (Khesed) dan Keteguhan atau kebenaran Allah dalam janjiNya atau
kesetiaanNya (Emed) (ay.2). kasih dan kesetiaan Tuhan tersebut dibuktikan Tuhan
tatkala Daud berseru, maka Tuhan Allah menjawabnya dan menambahkan kekuatan
dalam jiwanya. Daud juga merasakan dan meyakini bahwa jika ia berada dalam
kesesakan, Tuhan mempertahankan hidupnya dan menyelamatkan dia. Tuhan diyakini
akan menyelesaikan semua perbuatanNya dalam hidup Daud. Pengakuan dan
pengharapan Daud kepada Tuhan Allah, mengantar dirinya untuk senantiasa
mengucap syukur kepada Tuhan Allah. Maka prinsip hidup bersyukur seperti ini
adalah prinsip hidup bersyukur orang yang tekun dan dengan disiplin merenungkan
kasih dan setia Tuhan di kehidupannya.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Bersyukur
kepada Tuhan Allah adalah prinsip
hidup setiap orang percaya. Maka bersyukur bukan lagi sesuatu yang asing
bagi kehidupan kita, akan tetapi melaluiMazmur Daud saat ini, kita kembali
diingatkan bahwa tindakan bersyukur orang percaya haruslah lahir dari dalam
diri kita semata-mata karena dilatarbelakangi pengakuan dan pengharapan kita
kepada Tuhan Allah. Pengakan tersebut ialah bahwa Allah itu Maha tinggi, Tuhan
Allah itu penuh kasih dan setia. Maka mengucap syukur sesungguhnya bukan hanya
ketika orang percaya telah mengalami kasih dan setia Tuhan, melainkan juga
ketika orang percaya berharap akan menikmatinya, kendatipun sedang menghadapi
pergumulan dan tantangan hidup. Mazmur Daud ini, menegaskan kepada kita bahwa:
- Mengucap syukur mesti dilakukan dalam komitmen untuk kemuliaan Tuhan Allah semata.
- Bahwa mengucap syukur adalah sikap merendahkan diri di hadapan Tuhan Allah sekaligus memuji Dia
- Bahwa tindakan mengucap syukur bukan hanya setelah menikmati kasih setia Tuhan, tetapi juga ketika sedang mengharapkannya
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jika keluarga
dan kita sekalian saat ini mengucap syukur kepada Tuhan, itu hendak menyaksikan
kepada kita bahwa sifat Allah yang Maha Tinggi itu, yang Penuh Kasih dan Setia
itu telah dirasakan dan selalu diharapkan oleh keluarga di segenap kehidupan
ini. Maka ucapan syukur ini adalah sikap pengakuan, bahwa apa yang telah
dialami keluarga dan apa yang diharapkan keluarga ke depan semua akan
diselesaikan oleh Tuhan Allah. Maka dengan mengucap syukur, Firman Tuhan
mengarahkan kita semua, mengarahkan keluarga untuk senantiasa meyakini bahwa
Tuhan Allah itu penuh kasih dan setia, Dia yang akan dan senantiasa
menganugerahkan kekuatan dan keselamatan. Tuhan Yesus menyempurnakan syukur
keluarga dan memberkati kita semua.
Bacaan
Alkitab: Mazmur 118:1-2, 9; Lukas 19:28- 40
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Hari ini kita telah tiba di hari
Minggu terakhir Minggu Sengsara (7), itu berarti kita akan memasuki perayaan
puncak penderitaan Yesus Kristus dalam perayaan Jumat Agung serta akan memasuki
puncak perayaan kemenanganNya pada Peristiwa Paskah atau KebangkitanNya dari
kematian. Selama minggu-minggu sengsara ini, kita telah diarahkan pada refleksi
kehidupan dan pengorbanan Tuhan Yesus dalam rangka penebusan kita sehingga
beroleh keselamatan dan hidup kekal. Kita juga telah merenungkan bagaimana
penderitaan dan kesengsaraan hidup sebagai orang-orang yang percaya kepada
Tuhan Yesus Kristus kita maknai sebagai pengalaman hidup beriman untuk menjadi
orang-orang yang dimurnikan di dalam iman. Saat ini melalui kesaksian Alkitab
ini kepada kita kemudian diberitakan bahwa Tuhan Yesus menuju Yerusalem untuk
menggenapi nubuat yang telah Allah tetapkan di dalam Dia. Yesus Kristus
benar-benar tahu tujuan kedatanganNya ke Yerusalem, yakni untuk disalibkan.
Akan tetapi pengikut-pengikutNya sepertinya melupakan hal ini. Mereka dengan
antusias dengan penuh semangat didasari ingatan pada mukjizat yang dilakukan
Tuhan Yesus mereka menyambut Yesus Kristus sebagai Mesias, seorang pahlawan
yang gagah perkasa. Mereka tak mengerti kenapa kala itu Yesus Kristus malah
menunggangi seekor keledai muda.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Di balik peristiwa ini, nubuatan Zakaria digenapi (Zak.9:9).
Bahwa Yesus Kristus hadir di Yerusalem diposisikan sebagai Raja. Dia
dielu-elukan, disambut dengan penghormatan melalui hamparan pakaian dijalanan.
Padahal, seorang Raja biasanya menunggangi seekor kuda, sebagai symbol keperkasaannya,
tetapi Yesus Kristus malah menunggangi seekor keledai muda. Melalui perintah
misterius, para murid menemukan keledai yang dimasudkan Yesus Kristus. Tidak
ada argument apapun mengenai perintah ini, para murid langsung melakukan apa
yang diperintahkan kepada mereka. Perintah misterius dari Yesus Kristus ini
menunjukkan kemahakuasaanNya mengetahui dan menguasai masa depan. Seruan para
murid tentang kedatangan Yesus Kristus sebagai Raja mendapat keberatan dari
orang-orang Farisi dan mereka meminta Yesus Kristus menghentikan murid-muridNya
menyerukannya. Yesus Kristus tidak menghentikan mereka. bahkan jika mereka
diam, maka batu-batupun akan berseru seperti seruan mereka.
Saudara-saudara, apakah
sebenarnya yang terjadi? Apakah Tuhan Yesus sama dengan para pengikutNya,
melupakan maksud dan tujuan kedatanganNya ke Yerusalem? Tidak saudara-saudara,
Yesus Kristus sangat menyadari untuk apa Dia datang ke Yerusalem, yakni untuk
menggenapi segala sesuatu yang dinubuatkan tentangNya, yakni karya penyelamatan
umat manusia, walaupun hal itu melalui pengorbanan di kayu salib. Mari kita
simak ayat 37, dikatakan bahwa ketika Ia dekat Yerusalem di tempat jalan
menurun dari bukit zaitun, mulailah semua murid yang mengiringi Dia bergembira
dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh karena segala mukjizat yang telah
mereka lihat. Luapan kegembiraan semua murid ini ternyata dilatarbelakangi
pengalaman mereka tatkala menyaksikan segala mukjizat yang dilakukan Yesus
Kristus. Mereka lupa bahwa kahadiran Tuhan Yesus ke Yerusalem adalah untuk
menyelesaikan sengsara dan deritaNya sampai pada puncak derita di Kayu salib.
Mukjizat yang murid saksikan selama ini telah membuat mereka gagal memahami
kehendak Allah. Mereka gagal mengerti dan memahami maksud dan arti dari
tindakan Yesus Kristus termasuk yang menunggangi seekor keledai muda.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kita sekalian akan memasuki peringatan puncak sengsara
dan penderitaan Yesus Kristus sampai pada kematianNya. Apakah segala bentuk
pengalaman hidup sukacita, pengalaman hidup yang diberkati Tuhan, apakah segala
keberhasilan, kesuksesan yang kita alami, peristiwa heran yang terjadi dalam
hidup kita akan membuat kita gagal memaknai derita dan kesengsaraan Tuhan
Yesus? Apakah kita akan gagal memahami sikap yang ditunjukkan Tuhan Yesus?
Ingatlah bahwa Tuhan
Yesus datang ke Yerusalem sungguh-sungguh untuk menggenapi segala yang
dinubuatkan BapaNya bagiNya, termasuk melalui derita, sengsara bahkan
kematianNya di kayu salib. Merenungkan peristiwa kedatangan Tuhan Yesus ke
Yerusalem lewat bacaan Alkitab saat ini, sesungguhnya kita hendak diarahkan
pada perenungan hidup;
- Bahwa menjadi percaya kepada Tuhan Yesus bukanlah melulu karena kita telah menyaksikan, merasakan dan menikmati perbuatan ajaib Tuhan dalam hidup ini. Melainkan segala bentuk pengalaman hidup yang terjadi atas kita harus dipahami sebagai bukti kedaulatan Tuhan atas hidup kita, termasuk pengalaman berbentuk derita dan kesengsaraan hidup
- Bahwa sesungguhnya Tuhan Yesus adalah Raja yang memberi keteladanan hidup dalam kerendahan hati, dengan menunggangi seekor keledai muda. Maka keteladanan inipun mesti menjadi perilaku hidup setiap anak-anak Tuhan di kehidupan ini.
- Bahwa sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, melalui kedatangan Yesus Kristus ke Yerusalem kita sekalian diingatkan bahwa ketaatan adalah sikap hidup beriman yang harus kita miliki dalam hidup ini.
- Bahwa sebagai orang-orang yang telah diberikan keselamatan lewat penebusan kita di Kayu salib oleh Tuhan Yesus Kristus, maka kita harus menghargai hidup ini dengan membuat hidup ini berharga di hadapan Tuhan dan di hadapan sesama. Hidup akan berharga tatkala orang percaya hidup mengaplikasikan kasih kepada Tuhan dan sesamanya.
Marilah kita persiapkan
diri untuk memasuki perenungan hidup diperayaan puncak derita dan sengsara
Yesus Kristus dengan senantiasa menjadi orang yang rendah hati, senantiasa
menjadi orang yang taat dan senantiasa menjadi orang yang mengasihi.
Catatan:
sehubungan dengan peneguhan seorang Penatua saat ini, dan pelantikan Kompelka
di jemaat ini, maka ingatlah Firman Tuhan ini, yang mengarahkan saudara-saudara
menjadi hamba yang benar di hadapan Tuhan Allah. Seorang hamba Tuhan adalah
seorang yang rendah hati, seorang yang taat dan seorang yang hidup di dalam
kasih.
Terpujilah Tuhan Yesus.
Amin
Bacaan Alkitab: 2 Korintus 3:12- 4: 2
Keluarga,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
Istilah atau kata “pelayanan” sudah
menjadi istilah atau kata yang digunakan secara luas oleh manusia dalam
berbagai instansi atau lembaga. Di bidang kesehatan, di kepolisian, di
pelayanan publik pemerintahan, bahkan di bidang jasa keuangan dan perhotelan dan
instansi lainnya, termasuk dalam hal yang bertentangan dengan moral atau etika.
Pelayanan dalam hal ini dipahami sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan orang
yang bersangkut paut dengan instansi atau lembaga tersebut. Kata “pelayanan”
kemudian menjadi kata yang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana
kemudian “pelayanan” dipahami di dalam persekutuan orang yang percaya kepada
Tuhan Yesus? Pelayanan menurut Alkitab sesungguhnya adalah tindakan yang
meliputi segenap kehidupan seseorang yang dimaksudkan semata-mata demi
kemuliaan Tuhan, dan bukan sekedar memuaskan atau memenuhi kebutuhan
orang-orang yang dilayani. Maka pelayanan di dalam kehidupan persekutuan orang
yang percaya adalah pemberian diri kepada sesama dan kepada Tuhan Allah dengan
satu maksud dan tujuan agar Tuhan dimuliakan.
Keluarga,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
Karena tujuan dan maksud pelayanan
hanyalah demi kemuliaan Tuhan, maka pelayanan tersebut mesti dilakukan oleh
orang-orang yang memiliki keberanian yang didasari dengan kemuliaan Tuhan
terpancar dalam dirinya dan sifatnya tidak sesaat atau tidak situasional serta
tidak bersifat kondisional. Seorang pelayan adalah seorang yang benar-benar di
dalam dan melalui dirinya terpancar cahaya kemuliaan Tuhan, sehingga pelayan tersebut
dapat memberi kesaksian tentang Tuhan melalui kehadirannya dalam pelayanan.
Rasul Paulus, membandingkan pelayan Perjanjian Lama, dalam hal ini Musa dengan
pelayan-pelayan Perjanjian Baru. Kemuliaan Allah terpancar di dalam dan melalui
Musa, tetapi sifatnya hanya sementara, sehingga ia menyelubungi mukanya dengan
maksud agar umat Israel tidak melihat bahwa cahaya kemuliaan Tuhan itu hilang
daripadanya. Cahaya kemuliaan Tuhan itu kemudian terselubung bagi umat Israel
hingga saat ini, mereka tidak dapat melihat cahaya kemuliaan Tuhan karena
pikiran mereka tumpul, sehingga ketika membaca Perjanjian lama, itu tanpa
disingkapkan. Akibatnya mereka tidak pernah dapat mengerti dan mengenal bahwa
Kristus Yesuslah yang sebenarnya yang merupakan inti Perjanjian lama itu. Maka
hanya Kristuslah yang dapat menyingkapkan. Apakah sesungguhnya yang menjadi
factor mengapa mereka tidak dapat mengenal Kristus dalam Kitab Musa? Karena
selubung menutupi hati mereka. Melalui kesaksian Paulus ini, maka dapat ditarik
kesimpulan awal, bahwa pelayanan adalah tindakan yang dilakukan seorang pelayan
di mana hatinya telah terbuka, dan didiami Roh Allah sehingga ia dapat dengan
meredeka memancarkan cahaa kemuliaan Allah. Inilah kemudian perbedaan pelayanan
di dunia sekuler (dunia sehari-hari seperti yang disebutkan di atas) dengan
pelayanan dalam kehidupan orang percaya.
Keluarga,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
Sebagai umat Perjanjian Baru, melalui
sengsara, penderitaan dan kematian Yesus Kristus di kayu salib, sesungguhnya
kepada kita Tuhan Allah telah memberikan cahaya kemuliaanNya. Maka kehidupan
kita sesungguhnya adalah pelayanan. Dalam perjumpaan kita dengan orang lain,
kita sesungguhnya sedang melayani. Demikian juga ketika kita bersekutu seperti
sekarang ini, kita sedang melayani Tuhan dan melayani sesama dengan hanya satu
tujuan yakni demi kemuliaan Tuhan. Oleh sebab itu kita semua adalah
pelayan-pelayan Perjanjian Baru yang mesti memancarkan cahaya kemuliaan Allah
melalui kehidupan kita. Kita tidak lagi menyelubungi muka atau hidup kita
karena kita kehilangan cahaya kemuliaan Allah, kita adalah pelayan-pelayan yang
merdeka karena Roh Allah ada di dalam kita. sebagai pelayan-pelayan Perjanjian
Baru, kita tidak boleh tawar hati dan
harus menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan, tidak boleh licik
dan memalsukan Firman Allah. Kebenaran harus dinyatakan dalam konsep
kemerdekaan.
Keluarga,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
Cahaya
kemuliaan dalam diri setiap orang yang melayani Tuhan datangnya dari Tuhan yang
adalah Roh, maka di dalam penderitaan dan kematian serta kebangkitan Kristus,
kita sekalian telah diubah menjadi serupa dengan GambarNya. Satu hal yang
dituntut dari kita dalam hal ini adalah hati dan pikiran kita mesti terbuka untuk
dibaharui oleh Tuhan Allah melalui FirmanNya. Supaya kita tidak menjadi sama
dengan umat Israel di mana hati dan pikiran mereka telah tumpul. Ay.16 apabila
hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu akan diambil daripadanya.
Artinya ialah bahwa cahaya kemuliaan Tuhan hanya aka nada dan terpancar melalui
seorang pelayan yakni setiap kita apabila hati kita berbalik kepada Tuhan
Allah. Menjadi pelayan tidaklah mudah saudara-saudara, aka nada banyak
tantangan yang dihadapi, dibenci karena menyatakan kebenaran, ditolak karena
dicurigai, dicemooh karena dianggap sok suci, dan penderitaan lainnya. Tetapi
mesti diyakini dan diimani serta diamini bahwa Kristuslah telah melalui semua
itu sebagai jaminan bagi kita untuk terus melayani demi kemuliaan namaNya.
Terpujilah Kristus. Amin BPS
Minggu, 10
Maret 2019
(Minggu Prapaskah II)
Stola&Antependium: Ungu
Bacaan Alkitab Ulangan 26:1- 11; Lukas 4:
1- 13
Sidang
Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pencobaan yang dialami oleh manusia
kerapkali membuat manusia melupakan diri dan Tuhannya. Pencobaan-pencobaan
tersebut dapat mewujud dalam berbagai bentuk tragedi kehidupan, baik dalam
bentuk kesusahan maupun dalam bentuk mesuksesan hidup. Artinya manusia
senantiasa diperhadapkan pada pencobaan hidup yang juga melibatkan dirinya
sendiri. Ketika orang percaya jatuh ke dalam pencobaan, maka yang terjadi di
sana adalah umat akan melupakan jati dirinya dan juga melupakan Tuhannya.
Pencobaan-pencobaan hidup selalu dimanfaatkan iblis untuk menjauhkan umat Tuhan
dari Tuhannya dan ujung-ujungnya adalah supaya umat Tuhan meninggalkan Tuhannya
dan sujud menyembah kepadanya (iblis). Semua yang terjadi dan dialami oleh
manusia di kolong langit ini, dapat menjadi pencobaan bagi dirinya sendiri.
Baik kekurangan, kelebihan, kekuatan, kelemahan, kepintaran, kebodohan dan lain
sebagainya selalu menjadi peristiwa hidup yang dapat menjadi pencobaan bagi
umat Tuhan. Maka setiap orang percaya senantiasa diarahkan untuk mengingat jati
dirinya sebagai umat yang telah ditebus oleh Tuhan Allah. Bukti bahwa seorang
percaya tetap setia mempertahankan jati dirinya dan setia kepada Tuhannya ialah
ketaatannya berkorban kepada Tuhannya, yakni mempersembahkan hidupnya kepada
Tuhan Allah.
Sidang
Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Umat Israel mendapat perintah Tuhan
agar jikalau mereka terbebas dari penderitaan dan kesengsaraan, dan memasuki
serta menikmati hidup yang menyenangkan, supaya tetap mempersembahkan hidup mereka
kepada Allah sebagai bukti ketaatan dan kesetiaan mereka memelihara jati diri
sebagai umat Allah. Mempersembahkan hasil pertama dari setiap berkat yang
mereka terima dari Tuhan wajib dilakukan. Ini adalah korban yang menunjuk bahwa
Tuhan Allah lah yang terutama dan pertama di dalam kehidupan umat percaya.
Penderitaan dan kesengsaraan di perjalanan hidup di masa silam dan mungkin juga
di masa depan yang dialami oleh umat Tuhan tidak boleh membuat umat Tuhan
menjadi berubah setia. Apapun dan bagaimanapun kondisi hidup umat percaya,
kesetiaan kepada Tuhan harus tetap menjadi sikap dan tindakan imannya.
Kesengsaraan dan penderitaan yang terjadi dan dialami oleh umat Tuhan harus
dijadikan sebagai pengalaman iman, yang bertujuan mengarahkan hidup kepada penyerahan
diri secara totalitas kepada Tuhan dan menjadikan Tuhan selalu yang terutama
dan yang pertama. Mempersembahkan korban dari hasil pertama dari keberhasilan
hidup ini menjadi kewajiban yang mesti dilakukan oleh setiap orang percaya
sebagai wujud dan bukti kesetiaan kepada Tuhan Allah.
Sidang
Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pencobaan
adalah bagian dari proses hidup setiap orang percaya selama hidup di dunia ini.
Pencobaan sendiri datang dari diri manusia dan iblis bekerja di sana
memanfatkan semua bentuk situasi dan kondis hidup manusia. Tuhan Yesus
sendiripun telah menghadapi pencobaan dari Iblis, tetapi bukan dari dirinya,
sebab Dia tidak berdosa, Dia menghadapi pencobaan untuk membuktikan bahwa iblis
tidak akan pernah menang atas Dia. Pencobaan yang dihadapi Yesus menjadi
pembelajaran iman bagi setiap orang percaya bahwa sesungguhnya dengan
senantiasa taat dan setia kepada Tuhan Allah, maka iblis dikalahkan dan
kemengan iman menjadi milik umat-Nya. Bentuk penderitaan berupa kelaparan di
Padang gurun menghantar Tuhan Yesus pada pencobaan Iblis untuk menggunakan
kuasaNya mengubah batu menjadi roti. Jenis pencobaan ini sangat dekat dengan
kehidupan orang percaya. Kondisi dalam kelaparan menunjuk pada kondisi hidup
yang serba kekurangan dan tidak memiliki apa-apa. Kondisi hidup seperti ini
akan membuat orang tergoda untuk menghalalkan semua cara, termasuk dengan cara
menghianati Tuhannya asalkan apa yang dibutuhkan terpenuhi. Tuhan Yesus tidak
mau menggunakan kuasaNya hanya untuk roti dan tunduk kepada iblis. Tuhan Yesus
mengatakan bahwa manusia tidak hidup dari roti saja, tetapi dari setiap Firman
Tuhan. Tuhan Allah sanggup memberikan apa yang dibutuhkan umatNya asalkan
umatNya percaya kepada-Nya. Demikian pula dengan kuasa dan kemuliaan serta
dengan janji Tuhan Allah tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk tunduk
kepada iblis. Singkatnya ialah apapun yang ada di kehidupan ini tidak dapat
dijadikan sebagai alasan untuk menyangkali Tuhan Allah dan tunduk kepada iblis.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Di
Minggu-minggu sengsara ini, kita akan diajak merenungkan segenap kan perjalanan
hidup kita dalam hubungannya dengan berbagai bentuk penderitaan dan
kesengsaraan sebagai umat Tuhan. Pencobaan, acapkali menghantar kita menderita
dan sengsara. Maka pencobaan apapun wujud dan bentuknya harus dihadapi dengan
tetap setia dan taat kepada Tuhan Allah. Mempersembahkan hidup kepada Tuhan
Allah dan senantiasa memposisikan Tuhan Allah sebagai yang terutama dan pertama
di kehidupan ini. Bagaimanapun kesengsaraan dan penderitaan hidup yang pernah
kita alami dan yang akan kita hadapi, ingatlah bahwa kita tidak akan pernah
ditinggal pergi dan dibiarkan oleh Tuhan Allah. Di pencobaan hidup sekalipun
Dia berkuasa, FirmanNya berkuasa mengarahkan kita menaklukkan diri dan
menakklukkan segala bentuk pencobaan yang kita hadapi di hidup ini. Selama kita
tetap berpegang teguh pada Firman Tuhan, dan selama kita tetap taat kepada
Tuhan Allah, kasih setia-Nya tidak akan pernah meninggalkan kita. Maka
berdasarkan kesaksian Alkitab saat ini, ketika kita akan menjalani
minggu-minggu sengsara di tahun ini, ingatlah bahwa Tuhan menghendaki kita
senantiasa mengandalkan Firman-Nya, hidup sesuai dengan Firman-Nya serta taat
kepada-Nya. Persembahkanlah hidup secara totalitas sebagai bentuk korban hidup
kita kepada Allah dengan demikian tidak ada tempat bagi iblis merongrong
kehidupan beriman kita dan menjauhkan kita dari kasih karunia Tuhan Allah.
Tuhan Yesus sendiri telah berkorban, menderita dan mengalami kesengsaraan, Ia
disalib dan mati demi menebus kita dari kuasa maut. Kita tidak akan binasa di
dalam menghadapi setiap bentuk kesengsaraan dan penderitaan hidup di dunia ini,
selama kita tetap setia kepada-Nya dan mempersembahkan hidup kita secara total
kepada-Nya sebagai bentuk ketaatan dan kesetiaan kita kepada-Nya.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Marilah, sebagai umat yang telah
ditebus oleh Tuhan Allah, kita senantiasa setia dan sedia mempersembahkan hidup
kita secara menyeluruh kepada Tuhan Allah. Jadikanlah Tuhan Allah yang terutama
dan yang pertama di dalam hidup saudara, maka segala sesuatu akan
ditambahkan-Nya kepadamu. Pencobaan berat sekalipun, termasuk derita dan
kesengsaraan niscaya akan kita lewati. Hiduplah sesuai dengan Firman-Nya,
niscaya segala bentuk pencobaan yang membuat kita menderita dan sengsara akan
berujung pada kemenangan, sebab Tuhan Yesus sendiri telah menghardiknya dari
kehidupan kita umat tebusan-Nya. Tuhan Menyertai dan memberkati kita menghadapi
dan menjalani kehidupan ini. Sengsara dan penderitaan niscaya menghantar kita
kepada Damai sejahtera Tuhan Allah. Amin
BPS
Bacaan
Alkitab: Lukas 8:26-39
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kisah tentang pengusiran setan oleh Tuhan Yesus di daerah
gerasa sangat melekat dalam ingatan banyak orang Kristen. Kenapa demikian?
Karena dikisah ini termuat peristiwa Tuhan Yesus mengusir setan-setan dari
dalam diri seseorang yang jumlahnya sangat banyak, sehingga dinamai “legion”.
Kisah ini juga melekat dalam ingatan banyak orang, karena mearik, yakni adanya
percakapan Tuhan Yesus dengan legion tersebut. Setan-setan tersebut memohon
kepada Tuhan Yesus agar jarang melemparkan mereka ke dalam jurang maut, tetapi
ke dalam babi-babi yang ada di daerah tersebut. Walaupun kemudian babi-babi
tersebut terjun ke jurang dan mati tenggelam di danau di jurang tersebut.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Gerasa adalah sebuah daerah di
trans Yordan di seberang danau Galilea. Tempat ini dihuni oleh masyarakat
campuran, di antaranya orang Yahudi dan juga orang-orang yang bukan Yahudi.
Orang yang bukan Yahudi inilah sebenarnya pemilik babi-babi tersebut. Karena
bagi orang Yahudi babi adalah binatang haram yang menjijikkan dan sangat
dihindari. Di tanah Gerasa Tuhan Yesus tiba bersama-sama dengan
murid-murid-Nya. Baru saja mereka sampai di darat, seseorang yang dikuasai
setan-setan datang menemui Tuhan Yesus. Dan ketika melihat Tuhan Yesus, orang
ini langsung berteriak dan tersungkur di hadapan Tuhan Yesus. Tetapi, mendengar
kata-kata orang ini, dapat dipastikan bahwa sesungguhnya, bukanlah orang ini
sendiri yang melakukan segala adegan ini, melainkan setan-setan yang ada di
dalam dirinya. setan-setan ini mengenal Tuhan Yesus, mengetahui kuasa Tuhan
Yesus, maka setan-setan ini bertanya kepada Tuhan Yesus, Apakah urusan-Mu
dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Maha Tinggi? Sembari memohon agar Tuhan
Yesus jangan menyiksanya. Reaksi setan ini lahir karena Tuhan Yesus
memerintahkan mereka supaya keluar dari dalam diri orang tersebut. Tuhan Yesus
ternyata menaruh belas kasihan terhadap orang itu karena dia sungguh tersiksa.
“Legion” itulah nama yang disebut setan-setan itu kepada Tuhan Yesus karena
jumlah mereka yang begitu banyak. Istilah Legion sendiri dalam tradisi Romawi
menunjuk pada 1 divisi tentara yang jumlahnya 6000 tentara yang terdiri dari 10
kelompok. Wajarlah jika orang tersebut sangat tersiksa oleh kuasa setan-setan
tersebut yang begitu banyak. Dengan memohon agar jangan dilemparkan ke jurang
maut, seta-setan tersebut memohon agar Tuhan Yesus memperkenankan mereka
memasuki babi-babi yang sedang mencari makan di lereng gunung tersebut.
Permintaan ini ternyata dikabulkan oleh Tuhan Yesus. Walaupun pada akhirnya
babi-babi itu juga mati lemas setelah terjun ke danau dari tepi jurang.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Peristiwa ini sangat menggemparkan
daerah gerasa, setelah penjaga babi-babi itu melihat apa yang terjadi dan
memberitahukan peristiwa tersebut di kota dan di kampung-kampung sekitarnya.
Mereka menyaksikan bagaimana orang tadi telah ditinggalkan setan-setan dan
telah waras, duduk di kaki Yesus. Mereka menjadi takut, sehingga meminta Tuhan
Yesus meninggalkan mereka. Ketika Tuhan Yesus hendak berangkat dari sana, orang
yang telah diselamatkan ini meminta agar diizinkan menyertai Yesus, tetapi
Yesus menolaknya dan menyuruhnya pulang ke rumahnya dan bersaksi tentang apa
yang telah Tuhan perbuat baginya. Orang inipun bersaksi tentang Kaish Tuhan
Yesus yang dialaminya keseluruh kota.
Sidang Jemaat Yang
Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Ketika dengan seksama kita menyimak peristiwa yang
disaksikan kepada kita saat ini, maka kita kemudian dapat mengerti bahwa
kehadiran Tuhan Yesus di kehidupan setiap orang akan membuat kuasa setan sekuat
dan sebesar atau sebanyak apapun menjadi takut dan tidak berkuasa lagi. Perjumpaan
Tuhan Yesus dengan setiap pribadi akan mengubah kondisi hidup. Orang yang
dikuasai kuasa kegelapan, setan-setan sekalipun akan dipulihkan dan
diselamatkan. Inilah yang terjadi dengan orang di gerasa. Dia menjadi waras,
dia diselamatkan, terbebas dari belenggu yang begitu kuat dan besar, yakni
belenggu Legion.
Yang kedua, bahwa
setelah mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus dan beroleh kasih karunia dan
keselamatan, orang ini kemudian bertekad untuk ikut menyertai Tuhan Yesus, akan
tetapi Tuhan Yesus menyruhnya pulang ke rumahnya dan bersaksi. Hal ini sangat
penting untuk kita renungkan. Bahwa sesungguhnya, setiap orang yang telah
mengalami kasih karunia Tuhan Yesus mesti bersaksi tentang kuasa dan kasih
Tuhan Yesus. Kesaksian tersebut haruslah pertama-tama dilakukan di dalam rumah
kita. “pulanglah ke rumahmu dan ceritakanlah segala sesuatu yang telah
diperbuat Allah atasmu” itulah perintah Tuhan Yesus kepada orang ini. Perintah
ini juga adalah perintah yang ditujukan atau dialamatkan kepada kita. Sebagai orang-orang
yang telah ditebus, dibebaskan dari kuasa dosa dan kegelapan, diberikan
keselamatan, kita pulang ke rumah kita masing-masing dan bersaksi tentang
perbuatan Tuhan Allah. Setiap orang yang telah menerima kasih karunia Tuhan
Yesus, diperintahkan untuk bersaksi kepada seisi rumahnya tentang segala
perbuatan Allah. Seseorang hanya dapat bersaksi dengan benar ketika telah
mengalami perjumpaan dengan Tuhannya. Perjumpaan tersebut dapat mewujud dalam
berbagai hal di kehidupan ini. Kita berjumpa dengan Tuhan Allah melalui ibadah
seperti ini, kita juga mengalami perjumpaan dengan Allah ketika ketika
menyadari segala sesuatu yang kita peroleh dan miliki dalam hidup ini, kita
juga berjumpa dengan Tuhan Allah ketika kita diperhadapkan dengan tugas,
panggilan dan pelayanan serta tanggungjawab kita. Dengan kata lain bahwa,
setiap orang yang telah menerima anugerah keselamatan dari Tuhan Allah, mesti
bersaksi dalam hidupnya dimulai dari lingkup terdekat dengan hidup kita. Jika
hari ini, ada anak kita yang dibaptiskan, maka kepada anak inipun kasih karunia
Tuhan Allah telah dinyatakan. Maka kepada anak inipun keluarga harus bersaksi,
bahwa ini semua adalah perbuatan Tuhan Allah sehingga anak kitapun beroleh
keselamatan di dalam dan melalui Yesus Kristus. Terpuji Tuhan. Amin.
Bacaan
Alkitab: Kejadian 45:1-15
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kisah hidup Yusuf adalah kisah hidup yang sangat
mengharukan. Jika kisah ini difilmkan laksana sebuah sinetron, maka para
penikmat sinetron akan terharu dibuatnya. Tapi kisah ini bukanlah sebuah
sinetron yang ceritanya hanya fiktif belaka. Kisah hidup Yusuf adalah kisah
nyata. Bermula dari rasa iri dan cemburu karena Yusuf diperlakukan lebih
daripada saudara-saudaranya oleh ayah mereka, Yusuf juga menonjolkan diri
sebagai orang yang diberi karunia oleh Allah melalui mimpi/penglihatan serta
Yusuf juga sering melaporkan perbuatan jahat para saudara-saudaranya kepada
ayah mereka. Kemudian, Yusufpun menjadi korban akibat rasa iri dan cemburu
saudara-saudaranya, semula ia hendak dibunuh, tetapi hal itu kemudian tidak
terjadi dan akhirnya saudara-saudaranya menjualnya kepada orang Mesir. Kisah
hidup Yusuf kemudian berlanjut di Mesir, dia juga harus mendekam di penjara
karena istri potifar memfitnahnya hendak menodai dirinya, padahal dialah yang
sesungguhnya hendak menodai kehormatannya kepada Yusuf. Yusuf yang tidak
bersalah itu kemudian mendekam di dalam penjara. Ternyata penjara inilah
kemudian yang menghantar Yusuf pada kesuksesannya di Mesir. Berkat Karunia yang
diperolehnya dari Tuhan Allah untuk menafsirkan mimpi, maka Yusufpun kemudian
menduduki posisi sangat penting di pemerintahan Mesir. Dia memperoleh
kepercayaan penuh dari raja Mesir untuk berkuasa atas segalanya di Mesir.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Yusuf bukanlah sekedar penafsir mimpi
Firaun, tetapi juga seorang yang kemudian diberi kepercayaan mengeksekusi
antisipasi menghadapi masa sukar yang terjadi selama 7 tahun setelah masa 7
tahun berkelimpahan. Di tahun kedua masa kesukaran yang terjadi, ternyata
orang-orang di Tanah Kanaanpun juga kena dampaknya. Mereka, yakni ayah dan
saudara-saudara Yusuf kemudian datang mencari bahan makanan ke Mesir, sebab
mereka mendengar bahwa di Mesir pasokan makanan masih tersedia. Pada saat
inilah saudara-saudara, Yusuf kemudian berjumpa dengan saudara-saudaranya yang
pernah meniatkan kejahatan kepadanya. Dalam bacaan kita saat ini dikisahkan
bagaimana puncak perjumpaan Yusuf dengan saudara-saudaranya. Setelah beberapa
kali saudara-saudara Yusuf datang ke Mesir, maka Yusufpun tidak dapat menahan
rasa cinta kasihnya kepada mereka. Yusufpun memperkenalkan diri kepada mereka.
Apa yang terjadi dalam peristiwa ini? Ternyata, saudara-saudara Yusuf menjadi
sangat takut. Takut karena mereka langsung mengingat perbuatan mereka di masa
silam kepada Yusuf saudara mereka. Yusuf sendiri tidak menaruh dendam kepada
saudara-saudaranya tersebut, sebaliknya, Yusuf melihat yang terjadi dan
dialaminya adalah rencana atau rancangan Tuhan Allah.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dendam dan rasa benci sirna dari dalam
diri Yusuf kepada saudara-saudaranya karena ia mampu melihat perkara yang
terjadi atas dirinya sebagai perkara dari Tuhan Allah. Kemampuan Yusuf melihat
pengalaman hidupnya dari sudut pandang iman mengarahkan dia tetap mengasihi
keluarganya, mengasihi ayahnya dan saudara-saudaranya. “jadi bukanlah kamu yang
menyuruh aku ke sini, tetapi Allah. Dialah yang menempatkan aku sebagi bapa
bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh
tanah Mesir” inilah pernyataan Yusuf kepada saudara-saudaranya. Dendam dan rasa
benci tidak ada di dalam diri Yusuf walaupun kalau mengingat perlakuan
saudara-saudaranya begitu jahat kepadanya di masa silam. Yusuf sangat menyadari
bahwa kedudukannya yang sekarang adalah semata-mata anugerah Allah yang
bertujuan agar melalui dirinya, kehidupan banyak orang tetap terjamin, termasuk
kaum keluarganya.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pengalaman hidup Yusuf, merupakan pengalaman hidup yang
mengharukan. Tidak banyak orang atau mungkin sangat sulit dijumpai orang
seperti Yusuf di kehidupan sekarang ini. Seseorang yang pernah diperlakukan
dengan tidak baik, bahkan direncanakan untuk dibunuh, kemudian dijual kepada
orang lain, pastilah sulit untuk melupakannya. Rasa kecewa, benci dan bahkan
dendam yang membara akan menyelimuti hidup orang seperti ini. Ketika orang
seperti ini kemudian sukses, pastilah tidak mudah menerima saudara yang pernah
berbuat kejahatan kepada kepada kita. Mungkin saja tidak mau mengakui, tidak
mau menerima atau bahkan dapat saja membalas dendam kepada saudara-saudara yang
seperti ini. Tetapi Yusuf tidak demikian. Yusuf tidak mendendam, Yusuf tidak
membalas perbuatan saudara-saudaranya. Yusuf melupakan semua tindak kejahatan
saudara-saudaranya kepadanya oleh karena ia menyadari bahwa keadaan hidupnya
sekarang, kesuksesan yang diraihnya merupakan karya Tuhan dengan tujuan agar
melalui dirinya, banyak orang diselamatkan termasuk keluarganya sendiri.
Sengsara membawa nikmat, itulah semboyan yang tepat diperuntukkan pada hidup
Yusuf.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Apa makna kisah hidup Yusuf ini bagi
kita? Yang pertama ialah bahwa keluarga dan saudara-saudara kita adalah
keluarga dan saudara untuk selamanya. Maka seberat apapun dan sesakit apapun
perlakuan saudara-saudara kita kepada kita di kehidupan masa silam, maka
keadaan dan posisi hidup kita saat ini harus diaminkan sebagai rencana dan
rancangan Tuhan Allah. Tuhan senantiasa merancang kita pada rancangan damai
sejahtera walaupun ada saudara kita yang merancangkan kecelakaan atas kita.
yang kedua ialah, melalui kisah hidup Yusuf ini kita sekalian diingatkan bahwa
hidup setiap orang terus berproses dan diproses oleh Tuhan Allah untuk tiba
pada kesuksesan dan hidup yang berkemenangan. Yang ketiga ialah bahwa setiap
orang harus menjadi seorang yang mengampuni, menyambut dan membalaskan setiap
perbuatan dengan memberkati orang lain. terpujilah Tuhan Allah. Amin
Bacaan Alkitab: Lukas
9:28-36; 1 Tim 6:11-16
Sidang
Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pengantar
singkat tentang Pra Paskah
Hari Minggu saat ini
kita sekalian telah memasuki minggu-minggu sengsara/prapaskah selama 7 Minggu
ke depan. Penetapan kalender gereja ini sesungguhnya dimaksudkan agar kita
diberi waktu dan kesempatan untuk merenungkan kesengsaraan Yesus Kristus yang
telah terjadi ketika kehadiranNya di dunia ini demi menganugerahkan keselamatan
kepada kita. Masa 7 minggu sengsara (40 hari) tidak termasuk Jumat agung dan Sabtu
teduh. Masa sengsara adalah masa persiapan paskah. Masa 40 hari ini umat
diarahkan untuk memeriksa diri serta memiliki pengalaman penderitaan, kematian,
dan kemenangan Kristus atas maut. Minggu sengsara dulunya diawali dengan
perayaan Rabu abu (tradisi RK) dan berakhir pada hari Minggu Palem, yakni hari
Minggu sebelum Jumat Agung. Minggu Palem merupakan pengingat bagi kita yakni
ketika Yesus memasuki Yerusalem dengan disambut oleh orang banyak dan memproklamirkan
Dia sebagai Kristus. Hari Kamis berikutnya disebut Kamis Putih menunjuk pada
perayaan perjamuan Yesus dan murid-muridNya, sesudah itu jumat agung, sabtu
teduh dan minggu paskah (berdasarkan tradisi gereja RK).
Minggu sengsara atau
periode 40 hari sering juga disebut masa puasa. Tahun 325 dalam konsili di
Nicea gereja menetapkan tentang puasa ini. Tujuannya adalah; 1. Agar orang
Kristen bersiap diri dan melakukan pertobatan, dan 2. Agar orang-orang yang
belum Kristen dan mau menjadi Kristen dipersiapkan untuk menerima baptisan pada
saat paskah. (tradisi di Roma waktu itu, orang biasanya mengenakan baju dari
sarung dan tetap terpisah dari kontak sosial sampai mereka diperdamaikan
kembali dengan komunitas Kristen pada kamis putih). Pada tahun 600 an Paus
Gregorius agung menambahkan tradisi ke dalamnya, yakni dengan praktek memerciki
para penyesal dengan Abu yang membuat hari itu diberi nama Rabu Abu. Di Gereja
kita, tradisi perayaan Minggu sengsara dilaksanakan selama 7 Minggu tanpa
mengikuti semua tradisi yang ada di dalamnya, tetapi tetap memberi makna kepadanya sebagai
waktu bagi semua jemaat untuk hidup dalam perenungan akan sengsara atau
pengorbanan Yesus Kristus demi penyelamatan manusia.
Sidang
Jemaat, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Minggu saat ini, Firman Tuhan yang menjadi bacaan kita berisi tentang sebuah
peristiwa Illahi yang terjadi dan dialami tiga orang murid Yesus yang biasa
disebut dengan istilah Transfigurasi atau dalam bahasa Yunani disebut dengan
metamorpho-omai, yakni mengubah bentuk atau rupa. Yaitu, bahwa dalam
perjalananNya menuju Yerusalem, Yesus Kristus mengalami perubahan penampakan
wajah yang penuh cahaya kemuliaan Illahi. Transfigurasi itu kemudian diyakini
sebagai karunia Allah bagi umatNya, yakni perubahan spiritual orang-orang
beriman. Penampakan Elia dan Musa bersama Yesus Kristus di puncak gunung
tersebut merupakan penampakan diri dalam kemuliaan Illahi. Peristiwa
transfigurasi sendiri diawali dengan Yesus berdoa, dan dikemuliaan Illahi
tersebut, Yesus berbicara dengan Elia dan Musa. Pembicaraan tersebut tak lain
dan tidak bukan adalah mengenai tujuan kepergian Yesus Kristus dan penggenapan
tentangNya di Yerusalem. Petrus dan teman-temannya yang melihat Kemuliaan Yesus
Kristus saat itu, berkata kepada Yesus” Guru, betapa bahagianya kami berada di
tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu
untuk Musa dan satu untuk Elia." Persoalannya adalah bahwa Petrus tidak
tahu atau tidak mengerti apa yang ia katakan. Mereka sungguh merasakan
kebahagiaan ketika menyaksikan kemuliaan Allah saat itu, tetapi di saat yang
samapun ketika awan menaungi mereka dan masuk ke dalam awan itu, takutlah
mereka.
Sidang
Jemaat saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pengalaman iman ketiga murid di puncak gunung
pengalaman rohani bersama Yesus Kristus merupakan pengalaman iman yang tidak
mungkin terlupakan oleh mereka. mereka berbahagia di sana, bahkan Petruspun
menawarkan hendak mendirikan 3 kemah di sana. Ia ternyata masih memikirkan
Allah seperti pemikiran iman bangsa Israel ketika di perjalanan di padang
gurun. Petrus tidak tahu, bahwa Allah ada di dalam diri Yesus Kristus. Yesus
Kristuslah kemah suci yang sesungguhnya. Di dalam Yesuslah berdiam segala kepenuhan
Allah. Selanjutnya adalah ketidak tahuan Petrus tentang apa yang diucapkannya
sebenarnya menunjuk pada kemampuannya untuk mengerti apa sesungguhnya yang
selanjutnya akan terjadi dan dialami Yesus dalam menunjukkan kemuliaan Allah
tersebut, yakni dengan menggenapi segala sesuatu yang ditetapkan Allah untuk
terjadi dan dialami Yesus Kristus, yakni kesengsaraan, kematian dan
kebangkitan. Kebahagiaan Petrus dan kawan-kawannya di puncak gunung tersebut
oleh karena menikmati dan mangalami kemuliaan Illahi ternyata adalah
kebahagiaan situasional. Mereka ternyata kemudian merasa takut tatkala awan
gelap menaungi hidup mereka. Peristiwa ini sesungguhnya merupakan kritik iman
bagi setiap orang percaya bahwa ketika berada di puncak gunung kebahagiaan
karena menikmati kemuliaan Allah, orang percaya harus tetap berada di
konsistensi iman. Memandang kemuliaan Tuhan, sungguh memang akan mengantar
setiap orang kepada kebahagiaan. Akan tetapi, bahwa kemuliaan Tuhan itu
tidaklah situasional atau kondisional, maka ketika awan kelam menutupi
kehidupan ini, berada di dalam kemuliaan Allah harus tetap menjadi komitmen
iman.
Sidang
Jemaat saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Peristiwa transfigurasi Yesus Kristus,
yang disaksikan dan dinikmati oleh Petrus dan kawan-kawannya sesunguhnya adalah
peristiwa yang tidak pernah usai dan using dalam hidup setiap orang yang
percaya kepada Yesus Kristus. Bahwa kemuliaan Allah itu harus dan mesti menjadi
prinsip hidup dan tujuan hidup setiap orang di dunia ini. Tetapi harus pula
diingat bahwa kemuliaan Tuhan itu juga diwujudnyatatakan dalam bentuk
pengorbanan melalui kesengsaraan. Jika Yesus berbicara dengan Musa dan Elia di
peristiwa transfigurasi tersebut, maka sesungguhnya, Yesus Kristus hendak
menegaskan bahwa kemuliaanNya akan menjadi nyata dan sempurna ketika
segala kehendak Allah digenapiNya,
termasuk dengan cara menderita dan sengsara. Jika Minggu saat ini kita mulai
memasuki minggu-minggu sengsara sesungguhnya kepada kita diingatkan 2 hal,
yakni bahwa kesengsaraan orang benar dan dalam kebenaran adalah wujud kemuliaan
Allah. Yang kedua. Bahwa wujudnyata kemuliaan Allah akan membawa setiap orang
percaya kepada kebahagiaan. Oleh karena itu, tugas kita sesungguhnya adalah
memancarkan kemuliaan Allah kepada dunia ini, melalui identitas diri, perilaku
hidup, konsistensi iman atau kesetiaan meskipun dalam bingkai pengalaman
sengsara dan derita. Dalam bacaan kita yang kedua ditegaskan bahwa sebagai
manusia Allah, atau sebagai orang-orang yang di dalam hidupnya terpancar
kemuliaan Allah melalui pengorbanan Yesus Kristus yang telah menyelamatkan,
menguduskan, maka segala bentuk perilaku, pemikiran yang tidak berkenan di
hadapan Allah harus dibuang dari hidupnya. Sebaliknya, orang-orang yang telah
menerima keselamatan dari Allah di dalam Yesus Kristus, harus mengejar
keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan serta harus
bertanding dalam pertandingan iman yang benar untuk meraih hidup kekal.
Sidang
Jemaat saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sehubungan dengan perayaan HUT GPI yang
ke 414 tahun di minggu sengsara saat ini, melalui Firman Tuhan saat ini pun
kepada kita sebagai warga gereja protestan Indonesia diingatkan bahwa melalui
peristiwa 414 tahun yang silam di Ambon, Tuhan telah menunjukkan kemuliaanNya.
Ulang tahun GPI ini ditetapkan (Selasa,
27-2-1605) karena pada saat itulah ibadah syukur pertama kali dilakukan dengan
menggunakan tata ibadah gereja protestan di Indonesia bahkan di seluruh Asia.
Pada saat itulah pula kemuliaan Allah disaksikan dan dilihat di Nusantara
melalui gereja Protestan. Kebahagiaan menjadi pengalaman orang-orang protestan.
Tetapi harus pula diingat, bahwa kebahagiaan itu bisa pudar dan hilang jikalau
kemuliaan Allah tidak tinggal tetap di dalam hidup umatNya. Maka kalaupun
kesengsaraan harus menjadi pengalaman beriman kita di negeri ini, di tengah
kehidupan kita dengan orang-orang lain oleh karena kecintaan kita terhadap
keadilan, oleh karena kesetiaan kita kepada Tuhan Yesus, oleh karena kesabaran
dan kelembutan kita menghadapi segala bentuk penindasan dan penghambatan, maka
kita mesti ingat bahwa di sanalah kemuliaan Allah akan terus terpelihara.
Selanjutnya kita akan tetap berada di kebahagiaan Illahi kendatipun awan kelam
menaungi kita, kita tidak akan menjadi ketakutan. Allah di dalam Yesus Kristus
setia menyertai kita, sebagaimana orang-orang protestan boleh bersyukur di
benteng kemenangan (Viktoria) di Ambon 414 tahun yang silam maka kitapun akan
tiba pada benteng kemenangan kekal di puncak kebahagiaan bersamaNya. Selama
menjalani minggu-minggu sengsara dan selamat ulang tahun bagi gereja Tuhan,
Gereja Protestan di Indonesia. Tuhan Yesus Memberkati. “Dialah satu-satunya
yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri.
Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia.
Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin
Bacaan Alkitab: Amsal 4: 23
“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah
terpancar kehidupan”
Saudara-saudara, Fans Bastian
Mogendo dan Jein Kenap Yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Berbicara
mengenai hati, sesungguhnya bukanlah perkara mudah apalagi kalau kita tidak
menggunakan hari dan tidak dengan perhatian. Mengapa berbicara hati bukan
perkara mudah? Karena jujur harus kita akui bahwa benar orang bijak berkata,
dalamnya laut dapat diukur, dalam hati siapa yang tahu. Pernyataan ini mau
menegaskan bahwa berbicara tentang “hati” sungguhlah tidak mudah karena isi
hati adalah hal yang paling privasi bagi setiap orang. Bentuk organ Hati
kemudian menjadi symbol yang dipakai melambangkan Cinta (love). Symbol ini
sangat tidak asing bagi kita sekalian, karena sekarang telah ada melekat di
program gadget kita sebagai bentuk emotion yang mengartikan tanda cinta.
Berbagai bentuk suasana hati juga menjadi biasa digambarkan dengan lambing hati
apakah terbelah, hancur dan bernoda dan lain sebagainya. Yang pasti hati sangat
sentral dalam hidup manusia.
Saudara-saudara, Fans Bastian
Mogendo dan Jein Kenap Yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam
kehidupannya, Orang Ibrani berpikir dan berbicara tentang keseluruhan manusia
dengan segala sifatnya, jasmani, intelek dan jiwa sebagai satu kesatuan: mereka
tidak menganalisisnya dalam komponen-komponen terpisah. Semuanya yang terdapat
di dalam diri setiap orang merupakan satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
satu dengan yang lain. Pusat dari semuanya itu adalah hati, (lev atau Leva (Bah. Ibrani). Lev atau leva dalam terjemahannya adalah “pusat
atau Rahim, atau kemudian disebut dengan jantung kehidupan. Lev atau hati
inilah yang diyakini memerintah semua tindakan seseorang. Maka jika penulis
Amsal memberikan nasihat bijaksana untuk menjaga hati dari segala kewaspadaan,
nasihat bijak ini sesungguhnya hendak menegaskan bahwa hatilah yang paling
rentan untuk diserang oleh musuh, dan hatilah yang menjadi kunci kehidupan
seseorang. Jika hati tersakiti, ternodai, dan hati dihancurkan, maka seluruh
kehidupan akan tersakiti dan dapat hancur binasa. Kondisi hati menjadi factor
utama kokoh tidaknya seseorang berdiri menghadapi kehidupan ini. Demikian juga
sesungguhnya hidup persekutuan rumah tangga, dalam hal ini suami dan isteri.
Hatilah yang menjadi penentu berhasil tidaknya perjalanan hidup ini ke depan.
Saudara-saudara, Fans Bastian
Mogendo dan Jein Kenap Yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Bertekadnya
seorang laki-laki dan perempuan untuk menempuh hidup berumah tangga menjadi
suami-istri, selalu diakui karena terjadinya perjumpaan dua hati dan kemudian
menyatu. Dua hati menjadi satu, adalah konsep pernikahan Kristen yang
sesungguhnya. Karena pernikahan didasarkan dan berhubungan erat dengan hati,
maka sesungguhnya apa yang menjadi nasihat Firman Tuhan saat ini harus dipegang
teguh. Diperhadapkan dengan yang namanya hati, sesungguhnya begitu banyak hal
yang mesti diperjuangkan untuk menjaganya dengan segala kewaspadaan. Beberapa
ancaman yang diperhadapkan kepada hati, antara lain: Tawar hati, berat hati, mendua hati, iri hati, sakit hati, tinggi hati,
hati yang luka, makan hati dan lain sebagainya. Semua istilah-istilah ini
menunjuk pada kompleksitasnya hati. Firman Tuhan saat ini menegaskan bahwa dari
hatilah terpancar segala kehidupan. Pernyataan ini harus dipahami bahwa hati
sangatlah menempati posisi terpenting dalam hidup ini, termasuk dalam kehidupan
berumah tangga. Fans dan jein mengaku bahwa hati mereka dirasa cocok selama
ini, ini berarti telah terjadi perjumpaan hati keduanya, maka saat ini kedua
hati tersebut akan menjadi satu. Itu berarti kalian berdua akan berurusan pada
dua hati yang berbeda tetapi harus bersatu dalam kehidupan berumah tangga. Maka
jagalah hatimu masing-masing dengan segala kewaspadaan, artinya dengan segenap
kemampuan kalian, karena hati kalian berdualah yang sangat menentukan kehidupan
rumah tangga kalian ke depan.
Saudara-saudara, Fans Bastian
Mogendo dan Jein Kenap Yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Seperti
yang dikatakan di atas, hati merupakan sasaran empuk dari setiap cobaan dan
tantangan hidup ke depan. Sukses tidaknya rumah tangga sangat dipengaruhi
kemampuan kita mengelola hati kita masing-masing. Merendahkan hati, menjaga
kesucian hati, memelihara hatitetap bersih menjadi bentuk kewaspadaan yang
mesti dimiliki oleh setiap orang demi terciptanya jaminan kelangsungan
kehidupan. Orang yang merendahkan hatinya dijanjikan Tuhan Allah akan
senantiasa ditinggikan, orang yang suci hatinya akan melihat Allah, dan orang
yang bersih hatinya adalah orang yang akan menikmati kasih karunia Allah.
Ketika memulai hidup berumah tangga saat ini, ingatlah selalu Firman Tuhan ini,
Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar
kehidupan. Tuhan memberkati. Amin
Bacaan Alkitab: 2 Korintus 3: 18
“Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan
muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang
adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan Gambar-Nya, dalam kemuliaan
yang semakin besar”
Hidup Sebagai Sebagai I
Mago Dei
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan
Yesus Kristus,
Istilah I Mago Dei dalam teologi Kristen sesungguhnya menunjuk
pada hakekat manusia sebagai ciptaan Allah. “Istilah Ibrani: Tselem atau
Demuth” selaras dengan istilah Latin yakni I Mago Dei: Gambar/rupa Allah.
Ketika Tuhan Allah menciptakan langit dan bumi serta isinya, Dia menciptakan
dengan hanya berfirmna. Tetapi tatkala Dia menciptakan manusia, Tuhan Allah
harus membentuknya dengan Tangan-Nya sendiri, saat itu manusia diciptakan
serupa dan segambar dengan-Nya, yang berarti manusia diciptakan berdasarkan
gambar atau rupa Allah. Dalam hal ini, manusia adalah ciptaan yang unik dan
khas dari seluruh ciptaan Tuhan. Bukan sekedar gambar atau rupa, tetapi manusia
juga diciptakan dengan diberi akal budi. Manusia adalah citra Allah, yang
kemudian diberikan tugas untuk mewujudkan cinta Allah. Gambar atau rupa atau
citra Allah itu kemudian telah sirna dan pudar sejak manusia jatuh ke dalam
dosa. Gambar itu telah rusak, citra Allah itu kemudian lenyap dalam diri
manusia. Kehilangan akan gambar/rupa/citra Allah tersebut berakibat pada
hilangnya kemampuan manusia untuk hidup merdeka dan menang atas kuasa dosa.
Manusia bahkan dikuasai citra yang bertentangan dengan citra Allah. Kebenaran,
kebaikan dan segala hal yang berkenan di hadapan Tuhan Allah tak lagi dapat
ditunjukkan manusia, baik dengan perjumpaannya dengan sesamanya manusia, maupun
dengan sesama ciptaan lainnya. Semua seakan menjadi musuh untuk ditaklukkan.
Saudara-saudara, Pemuda Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Upaya untuk merekontruksi kembali rupa/gambar/citra Allah
dalam diri manusia sesungguhnya terus menerus dilakukan Tuhan Allah dengan
berbagai cara, terutama dengan mengutus nabi-nabi-Nya. Tetapi segala upaya ini
tidak berhasil mengembalikan manusia kepada citranya semula. Maka Allah sendiri
melalui Yesus Kristus turun secara langsung mengembalikan kodrat manusia. Di
dalam Yesus Kristus, berdiamlah segala kepenuhan Allah. Melalui kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus manusia yang percaya kepada-Nya dikembalikan citra
dan rupa atau gambarnya semula, yakni gambar dan rupa Allah. Segambar dan
serupa dengan Allah berarti kita mencerminkan kemuliaan Tuhan. Manusia kemudian
menjadi makhluk yang mulia karena kemuliaan tersebut datang dari Tuhan yang
adalah Roh. Identitas kita sebagai yang serupa dan segambar dengan Tuhan Allah
telah terjadi melalui kebangkitan Yesus Kristus dari kematian. Maka kebangkitan
Kristus bagi kita sekarang ini adalah peristiwa di mana kemuliaan Tuhan dikaruniakan
kepada kita. Rupa/gambar/citra Allah melalui kebangkitan Kristus kini
dikembalikan lagi kepada kita. Maka kebangkitan Kristus adalah kebangkitan yang
memberikan kembali kemuliaan kepada kita oleh Roh-Nya. Kita telah diubah
menjadi serupa dengan gambar-Nya dalam kemuliaan yang semakin besar. Ini adalah
identitas kita sekarang. Jadi kita bukan sekedar orang yang dibangkitkan
melalui kebangkitan Kristus, tetapi lebih dari itu, kebangkitan Kristus
tersebut telah menjadi pintu masuk diberikannya kemuliaan bagi bagi kita. Jadi,
sangatlah disesalkan apabila sebagi pemuda Kristen, kita lupa bahwa kita adalah
orang-orang yang memiliki kemuliaan dari Allah melalui Roh-Nya. Sebagai makhluk
mulia seharusnya totalitas hidup kita adalah hidup yang memancarkan kemuliaan
Tuhan Allah.
Pemuda Yang Dikasihi Tuhan
Yesus Kristus,
Karena kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dalam kehidupan
ini, maka penting bagi kita untuk kembali merenungkan segala aktivitas
kehidupan kita. Sudahkah kita benar-benar mencerminkan kemuliaan Tuhan dalam
hidup kita selama ini? Menjawab pertanyaan ini, maka kita harus mengetahui dan
menyadari bahwa hidup yang mencerminkan kemuliaan Tuhan Allah adalah hidup yang
konsisten dalam kehidupan yang berbuah dalam Roh Allah. Galatia 5:22 buah Roh
adalah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Orang yang di dalam dirinya dan
melalui dirinya Nampak buah-buah Roh inilah orang yang benar-benar mencerminkan
kemuliaan Tuhan Allah. Orang itulah yang benar-benar menjadi gambar dan rupa
Allah.
Pemuda Yang Dikasihi Tuhan
Yesus Kristus,
Kalau kita telah diubah
menjadi serupa dengan Gambar Allah melalui kebangkitan Kristus Yesus, maka
tuntutan iman bagi kita adalah berjuang mempertahankan identitas kita sebagai
orang-orang yang mulia oleh Tuhan Allah. Pertama-tama, kita mesti menyadari
bahwa diri kita mulia oleh Allah dan kita berharga di mata Tuhan, maka kita
harus menghargai hidup kita sendiri sebagai kehidupan yang didasari oleh kasih
Karunia. Menghargai diri berarti kita membuat hidup kita berarti dengan
mengoptimalkan segala yang ada pada kita, kita pakai untuk berguna bagi Allah
melalui kehidupan kita dengan sesama. Selanjutnya, sebagai yang serupa dengan
gambar Allah, kita dituntut untuk menjadi orang-orang yang mampu memelihara
kemuliaan yang Tuhan Anugerahkan dengan cara menjaga diri kita dari segala
bentuk kecemaran dunia. Dan yang terakhir, sebagai orang-orang yang diberi
kemuliaan Tuhan, kita juga harus menunjukkan hidup yang berbuah. Hidup harus
berarti, dan hidup harus memberi arti bagi kehidupan yang lain. Amin
Langganan:
Postingan (Atom)