Selasa, 24 September 2019
bendrio sibarani: Khotbah Rumah Tangga Kristen
bendrio sibarani: Khotbah Rumah Tangga Kristen: Bacaan Alkitab: Kejadian 22:1-14 Jehova Jireh Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus Siapapun di antara kita tida...
Khotbah Rumah Tangga Kristen
Bacaan Alkitab: Kejadian 22:1-14
Jehova Jireh
Bapak-bapak Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus
Siapapun di antara kita tidak akan ada
yang mau apalagi rela apabila anak sematawayang kita diminta dari kita untuk
dijadikan sebagai korban bakaran sekalipun itu untuk Tuhan. Ini adalah tindakan
yang tidak akan mungkin dapat dilakukan, kecuali otak kita telah dicuci
layaknya beberapa orang yang disebut sebagai teroris sekarang ini. Penolakan
kita terhadap praktek keagamaan seperti ini sesungguhnya lahir dari keyakinan
kita sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Konteks hidup
Abraham memang jauh berbeda dengan konteks kehidupan kita sekarang ini,
demikian pula dengan konsep keagamaan. Praktek mempersembahkan korban kepada
Tuhan Allah merupakan praktek biasa yang dilaksanakan di zaman Abraham.
Demikian pula halnya dengan nazar seorang yang bernama Yefta, ketika ia
menazarkan bahwa apabila ia pulang dengan selamat dari peperangan, maka apapun
yang menyambutnya yang pertama kali dari dalam rumahnya, akan dipersembahkannya
sebagai korban bakaran kepada Tuhan Allah. Ternyata yang menyongsongnya adalah
puteri semata wayangnya sendiri. Karena ini adalah nazar kepada Tuhan Allah,
maka ia pun harus melakukannya. Tindakan Abraham adalah tindakan yang diluar nalar
dan kemampuan kita. Tindakan Abraham ini sesungguhnya menghantar dia benar
disebut sebagai Bapa orang percaya, karena kepercayaannya adalah kepercayaan
yang sempurna. Apakah Abraham melupakan janji-janji Allah kepadanya, bahwa ia
diberkati dan keturunannya akan seperti pasir dan kersik? Bukankah dengan
mempersembahkan Ishak kepada Tuhan sebagai korban bakaran janji Tuhan Allah
tersebut menjadi tidak benar?
Bapak-bapak
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam kesaksian Alkitab
saat ini, ternyata Abraham tidak sekalipun mempertanyakan atau memberi komentar
tentang perintah Tuhan yang datang kepadanya. Yang dapat kita ketahui adalah
bahwa Abraham hanya menyahut dan menuruti segala yang Tuhan perintahkan
kepadanya. Abraham tidak sedikitpun mengetahui bahwa dirinya sedang diuji.
Abraham juga sesungguhnya adalah seorang ayah yang pasti sangat menyayangi
anaknya satu-satunya. Tetapi, sekali lagi, Abraham tidak memberikan sepatah
katapun menanggapi perintah Tuhan tersebut. Padahal Ishak adalah harta yang
paling mahal dihidupnya sebagai pewaris baginya dan meneruskan keturunannya
untuk menggenapi apa yang dikehendaki Tuhan Allah atasnya. Pada ayat 2 bacaan
kita saat ini, sangat jelas bahwa perintah Tuhan disampaikan kepada Abraham
untuk mempersembahkan Ishak anaknya yang tunggal di sebuah gunung di tanah
Moria sebagai korban bakaran kepada Allah. Tanpa pertimbangan dan tanpa
pertanyaan, Abraham memenuhi perintah tersebut dengan melakukan apa yang Tuhan
perintahkan.
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pertanyaan Ishak kepada
Abraham tentang domba yang hendak mereka persembahkan kepada Allah, ternyata
dijawab oleh Abraham dengan keyakinan yang luar biasa, bahwa Allah akan
menyediakannya. Apakah jawaban ini bukan jawaban yang membohongi Ishak anaknya?
ataukah jawaban ini merupakan jawaban iman ataukah pula jawaban ini merupakan
jawaban kepasrahan? Yang pasti jawaban Abraham ini adalah jawaban yang
benar-benar lahir dari keyakinannya bahwa memang Tuhan akan menyediakan sendiri
korban bakaran bagi-Nya. Ternyata ketika seluruh perintah Tuhan Allah itu
dilakukan Abraham dengan ketulusan, di sanalah kemudian terbuka, bahwa Abraham ternyata
sedang dalam ujian iman. Ujian ini merupakan puncak tertinggi untuk menguji
iman dan kepercayaan Abraham. Abraham lulus dan penyembahan korban bakaran anak
tunggal tidak terjadi, sebab Tuhan Allah sendirilah yang kemudian menyediakan
korban bakaran bagi-Nya sebagaimana yang diimani Abraham.
Bapak-bapak
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Apakah sesungguhnya yang
hendak disampaikan kepada kita berdasarkan kesaksian Alkitab ini? Yang pasti
bahwa Tuhan tidak akan pernah meminta kita mempersembahkan anak kita sendiri
sebagai korban yang dibakar kepada-Nya. Tetapi kesaksian Alkitab ini hendak
mengarahkan kita untuk mengetahui dan menyadari bahwa Tuhan Allah tidak meminta
yang tidak berharga dari kita sebagai persembahan bagi-Nya. Yang paling
berharga di dalam hidup ini sungguh dikehendaki oleh Tuhan Allah menjadi
persembahan bagi-Nya. Artinya walaupun Tuhan Allah kita adalah Allah yang Maha
murah, tetapi Dia tidak murahan dan tidak menghendaki yang murah dipersembahkan
kepada-Nya. Selanjutnya melalui kesaksian Alkitab ini, sesungguhnya kepada kita
diberitakan bahwa ukuran iman seseorang terletak pada ketaatannya kepada Tuhan
Allah. Ketaatan tersebut kemudian nyata dari pemberian diri atau respon pada
perintah Tuhan Allah. Itulah yang dilakukan Abraham. Tanpa protes, tanpa
bersikap kritis, tanpa bertanya dan tanpa menimbang-nimbang, ia melakukan
segala yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Pertanyaan kemudian yang mungkin
lahir di benak kita: apakah Tuhan masih menguji iman kita sampai saat ini,
kendatipun Tuhan Yesus Kristus telah menjadi korban bagi kita? Jawabannya
adalah ya. Selama kita masih hidup di dunia ini, iman kita akan terus di uji
dan ditempa hingga mencapai kemurniannya. Pengalaman hidup dan beriman Abraham
mesti dijadikan sebagai refleksi iman bagi kita, apakah kita telah dan akan
mampu mempersembahkan yang paling berharga bagi kemuliaan Tuhan? Di zaman
sekarang ini, setuju atau tidak, waktulah yang paling berharga bagi setiap
orang. Waktu adalah segala-galanya bagi orang yang hidup di zaman ini. Tidak
sedikit orang yang sangat tidak mau waktunya hilang. Persoalannya kemudian,
waktu itu sepertinya tidak disadari sebagai anugerah yang paling berharga dari
dan bagi Tuhan. Memberi waktu bagi Tuhan menjadi tantangan tersulit untuk
dilakukan saat sekarang ini. Terpujilah Tuhan.
Tuhan memberkati kita
amin.
Bacaan Alkitab: Matius 27:11-26
Bapak-bapak Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus
Proses pengadilan yang
dihadapi Tuhan Yesus, berdasarkan bacaan kita saat ini sesungguhnya adalah
pengadilan yang formalitas. Sebab sebelum vonis dijatuhkan kepada Yesus, sebenarnya
Dia telah divonis untuk dihukum mati oleh imam-imam kepala dan para ahli taurat
Yahudi. Walaupun Yesus Kristus dihadapkan kepada Pilatus sebagai wali negeri
kala itu, imam-imam kepala dan para ahli taurat sebenarnya hanya ingin
mendapatkan rekomendasi vonis mereka terhadap Yesus Kristus. Sebagai wali
negeri, Pilatus memiliki wewenang untuk memutuskan vonis terhadap seseorang
yang diduga bersalah atas kejahatan yang dilakukannya. Itulah sebabnya
imam-imam kepala dan para ahli taurat menghadapkan Yesus Kristus kepadanya.
Pilatus sesungguhnya tidak menemukan sedikitpun alasan untuk menghukum Yesus
Kristus, karena tidak ada kesalahan yang dilakukan Yesus Kristus. Itulah
sebabnya Pilatus sangat heran ketika Yesus Kristus hanya berdiam diri atas
segala tuduhan yang ditujukan kepadaNya. Ternyata sikap berdiam diri Yesus
Kristus tersebut merupakan jawaban atas apa yang terjadi. Yesus Kristus sungguh
mengetahui bahwa semua orang, termasuk imam-imam kepala, para ahli taurat dan
juga Pilatus mengetahui bahwa Yesus Kristus tidak bersalah. Tidak ada kejahatan
yang dilakukan Yesus Kristus.
Bapak-bapak
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pilatus kemudian berupaya
membebaskan Yesus Kristus melalui wewenangnya. Sesuai dengan tradisi pada
setiap hari raya Yahudi, bahwa wali negeri membebaskan seorang narapidana
sesuai dengan permintaan rakyat, maka Pilatus memberikan pilihan kepada rakyat
Yesus Kristus atau Yesus Barabas yang akan dibebaskan. Ternyata orang banyak
itu oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua lebih memilih Yesus Barabas yang
nota bena adalah seorang penjahat kelas kakap untuk dibebaskan. Massa yang
terhasut oleh perasaan dengki kemudian berteriak-teriak untuk disalibkan.
Pilatus sungguh berada di tengah dilema. Isterinyapun telah mengingatkan dia
supaya jangan mencampuri urusan Yesus Kristus yang adalah orang benar. Pilatus
pun sungguh yakin bahwa Yesus Kristus tidak bersalah. Tekanan massa yang
mengarah pada kerusuhan menjadi pertimbangan utama bagi Pilatus untuk kemudian
mengambil sikapnya. Dia cuci tangan dalam perkara ini. Pilatus tidak mampu
memberikan sikap tegas dan menanggung konsekwensi dari sebuah putusan. Akhirnya
Yesus Kristuspun disalibkan.
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Apa yang harus kita maknai
dari peristiwa ini dalam hubungannya sebagai orang-orang yang percaya kepada
Tuhan Yesus Kristus yang disalibkan itu? Yang pertama: Sikap Yesus Kristus yang
mengambil sikap berdiam diri atas segala tuduhan yang dialamatkan kepadaNya.
Yesus Kristus sungguh mengetahui bahwa mengkalrifikasi tuduhan atau fitnah yang
ditujukan kepadaNya di saat semua orang dikuasai rasa dengki adalah tindakan
yang tiada artinya. Yesus Kristus ingin membuktikan semua fitnah dan tuduhan
itu lewat proses hidup yang dihadapiNya oleh BapaNya. Maka kemudian kebangkitanNya
menjadi jawaban atas seluruh fitnah dan penghakiman yang dialamatkan kepadaNya.
sikap berdiam Yesus Kristus juga merupakan sikap yang menunjuk pada ketaatan
Yesus Kristus kendatipun harus disalibkan. Ketaatan itu ditunjukkan Yesus
Kristus kepada BapaNya, supaya segala hal yang dinubuatkan tentangNya
benar-benar tergenapi. Yang kedua, sikap imam-imam kepada dan tua-tua,
ahli-ahli taurat dan orang banyak yang terhasut penting untuk direnungkan
supaya kita jangan sampai terjebak pada sikap dengki kepada orang lain dalam
hidup ini. Mereka telah memilih yang salah dan salah memilih karena hidup
mereka diluasai oleh dengki. Seseorang yang dikuasa dengki akan jatuh pada
tindakan memilih yang salah dan salah memilih. Ingatlah bahwa hidup ini adalah
pilihan, maka supaya jangan sampai memilih yang salah dan salah memilih,
jauhkanlah hidup dari sikap dan perasaan dengki. Yang ketiga, sikap yang
ditunjukkan Pilatuspun juga menjadi kritik bagi kita supaya kita juga
menghindar dari sikap cuci tangan dari persoalan dan masalah yang sesungguhnya
menuntut tanggungjawab kita. Terlepas dari peristiwa yang harus digenapi oleh
Yesus Kritus tentang salib, sikap Pilatus bukanlah sikap yang benar untuk
dipraktekkan dalam hidup kita sebagai orang-orang yang bersekutu, berinteraksi
dan berjumpa dengan sesama kita. berani bertanggungjawab membela yang benar
harus menjadi sikap dan prinsip hidup setiap orang percaya. Yang terakhir,
melalui penyaliban Tuhan Yesus Kristus, kita sekalian diingatkan pada dua hal,
yakni bahwa kita telah ditebus dan lunas dibayar dari cengkeraman kuasa dosa.
Kita harus mengharga anugerah ini dengan kehidupan yang benar dan berguna bagi
Tuhan Allah. Yang kedua bahwa melalui penyaliban Yesus Kristus, kitapun diminta
untuk menyalibkan segala bentuk ego diri kita, menyalibkan segala kesombongan,
menyalibkan segala hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Yakinlah
dan percayalah bahwa penyaliban Yesus Kristus adalah anugerah bagi kita untuk
menjadi pemenang bersama Tuhan Yesus yang bangkit dan hidup. Tuhan memberkati
kita amin.
Bacaan Alkitab: Lukas 12:35-40
Siap Sedia Selalu
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pinggang dan Pelita adalah
perlengkapan yang melengkat dalam kehidupan orang-orang Yahudi. Setiap
laki-laki pasti memiliki ikat pinggang karena bentuk pakaian mereka membutuhkan
ikat pinggang sehingga mereka dapat beraktifitas dengan baik dan nyaman. Jika
seseorang Yahudi sedang melepas ikat pinggangnya, itu berarti dia sedang berada
di tengah waktu istirahat atau sedang tidak beraktifitas. Ikat pinggang kemudian
menjadi symbol bagi setiap laki-laki Yahudi yang menunjuk pada kesiapan mereka
dalam beraktifitas. Peralatan yang kedua adalah pelita. Setiap rumah orang
Yahudi pasti memiliki pelita, karena ini adalah kebutuhan penting bagi mereka
di waktu malam, baik dirumah maupun ketika mereka bepergian di waktu malam.
Pelita ini akan menjadi perhatian setiap orang Yahudi, supaya tetap terjamin
akan menyala ketika malam tiba. Pelita yang menyala juga menjadi symbol
kesiapsediaan seseorang dalam menyambut waktu yang baru, yakni malam hari.
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Ikat
pinggang dan pelita digunakan oleh Tuhan Yesus sebagai bahan penagajaran-Nya
menyangkut perihal “kewaspadaan” setiap orang menyambut kedatangan Tuhannya.
Dengan menganalogikan bagaikan tuan yang sedang bepergian ke tempat pesta
perkawinan dan akan kembali tanpa diketahui, maka hamba-hamba tuan tersebut
mesti siap sedia menyambut ketika tuannya pulang. Dalam tradisi orang Yahudi,
pesta perkawinan adalah acara yang dapat berlangsung berhari-hari. Acara pesta
dapat berlangsung lama dan tidak dibatasi waktunya. Pesta akan usai ketika para
tamu undangan telah kembali. Itulah sebabnya Yesus mengibaratkan kedatangan-Nya
bagaikan kedatangan seorang tuan yang pulang dari pesta perkawinan. Setiap tuan
pastilah akan bersukacita dan senang, apabila hamba-hamba-Nya senantiasa siap
sedia menyambut kedatangannya kapanpun waktunya. Berbahagialah hamba yang
berlaku demikian. Kedatangan Tuhanpun demikian.
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Berbicara kedatangan Tuhan,
sesungguhnya kita membicarakan bagaimana Tuhan hadir di tengah-tengah hidup
umat-Nya. Kedatangan-Nya akan menjadi jerat bagi setiap orang yang tidak
bersiapsedia dan tentu menjadi kebahagiaan bagi semua orang yang menyambut-Nya
dengan benar dan dalam kebenaran hidup, yakni hidup yang senantias siap sedia
untuk layak menyambut Tuhan datang. Firman Tuhan ini, sesungguhnya menegaskan
kepada kita bahwa, kedatangan Tuhan atau kehadiran Tuhan dalam kehidupan ini
menuntut kesiapsediaan kita. Pinggang yang terikat dan pelita yang menyala
menegaskan kepada kita bahwa kita mesti siap sedia menyambut Tuhan hadir dan
datang ke dalam kehidupan kita. Kedatangan Tuhan di sini harus dipahami dengan
lengkap, bahwasannya, kedatangan yang dimaksudkan bukan hanya berbicara nanti
ketika Dia datang kali kedua, tetapi juga menyangkut seluruh dimensi waktu,
yakni kedatangan-Nya kapanpun di dalam hidup kita. Siap dan sedia yang
disimbolkan dengan pinggang yang terikat dan pelita menjadi sikap yang dituntut
dari kita dalam hidup keberimanan kita. Kita tidak mengetahui kapan waktunya
Tuhan datang, tetapi yang pasti Dia datang ke dalam hidup kita semua.
Kedatangan Tuhan ke dalam hidup setiap orang menuntut tempat yang layak dan
penyambutan yang siap, maka ketika itu tersedia di hidup kita, maka di sanalah
kebahagiaan menjadi milik kita. Kenapa? Karena Tuhan Yesus, Tuhan kita niscaya
memberikannya karena kita didapati-Nya siap dan sedia.
Saudara-saudara,
dengan kesiap sediaan yang bagaimanakah kita menantikan kedatangan-Nya di dalam
hidup ini? Layaknya hamba, yang mempersembahkan hidupnya bagi tuannya, dan taat
serta setia kepada tuannya, karena dia hidup oleh dan di dalam tuannya, maka
demikianlah pula halnya kita sebagai hamba-hamba Tuhan di hidup ini. Kesetiaan,
ketaatan dan kesadaran bahwa hidup kita sepenuhnya di Tangan Tuhan, mestilah
menjadi prinsip hidup kita. Di dalam prinsip hidup seperti inilah sesungguhnya
kesiap sediaan akan terus terpancar dari hidup kita dan menjadi sikap dan
tindakan kita. Kapanpun Tuhan datang, kedatangan-Nya adalah sukacita dan
kemenangan bagi kita, sebab memang kita telah menanti Dia dengan kesiap
sediaan, Dia datang, hadir dan bersama kita karena hidup kita benar-benar layak
menjadi kediaman-Nya. Ketika Dia berdiam di dalam hidup kita, maka saat itulah
Damai sejahtera dan kebahagiaan menjadi milik kita. Terpujilah Dia, marilah
siap sedia senantiasa menyambut Dia. Amin
Amin
Bacaan Alkitab: Bacaan
Alkitab: Roma 12: 1
IBADAH
DAN PERSEMBAHAN YANG BENAR
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Persembahan,
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan setiap agama.
Persembahan tersebut memiliki tempat yang penting dalam setiap ritus keagamaan.
Namun hakekat dan maknanya tidaklah sama dengan unsur persembahan dalam
kehidupan kekristenan. Oleh beberapa agama, persembahan biasanya dipahami
sebagai sarana untuk memberikan kebutuhan atau memenuhi tuntutan dari yang
disembah (hal ini dapat kita lihat dalam kepercayaan agama suku), ada juga yang
memahaminya sebagai usaha atau upaya untuk mengumpulkan saldo amal atau
perbuatan supaya dikenan oleh yang disembahnya. Di pihak lain, persembahan juga
sering dipahami sebagai usaha umat untuk meredam kemarahan yang disembahnya
agar berhenti marah atau memberikan hukuman kepada umat.
Pemahaman
tentang persembahan seperti itu, sangatlah jauh berbeda dengan persembahan yang
dipahami oleh orang-orang Kristen. Bagi kehidupan orang Kristen, persembahan
merupakan tanda ungkapan syukur dan sukacita kepada Tuhan yang telah lebih
dahulu memberkati kehidupan umatNya. Persembahan tersebut juga menjadi tanda
terima kasih kepada Tuhan yang dengan setia memberkati umatNya. Jadi adalah keliru
jika persembahan dipahami sebagi upaya manusia untuk membujuk Tuhan agar Tuhan
memberkati, agar Tuhan tidak menjatuhkan hukuman kepada umatNya.
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Tidak
dapat dipungkiri bahwa ada sebagian orang Kristen yang keliru memahami apakah
persembahan itu. ada sebagian orang yang memahami bahwa persembahan itu
hanyalah berupa materi ataupun uang. Pemahaman seperti ini, sepertinya
dipengaruhi gaya hidup yang dipengaruhi materialism, sehingga persembahanpun
dipahami hanyalah dengan berupa materi. Tetapi tidaklah demikian dalam diri
Paulus. Persembahan yang benar bagi Paulus ialah pemberian totalitas hidup bagi
kemuliaan Allah. Paulus katakana “persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan
yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah, itu adalah ibadahmu yang sejati.
Perkataan Paulus ini hendak menegaskan bahwa persembahan yang benar bukanlah
melulu dengan pemberian materi, melainkan harus dengan totalitas hidup (tubuh).
Dalam hal ini segala sesuatu yang dimiliki seseorang dalam hidupnya wajib
dipersembahkan kepada Tuhan. bukan hanya berupa materi, tetapi juga kemampuan,
atau apapun yang dimiliki seseorang termasuk pikirannya, perasaannya bahkan
waktunya. Pemahaman tentang persembahan seperti ini, akan benar-benar berkenan kepada
Tuhan apabila segala totalitas hidup diberikan untuk kemuliaan Tuhan. Itu
berarti, persembahan bukanlah melulu diberikan kepada Tuhan dalam kegiatan
peribatan, atau dengan kata lain, persembahan bukanlah melulu hanya sebagai
salah satu unsur dalam liturgi ibadah.
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Walaupun dengan kalimat singkat, Paulus
memberikan penjelesan tentang persembahan dan ibadah yang sejati dengan jelas
dan lengkap. Dengan kata lain, Paulus hendak menegaskan bahwa ibadah yang
sejati dan sesungguhnya ialah pemberian diri secara total bagi kemuliaan Allah.
Itu berarti persembahan menjadi inti dari ibadah. Persembahan baik berupa uang
ataupun bahan natura disaat kita mengikuti ibadah. Pengertian tentang
persembahan yang demikian tidaklah lengkap dan sempurna. Oleh karena itu, jika menyimak dengan seksama
pengajaran Paulus ini, maka jelaslah bagi kita bahwa persembahan yang benar itu
adalah memberi diri, hidup secara total (keseluruhan) hidup bagi kemuliaan
Tuhan. Pemberian diri secara total sebagai persembahan kepada Tuhan dapat
diwujudkan melalui perbuatan kita setiap hari, kapan dan dimanapun kita
berkarya. Amin
Bacaan Alkitab: 2 Tawarikh 26:1-5, 16 & 19
Bapak-bapak
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kita pasti pernah mendengar ucapan yang
berkata “manusia tidak pernah ada puasnya”. Kata-kata ini terucap ketika
manusia melihat manusia lainnya yang telah memiliki segala hal dalam hidupnya,
tetapi tokh masih merasa kurang dan tidak pernah merasa cukup. Memang tidak ada
tolok ukur yang baku bagi semua orang tentang yang bagaimana itu cukup atau
banyak, apabila berbicara tentang kepunyaan. Sikap takabur menjadi sikap yang
merasuki hidup orang-orang yang demikian. Seseorang yang memulai hidupnya dari
nol, yang terus berjuang sampai pada puncak kejayaan, tiba-tiba menjadi hancur
merupakan kisah hidup yang menyakitkan. Mungkin kita pernah mendengar atau
melihat hidup orang yang seperti ini. Inilah yang terjadi dan dialami oleh
seorang Raja Uzia, yakni seorang raja yang diangkat di masa mudanya ketika
berumur 16 tahun. Raja Uzia memerintah selama 25 tahun. Semula di awal
pemerintahannya, Raja Uzia adalah Raja yang melakukan apa yang benar di hadapan
Tuhan Allah. Selama 25 tahun dia untuk mencapai kejayaan kerajaan yang
dipimpinnya. Iapun berhasil dalam segala usahanya. Akan tetapi setelah semuanya
digapainya, ia menjadi merobah.
Sikapnya,
terutama rasa Takut akan Tuhan sirna dari dalam hidupnya. Setelah ia kuat, ia
menjadi tinggi hati. Sikap tinggi hati ini terlihat dari sikapnya yang tidak
lagi menghormati kekudusan Allah di dalam Bait suci. Raja Uzia melampaui batas
wewenangnya, ia merampas kemuliaan Tuhan Allah. Dia tidak menghormati ritual
suci di Bait Allah, dengan membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan.
Ritual ini, menurut peraturan Taurat, menurut hukum Allah hanya boleh dilakukan
oleh orang-orang yang dikuduskan untuk melayani di Bait Allah, yakni para imam.
Raja Uzia merasa bahwa dirinya berkuasa, dirinya hebat dan tidak ada lagi yang
dapat menandinginya, menjadi tinggi hati. Ia tidak lagi rendah hati. Walaupun
telah diperingati oleh para imam, namun Raja Uzia tidak peduli. Keberhasilannya
dalam segala usahanya meraih kejayaan kerajaan telah membuat raja Uzia tidak
lagi mau merendahkan dirinya di hadapan Tuhan Allah. Ia akhirnya mengalami hal
yang sama dengan ayahnya Amazia, yang juga bersikap yang sama.
Bapak-bapak
yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kisah hidup Raja Uzia ini, merupakan
peringatan dan kritik bagi setiap orang percaya kepada Tuhan Allah, untuk tidak
menjadi tinggi hati apabila telah meraih mimpi dan tiba pada puncak kejayaan.
Segala sesuatu yang dirindukan boleh saja tergapai, tetapi mesti sadar bahwa
ada batas yang harus dipatuhi sebagai umat yang percaya kepada Tuhan Allah.
Setiap orang percaya mesti sadar bahwa kemuliaan dan kekudusan Tuhan adalah hal
yang tidak mungkin untuk diklaim sebagai milik kepunyaan. Setinggi apapun
keberhasilan yang telah kita raih dan kesuksesan yang kita gapai, sikap rendah
hati harus tetap menjadi prinsip dan sikap hidup orang yang percaya kepada
Tuhan Yesus. Raja Uzia akhirnya harus kehilangan semuanya karena sikapnya yang
berobah. Dia tidak lagi merendahkan hatinya di hadapan Tuhan Allah. Penyakit
kusta yang diyakini sebagai kutukan Allah dalam tradisi keagamaan umat Israel
menjadi bagian Raja Uzia dan oleh karena itu, ia harus diasingkan dan
kekuasaanpun diambil darinya. Sekarang, apakah yang terjadi dengan orang
seperti Raja Uzia? Yang pasti adalah penyesalan yang amat dalam. Semua usaha
untuk menggapai keberhasilan menjadi sia-sia. Benarlah Firman Tuhan Yesus yang
mengatakan bahwa barang siapa yang meninggikan dirinya akan direndahkan (Matius
23:12).
Marilah
senantiasa berkomitmen untuk hidup konsisten merendahkan hati di hadapan Tuhan
Allah, melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan, maka damai sejahtera akan
senantiasa milik kita. Tinggi hati akan mendahului kejatuhan (Amsal 16:18)
karena setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan, sungguh, ia
tidak akan luput dari hukuman (Amsal 16:5).
Percayalah
saudara-saudara bahwa sikap merendahkan hati di hadapan Tuhan adalah sikap
hiudp yang mengarahkan kita untuk senantiasa menikmati keberhasilan hidup karena
Tuhan sendiri yang membuat kita berhasil di segenap perjuangan hidup kita..
Bacaan Alkitab: Kejadian 28:10- 22
Keluarga, Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus,
Kisah
hidup Yakub adalah kisah hidup yang sangat menarik karena penuh dengan
pengalaman hidup yang penting. Dalam pelariannya, Yakub seringkali berjumpa
dengan tantangan hidup yang berat. Arah dan tujuan hidupnya yang tidak dia
mengerti seringkali membuat Yakub merasa letih dalam perjalanan hidupnya,
ditambah lagi perasaan takut karena dikejar oleh kakak sendiri. dalam
perjalanan dari Bersyeba menju Haran, Yakub memiliki pengalaman iman yang
sungguh luar biasa, di tempat ini Yakub bermimpi, bahwa di bumi ada didirikan
tangga yang ujungnya sampai ke di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat turun
naik melalui tangga itu. Tuhan berdiri di sampingnya dan berbicara dengan Yakub
bahwa Tuhan Allah akan memberikan tanah tempat Yakub berbaring sebagai milik
kepunyaannya dan keturunannya, serta akan memberkati Yakub seperti debu tanah
banyaknya, dan mengembangkan kekayaan Yakub serta menjadikan Yakub menjadi
berkat.
Keluarga, Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dari mimpi ini, Yakub kemudian menyadari
bahwa Tuhan ada di tempat di mana dirinya berdiam. Maka dari pengalaman iman
ini kemudian, lahirlah panggilan iman untuk memberikan kesaksian tentang
kebaikan Tuhan, Yakub mendirikan tugu di tempat di mana dia berbaring, dengan
tujuan supaya di tempat itu Tuhan Allah dimuliakan. Betel, itulah kemudian Nama
yang diberikan Yakub kepada tempat itu. Dan di sinilah kemudian lahir nazar
dari Yakub, yakni persembahan persempuluhan. Pengalaman Yakub berjumpa dengan
Tuhan dan melihat suasana sorgawi melalui mimpi adalah pengalaman yang lumrah
terjadi dalam kehidupan bapak-bapak leluhur Israel. Di tengah pengembaraan
hidup dalam upaya menyelamatkan diri, kepada Yakub, Tuhan memberikan janji
bahwa Yakub akan dibawa kembali ke tempat asalnya dan akan memberikan jaminan
kehidupan serta keberlangsungan keturunan yang diberkati oleh Tuhan Allah.
Keluarga, saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Walaupun
kehidupan seorang Yakub merupakan kehidupan yang penuh dengan tanda tanya
karena dalam pelarian dari Esau kakaknya, akan tetapi Tuhan memberikan janji
dan jaminan keselamatan kepadanya. itu terjadi semata-mata oleh karena kasih
Tuhan Allah. Tuhanlah yang telah menetapkan apa yang harus terjadi dan dialami
oleh Yakub dalam perjalanan hidupnya. Janji dan berkat Tuhan tersebut direspon
dengan baik oleh Yakub, yakni bahwa Yakub bersaksi tentang kehadiran Tuhan,
Yakub memuliakan Tuhan, Yakun mengikrarkan janji iman (nazar) di hadapan Tuhan.
Semua yang dilakukan Yakub semata-mata adalah buah dari apa yang telah
diterimanya dari Tuhan Allah. janji Tuhan kepadanya: diberkati, disertai,
dilindungi, dibawa kembali, diyakinkan bahwa janji Tuhan pasti digenapi.
Saudara-saudara,
jika kita berefleksi dari pengalaman iman Yakub ini, maka kepada kita,
sesungguhnya diingatkan bahwa Tuhan Allah tidak pernah membiarkan seorangpun
anak-anak-Nya berjalan sendirian mengarungi kehidupan ini. Bahwa Tuhan Allah
senantiasa berdaulat ata segenap hidup orang-orang yang percaya kepada-Nya.
Bahwa setiap kita adalah orang-orang yang sedang melalukan ziarah kehidupan di
dunia ini. Maka kita ditantang untuk senantiasa peka mengenali kehadiran Tuhan
di kehidupan kita supaya lahir respon berupa kesaksian yang memuliakan Tuhan
Allah.
Janji Tuhan
kepada Yakub, adalah janji yang terus-menerus berlaku bagi setiap orang yang
percaya kepada Tuhan Allah. Maka percayalah kepada Tuhan Allah. Amin
Markus 6: 45- 52
Yesus Mampu Berjalan Di Atas Ketidakmungkinan
Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus
Kristus
Cerita tentang Yesus
berjalan di atas air ternyata bukan sekedar mujizat yang hendak menunjukkan
kemahakuasaan Yesus sebagai Tuhan, melainkan kisah ini mengandung makna yang
amat penting bagi hidup setiap orang percaya dalam rangka mengarungi kehidupan
di dunia ini. Murid-murid Yesus yang telah mendahului- Nya menuju seberang
danau ketika malam tiba diperhadapkan pada ancaman angin sakal yang menerpa
perahu mereka. Murid-murid tersebut sangat bersusah payah menghadapi angin
sakal tersebut. Padahal sebagian besar dari mereka adalah nelayan handal yang
berpengalaman. Pada waktu mereka menghadapi angin sakal yang amat berbahaya
tersebut, Yesus tiba-tiba muncul dan menolong mereka. Kehadiran Yesus, sungguh
luar biasa, Dia berjalan di atas air, sehingga murid-murid- Nya sempat
ketakutan karena mengira Dia adalah hantu. Yesus berkata kepada
mereka:”Tenanglah, ini Aku! Yesuspun memasuki perahu tersebut mendapatkan
murid-murid- Nya, pada saat itu anginpun langsung reda dan teduh.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus kristus
Seperti yang dikatakan
tadi, Yesus berjalan di atas air, bukanlah hanya sekedar mujizat melulu,
melainkan apa yang dilakukan Yesus tersebut menunjukkan bahwa Yesus Tuhan mampu
dan berkuasa berjalan di atas ketidakmungkinan, Yesus mampu berkuasa
menyelesaikan masalah tanpa masalah. Perahu yang berlayar dilautan merupakan
gambaran kehidupan orang-orang percaya yang harus berjumpa dengan silih
bergantinya badai kehidupan, kadang teduh, terkadang juga dan seringkali
berjumpa dengan badai. Pengalaman tidak menjadi jaminan sebagaimana halnya yang
dialami murid-murid Yesus. Perjalanan hidup tidak bisa dijamin akan selalu
mulus dan berjalan lancar, selalu saja ada berbagai tantangan dan hambatan.
Namun di samping itu pula, sebagai orang percaya, kita harus percaya bahwa
selain tantangan dan hambatan, tersedia juga peluang dan harapan. Lihat, bahwa
tatkala Yesus melihat betapa payahnya murid-murid itu mendayung, Diapun hadir
dengan cara yang luar biasa, di luar dugaan manusia.
Saudara-saudara, demikian juga dalam hidup kita semua, lewat
bacaan kita saat ini, kita dikuatkan dan diyakinkan bahwa saat hidup kita
terancam bahaya, baik karena pergumulan berat maupun karena diperhadapkan pada
masalah berat, Yesus juga hadir dengan cara- Nya sendiri. Kita tak’an mampu
menyelami dan menduga cara Tuhan ketika Dia hendak menolong umat- Nya yang
sedang diperhadapkan pada bahaya yang di luar kemampuan manusia. Yesus mampu
berjalan di atas ketidakmungkinan, menyelasaikan masalah dan meneduhkan
suasana. Walaupun karena cara kehadiran- Nya kita merasa bingung dan kurang
percaya bahkan takut, akan tetapi Dia akan mendapatkan kita dan semua masalahpun
akan selesai.
Manusia, siapapun dia tak
bisa tidak, dalam hidupnya di dunia ini akan selalu menghadapi berbagai bentuk
proses hidup dalam suasana yang silih berganti. Ada suka, ada duka. Akan tetapi
seberat apapun pergumulan dan masalah yang kita hadapi jika Yesus melihat bahwa
kita telah bersusah payah dan tidak mampu lagi dengan kekuatan yang kita
miliki, maka Dia sendiri akan datang, hadir untuk menolong kita, Dia mampu
mengatasi semua masalah tanpa menimbulkan masalah, tinggal kita sekarang,
apakah kita siap dan sedia menyambut dan menerima Dia, yang kehadiran- Nya di
luar akal kita?, Apakah kita akan mengetahui dan mengenal- Nya jika Dia telah
sungguh-sungguh menolong kita?
AMIN
Bacaan Alkitab: Mzm 23:1-6
Tuhanlah Gembalaku
Keluarga, saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Mazmur 23 ini
merupakan salah satu pasal yang sangat sering didengar oleh kita, dan oelh
karena itu Mazmur yang satu ini sudah tidak asing bagi kita sekalian. Mazmur
yang berisi kesaksian tentang kasih dan pemeliharaan Tuhan atas orang yang
percaya kepada-Nya. Mazmur ini bukan sekedar kesaksian tentang kasih dan
pemeliharaan Tuhan, akan tetapi juga kesaksian yang diharapkan dapat meneguhkan
seseorang dalam menghadapi ancaman hidup. Selanjutnya Mazmur inipun juga dapat
dikategorikan sebagai Mazmur yang meyakinkan setiap orang percaya dalam
melanjutkan perjalanan hidupnya. Daud yang diyakini sebagai pencipta Mazmur
ini, sesungguhnya terinspirasi dari pengalaman hdiupnya yang dulu berperan
sebagai gembala kambing domba orangtuanya. Dia sungguh memahami dengan benar
siapa dan bagaimana seorang gembala yang baik itu. Daud tentu tidak sama dengan
gembala-gembala lainnya kala itu. Jika gembala-gembala lain menggembalakan
kambing domba tuan mereka atau domba mereka sendiri, Daud menggembalakan domba
orangtuanya. Itu berarti Daud bukanlah gembala upahan, Daud bukan pula pemilik
pribadi dari domba yang digembalakannya. Makanya, sebagai gembala, dari Daud
dituntut tanggungjawab penuh tentang kambing domba keluarga. kepada Daud
digantungkan nasib penyokong ekonomi keluarga. Ternyata, pengalaman ini
menghantar Daud pada pengakuannya tentang Tuhan Allah yang berperan sebagai
gembala baginya dan bagi seluruh umat-Nya.
Keluarga, saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Walaupun mazmur
ini sudah tidak asing bagi kita, kita tetap penting memahami mazmur ini dengan
benar sehingga, mazmur ini tidak sekedar sesuatu yang indah didengar dan kita
rasa sebagai penyejuk jiwa kita, melainkan supaya kita juga mengerti apa saja
kehendak Tuhan yang hendak disampaikan kepada kita.
Pertama, ketika
Daud katakan bahwa TUHAN adalah gembala baginya, maka dia yakin bahwa takkan
kekurangan dia. Apa arti ungkapan ini? Ketika TUHAN diyakini sebagai
Gembalanya, maka Daud sungguh-sungguh menggantungkan segenap kehidupannya
kepada Sang Gembala, yakni TUHAN Allah. Gembala pasti menuntun domba-Nya
menemukan sumber makanan dan minuman yang cukup. Dibaringkan di padang rumput
yang hijau dan dibimbing ke air yang tenang dan menyegarkan jiwanya, adalah
tindakan yang pasti dilakukan gembala kepada domba-domba-Nya. Gembala yang baik
tidak sekedar memberikan domba-domba-Nya makan dan minum, tetapi mereka juga
diberikan suasana hidup yang penuh kesempurnaan bahwa apa yang mereka makan dan
minum terasa nikmat dan benar-benar menyegarkan hidup mereka. jadi bukan
sekedar kenyang dan hilang rasa haus, tetapi jika Tuhan adalah gembala, maka
sang Gembala juga akan mengaruniakan suasana hidup yang penuh sukacita dalam
menikmati pemberian atau anugerah Tuhan Allah. apalah artinya hidup berlimpah
berkat, tetapi tidak ada damai dan sukacita? Apalah artinya rasa haus sirna
akan tetapi hidup gunda gulana? Dan apa pulalah artinya makan minum terjamin
tetapi hidup tidak berjalan ke masa depan?
Keluarga, saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Bahwa domba pasti digiring dari satu
tempat ke tempat yang lain, demikian juga kita umat Tuhan akan menjalani dan
meneruskan pengembaraan hidup kita di dunia ini, maka Tuhan Allah sebagai
Gembala menuntun umatNya untuk senantiasa berjalan di jalan yang benar.
Tuntunan Tuhan tersebut dilakukan dengan cara-Nya sendiri. dan harus dipahami
bahwa sebagai Gembala, Tuhan pun menggunakan cara gembala menuntun
domba-dombanya. Ada gada dan tongkat di tangan sang gembala. Dan kenapa Daud
berkata bahwa Gada dan tongkat-Mu itulah yang menghibur aku? Ada apa
sesungguhnya dengan Gada dan Tongkat di tangan gembala? Ini bukan sekedar
symbol kepemimpinan atas domba-domba dari gembala. Gada dan tongkat adalah alat
yang digunakan gembala sebagaimana fungsinya. Gada adalah sebuah benda menyerupai pentungan yang
diujungnya agak lebih besar, biasanya terbuat dari kayu besi yang keras yang
digunakan untuk memukul. Gada ini saudara-saudara digunakan sebagai alat atau
senjata pemukul oleh gembala. Biasanya untuk memukul bebatuan agar terpecah dan
dapat digunakan sebagai batu umban. Selain itu, gada ini juga dipakai sebagai
senjata pemukul dalam pertarungan jarak dengan dengan musuh termasuk dengan
binatang buas oleh gembala. Dan gada ini juga biasa dipakai untuk menghajar
domba yang sulit diarahkan. Tentu ini sangat menyakitkan, akan tetapi dengan
usaha seperti ini domba tidak akan tercerai dengan kumpulannya dan tidak
menyimpang dari jalan yang dipandu oleh sang gembala. Tongkatpun demikian
halnya, digunakan sebagai sebagai senjata oleh gembala dan juga alat untuk
memimpin dan mengarahkan domba-domba. Domba-domba yang terlatih dan terbiasa
sudah sangat mengerti gerakan tongkat yang dimainkan gembalanya. Maka dengan
suara dan gerakan tongkat sang gembala domaba akan mengetahui arah dan perintah
gembalanya. Tongkat juga dipakai untuk menghalau musuh, biasanya binatang buas,
tetapi juga mengahalau domba yang suka melenceng dari kumpulannya atau mencari
jalannya sendiri. bagai Daud, apapun fungsi dari gada dan tongkat sang Gembala,
baginya itu adalah sumber penghiburan, yang membuat dia bersukacita karena itu
berarti Tuhan Allah senantiasa peduli akan hidupnya, kendatipun Tuhan
seringkali menghajarnya dalam hidup ini melalui berbagai bentuk rasa sakit atau
dukacita. Jika Daud juga mengatakan bahwa Tuhan yang adalah gembala Agung
tersebut menyediakan hidangan baginya di hadapan musuhnya, kesaksian ini hendak
menegaskan bahwa walaupun Daud dikelilingi musuh, Tuhan Allah tetap memelihara
hidupnya dan menjamin kelangsungannya. Urapan di kepala Daud dari minyak dan
piala yang melimpah adalah bentuk pemberkatan Tuhan atas dirinya, bahwa Tuhan
memberikan dia berkat dan kemuliaan. Di suasana hidup yang demikian, Daud
meyakini sungguh bahwa kebajikan dan kemurahan akan mengikutinya sepanjang
hidupnya. Pengakuan ini adalah pengakuan yang didorong oleh keyakinan yang
lahir dari segenap kehidupan yang direnungkan Daud di hidupnya. Diam di rumah
Tuhan sepanjang masa adalah ikrar Daud atas semua yang Tuhan lakukan kepadanya
dihidup ini. Maka kesaksian Daud ini, sesungguhnya kesaksian yang hendak
mengarahkan semua orang percaya untuk menempatkan Tuhan Allah sebagai
pemelihara kehidupan, yang menjamin keberlangsungan hidup dan yang memimpin
kehidupan dengan cara Tuhan sendiri. mengakui bahwa apapun bentuk kepemimpinan
Tuhan sebagai Gembala Agung, mesti dijadikan sebagai bentuk dan cara
menghadirkan sukacita bagi domba gembalaan-Nya. Kemudian dari semua pemeliharaan Tuhan
tersebut, setiap domba gembalaan Tuhan, milik kepunyaanNya, mesti bertekat
untuk senantiasa tinggal di rumah Tuhan, yakni tinggal di kekudusan hidup,
tinggal di dalam tindakan kasih dan kebenaran. Terpujilah Kristus Tuhan. Amin
Bacaan
Alkitab: Galatia 3:15-29
Persekutuan Rumah Tangga, Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Salah
ciri ajaran kekristenan yang sangat membedakannya denagn banyak keyakinan atau
ajaran agama lainnya ialah bahwa hidup kekristenan adalah hidup yang telah
diselamatkan, hidup yang telah dikasihi, hidup yang telah diberi jaminan, hidup
yang telah dibebaskan. Maka segala sesuatu yang yang dihidupi oleh umat Tuhan
termasuk kita sekalian adalah hidup yang sudah lunas dibayar oleh Tuhan Yesus
Kristus. Sehingga segala aktifitas kehidupan beriman kita tidak lagi
dimaksudkan sebagai upaya untuk memperoleh keselamatan maupun kasih karunia
atau anugerah. Tetapi sebaliknya, hakekat dari semua yang kita lakukan dalam
hidup ini adalah swujud syukur dan ungkapan terimakasih karena Tuhan Allah
telah menganugerahkan keselamatan, kasih karunia dan jaminan hidup kekal kepada
kita. Dengan demikian, maka segala yang berhubungan dengan ketaatan dan
perbuatan kita dalam iman tidak lagi dimaksudkan supaya kita memperoleh
semuanya itu. Tuhan Allah di dalam dan melalui Yesus Kristus telah
berinisiatif, semata-mata oleh karena kasih-Nya menganugerahkan keselamatan
kepada kita, karena sesungguhnya kita tidak akan pernah dapat memperoleh
keselamatan tersebut baik dengan cara apapun dan melalui upaya apapun.
Selanjutnya kehidupan kita sebagai umat yang percaya kepada Tuhan, adalah hidup
berdasarkan janji-janji Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus.
Persekutuan Rumah Tangga, Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Selanjutnya,
pasti muncul pertanyaan dalam benak kita; Jika demikian apakah gunanya dan
apakah tujuan dari hukum-hukum Tuhan, peraturan, ketetapan dan
perintah-perintah Tuhan yang terdapat dalam Kitab suci kita? Apa pula gunanya
hukum-hukum Tuhan tersebut demikian juga dengan semua ajaran agama yang ada?
Dengan tegas harus dikatakan bahwa hakekat perjuangan kita dalam beriman supaya
anugerah keselamatan yang telah dikaruniakan kepada kita oleh dan di dalam
Yesus Kristus tidak hilang atau sirna. Maka hidup kita ini sesungguhnya adalah
ungkapan syukur kepada Tuhan Allah.
Persekutuan Rumah Tangga, Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam suratnya kepada jemaat
di Galatia, Rasul Paulus memberikan uraian yang lengkap dan jelas bagaimana
kemudian hakekat hukum taurat dan hubungannya dengan janji Tuhan Allah dalam
kehidupan orang percaya. Hukum taurat adalah bagian yang tidak terpisahkan
dalam kehidupan agama kita, akan tetapi kemudian hakekat hukum taurat tersebut
seakan tidak menjadi jelas bagi sebagian orang percaya, karena Alkitab
menegaskan bahwa kita hidup bukan di bawah hukum taurat, tetapi di bawah kasih
karunia. Apakah maksudnya? Apakah Hukum taurat tidak berlaku dan tidak ada lagi
gunanya bagi kita? Persoalan tentang hal ini ternyata mengemuka dalam kehidupan
jemaat Tuhan di Galatia. Jemaat yang berlatar belakang Yahudi dengan semangat
yang kuat terus mengagungkan hukum taurat sebagai hukum yang mesti ditaati
dengan tujuan agar memperoleh keselamatan dan hidup kekal. Paulus kemudian
menjelaskan bahwa hukum taurat sesungguhnya adalah penuntun bagi kita sampai
Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman (ay.24). Pernyataan ini
dapat diartikan bahwa hukum taurat adalah penuntun dan bukan pemberi
keselamatan. Paulus menegaskan bahwa sebelum hukum taurat ada, Tuhan Allah
terlebih dahulu telah memberikan janji melalui Abraham. Oleh janjilah Allah
telah menganugerahkan kasih karunia-Nya kepada Abraham. Maka Abraham
sesungguhnya hidup berkat janji Allah, demikian juga keturunannya, sampai kita
saat ini. Kenapa kita kemudian termasuk dalam keturunan Abraham dan penerima
janji Allah? Alkitab memberikan jawaban
kepada kita saat ini bahwa kita telah menjadi anak-anak Allah, yakni keturunan
Abraham karena Iman di dalam Yesus Kristus. selanjutnya, kita termasuk dalam
keturunan Abraham, penerima janji Allah karena kita semua telah dibaptis dalam
Kristus dan mengenakan Kristus (26-27). Kita adalah milik Kristus, maka kita
adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah (29).
Saudara-saudara, sebagai penerima janji Allah, kita semua sesungguhnya
adalah orang-orang yang diberi wasiat, yakni janji keselamatan yang tidak dapat
dibatalkan, tidak dapat dikurangi dan ditambahi oleh apa dan siapapun. Itu
berarti apa dan bagaimanapun pengalaman hidup yang terjadi, janji Tuhan Allah
tidak akan pernah hilang dan usang bagi kita. Keyakinan seperti ini harus
dipegang teguh oleh setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Bahwa hidup
ini penuh dengan berbagai pergumulan, tantangan dan peluang, duka dan suka, sakit
dan sehat, dan segala kenyataan hidup di dunia ini, itu benar, tetapi bukan
berarti oleh semua itu janji Tuhan telah hilang. Agar janji itu tetap layak
untuk kita, maka hidup ini haruslah terus diperjuangkan agar senantiasa sesuai
dengan kehendak Tuhan Allah. Kesetiaan beriman dan terus taat kepada Tuhan
Allah adalah syarat yang mesti disanggupi oleh setiap orang percaya, bukan
supaya janji keselamatan Tuhan berikan, tetapi karena janji keselamatan telah
Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus telah dianugerahkan kepada kita. Kita adalah
anak-anak Allah, maka sebagai anak-anak-Nya, Bapa kita tidak akan perbah
membiarkan kita menjalani kehidupan ini, Bapa kita senantiasa memperhatikan
kita dan memelihara kita karena itu adalah janji-Nya. Maka marilah, jalani kehidupan
ini dengan penuh syukur di dalam kesetiaan kepada Tuhan Allah. Amin
Bacaan Alkitab: Matius 7:21
“Bukan setiap orang yang berseru
kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam kerajaan Sorga, melainkan dia yang
melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Sorga”
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Kristus,
Memanggil Tuhan atau berseru kepada Tuhan
atau mengucapkan Nama Tuhan merupakan kebiasaan yang melekat dengan kehidupan
orang yang beriman. Tindakan ini sesungguhnya bukanlah hal yang salah dan
dilarang dalam kehidupan beriman. Tetapi, tidak jarang dalam kehidupan sehari-hari,
kita mendengar atau menyaksikan seseorang dengan mudahnya mengucapkan kata
“Tuhan” atau berseru kepada Tuhan dengan begitu gampangnya. Sehingga ucapan
“Tuhan” atau seruan “Tuhan” yang keluar dari mulut seseorang tersebut seakan
terucap tanpa sadar (spontan), akibatnya nilai kata “Tuhan” yang diucapkannya
seakan menjadi tidak berharga. Selanjutnya di berbagai ritual ibadah tidak
jarang juga dijumpai orang-orang yang begitu antusias menyebut atau menyerukan
Nama Tuhan, tetapi tindakan tersebut tidak dalam bentuk kesungguh-sungguhan.
Tuhan Yesus ternyata melihat dan menyaksikan pola hidup beriman seperti ini di
tengah pelayanan-Nya. Terutama yang dipraktekkan kaum Farisi dan para ahli
taurat kala itu. Kaum Farisi dan ahli-ahli taurat acapkali mempergunakan dan
mangatasnamakan Tuhan dalam rangka mendapatkan penghormatan dan pujian dari
umat dan kahalayak banyak. Padahal, dalam kenyataannya, mereka tidak taat pada
perintah dan ketetapan Tuhan Allah. Hidup seperti inilah yang menghantar mereka
dikelompokkan sebagai orang-orang munafik di Mata Tuhan Yesus.
Saudara-saudara
yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Penegasan
Tuhan Yesus tentang kerajaan Sorga sesungguhnya bukan sekedar menunjuk pada
masa nanti di kehidupan selanjutnya, tetapi juga menunjuk pada kehidupan masa
kini. Bahwa suasana kerajaan Sorga bukan sekedar suasana kehidupan nanti di
seberang kehidupan masa kini, kerajaan sorga harus dipahami sebagai kehidupan
yang di dalamnya kehendak Allah berlalku penuh dan Damai sejahtera terwujud
total. Maka yang dimaksudkan Tuhan Yesus tentang kerajaan Sorga ini menyangkut
dua dimensi kehidupan, yakni kehidupan masa kini dan nanti yakni kehidupan di
negeri kekal setelah berakhirnya penghakiman pada kedatangan-Nya yang kali
kedua. Maka pernyataan Tuhan Yesus ini mesti dipahami dengan benar, supaya
tercipta kesadaran dan aplikasi dalam hidup dengan benar. Jadi kerajaan Sorga
harus dipahami sebagai kehidupan yang penuh damai sejahtera Allah dan tidak ada
lagi tempat sedikitpun bagi hidup yang diwarnai segala bentuk kemelut hidup
keduniawian.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan
Yesus Kristus,
Pernyataan Tuhan Yesus
sesuai bacaan kita saat ini menegaskan bahwa konsep beriman kepada-Nya adalah
hidup yang berintegritas dalam arti adanya kesesuaian kata dengan tindakan
nyata. Bahwa beriman kepada Tuhan Allah tidak melulu dalam untaian kata-kata,
atau seruan kosong tak bermakna. Tuhan Yesus menegaskan bahwa sesungguhnya, orang
yang layak menikmati Kerajaan Sorga, yakni kehidupan yang penuh damai sejahtera
Allah, kehidupan yang terbebas dari segala perkara yang menyengsarakan adalah
orang yang beriman kepada Tuhannya melalui tindakan aktif melakukan kehendak
Allah Bapa. Berbicara kehendak Allah yang begitu luas, dalam dan tinggi telah
disempurnakan oleh dan di dalam Yesus Kristus dengan satu kesimpulan atau muara
kehidupan, yakni KASIH. Semua kehendak Allah yang dijabarkan dalam berbagai
bentuk hukum, perintah, peraturan dan ketetapan Allah telah disimpulkan Yesus
dengan satu tindakan beriman, yakni mengasihi Tuhan Allah dan mengasihi sesama.
Maka jika dikaitkan dengan pernyataan Tuhan Yesus di atas, maka dapat
dimengerti bahwa orang yang layak menikmati kerajaan Sorga adalah mereka yang
mengasihi Tuhannya dan mengasihi sesamanya dengan tindakan dan perbuatan nyata.
Orang yang telah sampai ke titik inilah yang akan menikmati kehidupan yang
penuh damai sejahtera. Walaupun untaian kata tak dapat dipisahkan dalam
aktifitas beriman, akan tetapi untaian kata dan seruan tersebut harus sesuai
dengan tindakan dan perbuatan. Rasul Yohanes mengajak kita sekalian 1 Yohanes 3: 18
“Anak-anakku,
marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan
perbuatan dan dalam kebenaran”
Dengan mengasihi melalui perbuatan dan
dalam kebenaran, maka niscaya kita diperkenankan menikmati kehidupan di
kerajaan-Nya, yakni kehidupan yang diwarnai Damai Sejahtera Allah. Tuhan Yesus
memberkati. Amin
Penelaan Alkitab Kaum Bapak
Bacaan Alkitab: Efesus 5:8-10
Pengantar
Istilah kegelapan dan terang adalah
dua suasana atau kondisi yang kontras satu sama lain. keduanya tidak akan
pernah dapat disatukan dan menjadi satu kesatuan. Akan tetapi keduanya selalu
ada dalam kenyataan kehidupan di dunia ini. Istilah kegelapan dan terang
bukanlah sekedar kata-kata yang menunjuk pada suasana atau kondisi suatu
tempat. Kedua istilah ini sesungguhnya mengandung arti rohani di dalam
kekristenan. Bahwa kegelapan diidentikkan dengan kuasa iblis atau kejahatan dan
terang menunjuk pada kuasa di dalam dan oleh Tuhan Yesus Kristus. Maka hidup di
dalam kegelapan dapat dipahami sebagai keadaan hidup manusia yang berada dalam
kungkungan kuasa dosa dan oleh karena itu manusia tidak mempunyai kemampuan melihat
masa depan karena tidak berpengharapan. Segala sesuatu yang diperbuat,
dipikirkan dan diperkatakan di kegelapan ialah segala sesuatu yang tidak
mengandung makna bagi kehidupan ke masa yang akan datang yakni kehidupan yang
menikmati damai sejahtera Allah. kehidupan dikegelapan adalah kehidupan yang
diwarnai dengan segala pekerjaan iblis dan menuju kepada kebinasaan.
Bertentangan dengan kehidupan di dalam terang, bahwa di kehidupan seperti ini
tersedia kepastian hidup dan diwarnai dengan pengharapan memandang kehidupan
masa depan. Kedua konteks kehidupan ini jelaslah sangat berbeda dan
bertentangan satu sama lain.
Penjelasan Teks
Rasul
Paulus menulis Suratnya ini kepada jemaat di Efesus jika disimpulkan sepintas
lalu sesungguhnya mengandung topic yang focus atau khusus mengajarkan kehidupan
baik sebagai pribadi maupun sebagai persekutuan kepada Tuhan Yesus Kristus
untuk senantiasa hidup di dalam Tuhan Yesus Kristus, dan kehidupan tersebut
adalah kehidupan yang dipenuhi dengan ketaatan dan kasih yang didasari
kepercayaan kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat hidup.
Kehidupan sebagai anak-anak terang juga menjadi bagian yang utuh isi surat
Paulus ini, yang dimaksudkan bahwa sebagai jemaat Tuhan, setiap pribadi jemaat
adalah orang-orang yang dahulu hidup di dalam kegelepan, yakni hidup di dalam
ketidaktahuan akan maksud dan kehendak Allah, hidup di dalam tidak mengenal
Allah dan kehidupan tersebut ada dalam kuasa dosa. Oleh karena itu, tidak ada
kemampuan untuk memandang kehidupan masa depan. “Dahulu kamu adalah kegelapan,..” kalimat ini hendak menegaskan
latarbelakang kehidupan jemaat di Efesus sebagai jemaat yang dahulu berada di
dalam kuasa dosa, oleh karena itu tidak memiliki kemampuan mengenal dan
memandang dalam iman kehidupan dengan benar di dalam Tuhan Allah. Dahulu mereka
adalah orang-orang yang tidak mengenal kebenaran dan tinggal di dalam
ketidakbenaran. “tetapi sekarang kamu
adalah terang di dalam Tuhan” pernyataan ini menegaskan bahwa identitas
jemaat di Efesus kini telah berubah, dan telah berpindah dari suasana kehidupan
yang memiliki kepastian dan pengharapan akan masa depan. “oleh sebab itu, hiduplah sebagai anak-anak terang”. Kalimat ini
merupakan satu kesatuan dengan kalimat-kalimat sebelumnya, yakni bahwa
berpindahnya jemaat tersebut dari kehidupan di kegelapan kepada kehidupan di
dalam terang Tuhan, maka mesti diiringi sikap hidup beriman yakni senantiasa
mencirikan kehidupan sebagai anak-anak terang. Kehidupan sebagai anak-anak
terang adalah kehidupan yang yang berbuahkan kebaikan dan keadilan dan
kebenaran, oleh karena itu maka sebagai anak-anak terang hidupnya selalu
menguji apa yang berkenan kepada Tuhan. Identitas jemaat Efesus ini, juga
menjadi identitas kita dalam persekutuan ini. Maka kita perlu mendalami nasihat
sekaligus ajaran iman dari Paulus ini dalam kehidupan kita di masa kini. Bahwa
walaupun kita telah dimerdekakan oleh Yesus Kristus melalui dan di dalam
kebangkitan-Nya menjadi anak-anak terang, akan tetapi kegelapan masih dan akan
senantiasa membayang-bayangi kehidupan kita selama di dunia ini. Untuk itu mari
kita berefleksi bersama tentang Firman Tuhan ini!
1.
Apa
yang dapat kita maknai kalau kepada kita dikatakan bahwa dahulu kita adalah
kegelapan?
2.
Buah
dari anak-anak terang adalah kebaikan, keadilan dan kebenaran. Sudahkah ini
berlaku dalam kehidupan kita saat ini sebagai anak-anak terang? apa saja bentuk
konkritnya?
3.
Apa
saja yang harus kita uji yang berkenan kepada Tuhan dalam hubungan dengan
kehidupan kita sebagai persekutuan yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus?
Bacaan
Alkitab: 2 Raja-raja 5: 1-19a
Kesaksian
Seorang Tawanan
Pengantar
Penyakit kusta merupakan penyakit
yang sangat menjijikkan dalam kehidupan umat Israel, karena dalam keyakinan
iman mereka, penyakit kusta adalah kutukan Allah. Maka orang yang kena penyakit
kusta akan diasingkan dari kehidupan masyarakat dan dikucilkan. Demikian pula
dalam kehidupan beragama, orang yang berpenyakit kusta dilarang keras untuk
memasuki Bait Allah demikian juga untuk melaksanakan ibadahnya. Seorang yang
berpenyakit kusta akan mengalami kehidupan yang menyedihkan, karena dia
menderita tidak hanya dalam bentuk pisik, tetapi juga psikisnya. Maka penyakit
kusta sangatlah dengan mudah dikenali oleh orang-orang Israel. Orang yang
berpenyakit kusta kali ini bukanlah seorang Israel, melainkan salah seorang
dari musuh mereka, yakni penglima raja Aram, yakni Naaman. Panglima Naaman
ternyata sedang menderita penyakit kusta, untunglah dia bukan seorang Israel,
sebab kalau dia seorang Israel, tentu jabatannya akan hilang lenyap dan dia
akan dikucilkan dari lingkungan kerajaan. Di tengah pergumulannya tentang
penyakit kusta yang dialaminya, ternyata seorang budak perempuan Israel yang
merupakan tawanan, bersaksi tentang Allah kepadanya. bahwa di Negerinya di
Israel, ada Nabi Tuhan yang memiliki kemampuan menyembuhkan penyakit kustanya.
Kesaksian budak perempuan ini, ternyata direspon dengan seksama dan baik oleh
sang panglima. Maka iapun meminta restu Raja supaya diperkenankan pergi ke
Israel yang nota bene adalah saingan atau bahkan musuh mereka. Walaupun seorang
tawanan, budak perempuan Israel ini tetap masih mampu dan mau bersaksi tentang
kuasa kasih Tuhannya.
Pendalaman Teks
Panglima
Naaman adalah seorang yang terpandang dan disayangi oleh tuannya karena
keberhasilannya memberi kemenangan kepada bangsanya. Di keadaan hidupnya yang
terpandang tersebut dan di segala kesuksesan yang diraihnya, Naaman ternyata
hidup dalam pergumulan yang berat. Penyakit kusta yang dideritanya tentu
membuat dia tersiksa. Budak perempuan Israel yang tinggal padanya sebagai
tawanan ternyata menjadi alat Tuhan baginya untuk mengenal kuasa Tuhan Allah
Israel melalui nabi-Nya Elisa. Permohonan izin Naaman kepada tuannya untuk
pergi berobat ke Tanah Israel ternyata juga mendapat respon yang baik. Raja
Aram malah mengirimkan surat kepada raja Israel perihal maksud dan tujuan
Naaman ke negeri Israel. Tetapi, patut disayangkan, ketika Naaman demikian pula
raja Aram percaya bahwa di Israel ada seorang Nabi Tuhan yang berkemampuan
menyembuhkan Naaman dari penyakit kustanya, malah raja Israel tidak
mengetahuinya, sehingga dia tersinggung ketika menerima surat dari raja Aram.
Keterangan ini menunjukkan bahwa raja Israel tidak menyadari keberadaan Nabi
Elisa dengan kuasa yang diberikan Tuhan Allah kepada-Nya. Tetapi kemudian,
ketika raja mengoyakkan pakaiannya pertanda kekecewaan dan kemarahannya, Nabi
Elisa hadir dan mempersilahkan Naaman datang kepadanya. selanjutnya, ketika
Naaman datang dengan pasukannya untuk berobat ke Israel, ternyata Elisa tidak
mau menjumpainya, dia hanya menyampaikan kepada suruhannya agar Naaman mandi
tujuh kali dalam sungai Yordan. Mendengar ini, Naaman sempat kecewa, dia
tadinya beranggapan bahwa nabi Elisa paling tidak melakukan ritual bagi
kesembuhannya. Sehingga Naaman sempat pesimis bahwa penyakitnya akan sembuh.
Walaupun sempat membandingkan kejernihan sungai Abana dan Parpar di Damsyik
dengan sungai Yordan, tetapi kemudian Naaman mengikuti perintah tersebut. Dia
mandi di sungai Yordan dan penyakit kusta yang dideritanyapun sembuh. Sembuh
dari sungai Yordan, Naaman mengungkapkan pengakuan imannya yang baru; “15b, Sekarang aku tahu bahwa di seluruh
buni tidak ada Allah kecuali di Israel”. Pengakuan iman Naaman ini
sesungguhnya lahir bukan karena kesembuhannya dari penyakit kustsa, tetapi
lebih pada keherenan yang meliputi hidupnya. Bahwa hanya dengan mandi di sungai
Yordan, dia sembuh. Tentu peristiwa ini adalah sesuatu yang tidak masuk akal,
dan oleh karena itu lahirlah pengakuan bahwa hanya Tuhanlah yang mamu melakukan
ini. Komitmen iman Naaman kemudian terbangun, bahwa dia tidak lagi menyembah
kepada allah lain, tetapi hanya kepada TUHAN.
Aplikasi
Kisah ini tentu menarik perhatian
kita, bahwa pergumulan hidup sesungguhnya membuat kita bisa menjadi peka
terhadap berita tentang kuasa dan kasih Tuhan Allah. itulah yang dialami
Naaman. Demikianlah juga tindakan untuk bersaksi dari seorang budak perempuan
Israel yang walaupun seorang tawanan, kesaksiannya tidak berhenti atau sirna.
Kesaksian ini tentu lahir dan didorang oleh kepercayaannya dan pengenalannya
akan Tuhan Allah melalui nabi Tuhan di Israel, yakni Elisa. Apa sesungguhnya
yang hendak disampaikan kepada kita melalui kisah ini? ada 2 hal yang penting
untuk kita renungkan, yakni yang pertama, bahwa bersaksi tidak ditentukan oleh
tempat, keadaan dan situasi hidup yang sedang kita alami. Layaknya budak
perempuan yang tinggal di rumah Naaman, sesungguhnya setiap orang percayapun
seharusnya melakukan tindakan yang demikian. Kesaksian kita tentang kuasa dan
kasih Tuhan tidak boleh dipengaruhi oleh keadaan dan situasi serta kondisi
hidup kita. Yang kedua ialah, bahwa keyakinan atau iman yang mewujud dalam
tindakan adalah kunci bagi kita untuk menerima dan menikmati kuasa dan kasih Tuhan Allah. Itulah
yang diperankan oleh Naaman si panglima perang.
Untuk Didiskusikan
1.
Dalam
bentuk atau tindakan apa saja kita dapat bersaksi tentang Tuhan Allah kepada
orang lain?
2.
Faktor
apa sajakah yang seringkali menghalangi kita memberi kesaksian kepada orang
lain tentang Tuhan Allah kita?
3.
Tindakan
apa saja yang harus kita lakukan sebagai wujud keberimanan kita kepada Tuhan
Allah?
4.
Apakah
sesungguhnya yang patut kita diteladani dari seorang Naaman di kehidupan kita
sehari-hari?
Tuhan
Yesus Memberkati kita. Amin
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 5: 1- 11
Pengantar
“Kejujuran” merupakan
sikap yang sangat didambakan oleh seseorang dari orang lain terutama dalam
konteks persahabatan. Kejujuran, tidak dapat terbeli dengan uang maupun harta.
Begitu berharganya kejujuran, maka setiap orang menjadikannya menjadi syarat dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Namun, harus diakui bahwa
menemukan orang jujur bukanlah pekerjaan yang mudah. Jujur kepada orang lain,
mungkin lebih mudah dilakukan daripada jujur kepada diri sendiri, terlebih
kepada Tuhan. Kenapa demikian? Karena di dalam diri manusia itu terdapat sisi
negatif yang sangat mempengaruhi hidupnya, yakni sulit mengakui siapa dirinya,
sulit mengakui kekurangannya maupun kesalahannya.
Saat ini, kita akan belajar tentang kisah Ananias dan Safira. Kisah ini
juga berbicara tentang kejujuran.
Pendalaman Teks
Kisah tentang Ananias dan Safira,
pasangan suami istri yang mati dangan cara menyedihkan dan menakutkan merupakan
bagian dari kisah hidup jemaat kristen yang mula-mula. Kisah ini merupakan
kisah yang tidak terpisahkan dari kisah kehidupan jemaat mula-mula dalam hidup
persekutuan mereka. Waktu itu, pengikut-pengikut Kristus hidup dalam
persekutuan yang menantikan kedatangan Tuhan Yesus untuk keduakalinya. Mereka
menyangka bahwa kedatangan Tuhan Yesus untuk kali kedua sudahlah sangat dekat.
Maka dalam kehidupan bersama yang sehati sepikir dan beribadah kepada Tuhan,
mereka (jemaat mula-mula) itu menghabiskan waktu menanti kedatangan Tuhan
dengan cara berdiam diri tanpa memusingkan pekerjaan sehari-hari mereka. Ada
saja jemaat yang menjual harta miliknya untuk biaya hidup bersama dalam
persekutuan tersebut. Nah, di sinilah kisah ini terjadi. Ananias dan Safira
juga melakukan hal yang sama, yakni menjual ladang mereka untuk disumbangkan ke
persekutuan. Namun, dengan setahu istrinya, Ananias menahan sebagian dari hasil
penjualan ladangnya itu untuk dirinya. Ternyata pembohongan ini diketahui oleh
Petrus, sehingga ia menegor Ananis (ay. 3-4). Tragisnya, kisah ini berakhir dengan
kematian Ananias dan disusul oleh istrinya Safira.
Untuk
didiskusikan bersama
- Menurut saudara, kenapa Ananias dan Safira mati dengan cara yang mengenaskan?
- Belajar dari kisah ini, menurut saudara, apakah resiko dari orang yang tidak jujur?
- Menurut saudara apa itu “kejujuran”?
- Ceritakan pengalamanmu tentang “kejujuran”?
- Bagaimana agar kita bisa menjadi orang yang jujur?
bendrio sibarani: Penelaan Alkitab Untuk Para Pelayan Tuhan
bendrio sibarani: Penelaan Alkitab Untuk Para Pelayan Tuhan: Bacaan Alkitab: 1 Timotius 6: 20 a “Hai Timotius, peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu.” Pengantar Timot...
Penelaan Alkitab Untuk Para Pelayan Tuhan
Bacaan
Alkitab: 1 Timotius 6: 20 a
“Hai
Timotius, peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu.”
Pengantar
Timotius adalah seorang pelayan yang
termuda yang tercatat sebagai orang yang diberikan tanggungjawab untuk memimpin
persekutuan jemaat yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Timotius sendiri
menjadi seorang Kristen sejak dia bertobat waktu Paulus melakukan perjalanan
dalam rangka pekabaran Injil di Listra. Paulus memberi perhatian lebih dan
sangat senang kepada Timotius. Kepada Timotius, Paulus mempercayakan tugas
pelayanan untuk pergi meneguhkan hati orang-orang Kristen di Tessalonika yang
kala itu sedang teraniaya (2 Kor 1: 19). Bersama-sama dengan Paulus dan
Silwanus ia mengirim salam kepada Jemaat di Tessalonika. Kemudian Timotius juga
kedengaran bersama Paulus di Efesus tatkala ia diutus bersama Erastus ke
Makedonia dengan suatu misi penting yang lain dan dari situ ia harus terus ke
Korintus (1 Kor. 4:17). Timotius kemudian menjadi pemimpin jemaat di Efesus. Timotius
di mata Paulus adalah seorang anaknya sendiri yang setia dalam Tuhan. Maka
Paulus sangat memperhatikan kehidupan Timotius dalam segala keberadaan dirinya.
Apakah karena masih tergolong masih sangat muda, Timotius ternyata adalah
seorang pemalu (kurang percaya diri), itulah sebabnya Paulus sangat mendesak
jemaat di Korintus supaya mereka menyambut Timotius dan memperlakukannya dengan
nyaman dan tidak menganggapnya rendah (1 Kor. 16: 10-11). Keadaan hidup
Timotius yang demikian ini, membuat Paulus tidak pernah berhenti menasihatinya,
supaya dia senantiasa mampu melaksanakan segala tugas dan tanggungjawab yang
diberikan kepadanya. Selain nasihat untuk pribadi Timotius, Paulus juga tidak
pernah berhenti menasihatinya tentang segala tugas dan tanggungjawabnya dan
bagaimana ia harus melakukannya.
Pendalaman Teks
Nasihat Rasul Paulus ini merupakan
penugasan kepada Timotius untuk menjaga iman yang telah dipercayakan kepadanya.
Kata “Peliharalah..” dapat diartikan
sebagai perintah untuk menjaga, mengawasi, serta mengusahakan agar sesuatu itu
tetap pada keadaannya semula dan tidak berubah menjadi lain. Dalam hal ini
Timotius diberikan tugas untuk menjaga, mengawasi serta terus berupaya
mempertahankan segala sesuatu yang dipercayakan kepadanya bukan hanya dari
Paulus, tetapi dari Tuhan Yesus Sang pemberi Tugas. “Peliharalah” juga menunjuk
pada kesiap-sediaan untuk mempertahankan kebenaran-kebenaran berharga itu bila
diserang, diputarbalikkan atau disangkal. Sedangkan yang dimaksud dengan “Apa yang telah dipercayakan” dalam
kalimat ini adalah menyangkut seluruh tugas pelayanan yakni mulai dari memimpin
persekutuan, pemberitaan Injil dan pelayanan kasih dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan ketiganya. Kata “dipercayakan”
berarti diberi atau dianugerahi rasa percaya oleh Sipemberi sehingga apa
yang diberi dipertanggungjawabkan dengan cara melakukan segala sesuatu yang
mesti dilakukan sehubungan dengan pemberian tersebut. Pemberian kepercayaan ini
perlu dibedakan dengan berbagai bentuk pemberian kepercayaan lainnya di
berbagai sendi kehidupan. Apabila biasanya kita mendengar dan melihat, bahwa
pemberian kepercayaan kepada seseorang biasanya didasarkan karena kemampuan
yang dimiliki atau dirasa dilayak, maka pemberian kepercayaan kepada Timotius,
bukanlah karena dia dianggap mampu dan layak, tetapi pemberian kepercayaan
tersebut semata-mata karena inisiatif Tuhan Yesus Kristus. “ Hai Timotius, Peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu”
menunjuk pada kewajiban suci untuk mengamankan milik berharga yang telah
diberikan oleh Tuhan Yesus kepadanya. Barang yang berharga ini adalah Injil
Kristus yang diserahkan oleh Roh Kudus. Berangkat dari pengertian kata demi
kata dalam kalimat ini maka dapat disimpulkan bahwa kepada Timotius Paulus
mengingatkan sekaligus menugaskan supaya dia menjaga, mengawasi dan melakukan
segala sesuatu demi terpeliharanya dan terlaksananya segala sesuatu yang
menjadi tugas yang dipercaya dapat dilakukannya. Tugas tersebut adalah
memberitakan Injil, memelihara persekutuan dan melaksanakan pelayanan kasih.
Aplikasi
Kepada kita masing-masingpun,
Tuhan memberikan tugas dan tanggungjawab dalam segenap kehidupan kita sebagai
pelayan-pelayan-Nya. Itu berarti kepada kita diberikan kepercayaan untuk
melakukan tugas panggilan Tuhan. Maka sebagai penerima kepercayaan, kepada kita
nasihat Rasul Paulus itupun adalah relevan, yakni “Peliharalah apa yang telah
dipercayakan kepadamu!” Memelihara apa yang telah dipercayakan kepada kita
sesungguhnya bukanlah perkara ringan untuk dilakukan. Apalagi yang dipercayakan
tersebut bersangkut paut dengan tugas pelayanan. Artinya, ketika tugas ini
dipercayakan kepada kita, maka kita sesungguhnya sedang ditempatkan pada posisi
hidup untuk orang lain demi kemuliaan Tuhan Allah. Di sinilah letak
pergumulannya, yakni ketika kita harus berhadapan dengan begitu banyak
karakteristik yang berbeda.
Untuk
didiskusikan
1.
Sebagai
pelayan dan keluarga apa sajakah yang dipercayakan kepada kita?
2.
Apa
saja bentuk tantangan yang kita hadapi dalam rangka memelihara yang
dipercayakan dalam pelayanan kita?
3.
Dalam
bentuk konkrit apa saja kita memelihara apa yang telah dipercayakan kepada kita
sebagai pelayan-pelayan Tuhan?
4.
sampaikanlah
buah-buah pikiran untuk saling memberi dan berbagi dalam rangka keberhasilan
memelihara apa yang telah dipercayakan kepada kita sebagai peayan Tuhan!
Bacaan
Alkitab: Keluaran 2: 11- 14
Oleh:
Pdt. Bendrio Pandapotan Sibarani, M. Teol
Pengantar
“Air susu
dibalas dengan air tuba”, adalah sebuah pepatah yang dapat diartikan sebagai
tindakan kebaikan yang dibalas dengan kejahatan. Pepatah ini sangatlah dikenal
karena dalam kenyataan, selalu saja ada orang yang berperilaku demikian. Atau
paling tidak ada orang yang mengklaim dirinya mengalami tindakan demikian.
Sudah ditolong, bukannya berterimakasih tetapi malah menjadi pembenci kita.
Sudah diberikan perhatian bahkan dengan mengorbankan banyak hal, tetapi setelah
itu malah dianggap musuh. Akan tetapi dari mereka yang menjadi pelaku tidak
akan pernah mengakui tindakan ini, melainkan akan senantiasa berupaya untuk
melakukan pembenaran diri bahwa pertolongan atau apapun bentuknya yang
dterimanya tidaklah benar. Menghadapi perilaku hidup seperti ini pastilah
membuat kita merasa kecewa, jengkel dan geram. Itu bukan karena kita
menghendaki menerima ucapan terimakasih atau penghargaan, tetapi paling tidak
apa yang kita perbuat mendapat tanggapan atau respon. Akan tetapi, memaksakan
seseorang untuk mengucap terimakasih kepada kita atas apa yang telah kita
perbuat atau lakukan kepada orang itu juga bukanlah sikap yang baik, sebab jika
demikian, itu menunjukkan bahwa yang kita perbuat itu tidaklah benar-benar
tulus. Berupaya dengan penuh ketulusan, mewujudkan solidaritas kepada sesama
dengan menolong, membela dan mendamaikan sesama, tetapi dibalas dengan rasa
dibenci, itulah yang dialami Musa dari saudara-saudaranya di Mesir.
Pendalaman
Teks
Ternyata
kehidupan Musa di istana Firaun tidak pernah membuat dia melupakan kaumnyayakni
orang-orang Ibrani yang adalah budak di Mesir. Kemungkinan besar pengetahuan
dan pengenalan Musa terhadap orang-orang Ibrani sangatlah dipengaruhi peran
inang penyusu (Perempuan Ibrani), yakni ibunya sendiri (ay.8-9). Setelah Musa
beranjak dewasa, darah Ibrani yang mengalir di darah Musa menggerakkan
solidaritasnya untuk menolong saudaranya (budak Ibrani) yang dipukul. Musa
menolong sesamanya ini dengan membunuh orang Mesir tersebut. Tetapi keesokan
harinya, disaat semangat dalam solidaritasnya mulai membara, Musa pun keluar
menemui saudara-saudaranya yang sedang kerja paksa. Kali ini Musa mendapati dua
orang Ibrani tengah berkelahi. Kepada orang yang bersalah itu Musa
mempertanyakan alasannya memukul temannya. Tetapi, pertanyaan ini dianggap
sebagai bentuk penghakiman yang dilakukan Musa atas dirinya, maka ia bertanya
kembali kepada Musa:”Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim
atas kami”? Pertanyaan ini kemudian
dilanjutkan dengan mengungkit tindakan Musa yang membunuh seorang Mesir sehari
sebelumnya sampai pada akhirnya
sampai di telinga Firaun (ay. 15). Kepedulian Musa yang begitu besar dan tulus
kepada saudara-saudaranya ternyata harus membuat Musa meninggalkan kehidupannya
yang serba nyaman dan tentram di istana. Kebaikan Musa untuk menolong
saudaranya yang teraniaya di Mesir ternyata mendapatkan perlakuan sebaliknya,
ketulusannya untuk menolong dan mendamaikan saudaranya mendapatkan penolakan.
Itulah realitas hidup yang dialami Musa.
Aplikasi
Kisah hidup Musa
yang dengan ketulusan menolong dan mendamaikan saudaranya (sesama Ibrani) yang
berujung pada rasa benci dan penolakan dari saudaranya itu merupakan kehidupan
yang dapat saja terjadi di kehidupan kita, khususnya kita sebagai keluarga dan
pelayan Tuhan. Atas rasa keterpanggilan kita di dalam menunaikan tugas
pelayanan dan juga didorong semangat solidaritas sesama anggota persekutuan
yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, kita dapat saja atau mungkin pernah
mengalami peristiwa seperti ini. Maksud hati untuk membela dan menolong saudara
yang diperlakukan tidak adil, disudutkan, difitnah, ditindas oleh orang lain,
tetapi ternyata yang kita terima malah sebaliknya. Maksud hati untuk
mendamaikan, tetapi malah dituduh menghakimi, tentulah tidak menyenangkan.
Tetapi itu adalah realitas yang memiliki kemungkinan dalam rangka kita
melaksanakan tugas panggilan lita sebagai keluarga dan pelayan-pelayan Tuhan.
Pengalaman seperti inilah yang menjadi salah satu factor tidak sedikit dari
pelayan-pelayan Tuhan yang mengundurkan diri dari tugas panggilannya. Bahkan
Musa sendiripun kemudian ketika diutus Tuhan ke Mesir untuk memimpin umat-Nya
keluar dari sana merasa enggan pergi dan berusaha menolak panggilan tersebut,
tentu salah satunya ialah karena Musa telah mengetahui karakteristik umat yang
akan diimpinnya itu. Dari Midian Tuhan Allah kemudian memanggil Musa untuk
diutus ke Mesir. Pengalaman hidup Musa melalui kesaksian Alkitab saat ini,
menjadi bahan refleksi bagi kita sekalian supaya kita menyadari bahwa ke dalam
suasana hidup seperti inilah sesungguhnya Tuhan mengutus kita. Di suasana
kehidupan seperti inilah sesungguhnya kita menjadi berguna. Tetapi tugas
seperti ini bukanlah tugas yang mudah, bahkan sebaliknya, ini menyakitkan dan
dapat membuat orang undur diri dari tugas panggilannya. Ke konteks hidup
seperti inilah Musa diutus Tuhan Allah. Siapkah kita?
Bahan
Diskusi:
1.
Menurut kelompok, factor apa saja yang
membuat orang sampai tidak merespon dengan baik dan benar perbuatan baik yang
diberikan kepadanya?
2. Tuliskanlah
hasil refleksi atau perenungan kelompok dari pengalaman Musa ini bersangkutpaut
dengan kehidupan sebagai keluarga dan pelayan Tuhan!
3. Buatlah
komitmen darihasil refleksi atau perenungan kelompok!
Bacaan
Alkitab: Yehezkiel 3:16-21
KONSEKWENSI LOGIS SANG PENJAGA
UMAT
Oleh:
Pdt. Bendrio Pandapotan Sibarani, M. Teol
Pengantar
Yehezkiel (Allah menguatkan)
sebenarnya adalah seorang imam, anak Busi. Dia adalah salah seorang dari 1000
orang Ibrani yang ditawan oleh Raja Nebukadnezar pada tahun 597 sM. Ketika
Yehezkiel berada di pembuangan, dia kemudian menerima tugas sebagai nabi untuk
menyampaikan Firman Allah kepada umat Israel setelah ia mendapat penglihatan di
tepi sungai Kebar dalam liputan kekuasaan TUHAN. Tugas dan tanggung jawabnya
kemudian menjadi rangkap yakni sebagai imam dan juga sebagai seorang nabi.
Sebenarnya kedua jabatan ini dibedakan dalam tradisi keagamaan umat Israel,
yakni bahwa imam biasanya bertugas di Bait Allah untuk melangsungkan peribatan,
sedangkan seorang nabi biasanya tidak berdiam di satu tempat, melainkan kemana
saja biasanya diutus oleh Tuhan untuk menyampaikan Firman-Nya (nubuatan;
hukuman, tegoran dan peraturan). Salah satu kekhasan Yehezkiel ialah bahwa dia
hanya diutus kepada umat Israel dan tidak ke bangsa-bangsa lain. Bahkan
tugasnyapun kemudian bertambah ketika dirinya ditugaskan sebagai penjaga Israel
setelah ia menerima Firman Tuhan setelah 7 hari dia dipanggil untuk melayani
orang-orang Israel yang dibuang di Babel.
Pendalaman Teks
Tugas Yehezkiel sebagai penjaga kaum
Israel adalah tugas yang diterimanya dari Tuhan Allah. Yehezkiel dipanggil
dengan sebutan “anak manusia” yang menunjuk pada sisi kemanusiaannya dan
jabatannya sebagai utusan dan penyambung Lidah Allah. Tuhan memanggil Yehezkiel
bukanlah karena kehebatan dan kesempurnaan, melainkan semata-mata karena
kedaulatan Tuhan Allah atasnya. Tugas Yehezkiel sebagai “penjaga” merupakan
tugas yang tidak mudah dan ringan. “penjaga” dalam tradisi Israel adalah seseorang
yang memantau, melihat dan pertama kali menyerukan kode awas kepada penghuni
kota ketika adanya ancaman serangan yang datang. Maka seorang penjaga adalah
seorang yang senantiasa siap sedia dan tidak dapat lengah. Seorang penjaga yang
lengah akan bertanggungjawab terhadap keselamatan semua orang yang menghuni
sebuah kota. Penjaga biasanya akan berada di menara jaga supaya dapat melihat
dengan bebas segala bentuk ancaman serangan yang datang. Jika demikian halnya
dengan tugas seorang penjaga, maka Yehezkiel yang diberikan tugas sebagai
penjaga kaum Israel adalah seorang yang bertanggungjawab atas keselamatan kaum
Israel, dalam hal ini tentang kebenaran mereka hidup di dalam iman. Oleh karena
itu, kepada Yehezkiel diberikan tugas untuk memberitakan Firman Tuhan sebagai
peringatan kepada kaum Israel, bukan saja kepada mereka yang berlaku jahat,
tetapi juga kepada orang benar yang berpaling dari hidupnya. Sebagai seorang
penjaga bukanlah berarti Yehezkiel dijamin dapat membuat orang Israel bertobat.
Karena sebagai penjaga, Yehezkiel harus melakukan tugasnya sebagai penjaga
dengan cara melayani, memberitahukan Firman Tuhan, menegur dan memberi
peringatan kepada umat Israel. Tugas ini dilakukan tentulah dengan cara atau
tindakan bijaksana dan bukan dalam upaya penghakiman. Tugas penjaga bukanlah
sebagai hakim. Tujuan dari penugasan Yehezkiel ini sesungguhnya adalah agar
umat Tuhan terhindar dari kebinasaan akibat dosa dan kejahatan mereka. Maka
kesetiaan Yehezkiel dituntut oleh Tuhan Allah dalam menyampaikan Firman-Nya
kepada kaum Israel. Direspon tidaknya Firman Tuhan yang berupa peringatan dan
teguran tersebut, bukanlah menjadi tanggungjawab Yehezkiel. Pertanggungan jawab
yang dituntut dari Yehezkiel adalah jika karena Firman Tuhan tidak
disampaikannya, umat itu menjadi tidak bertobat. Sekali lagi, Yehezkiel
tentulah menyampaikan teguran dan peringatan ini sesuai dengan kehendak Tuhan
dan cara Tuhan yakni agar orang berdosa tidak menjadi binasa oleh dosanya,
melainkan melakukan pertobatan. “Peringatkanlah mereka atas Nama-Ku” demikian
Firman Tuhan kepada Yehezkiel. Artinya ialah bahwa apa yang disampaikan
Yehezkiel bukanlah berasal dari dirinya sendiri, melainkan atas kehendak Tuhan
semata.
Aplikasi
Sebagai pelayan-pelayan Tuhan, semua
kita yang terhimpun dalam persekutuan ibadah ini, sesungguhnya kita juga adalah
penjaga-penjaga sesama dan secara khusus kita adalah penjaga persekutuan.
Sebagai penjaga, tentu kepada kita diperhadapkan konsekwensi logis, yakni tidak
bisa tidak, kita menerima tugas dan tanggung jawab seperti tugas dan tanggung
jawab Yehezkiel. Bahwa Firman Tuhan harus kita sampaikan dengan penuh
kesetiaan. Penyampaian Firman Tuhan tersebut, baik itu teguran dan peringatan
kepada orang-orang yang yang berbuat kejahatan/dosa demikian juga dengan orang-orang
benar yang berbalik melakukan curang mestilah dilakukan dalam konteks melayani
dan di dalam kasih. Persoalannya adalah tugas dan tanggung jawab ini bukanlah
sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Begitu banyak tantangan yang pasti kita
hadapi, baik dari diri/keluarga sendiri maupun dari orang-orang lain, yakni
mereka yang menjadi sasaran penyampaian teguran dan peringatan tersebut.
Tetapi, sebagai pelayan-pelayan Tuhan, juga sebagai umat yang percaya kepada
Tuhan, ini adalah konsekwensi logis yang mesti kita terima. Tetapi sekali lagi,
teguran dan peringatan yang kita sampaikan haruslah semata-mata Firman Tuhan
dan disampaikan dengan benar sesuai dengan tujuan dan harapan Tuhan, yakni agar
umat bertobat dan tidak binasa dalam keberdosaannya. Tugas ini menuntut
kesetiaan kita.
Bahan Diskusi
1.
Kelompok
mengklasifikasikan apa saja factor yang menghambat melakukan tugas seorang
penjaga seperti yang digambarkan di atas!
2.
Lakukanlah
sharing di dalam kelompok tentang cara yang benar dalam menegur atau
memperingatkan seseorang yang hidup dalam dosa atau seseorang yang benar yang
berbalik melakukan tindakan curang!
3.
Bacalah kembali perikop diatas dan buatlah
kesimpulan kelompok!
Langganan:
Postingan (Atom)