Rabu, 23 Mei 2018
bendrio sibarani: khotbah Minggu gerejawi
bendrio sibarani: khotbah Minggu gerejawi: 7 Oktober 2018 Bacaan Alkitab: Ayub 1: 1; 2:1-10; Ibrani 1: 1-4; 2:5-12; Beriman, Berarti Setia. Saudara-saudara, Sidang Jemaat Y...
khotbah Minggu gerejawi
7
Oktober 2018
Bacaan
Alkitab: Ayub 1: 1; 2:1-10; Ibrani 1: 1-4; 2:5-12;
Beriman,
Berarti Setia.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Mendengar nama seorang tokoh yakni Ayub, pastilah pikiran
kita terarah pada sosok seorang manusia yang mempunyai tingkat kesetiaan kepada
Allah yang sangat luar biasa. Ayub seorang laki-laki saleh dan jujur, yang
takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (1:1; 2:3). Ia memiliki kekayaan dan
kehidupan yang amat sejahtera. Ayub ini, mendapat perhatian iblis karena
kehidupannya yang begitu benar di hadapan Tuhan Allah. Sehingga iblis menantang
Tuhan bahwa kehidupan Ayub yang jujur, saleh dan Takut akan Tuhan serta tidak
melakukan kejahatan itu dikarenakan hidupnya diberkati Tuhan dengan kekayaan
dan kehidupan yang sejahtera. Iblis beranggapan bahwa jika hidup Ayub diubah
dengan hidup yang menderita, penuh sengsara, maka kesalehan, kejujuran, rasa
takut akan Tuhan dan perbuatan baiknya pasti akan berubah dan sirna lenyap.
Tantangan ini diladeni Tuhan, dengan cara mengizinkan iblis melakukan aksinya
terhadap Ayub, dengan catatan bahwa nyawanya adalah urusan Tuhan. Penderitaan
dan kesengsaraanpun menimpa hidup Ayub, selain harta benda, ternaknya lenyap,
iapun kehilangan anak-anaknya. bahkan seluruh tubuhnya terserang penyakit yang
menyakitkan karena bukan hanya penyakit biasa yang ia alami, tetapi karena
penyakit itu iapun tersingkirkan dari masyarakat luas karena menjijikkan. Iapun
harus menerima cercaan dari isterinya sendiri karena kesetiaannya kepada Tuhan
Allah. Pernyataan Ayub kepada Isterinya bahwa sebagai manusia, dia harus mau
menerima apapun bentuk pengalaman hidup, yang buruk sekalipun dari Tuhan Allah,
menjadi komitmen imannya. Ayub, tetap setia kepada Tuhannya, kendatipun ia
mengalami peristiwa hidup yang sangat amat menyakitkan. Ia tidak pernah mencela
Tuhan Allah. Bahwa sebagai manusia, siapapun harus siap dan rela menerima
apapun bentuk pengalaman hidup yang Tuhan izinkan berlaku di dalam hidup ini. Kesetiaan
Ayub telah mematahkan prasangka iblis, bahwa umat Tuhan akan berubah setia,
apabila kehidupan mereka berubah dari kehidupan yang diberkati ke kehidupan yang
penuh derita dan sengsara. Iblis kalah, bahwa sangkaan tentang kesetiaan
beriman itu ditentukan oleh keadaan dan situasi hidup orang percaya. Kesetiaan
Ayub tidak berubah, ia tetap jujur, ia tetap saleh, takut akan Tuhan dan tidak
berbuat kejahatan walaupun hidupnya berubah dari hidup yang sejahtera, penuh
berkat kepada hidup yang menderita dan sengsara. Pada akhirnya, pada pasal
terakhir kitab ini disaksikan bahwa Tuhan Allah memulihkan kembali hidup Ayub
lebih dari hidupnya semula.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Setuju atau tidak, “beriman” itu bukanlah sesuatu yang
statis (tetap), tetapi dinamis (mengalami perubahan dan pergeseran) terutama
karena pengaruh lingkungan, kondisi hidup dan juga perkembangan zaman. Iman seseorang
bisa saja dengan mudah berubah tergantung lingkungan di mana ia tinggal dan
bergaul serta oleh kondisi dan situasi hidup yang ia alami. Kesetiaan seseorang
untuk hidup jujur, saleh, takut akan Tuhan serta melakukan perbuatan baik juga
sangat dipengaruhi oleh keadaan hidupnya. Akan tetapi jika kita berefleksi dari
kehidupan Ayub, maka sesungguhnya situasi, kondisi hidup, lingkungan di mana
kita hidup mestinya tidak menjadi penentu tingkat keberimanan kita sebagai umat
yang percaya. Bahwa melalui kisah hidup Ayub, kepada kita ditegaskan, iman
saharusnya tidak dipengaruhi kondisi dan situasi hidup, tetapi sebaliknya, iman
itulah yang mesti mempengaruhi kondisi dan situasi hidup kita. Itulah yang
kemudian terjadi di akhir hidup Ayub. Karena Imannya, Ayub kembali menerima
kehidupannya, bahkan melebihi hidupnya yang semula. Tuhan memulihkan hidupnya
dan memberi Ayub kehidupan dengan waktu yang masih panjang.
Saudara-saudara, Sidang
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Penulis Ibrani
dalam bacaan kita yang kedua, menyaksikan bagaimana Yesus Kristus diberi nama
yang paling indah dari segala nama, diberi kemuliaan dan hormat, walaupun
seketika waktu Ia harus lebih rendah dari malaikat-malaikat, Yesus setia
sekalipun harus melewati penderitaan maut. Penderitaan dan kesengsaraan Yesus
Kristus, sekalipun menghadapi maut, tetapi Ia menang dan kepadaNya diberi kuasa
di tempat yang Maha Tinggi, jauh melebihi para malaikat. Ialah yang berbicara
kepada kita di zaman ini, karena para nabi dengan pelbagai cara telah berbicara
kepada manusia, tetapi manusia tidak juga mengindakannya. Yesus telah
ditetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada, Ia adalah cahaya
kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah, penuh kekuasaan. Keteladan Yesus,
menunjukkan kepada semua umat bahwa keMahatinggian, hormat dan kemuliaanNya
diperolehNya melalui jalan sengsara maut, karena dosa manusia. Maka dengan
demikian jelas bagi kita bahwa untuk mencapai dan memperoleh hormat dan
kemuliaan serta supaya ditinggikan bersama Tuhan Allah, kesetiaan dalam beriman
menjadi satu-satunya kunci.
Saudara-saudara, Sidang
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Walaupun kata
“setia atau kesetiaan” mudah kita ucapkan dan sering kita dengar, namun untuk
memilikinya dalam sikap dan sifat hidup bukanlah perkara ringan dan mudah.
Kesetiaan dalam beriman dapat berubah dengan mudah apalagi kalau kita
diperhadapkan dengan pengalaman hidup yang menyakitkan serta menyengsarakan.
Tidak sedikit orang menjadi berubah dalam kesetiaan berimannya, karena
kegagalan meraih sukses, karena mengalami sakit penyakit, karena ekonomi yang
menghimpit atau karena duka nestapa yang terjadi. Bagi orang yang mengalami hal
seperti ini, Tuhan bisa saja dicela, Tuhan bisa saja dituding tidak adil,
bahkan Tuhan dihujat karena tidak mengasihinya. Isteri Ayub menjadi orang yang
jatuh pada kegagalan ini. Tetapi lihatlah Ayub, dia tetap setia, dia tetap
saleh, jujur, takut akan Allah dan tidak berbuat jahat sekalipun kehidupannya
sungguh sangat menyakitkan. Ayub hendak menjawab setiap prasangka atau mungkin
saja teori yang mengatakan bahwa kesetiaan beriman seseorang itu akan besar dan
kuat kalau dia penuh berkat dan jauh dari kehidupan derita atau sengsara dan
sebaliknya keimanannya hancur, sirna lenyap tatkala hidup penat tidaklah benar.
Apapun dan bagaimanapun kondisi, situasi pengalaman hidup seorang yang percaya,
imannya harus terus berakar kokoh, teguh dan tak boleh berubah. Sebab kesetiaan
beriman akan menghantar setiap orang percaya kepada hidup yang ditinggikan, hidup
yang penuh kemuliaan bersama Tuhan Allah. Jadi, bagaimanapun dan seperti apapun
bentuk penderitaan hidup dalam hidup yang saleh, jujur, takut akan Allah dan
hidup dalam berbuat baik, yakinlah bahwa penderitaan itu akan berubah menjadi
kesukaan yang besar. Tuhan sendirilah yang akan memulihkan hidup, yang akan
bertindak mengangkat kita dari dalamnya derita maupun sengsara hidup yang kita
alami. Kepada orang percaya yang setia dalam imannya, tersedia mahkota sorgawi
yang indah, tempat tinggi yang membahagiakan serta hidup penuh kemuliaan Allah.
Saudara-saudara, Jemaat
Tuhan Yang DikasihiNya, ingatlah dan yakinlah
bahwa hidup ini pasti beragam macam pengalaman di dalamnya, tetapi satu yang
pasti bahwa Yesus Kristus telah memberi teladan kepada kita untuk bagaimana
menghadapi dan menjalaninya. Yesus Kristus menjadi pemenang, kita dimenangkan olehNya,
sehingga rupa dan gambarNya tetap ada di dalam kita. Setialah beriman
kepadaNya…sebab Ia setia dan senantiasa setia akan janjiNya, kita niscaya
diberikanNya sukacita karena hidup kita sesungguhnya ada di TanganNya. Mengakhiri
dan mengaminkan Firman Tuhan ini, mari kita nyanyikan pujian: “Tuhan Yesus Setia”. Amin
14
Oktober 2018
Bacaan
Alkitab: Ayub 23:1-9, 16-17; Ibrani 4:12-16
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Minggu ini, kita masih berefleksi
atau merenungkan kembali pengalaman kehidupan seorang yang beriman yakni Ayub.
Bahwa apa yang terjadi dalam hidup Ayub ternyata melahirkan pertanyaan yang tak
mudah untuk dijawab. Pasal 23 yakni bacaan Alkitab kita saat ini adalah
merupakan jawaban dari pasal sebelumnya, yakni bahwa Elifas salah seorang teman
Ayub memberi anjuran kepada Ayub supaya bertobat dari pada dosanya yang besar.
Elifas sepertinya memberi kesimpulan bahwa penderitaan yang dialami Ayub adalah
merupakan penghukuman Allah atas diri Ayub oleh karena dosa Ayub yang besar.
Elifas menuduh Ayub mempunyai dosa yang besar karena kejahatannya dan
kesalahannya yang tidak berkesudahan, Ayub dituduhnya menerima gadai dengan
sewenang-wenang dari saudara-saudaranya, merampas, tidak memberi minum yang
kehausan, tidak memberi makan yang kelaparan, janda-janda dan yatim piatu tidak
dihiraukan (ay.22: 5-9). Tetapi Ayub menjawab tuduhan tersebut dengan cara
berupaya membela diri di hadapan Allah. Melalui keluh kesah, Ayub berontak
kepada Allah, Ayub sangat ingin berjumpa dengan Allah dengan maksud supaya ia
memaparkan segala perkaranya di hadapan Allah dan membela perkaranya. Satu hal
yang ingin diketahui Ayub ialah supaya ia mengetahui dan mengerti apa yang
Tuhan Firmankan kepadanya. Berdasarkan kejujurannya, Ayub berkeyakinan bahwa ia
dapat membela diri di hadapan Allah dan ia akan terbebas dari Hakimnya, yakni
Tuhan Allah. Namun sayang, ke manapun Ayub mencari Tuhan, ia tidak
menjumpainya, bahkan Ayub merasa bahwa Allah telah membuat dia putus asa,
membuat hatinya gemetar.
Saudara-saudara, Sidang
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Memang, adalah hal yang wajar jika
seorang Ayub harus mempertanyakan penderitaan hidup yang terjadi atas dirinya.
Walaupun teman-temannya memberikan berbagai jawaban dari kisah hidup yang
dialaminya tersebut, satu hal yang harus diteladani lagi dari seorang Ayub
ialah bahwa perjuangannya untuk mengetahui dan mengerti Firman Allah adalah
perjuangan yang mesti diteladani oleh setiap orang percaya. Bahwa dengan
mengetahui dan mengerti Firman Allah-lah kita akan dimampukan mengerti semua
hal yang terjadi dan teralami dalam hidup ini. Berdasarkan kesaksian penulis
Ibrani (4:12-13) kita diingatkan bahwa Firman Allah hidup dan kuat dan lebih
tajam dari pada pedang bermata dua manapun. Firman Allah sanggup membedakan
pertimbangan dan pikiran hati kita, semua terbuka jelas dan telanjang di mata
Tuhan dari apa yang kita alami dan lakukan di hidup ini. Jadi adalah benar,
bahwa kerinduan Ayub untuk mengetahui dan mengerti Firman Allah merupakan
kerinduan untuk mengetahui dan mengerti apa sesungguhnya yang terjadi atas
dirinya tersebut. Ayub tahu benar, bahwa totalitas hidupnya terpampang jelas
dan telanjang di mata Allah. Keberanian Ayub untuk berjumpa dengan Allah
sesungguhnya didorong oleh kejujurannya di hadapan Allah, tetapi meskipun
demikian Ayub tetap tidak memiliki kemampuan menjumpai Allah. Sebab sebagai
manusia ciptaan Allah, tak seorangpun yang sanggup menghampiri kekudusanNya,
sebaliknya Allah sendirilah sesungguhnya yang berkenan datang menjumpai kita,
sehingga perjumpaan denganNya dapat terjadi dan kita dapat menyampaikan segala
sesuatu kepadaNya.
Saudara-saudara, Sidang
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Yesus
Kristus sebagai Imam Besar Agung yang kita punyai adalah Imam Besar Agung yang
turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, Dia pun dicobai seperti kita, tetapi
Dia tetap bersih tanpa noda dosa. Karena Dia adalah Imam Besar Agung yang turut
merasakan penderitaan kita, maka kita diajak oleh penulis Surat Ibrani supaya
kita memiliki keberanian menghampiri Tahkta kasih karuniaNya sehingga kita
menerima rahmat dan mendapat pertolongan pada waktunya. Melalui kesaksian
Penulis Ibrani yang kita baca ini, kita diingatkan sebagaimana juga yang
dialami Ayub, bahwa Tuhan Allah sungguh mengetahui segala sesuatu yang kita
lakukan dalam hidup ini, maka pertanggungan jawab harus kita berikan kepadaNya.
Karena Firman Allah itu hidup dan kuat dan begitu tajam, sanggup membedakan
pertimbangan dan pikiran hati, dan semua terbuka di hadapanNya, maka itu
berarti mengetahui dan mengerti Firman Tuhan Allah itu harus menjadi hal utama
dan yang pertama yang harus kita rindukan dan miliki dalam hidup ini, sehingga
segala peristiwa yang terjadi dan kita alami, apapun bentuknya akan mengarahkan
kita kepada Tuhan Allah serta menyadarkan kita di hadapanNya. Dengan demikian
maka kita akan benar-benar merendahkan diri sekaligus kita dapat menyampaikan
keluh kesah kita kepadaNya. sebab, bukankah Yesus berjanji akan memberikan
kelegaan kepada setiap orang yang letih lesu dan berbeban berat yang datang
kepadaNya?.
Saudara-saudara, Sidang
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jalan kehidupan masih kita tapaki hingga kini dan juga
masa yang akan datang tatkala Tuhan berkenan. Di jalan hidup itu di depan, tak
terlihat oleh kita berbagai bentuk pengalaman hidup kita sebagai orang yang
beriman. Yang pasti adalah bahwa jalan itu tak selamanya lurus dan rata, tak
selamanya mulus tanpa bahaya, sebaliknya, di sana juga terdapat berbagai bentuk
tantangan hidup yang bisa saja membuat kita merana dan sengsara. Maka karena
itu, berusahalah senantiasa untuk mengetahui dan mengerti Firman Tuhan, sebab
hanya dengan demikianlah semua tanda Tanya kehidupan ini akan terjawab dengan
benar kepada kita. Tuhan Yesus Kristus, telah menjadi Imam Besar Agung kita,
maka kita diajak untuk memiliki keberanian menghampiri Takhta kasih karuniaNya,
supaya kita menerima Rahmat dan menemukan karunia untuk mendapat pertolongan
kita pada waktunya. Zaman yang serba canggih dan serba membingungkan banyak
orang yang sedang kita jalani ini, adalah juga zaman pertanyaan. Semua
menginginkan jawaban atas apapun yang terjadi dan dialami, baik yang sudah
maupun yang belum, aplikasi media social bahkan telah sering menjadi tempat
bertanya oleh tidak sedikit orang percaya. Walaupun hal tersebut mungkin
sebagai hiburan saja, namun sadar atau tidak sadar hal tersebut sedikit banyak
telah mempengaruhi gaya hidup beriman. Sekali lagi, mari berusahalah mencari
jawaban atas apapun yang terjadi dalam hidup kita melalui upaya beriman yakni
mengetahui dan mengerti Firman Tuhan. Yakinlah bahwa semuanya akan terbuka
terang benderang kepada kita, bahwa apapun yang terjadi atas hidup orang
percaya, sengsara atau penderitaan sekalipun, semuanya bertujuan mengarahkannya
kepada hidup yang setia, sehingga kita layak menerima dan menikmati kasih
karunia Allah. Tuhan Yesus sebagai Imam Besar Agung kita senantiasa turut
merasakan kelemahan-kelemahan kita, maka Dia juga yang akan memberikan kepada
kita jawaban atas setiap peristiwa hidup yang terjadi dan kita alami, yakni
dengan memberikan pertolongan kepada kita tepat pada waktunya. Ia tidak pernah
merancang kita pada rancangan kecelakaan, tetapi semata-mata pada rancangan-Nya
yang penuh damai sejahtera. Terpujilah Dia, Tuhan kita Yesus Kristus, Imam
Besar Agung kita. Amin
21 Oktober 2018
Bacaan
Alkitab: Ayub 38: 1-7, 34-41; Ibrani 5:1-10
Saudara-saudara, Sidang
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Alam semesta yang kita yakini dan aminkan sebagai ciptaan
Tuhan Allah adalah ciptaan yang tak terselami dan tak dapat dikuasai oleh
manusia dengan upaya apapun. Para filsuf telah ribuan tahun, demikian juga para
saintis atau para pakar ilmu pengetahuan berupaya mencari jawaban tentang apa
dan bagaimana semua hal yang terjadi di dalamnya. Mereka berupaya mencoba sebab
akibat dari berbagai hal yang terjadi di alam semesta ini. Sebagian kecil dari
upaya tersebut memang memperoleh hasil, tetapi jauh lebih besar dan lebih
banyak hal yang tidak dapat dipahami. Sehingga bermunculanlah berbagai
spekulasi teori dan juga analisa tentang alam semesta ini. Semakin manusia
berhasil menemukan jawaban dari berbagai pertanyaan tentang alam semesta ini,
maka semakin banyak pula pertanyaan yang muncul sebagai bukti bahwa manusia
pada hakikatnya tidak pernah mampu mengetahui dengan sempurna segala hal yang
ada dan terjadi di alam semesta ini. Kondisi ini hendak menunjukkan bahwa
memang benar, manusia yang adalah juga bagian dari ciptaan Allah tak akan
pernah dapat menjadi sama dengan Penciptanya, yakni Tuhan Allah. Hanya Tuhan
Allah sebagai Pencipta alam semestalah yang dengan sempurna mengetahui dan
berkuasa penuh atas alam semesta ciptaanNya ini. Jika hanya oleh hikmat, manusia
tidak akan pernah mampu mengetahui alam semesta ini (Band. Ayub. 37:23-24).
Melalui perikop bacaan saat ini, Tuhan Allah menegaskan kepada Ayub, bahwa
sesungguhnya manusia, siapapun dia, tidak akan pernah dengan sempurna
mengetahui segala sesuatu tentang alam semesta ini, sekalipun ia mempunyai
hikmat. Kepada Ayub, Tuhan Allah menegaskan bahwa sesungguhnya tidak ada
seorangpun manusia yang dapat memberikan kesimpulan yang lengkap serta
menyeluruh tentang semua fenomena yang terjadi di alam semesta ini, termasuk
yang berhubungan dengan perkara yang terjadi dan dialami oleh manusia. Dari
Firman Tuhan Allah ini kita dapat menarik kesimpulan awal bahwa memang, sebagai
manusia kita harus menyadari posisi kita di hadapan Tuhan Allah. Sehingga
melalui kesadaran ini, kita tidak jatuh pada kesalahan yang fatal, yang
merampas Takhta Tuhan Allah yang Maha besar. Manusia harus merendahkan hidupnya
di hadapan Tuhan Allah tatkala berjumpa dengan perkara yang tidak dapat
dipahaminya.
Saudara-saudara, Sidang
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pertanyaan-pertanyaan Tuhan Allah kepada Ayub (Ayub 38)
sesuai bacaan kita saat ini, sesungguhnya mengarah pada jawaban bahwa manusia
tak bisa tidak, harus mengakui bahwa Tuhan Allah itu Maha Besar dan berkuasa
penuh atas alam semesta yang Dia ciptakan, sehingga manusia mengenal siapa
dirinya di hadapan PenciptaNya. Pertanyaan; di manakah engkau ketika dasar bumi
diletakkan…..?, siapa yang menetapkan….? siapa yang merentangkan tali
pengukur…? atas apakah…? siapakah….? dapatkah engkau…? Semua pertanyaan ini
hendak menegaskan bahwa alam semesta ini adalah pekerjaan Tangan Tuhan Allah,
hanya Dialah yang mengetahui persis seperti apa dan bagaimana semua terjadi
atas dan di dalam alam semesta ini. Sekaligus dengan itu, Tuhan Allah juga
menegaskan bahwa Dialah yang menjamin kelangsungan hidup makhluk hidup yang diciptakanNya,
termasuk manusia di dalamnya. Proses penciptaan bumi, peletakan dasar bumi,
penetapan ukuran bumi, dan semua hal mengenai bumi, semua itu tidak pernah
melibatkan manusia dan tidak pernah diketahui manusia kalau ia tidak beriman
kepada Penciptanya, yakni Tuhan Allah. Melalui perkataan Tuhan Allah kepada
Ayub ini, jelaslah bahwa Tuhan Allah sangat menghendaki setiap orang harus
tunduk dan taat kepada Tuhan Allah, sebagaimana sikap hidup beriman yang
diwujudnyatakan Ayub dalam kehidupannya baik disuasana suka maupun derita.
Saudara-saudara, Sidang
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Merendahkan
hidup dan taat kepada Tuhan Allah menjadi sikap yang menunjuk pada seseorang
yang benar-benar percaya kepadaNya. Sikap itulah yang dikehendaki Tuhan terus
dimiliki oleh setiap orang yang mengaku percaya kepadaNya. Melalui sikap yang
senantiasa merendahkan hidup dan taat kepada Tuhan Allah, maka setiap orang
percaya akan terikat dalam hubungan atau komunikasi yang erat dengan Tuhannya.
Jika di dalam Perjanjian lama Imam besar merupakan perantara umat dengan
Tuhannya dalam rangka menyembah, maka melalui dalam Yesus Kristus, maka umat
tidak lagi membutuhkan perantara untuk berhubungan dengan Tuhannya (Ibrani 5).
Hubungan itu kemudian nyata di dalam Yesus Kristus, yang adalah jalan,
kebenaran dan hidup. (7) Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah
mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia,
yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah
didengarkan. (8) Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari
apa yang telah diderita-Nya, (9) dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia
menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, . Yesus
Kristus sebagai Imam Besar untuk selama-lamanya menunjuk pada bagaimana
kemudian pola hubungan kita dengan Tuhan Allah. Hikmat Allah di dalam Yesus
Kristus sebagai Imam besar kita menjadi jaminan bagi kita untuk diberi
pengertian dan pengetahuan melalui iman tentang alam semesta ciptaan Tangan
Tuhan ini. Maka semua pertanyaan yang muncul dari berbagai hal dalam hidup ini
akan kita mengerti dan pahami ada dalam kedaulatan Tuhan Allah. Percaya kepada
Tuhan Allah melalui sikap merendah dan taat kepadaNya menjadi kata kunci
terjalinnya hubungan yang erat dan intim dengan Tuhan Allah.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Zaman di mana kita hidup saat ini,
adalah zaman di mana semua hal dipertanyakan. Semua menginginkan jawaban.
Peristiwa dulu, kini dan nantipun selalu menjadi bahan pertanyaan, demikian
pula dan ilmu dan teknologi. Zaman now
(zaman millennium), adalah zaman semua menjadi bahan pertanyaan yang harus
dijawab. Ancaman kemudian ditujukan pada iman sebagai orang percaya. Ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, tidak melulu mendatangkan hal
positif, melainkan juga terdapat nilai-nilai yang dapat mengancam iman.
Lahirnya keragu-raguan akan keMahakuasaan Tuhan Allah juga menjadi sikap yang
acapkali muncul di zaman ini. Akibatnya ialah, kesombongan, lupa diri dan lupa
Tuhan sering menghantam hidup anak-anak Tuhan dan hal ini juga sering mewujud
dalam bentuk lahirnya sikap hidup yang tidak taat kepada Tuhan Allah. Maka jika
Tuhan Allah menantang Ayub menjawab semua pertanyaan yang diajukannya, Tuhan
Allah sesungguhnya hendak mengingatkan Ayub dan kita semua sebagai orang yang
percaya, bahwa hanya dengan kerendahan hidup dan dengan ketaatanlah, kita dapat
menunjukkan bahwa kita percaya dan beriman kepada Tuhan Allah. Yesus Kristuspun
telah memberi teladan ini kepada kita umat tebusanNya, Yesus Kristus taat
sampai mati, mati di kayu salib demi penebusan kita dari dosa, Diapun
merendahkan diri di hadapan Allah Bapa, semua ini dilakukanNya supaya kita
beroleh keselamatan.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sebagai umat tebusanNya, hubungan kita dengan Tuhan Allah
di dalam dan melalui Yesus Kristus merupakan hubungan yang mesti kita pelihara
dan hargai dengan sungguh, yakni melalui sikap hidup dengan tetap merendah di
hadapan Tuhan, taat pada kehendak Tuhan dan senantiasa mencari jawaban dari
segala pertanyaan hidup ini di dalam Tuhan. Sebab hanya Tuhanlah yang tahu
semua hal yang terjadi, yang kita alami dan segala sesuatu menyangkut hidup di
alam semesta ini. Dengan merendah di hadapanNya, taat kepada Nya, maka segala
yang terselubung akan disingkapkanNya bagi kita. Melalui dan dalam Iman semua
yang kita pertanyakan dalam hidup ini niscaya mengarahakan kita berjumpa
denganNya. Terpujilah Dia. Amin.
28 Oktober 2018
Bacaan
Alkitab: Ayub 42: 1-6, 10-17; Ibrani 7:23-28
Sidang
Jemaat, Bapak, Ibu, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pasal 42 dari
kitab Ayub merupakan pasal terakhir dan sekaligus merupakan pasal yang
memberikan kesaksian tentang bagaimana ending atau akhir dari pengalaman hidup
beriman Ayub. Membaca atau mendengar tentang kisah hidup Ayub tidaklah lengkap
kalau tidak membaca pasal terakhir ini. Setiap orang yang mendengar kisah Ayub,
mestilah ingin tahu apa kemudian yang terjadi pada hidup Ayub dalam
kesetiaannya yang begitu luar biasa menghadapi penderitaan hidupnya. Penderitaan
yang dialami Ayub, memang telah mengundang begitu banyak pertanyaan. Sebab,
dalam kebudayaan Ibrani, ada kebiasaan bahwa orang yang diberkati Tuhan adalah
orang yang hidupnya makmur dan sejahtera, jauh dari derita dan kesengsaraan.
Tetapi yang terjadi pada diri Ayub kemudian berubah drastis 180 derajat. Semua
pertanyaan yang muncul dari pengalaman hidup Ayub ini, telah melahirkan
berbagai bentuk sanggahan dan jawaban, baik dari sahabat-sahabat Ayub maupun
dari diri Ayub sendiri. Masing-masing mencoba memberi sanggahan dan jawaban
dari pengalaman pahit yang dialami Ayub. Tetapi pada akhirnya, semuanya mentah
dan tidak dapat dipertanggungjawabkan, sebab semua harus kembali kepada Tuhan
Allah.
Sidang Jemaat, Bapak,
Ibu, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Ayub mengaku bersalah di hadapan Allah karena tanpa
pengertian ia telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib baginya dan
yang tidak diketahuinya yang dilakukan Allah. Pengakuan ini menjelaskan kepada
kita bahwa Ayub ternyata menyadari sesungguhnya bahwa dirinya begitu rendah di
hadapan Tuhan Allah. Ayub pun juga mengakui bahwa berita tentang Allah hanya
diketahuinya dari orang lain saja, maka Ayubpun menyadari bahwa apa yang
didengarnya itu juga tidak dapat menjawab dan menjelaskan keMahabesaran Tuhan
Allah. Maka dari kerendahan yang amat rendah (dari dalam debu dan abu di mana
Ayub duduk) dan dari penyesalan yang amat dalam, ia mencabut semua perkataannya
tentang Allah. Sikap Ayub yang mencabut perkataannya tentang Allah merupakan
tindakan penyesalan yang menegaskan bahwa sesungguhnya hanya Tuhan sendirilah
yang benar-benar memperkenalkan DiriNya sehingga manusia dapat mengenalNya dan
mengerti perbuatan ajaib yang dilakukanNya. Pengetahuan manusia sungguhlah
terbatas, bahkan tidak ada apa-apanya dengan pengetahuan Allah. Inilah yang
disadari Ayub. Maka jika sebelumnya, ketika Ayub melancarkan protes dan membela
diri di hadapan Tuhan Allah, ketika ia berhitung akan kesalehan, kejujuran,
rasa takutnya akan Tuhan dan perbuatannya yang baik, kini Ayub sadar bahwa
siapapun manusia tidak ada yang sempurna dan benar di hadapan Tuhan Allah.
Hanya Tuhanlah yang benar, hanya Tuhanlah yang sempurna dan Mahatahu. Ayub,
demikian juga sahabat-sahabat Ayub tidak ada seorangpun yang berhak dan dapat
membanggakan diri di hadapan Tuhan Allah. Melalui pengalaman hidup Ayub,
sekalipun menyakitkan tetapi ia kemudian dapat memandang Allah dengan mata
sendiri. Dengan kata lain, pengalaman hidup Ayub yang penuh dengan kesengsaraan
dan penderitaan itu, ternyata telah berdampak baik dan positif baginya, yakni
ia kemudian dapat memandang Allah tidak lagi hanya lewat perkataan orang lain
kepadanya. Duduk dalam debu dan abu menjadi symbol sikap kerendahan dan
penyesalan memohon pembaharuan hidup.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Peristiwa dan
pengalaman hidup yang terjadi dan teralami di kehidupan ini, sesungguhnya
sangat mempengaruhi sikap hidup di hadapan Tuhan Allah, termasuk dalam hidup
orang percaya. Banyaknya peristiwa, terlebih yang menyakitkan seringkali
mengarahkan hidup kita pada berjuta pertanyaan. Semua pertanyaan tersebut kita
inginkan terjawab segera, maka kitapun seringkali dalam berbagai bentuk upaya
mencari jawaban dan bahkan memberi jawaban yang bersumber dari diri sendiri dan
juga dari orang lain. Melalui kesaksian Alkitab saat ini, jelaslah kepada kita
bahwa sesungguhnya, hanya Tuhanlah yang dapat memberikan kita jawaban dengan
benar dan sempurna dari semua pertanyaan di kehidupan ini. Memandang Tuhan dan
mengenal Tuhan menjadi syarat untuk mengenal dan mengerti setiap perbuatan yang
dilakukanNya. Maka sikap Ayub yang mencabut dan menyesali ucapannya adalah
sikap yang harus dimiliki oleh setiap kita, jikalau dalam hidup ini kita telah
berani memberi jawab dan menjelaskan perkara ajaib Tuhan. Cara Tuhan
memperkenalkan DiriNya juga mesti kita pahami sebagai cara yang hanya
dimilikiNya. Sehingga kita tidak jatuh pada kekeliruan beriman. Tuhan memakai
berbagai cara dan pengalaman hidup untuk memperkenalkan keMahakuasaanNya kepada
umatNya. Tidak hanya melalui kemakmuran, kesejahteraan dan terbekati, Tuhan
memperkenalkan DiriNya, tetapi sebagaimana pengalaman hidup Ayub, ternyata juga
dipakai Tuhan untuk memperkenalkan Diri secara langsung kepada Ayub. Itu
berarti, adalah wajib untuk menyesal dalam sikap tunduk merendah mengakui
segala kesalahan kita memahami Tuhan Allah.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Akhirnya, pemulihan pun dilakukan Tuhan atas hidup Ayub.
Kerendahan dan ketaatan yang dimilikinya sebagai bukti imannya kepada Tuhan
Allah telah menjadi sikap beriman yang mesti diteladani. Bahwa dalam keadaan
diberkati, hidup penuh kemakmuran dan berlimpah harta benda Ayub saleh, jujur,
takut akan Allah dan berbuat baik, di dalam kehidupan yang penuh derita dan
kesengsaraan hebat, ternyata Ayub juga tetap saleh, setia, jujur, takut akan
Tuhan dan tidak berbuat jahat. Ayub tidak pernah sekalipun menghujat Tuhan,
sekalipun ia digoda oleh orang lain, termasuk isterinya sendiri untuk
melakukannya. Allah membuktikan bahwa Ayub hambaNya itu adalah hamba yang Taat
dan setia. Iblis kalah, prasangka dan dugaannya keliru. Pemulihan hidup Ayub
yang dilakukan Tuhan adalah bukti kesetiaan Tuhan kepada semua orang yang
percaya, yang taat, merendahkan hidup di hadapan Allah dan senantiasa hidup di
dalam kesetiaan iman. Percaya atau beriman kepada Tuhan berarti memiliki
kesadaran diri, siapa kita di hadapan Tuhan Allah, dan sejauh mana pengertian kita
terhadap perbuatan-perbuatan ajaib Allah. Maka menyadari diri dan segala yang
terjadi serta teralami di dalam hidup ini mesti kita lihat dari sudut pandang
iman, supaya kita mengenal dan mengerti karya Allah secara langsung, bukan
berdasarkan dan menurut pandangan orang lain. sekali lagi, hanya jika Tuhanlah
mempernalkan DiriNya kepada kita, maka pengertian kita tentangNya menjadi
benar. Tuhan ternyata memperkenalkan DiriNya juga melalui pengalaman pahit
dalam hidup ini, maka benarlah kata orang bijak: “ Yang pahit itu jangan
langsung dimuntahkan, sebab dia bisa saja menjadi obat penyembuh, dan yang
manis itu janganlah langsung ditelan, sebab bisa saja ia menjadi penyakit yang
mematikan”. Demikian pula dengan pengalaman hidup kita, pengalaman yang memilukan,
sengsara dan derita di tengah kesalehan, kejujuran, rasa takut akan Tuhan dan
di tengah perbuatan baik kita, ternyata juga menjadi cara Tuhan memperkenalkan
Diri kepada kita. Dengan mengenal benar Tuhan Allah, maka kita akan jauh dari
segala bentuk prasangka buruk tentang Allah, jauh dari sikap memprotes Tuhan
Allah, jauh dari sikap sok tahu dari pada Allah. Mengenal Allah di dalam Tuhan
Yesus Kristus, menjadi ukuran kedewasaan beriman kita.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Melalui Surat Ibrani yang juga menjadi bahagian
perenungan kita saat ini, kepada kita ditegaskan bahwa Yesus Kristus sebagai
Imam Besar Agung kita, telah memperkenalkan Diri kepada kita. Ia
sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang
kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.Yesus
Kristus sebagai Imam Besar Agung kita adalah Imam Besar Agung yang saleh, tanpa
salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari
pada tingkat-tingkat sorga, Dia tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap
hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah
untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk
selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban.
Pengorbanan Allah di dalam dan melalui Yesus Kristus menjadi jaminan bagi kita,
bahwa tidak akan pernah sia-sia kesetiaan orang yang percaya kepada Tuhan
Allah, bagaimanapun situasi dan kondisi hidup yang terjadi atasnya. Tetapi,
Tuhan akan memulihkan setiap hidup yang porak-poranda akibat derita dan
sengsara, Tuhan memulihkan hidup yang kehilangan, Tuhan memulihkan hidup yang
menyedihkan. Maka kenallah Tuhan melalui pengalaman hidup dengan benar, sebab Dia
memperkenalkan DiriNya dalam pengalaman hidup kita, dengan maksud supaya kita
senantiasa merendah dan taat kepadaNya. Amin
24 Desember 2018 (Malam Natal)
Bacaan
Alkitab: Yesaya 9:2-7; Titus 2:11-15
Sidang Masa raya Natal,
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pertama-tama
diucapkan kepada kita sekalian, “Selamat Natal”. Malam ini tentu menjadi malam
yang menyukakan bagi kita sekalian, setelah kita selesai menjalani dan
merayakan minggu-minggu advent dengan berbagai kegiatan di dalamnya. Malam
Natal ini, Gedung gereja inipun semakin ramai, sebab tempat duduk yang biasanya
tidak ditempati, kini semua penuh, demikian pula dengan assesoris yang mewarnai
ruangan ini. Luar biasa memang panggilan Natal kepada setiap orang Kristen.
Terpujilah Tuhan!!! Suasana terang seharusnyalah menjadi suasana yang meliputi
hati kita sebagaimana ruangan ini mala mini. Lilin-lilin bersinar, lampu natal
yang kedap kedip, semua menyemarakkan suasana hati kita semua. Perayaan Natal
bukanlah sekedar tradisi gerejawi kita, bukan pula sekedar budaya beriman,
tetapi lebih dari semua itu, merayakan Natal hendak mengarahkan hidup beriman
kita pada satu keyakinan bahwa Tuhan Allah melalui kelahiran Yesus Kristus
telah menerangi hidup kita yang gelap dan kelam akibat dosa yang menguasainya.
Maka merayakan Natal berarti bersukacita di dalam iman karena Yesus Kristus
hadir di hidup kita menjadi terang, sehingga kita terluput dari kegelapan dunia
ini. Dalam keyakinan itu, kita sebagai umat yang dilawatNya diberikan karunia
melihat kehidupan ini dalam terang kasihNya.
Sidang Masa raya Natal,
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Berita yang
disampaikan Nabi Yesaya berdasarkan bacaan kita mala mini, adalah berita yang
sangat menyukakan hati, karena dalam berita ini ditegaskan sungguh-sungguh
bahwa kelahiran Juruselamat merupakan jawaban bagi umat yang kehidupannya
berada dalam ketidak pastian hidup akan masa depan. Bangsa yang berjalan di
negeri kekelaman, menunjuk pada situasi dan kondisi umat yang sedang terancam keputusasaan.
Entah melangkahkan kaki ke arah mana, mereka tidak tahu lagi. Bangsa yang
berjalan di negeri kekelaman juga menunjuk kepada kehidupan umat yang
tertindas, tidak memiliki kemampuan dan kekuatan untuk menentukan masa depan.
Dalam suasana dan situasi hidup seperti inilah, Terang itu bersinar terang dan
amat besar. Keragu-raguan, ketidakpastian, dan ancaman keputusasaan sirna dan
lenyap. Hadirnya terang yang besar dan sinarnya yang terang ada pertanda
kelahiran seorang Putera, yakni Yesus Kristus Sang Penebus. Berita tentang
bersinarnya terang yang besar telah melahirkan luapan sukacita yang besar pula,
sebab kini terjawab sudah kegelisahan dan keresahan hidup bangsa yang berjalan
di dalam kekelaman itu. seperti sukacita di waktu panen, seperti orang
bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan merupakan gambaran sukacita yang
amat besar, sebab penantian panjang tidak sia-sia dari umat yang percaya.
Itulah seharusnya sukacita yang dialami oleh setiap orang percaya kepada Yesus
Kristus Sang Juruselamat dunia ketika merayakan Natal sebagaimana yang kita
laksanakan malam ini. Dikala kita merayakan Natal, satu hal yang harus kita
Imani dan amini yakni bahwa Tuhan tidak akan pernah membiarkan hidup kita dalam
kekelaman, dalam ketidak pastian dan dalam keputusasaan. Merayakan Natal juga
merupakan saat di mana kita diingatkan kembali bahwa “Kasih karunia Allah yang
menyelamatkan semua manusia sudah nyata” (Tit. 2: 11).
Sidang Masa raya Natal,
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Memang harus kita akui, tidak sedikit sikap dan kebiasaan
kita yang keliru dalam merayakan Natal, karena perhatian kita terkadang tidak
terarah pada Allah, tidak terarah pada kasih karuniaNya yang besar itu,
melainkan terkadang terarah pada hal-hal lain, seperti persediaan kue-kue
dirumah, pakaian baru dan indah, acara-acara yang akan kita buat di rumah kita
masing-masing dan juga kebiasaan kita yang sering jatuh pada pesta pora dalam
memeriahkan sukacita natal tersebut. Padahal, kelahiran Juruselamat, yang
adalah Terang yang besar itu sesungguhnya mendidik kita supaya kita
meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup
bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan
penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah
yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan
diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk
menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat
baik. (Tit 2: 12- 14). Menjadi umat yang terdidik berarti kita mestinya menjadi
umat yang terhindar dari kehidupan yang fasik dan jauh dari keinginan duniawi.
Artinya, bahwa di dalam dan melalui perayaan Natal semua orang percaya telah
dapat melihat dengan terang benderang hidupnya, dan apa yang Tuhan kehendaki
diberlakukan dalam hidup tersebut. Kita tidak lagi menjadi orang yang berpikir,
berbicara dan bertindak laksana orang yang melakukan kejahatan, sebab Terang
yang bersinar terang itu telah menyinari kita dalam kuasa kegelapan. Melalui
dan di dalam perayaan Natal pula, kita diingatkan supaya kita meninggalkan
keinginan-keinginan duniawi. Tetapi sayang, tidak dapat kita pungkiri bahwa
dalam rangka perayaan Natal tidak sedikit dari kita yang malah menunjukkan
keinginan-keinginan duniawi, yang nampak dalam berbagai bentuk pesta pora yang
terjadi.
Sidang Masa Raya Natal
Yang Bersukacita, Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Hidup bijaksana,
adil dan beribadah, menantikan penggenapan pengharapan di dalam Yesus Kristus
adalah sikap atau perilaku iman yang dituntut dari kita ketika kita merenungkan
kasih karunia Allah melalui kelahiran Yesus Kristus Tuhan. Maka sesungguhnya,
merayakan Natal adalah saat di mana semua orang percaya, termasuk kita sekalian
diarahkan untuk hidup bijaksana. Pada dasarnya bijaksana
atau berhikmat adalah kepintaran mencapai hasil, menyusun rencana yg benar
untuk memperoleh hasil yang dikehendaki. Tempat kedudukannya ialah hati, pusat
keputusan moral dan intelektual serta spiritual. Menjadi manusia-manusia yang
bijaksana adalah kerinduan Tuhan Allah dari umat yang berjalan dalam kekelaman.
Sehingga setiap perkara dan peristiwa yang terjadi dalam hidup ini, kita
mengerti dan pahami dengan benar dan pada akhirnya sikap dari setiap keputusan
yang kita ambil merupakan sikap dan keputusan yang benar sesuai dengan kehendak
Tuhan Allah. “adil” adalah juga sikap yang dituntut dari kita sebagai umat yang
telah menerima Terang. Bersikap Adil berarti semua memperoleh bagian dalam
kehidupan ini. Itulah pula yang ditunjukkan oleh Allah melalui kelahiran Yesus
Kristus Sang Terang itu. Tuhan Allah memberikan bagian bagi umat yang percaya
kepadaNya supaya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3: 16).
“beribadah” juga adalah sikap hidup yang terlahir dalam kehidupan umat yang
telah ditebus. Beribadah berarti senantiasa mempercakapkan melalui sikap dan
perilaku hidup semua perbuatan Allah yang sungguh luar biasa. Perbuatan Allah
itu, tak lain dan tak bukan adalah Kasih yang sempurna. Selanjutnya, menantikan
penggenapan pengharapan di dalam Yesus Kristus merupakan sikap yang mengarahkan
setiap umat percaya dengan sadar memberikan tempat dan waktu bagi Tuhan Allah
mewujudnyatakan kasih karuniaNya. Manusia tidak boleh memaksa, apalagi
mewujudnyatakan sendiri penggenapan tersebut. Manusia harus senantiasa dalam
kesabaran iman, membuka diri secara total bagi kehendak Allah dalam hal apapun
yang terjadi dalam hidup ini. Maka malam ini, di perayaan Natal ini, kita semua
diajak dan diajar untuk bersukacita dengan benar dalam iman, serta didik untuk
menjadi orang yang bijaksana, adil, beribadah, dan memiliki sikap hidup sabar
di hadapan Tuhan Allah. Selamat menjadi sinar terang dalam hidup ini, selamat
menjadi orang yang bijaksana, selamat menjadi orang yang adil, selamat menjadi
orang yang beribadah dan selamat menjadi orang yang senantiasa sabar menantikan
kehendak Tuhan Allah…Selamat Natal…! Bersinarlah bagi orang lain, sebab Kristus
yang adalah Terang telah menyinarimu. Amin
6
¶ Di atas tembok-tembokmu, hai
Yerusalem, telah Kutempatkan pengintai-pengintai. Sepanjang hari dan sepanjang
malam, mereka tidak akan pernah berdiam diri. Hai kamu yang harus mengingatkan
TUHAN kepada Sion, janganlah kamu tinggal tenang
7 dan
janganlah biarkan Dia tinggal tenang, sampai Ia menegakkan Yerusalem dan sampai
Ia membuatnya menjadi kemasyhuran di bumi.
8 TUHAN telah
bersumpah demi tangan kanan-Nya, demi tangan kekuatan-Nya: "Sesungguhnya,
Aku tidak akan memberi gandummu lagi sebagai makanan kepada musuhmu, dan
sesungguhnya, orang-orang asing tidak akan meminum air anggurmu yang telah
kauhasilkan dengan bersusah-susah;
9 tetapi
orang yang menuainya akan memakannya juga dan akan memuji-muji TUHAN, dan orang
yang mengumpulkannya akan meminumnya juga di pelataran-pelataran tempat
kudus-Ku."
10 ¶
Berjalanlah, berjalanlah melalui pintu-pintu gerbang, persiapkanlah
jalan bagi umat, bukalah, bukalah jalan raya, singkirkanlah batu-batu,
tegakkanlah panji-panji untuk bangsa-bangsa!
11 Sebab
inilah yang telah diperdengarkan TUHAN sampai ke ujung bumi! Katakanlah kepada
puteri Sion: Sesungguhnya, keselamatanmu datang; sesungguhnya, mereka yang
menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia dan mereka yang diperoleh-Nya
berjalan di hadapan-Nya.
12 Orang akan
menyebutkan mereka "bangsa kudus," "orang-orang tebusan
TUHAN," dan engkau akan disebutkan "yang dicari," "kota
yang tidak ditinggalkan".
4 Tetapi
ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia,
5 pada waktu
itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita
lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh
pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,
6 yang sudah
dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita,
7 supaya
kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima
hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.
25 Desember 2018 (Natal)
Bacaan
Alkitab: Yesaya 62: 6-12; Titus 3: 4-7
Sidang
Masa Raya Natal Yang Bersukacita, Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Berita yang disampaikan Nabi Yesaya, khususnya di
pasal-pasal terakhir merupakan berita yang banyak berbicara tentang perbuatan
Allah dalam rangka menyelamatkan umatNya Israel dari penidasan, dari
penjajahan, dari pembuangan dan dari keporakporandaan Yerusalem yang
ditinggalkan. Beritanya juga memberitahukan bagaimana Allah kemudian akan
menggenapi janji dan rencanaNya melalui kelahiran Raja Damai yang menunjuk pada
Yesus Kristus Juruselamat dunia. Yerusalem yang juga disebut sebagai Kota Sion
yang merupakan symbol keberadaan dan kejayaan umat Allah itu, dijanjikan akan
dipulihkan dan dibaharui, dijaga dengan penuh perhatian. Umat-Nya itupun
diberikan janji akan diberi jaminan bahwa jerih lelah mereka tidak akan sia-sia…
"Sesungguhnya,
Aku tidak akan memberi gandummu lagi sebagai makanan kepada musuhmu, dan
sesungguhnya, orang-orang asing tidak akan meminum air anggurmu yang telah kauhasilkan
dengan bersusah-susah; tetapi orang yang menuainya akan memakannya juga dan
akan memuji-muji TUHAN, dan orang yang mengumpulkannya akan meminumnya juga di
pelataran-pelataran tempat kudus-Ku" (ay. 8-9). Artinya, Tuhan Allah
sesungguhnya tidak pernah merencanakan dan merancangkan kebinasaan pada umat
yang percaya kepadaNya. Sebaliknya, Tuhan Allah menghendaki supaya umatNya itu
berjalan dan berjalan melalui pintu gerbang, yakni pintu gerbang Allah. Allah
senantiasa merindukan kebebasan umatNya dari segala bentuk penderitaan yang
menyengsarakan mereka, yang membuat mereka terancam dari kehidupan kekal. Maka
sebutan untuk umat itu adalah “Bangsa yang Kudus, Umat kepunyaan Allah”, yang
mengandung arti bahwa umat itu berbeda dengan umat manapun, karena mereka
dipilih oleh Tuhan dan disucikan serta diberikan jaminan untuk beroleh hidup
kekal merupakan bukti kasih karunia Allah berlaku atas mereka.
Sidang Masa Raya Natal
Yang Bersukacita, Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam dan melalui peristiwa Natal
yang terjadi ribuan tahun yang silam di Betlehem, apa yang diberitakan Nabi
Yesaya digenapi oleh Tuhan Allah. Yesus Kristus yang lahir di dunia, menjadi
jawaban atas segala pertanyaan akan masa depan umat Tuhan. Titus memberi
kesaksian kepada kita bahwa peristiwa Natal merupakan waktu di mana Tuhan Allah
memberi kita keselamatan, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan,
tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan
yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh
Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan
oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan
pengharapan kita. Maka sesungguhnya peristiwa Natal adalah peristiwa
penggenapan akan janji penebusan Tuhan Allah bagi kita umat yang percaya
kepadaNya. Maka untuk itu, sebagai umat kepunyaan Allah, kita mestinya memahami
dan memaknai Natal sebagai moment untuk kembali mengenali jati diri kita
sebagai umat kudus, kepunyaan Allah, yang telah diberikan kasih karunia untuk
beroleh hidup kekal bersama Dia. Kita dipilih menjadi umat kepunyaanNya,
bukanlah kita yang memilih, sebab tidak ada kuasa dan kemampuan apapun yang
dapat kita andalkan dan jadikan sebagai alasan untuk beroleh jaminan hidup
kekal dan bukan pula karena perbuatan baik kita. Semuanya adalah karena Kasih
Allah kepada kita umatNya. Tuhanlah yang berinisiatif, Tuhanlah yang bertindak
oleh karena kasihNya yang besar sehingga kita menjadi umat kudus, kepunyaanNya
untuk beroleh hidup kekal. Melalui perayaan Natal Tahun ini, maka kita
diberkati, kita diingatkan dan kita diajak untuk senantiasa merenungkan
perbuatan KasihNya yang begitu besar. Melalui berita Natal saat ini, kepada
kita sekalian disaksikan perbuatan dan kasih setia Tuhan pada umatNya, yakni
bahwa melalui kelahiran Yesus Kristus Sang Juruselamat kita umat kepunyaannya
akan dijaga, dipeliharanya di sepanjang gelapnya hidup yang kita lalui. Kita
diajak untuk terus maju berjalan melalui pintu gerbangNya, bahwa Dialah jalan
dan satu-satunya pintu gerbang menuju kepada kehidupan kekal. Kepada kita juga
sekalian dijanjikan jaminan kelangsungan hidup kita. Jerih lelah kita sebagai
orang percaya, yang telah dikuduskanNya, Umat kepunyaanNya tidak akan pernah
sia-sia. Kita diberikan kesempatan menikmati hasil perjuangan kita. “Sesungguhnya,
keselamatanmu datang; sesungguhnya, mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya
ada bersama-sama Dia dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya”
inilah janji Tuhan bagi kita yang senantiasa percaya kepada kepada Dia. Di
dalam peristiwa Natal Tuhan Allah membuktikan kepada kita bahwa janji setiaNya
nyata. Jalan menuju kehidupan kekal di dalam Yesus Kristus Sang Putea Natal
terwujud.
Sidang Masa Raya Natal
Yang Bersukacita, Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Merenungkan semua janji dan perbuatan Tuhan di dalam
perayaan Natal saat ini, maka sebagai bangsa yang dikuduskanNya dan sebagai
umat kepunyaanNya, kita harus benar-benar mengenali jati diri kita. Sehingga
kita tidak kehilangan kasih karuniaNya. Pengenalan akan jati diri sebagai umat
kudus, umat kepunyaan Allah, berarti kita menunjukkan perilaku dan sikap hidup
yang senantiasa mencerminkan kasih Allah. Mengenali diri sebagai Bangsa kudus,
kepunyaan Allah, maka kita harus berani tampil beda dengan dunia ini. Arus
zaman, kecanggihan ilmu dan teknologi serta perubahan karakter dan budaya hidup
di sekitar kita tidak akan pernah mampu membuat kita kehilangan jati diri kita
sebagai umat yang dikuduskanNya. Sebaliknya, kita akan menjadikan dunia sekitar
kita menjadi dunia yang penuh kasih, karena hanya dengan kasihlah kekudusan
Allah itu akan dapat diwujudkan. Menjaga identitas diri sebagai umat kudus
kepunyaan Allah berarti pula kita tidak menjadi serupa dengan dunia ini. Maka
merayakan Natal adalah saat di mana kita semua diingatkan akan jati diri kita
sebagai umat yang kudus, kepunyaan Allah.
Sidang Masa Raya Natal
Yang Bersukacita, Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Waktu demi waktu
telah dan akan kita lalui dalam kehidupan ini. Zaman terus berubah dan bahkan
sepertinya tak beraturan dan tak terbaca oleh kita. Banyak hal yang terkadang
membuat kita bingung, apakah itu pola dan sikap hidup yang semakin berubah,
karakter manusia yang semakin aneh dan beragam, moralitas dan spiritualitas
yang semakin menduduki tempat terendah, gerakan globalisasi dan kecanggihan
ilmu pengetahuan dan teknologi semakin tak terkendali, persaingan hidup yang
semakin ketat dan seakan tak berbelaskasihan akan kita hadapi dalam hidup ini.
Mungkin saja kita akan merasakan kegelisan, mungkin pula di antara kita akan
ada yang tergerus arus zaman, yang pada akhirnya membuat kita kehilangan jati
diri sebagai umat kudus, kepunyaan Allah. Maka karena itu, di perayaan Natal
saat ini, kepada kita janji Tuhan dinyatakan. PenjagaanNya pasti, jaminan
keberlangsungan hidup nyata, jerih lelah takkan sia-sia, kasih karuniaNya
senantiasa berlaku bagi kita. Karena itu, saudara-saudara berjalanlah melalui
pintu gerbangNya, jaga dan peliharalah keselamatan yang dinaugerahkanNya yakni
kehidupan kekal sebagaimana pengharapan kita. Mari jadikan perayaan Natal ini
sebagai saat di mana kita diingatkan memperjuangkan hidup menjadi jati diri
kita sendiri yakni umat kudus, kepunyaan Allah. Percayalah saudara-saudara,
Yesus Kristus Sang Putera Natal itu adalah gerbang kehidupan kekal, gerbang
menuju kesuksesan, gerbang menuju keselamatan. Berjalanlah…berjalanlah hanya
melalui gerbang kehidupan itu, niscaya semua ancaman dan tantangan hidup akan
terlewati, sebab Yesus Kristus adalah jalan dan kebenaran dan hidup kekal.
Selamat Hari Natal, selamat menyongsong Tahun anugerah Tuhan. Yesus Kristus
beserta kita. Amin.
Langganan:
Postingan (Atom)