Bacaan Alkitab: Yesaya
43:16-21; Yohanes 12:1-8
Sidang Jemaat Yang
Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Ketika seseorang mengingat-ingat masa silam, maka 2 bentuk pengalaman
hidup, yakni kenangan pahit dan manisnya hidup akan meliputi ingatannya.
Ternyata dua bentuk pengalaman hidup ini, sama-sama memiliki peluang untuk
dapat mengarahkan hidup seseorang untuk terganggu memandang masa depannya.
Hidup yang terarah pada pada masa silam, ternyata tidak ada dalam konsep Tuhan
Allah. Dalam arti bahwa Tuhan Allah sungguh menghendaki setiap umatNya
mengarahkan hidupnya kea rah masa depan dan menjadikan masa depan itu menjadi
tujuan atau arah perjalanan hidup. Masa depan yang dimaksud tersebut adalah
masa dan suasana hidup yang disiapkan dan disediakan Tuhan Allah bagi setiap
umat yang berjalan dan dituntun oleh Tuhan Allah. Dalam FirmanNya, Yesaya 43:18
Tuhan mengaskan hal ini dengan maksud bahwa ternyata Tuhan Allah menyediakan
sesuatu yang baru bagi kehidupan umatNya (19). Jika di masa silam, Tuhan Allah
membuat jalan melalui laut dan melalui air dan membinasakan tentara Firaun
serta melenyapkan kereta-kereta Firaun, maka dalam perjalanan hidup umat yang
percaya kepada Tuhan Allah, akan dibuatkan jalan di padang gurun dan
mengalirkan sungai-sungai di padang belantara, artinya bahwa Tuhan akan
memberikan jaminan hidup di tengah gersangnya pengharapan umat. Tuhan Allah akan
melakukan perkara yang ajaib, yakni bahwa Dia akan memberi kesegaran hidup
kepada umat yang kehilangan pengharapan hidup. Yesaya menyampaikan Firman Tuhan
ini dengan tujuan agar umat Tuhan tahu bahwa di tengah ketidakmungkinan, Tuhan
membuat segalanya menjadi mungkin dan di sana tersedia jaminan hidup.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Kristus,
Padang gurun dan padang belantara
sesungguhnya menunjuk pada kondisi dan situasi kehidupan yang terancam binasa.
Di sana tidak tersedia air yang melambangkan kehidupan. Tetapi Tuhan Allah
berfirman bahwa di situasi dan kondisi hidup seperti itulah Dia akan berkarya
dan menunjukkan kuasa kasihNya. Semua itu dilakukanNya dengan maksud dan tujuan
agar umatNya, menikmati air hidup dan kemudian setleha umat itu dibentuk maka
umat itu akan memberitakan kemasyuranNya. Tuhan membaharui kehidupan umatNya,
selain untuk memberikan mereka jaminan kehidupan, juga agar mereka kemudian
menjadi saksi Tuhan Allah mengabarkan kemashyuran Tuhan Allah. Maka jika Tuhan
Allah mengarahkan hidup umatNya ke masa depan, dengan tidak mengingat-ingat
hal-hal yang dahulu dan tidak memperhatikan hal-hal yang dari zaman purba kala,
maka Tuhan hendak menegaskan bahwa Tuhan menyediakan masa depan bagi umatNya,
di mana kehidupan mereka dijamin sehingga kemudian mereka menjadi saksi atas
kemahakuasaan Tuhan Tesrsebut.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Kristus,
Dalam
pembacaan kita yang kedua minggu sengsara saat ini, kita diarahkan pada dua
hal, yakni tindakan seorang Maria yang mengurapi Tuhan Yesus dan respon Yudas
atas tindakan Maria tersebut. Apa sesungguhnya yang dilakukan Maria? Jika kita
melihatnya dari sudut pandang Yudas, maka jelas bahwa tindakan ini adalah
tindakan pemborosan. 300 dinar, jika diuangkan dengan jumlah mata uang sekarang
ini, itu setara dengan 30 juta rupiah. Walaupun sesungguhnya Yudas memandang
hal itu dari sudut pandang koruptor. Pertanyaannya adalah darimanakah Maria
memperoleh minyak Narwastu sebanyak itu? Jelas bahwa Maria bukanlah orang kaya,
dia bersama lazarus dan Martha adalah dari kalangan masyarakat miskin dan
susah. Maria mengumpulkan Narwastu tersebut sungguhlah sangat lama. Dia
menyimpannya sedikit demi sedikit, tetapi kemudian semua jerih lelahnya dalam
mengumpulkan narwastu tersebut dipersembahkannya kepada Tuhan Yesus. Jelas
bahwa Maria tidak mengingat-ingat yang dahulu tatkala dia begitu lama, begitu
berlelah mengumpulkannya. Tindakannya ternyata mengarah pada apa yang terjadi
di masa depan serangkaian dengan karya penyelamatan Tuhan Allah atas umatNya.
Tuhan Yesus membenarkan tindakan Maria, yang walaupun akibat minyak narwastu
yang dituangkannya menjadikan seluruh ruangan tempat mereka berkumpul dengan
Tuhan Yesus menjadi bau semerbak kematian., Yesus berkata: biarkanlah dia
melakukan hal ini mengingat hari penguburanKu. Apa artinya saudara-saudara?
Bahwa ternyata tindakan Maria ini merupakan tindakan yang mengarah pada apa
yang terjadi di depan, yakni kematian Yesus Kristus.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Kristus,
Jika umat
Israel diingatkan supaya mereka mengarahkan kehidupan mereka ke masa depan,
oleh karena Tuhan Allah berjanji memberikan mereka kehidupan dari kematian yang
dilambangkan dengan padang gurun dan belantara di mana air dan sungai mengalir,
maka sesungguhnya apa yang kemudian dialami oleh Tuhan Yesus melalui
kematianNya adalah juga demi memberikan jaminan hidup kepada setiap orang yang
percaya kepadaNya, kendatipun keselamatan dan jaminan hidup itu melalui
kesengsaraan bahkan kematian. Maka apabila Tuhan Yesus membela Maria melakukan
tindakan pengurapan dengan minyak narwastu yang begitu mahal tersebut, Tuhan
Yesus sesungguhnya melihatnya sebagai bentuk kasih kepadaNya yang luar biasa
tulus dan segenap hati. Tindakan seperti inilah sesunguhnya yang sangat
dirindukan Tuhan Yesus dari semua umatNya. Tindakan berkorban dengan rela dan
tulus ikhlas serta dengan segenap hati. Maka di minggu sengsara saat ini, kita
diarahkan kepada 2 hal, yakni untuk memandang ke masa depan dengan meyakini
sungguh jaminan keselamatan dari Tuhan Allah. Dan yang kedua ialah supaya kita
melihat dari sudut pandang Allah segala bentuk tindakan berkorban yang kita
lakukan demi kemuliaan NamaNya. Dia menyediakan masa depan yang penuh harapan
dan jaminan hidup kekal bagi kita kendatipun itu untuk itu, Dia harus melewati
lembah maut demi terpancarnya aliran-aliran air hidup bagi kita umatNya. Tuhan
Yesus memberkati kita. Amin
Bacaan
Alkitab: Yesaya 55:1-9; Lukas 13:1-9
Sidang Jemaat Yang
Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jerih lelah umat
Israel sungguhlah luar biasa ketika mereka harus mempertahankan hidup mereka di
pembuangan. Umat itu haus dan lapar akan kehidupan yang normal sebagaimana yang
pernah mereka alami di negeri mereka. sekalipun umat itu dapat makan dan minum
di negeri pembuangan tersebut, namun mereka tetap bergumul bagaimana menikmati
hidup layak di tengah hidup yang mereka jalani. Kegagalan mereka untuk setia
kepada Tuhan Allah harus menghantar mereka ke dalam kehidupan yang tidak
mengenakkan. Hidup mereka seakan hampa dan tidak tentu arah. Jati diri mereka
sebagai umat pilihan Allah, kebanggaan mereka terhadap bangsa mereka kini telah
lenyap. Segala bentuk kehidupan yang mereka jalani di pembuangan membuat mereka
harus menderita dan sengsara. Di tengah kondisi hidup seperti inilah Firman
Tuhan datang kepada mereka yang haus dan lapar akan kehidupan yang
sesungguhnya. Tuhan Allah mengajak mereka untuk mencari Tuhan di tengah
kegalauan hidup itu. Supaya jika mereka haus dan lapar, maka mereka hanya dapat
beroleh dahaga dan kenyang jika mereka mencari Tuhan Allah
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Kristus,
Pemanggilan
Tuhan Allah kepada umatNya untuk mencari dan menemukan Dia, adalah bukti
kesetiaan Tuhan Allah yang senantiasa mengasihi mereka. Tuhan tidak pernah
menghendaki kebinasaan orang-orang berdosa, melainkan Tuhan Allah menghendaki
pertobatan mereka. maka apabila Tuhan Allah memanggil mereka untuk mencari Dia,
maka itu menunjukkan bahwa Kasih setiaNya tidak pernah berubah dan tidak
berkesudahan. Seiring dengan ajakan Tuhan Allah tersebut, maka kepada umatNya,
Allah hendak menegaskan bahwa di Dalam dan melalui Dialah Damai Sejahtera
terjadi dan berlaku. Setiap orang yang datang mencari Tuhan niscaya akan
menikmati jaminan hidup, itulah janji Tuhan Allah.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Kristus,
Pada
bacaan kita yang kedua, yakni tentang bagaimana respon Yesus ketika orang
meminta pendapatNya tentang orang-orang Galilea yang darahnya dicampurkan
Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan dan korban yang tewas
dalam musibah rubuhnya menara di dekat Siloam. Menanggapi hal ini Tuhan Yesus tidak
memberikan makna terhadap peristiwa yang
memakan korban tersebut, tetapi Tuhan Yesus memaknainya supaya setiap orang
melakukan pertobatan. Tuhan Allah senantiasa memberikan kesempatan kepada
setiap orang untuk bertobat dan dibangun, sehingga tidak binasa. Itulah
kemurahan Tuhan Allah bagi umatNya. Tuhan Allah tidak serta merta membinasakan,
melainkan pintu dan waktu serta kesempatan bertobat dibukaNya dengan sangat
lebar. Dosa dan penderitaan sesungguhnya tidak dapa dipisahkan, akan tetapi
oleh Yesus Kristus, kuasa dosa yakni maut telah dipatahkan, sehingga kalaupun
penderitaan dialami oleh orang-orang benar adalah penderitaan menuju kepada
kemenangan.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Kristus,
Di
kehidupan ini, rasa haus dan lapar menjadi penderitaan yang acapkali dialami
oleh setiap orang. Rasa haus dan lapar tersebut sesungguhnya adalah gambaran
atau kiasan tentang kehidupan yang hampa dan hambar. Hidup seakan tak bermakna
dan berkesan untuk dijalani. Masa depan seakan tidak perlu dipikirkan, hidup
berjalan begitu saja. Dalam situasi dan kondisi hidup seperti ini, Tuhan Allah
memanggil kita untuk datang kepadaNya, mencari Dia, sebab perjumpaan denganNya
adalah jaminan bagi setiap orang untuk memperoleh kesempatan mengalami
perobahan hidup, perjumpaan denganNya adalah jaminan bagi setiap orang untuk
menikmati rasa dahaga dan kenyang damai sejahtera. Maka kemudian kehidupan
tidak lagi menjadi beban untuk ditempuh, tatkala Tuhan Allah beserta umatNya.
Terpujilah Tuhan.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Kristus,
Apa
makna Firman Tuhan ini bagi kita di kehidupan saat ini? Bagaimana kita harus
memaknai Firman Tuhan di saat kehidupan yang serba tak menentu sedang kita
jalani? Tuhan Allah mengajak kita sekalian untuk mencari Dia, Dia sedang
memberi kesempatan kepada kita untuk dapat berbuah bagi kemuliaan namaNya.
Dengan bertobat dari segala kesalahan dan dosa kita, TanganNya terbuka
menyambut kita semua. Kita yang haus dan lapar akan kebahagiaan di kehidupan
ini, niscaya menikmati itu jika perjumpaan dengan Tuhan Yesus terjadi dalam
kehidupan kita. Dengan berbalik kepada Tuhan Allah dan berserah dengan total
kepadaNya, maka kita akan terhindar dari segala beban derita kehidupan di dunia
ini. Kekuatiran dan ketakutan akan kehidupan ini yang membuat kita terkungkung
dalam beban dan derita, niscaya lenyap dari kehidupan kita apabila perjumpaan
dengan Tuhan terjadi. Maka hanya dengan bertobat, dan menggunakan kesempatan
yang diberikan Allah, kita dapat berbuah di dalam Dia. Tuhan Yesus memberkati.
Amin
Bacaan
Alkitab: Matius 5: 9
“Berbahagialah orang
yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”
Sidang
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kata “damai” bukanlah kata yang asing di
kehidupan kita sehari-hari. Di berbagai spanduk disudut-sudut kota ini, kita
dapat menemukan tulisan yang di dalamnya terdapat kata “damai”. Terutama,
apabila telah terjadi dan juga ditengarai akan terjadi konflik atau pertikaian.
Kata “damai”, sesungguhnya bukanlah sekedar slogan atau kata-kata semata.
“Damai” adalah konteks hidup yang sungguh didamkan setiap orang di dunia ini
dan dalam konsep beriman orang Kristen, damai adalah juga misi Tuhan Allah di
dalam Yesus Kristus yang kemudian dipercayakan untuk selanjutnya diperjuangkan
oleh setiap orang yang percaya kepada-Nya. Pertanyaannya adalah, bagaimana
sesungguhnya orang percaya/Kristen memahami dan menterjemahkan damai tersebut?
Merujuk pada asal usul kata “damai” dalam bacaan kita saat ini, damai yang
dalam bahasa Yunani disebut dengan “eirene” sebenarnya mengandung arti dan
makna yang dalam. Jadi bukan sekedar damai dalam artian selesainya sengketa,
atau terhindarnya dari pertikaian atau konflik. Damai tidak hanya berarti hubungan
rukun yang tercipta. Damai yang dimaksud adalah konteks kehidupan yang diwarnai
sukacita tanpa ada ruang sedikitpun bagi yang namanya persoalan hidup. Selama
masih ada persoalan baik dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan ciptaan
Tuhan lainnya, maka damai belum layak untuk diklaim telah tercipta. Damai
adalah segala sesuatu yang membuat dan membawa kebaikan bagi manusia. Damai
adalah kenikmatan atas kebaikan dan kebenaran.
Sidang Jemaat Yang
Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dengan memahami
damai secara demikian, maka kita dapat pula mengerti apa maksud Tuhan Yesus
dalam ucapan bahagia ini, yakni; “Berbahagialah orang yang membawa damai,
karena mereka akan disebut anak-anak Allah”.
“Berbahagialah orang..” kata “berbahagia”
(yun) “Makarios, dalam terjemahan sekulernya menunjuk pada keadaan senang dan
sehat para dewa-dewa. Artinya keadaan ini adalah keadaan di alam supranatural,
yang kemudian dalam kekristenan dipahami sebagai keadaan hidup yang diwarnai
kegembiraan atau kesenangan yang bersumber dari Allah, berarti sifatnya
bukanlah sesuatu yang sementara atau semu. Suasana hidup seperti ini, hanya
dapat terjadi atas inisiatif Tuhan Allah dan hanya pada orang-orang yang
menjadi bagian dari warga kerajaan yang dipimpin oleh Tuhan Allah sendiri. Maka
hanya Allahlah dan anak-anak-Nya yang akan menikmati kehidupan penuh bahagia
seperti ini. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kita menjadi anak-anak
Allah? Berdasarkan iman, kita sekalian telah dimeteraikan menjadi anak-anak
Allah melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Akan tetapi Meterai
sebagai warga kerajaan Allah tersebut masih dan harus terus diperjuangkan
dengan meresponnya melalui pemberian hidup sesuai dengan kehendak Tuhan Allah.
Pemberian hidup tersebut adalah menjadi “pembawa damai”.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Kristus,
Pembawa
damai tidaklah sama dengan cinta damai, dan juga tidak sama dengan penengah
untuk perdamaian. Pembawa damai mesti diartikan sebagai bentuk partisipasi
aktif untuk senantiasa menghadirkan damai disetiap keadaan dan di setiap ruang
dan waktu. Maka syarat menjadi pembawa damai, yang pertama-tama adalah bahwa
dia telah berdamai dengan dirinya, berdamai dengan seisi rumahnya, berdamai
dengan orang terdekat dengannya, berdamai dengan sesamanya dan kemudian
berdamai dengan alam ciptaan Tuhannya. Perdamaian tersebut harus
sungguh-sungguh didorong oleh iman bahwa Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus
telah menganugerahkan damai baginya. Membawa damai berarti melakukan tindakan
dalam rangka menuntaskan persoalan yang menghambat terciptanya damai dalam
kehidupan bersama. Membawa damai berarti menerapkan Firman Tuhan dalam
kehidupannya, oleh karena itu pekerjaan-pekerjaan yang dikehendaki oleh Tuhan
Allah dilakukan. Itulah sebabnya, mengapa orang yang membawa damai disebut
sebagai anak-anak Allah, yakni karena mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan
Tuhan Allah dihidupnya, akibat dari perbuatan ini, maka sebagai anak-anak Allah
mereka berbahagia.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Kristus,
Sehubungan
dengan hari oikumene saat ini, kita sebagai warga gereja yang berada dalam
persekutuan gereja-gereja di Indonesia, kembali diingatkan tentang perjuangan
dan kerinduan pendahulu-pendahulu kita di DGI/PGI sejak 25 Mei 1950 yang silam.
Mereka telah berjuang dalam iman untuk menyatukan kekuatan dalam rangka
mewujudkan damai ditengah kegelisahan bangsa kala itu dalam mencari jati
dirinya setelah menjadi Negara yang merdeka. Gereja telah berperan aktif sejak
semula dalam berdirinya bangsa ini. Sekarangpun, gereja terus dipanggil untuk
peka dan bertindak aktif terhadap persoalan bangsa ini. Bangsa ini sangat
membutuhkan damai, terutama di saat sekarang ini, ketika kontruksi kebangsaan
mulai tergerus oleh semangat fanatisme yang berlebihan, primordialisme yang
tumbuh pesat serta karakteristik manusia yang disusupi dan diliputi gaya hidup
millennialisme yang tak terukur. Gereja harus tetap menjadi pembawa damai
sehingga tetap layak disebut sebagai anak-anak Allah. Di saat itulah
kebahagiaan terwujud dalam diri umat. Bagi Gereja, tidak cukup hanya pada level
Cinta damai, tetapi harus jadi pembawa damai. Bagaimana hal ini dapat kita
wujudkan?
Pertama, sebagai gereja, setiap pribadi
harus berdamai lebih dahulu dengan dirinya. Selanjutnya berdamai dengan
sesamanya dan berdamai dengan alam ciptaan Tuhan.
Kedua, Sebagai gereja, kita semua harus
peka dengan keadaan hidup di sekitar kita, pertama-tama dalam keluarga kita.
tidak sedikit orang memiliki semangat yang besar melayani orang lain dan
mendamaikan orang lain, tanpa menyadari telah melalaikan pelayanan dan damai
pada orang-orang terdekat dengannya.
Ketiga, berdamailah dengan alam, jangan
hanya mencintai alam tetapi tidak ada aksi yang menunjukkan kecintaan terhadap
alam.
Saudara-saudara, nikmatilah
kebahagiaan sebagai anak-anak Allah, karena ini adalah janji Tuhan kepada kita.
untuk itu jadilah pembawa damai. Walaupun perjuangan iman ini tidak mudah untuk
dilakukan. Ingatlah, bahwa adapun hidup yang kita hidupi ini, bukan lagi kita
yang hidup, tetapi Kristus yang hidup di dalam kita, maka segala sesuatu yang
kita lakukan untuk kemuliaan nama-Nya, Dia sendiri yang melakukannya di dalam
kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin
Bacaan
Alkitab: LUKAS 10:1-12, 17-20
Saudara-saudara, Sidang
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Jika minggu yang
lalu Firman yang diberitakan kepada kita seputar hal mengikut Yesus, maka
bacaan kita saat ini merupakan lanjutan dari pemanggilan tersebut, yakni
pengutusan Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya. Kelompok murid-murid yang
menjadi sasaran pengutusan kali ini adalah 70 orang, yang diutus berdua-dua.
Pengutusan ke 70 murid ini menjadi menarik karena nyatalah bahwa ternyata
murid-murid Yesus Kristus terdiri dari banyak orang, bukan hanya kelompok murid
yang 12 orang. Ke-70 murid ini adalah orang-orang yang terpilih setelah mereka
dipanggil oleh Yesus Kristus. Pengutusan ke-70 murid ini didasari karena dalam
pandangan Tuhan Yesus tuaian sungguh banyak, tetapi pekerja sedikit. Konteks
ini memberi gambaran bahwa bahwa sasaran pemberitaan Injil kerajaan Allah
sungguh begitu banyak. Bagaikan gandum yang siap dituai, tetapi pekerja amat
sedikit, dalam hal ini Tuhan Allah diposisikan sebagai Tuan yang mempunyai
tuaian tersebut.
Sidang jemaat, Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pengutusan ini diawali dengan perintah “Pergilah”
sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.
Pernyataan ini menegaskan hakekat pengutusan Tuhan. Pernyataan ini harus
dimaknai sebagai bentuk pemberitahuan kepada setiap murid yang dipanggil Tuhan
Yesus, bahwa mereka juga harus menjadi utusan, dengan kata lain, Tuhan
memanggil orang datang kepada-Nya, supaya Dia mengutusnya demi kemuliaan
Nama-Nya. Persoalannya ialah, pengutusan ini disebut sebagai anak domba yang di
tengah-tengah serigala. Kalimat ini sesungguhnya hendak menjelaskan seperti apa
sesungguhnya konteks pengutusan murdi-murid Tuhan Yesus ke dalam dunia ini.
Serigala adalah binatang buas yang menjadi symbol ancaman yang amat berbahaya.
Serigala adalah salah satu jenis binatang buas yang biasa menerkam anak domba,
maka dalam tradisi para gembala, Serigala ini biasanya akan dihadapi dengan
perlengkapan senjata di tangan gembala, seperti tongkat dan gada, demikian juga
umban yang menggunakan batu-batu kecil. Sedangkan anak domba menunjuk kepada
kelemahlembutan dan kepolosan, serta ketiadaan kekuatan, maka gembala akan
senantiasa menjaga dan memperhatikan kehidupannya. Demikianlah gambaran para
murid yang diutus oleh Tuhan Yesus. Selanjutnya pada pengutusan ini kita juga
melihat adanya perintah kepada murid-murid agar mereka tidak membawa pundi-pundi atau bekal, atau kasut. Apakah
murid-murid itu tidak perlu bekal makanan dalam pengutusan mereka? Ya, mereka
tetap butuh makanan untuk dapat hidup, akan tetapi jika mereka memang seperti
anak domba, maka gembala Agunglah yang menyediakan itu bagi mereka sesuai
dengan cara Tuhan sendiri. Tetapi bagaimana dengan larangan memberi salam dalam perjalanan? Saudara-saudara, perintah
ini perlu dipahami berangkat dari konteks orang Yahudi dalam memberi salam. Di
berbagai komunitas, di berbagai tempat, Negara maupun daerah, tata cara memberi
salam sangatlah beragam. Dalam tradisi Yahudi sendiri, seseorang yang memberi
salam dapat memakan waktu yang lama, karena ucapan salam bagi orang Yahudi
tidak cukup hanya dengan bersalaman, atau bertegur sapa, tetapi dapat berujung
pada makan bersama, bercerita lama, bahkan sampai menginap kemudian. Tindakan
ini, dilarang Tuhan Yesus untuk dilakukan, karena pemberitaan Injil kerajaan
Allah menuntut waktu yang cepat dan tidak dapat ditunda-tunda. Perintah selanjutnya, adalah bahwa bagi
setiap murid, wajib untuk memberikan ucapan berkat “damai sejahtera bagi
rumah ini” pada setiap rumah yang menyambut kehadiran mereka. Artinya ialah,
bahwa pengutusan tersebut adalah untuk membawa damai sejahtera kepada semua
orang yang menyambut Injil Kerajaan Allah.
Sidang jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sampai di sini, kita diarahkan untuk mengetahui dan
memahami dasar pengutusan dan konsep hidup dalam pengutusan tersebut.
Selanjutnya kepada kita kemudian disampaikan apa yang menjadi isi atau berita
dalam pengutusan tersebut, yakni: Kerajaan
Allah sudah dekat pada-Mu. Apa arti dari perkataan ini? Berbicara tentang
kerajaan Allah, itu sama dengan kerjaan Sorga, yakni kehidupan yang benar-benar
dipimpin dan dikendalikan oleh Tuhan Allah sendiri, bahwa kehidupan tersebut
semata-mata berdasarkan kehendak Tuhan Allah, dan Damai sejahtera Allah berlaku
dan terjadi di dalamnya. Jika dikatakan dekat, berarti kehidupan yang penuh
dengan kebenaran dan damai sejahtera tersebut telah datang dan ditawarkan
kepada setiap orang yang menerima Dia, yakni Yesus Kristus Tuhan.
Sidang jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Ketika ke-70 murid ini kembali, mereka diliputi sukacita
dan memberikan laporan kepada Sang Pengutus yakni Yesus Kristus bahwa ternyata
setan-setan takhluk kepada mereka demi nama Tuhan Yesus Kristus. Rasa bangga
atas keberhasilan ini ternyata mendapat respon yang berbeda dari Tuhan Yesus.
Yesus berkata, bahwa Ia melihat iblis jatuh seperti kilat dari langit, artinya
bahwa Yesus melihat bahwa kekalahan iblis telah terjadi. Murid-murid yang
diberi kuasa diingatkan oleh Tuhan Yesus agar sukacita mereka bukanlah karena
merasa berhasil dan menang atau roh-roh kegelapan dan segala kuasanya, mereka
mestinya bersukacita karena nama mereka terdaftar di sorga. Perkataan Tuhan
Yesus ini harus dimengerti bahwa Tuhan Yesus tidak menghendaki setiap murid-Nya
berbangga diri karena mereka mampu mengalahkan musuh, karena mereka memiliki
kuasa dalam pelayanan tersebut. Tuhan Yesus tidak ingin bahwa murid-murid-Nya
kemudian gagal paham tentang tujuan dan hakekat panggilan dan pengutusan
mereka. Terpujilah Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus. Amin
NAS PEMB. 1 Kor
13:13
Demikianlah tinggal
ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di
antaranya ialah kasih.
Bacaan Alkitab: Kis.
11: 1- 18; Yohanes 13: 31- 35
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang
Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Ketika
mencermati pola hidup beriman dalam kehidupan umat beragama, ada 3 kategori
pola keberimanan yang umum dipraktekkan. Yang pertama: pola beragama/beriman
yang eksklusive: eksklusivisme. Pola beragama/beriman seperti ini dapat
diartikan sebagai pola beragama yang menganggap bahwa hanya ajaran agamanyalah
yang paling benar dan semua ajaran atau yang diimani di luar itu adalah salah.
Pola yang kedua adalah inclusive, yang dapat diartikan sebagai pola hidup
beriman atau beragama yang meyakini sungguh kebenaran agamanya dan yang diimani
dan memberi hormat kepada orang lain atas apa yang dipercaya atau yang
diyakininya. Dan yang berkembang belakangan ini adalah pola beragama yang
pluralistis, yakni pola keberagamaan yang memberi tempat seluas-luasnya bagi
kemajemukan keyakinan tanpa harus klaim mengklaim kebenaran. Jika ditelusuri
dalam praktek keagamaan Israel, sesungguhnya agama Israel adalah agama yang
menekankan inklusivisme sejak semula. Hal itu tampak dan jelas dalam pembagian
tempat-tempat di Bait Allah di Yerusalem. Bahwa bagian pelataran luar terbuka
untuk siapapun yang bukan dari suku bangsa Israel untuk menyembah Tuhan Allah.
Selanjutnya, bukti bahwa agama Israel adalah agama yang inklusiv yakni ketika
ada yang disebut golongan atau kaum proselit, yakni mereka yang bukan orang
Israel, tetapi percaya kepada Tuhan Allah. Pada perkembangan hidup agama ini
selanjutnya, ternyata para kaum rohaniawan yakni orang-orang Farisi dan
ahli-ahli taurat yang diberi wewenang istimewa menegakkan aturan agama,
menterjemahkan aturan-aturan agama ini menjadi kaku dan melenceng dari makna
yang sesungguhnya. Akibatnya, agama Yahudi kemudian dikenal sebagai agama yang
sangat eksklusif. Bahwa di luar umat Yahudi tidak ada seorangpun yang
diperkenankan menjadi umat Tuhan, jika tidak terlebih dahulu memberi dirinya
disunat dan menyatakan kesediaannya untuk mentaati seluruh hukum taurat dan
mitswah yang menjadi turunannya. Eklusifisme kaum Yahudi, ternyata terus
terpelihara dalam diri orang-orang Yahudi yang telah menjadi Kristen. Kalangan
Kristen Yahudi masih mewarisi tradisi agama Yahudi dan perilaku beriman dalam
diri mereka kendatipun mereka telah menjadi orang yang percaya kepada Yesus
Kristus. dalam tradisinya, Orang Yahudi sangat menjaga kekudusan hidup mereka, sehingga
mereka sangat berhati-hati dalam bergaul dengan orang lain yang bukan Yahudi.
Semua orang diluar kayakinan mereka adalah orang-orang kafir. Oleh sebab itu,
mereka sangat menghindari kontak dengan orang lain yang tidak seiman dengan
mereka.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang
Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Persoalan
tentang keterlibatan aktif Rasul Petrus menyampaikan Injil Yesus Kristus di
kalangan orang-orang yang bukan Yahudi ternyata menjadi persoalan yang
menegangkan di antara orang-orang Kristen Yahudi, yakni mereka yang masih
sangat dipengaruhi fanatisme beragama yang berlebihan sebagai umat pilihan.
Petrus dituntut untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya ketika ia
masuk ke rumah orang-orang tak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka.
Dalam tradisi agama Yahudi, tindakan ini adalah tindakan yang sangat terlarang,
sebab jika tindakan ini dilakukan, itu sama halnya seorang Yahudi menceburkan
dirinya kedalam ke tidak kudusan. Ternyata dalam kekristenan Yahudipun, konsep
berpikir seperti ini masih terpelihara di kalangan orang-orang bersunat.
Petruspun memberi jawab atas hal ini dengan memberi kesaksian bagaimana ia
mendapat penglihatan dari Tuhan Allah. Kalimat: “Apa yang dinyatakan halal oleh
Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram!”, merupakan pernyataan Tuhan Allah
kepada Petrus bahwa di hadapan Tuhan Allah, semua orang berhak memperoleh kasih
karunia-Nya. Petrus dibuat bertobat dari sikap dan sifat eksklusifismenya oleh
Tuhan Allah melalui penglihatan. Petrus sangat menyadari keagungan kasih Allah
termasuk kepada bangsa-bangsa lain dari luar bangsa Yahudi. Bahkan kepada
bangsa-bangsa lain yang bukan Yahudipun Tuhan Allah menganugerahkan Roh-Nya
yang Kudus. Mereka menerima kuasa Roh Kudus seperti yang dialami oleh
murid-murid Yesus dari kalangan Yahudi yang percaya.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang
Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pengalaman
iman Petrus menyadarkan dia bahwa kasih Karunia Tuhan Allah tidak dapat dicegah
oleh siapapun juga untuk diterima dan dialami oleh setiap orang dari latar
belakang apapun dan darimanapun. Bahwa kepada bangsa-bangsa lainpun, Allah
mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup. Pertanyaannya adalah
apakah buah dari pertobatan yang dapat kita lihat melalui pengalaman dan
kesaksian hidup Petrus dalam bacaan kita saat ini? Petrus sadar bahwa walaupun
sebagai rasul, sebagai orang Israel asli, dia tidak berhak dan tidak memiliki
kuasa untuk mencegah Allah mengaruniakan kasih-Nya kepada siapapun. Sikap ini
kemudian diterima oleh rekan sebangsanya yang percaya, bahwa kasih karunia
Allah tidak dapat dibatasi dan diklaim hanya untuk mereka yang berbudaya sunat
dan hidup di bawah hukum taurat. “Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah
mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup”. Ini menegaskan kepada
kita bahwa kasih Allah tidak dapat dibatasi oleh siapapun dan oleh apapun
termasuk oleh aturan-aturan atau tradisi-tradisi keagamaan.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang
Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jika
Petrus disadarkan oleh kasih Allah yang dikaruniakan kepada bangsa-bangsa lain
diluar komunitas Yahudi, maka ini menunjukkan bagaimana sesungguhnya hakikat
Kasih Tuhan Allah itu. Kesaksian Alkitab ini merupakan pengajaran bagi kita
sekalian yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus Kristus agar kitapun mengerti
benar dan dapat memahami serta melakukan dengan benar kasih Tuhan Allah yang
benar. Pada bacaan kita yang kedua, jika Yesus Kristus memberi perintah untuk
saling mengasihi sebagai bentuk dan ciri dari jati diri kita sebagai
murid-murid-Nya, maka Kasih yang dimaksudkan adalah sebagaimana Kasih yang ada
pada Tuhan Allah. Kasih menjadi identitas setiap orang yang percaya kepada
Tuhan Yesus Kristus. Kasih tersebut menembus segala bentuk sekat-sekat
kehidupan. Kasih tersebut menmbus ruang-ruang kaku dalam kehidupan
keberagamaan, menembus tradisi dan setiap budaya hidup. Pertanyaan kemudian
ialah, dari mana memulai tindakan kasih tersebut? Jawabannya ialah dari diri
sendiri, kemudian sesama dan selanjutnya kepada semua orang dan semua ciptaaan.
Itulah kasih Allah menurut konsep iman Kristen. Iman Kristen bermuara pada
kasih. Sebagaimana nas pembimbing dalam ibadah ini, iman, pangharapan dan
kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. Tuhan Yesus telah
mengasihi kita, mengasihi semua orang, maka marilah hidup di dalam kasih yang
demikian. Maka kita, benar adalah murid-murid-Nya. Terpujilah Tuhan Allah yang
adalah Kasih. Amin
Amin
Bacaan
Alkitab: Yohanes 20: 19-31
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kebangkitan Yesus
Kristus dari kematian merupakan berita yang sulit diterima akal manusia. Kalau
menggunakan istilah sekarang, maka bagi banyak orang ini adalah berita “hoax”.
Tetapi tidak demikian dengan orang-orang pada zaman itu. Berita kebangkitan
Yesus Kristus telah ditanggapi dengan beragam sikap dan respon, yakni imam-imam
kepala Yahudi menyogok prajurit yang mengetahui kebangkitan Yesus supaya memberikan
kesaksian palsu, yakni supaya berkata bahwa murid-murid Yesus telah mencuri
mayat guru mereka. bagi seorang Thomas, percaya bahwa Yesus Bangkit berarti
menyentuh Yesus secara langsung (bekas paku di tangan dan mencucukkan jari ke
lambung yang tertikam). Kebangkitan Yesus Kristus dari kematian memang adalah
peristiwa yang hanya dapat diterima ketika seseorang memiliki percaya. Ketika
Yesus Kristus bangkit dari kubur, ternyata kain kafan dan kubur kosong tidak
cukup membuktikan bahwa Dia bangkit. Maka Yesus Kristuspun selama 40 hari dari sejak kebangkitan senantiasa
membuktikan kebangkitan-Nya kepada murid-murid-Nya. Bagi Yesus Kristus,
murid-murid perlu diyakinkan supaya dengan iman yang teguh, mereka kemudian siap
diutus menyampaikan kabar baik tersebut kepada semua orang.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sejak peristiwa yang
terjadi dalam hidup murid-murid Yesus Kristus, mereka diliputi kebingungan dan
tanda tanya seperti apa kemudian yang terjadi setelah peristiwa di Minggu subuh
kala itu. Pada bacaan Alkitab saat ini kepada kita diberitakan bahwa
murid-murid Yesus berkumpul dalam satu rumah dengan pintu yang terkunci.
Perkumpulan ini adalah perkumpulan yang dihantui rasa takut kepada imam-imam
kepala karena berita kebangkitan Yesus Kristus, mereka juga dilanda kebimbangan
dan kebingungan tentang peristiwa kebangkitan Yesus Kristus. Di tengah rasa
takut, bimbang dan bingung tersebut, Tuhan Yesus tiba-tiba hadir di
tengah-tengah mereka dengan menyapa mereka, “Damai sejahtera bagi kamu”.
Kehadiran Tuhan Yesus ini merupakan jawaban atas tanda tanya murid-murid-Nya
sekaligus untuk meneguhkan mereka serta memberikan kuasa demi penunaian tugas
mereka selanjutnya. Di ruangan yang tertutup tersebut, Tuhan Yesus hadir
membuktikan kebangkitan-Nya, menunjukkan bekas paku dan lambung-Nya kepada
murid-murid. Tentu mereka diliputi luapan sukacita yang bercampur dengan
keheranan yang luar biasa. Di suasana yang demikian, Tuhan Yesus kembali
menyapa dan memberkati mereka dengan salam “Damai Sejahtera bagi Kamu”. Lalu
Dia menghembuskan Roh kepada mereka. tindakan ini mengingatkan kita kepada
Tuhan Allah yang menghembuskan roh kedalam mulut Adam. Artinya penghembusan Roh
ini menunjuk pada pemberian kehidupan baru kepada murid-murid, sekaligus
pemberian kuasa kepada mereka untuk memampukan mereka menunaikan tugas dan
tanggungjawab mereka memberitakan keselamatan dari Tuhan Yesus. Murid-murid
yang berkumpul malam itu telah menjadi percaya dan mereka kemudian telah
menjadi pemberita Injil Yesus Kristus yang bangkit. Akan tetapi, Thomas yang
tidak hadir malam itu ternyata berkesih keras tidak akan percaya selagi belum
menyaksikan sendiri lewat pembuktiannya tentang kebangkitan Tuhan Yesus.
Sebelum dia melihat bekas paku di tangan-Nya dan sebelum dia mencucukkan
jarinya ke lambung Tuhan Yesus maka ia sekali-kali tidak akan percaya. Seminggu
kemudian Tuhan Yesus menjawab tantangan ini. Di ruangan yang sama, Tuhan Yesus
hadir menjumpai kembali murid-murid-Nya, yang mana Thomas juga ada di sana.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Mari kita renungkan
peristiwa ini sebagai orang-orang percaya masa kini! Peristiwa kebangkitan
Tuhan Yesus bukan sekedar peristiwa sejarah yang terjadi yang didukung oleh
bukti-bukti iman, lebih dari itu, kebangkitan Tuhan Yesus adalah peristiwa
Illah yang merupakan kegenapan dan puncak karya penyelamatan Allah akan dunia
ini, bahwa kebangkitan Tuhan Yesus menegaskan bahwa maut telah dikalahkan.
Kehadiran Tuhan Yesus di tengah-tengah hidup murid-murid-Nya sesungguhnya
merupakan jawaban dari segala bentuk kebingungan, kebimbangan dan ketakutan
dalam menghadapi kehidupan ini yang memang diwarnai oleh berjuta tanda tanya.
Lihatlah apa yang terjadi ketika Tuhan Yesus hadir di tengah-tengah mereka, “mereka
bersukacita ketika mereka melihat Tuhan”. Kehadiran Tuhan Yesus pertama-tama
adalah untuk membawa damai sejahtera, sebab Dia sendirilah damai sejahtera itu.
Kehadiran Tuhan Yesus ke dalam kehidupan setiap pribadi yang percaya adalah
jawaban atas kegundagulanaan hidup, jawaban atas rasa takut menghadapi
kehidupan, jawaban atas kebimbangan dan keragu-raguan. Artinya ketika Tuhan
Yesus hadir di tengah kehidupan umat-Nya, yang bersekutu di dalam nama-Nya,
maka Damai sejahteralah yang diberikan-Nya. Kehadiran Tuhan Yesus pun juga
menjadi jawaban kepada orang-orang yang menuntut bukti.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Tuhan Yesus telah
bangkit, Dia hidup, Dia hadir di tengah-tengah hidup orang-orang yang percaya
kepada-Nya. Dia hadir di dalam kehidupan yang diwarnai kebimbangan, ketakutan
dan keragu-raguan dalam menjalani hidup. Dia hadir menembus tembok pemisah
karena ketakutan yang melanda, karena keragu-raguan hidup. Kehadiran Tuhan
Yesus dalam hidup umat-Nya adalah Damai Sejahtera. Kehadiran Tuhan Yesus dalam
hidup umat-Nya adalah penganugerahan hidup yang baru dengan kuasa-Nya.
Kehadiran Tuhan Yesus dalam hidup orang percaya adalah juga penegasan tentang
penugasan menjadi saksi kebangkitan-Nya melalui tindakan kasih kepada dunia
ini. Terpujilah Tuhan Yesus. Amin
Bacaan
Alkitab: Yosua 5:9-12; Lukas 15:1-3, 11b-32
Saudara-saudara, Sidang
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Gilgal ada tempat yang sangat bersejarah dalam perjalanan
hidup umat Israel. Sebab di Gilgallah umat Israel memasuki fase baru kehidupan.
Jika selama di perjalanan di padang gurun umat Israel makan manna, maka di
Gilgal manna itu tidak lagi jatuh dari langit. Mereka telah dapat menikmati
makanan yang dihasilkan alam melalui pekerjaan mereka. di Gilgal umat Israel
merayakan Paskah setelah usainya acara sunat massal bagi umat yang lahir di
padang gurun. Paskah kali ini merupakan perayaan yang dimaksudkan untuk
mengenang Karya penyelematan Allah sejak umat itu mulai keluar dari Mesir.
Gilgal menjadi tempat di mana kemudian umat Israel diarahkan untuk merenungkan
kilas balik kehidupan mereka yang senantiasa ada dalam kedaulatan Allah yang
menyelamatkan mereka. di Gilgal pula umat itu memandang masa depan dengan
menerima bukti kasih pemeliharaan Tuhan, yakni mereka untuk pertama kali
menikmati bertih gandung sebagai makan setelah 40 tahun makan manna di padang
gurun. Perayaan Paskah ini sesungguhnya menjadi awal mula tradisi perayaan
paskah dalam sejarah umat Israel kemudian, walaupun kemudian mengalami
pergeseran bentuk dalam pelaksanaannya, akan tetapi makna paskah bagi mereka
jelas, yakni bahwa mereka telah keluar dari kebinasaan melalui penyelamatan
Allah. Dengan laburan darah domba di pintu-pintu rumah mereka di Mesir, Allah
melewatinya dan tidak membinasakan mereka.
Sidang jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Peristiwa bersejarah dalam memasuki fase hidup baru dalam
kehidupan umat Israel di Gilgal merupakan peristiwa yang hendak mengingatkan
umat Allah itu untuk senantiasa mengingat jati diri mereka sebagai umat yang
senantiasa dikasihi oleh Tuhan Allah, oleh sebab itu mereka tidak boleh
melupakan Allah yang telah dan senantiasa berkarya di sepanjang jalan hidup
mereka. masa derita dan sengsara di perjalanan hidup di masa silam penting
untuk dijadikan perenungan hidup dengan tujuan untuk mempersiapkan diri menjadi
umat yang tetap setia kepada Tuhan Allah. Setelah puluhan tahun mengalami
kehidupan yang serba tidak menetap dan menentu di padang gurun, kini umat
Israel kembali ke kehidupan yang dijanjikan. Hidup yang dijamin dan diberkati
melalui pemeliharaan Tuhan menjadi kehidupan mereka, maka satu hal yang mesti
dipegang teguh ialah tetap menjadi diri sebagai umat Allah. Jalan panjang
menggapai kehidupan yang penuh harapan telah mereka tempuh, kini mereka boleh
menikmati hasil bumi yang diberikan kepada mereka. semuanya itu ada di Tangan
Tuhan Allah. Di dalam Tuhan Allah semuanya tersedia bagi mereka, di dalam Tuhan
keselamatan dan sukacita tersedia, maka kembali kepada Tuhan Allah, berarti
menikmati keselamatan dan sukacita.
Sidang jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jika umat Israel mengalami peristiwa penting di Gilgal,
maka setiap orang percayapun dipersiapkan Tuhan untuk memasuki fase hidup
kearah hidup yang dijamin untuk menikmati damai sejahtera. Perumpamaan tentang
anak yang hilang dalam pengajaran Tuhan Yesus melalui kesaksian Alkitab dalam
bacaan kita yang kedua saat inipun menegaskan bahwa Tangan Tuhan senantiasa
terbuka menantikan anak-anakNya kembali kehadiratNya. Tuhan Allah tidak pernah
menghendaki kebinasaan umat kepunyaanNya, melainkan pertobatannya. Laksana si
anak bungsu yang kembali setelah merasakan hidup yang perih dan penuh derita
akibat ketidakmampuannya mengelola hidup dengan benar, menghabiskan milik yang
menjadi bagiannya, meninggalkan ayahnya dan berfoya-foya dengan
pelacur-pelacur. Si bungsu merenungkan hidupnya, perenungan tersebut membawanya
teringat rumah bapanya, kemudian perenungan ini ditindaklanjutinya dengan aksi
kembali. Kembali sama ayah dengan konsekwensi apapun, termasuk dijadikan budah
upahan. Aksi kembali si anak bungsu adalah aksi tulus dan murni buah dari
penyesalan. Dia bertobat dari segala tindakannya yang salah. Sambutan yang
hangat penuh kasih sayang diterimanya tatkala ia kembali kepada ayahnya. Ia
yang telah dianggap mati dan hilang ketika meninggalkan ayahnya kini hidup
kembali. Sukacita besar terjadi. Namun si Sulung kemudian protes akan hal ini,
dia tidak mau masuk kendatipun sang ayah telah menjelaskan semuanya kepadanya.
Sidang jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kita masih di minggu-minggu sengsara, melalui dua bagian
bacaan Alkitab saat ini, maka kepada kita diiingatkan bahwa Tuhan tidak pernah
membiarkan kita menjalani kehidupan ini tanpa ada fase hidup yang lebih baik di
dalamnya. Bahwa perjalanan hidup ini ada dalam kedaulatanNya. Dia senantiasa
menunggu setiap orang untuk datang kepadaNya. tanganNya terbuak lebar,
menyambut siapapun yang merespon panggilanNya. Setiap orang yang datang
kepadaNya tidak dibuatNya kecewa. Dia bahkan menunggu dan menunggu setiap orang
yang dipanggilNya. Maka sebagaimana sejarah umat di Gilgal, maka kepada kitapun
diajak untuk terus merenungkan setiap langkah perjalanan hidup kita dengan
senantiasa menghitung perbuatan ajaib dan kasih Tuhan di dalamnya. Tuhanlah
yang telah dan akan mengeluarkan kita dari kemelut dan derita hidup, dan
menyertai kita untuk tiba di fase hidup yang baru yakni bahwa kita dapat
menikmati kehidupan ini lewat setiap jerih lelah kita di dalamnya. Semua itu
adalah berkat Tuhan Allah. Kembalilah kepada Tuhan, tinggallah di dalam Dia,
sebab diluar Dia kita tidak dapat berbuat apa-apa. Hindarilah pula sikap dan
sifat si Sulung yang malah terhilang ketika si bungsu ditemukan. Tuhan Yesus
memberkati. Amin.
Bacaan Alkitab: Kejadian 22:1-14
Jehova Jireh
Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Kristus
Siapapun di antara kita tidak akan ada yang mau apalagi rela
apabila anak sematawayang kita diminta dari kita untuk dijadikan sebagai korban
bakaran sekalipun itu untuk Tuhan. Ini adalah tindakan yang tidak akan mungkin
dapat dilakukan, kecuali otak kita telah dicuci layaknya beberapa orang yang
disebut sebagai teroris sekarang ini. Penolakan kita terhadap praktek keagamaan
seperti ini sesungguhnya lahir dari keyakinan kita sebagai orang-orang yang
percaya kepada Yesus Kristus. Konteks hidup Abraham memang jauh berbeda dengan
konteks kehidupan kita sekarang ini, demikian pula dengan konsep keagamaan.
Praktek mempersembahkan korban kepada Tuhan Allah merupakan praktek biasa yang
dilaksanakan di zaman Abraham. Demikian pula halnya dengan nazar seorang yang
bernama Yefta, ketika ia menazarkan bahwa apabila ia pulang dengan selamat dari
peperangan, maka apapun yang menyambutnya yang pertama kali dari dalam
rumahnya, akan dipersembahkannya sebagai korban bakaran kepada Tuhan Allah.
Ternyata yang menyongsongnya adalah puteri semata wayangnya sendiri. Karena ini
adalah nazar kepada Tuhan Allah, maka ia pun harus melakukannya. Tindakan
Abraham adalah tindakan yang diluar nalar dan kemampuan kita. Tindakan Abraham
ini sesungguhnya menghantar dia benar disebut sebagai Bapa orang percaya,
karena kepercayaannya adalah kepercayaan yang sempurna. Apakah Abraham
melupakan janji-janji Allah kepadanya, bahwa ia diberkati dan keturunannya akan
seperti pasir dan kersik? Bukankah dengan mempersembahkan Ishak kepada Tuhan
sebagai korban bakaran janji Tuhan Allah tersebut menjadi tidak benar?
Bapak-bapak
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam kesaksian Alkitab saat ini,
ternyata Abraham tidak sekalipun mempertanyakan atau memberi komentar tentang
perintah Tuhan yang datang kepadanya. Yang dapat kita ketahui adalah bahwa
Abraham hanya menyahut dan menuruti segala yang Tuhan perintahkan kepadanya.
Abraham tidak sedikitpun mengetahui bahwa dirinya sedang diuji. Abraham juga
sesungguhnya adalah seorang ayah yang pasti sangat menyayangi anaknya
satu-satunya. Tetapi, sekali lagi, Abraham tidak memberikan sepatah katapun
menanggapi perintah Tuhan tersebut. Padahal Ishak adalah harta yang paling mahal
dihidupnya sebagai pewaris baginya dan meneruskan keturunannya untuk menggenapi
apa yang dikehendaki Tuhan Allah atasnya. Pada ayat 2 bacaan kita saat ini,
sangat jelas bahwa perintah Tuhan disampaikan kepada Abraham untuk
mempersembahkan Ishak anaknya yang tunggal di sebuah gunung di tanah Moria
sebagai korban bakaran kepada Allah. Tanpa pertimbangan dan tanpa pertanyaan,
Abraham memenuhi perintah tersebut dengan melakukan apa yang Tuhan perintahkan.
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pertanyaan Ishak kepada Abraham tentang
domba yang hendak mereka persembahkan kepada Allah, ternyata dijawab oleh
Abraham dengan keyakinan yang luar biasa, bahwa Allah akan menyediakannya.
Apakah jawaban ini bukan jawaban yang membohongi Ishak anaknya? ataukah jawaban
ini merupakan jawaban iman ataukah pula jawaban ini merupakan jawaban
kepasrahan? Yang pasti jawaban Abraham ini adalah jawaban yang benar-benar
lahir dari keyakinannya bahwa memang Tuhan akan menyediakan sendiri korban
bakaran bagi-Nya. Ternyata ketika seluruh perintah Tuhan Allah itu dilakukan
Abraham dengan ketulusan, di sanalah kemudian terbuka, bahwa Abraham ternyata
sedang dalam ujian iman. Ujian ini merupakan puncak tertinggi untuk menguji
iman dan kepercayaan Abraham. Abraham lulus dan penyembahan korban bakaran anak
tunggal tidak terjadi, sebab Tuhan Allah sendirilah yang kemudian menyediakan
korban bakaran bagi-Nya sebagaimana yang diimani Abraham.
Bapak-bapak
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Apakah sesungguhnya yang hendak disampaikan
kepada kita berdasarkan kesaksian Alkitab ini? Yang pasti bahwa Tuhan tidak
akan pernah meminta kita mempersembahkan anak kita sendiri sebagai korban yang
dibakar kepada-Nya. Tetapi kesaksian Alkitab ini hendak mengarahkan kita untuk
mengetahui dan menyadari bahwa Tuhan Allah tidak meminta yang tidak berharga
dari kita sebagai persembahan bagi-Nya. Yang paling berharga di dalam hidup ini
sungguh dikehendaki oleh Tuhan Allah menjadi persembahan bagi-Nya. Artinya
walaupun Tuhan Allah kita adalah Allah yang Maha murah, tetapi Dia tidak
murahan dan tidak menghendaki yang murah dipersembahkan kepada-Nya. Selanjutnya
melalui kesaksian Alkitab ini, sesungguhnya kepada kita diberitakan bahwa
ukuran iman seseorang terletak pada ketaatannya kepada Tuhan Allah. Ketaatan
tersebut kemudian nyata dari pemberian diri atau respon pada perintah Tuhan
Allah. Itulah yang dilakukan Abraham. Tanpa protes, tanpa bersikap kritis,
tanpa bertanya dan tanpa menimbang-nimbang, ia melakukan segala yang
diperintahkan Tuhan kepadanya. Pertanyaan kemudian yang mungkin lahir di benak
kita: apakah Tuhan masih menguji iman kita sampai saat ini, kendatipun Tuhan
Yesus Kristus telah menjadi korban bagi kita? Jawabannya adalah ya. Selama kita
masih hidup di dunia ini, iman kita akan terus di uji dan ditempa hingga
mencapai kemurniannya. Pengalaman hidup dan beriman Abraham mesti dijadikan
sebagai refleksi iman bagi kita, apakah kita telah dan akan mampu
mempersembahkan yang paling berharga bagi kemuliaan Tuhan? Di zaman sekarang
ini, setuju atau tidak, waktulah yang paling berharga bagi setiap orang. Waktu
adalah segala-galanya bagi orang yang hidup di zaman ini. Tidak sedikit orang
yang sangat tidak mau waktunya hilang. Persoalannya kemudian, waktu itu
sepertinya tidak disadari sebagai anugerah yang paling berharga dari dan bagi
Tuhan. Memberi waktu bagi Tuhan menjadi tantangan tersulit untuk dilakukan saat
sekarang ini. Terpujilah Tuhan.
Tuhan memberkati kita amin.
Bacaan Alkitab: Matius 27:11-26
Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Kristus
Proses pengadilan yang dihadapi Tuhan
Yesus, berdasarkan bacaan kita saat ini sesungguhnya adalah pengadilan yang
formalitas. Sebab sebelum vonis dijatuhkan kepada Yesus, sebenarnya Dia telah
divonis untuk dihukum mati oleh imam-imam kepala dan para ahli taurat Yahudi.
Walaupun Yesus Kristus dihadapkan kepada Pilatus sebagai wali negeri kala itu,
imam-imam kepala dan para ahli taurat sebenarnya hanya ingin mendapatkan
rekomendasi vonis mereka terhadap Yesus Kristus. Sebagai wali negeri, Pilatus
memiliki wewenang untuk memutuskan vonis terhadap seseorang yang diduga
bersalah atas kejahatan yang dilakukannya. Itulah sebabnya imam-imam kepala dan
para ahli taurat menghadapkan Yesus Kristus kepadanya. Pilatus sesungguhnya tidak
menemukan sedikitpun alasan untuk menghukum Yesus Kristus, karena tidak ada
kesalahan yang dilakukan Yesus Kristus. Itulah sebabnya Pilatus sangat heran
ketika Yesus Kristus hanya berdiam diri atas segala tuduhan yang ditujukan
kepadaNya. Ternyata sikap berdiam diri Yesus Kristus tersebut merupakan jawaban
atas apa yang terjadi. Yesus Kristus sungguh mengetahui bahwa semua orang,
termasuk imam-imam kepala, para ahli taurat dan juga Pilatus mengetahui bahwa
Yesus Kristus tidak bersalah. Tidak ada kejahatan yang dilakukan Yesus Kristus.
Bapak-bapak
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pilatus kemudian berupaya membebaskan
Yesus Kristus melalui wewenangnya. Sesuai dengan tradisi pada setiap hari raya
Yahudi, bahwa wali negeri membebaskan seorang narapidana sesuai dengan
permintaan rakyat, maka Pilatus memberikan pilihan kepada rakyat Yesus Kristus
atau Yesus Barabas yang akan dibebaskan. Ternyata orang banyak itu oleh hasutan
imam-imam kepala dan tua-tua lebih memilih Yesus Barabas yang nota bena adalah
seorang penjahat kelas kakap untuk dibebaskan. Massa yang terhasut oleh
perasaan dengki kemudian berteriak-teriak untuk disalibkan. Pilatus sungguh
berada di tengah dilema. Isterinyapun telah mengingatkan dia supaya jangan
mencampuri urusan Yesus Kristus yang adalah orang benar. Pilatus pun sungguh
yakin bahwa Yesus Kristus tidak bersalah. Tekanan massa yang mengarah pada
kerusuhan menjadi pertimbangan utama bagi Pilatus untuk kemudian mengambil
sikapnya. Dia cuci tangan dalam perkara ini. Pilatus tidak mampu memberikan
sikap tegas dan menanggung konsekwensi dari sebuah putusan. Akhirnya Yesus
Kristuspun disalibkan.
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Apa yang harus kita maknai dari peristiwa
ini dalam hubungannya sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
Kristus yang disalibkan itu? Yang pertama: Sikap Yesus Kristus yang mengambil
sikap berdiam diri atas segala tuduhan yang dialamatkan kepadaNya. Yesus
Kristus sungguh mengetahui bahwa mengkalrifikasi tuduhan atau fitnah yang
ditujukan kepadaNya di saat semua orang dikuasai rasa dengki adalah tindakan
yang tiada artinya. Yesus Kristus ingin membuktikan semua fitnah dan tuduhan
itu lewat proses hidup yang dihadapiNya oleh BapaNya. Maka kemudian kebangkitanNya
menjadi jawaban atas seluruh fitnah dan penghakiman yang dialamatkan kepadaNya.
sikap berdiam Yesus Kristus juga merupakan sikap yang menunjuk pada ketaatan
Yesus Kristus kendatipun harus disalibkan. Ketaatan itu ditunjukkan Yesus
Kristus kepada BapaNya, supaya segala hal yang dinubuatkan tentangNya
benar-benar tergenapi. Yang kedua, sikap imam-imam kepada dan tua-tua,
ahli-ahli taurat dan orang banyak yang terhasut penting untuk direnungkan
supaya kita jangan sampai terjebak pada sikap dengki kepada orang lain dalam
hidup ini. Mereka telah memilih yang salah dan salah memilih karena hidup
mereka diluasai oleh dengki. Seseorang yang dikuasa dengki akan jatuh pada
tindakan memilih yang salah dan salah memilih. Ingatlah bahwa hidup ini adalah
pilihan, maka supaya jangan sampai memilih yang salah dan salah memilih,
jauhkanlah hidup dari sikap dan perasaan dengki. Yang ketiga, sikap yang
ditunjukkan Pilatuspun juga menjadi kritik bagi kita supaya kita juga
menghindar dari sikap cuci tangan dari persoalan dan masalah yang sesungguhnya
menuntut tanggungjawab kita. Terlepas dari peristiwa yang harus digenapi oleh
Yesus Kritus tentang salib, sikap Pilatus bukanlah sikap yang benar untuk
dipraktekkan dalam hidup kita sebagai orang-orang yang bersekutu, berinteraksi
dan berjumpa dengan sesama kita. berani bertanggungjawab membela yang benar
harus menjadi sikap dan prinsip hidup setiap orang percaya. Yang terakhir,
melalui penyaliban Tuhan Yesus Kristus, kita sekalian diingatkan pada dua hal,
yakni bahwa kita telah ditebus dan lunas dibayar dari cengkeraman kuasa dosa.
Kita harus mengharga anugerah ini dengan kehidupan yang benar dan berguna bagi
Tuhan Allah. Yang kedua bahwa melalui penyaliban Yesus Kristus, kitapun diminta
untuk menyalibkan segala bentuk ego diri kita, menyalibkan segala kesombongan,
menyalibkan segala hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Yakinlah
dan percayalah bahwa penyaliban Yesus Kristus adalah anugerah bagi kita untuk
menjadi pemenang bersama Tuhan Yesus yang bangkit dan hidup. Tuhan memberkati
kita amin.
Bacaan Alkitab: Bacaan Alkitab: Roma 12: 1
IBADAH DAN PERSEMBAHAN
YANG BENAR
Saudara-saudara Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Persembahan, merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan setiap agama. Persembahan
tersebut memiliki tempat yang penting dalam setiap ritus keagamaan. Namun
hakekat dan maknanya tidaklah sama dengan unsur persembahan dalam kehidupan
kekristenan. Oleh beberapa agama, persembahan biasanya dipahami sebagai sarana
untuk memberikan kebutuhan atau memenuhi tuntutan dari yang disembah (hal ini
dapat kita lihat dalam kepercayaan agama suku), ada juga yang memahaminya
sebagai usaha atau upaya untuk mengumpulkan saldo amal atau perbuatan supaya
dikenan oleh yang disembahnya. Di pihak lain, persembahan juga sering dipahami
sebagai usaha umat untuk meredam kemarahan yang disembahnya agar berhenti marah
atau memberikan hukuman kepada umat.
Pemahaman tentang
persembahan seperti itu, sangatlah jauh berbeda dengan persembahan yang
dipahami oleh orang-orang Kristen. Bagi kehidupan orang Kristen, persembahan
merupakan tanda ungkapan syukur dan sukacita kepada Tuhan yang telah lebih
dahulu memberkati kehidupan umatNya. Persembahan tersebut juga menjadi tanda
terima kasih kepada Tuhan yang dengan setia memberkati umatNya. Jadi adalah keliru
jika persembahan dipahami sebagi upaya manusia untuk membujuk Tuhan agar Tuhan
memberkati, agar Tuhan tidak menjatuhkan hukuman kepada umatNya.
Saudara-saudara Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Tidak dapat dipungkiri
bahwa ada sebagian orang Kristen yang keliru memahami apakah persembahan itu.
ada sebagian orang yang memahami bahwa persembahan itu hanyalah berupa materi
ataupun uang. Pemahaman seperti ini, sepertinya dipengaruhi gaya hidup yang
dipengaruhi materialism, sehingga persembahanpun dipahami hanyalah dengan
berupa materi. Tetapi tidaklah demikian dalam diri Paulus. Persembahan yang
benar bagi Paulus ialah pemberian totalitas hidup bagi kemuliaan Allah. Paulus
katakana “persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, kudus dan
berkenan kepada Allah, itu adalah ibadahmu yang sejati. Perkataan Paulus ini
hendak menegaskan bahwa persembahan yang benar bukanlah melulu dengan pemberian
materi, melainkan harus dengan totalitas hidup (tubuh). Dalam hal ini segala
sesuatu yang dimiliki seseorang dalam hidupnya wajib dipersembahkan kepada
Tuhan. bukan hanya berupa materi, tetapi juga kemampuan, atau apapun yang
dimiliki seseorang termasuk pikirannya, perasaannya bahkan waktunya. Pemahaman
tentang persembahan seperti ini, akan benar-benar berkenan kepada Tuhan apabila
segala totalitas hidup diberikan untuk kemuliaan Tuhan. Itu berarti,
persembahan bukanlah melulu diberikan kepada Tuhan dalam kegiatan peribatan,
atau dengan kata lain, persembahan bukanlah melulu hanya sebagai salah satu
unsur dalam liturgi ibadah.
Saudara-saudara Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Walaupun dengan kalimat singkat, Paulus
memberikan penjelesan tentang persembahan dan ibadah yang sejati dengan jelas
dan lengkap. Dengan kata lain, Paulus hendak menegaskan bahwa ibadah yang
sejati dan sesungguhnya ialah pemberian diri secara total bagi kemuliaan Allah.
Itu berarti persembahan menjadi inti dari ibadah. Persembahan baik berupa uang
ataupun bahan natura disaat kita mengikuti ibadah. Pengertian tentang
persembahan yang demikian tidaklah lengkap dan sempurna. Oleh karena itu, jika menyimak dengan seksama
pengajaran Paulus ini, maka jelaslah bagi kita bahwa persembahan yang benar itu
adalah memberi diri, hidup secara total (keseluruhan) hidup bagi kemuliaan
Tuhan. Pemberian diri secara total sebagai persembahan kepada Tuhan dapat
diwujudkan melalui perbuatan kita setiap hari, kapan dan dimanapun kita
berkarya. Amin
Bacaan Alkitab: Lukas 12:35-40
Siap Sedia Selalu
Saudara-saudara Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Pinggang
dan Pelita adalah perlengkapan yang melengkat dalam kehidupan orang-orang
Yahudi. Setiap laki-laki pasti memiliki ikat pinggang karena bentuk pakaian
mereka membutuhkan ikat pinggang sehingga mereka dapat beraktifitas dengan baik
dan nyaman. Jika seseorang Yahudi sedang melepas ikat pinggangnya, itu berarti
dia sedang berada di tengah waktu istirahat atau sedang tidak beraktifitas.
Ikat pinggang kemudian menjadi symbol bagi setiap laki-laki Yahudi yang
menunjuk pada kesiapan mereka dalam beraktifitas. Peralatan yang kedua adalah
pelita. Setiap rumah orang Yahudi pasti memiliki pelita, karena ini adalah
kebutuhan penting bagi mereka di waktu malam, baik dirumah maupun ketika mereka
bepergian di waktu malam. Pelita ini akan menjadi perhatian setiap orang
Yahudi, supaya tetap terjamin akan menyala ketika malam tiba. Pelita yang
menyala juga menjadi symbol kesiapsediaan seseorang dalam menyambut waktu yang
baru, yakni malam hari.
Saudara-saudara Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Ikat
pinggang dan pelita digunakan oleh Tuhan Yesus sebagai bahan penagajaran-Nya
menyangkut perihal “kewaspadaan” setiap orang menyambut kedatangan Tuhannya.
Dengan menganalogikan bagaikan tuan yang sedang bepergian ke tempat pesta
perkawinan dan akan kembali tanpa diketahui, maka hamba-hamba tuan tersebut
mesti siap sedia menyambut ketika tuannya pulang. Dalam tradisi orang Yahudi,
pesta perkawinan adalah acara yang dapat berlangsung berhari-hari. Acara pesta
dapat berlangsung lama dan tidak dibatasi waktunya. Pesta akan usai ketika para
tamu undangan telah kembali. Itulah sebabnya Yesus mengibaratkan kedatangan-Nya
bagaikan kedatangan seorang tuan yang pulang dari pesta perkawinan. Setiap tuan
pastilah akan bersukacita dan senang, apabila hamba-hamba-Nya senantiasa siap
sedia menyambut kedatangannya kapanpun waktunya. Berbahagialah hamba yang
berlaku demikian. Kedatangan Tuhanpun demikian.
Saudara-saudara Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Berbicara
kedatangan Tuhan, sesungguhnya kita membicarakan bagaimana Tuhan hadir di
tengah-tengah hidup umat-Nya. Kedatangan-Nya akan menjadi jerat bagi setiap
orang yang tidak bersiapsedia dan tentu menjadi kebahagiaan bagi semua orang
yang menyambut-Nya dengan benar dan dalam kebenaran hidup, yakni hidup yang
senantias siap sedia untuk layak menyambut Tuhan datang. Firman Tuhan ini,
sesungguhnya menegaskan kepada kita bahwa, kedatangan Tuhan atau kehadiran
Tuhan dalam kehidupan ini menuntut kesiapsediaan kita. Pinggang yang terikat
dan pelita yang menyala menegaskan kepada kita bahwa kita mesti siap sedia
menyambut Tuhan hadir dan datang ke dalam kehidupan kita. Kedatangan Tuhan di
sini harus dipahami dengan lengkap, bahwasannya, kedatangan yang dimaksudkan
bukan hanya berbicara nanti ketika Dia datang kali kedua, tetapi juga
menyangkut seluruh dimensi waktu, yakni kedatangan-Nya kapanpun di dalam hidup
kita. Siap dan sedia yang disimbolkan dengan pinggang yang terikat dan pelita
menjadi sikap yang dituntut dari kita dalam hidup keberimanan kita. Kita tidak
mengetahui kapan waktunya Tuhan datang, tetapi yang pasti Dia datang ke dalam
hidup kita semua. Kedatangan Tuhan ke dalam hidup setiap orang menuntut tempat
yang layak dan penyambutan yang siap, maka ketika itu tersedia di hidup kita,
maka di sanalah kebahagiaan menjadi milik kita. Kenapa? Karena Tuhan Yesus,
Tuhan kita niscaya memberikannya karena kita didapati-Nya siap dan sedia.
Saudara-saudara, dengan kesiap
sediaan yang bagaimanakah kita menantikan kedatangan-Nya di dalam hidup ini?
Layaknya hamba, yang mempersembahkan hidupnya bagi tuannya, dan taat serta
setia kepada tuannya, karena dia hidup oleh dan di dalam tuannya, maka
demikianlah pula halnya kita sebagai hamba-hamba Tuhan di hidup ini. Kesetiaan,
ketaatan dan kesadaran bahwa hidup kita sepenuhnya di Tangan Tuhan, mestilah
menjadi prinsip hidup kita. Di dalam prinsip hidup seperti inilah sesungguhnya
kesiap sediaan akan terus terpancar dari hidup kita dan menjadi sikap dan
tindakan kita. Kapanpun Tuhan datang, kedatangan-Nya adalah sukacita dan
kemenangan bagi kita, sebab memang kita telah menanti Dia dengan kesiap
sediaan, Dia datang, hadir dan bersama kita karena hidup kita benar-benar layak
menjadi kediaman-Nya. Ketika Dia berdiam di dalam hidup kita, maka saat itulah
Damai sejahtera dan kebahagiaan menjadi milik kita. Terpujilah Dia, marilah
siap sedia senantiasa menyambut Dia. Amin
Amin
Bacaan Alkitab: Bacaan Alkitab: Roma 12: 1
IBADAH DAN PERSEMBAHAN
YANG BENAR
Saudara-saudara Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Persembahan, merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan setiap agama. Persembahan
tersebut memiliki tempat yang penting dalam setiap ritus keagamaan. Namun
hakekat dan maknanya tidaklah sama dengan unsur persembahan dalam kehidupan
kekristenan. Oleh beberapa agama, persembahan biasanya dipahami sebagai sarana
untuk memberikan kebutuhan atau memenuhi tuntutan dari yang disembah (hal ini
dapat kita lihat dalam kepercayaan agama suku), ada juga yang memahaminya
sebagai usaha atau upaya untuk mengumpulkan saldo amal atau perbuatan supaya
dikenan oleh yang disembahnya. Di pihak lain, persembahan juga sering dipahami
sebagai usaha umat untuk meredam kemarahan yang disembahnya agar berhenti marah
atau memberikan hukuman kepada umat.
Pemahaman tentang
persembahan seperti itu, sangatlah jauh berbeda dengan persembahan yang
dipahami oleh orang-orang Kristen. Bagi kehidupan orang Kristen, persembahan
merupakan tanda ungkapan syukur dan sukacita kepada Tuhan yang telah lebih
dahulu memberkati kehidupan umatNya. Persembahan tersebut juga menjadi tanda
terima kasih kepada Tuhan yang dengan setia memberkati umatNya. Jadi adalah keliru
jika persembahan dipahami sebagi upaya manusia untuk membujuk Tuhan agar Tuhan
memberkati, agar Tuhan tidak menjatuhkan hukuman kepada umatNya.
Saudara-saudara Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Tidak dapat dipungkiri
bahwa ada sebagian orang Kristen yang keliru memahami apakah persembahan itu.
ada sebagian orang yang memahami bahwa persembahan itu hanyalah berupa materi
ataupun uang. Pemahaman seperti ini, sepertinya dipengaruhi gaya hidup yang
dipengaruhi materialism, sehingga persembahanpun dipahami hanyalah dengan
berupa materi. Tetapi tidaklah demikian dalam diri Paulus. Persembahan yang
benar bagi Paulus ialah pemberian totalitas hidup bagi kemuliaan Allah. Paulus
katakana “persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, kudus dan
berkenan kepada Allah, itu adalah ibadahmu yang sejati. Perkataan Paulus ini
hendak menegaskan bahwa persembahan yang benar bukanlah melulu dengan pemberian
materi, melainkan harus dengan totalitas hidup (tubuh). Dalam hal ini segala
sesuatu yang dimiliki seseorang dalam hidupnya wajib dipersembahkan kepada
Tuhan. bukan hanya berupa materi, tetapi juga kemampuan, atau apapun yang
dimiliki seseorang termasuk pikirannya, perasaannya bahkan waktunya. Pemahaman
tentang persembahan seperti ini, akan benar-benar berkenan kepada Tuhan apabila
segala totalitas hidup diberikan untuk kemuliaan Tuhan. Itu berarti,
persembahan bukanlah melulu diberikan kepada Tuhan dalam kegiatan peribatan,
atau dengan kata lain, persembahan bukanlah melulu hanya sebagai salah satu
unsur dalam liturgi ibadah.
Saudara-saudara Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Walaupun dengan kalimat singkat, Paulus
memberikan penjelesan tentang persembahan dan ibadah yang sejati dengan jelas
dan lengkap. Dengan kata lain, Paulus hendak menegaskan bahwa ibadah yang
sejati dan sesungguhnya ialah pemberian diri secara total bagi kemuliaan Allah.
Itu berarti persembahan menjadi inti dari ibadah. Persembahan baik berupa uang
ataupun bahan natura disaat kita mengikuti ibadah. Pengertian tentang
persembahan yang demikian tidaklah lengkap dan sempurna. Oleh karena itu, jika menyimak dengan seksama
pengajaran Paulus ini, maka jelaslah bagi kita bahwa persembahan yang benar itu
adalah memberi diri, hidup secara total (keseluruhan) hidup bagi kemuliaan
Tuhan. Pemberian diri secara total sebagai persembahan kepada Tuhan dapat
diwujudkan melalui perbuatan kita setiap hari, kapan dan dimanapun kita
berkarya. Amin
Bacaan Alkitab: Matius 27:11-26
Bapak-bapak Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Kristus
Proses pengadilan yang dihadapi Tuhan
Yesus, berdasarkan bacaan kita saat ini sesungguhnya adalah pengadilan yang
formalitas. Sebab sebelum vonis dijatuhkan kepada Yesus, sebenarnya Dia telah
divonis untuk dihukum mati oleh imam-imam kepala dan para ahli taurat Yahudi.
Walaupun Yesus Kristus dihadapkan kepada Pilatus sebagai wali negeri kala itu,
imam-imam kepala dan para ahli taurat sebenarnya hanya ingin mendapatkan
rekomendasi vonis mereka terhadap Yesus Kristus. Sebagai wali negeri, Pilatus
memiliki wewenang untuk memutuskan vonis terhadap seseorang yang diduga
bersalah atas kejahatan yang dilakukannya. Itulah sebabnya imam-imam kepala dan
para ahli taurat menghadapkan Yesus Kristus kepadanya. Pilatus sesungguhnya tidak
menemukan sedikitpun alasan untuk menghukum Yesus Kristus, karena tidak ada
kesalahan yang dilakukan Yesus Kristus. Itulah sebabnya Pilatus sangat heran
ketika Yesus Kristus hanya berdiam diri atas segala tuduhan yang ditujukan
kepadaNya. Ternyata sikap berdiam diri Yesus Kristus tersebut merupakan jawaban
atas apa yang terjadi. Yesus Kristus sungguh mengetahui bahwa semua orang,
termasuk imam-imam kepala, para ahli taurat dan juga Pilatus mengetahui bahwa
Yesus Kristus tidak bersalah. Tidak ada kejahatan yang dilakukan Yesus Kristus.
Bapak-bapak
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pilatus kemudian berupaya membebaskan
Yesus Kristus melalui wewenangnya. Sesuai dengan tradisi pada setiap hari raya
Yahudi, bahwa wali negeri membebaskan seorang narapidana sesuai dengan
permintaan rakyat, maka Pilatus memberikan pilihan kepada rakyat Yesus Kristus
atau Yesus Barabas yang akan dibebaskan. Ternyata orang banyak itu oleh hasutan
imam-imam kepala dan tua-tua lebih memilih Yesus Barabas yang nota bena adalah
seorang penjahat kelas kakap untuk dibebaskan. Massa yang terhasut oleh
perasaan dengki kemudian berteriak-teriak untuk disalibkan. Pilatus sungguh
berada di tengah dilema. Isterinyapun telah mengingatkan dia supaya jangan
mencampuri urusan Yesus Kristus yang adalah orang benar. Pilatus pun sungguh
yakin bahwa Yesus Kristus tidak bersalah. Tekanan massa yang mengarah pada
kerusuhan menjadi pertimbangan utama bagi Pilatus untuk kemudian mengambil
sikapnya. Dia cuci tangan dalam perkara ini. Pilatus tidak mampu memberikan
sikap tegas dan menanggung konsekwensi dari sebuah putusan. Akhirnya Yesus
Kristuspun disalibkan.
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Apa yang harus kita maknai dari peristiwa
ini dalam hubungannya sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
Kristus yang disalibkan itu? Yang pertama: Sikap Yesus Kristus yang mengambil
sikap berdiam diri atas segala tuduhan yang dialamatkan kepadaNya. Yesus
Kristus sungguh mengetahui bahwa mengkalrifikasi tuduhan atau fitnah yang
ditujukan kepadaNya di saat semua orang dikuasai rasa dengki adalah tindakan
yang tiada artinya. Yesus Kristus ingin membuktikan semua fitnah dan tuduhan
itu lewat proses hidup yang dihadapiNya oleh BapaNya. Maka kemudian kebangkitanNya
menjadi jawaban atas seluruh fitnah dan penghakiman yang dialamatkan kepadaNya.
sikap berdiam Yesus Kristus juga merupakan sikap yang menunjuk pada ketaatan
Yesus Kristus kendatipun harus disalibkan. Ketaatan itu ditunjukkan Yesus
Kristus kepada BapaNya, supaya segala hal yang dinubuatkan tentangNya
benar-benar tergenapi. Yang kedua, sikap imam-imam kepada dan tua-tua,
ahli-ahli taurat dan orang banyak yang terhasut penting untuk direnungkan
supaya kita jangan sampai terjebak pada sikap dengki kepada orang lain dalam
hidup ini. Mereka telah memilih yang salah dan salah memilih karena hidup
mereka diluasai oleh dengki. Seseorang yang dikuasa dengki akan jatuh pada
tindakan memilih yang salah dan salah memilih. Ingatlah bahwa hidup ini adalah
pilihan, maka supaya jangan sampai memilih yang salah dan salah memilih,
jauhkanlah hidup dari sikap dan perasaan dengki. Yang ketiga, sikap yang
ditunjukkan Pilatuspun juga menjadi kritik bagi kita supaya kita juga
menghindar dari sikap cuci tangan dari persoalan dan masalah yang sesungguhnya
menuntut tanggungjawab kita. Terlepas dari peristiwa yang harus digenapi oleh
Yesus Kritus tentang salib, sikap Pilatus bukanlah sikap yang benar untuk
dipraktekkan dalam hidup kita sebagai orang-orang yang bersekutu, berinteraksi
dan berjumpa dengan sesama kita. berani bertanggungjawab membela yang benar
harus menjadi sikap dan prinsip hidup setiap orang percaya. Yang terakhir,
melalui penyaliban Tuhan Yesus Kristus, kita sekalian diingatkan pada dua hal,
yakni bahwa kita telah ditebus dan lunas dibayar dari cengkeraman kuasa dosa.
Kita harus mengharga anugerah ini dengan kehidupan yang benar dan berguna bagi
Tuhan Allah. Yang kedua bahwa melalui penyaliban Yesus Kristus, kitapun diminta
untuk menyalibkan segala bentuk ego diri kita, menyalibkan segala kesombongan,
menyalibkan segala hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Yakinlah
dan percayalah bahwa penyaliban Yesus Kristus adalah anugerah bagi kita untuk
menjadi pemenang bersama Tuhan Yesus yang bangkit dan hidup. Tuhan memberkati
kita amin.
Bacaan
Alkitab: Kisah Para Rasul 16:16-34
Doa
dan Pujian Yang berkuasa
Sidang Jemaat Yang
Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pengalaman Paulus dan Silas di Kota Filipi, merupakan
menarik perhatian, bahwa kedua Pelayan Tuhan ini harus terpenjara karena ajaran
kebenaran yang mereka beritakan di sana. Setelah membuat seorang penjual kain
ungu dari Tiatira yakni Lidia menjadi percaya kepada Yesus Kristus, mereka
berdua memberitakan Injil di tempat sembahyang (sinagoge) orang Yahudi, di sana
mereka berjumpa dengan seorang hamba perempuan yang memiliki roh tenung (pneuma
pyton= Yunani= roh Pyton, yakni roh salah satu dewa yang sangat disegani di
kota itu)dari tenungan-tenungan perempuan ini, ternyata ada tuan-tuan yang
diuntungkan yakni memperoleh penghasilan yang tidak sedikit. Perempuan ini
mengikuti Paulus dan Silas dari belakang di perjalanan mereka di Kota Filipi,
sambil berteriak. Teriakannya ternyata adalah sebuah teriakan yang benar, ”Orang-orang
ini adalah hamba Allah yang Maha tinggi. Mereka memberitakan kepadamu jalan
keselamatan”. Hal ini dilakukan selama beberapa hari lamanya. (17-18).
Tingkah perempuan ini, menjadi gangguan bagi Paulus dan kemudian mengusir roh
tenung dari hamba perempuan ini. Roh itu keluar dan perempuan tersebut
kehilangan kemampuan menenung dan akibatnya tuan-tuannya dirugikan. Paulus dan
Silas menjadi sasaran kekecewaan. Akhirnya, tuan-tuan ini memprovokasi orang
banyak, termasuk pembesar kota itu dengan memfitnah Paulus dan Silas telah
mengajarkan adat istiadat Yahudi kepada masyarakat yang nota bene didominasi
oleh warga yang berkebudayaan Romawi. Paulus dan Silas akhirnya dipenjarakan
atas rekomendasi pembesar-pembesar kota Filipi. Mereka ditempatkan pada penjara
bagian tengah disertai dengan pasungan di bawah tanggungjawab seorang kepala
penjara.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pada waktu tengah malam, Paulus dan Silas berdoa dan
menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan Allah disaksikan oleh para tahanan yang
ada. Di saat itulah sebuah peristiwa di luar nalar terjadi. Terjadi gempa bumi
yang hebat yang mengakibatkan semua pintu penjara terbuka demikian juga dengan
belenggu para tahanan. Apakah sesungguhnya yang terjadi? Ternyata kuasa doa dan
nyanyian puji-pujian yang disampaikan Paulus dan Silas sungguh luar biasa
besarnya. Doa dan nyanyian puji-pujian dari mereka yang telah bertobat dan
percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Mari kita renungkan lebih dahulu bagian
ini! Doa dan nyanyian puji-pujian Paulus dan Silas mengakibatkan terjadinya
peristiwa ajaib malam itu. Ada apa dengan doa dan nyanyian puji-pujian?
Dalam hidup
kekristenan, Doa dan Nyanyian puji-pujian adalah dua aktifitas yang tidak dapat
terpisahkan. Keduanya adalah satu kesatuan yang utuh. Doa dapat disampiakan
dalam bentuk nyanyian puji-pujian dan nyanyian puji-pujian adalah doa dalam
hubungannya dengan Tuhan Allah. Sedangkan hubungannya dengan manusia lainnya
adalah, doa dan nyanyian puji-pujian adalah bagian dari kesaksian tentang
kemahakuasaan Tuhan Allah. di Minggu
saat ini, kita sedang berada di Minggu diantara Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga
dan Ketuangan Roh Kudus. Minggu ini dalam tradisi gereja lama sampai pada
tradisi gereja Katolik disebut dengan minggu Novena, atau minggu dimana
orang-orang percaya melakukan ritual doa selama 9 hari atau 9 jam. Ritual
doa ini telah ditiadakan dalam gereja Protestan karena terkesan lebih bersifat
tradisi daripada Alkitabiah. Tetapi walalupun demikian, aktifitas berdoa dan
menyanyikan puji-pujian kepada Allah adalah aktifitas yang harus dilakukan oleh
setiap orang percaya, karena doa dan nyanyian puji-pujian adalah saran utama
bagi orang percaya berkomunikasi dengan Tuhan Allahnya dan juga menjadi
kesaksian iman yang nyata.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Doa orang benar sangat besar kuasanya, itulah yang
terjadi dengan doa Paulus dan Silas, karena mereka berdua adalah orang yang
telah dibenarkan oleh Tuhan Yesus Kristus melalui pertobatannya. Doa dan
nyanyian puji-pujian merupakan sarana beriman yang senantiasa melekat dalam
hidup orang yang percaya kepada Tuhan Allah. Doa dan nyanyian puji-pujian di
zaman millennial ini, sepertinya mengalami pergeseran arti dan makna serta
hakekatnya dalam hidup orang percaya. Kenapa dikatakan demikian? Lihat saja di
berbagai media sosial, begitu banyak orang menuliskan doa dan juga menuliskan
nyanyian puji-pujian dengan harapan supaya mendapat respon dari orang lain, tetapi
lupa menyampaikannya dalam kehidupan nyata. Yang berikut adalah, doa dan
nyanyian puji-pujian seakan bukan lagi aktifitas yang wajib dan rutin dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari. Doa dan nyanian puji-pujian bahkan kerapkali hanya
dipahami sebuah keindahan dalam bentuk bahasa dan seni belaka. Akibatnya adalah
doa dan nyanyian puji-pujian semakin kehilangan kuasanya dalam hidup orang
percaya.
Sidang Jemaat Yang
Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kisah dalam bacaan kita ternyata masih berlanjut pada
pokok yang baru, yakni bagaimana sang kepala penjara hendak melakukan bunuh
diri karena menyangka para tahanan telah pada kabur. Paulus dan Silas
menghentikan upaya ini. Sang kepala penjara kemudian bertanya:”tuan-tuan,
apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat? Pertanyaan ini kemudian
menjadi peintu masuk bagi Paulus dan Silas untuk bersaksi, mengkomunikasikan
Tuhan Yesus Kristus kepadanya. Jawab mereka “Percayalah kepada Tuhan Yesus
Kristus, Engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu”. Apa respon sang kepala
penjara menanggapi pernyataan ini? Yang
pasti kepala penjara mengaku percaya, tetapi tidak dengan kata-kata. Dia
mengkomunikasikan kepercayaannya dengan tindakannya;
1.
Menerima pemberitaan Injil di rumahnya
2.
Melakukan pelayanan kasih, yakni
membasuh bilur-bilur Paulus dan Silas
3.
Memberi diri dan seisi rumahnya dibaptis
(dipersatukan dengan kematian dan kebangkitan Kristus)
4.
Memberikan pelayanan diakonis, yakni
menjamu Paulus dan Silas makan dirumahnya
Dua pokok renungan kita
saat ini, yakni doa dan nyanyian Paulus dan Silas dan kemudian kepercayaan
kepala penjara, sesungguhnya adalah satu kesatuan yang utuh dan berkesinambungan.
Berangkat
dari doa dan nyanyian puji-pujian yang disampaikan Paulus dan Silas dari dalam
Penjara, pemberitaan keselamatanpun tersampaikan kepada kepala penjara dan
seisi rumahnya. Kepala penjara dan seisi rumahnya menjadi percaya dan bergembira.
Kepercayaan kepala penjara adalah bentuk percaya yang mesti menantang kita
dalam kehidupan ini.
“Bukan
doa yang membuat iman bekerja, tetapi imanlah yang membuat doa berkuasa”
Tuhan Yesus Memberkati
kita. Amin
Bacaan
Alkitab: Kolose 2:6- 7
“Kamu
telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. karena itu hendaklah hidupmu tetap di
dalam Dia”.
“Hendaklah kamu berakar di dalam Dia
dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah
diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur”
Sidang
Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pertama-tama, saya mengucapkan selamat
ulang tahun buat Jemaat GPID Koinonia Palu yang ke 3 tahun, tepatnya tanggal 9
February 2019. Tentu sebagai sebuah jemaat yang masih berusia 3 tahun, kita
menyadari bahwa jemaat Tuhan ini, masih sedang dan sementara menuju proses
perjalanan pelayanan ke arah yang lebih baik. 3 tahun adalah usia yang masih
sangat belia bagi sebuah persekutuan, akan tetapi terpujilah Tuhan, di usia
yang ke-3 tahun ini kita masih dimampukan oleh Tuhan Allah hidup di tengah dan
menjalani persekutuan dengan berbagai bentuk pengalaman hidup di dalamnya.
Sesuai dengan nama jemaat ini, “Koinonia”, maka sesungguhnya kita sekalian yang
terhimpun di dalam jemaat ini adalah “satu persekutuan” yang diikat oleh satu
kasih, satu iman, satu baptisan dan satu Allah. Kesatuan tersebutlah yang
menjadi kekuatan kita menjalani kehidupan dalam persekutuan ini. Sebagai Koinonia,
kita adalah Tubuh Kristus. Koinonia bukan hanya merupakan perkumpulan begitu
saja, melainkan persekutuan yang bersifat soteriology (keselamatan) di mana
setiap anggota yang bersekutu di dalamnya berjuang bersama di dalam iman,
pengharapan dan kasih memelihara anugerah Allah di dalam dan melalui Yesus
Kristus yang adalah Sang Kepala persekutuan tersebut. 3 Tahun sudah persekutuan
ini berjalan dalam pelayanan demi kemuliaan Tuhan, tentu kita masih dengan
mudah mengingat setiap hal yang dialami dan yang terjadi. Sampai di titik ini,
kita diarahkan menyadari bagaimana kesetiaan Tuhan terus berlaku dan kita
alami.
Sidang
Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Di ulang tahun jemaat yang ke- 3 tahun
saat ini, Firman Tuhan bagi kita merupakan nasihat Rasul Paulus kepada jemaat
di Kolose, sehubungan perjuangan mereka sebagai sebuah persekutuan menuju ke
arah kemandirian dan kedewasaan. Jemaat Kristen di Kolose bapak, ibu,
saudara-saudara sekalian adalah jemaat yang yang terdiri dari latarbelakang
Yahudi dan non Yahudi. Keberagaman adalah ciri jemaat ini, demikian pula dalam
ideologi maupun ajaran filsafat tumbuh subur di sini. Kolose adalah Sebuah kota
yang semula sangat makmur sebagai kota perdagangan wool dan tektil yang ramai
disinggahi oleh banyak orang. Tetapi kemudian, kota ini menjadi tertinggal
setelah kota Laodikia berhasil menjadi kota dagang yang lebih modern. Orang-orang
percaya di Kolose sebagian besar berasal dari orang-orang yang sebelumnya tidak
mengenal Tuhan Allah. Walaupun jemaat Tuhan di Kolose telah berdiri dan menjadi
jemaat yang hidup di dalam kasih, akan tetapi tantangan dan ancaman baik berupa
ajaran sesat, upaya memasukkan ideologi ke dalam ajaran iman terus terjadi.
Maka Paulus sangat mengkuatirkan bahwa pemahaman mengenai kepercayaan mereka
kepada Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus bisa saja menjadi kabur. Maka Paulus
memberikan nasihat iman kepada mereka sebagai sebuah persekutuan yang telah
menerima dan hidup berdasarkan iman kepada Yesus Kristus Tuhan.
Sidang
Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Mari kita renungkan dengan seksama
nasihat Rasul Paulus ini sebagai bentuk sukacita dan syukur kita kepada Tuhan
Allah di ulang tahun jemaat saat ini!
1. Kamu telah menerima Kristus Yesus Tuhan
kita.
Pernyataan Rasul Paulus ini hendak
menegaskan siapa dan apa identitas jemaat Kolose di mata Paulus, yakni
orang-orang yang telah di tebus, dipanggil, dikuduskan dan diberi jaminan
keselamatan oleh Yesus Kristus. Maka mereka adalah orang-orang percaya kepada
Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat. Telah menerima Kristus Yesus
Tuhan, berarti telah dibenarkan oleh Yesus Kristus. Sebagai orang-orang yang
dibenarkan, maka mereka adalah orang-orang yang mesti hidup di dalam kebenaran
tersebut. Kebenaran itu ialah Yesus Kristus sendiri.
2. Hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia
Sebagai orang-orang yang percaya kepada
Yesus kristus, Paulus menekankan satu sikap dan komitmen hidup beriman kepada
mereka supaya mereka tetap di dalam Kristus Tuhan. Tetap di dalam Kristus Tuhan
berarti tidak lagi mau diganggu gugat oleh apapun untuk berobah percaya kepada
Tuhan Yesus Kristus. Komitmen untuk tetap di dalam Kristus Tuhan merupakan
sikap hidup persekutuan yang dapat diartikan dengan setia. Tidak
terombang-ambing oleh ajaran atau filsafat kosong yang hendak merubah ajaran
iman tentang Yesus Kristus, tidak menjadi undur dan murtad oleh tantangan dan
penderitaan hidup sekalipun.
Selanjutnya, apabila sebagai orang yang
percaya kepada Yesus Kristus, telah tetap hidup di dalam Dia, maka orang-orang
percaya mesti:
1.
Berakar
di dalam Dia.
akar
adalah bagian tumbuhan yang biasanya tertanam di dalam tanah yang berfungsi
penguat dan pengisap air serta zat makanan.
Maka yang dimaksudkan Rasul Paulus di sini ialah sebagai orang-orang
atau persekutuan yang telah percaya kepada Yesus Kristus dan hidup tetap di
dalam Yesus Kristus, iman mereka harus tertanam kuat laksana akar yang tertanam
di bawah tanah sehingga mereka menjadi tidak mudah ditumbangkan oleh badai
kehidupan, dan merekapun akan mampu bertahan hidup karena minuman dan makanan
disuplai melalui akar tersebut.
2.
Dibangun
di atas Dia
Pernyataan
ini dapat diartikan sebagai kelanjutan pondasi atau dasar yang telah dibuat. Bahwa
kehidupan persekutuan tidak hanya sebatas pada berakar, atau tidak hanya sebatas
pondasi saja, melainkan harus dilanjutkan dengan bangunan di atasnya. Maka
persekutuan yang percaya kepada Yesus kristus, merupakan persekutuan yang
dinamis, persekutuan yang hanya tiba pada tititk tertentu. Tetapi mesti terus
dibangun sampai menjadi sebuah bangunan yang kokoh dan indah serta berguna.
3.
Hendaklah
kamu bertambah teguh dalam iman yang diajarkan kepadamu
Bertambah
teguh dalam iman, berarti mengalami pembaharuan atau perubahan menjadi tidak
tergoyahkan.
4.
Hendaklah
hatimu melimpah dengan ucapan syukur
Melimpah dengan
ucapan syukur adalah buah dari keberimanan setiap orang yang percaya kepada
Yesus kristus.
Sidang
Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sekarang, marilah kita merenungkan
makna firman Tuhan ini bagi kita di ulang tahun jemaat yang ke -3 saat ini.
Nasihat Rasul Paulus ini sesungguhnya ditujukan sebagai ajaran bagi seluruh
persekutuan jemaat Tuhan, termasuk kita sekalian saat ini, tentang bagaimana
dan apa sesungguhnya yang menjadi syarat menuju persekutuan yang dewasa di
hadapan Tuhan Allah. Jika seseorang yang telah menerima Kristus Yesus dan tetap
hidup di dalam Dia, berakar di dalam Dia, dibangun di atas Dia dan menjadi
teguh di dalam Dia serta hidup melimpah dengan syukur, itulah jemaat, gereja
atau persekutuan yang telah dewasa di dalam Tuhan Allah. Perjuangan kita
sebagai persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, perjuangan
kita sebagai Tubuh Kristus, sebagai Koinonia ialah menjadi dewasa di dalam iman
kepada Yesus Kristus Tuhan. Maka berakar di dalam Dia, harus terus kita
kumandangkan dalam hidup kita, yakni dengan cara mendengar Firman Allah,
merenungkannya dan mengaplikasikannya lewat sikap dan tindakan hidup. Kita juga
harus terus memberi diri dibangun di atas Dia, yakni dengan cara kita memberi
diri diarahkan, diajar dan ditegor oleh Firman Allah. Artinya ada pembaharuan
hidup semakin menunjukkan kedewasaan beriman melalui sikap dan pola pikir kita.
bertambah teguh dalam iman, kita diarahkan untuk semakin kokoh, tidak mudah
menyerah, tidak mudah kecewa dan tidak mudah mengundurkan diri. Melimpah dengan
syukur menjadi muara dan bukti kedewasaan kita dalam beriman. Melimpah dengan
syukur adalah sikap hidup yang menunjukkan bahwa seseorang telah dengan
sungguh-sungguh menyadari identitas dirinya di hadapan Tuhannya. Tuhan Yesus
memberkati Koinonia. Amin
Bacaan Alkitab: Mzm. 9:11
Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu
Sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau,
ya TUHAN.
Keluarga dan Jemaat Yang Dikasihi Tuhan
Yesus Kristus
Mazmur Daud ini (Pasal 9) merupakan
ungkapan syukur yang lahir dari kesadaran iman bahwa Tuhanlah yang membebaskan
dirinya dari pintu gerbang maut dan memberikan anugerah kehidupan melalui
kesempatan hidup dalam sukacita dan sukaria. Hal itu dapat kita temukan dari
syair-syair mazmur ini. Sehingga kemudian Daud menemukan satu pengakuan iman,
sekaligus kesimpulan keyakinan dan pengharapan bahwa orang yang mencari Tuhan,
tidak akan ditinggalkan Tuhan. Sesungguhnya, seseorang yang disebut sebagai
orang yang mencari Tuhan adalah orang yang mengenal nama Tuhan (mengenal Tuhan)
dan percaya kepada Tuhan. Tidak aka nada orang yang mencari Tuhan jika dia
tidak mengenal Tuhan dan percaya kepada Tuhan. Upaya seperti itu akan sia-sia,
itulah sebabnya, prinsip hidup dalam beriman, adalah percaya dulu baru
membuktikan, bukan sebaliknya, buktikan dulu baru percaya. Orang yang mengenal
nama Tuhan/Tuhan adalah orang yang percaya kepada Tuhan, pengenalan dan
kepercayaan kepada Tuhan tersebut kemudian dilanjutkan dengan perjuangan
beriman, yakni mencari Tuhan Allah. Upaya pencarian Tuhan Allah ini, meliputi
segenap kehidupan, tidak secara parsial. Artinya, bahwa orang yang mencari
Tuhan adalah orang yang senantiasa merenungkan kehidupannya dalam bingkai iman,
dengan dasar iman, dan dalam bangunan iman.
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Mencari Tuhan semestinyalah menjadi
totalitas aktivitas hidup kita. Sebagaimana keyakinan Daud, bahwa orang yang
mencari Tuhan tidak akan ditinggalkan Tuhan. Keyakinan ini berangkat dari
pengalaman iman Daud sendiri, maka itu pulalah yang mesti kita aminkan dalam
hidup kita masing-masing. Menjadi orang yang mengenal Tuhan itu berarti menjadi
orang yang percaya kepada Tuhan, juga sebaliknya dan selanjutnya menjadi orang
yang mengenal Tuhan dan percaya kepada Tuhan, maka mesti senantiasa mencari Tuhan.
Di sinilah penyertaan Tuhan betul-betul nyata dalam hidup. Selama kita hidup di
dunia ini, upaya pemberian diri kita dalam mencari Tuhan acapkali melemah
karena berbagai pengalaman hidup, padahal terkadang Tuhan memberikan Diri-Nya
ditemui atau di jumpai di dalam pengalaman hidup yang tidak menyukakan. Yang
pasti adalah bahwa Tuhan senantiasa berkenan ditemui dan menghampiri setiap
orang yang mencari Dia, sebab orang yang mencari Dia adalah orang yang mengenal
nama-Nya dan percaya kepada-Nya.
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jika saat ini kita boleh bersukacita
bersama dengan keluarga hamba-Nya di rumah ini, maka ini hendak menegaskan
kepada kita sekalian bahwa Tuhan tidak meninggalkan hamba-Nya, suasana syukur
ini juga kita aminkan bahwa Tuhan senantiasa dicari oleh keluarga sebab
keluarga mengenal Tuhan dan percaya kepada Tuhan. Selamat ulang tahun bagi
hamba-Nya Pnt. Theresia Malonda Siwy, Tuhan Yesus memberkati. Amin
Bacaan Alkitab: 2 Tim 3: 1- 5, 15
Generasi Muda Milenial Yang Kristiani
Pemuda-pemudi Gereja Yang Dikasihi Tuhan
Yesus Kristus,
Merujuk dari beberapa sumber, jaman
sekarang, atau jaman now, generasi manusia dikelompokkan pada 5 kelompok
generasi:
- Generasi baby boomer, yakni generasi yang lahir dari tahun 1946-1964
- Generasi X, yakni generasi yang lahir dari tahun 1965-1980
- Geberasi Y, lahir tahun 1981-1994, sering disebut sebagai generasi Millenial
- Generasi Z, lahir tahun 1995-2010 disebut juga kids zaman now, igeberation atau generasinet/internet
- Generasi Alpha, 2010-2025
Dari
kelima kelompok generasi ini, generasi millennial merupakan generasi yang
sangat menentukan banyak hal dalam lehidupan, baik dalam kehidupan bangsa dan
Negara, maupun kehidupan agama, secara khusus Gereja di dalamnya. Karakteristik
generasi Millenial sangat mendapat sorotan karena merekalah yang kini sangat
berperan dalam segala sendi kehidupan dan telah melahirkan perubahan di hampir
seluruh lini kehidupan. Karakteristik generasi millennial diwarnai dengan ciri
negative dan positif, di antaranya:
-
Ketergantungan pada internet
-
Memiliki sikap hidup yang egoistic/individualistic
-
Liberalistik/ingin bebas dari segala aturan, norma dan adat-istiadat
-
Serba hidup instan
-
Gaya hidup pamer
Ciri
positif yang dapat dicatat, antara lain:
-
Kemampuan menggunakan teknologi canggih
-
Generasi ini adalah generasi yang kritis
-
Berpikir lebih terbuka
-
dll
Saudara-saudara,
betul atau tidak pernyataan ini, generasi kalianlah yang mesti menjawabnya.
Mari kita arahkan perhatian kita pada bacaan Alkitab saat ini, bagaimana Paulus
memberitahukan kepada Timotius tentang sifat dan sikap manusia pada hari-hari
terakhir, yakni:
-
Mencintai diri sendiri= Narsisme.
-
Hamba uang= materialistic
-
Membual dan menyombongkan diri= banyak omong kosong dan sombong
-
Pemfitnah
-
Memberontak kepada orangtua
-
Tidak tahu berterimakasih
-
Tidak peduli agama= sekuler
-
Tidak tahu mengasihi
-
Tidak mau berdamai
-
Suka menjelekkan orang
-
Tak dapat mengekang diri
-
Garang, tidak suka yang baik, suka menghianat, tidak berpikir panjang
-
Berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu daripada menuruti Allah
-
Beribadah, tapi tak percaya
Dari
sebagian besar sifat dan sikap manusia seperti yang disampaikan Rasul Paulus
ini, mari kita renungkan dan perhadapkan dengan realitas hidup masa kini, pada
kehidupan generasi millennial. Tentu kita tidak dapat memungkiri bahwa ternyata
hidup seperti ini sudah menggejala dalam kehidupan di generasi millennial saat
ini. Saudara-saudara pasti mengalami dan menyaksikan gejala hidup ini.
Masa
sukar yang dimaksudkan oleh Paulus adalah Kalepos
berarti hidup yang berat untuk dipikul, dihadapi. Hidup yang penuh ancaman.
Hidup seperti ini tentu merupakan hidup yang harus dihadapi dan dijalani dengan
kekuatan iman dalam kesetiaan. Tidaklah keliru, apabila zaman ini adalah juga
menjadi masa yang sukar, zaman segala sesuatu menjadi tantangan dan diwarnai
ancaman. Hidup menjadi paradoks, artinya kesempatan terbuka luas tetapi sempit,
sehingga generasi millennial adalah sesungguhnya generasi yang berada dalam
dilema. Ingatlah kata-kata ini: “lama tak berjumpa, pas berjumpa tidak lama”
Jauh tetapi dekat, dekat tapi jauh, tidak kenal tetapi teman, teman tetapi
tidak kenal, dsb.
Pemuda-pemudi
yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jika demikian beratnya tantangan hidup di
zaman ini, pertanyaannya adalah apakah kemudian yang mesti dilakukan oleh
generasi millennial agar mereka tetap menjadi jati diri sebagai generasi gereja
milik Tuhan? Paulus berpesan kepada Timotius supaya orang-orang yang
berperilaku seperti yang diuraikan di atas, untk menjauhi orang-orang seperti
itu. Tentu, orang-orang yang berperilaku seperti ini adalah orang-orang yang
benar-benar telah bergelimang dosa dan perbuatan yang yang paling jahat yang
malah memasuki persekutuan. Jika orang-orang seperti ini ada di dalam
persekutuan, maka kita pasti tahu apa yang akan terjadi. Maka generasi milenial
yang kristiani adalah generasi yang berhikmat. Karena dari kecil telah mengenal
kitab suci. Kembali ke Alkitab: itulah yang harus dilakukan oleh generasi
Millenial yang Kristiani sebagai solusi satu-satunya untuk menjadi pemenang di
masa sukar ini. Back to the bible adalah semboyan reformator Matrhen Luther,
yakni supaya gereja dalam menjalani segenap kehidupannya berdasarkan Firman
Tuhan. Pertanyaannya sekarang adalah: Di mana letak kitab suci dalam hidup
generasi millennial? Seberapa sering generasi millennial membacanya,
mendengarnya dan merenungkannya setiap hari? Ini tantangan kita di masa sukar
ini.
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sebagai Generasi millennial,
saudara-saudara sungguh diperhadapkan pada perjuangan hidup yang berat, tetapi
kalian mesti menghadapinya, sebab hidup ini adalah perjuangan. Percayalah,
yakinlah, bahwa Tuhan Yesus niscaya menolong kita menghadapi segenap tantangan
dan ancaman yang ada di zaman ini. Tuhan Yesus menyertai. Amin
Bacaan
Alkitab: Yohanes 19:16b-37
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Perayaan
“Jumat Agung” dalam tradisi kekristenan merupakan perayaan yang diwarnai
kekhusyukan, dirayakan penuh hikmat dimana tema central yang diberitakan di
perayaan ini adalah bagaimana Yesus Kristus mati disalib, setelah melewati
siksaan yang berat. Kematian Yesus Kristus di kayu salib bagi murid-muridNya, bagi
ibuNya dan bagi sanak saudaraNya merupakan dukacita yang amat dalam. Bagaimana
tidak, saat itu, Yesus Kristus yang tidak bersalah apa-apa dihukum mati di kayu
salib sebagai seorang yang sangat jahat, sampai-sampai tidak ada pembelaan
sedikitpun kepada-Nya. Akan tetapi dalam tradisi gerejawi, peristiwa ini
dirayakan dengan sebutan Jumat Agung. Kita di Sulteng, juga mengenal istilah
Jumat kelam (tatkala bencana alam menimpa wilayah kita), Komisi pemberantasan
korupsipun mengenal istilah jumat keramat, sebab di hari jumat biasa KPK akan
menahan atau menangkap seorang target operasi yang terindikasi melakukan
korupsi. Tapi kenapa kematian Yesus Kristus di Kayu salib dikenang dengan
istilah Jumat Agung, bukan jumat derita atau Jumat dolorosa dan lain
sebagainya. Penggunaan istilah Jumat Agung sesungguhnya memberi pengertian dari
sudut pandang Allah, bahwa di hari Jumat pada waktu Yesus Kristus mati
disalibkan, Tuhan Allah melakukan tindakan penyelamatan bagi semua orang yang
dikasihi-Nya. Di hari itu, kita ditebus oleh Yesus Kristus yang mati tersalib.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kronologis penyaliban Yesus Kristus menurut kesaksian
Injil Yohanes sangatlah lengkap, (Yohanes pasal 18-19). Dalam kesaksian Injil
kepada kita diberitakan bahwa Yesus Kristus mengalami penderitaan yang amat
menyakitkan, selain siksaan badaniah, Yesus Kristus juga menerima cemoohan,
ejekan, caci maki dan yang paling menyakitkan adalah Dia juga dihianati
murid-Nya sendiri, Dia disangkal dan Dia ditinggalkan. Yesus Kristus menjalani
via dolorosa itu dengan penuh kesetiaan kepada BapaNya. Sambil memikul
salibNya, Yesus Kristus menuju Golgota, yang terletak dekat kota. Yesus Kristus
diarak dijalanan kota sebagai seorang terpidana mati. Walaupun tradisi kala
itu, seorang narapidana yang diarak dijalanan ketika hendak menerima hukuman
(mati) dimaksudkan pada 2 hal; yakni pertama agar masyarakat takut melakukan
kejahatan dan yang kedua sekiranya ada masyarakat yang memberikan pembelaan dan
dapat menunjukkan bukti yang dapat membebaskan terpidana tersebut, akan tetapi
hal ini tidak berlaku kepada Yesus Kristus. Yesus Kristus diarak dijalanan
supaya orang-orang tidak melakukan hal yang sama, walaupun sesungguhnya tidak
ada kejahatan yang dapat dibuktikan terhadapNya. Kematian Yesus Kristus di Kayu
Salib menjadi kematian yang misteri di sepanjang zaman kehidupan di dunia ini.
Kenapa disebut demikian? Karena kematian Yesus Kristus di Kayu Salib adalah
bentuk pengorbananNya dalam rangka penyelamatan dunia ini. Itulah sebabnya
digunakan istilah “Jumat Agung”, yakni menunjuk apa sesungguhnya makna kematian
Yesus Kristus di hari Jumat kala itu. kematianNya adalah kematian Agung.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Di Kayu salib, diantara 2 orang terpidana mati, Yesus
ditempatkan. Dari Salib ini Yesus masih menebarkan damai dan kasih. Sungguh
luar biasa, kepada ibu-Nya Yesus Kristus masih menebar senyum dan kasih, Ibu
inilah anakmu, sembari menyerahkan ibuNya kepada muridNya, inilah ibumu. (sejak
saat itu Maria ibu Yesus dirawat dan beserta murid-murid Yesus sampai kemudian
dalam tradisi sejarah gereja mengatakan bahwa Maria meninggal di hari tuanya di
Efesus dalam lingkungan murid-murid Yesus. Walaupun dalam tradisi Gereja
katolik mengatakan bahwa Maria terangkat ke sorga. Pesan Yesus dari atas Kayu
salib ini adalah pesan iman yang juga ditujukan kepada semua orang yang percaya
kepadaNya supaya kita juga sungguh-sungguh hidup di dalam kasih seorang dengan
yang lain. Saling memperhatiakan kehidupan seorang dengan yang lain seraya
terus mengaplikasikan kasih dengan sikap dan tindakan memelihara orang-orang di
sekitar kita di dalam kasih Kristus. Selanjutnya, malalui perayaan Jumat Agung
ini, kepada kita juga hendak ditegaskan bahwa Yesus Kristus mati bukan karena
Dia dibunuh, sebab sebagai Tuhan, mungkinkah Dia mati terbunuh? Tidak
saudara-saudara, Penginjil Yohanes menegaskan hal ini kepada kita bahwa ay. 30
sesudah Yesus meminum anggur asam (sejenis obat bius penghilang rasa) Yesus
berkata: sudah selesai. Lalu Dia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan
nyawaNya. Ini menunjukkan bahwa kematian Yesus Kristus adalah bukti ketaatan
dan kesetiaanNya kepada BapaNya, Dia mati karena Dia menyerahkan nyawaNya. Maka
kematian Yesus Kristus adalah pemberian persembahan korban kepada Allah Bapa
oleh Yesus Kristus yang menyerahkan nyawaNya sendiri sebagai bentuk penebusan
orang-orang berdosa, termasuk kita sekalian.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Merayakan Jumat Agung
saat ini, maka sesungguhnya kita diarahkan merayakan dua hal yang berbeda
tetapi dalam satu kesatuan yang utuh, yakni bahwa kita diajak menghargai,
memaknai derita dan kematian Yesus Kristus tersebut sebagai dasar dan panggilan
iman untuk membuat hidup ini berharga karena harganya telah lunas dibayar oleh
Tuhan Yesus Kristus, seiring dengan itu, melalui perayaan jumat Agung saat ini
kitapun diajak untuk bersukacita dalam iman bahwa Yesus Kristus telah mati
menggantikan kita, supaya kita beroleh hidup kekal. Sukacita iman ini harus
disyukuri dalam tindakan kasih dalam hal apapun di kehidupan ini. Maka
menyerahkan hidup secara total kepada Tuhan Allah adalah tindakan yang harus
menjadi prinsip kehidupan orang percaya. Amin.
Bacaan
Alkitab: Kisah Para Rasul 1:1- 11; Lukas 24:44-53
Menjadi
saksi
Saudara-saudara, Sidang
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Peristiwa kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke Sorga termasuk
dalam catatan tertulis Lukas yang kemudian dilaporkannya kepada sahabatnya yang
bernama Theopilus yang diyakini sebagai seorang pembesar dan yang berada. Dari
arti namanya Theo-Pilus= Sahabat Allah, maka dia adalah seorang yang percaya
kepada Yesus Kristus dan mengikuti dengan seksama segala berita tentang Yesus
Kristus hingga kemudian Lukas melaporkan perihal kenaikan-Nya ke Sorga.
Lukaslah penulis Injil satu-satunya yang dengan detail memberikan kesaksian
tentang peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga. Peristiwa kenaikan Tuhan Yesus
ke Sorga adalah klimaks atau puncak kehadiran Tuhan Yesus bersama
murid-murid-Nya selama 40 hari setelah kebangkitan-Nya. Ternyata saudara-saudara, walaupun selama 40
hari Tuhan Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, mereka tetap belum
dapat memahami dengan benar tentang Tuhan Yesus. Mereka masih saja berpikir dan
berharap Tuhan Yesus adalah Mesias politis yang akan memulihkan kerajaan Israel
yang kala itu sedang dijajah bangsa Romawi. Hal itu Nampak melalui pertanyaan
murid-murid kepada Tuhan Yesus (6). Menjawab pertanyaan dan harapan yang keliru
ini, Tuhan Yesus dengan tegas katakana bahwa itu bukan urusan murid-murid,
mereka memiliki tugas dan tanggungjawab yang lain, yakni menjadi saksi Kristu,
mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi. Jawaban Tuhan Yesus
ini, sesungguhnya adalah penegasan kembali tentang tugas pengutusan para murid
yang pernah Tuhan Yesus sampaikan kepada mereka.
Sidang jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Selanjutnya, Tuhan Yesus terangkat ke Sorga, murid-murid
yang menyaksikannya dan menatap ke langit. Tiba-tiba berdirilah 2 orang dengan
berpakaian berkilau-kilauan yang merupakan ciri malaikat, dan berkata kepada
mereka:”Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit?
Yesus ini, yang terangkat ke Sorga meniggalkan kamu, akan datang kembali dengan
cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke Sorga”. Peristiwa kenaikan
Tuhan Yesus ke Sorga harus dimaknai dan dipahami sebagai bukti bahwa Yesus
adalah Tuhan, kembali ke Sorga mengartikan dia kembali kepada kekekalan karena
Dia datang dari kekekalan.
Dalam pemahaman atau
tradisi Yahudi, Dibalik langit biru orang yahudi percaya bahwa disitulah tempat
kediaman Allah. Yes 66:1; Yes 1:26; Kej 28:17. Mereka berpendapat bahwa
tingkatan pertama itulah "langit yang berawan" tingkatan kedua
"ruang angkasa" dengan matahari, bulan dan bintang-bintang, dan
tingkatan ketiha itulah "tempat kediaman Yehovah" (2 Kor 12:2), yang
diartikan Sorga. Terangkatnya Tuhan Yesus ke Sorga menunjuk pada siapa Dia
sesungguhnya, Dia kembali kepada kemuliaan-Nya. Sorga juga menunjuk pada ke
Mahatinggian-Nya. Maka peristiwa kenaikan Tuhan Yesus harus dipahami sebagai
peristiwa yang menegaskan hakikat-Nya sebagai Tuhan dan yang Mahatinggi. Maka
jika malaikat menegor murid-murid karena menatap ke langit, sebenarnya, hendak
menjelaskan bahwa sebagai murid-murid, urusan Sorga bukanlah urusan mereka, itu
urusan Tuhan Allah. Mereka mesti melakukan apa yang menjadi tugas pengutusan
bagi mereka, yakni menjadi saksi Tuhan Yesus Kristus. Isi kesaksian tersebut
adalah menyampaikan pertobatan dan pengampunan dosa di dalam dan oleh kematian
dan kebangkitan Yesus Kristus. pengutusan ini, tentu bukanlah pengutusan tanpa
bekal. Kepada murid-murid-Nya Tuhan Yesus berjanji akan mengirimkan Roh Kebenaran,
yakni Roh Kudus. Dengan demikian mereka dibekali kuasa Illahi dalam kesaksian
tersebut
Sidang jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jika demikian isi
pemberitaan tentang peristiwa kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke Sorga, sekarang
apa maknanya bagi kita yang telah dipanggil dan dipersekutukan di dalam Dia?
Apakah yang harus kita maknai ketika kita merayakan hari kenaikan Tuhan Yesus
saat ini?
1.
Kita diingatkan supaya memandang hidup
ini ke depan. Tuhan Allah telah menyediakan segalanya di hidup ini bagi kita,
urusan Sorga adalah urusan Tuhan Allah, dan untuk dapat ke sana di hidup inilah
kita memperjuangkannya. Yakni menjadi saksi Tuhan Yesus Kristus. kesaksian itu
di mulai dari dalam diri kita, (Yerusalem), kemudian di persekutuan (Yudea),
kemudian kepada orang lain (Samaria) dan selanjutnya kepada semua orang dan
ciptaan (ke ujung bumi).
2.
Melalui perayaan kenaikan Tuhan Yesus
ini, kita juga ditantang untuk mengintrospeksi diri kita. Sudahkan kita
memiliki dan mengandalkan Kuasa Roh Kudus dalam kesaksian kita? jika dalam
kesaksian hidup kita sebagai murid-murid Yesus Kristus masih diwarnai konflik
atau perselisihan, ingat bahwa ini bukanlah buah Roh Kudus.
3.
Bahwa melalui peristiwa kenaikan Tuhan
Yesus ke Sorga kepada kita juga diingatkan bahwa kita sedang diperhadapkan pada
perjuangan hidup supaya berkenan dan layak menyambut ketika Tuhan datang kedua
kalinya sebagai hakim agung. Penantian tersebut harus diwujudkan dalam bentuk
partisipasi aktif menjadi saksi Kristus melalui tugas dan pekerjaan kita,
melalui kehidupan rumah tangga kita, pelayanan kita dan segenap keberadaan
kita.
Sidang jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Janganlah hanya menatap ke langit, bahwa Tuhan Allah
telah menyediakan segalanya bagi kita di dunia ini, kita hanya dituntut untuk
berjuang supaya kita juga diperkenankan menikmati kehidupan sorgawi-Nya.
Tuhan Yesus
memberkati. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar