Bacaan Alkitab: 2 Korintus 3:12- 4: 2
Keluarga,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
Istilah atau kata “pelayanan” sudah
menjadi istilah atau kata yang digunakan secara luas oleh manusia dalam
berbagai instansi atau lembaga. Di bidang kesehatan, di kepolisian, di
pelayanan publik pemerintahan, bahkan di bidang jasa keuangan dan perhotelan dan
instansi lainnya, termasuk dalam hal yang bertentangan dengan moral atau etika.
Pelayanan dalam hal ini dipahami sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan orang
yang bersangkut paut dengan instansi atau lembaga tersebut. Kata “pelayanan”
kemudian menjadi kata yang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana
kemudian “pelayanan” dipahami di dalam persekutuan orang yang percaya kepada
Tuhan Yesus? Pelayanan menurut Alkitab sesungguhnya adalah tindakan yang
meliputi segenap kehidupan seseorang yang dimaksudkan semata-mata demi
kemuliaan Tuhan, dan bukan sekedar memuaskan atau memenuhi kebutuhan
orang-orang yang dilayani. Maka pelayanan di dalam kehidupan persekutuan orang
yang percaya adalah pemberian diri kepada sesama dan kepada Tuhan Allah dengan
satu maksud dan tujuan agar Tuhan dimuliakan.
Keluarga,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
Karena tujuan dan maksud pelayanan
hanyalah demi kemuliaan Tuhan, maka pelayanan tersebut mesti dilakukan oleh
orang-orang yang memiliki keberanian yang didasari dengan kemuliaan Tuhan
terpancar dalam dirinya dan sifatnya tidak sesaat atau tidak situasional serta
tidak bersifat kondisional. Seorang pelayan adalah seorang yang benar-benar di
dalam dan melalui dirinya terpancar cahaya kemuliaan Tuhan, sehingga pelayan tersebut
dapat memberi kesaksian tentang Tuhan melalui kehadirannya dalam pelayanan.
Rasul Paulus, membandingkan pelayan Perjanjian Lama, dalam hal ini Musa dengan
pelayan-pelayan Perjanjian Baru. Kemuliaan Allah terpancar di dalam dan melalui
Musa, tetapi sifatnya hanya sementara, sehingga ia menyelubungi mukanya dengan
maksud agar umat Israel tidak melihat bahwa cahaya kemuliaan Tuhan itu hilang
daripadanya. Cahaya kemuliaan Tuhan itu kemudian terselubung bagi umat Israel
hingga saat ini, mereka tidak dapat melihat cahaya kemuliaan Tuhan karena
pikiran mereka tumpul, sehingga ketika membaca Perjanjian lama, itu tanpa
disingkapkan. Akibatnya mereka tidak pernah dapat mengerti dan mengenal bahwa
Kristus Yesuslah yang sebenarnya yang merupakan inti Perjanjian lama itu. Maka
hanya Kristuslah yang dapat menyingkapkan. Apakah sesungguhnya yang menjadi
factor mengapa mereka tidak dapat mengenal Kristus dalam Kitab Musa? Karena
selubung menutupi hati mereka. Melalui kesaksian Paulus ini, maka dapat ditarik
kesimpulan awal, bahwa pelayanan adalah tindakan yang dilakukan seorang pelayan
di mana hatinya telah terbuka, dan didiami Roh Allah sehingga ia dapat dengan
meredeka memancarkan cahaa kemuliaan Allah. Inilah kemudian perbedaan pelayanan
di dunia sekuler (dunia sehari-hari seperti yang disebutkan di atas) dengan
pelayanan dalam kehidupan orang percaya.
Keluarga,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
Sebagai umat Perjanjian Baru, melalui
sengsara, penderitaan dan kematian Yesus Kristus di kayu salib, sesungguhnya
kepada kita Tuhan Allah telah memberikan cahaya kemuliaanNya. Maka kehidupan
kita sesungguhnya adalah pelayanan. Dalam perjumpaan kita dengan orang lain,
kita sesungguhnya sedang melayani. Demikian juga ketika kita bersekutu seperti
sekarang ini, kita sedang melayani Tuhan dan melayani sesama dengan hanya satu
tujuan yakni demi kemuliaan Tuhan. Oleh sebab itu kita semua adalah
pelayan-pelayan Perjanjian Baru yang mesti memancarkan cahaya kemuliaan Allah
melalui kehidupan kita. Kita tidak lagi menyelubungi muka atau hidup kita
karena kita kehilangan cahaya kemuliaan Allah, kita adalah pelayan-pelayan yang
merdeka karena Roh Allah ada di dalam kita. sebagai pelayan-pelayan Perjanjian
Baru, kita tidak boleh tawar hati dan
harus menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan, tidak boleh licik
dan memalsukan Firman Allah. Kebenaran harus dinyatakan dalam konsep
kemerdekaan.
Keluarga,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus,
Cahaya
kemuliaan dalam diri setiap orang yang melayani Tuhan datangnya dari Tuhan yang
adalah Roh, maka di dalam penderitaan dan kematian serta kebangkitan Kristus,
kita sekalian telah diubah menjadi serupa dengan GambarNya. Satu hal yang
dituntut dari kita dalam hal ini adalah hati dan pikiran kita mesti terbuka untuk
dibaharui oleh Tuhan Allah melalui FirmanNya. Supaya kita tidak menjadi sama
dengan umat Israel di mana hati dan pikiran mereka telah tumpul. Ay.16 apabila
hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu akan diambil daripadanya.
Artinya ialah bahwa cahaya kemuliaan Tuhan hanya aka nada dan terpancar melalui
seorang pelayan yakni setiap kita apabila hati kita berbalik kepada Tuhan
Allah. Menjadi pelayan tidaklah mudah saudara-saudara, aka nada banyak
tantangan yang dihadapi, dibenci karena menyatakan kebenaran, ditolak karena
dicurigai, dicemooh karena dianggap sok suci, dan penderitaan lainnya. Tetapi
mesti diyakini dan diimani serta diamini bahwa Kristuslah telah melalui semua
itu sebagai jaminan bagi kita untuk terus melayani demi kemuliaan namaNya.
Terpujilah Kristus. Amin BPS
Minggu, 10
Maret 2019
(Minggu Prapaskah II)
Stola&Antependium: Ungu
Bacaan Alkitab Ulangan 26:1- 11; Lukas 4:
1- 13
Sidang
Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pencobaan yang dialami oleh manusia
kerapkali membuat manusia melupakan diri dan Tuhannya. Pencobaan-pencobaan
tersebut dapat mewujud dalam berbagai bentuk tragedi kehidupan, baik dalam
bentuk kesusahan maupun dalam bentuk mesuksesan hidup. Artinya manusia
senantiasa diperhadapkan pada pencobaan hidup yang juga melibatkan dirinya
sendiri. Ketika orang percaya jatuh ke dalam pencobaan, maka yang terjadi di
sana adalah umat akan melupakan jati dirinya dan juga melupakan Tuhannya.
Pencobaan-pencobaan hidup selalu dimanfaatkan iblis untuk menjauhkan umat Tuhan
dari Tuhannya dan ujung-ujungnya adalah supaya umat Tuhan meninggalkan Tuhannya
dan sujud menyembah kepadanya (iblis). Semua yang terjadi dan dialami oleh
manusia di kolong langit ini, dapat menjadi pencobaan bagi dirinya sendiri.
Baik kekurangan, kelebihan, kekuatan, kelemahan, kepintaran, kebodohan dan lain
sebagainya selalu menjadi peristiwa hidup yang dapat menjadi pencobaan bagi
umat Tuhan. Maka setiap orang percaya senantiasa diarahkan untuk mengingat jati
dirinya sebagai umat yang telah ditebus oleh Tuhan Allah. Bukti bahwa seorang
percaya tetap setia mempertahankan jati dirinya dan setia kepada Tuhannya ialah
ketaatannya berkorban kepada Tuhannya, yakni mempersembahkan hidupnya kepada
Tuhan Allah.
Sidang
Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Umat Israel mendapat perintah Tuhan
agar jikalau mereka terbebas dari penderitaan dan kesengsaraan, dan memasuki
serta menikmati hidup yang menyenangkan, supaya tetap mempersembahkan hidup mereka
kepada Allah sebagai bukti ketaatan dan kesetiaan mereka memelihara jati diri
sebagai umat Allah. Mempersembahkan hasil pertama dari setiap berkat yang
mereka terima dari Tuhan wajib dilakukan. Ini adalah korban yang menunjuk bahwa
Tuhan Allah lah yang terutama dan pertama di dalam kehidupan umat percaya.
Penderitaan dan kesengsaraan di perjalanan hidup di masa silam dan mungkin juga
di masa depan yang dialami oleh umat Tuhan tidak boleh membuat umat Tuhan
menjadi berubah setia. Apapun dan bagaimanapun kondisi hidup umat percaya,
kesetiaan kepada Tuhan harus tetap menjadi sikap dan tindakan imannya.
Kesengsaraan dan penderitaan yang terjadi dan dialami oleh umat Tuhan harus
dijadikan sebagai pengalaman iman, yang bertujuan mengarahkan hidup kepada penyerahan
diri secara totalitas kepada Tuhan dan menjadikan Tuhan selalu yang terutama
dan yang pertama. Mempersembahkan korban dari hasil pertama dari keberhasilan
hidup ini menjadi kewajiban yang mesti dilakukan oleh setiap orang percaya
sebagai wujud dan bukti kesetiaan kepada Tuhan Allah.
Sidang
Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pencobaan
adalah bagian dari proses hidup setiap orang percaya selama hidup di dunia ini.
Pencobaan sendiri datang dari diri manusia dan iblis bekerja di sana
memanfatkan semua bentuk situasi dan kondis hidup manusia. Tuhan Yesus
sendiripun telah menghadapi pencobaan dari Iblis, tetapi bukan dari dirinya,
sebab Dia tidak berdosa, Dia menghadapi pencobaan untuk membuktikan bahwa iblis
tidak akan pernah menang atas Dia. Pencobaan yang dihadapi Yesus menjadi
pembelajaran iman bagi setiap orang percaya bahwa sesungguhnya dengan
senantiasa taat dan setia kepada Tuhan Allah, maka iblis dikalahkan dan
kemengan iman menjadi milik umat-Nya. Bentuk penderitaan berupa kelaparan di
Padang gurun menghantar Tuhan Yesus pada pencobaan Iblis untuk menggunakan
kuasaNya mengubah batu menjadi roti. Jenis pencobaan ini sangat dekat dengan
kehidupan orang percaya. Kondisi dalam kelaparan menunjuk pada kondisi hidup
yang serba kekurangan dan tidak memiliki apa-apa. Kondisi hidup seperti ini
akan membuat orang tergoda untuk menghalalkan semua cara, termasuk dengan cara
menghianati Tuhannya asalkan apa yang dibutuhkan terpenuhi. Tuhan Yesus tidak
mau menggunakan kuasaNya hanya untuk roti dan tunduk kepada iblis. Tuhan Yesus
mengatakan bahwa manusia tidak hidup dari roti saja, tetapi dari setiap Firman
Tuhan. Tuhan Allah sanggup memberikan apa yang dibutuhkan umatNya asalkan
umatNya percaya kepada-Nya. Demikian pula dengan kuasa dan kemuliaan serta
dengan janji Tuhan Allah tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk tunduk
kepada iblis. Singkatnya ialah apapun yang ada di kehidupan ini tidak dapat
dijadikan sebagai alasan untuk menyangkali Tuhan Allah dan tunduk kepada iblis.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Di
Minggu-minggu sengsara ini, kita akan diajak merenungkan segenap kan perjalanan
hidup kita dalam hubungannya dengan berbagai bentuk penderitaan dan
kesengsaraan sebagai umat Tuhan. Pencobaan, acapkali menghantar kita menderita
dan sengsara. Maka pencobaan apapun wujud dan bentuknya harus dihadapi dengan
tetap setia dan taat kepada Tuhan Allah. Mempersembahkan hidup kepada Tuhan
Allah dan senantiasa memposisikan Tuhan Allah sebagai yang terutama dan pertama
di kehidupan ini. Bagaimanapun kesengsaraan dan penderitaan hidup yang pernah
kita alami dan yang akan kita hadapi, ingatlah bahwa kita tidak akan pernah
ditinggal pergi dan dibiarkan oleh Tuhan Allah. Di pencobaan hidup sekalipun
Dia berkuasa, FirmanNya berkuasa mengarahkan kita menaklukkan diri dan
menakklukkan segala bentuk pencobaan yang kita hadapi di hidup ini. Selama kita
tetap berpegang teguh pada Firman Tuhan, dan selama kita tetap taat kepada
Tuhan Allah, kasih setia-Nya tidak akan pernah meninggalkan kita. Maka
berdasarkan kesaksian Alkitab saat ini, ketika kita akan menjalani
minggu-minggu sengsara di tahun ini, ingatlah bahwa Tuhan menghendaki kita
senantiasa mengandalkan Firman-Nya, hidup sesuai dengan Firman-Nya serta taat
kepada-Nya. Persembahkanlah hidup secara totalitas sebagai bentuk korban hidup
kita kepada Allah dengan demikian tidak ada tempat bagi iblis merongrong
kehidupan beriman kita dan menjauhkan kita dari kasih karunia Tuhan Allah.
Tuhan Yesus sendiri telah berkorban, menderita dan mengalami kesengsaraan, Ia
disalib dan mati demi menebus kita dari kuasa maut. Kita tidak akan binasa di
dalam menghadapi setiap bentuk kesengsaraan dan penderitaan hidup di dunia ini,
selama kita tetap setia kepada-Nya dan mempersembahkan hidup kita secara total
kepada-Nya sebagai bentuk ketaatan dan kesetiaan kita kepada-Nya.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Marilah, sebagai umat yang telah
ditebus oleh Tuhan Allah, kita senantiasa setia dan sedia mempersembahkan hidup
kita secara menyeluruh kepada Tuhan Allah. Jadikanlah Tuhan Allah yang terutama
dan yang pertama di dalam hidup saudara, maka segala sesuatu akan
ditambahkan-Nya kepadamu. Pencobaan berat sekalipun, termasuk derita dan
kesengsaraan niscaya akan kita lewati. Hiduplah sesuai dengan Firman-Nya,
niscaya segala bentuk pencobaan yang membuat kita menderita dan sengsara akan
berujung pada kemenangan, sebab Tuhan Yesus sendiri telah menghardiknya dari
kehidupan kita umat tebusan-Nya. Tuhan Menyertai dan memberkati kita menghadapi
dan menjalani kehidupan ini. Sengsara dan penderitaan niscaya menghantar kita
kepada Damai sejahtera Tuhan Allah. Amin
BPS
Bacaan
Alkitab: Kejadian 45:1-15
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kisah hidup Yusuf adalah kisah hidup yang sangat
mengharukan. Jika kisah ini difilmkan laksana sebuah sinetron, maka para
penikmat sinetron akan terharu dibuatnya. Tapi kisah ini bukanlah sebuah
sinetron yang ceritanya hanya fiktif belaka. Kisah hidup Yusuf adalah kisah
nyata. Bermula dari rasa iri dan cemburu karena Yusuf diperlakukan lebih
daripada saudara-saudaranya oleh ayah mereka, Yusuf juga menonjolkan diri
sebagai orang yang diberi karunia oleh Allah melalui mimpi/penglihatan serta
Yusuf juga sering melaporkan perbuatan jahat para saudara-saudaranya kepada
ayah mereka. Kemudian, Yusufpun menjadi korban akibat rasa iri dan cemburu
saudara-saudaranya, semula ia hendak dibunuh, tetapi hal itu kemudian tidak
terjadi dan akhirnya saudara-saudaranya menjualnya kepada orang Mesir. Kisah
hidup Yusuf kemudian berlanjut di Mesir, dia juga harus mendekam di penjara
karena istri potifar memfitnahnya hendak menodai dirinya, padahal dialah yang
sesungguhnya hendak menodai kehormatannya kepada Yusuf. Yusuf yang tidak
bersalah itu kemudian mendekam di dalam penjara. Ternyata penjara inilah
kemudian yang menghantar Yusuf pada kesuksesannya di Mesir. Berkat Karunia yang
diperolehnya dari Tuhan Allah untuk menafsirkan mimpi, maka Yusufpun kemudian
menduduki posisi sangat penting di pemerintahan Mesir. Dia memperoleh
kepercayaan penuh dari raja Mesir untuk berkuasa atas segalanya di Mesir.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Yusuf bukanlah sekedar penafsir mimpi
Firaun, tetapi juga seorang yang kemudian diberi kepercayaan mengeksekusi
antisipasi menghadapi masa sukar yang terjadi selama 7 tahun setelah masa 7
tahun berkelimpahan. Di tahun kedua masa kesukaran yang terjadi, ternyata
orang-orang di Tanah Kanaanpun juga kena dampaknya. Mereka, yakni ayah dan
saudara-saudara Yusuf kemudian datang mencari bahan makanan ke Mesir, sebab
mereka mendengar bahwa di Mesir pasokan makanan masih tersedia. Pada saat
inilah saudara-saudara, Yusuf kemudian berjumpa dengan saudara-saudaranya yang
pernah meniatkan kejahatan kepadanya. Dalam bacaan kita saat ini dikisahkan
bagaimana puncak perjumpaan Yusuf dengan saudara-saudaranya. Setelah beberapa
kali saudara-saudara Yusuf datang ke Mesir, maka Yusufpun tidak dapat menahan
rasa cinta kasihnya kepada mereka. Yusufpun memperkenalkan diri kepada mereka.
Apa yang terjadi dalam peristiwa ini? Ternyata, saudara-saudara Yusuf menjadi
sangat takut. Takut karena mereka langsung mengingat perbuatan mereka di masa
silam kepada Yusuf saudara mereka. Yusuf sendiri tidak menaruh dendam kepada
saudara-saudaranya tersebut, sebaliknya, Yusuf melihat yang terjadi dan
dialaminya adalah rencana atau rancangan Tuhan Allah.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dendam dan rasa benci sirna dari dalam
diri Yusuf kepada saudara-saudaranya karena ia mampu melihat perkara yang
terjadi atas dirinya sebagai perkara dari Tuhan Allah. Kemampuan Yusuf melihat
pengalaman hidupnya dari sudut pandang iman mengarahkan dia tetap mengasihi
keluarganya, mengasihi ayahnya dan saudara-saudaranya. “jadi bukanlah kamu yang
menyuruh aku ke sini, tetapi Allah. Dialah yang menempatkan aku sebagi bapa
bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh
tanah Mesir” inilah pernyataan Yusuf kepada saudara-saudaranya. Dendam dan rasa
benci tidak ada di dalam diri Yusuf walaupun kalau mengingat perlakuan
saudara-saudaranya begitu jahat kepadanya di masa silam. Yusuf sangat menyadari
bahwa kedudukannya yang sekarang adalah semata-mata anugerah Allah yang
bertujuan agar melalui dirinya, kehidupan banyak orang tetap terjamin, termasuk
kaum keluarganya.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pengalaman hidup Yusuf, merupakan pengalaman hidup yang
mengharukan. Tidak banyak orang atau mungkin sangat sulit dijumpai orang
seperti Yusuf di kehidupan sekarang ini. Seseorang yang pernah diperlakukan
dengan tidak baik, bahkan direncanakan untuk dibunuh, kemudian dijual kepada
orang lain, pastilah sulit untuk melupakannya. Rasa kecewa, benci dan bahkan
dendam yang membara akan menyelimuti hidup orang seperti ini. Ketika orang
seperti ini kemudian sukses, pastilah tidak mudah menerima saudara yang pernah
berbuat kejahatan kepada kepada kita. Mungkin saja tidak mau mengakui, tidak
mau menerima atau bahkan dapat saja membalas dendam kepada saudara-saudara yang
seperti ini. Tetapi Yusuf tidak demikian. Yusuf tidak mendendam, Yusuf tidak
membalas perbuatan saudara-saudaranya. Yusuf melupakan semua tindak kejahatan
saudara-saudaranya kepadanya oleh karena ia menyadari bahwa keadaan hidupnya
sekarang, kesuksesan yang diraihnya merupakan karya Tuhan dengan tujuan agar
melalui dirinya, banyak orang diselamatkan termasuk keluarganya sendiri.
Sengsara membawa nikmat, itulah semboyan yang tepat diperuntukkan pada hidup
Yusuf.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Apa makna kisah hidup Yusuf ini bagi
kita? Yang pertama ialah bahwa keluarga dan saudara-saudara kita adalah
keluarga dan saudara untuk selamanya. Maka seberat apapun dan sesakit apapun
perlakuan saudara-saudara kita kepada kita di kehidupan masa silam, maka
keadaan dan posisi hidup kita saat ini harus diaminkan sebagai rencana dan
rancangan Tuhan Allah. Tuhan senantiasa merancang kita pada rancangan damai
sejahtera walaupun ada saudara kita yang merancangkan kecelakaan atas kita.
yang kedua ialah, melalui kisah hidup Yusuf ini kita sekalian diingatkan bahwa
hidup setiap orang terus berproses dan diproses oleh Tuhan Allah untuk tiba
pada kesuksesan dan hidup yang berkemenangan. Yang ketiga ialah bahwa setiap
orang harus menjadi seorang yang mengampuni, menyambut dan membalaskan setiap
perbuatan dengan memberkati orang lain. terpujilah Tuhan Allah. Amin
Bacaan Alkitab: Lukas
9:28-36; 1 Tim 6:11-16
Sidang
Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pengantar
singkat tentang Pra Paskah
Hari Minggu saat ini
kita sekalian telah memasuki minggu-minggu sengsara/prapaskah selama 7 Minggu
ke depan. Penetapan kalender gereja ini sesungguhnya dimaksudkan agar kita
diberi waktu dan kesempatan untuk merenungkan kesengsaraan Yesus Kristus yang
telah terjadi ketika kehadiranNya di dunia ini demi menganugerahkan keselamatan
kepada kita. Masa 7 minggu sengsara (40 hari) tidak termasuk Jumat agung dan Sabtu
teduh. Masa sengsara adalah masa persiapan paskah. Masa 40 hari ini umat
diarahkan untuk memeriksa diri serta memiliki pengalaman penderitaan, kematian,
dan kemenangan Kristus atas maut. Minggu sengsara dulunya diawali dengan
perayaan Rabu abu (tradisi RK) dan berakhir pada hari Minggu Palem, yakni hari
Minggu sebelum Jumat Agung. Minggu Palem merupakan pengingat bagi kita yakni
ketika Yesus memasuki Yerusalem dengan disambut oleh orang banyak dan memproklamirkan
Dia sebagai Kristus. Hari Kamis berikutnya disebut Kamis Putih menunjuk pada
perayaan perjamuan Yesus dan murid-muridNya, sesudah itu jumat agung, sabtu
teduh dan minggu paskah (berdasarkan tradisi gereja RK).
Minggu sengsara atau
periode 40 hari sering juga disebut masa puasa. Tahun 325 dalam konsili di
Nicea gereja menetapkan tentang puasa ini. Tujuannya adalah; 1. Agar orang
Kristen bersiap diri dan melakukan pertobatan, dan 2. Agar orang-orang yang
belum Kristen dan mau menjadi Kristen dipersiapkan untuk menerima baptisan pada
saat paskah. (tradisi di Roma waktu itu, orang biasanya mengenakan baju dari
sarung dan tetap terpisah dari kontak sosial sampai mereka diperdamaikan
kembali dengan komunitas Kristen pada kamis putih). Pada tahun 600 an Paus
Gregorius agung menambahkan tradisi ke dalamnya, yakni dengan praktek memerciki
para penyesal dengan Abu yang membuat hari itu diberi nama Rabu Abu. Di Gereja
kita, tradisi perayaan Minggu sengsara dilaksanakan selama 7 Minggu tanpa
mengikuti semua tradisi yang ada di dalamnya, tetapi tetap memberi makna kepadanya sebagai
waktu bagi semua jemaat untuk hidup dalam perenungan akan sengsara atau
pengorbanan Yesus Kristus demi penyelamatan manusia.
Sidang
Jemaat, saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Minggu saat ini, Firman Tuhan yang menjadi bacaan kita berisi tentang sebuah
peristiwa Illahi yang terjadi dan dialami tiga orang murid Yesus yang biasa
disebut dengan istilah Transfigurasi atau dalam bahasa Yunani disebut dengan
metamorpho-omai, yakni mengubah bentuk atau rupa. Yaitu, bahwa dalam
perjalananNya menuju Yerusalem, Yesus Kristus mengalami perubahan penampakan
wajah yang penuh cahaya kemuliaan Illahi. Transfigurasi itu kemudian diyakini
sebagai karunia Allah bagi umatNya, yakni perubahan spiritual orang-orang
beriman. Penampakan Elia dan Musa bersama Yesus Kristus di puncak gunung
tersebut merupakan penampakan diri dalam kemuliaan Illahi. Peristiwa
transfigurasi sendiri diawali dengan Yesus berdoa, dan dikemuliaan Illahi
tersebut, Yesus berbicara dengan Elia dan Musa. Pembicaraan tersebut tak lain
dan tidak bukan adalah mengenai tujuan kepergian Yesus Kristus dan penggenapan
tentangNya di Yerusalem. Petrus dan teman-temannya yang melihat Kemuliaan Yesus
Kristus saat itu, berkata kepada Yesus” Guru, betapa bahagianya kami berada di
tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu
untuk Musa dan satu untuk Elia." Persoalannya adalah bahwa Petrus tidak
tahu atau tidak mengerti apa yang ia katakan. Mereka sungguh merasakan
kebahagiaan ketika menyaksikan kemuliaan Allah saat itu, tetapi di saat yang
samapun ketika awan menaungi mereka dan masuk ke dalam awan itu, takutlah
mereka.
Sidang
Jemaat saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pengalaman iman ketiga murid di puncak gunung
pengalaman rohani bersama Yesus Kristus merupakan pengalaman iman yang tidak
mungkin terlupakan oleh mereka. mereka berbahagia di sana, bahkan Petruspun
menawarkan hendak mendirikan 3 kemah di sana. Ia ternyata masih memikirkan
Allah seperti pemikiran iman bangsa Israel ketika di perjalanan di padang
gurun. Petrus tidak tahu, bahwa Allah ada di dalam diri Yesus Kristus. Yesus
Kristuslah kemah suci yang sesungguhnya. Di dalam Yesuslah berdiam segala kepenuhan
Allah. Selanjutnya adalah ketidak tahuan Petrus tentang apa yang diucapkannya
sebenarnya menunjuk pada kemampuannya untuk mengerti apa sesungguhnya yang
selanjutnya akan terjadi dan dialami Yesus dalam menunjukkan kemuliaan Allah
tersebut, yakni dengan menggenapi segala sesuatu yang ditetapkan Allah untuk
terjadi dan dialami Yesus Kristus, yakni kesengsaraan, kematian dan
kebangkitan. Kebahagiaan Petrus dan kawan-kawannya di puncak gunung tersebut
oleh karena menikmati dan mangalami kemuliaan Illahi ternyata adalah
kebahagiaan situasional. Mereka ternyata kemudian merasa takut tatkala awan
gelap menaungi hidup mereka. Peristiwa ini sesungguhnya merupakan kritik iman
bagi setiap orang percaya bahwa ketika berada di puncak gunung kebahagiaan
karena menikmati kemuliaan Allah, orang percaya harus tetap berada di
konsistensi iman. Memandang kemuliaan Tuhan, sungguh memang akan mengantar
setiap orang kepada kebahagiaan. Akan tetapi, bahwa kemuliaan Tuhan itu
tidaklah situasional atau kondisional, maka ketika awan kelam menutupi
kehidupan ini, berada di dalam kemuliaan Allah harus tetap menjadi komitmen
iman.
Sidang
Jemaat saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Peristiwa transfigurasi Yesus Kristus,
yang disaksikan dan dinikmati oleh Petrus dan kawan-kawannya sesunguhnya adalah
peristiwa yang tidak pernah usai dan using dalam hidup setiap orang yang
percaya kepada Yesus Kristus. Bahwa kemuliaan Allah itu harus dan mesti menjadi
prinsip hidup dan tujuan hidup setiap orang di dunia ini. Tetapi harus pula
diingat bahwa kemuliaan Tuhan itu juga diwujudnyatatakan dalam bentuk
pengorbanan melalui kesengsaraan. Jika Yesus berbicara dengan Musa dan Elia di
peristiwa transfigurasi tersebut, maka sesungguhnya, Yesus Kristus hendak
menegaskan bahwa kemuliaanNya akan menjadi nyata dan sempurna ketika
segala kehendak Allah digenapiNya,
termasuk dengan cara menderita dan sengsara. Jika Minggu saat ini kita mulai
memasuki minggu-minggu sengsara sesungguhnya kepada kita diingatkan 2 hal,
yakni bahwa kesengsaraan orang benar dan dalam kebenaran adalah wujud kemuliaan
Allah. Yang kedua. Bahwa wujudnyata kemuliaan Allah akan membawa setiap orang
percaya kepada kebahagiaan. Oleh karena itu, tugas kita sesungguhnya adalah
memancarkan kemuliaan Allah kepada dunia ini, melalui identitas diri, perilaku
hidup, konsistensi iman atau kesetiaan meskipun dalam bingkai pengalaman
sengsara dan derita. Dalam bacaan kita yang kedua ditegaskan bahwa sebagai
manusia Allah, atau sebagai orang-orang yang di dalam hidupnya terpancar
kemuliaan Allah melalui pengorbanan Yesus Kristus yang telah menyelamatkan,
menguduskan, maka segala bentuk perilaku, pemikiran yang tidak berkenan di
hadapan Allah harus dibuang dari hidupnya. Sebaliknya, orang-orang yang telah
menerima keselamatan dari Allah di dalam Yesus Kristus, harus mengejar
keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan serta harus
bertanding dalam pertandingan iman yang benar untuk meraih hidup kekal.
Sidang
Jemaat saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sehubungan dengan perayaan HUT GPI yang
ke 414 tahun di minggu sengsara saat ini, melalui Firman Tuhan saat ini pun
kepada kita sebagai warga gereja protestan Indonesia diingatkan bahwa melalui
peristiwa 414 tahun yang silam di Ambon, Tuhan telah menunjukkan kemuliaanNya.
Ulang tahun GPI ini ditetapkan (Selasa,
27-2-1605) karena pada saat itulah ibadah syukur pertama kali dilakukan dengan
menggunakan tata ibadah gereja protestan di Indonesia bahkan di seluruh Asia.
Pada saat itulah pula kemuliaan Allah disaksikan dan dilihat di Nusantara
melalui gereja Protestan. Kebahagiaan menjadi pengalaman orang-orang protestan.
Tetapi harus pula diingat, bahwa kebahagiaan itu bisa pudar dan hilang jikalau
kemuliaan Allah tidak tinggal tetap di dalam hidup umatNya. Maka kalaupun
kesengsaraan harus menjadi pengalaman beriman kita di negeri ini, di tengah
kehidupan kita dengan orang-orang lain oleh karena kecintaan kita terhadap
keadilan, oleh karena kesetiaan kita kepada Tuhan Yesus, oleh karena kesabaran
dan kelembutan kita menghadapi segala bentuk penindasan dan penghambatan, maka
kita mesti ingat bahwa di sanalah kemuliaan Allah akan terus terpelihara.
Selanjutnya kita akan tetap berada di kebahagiaan Illahi kendatipun awan kelam
menaungi kita, kita tidak akan menjadi ketakutan. Allah di dalam Yesus Kristus
setia menyertai kita, sebagaimana orang-orang protestan boleh bersyukur di
benteng kemenangan (Viktoria) di Ambon 414 tahun yang silam maka kitapun akan
tiba pada benteng kemenangan kekal di puncak kebahagiaan bersamaNya. Selama
menjalani minggu-minggu sengsara dan selamat ulang tahun bagi gereja Tuhan,
Gereja Protestan di Indonesia. Tuhan Yesus Memberkati. “Dialah satu-satunya
yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri.
Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia.
Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin
Bacaan Alkitab: Mazmur
118:1-2, 9; Lukas 19:28- 40
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Hari ini kita
telah tiba di hari Minggu terakhir Minggu Sengsara (7), itu berarti kita akan
memasuki perayaan puncak penderitaan Yesus Kristus dalam perayaan Jumat Agung
serta akan memasuki puncak perayaan kemenanganNya pada Peristiwa Paskah atau
KebangkitanNya dari kematian. Selama minggu-minggu sengsara ini, kita telah
diarahkan pada refleksi kehidupan dan pengorbanan Tuhan Yesus dalam rangka
penebusan kita sehingga beroleh keselamatan dan hidup kekal. Kita juga telah
merenungkan bagaimana penderitaan dan kesengsaraan hidup sebagai orang-orang
yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus kita maknai sebagai pengalaman hidup
beriman untuk menjadi orang-orang yang dimurnikan di dalam iman. Saat ini
melalui kesaksian Alkitab ini kepada kita kemudian diberitakan bahwa Tuhan
Yesus menuju Yerusalem untuk menggenapi nubuat yang telah Allah tetapkan di
dalam Dia. Yesus Kristus benar-benar tahu tujuan kedatanganNya ke Yerusalem,
yakni untuk disalibkan. Akan tetapi pengikut-pengikutNya sepertinya melupakan
hal ini. Mereka dengan antusias dengan penuh semangat didasari ingatan pada
mukjizat yang dilakukan Tuhan Yesus mereka menyambut Yesus Kristus sebagai
Mesias, seorang pahlawan yang gagah perkasa. Mereka tak mengerti kenapa kala
itu Yesus Kristus malah menunggangi seekor keledai muda.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Di balik peristiwa ini,
nubuatan Zakaria digenapi (Zak.9:9). Bahwa Yesus Kristus hadir di Yerusalem
diposisikan sebagai Raja. Dia dielu-elukan, disambut dengan penghormatan melalui
hamparan pakaian dijalanan. Padahal, seorang Raja biasanya menunggangi seekor
kuda, sebagai symbol keperkasaannya, tetapi Yesus Kristus malah menunggangi
seekor keledai muda. Melalui perintah misterius, para murid menemukan keledai
yang dimasudkan Yesus Kristus. Tidak ada argument apapun mengenai perintah ini,
para murid langsung melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka. Perintah
misterius dari Yesus Kristus ini menunjukkan kemahakuasaanNya mengetahui dan
menguasai masa depan. Seruan para murid tentang kedatangan Yesus Kristus
sebagai Raja mendapat keberatan dari orang-orang Farisi dan mereka meminta
Yesus Kristus menghentikan murid-muridNya menyerukannya. Yesus Kristus tidak
menghentikan mereka. bahkan jika mereka diam, maka batu-batupun akan berseru
seperti seruan mereka.
Saudara-saudara, apakah sebenarnya yang terjadi? Apakah Tuhan Yesus sama
dengan para pengikutNya, melupakan maksud dan tujuan kedatanganNya ke
Yerusalem? Tidak saudara-saudara, Yesus Kristus sangat menyadari untuk apa Dia
datang ke Yerusalem, yakni untuk menggenapi segala sesuatu yang dinubuatkan
tentangNya, yakni karya penyelamatan umat manusia, walaupun hal itu melalui
pengorbanan di kayu salib. Mari kita simak ayat 37, dikatakan bahwa ketika Ia
dekat Yerusalem di tempat jalan menurun dari bukit zaitun, mulailah semua murid
yang mengiringi Dia bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh
karena segala mukjizat yang telah mereka lihat. Luapan kegembiraan semua murid
ini ternyata dilatarbelakangi pengalaman mereka tatkala menyaksikan segala
mukjizat yang dilakukan Yesus Kristus. Mereka lupa bahwa kahadiran Tuhan Yesus
ke Yerusalem adalah untuk menyelesaikan sengsara dan deritaNya sampai pada
puncak derita di Kayu salib. Mukjizat yang murid saksikan selama ini telah membuat
mereka gagal memahami kehendak Allah. Mereka gagal mengerti dan memahami maksud
dan arti dari tindakan Yesus Kristus termasuk yang menunggangi seekor keledai
muda.
Sidang Jemaat, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kita sekalian akan memasuki
peringatan puncak sengsara dan penderitaan Yesus Kristus sampai pada
kematianNya. Apakah segala bentuk pengalaman hidup sukacita, pengalaman hidup
yang diberkati Tuhan, apakah segala keberhasilan, kesuksesan yang kita alami,
peristiwa heran yang terjadi dalam hidup kita akan membuat kita gagal memaknai
derita dan kesengsaraan Tuhan Yesus? Apakah kita akan gagal memahami sikap yang
ditunjukkan Tuhan Yesus?
Ingatlah bahwa Tuhan Yesus datang ke Yerusalem sungguh-sungguh untuk
menggenapi segala yang dinubuatkan BapaNya bagiNya, termasuk melalui derita,
sengsara bahkan kematianNya di kayu salib. Merenungkan peristiwa kedatangan
Tuhan Yesus ke Yerusalem lewat bacaan Alkitab saat ini, sesungguhnya kita
hendak diarahkan pada perenungan hidup;
- Bahwa menjadi percaya kepada Tuhan Yesus bukanlah melulu karena kita telah menyaksikan, merasakan dan menikmati perbuatan ajaib Tuhan dalam hidup ini. Melainkan segala bentuk pengalaman hidup yang terjadi atas kita harus dipahami sebagai bukti kedaulatan Tuhan atas hidup kita, termasuk pengalaman berbentuk derita dan kesengsaraan hidup
- Bahwa sesungguhnya Tuhan Yesus adalah Raja yang memberi keteladanan hidup dalam kerendahan hati, dengan menunggangi seekor keledai muda. Maka keteladanan inipun mesti menjadi perilaku hidup setiap anak-anak Tuhan di kehidupan ini.
- Bahwa sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, melalui kedatangan Yesus Kristus ke Yerusalem kita sekalian diingatkan bahwa ketaatan adalah sikap hidup beriman yang harus kita miliki dalam hidup ini.
- Bahwa sebagai orang-orang yang telah diberikan keselamatan lewat penebusan kita di Kayu salib oleh Tuhan Yesus Kristus, maka kita harus menghargai hidup ini dengan membuat hidup ini berharga di hadapan Tuhan dan di hadapan sesama. Hidup akan berharga tatkala orang percaya hidup mengaplikasikan kasih kepada Tuhan dan sesamanya.
Marilah kita persiapkan diri untuk memasuki perenungan hidup diperayaan
puncak derita dan sengsara Yesus Kristus dengan senantiasa menjadi orang yang
rendah hati, senantiasa menjadi orang yang taat dan senantiasa menjadi orang
yang mengasihi.
Catatan: sehubungan dengan peneguhan seorang Penatua
saat ini, dan pelantikan Kompelka di jemaat ini, maka ingatlah Firman Tuhan
ini, yang mengarahkan saudara-saudara menjadi hamba yang benar di hadapan Tuhan
Allah. Seorang hamba Tuhan adalah seorang yang rendah hati, seorang yang taat
dan seorang yang hidup di dalam kasih.
Terpujilah Tuhan Yesus. Amin
Bacaan
Alkitab:Yohanes 13: 21-35
Sidang Jemaat Yang
Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
Yudas Iskariot menjadi murid Yesus Kristus yang sangat
terkenal dalam sejarah sampai saat ini
dalam tindakan penghianatannya kepada Yesus Kristus. Yudas Iskariot sebagai
seorang murid Yesus, adalah salah seorang murid yang memiliki peran penting
dalam perjalanan pelayanan Yesus Kristus bersama murid-muridNya. Yudas diberi
kepercayaan sebagai pemegang kas kelompok murid-murid tersebut. Tentu segala
sesuatu yang berhubungan dengan biaya pelayanan ada di tangan Yudas. Kedekatan
Yudas dan posisi penting yang dimilikinya ternyata tidak serta merta menjadikan
seorang Yudas menjadi murid yang terbebas dari tindakan penghianatan kepada
Sang Guru. Yudas Iskariot sesungguhnya tidak pernah sungguh-sungguh menjadi
murid Yesus Kristus. Dia jatuh pada jabatan Rasul, tapi ia tidak pernah
mempunyai persekutuan yang sungguh-sungguh dengan Tuhan Yesus. Dengan demikian
ia tetap yang telah ditentukan untuk binasa, sudah binasa, karena ia tidak
pernah diselamatkan. Gelar Yesus yang paling tinggi bagi Yudas adalah Rabi,
bukan Tuhan. Maka segala pengalamannya bersama Yesus Kristus tidak diyakininya
sebagai pengalaman iman bersama Tuhan. Yudas tidak pernah berhasil masuk dalam
kuasa mengasihi sebagaimana yang diteladankan oleh Sang Guru Agung, Yesus
Kristus. Puncak dan akhir karier seorang Yudas sebagai murid berakhir dengan
tindakan penghianatan di perjamuan akhir yang dilaksanakan Sang Guru bersama
murid-muridNya.
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus
Kristus,
Yudas meninggalkan Sang Guru dan rekan-rekannya yang lain
sesudah Yesus memperingatkan dia di Pejamuan akhir malam itu. Dia melakukan
niat dan aksinya menjual Sang Guru dengan cara menjual dirinya. Berangkat dari
tindakan Yudas di perjamuan akhir kala itu, Yesus Kristus kemudian memberikan
perintah baru, yang sesungguhnya tidaklah baru, karena Yesus Kristus telah
berulang-ulang menyampaikan tindakan ini kepada semua orang yang mengikutiNya
selama ini. Tetapi kepada murid-muridNya, kembali Yesus Kristus memberikan
perintah ini, yakni Supaya sebagai murid-muridNya, mereka saling mengasihi.
Kasih yang dimaksudkan Yesus di sini adalah kasih Agape, yakni kasih tanpa
syarat sebagaimana Yesus Kristus mengasihi murid-muridNya. Yesus menekankan
bahwa murid-murid Yesus Kristus hanya dikenal dan diketahui jikalau hidup dalam
saling mengasihi tanpa syarat. Dalam hal ini, kasih sebagai sesama sahabat
(Philia) tidak cukup untuk menunjukkan identitas murid-murid Yesus Kristus,
sebab orang-orang yang bukan murid-murid Yesuspun dapat dan biasa melakukannya.
Sebagai murid-murid Yesus Kristus, yang telah menerima dan menikmati Kasih
Tuhannya, murid-murid Yesus mesti memiliki identitas dan ciri khas yang
membuatnya berbeda dengan orang-orang lain. Apa sesungguhnya yang dimasudkan
Yesus ketika memberikan perintah baru untuk saling mengasihi sesama murid Yesus
dengan Kasih Agape? Yesus Kristus hendak menegaskan bahwa hanya dengan saling mengasihilah murid-murid
akan memiliki kekuatan dan kemampuan untuk tetap utuh dan bersatu serta mampu
bertahan menghadapi segala bentuk tantangan dan pelayanan hidup mereka.
Sidang Jemaat Yang
Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
Jika saat ini, kita kembali diberi waktu dan kesempatan
oleh Tuhan Allah menikmati jamuan bersama Tuhan Allah di Perjamuan ini, maka
ada dua hal yang harus kita renungkan dalam-dalam untuk menjadi sikap dan
tindakan kita dalam kehidupan ini.
Yang pertama, bahwa
ketika di perjamuan seperti ini kita duduk sehidangan dengan Tuhan Allah, maka
kita diingatkan tentang seorang Yudas yang menghianati Tuhannya. Sikap dan
tindakan Yudas serta persekutuannya selama ini bersama Yesus Kristus menjadi
peringatan kepada kita semua untuk tidak jatuh pada sikap dan karakteristik
yang sama. Kita diingatkan untuk merenungkan baik-baik dan dengan benar, siapa
Yesus Kristus bagi kita dalam persekutuan denganNya. Dia adalah Tuhan
Juruselamat yang kepadaNya kita menyerahkan hidup dengan total dalam kasih yang
benar.
Yang kedua, melalui
Perjamuan Kudus ini, sebagai murid-murid Yesus Kristus kita diingatkan kembali
untuk memeriksa jenis kasih kita dengan sesama di persekutuan sebagai sesama
murid-muridNya. Apakah kita selama ini sudah mengasihi sebagaimana Kristus
mengasihi kita? ataukah masih ada sisa-sisa Yudasi dalam diri kita? sebab
membenci sesama sama halnya menjadi sama dengan Yudas. Kemudian, jika kita mengasihi
sesama kita sebagai murid-murid Tuhan Yesus, dengan kasih apakah kita
mengasihi? Apakah hanya dalam kasih Philia atau kasih sebagai sesama sahabat?
Jika kasih ini yang masih berlaku, maka perintah baru Tuhan Yesus melalui
bacaan kita saat ini menjadi perintah bagi kita, bahwa kita harus saling
mengasihi di dalam kasih Kritus, sebagaimana Dia mengasihi kita, yakni dengan
kasih Agape, kasih tanpa syarat, kasih tanpa motivasi, kasih tanpa menuntut
balas, kasih yang benar dan sempurna.
Sidang Jemaat Yang
Dikasihi Oleh Tuhan Yesus Kristus,
Di dalam kematianNya di Kayu Salib, Yesus Kristus telah
mengaplikasikan kasih Agape tersebut kepada kita. maka di dalam dan melalui
Perjamuan Kudus saat ini, kita semua diingatkan bahwa identitas kita sebagai
murid-murid Yesus hanya dikenal ketika kita hidup saling mengasihi di dalam
Kasih Kristus yang telah mengasihi kita. Ketika kita menerima menikmati roti
dan anggur dalam perjamuan kudus saat ini, maka saat itu pula Tubuh dan darah
Kristus menyatu dan mengalir di dalam kita. Jauhlah kiranya dari kita apa yang
dilakukan Yudas, yang kemasukan iblis ketika ia makan dan minum bersama dengan
Tuhan Yesus di perjamuan akhir malam kala itu. Karena Tubuh dan Darah Kristus
Yesus ada di dalam kita, maka kuasa Tuhanpun niscaya diam di dalam kita, maka
kita dimampukan menghadapi setiap perkara dan terus hidup di dalam ikatan iman
yang kuat seorang dengan yang di dalam persekutuan dan kita menjadi orang-orang
yang dapat memancarkan kasih Kristus kepada semua orang, sehingga melalui kasih
itu, kita bersaksi tentang Kristus kepada dunia ini. Terpujilah Tuhan Yesus,
Amin
Bacaan
Alkitab: LUKAS 24:1-12
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Bukit batu (yang sedikit lunak) atau gua merupakan tempat
yang dipilih oleh sebagian besar umat Yahudi sebagai tempat pekuburan bagi
anggota keluarga yang meninggal. Tradisi ini diwarisi dari cara leluhur mereka
menguburkan anggota keluarga yang telah meninggal. Ketika Tuhan Yesuspun
meninggal, Dia juga dikuburkan pada bukit batu (Mrk.15:46). Biasanya jalan
masuk ke dalam makam seperti ini sangatlah sempit (cukup ketika dapat
memasukkan jenazah ke dalamnya). Tetapi di dalam pekuburan ini ruangan akan
sedikit lebih luas dan terdiri dari sel-sel sebagai tempat untuk meletakkan
jenazah. Jadi di dalam sebuah kuburan di bukit batu seperti ini terdapat lebih
dari satu jenazah. Jika dalam sel-sel di dalam gua tersebut jenzah telah
menjadi tulang belulang, maka biasanya tulang-belulang tersebut dapat
dipindahkan ke sel yang lebih sempit yang dsebut dengan nama “osuari” dengan maksud agar sel yang
kosong tersebut dapat disimpankan jenazah yang baru. Demikian juga kuburan
tempat mayat Yesus dibaringkan, merupakan kuburan yang kebetulan belum pernah
digunakan sebelumnya. Biasanya, orang-orang dapat masuk ke dalam kuburan ini
karena pintu biasanya ditutp dengan cara menutupnya dengan batu atau benda
lainnya.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Ketika
Tuhan Yesus dikuburkan, ternyata pintu masuk ke dalam kuburan tersebut ditutup
dengan cara menggulingkan sebuah batu besar. Hal ini dilakukan dalam rangka
mencegah hilangnya mayat Tuhan Yesus yang telah menjadi polemik dalam kehidupan
masyarakat luas kala itu. Selanjutnya, dalam komunitas Yahudipun ada kebiasaan
umum untuk mengurus jenazah sebelum dikuburkan, yakni biasanya jenazah akan
dirempah-rempahi, diminyaki kemudian dikafani untuk selanjutnya dimakamkan.
Kebiasaan ini ternyata tidak sempat dilakukan kepada mayat Yesus, sebab kematian
Yesus yang bertepatan dengan tibanya hari Sabat sehingga setelah diturunkan
dari salib, Dia langsung dikuburkan sebelum sabat tiba. Sebab berdasarkan hukum
Musa, orang Yahudi sangat dilarang keras menyentuh mayat termasuk melakukan
pemeliharaan terhadap mayat. Hal tersebut dapat membuat mereka menjadi najis.
Dilatarbelakangi hal inilah, perempuan-perempuan yang selalu bersama-sama
dengan Tuhan Yesus pergi subuh-subuh ke kubur dengan maksud merempah-rempahi
mayat Tuhan Yesus dan hendak meminyakinya. Persoalannya adalah bahwa mereka ini
sepertinya lupa bahwa pintu kubur di mana Tuhan Yesus dimakamkan telah ditutup
dengan sebuah batu besar. Tetapi ternyata dikala saat itu mereka tiba di kubur,
batu itu telah terguling dan ketika mereka masuk ke dalam kubur tersebut mereka
tidak menjumpai mayat Tuhan Yesus di sana. Kubur itu adalah kubur kosong. Tentu
mereka keheranan, takut dan pastilah dibayang-bayangi perasaan yang takut dan
tidak karuan. Maksud mereka adalah hendak memberi penghormatan terakhir pada
Tuhan Yesus melalui merempah-rempahi jenazahNya. Anehnya lagi adalah pada saat
yang galau itu 2 malaikat tiba-tiba berdiri dekat mereka dengan memakai pakaian
yang berkilau-kilauan.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dari malaikat ini muncullah pertanyaan yang kemudian
mengubah totalitas hidup mereka, yakni “mengapa kamu mencari Dia yang hidup di
antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit….pertanyaan dan
pernyataan malaikat ini tidaklah sekedar ditujukan kepada maria-maria yang
datang ke kubur Tuhan Yesus subuh itu, tetapi pertanyaan dan pernyataan ini
kemudian ditujukan kepada semua orang yang telah ditebus, dibangkitkan oleh
Tuhan Yesus untuk terus tersadar dalam beriman kepada Tuhan Yesus. Bahwa jika
Tuhan Yesus telah bangkit dan Hidup, itu berarti Dia harus dicari di kehidupan
ini bukan di kematian nanti.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Perempuan-perempuan saksi perdana kebangkitan Tuhan Yesus
ini, kemudian tersadar dari suasana galau hidup mereka yang merasa bahwa mereka
telah ditinggal pergi Tuhannya untuk selamanya. Mereka yang semula lupa akan
perkataan Tuhan Yesus, kini mereka mengingat apa yang pernah diberitahukan
kepada mereka setelah malaikat Tuhan mengingatkan mereka. di kala Tuhan Yesus
telah bangkit, mereka mengerti yang pernah mereka dengar dari Yesus Tuhan,
rahasia tentang hal itu sisingkapkan melalui kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.
walaupun kemudian disayangkan bahwa kesaksian para perempuan ini kemudian tidak
dipercayai oleh murid-murid Tuhan Yesus yang lain, sampai mereka sendiripun
kemudian dibaut mengerti oleh Tuhan Yesus sendiri melalui pembuktian kubur yang
kosong. Berita Paskah, bahwa Tuhan Yesus bangkit dan hidup, Dia tidak ada di
antara mereka yang mati sesungguhnya hendak menegaskan kepada kita semua bahwa
Tuhan Yesus adalah Tuhan atas kehidupan, Dia telah menklukkan maut sekali untuk
selamanya. Maka ketika hendak berjumpa dengan-Nya, menikmati hadirat-Nya dan menerima
kasih karunia dan berkat-berkat-Nya carilah Dia di kehidupan ini. Sebab Dia
adalah kebangkitan dan hidup itu sendiri. berjumpa dengan Tuhan Yesus yang
bangkit dan hidup hanya akan terjadi di mana ada kehidupan. Dampak dari
perjumpaan dengan Tuhan Yesus yang hidup adalah bahwa, setiap orang akan
terbebas dan keluar dari kehidupan yang serba galau, dari kehidupan yang resah
dan gelisah, dari kehidupan yang dihantui keputusasaan. Kemudian berjumpa
dengan Tuhan Yesus yang hidup berarti kita disadarkan dan diingatkan akan semua
janji-janji Tuhan Allah yang telah kita dengar dan kita terima di dalam hidup
ini, sembari kita diberi kemampuan mengerti kehendak Tuhan di dalam hidup yang
kita hidupi ini. Berita paskah, berita kebangkitan Tuhan Yesuspun merupakan dorongan
dan kebangkitan bagi kita untuk hidup saling percaya seorang dengan yang lain.
sebab tanpa adanya rasa percaya seorang dengan yang lain di dalam lingkup
kehidupan apapun, maka di sana tidak akan tercipat kehidupan yang selaras dan
sejahtera. Selamat Paskah. Tuhan Bangkit dan hidup, agar kita juga bangkit dan
hidup demi kemuliaan nama-Nya. Amin
Bacaan Alkitab: 2 Korintus 3: 18
“Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan
muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang
adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan Gambar-Nya, dalam kemuliaan
yang semakin besar”
Hidup Sebagai Sebagai I
Mago Dei
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan
Yesus Kristus,
Istilah I Mago Dei dalam teologi Kristen sesungguhnya menunjuk
pada hakekat manusia sebagai ciptaan Allah. “Istilah Ibrani: Tselem atau
Demuth” selaras dengan istilah Latin yakni I Mago Dei: Gambar/rupa Allah.
Ketika Tuhan Allah menciptakan langit dan bumi serta isinya, Dia menciptakan
dengan hanya berfirmna. Tetapi tatkala Dia menciptakan manusia, Tuhan Allah
harus membentuknya dengan Tangan-Nya sendiri, saat itu manusia diciptakan
serupa dan segambar dengan-Nya, yang berarti manusia diciptakan berdasarkan
gambar atau rupa Allah. Dalam hal ini, manusia adalah ciptaan yang unik dan
khas dari seluruh ciptaan Tuhan. Bukan sekedar gambar atau rupa, tetapi manusia
juga diciptakan dengan diberi akal budi. Manusia adalah citra Allah, yang
kemudian diberikan tugas untuk mewujudkan cinta Allah. Gambar atau rupa atau
citra Allah itu kemudian telah sirna dan pudar sejak manusia jatuh ke dalam
dosa. Gambar itu telah rusak, citra Allah itu kemudian lenyap dalam diri
manusia. Kehilangan akan gambar/rupa/citra Allah tersebut berakibat pada
hilangnya kemampuan manusia untuk hidup merdeka dan menang atas kuasa dosa.
Manusia bahkan dikuasai citra yang bertentangan dengan citra Allah. Kebenaran,
kebaikan dan segala hal yang berkenan di hadapan Tuhan Allah tak lagi dapat
ditunjukkan manusia, baik dengan perjumpaannya dengan sesamanya manusia, maupun
dengan sesama ciptaan lainnya. Semua seakan menjadi musuh untuk ditaklukkan.
Saudara-saudara, Pemuda Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Upaya untuk merekontruksi kembali rupa/gambar/citra Allah
dalam diri manusia sesungguhnya terus menerus dilakukan Tuhan Allah dengan
berbagai cara, terutama dengan mengutus nabi-nabi-Nya. Tetapi segala upaya ini
tidak berhasil mengembalikan manusia kepada citranya semula. Maka Allah sendiri
melalui Yesus Kristus turun secara langsung mengembalikan kodrat manusia. Di
dalam Yesus Kristus, berdiamlah segala kepenuhan Allah. Melalui kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus manusia yang percaya kepada-Nya dikembalikan citra
dan rupa atau gambarnya semula, yakni gambar dan rupa Allah. Segambar dan
serupa dengan Allah berarti kita mencerminkan kemuliaan Tuhan. Manusia kemudian
menjadi makhluk yang mulia karena kemuliaan tersebut datang dari Tuhan yang
adalah Roh. Identitas kita sebagai yang serupa dan segambar dengan Tuhan Allah
telah terjadi melalui kebangkitan Yesus Kristus dari kematian. Maka kebangkitan
Kristus bagi kita sekarang ini adalah peristiwa di mana kemuliaan Tuhan dikaruniakan
kepada kita. Rupa/gambar/citra Allah melalui kebangkitan Kristus kini
dikembalikan lagi kepada kita. Maka kebangkitan Kristus adalah kebangkitan yang
memberikan kembali kemuliaan kepada kita oleh Roh-Nya. Kita telah diubah
menjadi serupa dengan gambar-Nya dalam kemuliaan yang semakin besar. Ini adalah
identitas kita sekarang. Jadi kita bukan sekedar orang yang dibangkitkan
melalui kebangkitan Kristus, tetapi lebih dari itu, kebangkitan Kristus
tersebut telah menjadi pintu masuk diberikannya kemuliaan bagi bagi kita. Jadi,
sangatlah disesalkan apabila sebagi pemuda Kristen, kita lupa bahwa kita adalah
orang-orang yang memiliki kemuliaan dari Allah melalui Roh-Nya. Sebagai makhluk
mulia seharusnya totalitas hidup kita adalah hidup yang memancarkan kemuliaan
Tuhan Allah.
Pemuda Yang Dikasihi Tuhan
Yesus Kristus,
Karena kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dalam kehidupan
ini, maka penting bagi kita untuk kembali merenungkan segala aktivitas
kehidupan kita. Sudahkah kita benar-benar mencerminkan kemuliaan Tuhan dalam
hidup kita selama ini? Menjawab pertanyaan ini, maka kita harus mengetahui dan
menyadari bahwa hidup yang mencerminkan kemuliaan Tuhan Allah adalah hidup yang
konsisten dalam kehidupan yang berbuah dalam Roh Allah. Galatia 5:22 buah Roh
adalah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Orang yang di dalam dirinya dan
melalui dirinya Nampak buah-buah Roh inilah orang yang benar-benar mencerminkan
kemuliaan Tuhan Allah. Orang itulah yang benar-benar menjadi gambar dan rupa
Allah.
Pemuda Yang Dikasihi Tuhan
Yesus Kristus,
Kalau kita telah diubah
menjadi serupa dengan Gambar Allah melalui kebangkitan Kristus Yesus, maka
tuntutan iman bagi kita adalah berjuang mempertahankan identitas kita sebagai
orang-orang yang mulia oleh Tuhan Allah. Pertama-tama, kita mesti menyadari
bahwa diri kita mulia oleh Allah dan kita berharga di mata Tuhan, maka kita
harus menghargai hidup kita sendiri sebagai kehidupan yang didasari oleh kasih
Karunia. Menghargai diri berarti kita membuat hidup kita berarti dengan
mengoptimalkan segala yang ada pada kita, kita pakai untuk berguna bagi Allah
melalui kehidupan kita dengan sesama. Selanjutnya, sebagai yang serupa dengan
gambar Allah, kita dituntut untuk menjadi orang-orang yang mampu memelihara
kemuliaan yang Tuhan Anugerahkan dengan cara menjaga diri kita dari segala
bentuk kecemaran dunia. Dan yang terakhir, sebagai orang-orang yang diberi
kemuliaan Tuhan, kita juga harus menunjukkan hidup yang berbuah. Hidup harus
berarti, dan hidup harus memberi arti bagi kehidupan yang lain. Amin
Bacaan Alkitab: YOHANES
10: 9
YESUS PINTU
KEHIDUPAN
Keluarga Yang bersyukur, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Kristus
Mendengar kata
“pintu” tentulah tidak asing bagi kita dan yang pasti kita akan membayangkan
pintu-pintu yang sering kita lewati untuk keluar dan masuk dari dan atau ke
dalam sebuah ruangan. Maka ketika kita mendengar perkataan Yesus dalam bacaan
kita saat ini, mungkin kita merasa tidak sulit memahaminya. Pernyataan Tuhan
Yesus ini berbeda dengan syair lagu Loela Drakel yang berkata, aku ini bukan
pintu yang slalu kau buka kau tutup, aku ini manusia yang punya perasaan….Jelas
bahwa Loela Drakel bukanlah Tuhan Yesus dan mengaku bahwa dia tak sanggup
seperti Tuhan Yesus. Sesungguhnya, konteks apakah yang melatarbelakangi mengapa
Yesus Kristus mengatakan bahwa Dia adalah Pintu? Pada ayat-ayat sebelumnya,
Tuhan Yesus sesungguhnya berbicara tentang Gembala dan domba-domba-Nya.
Kemudian, Dia juga berbicara tentang Pintu, dan mengaku bahwa Diri-Nya adalah
pintu bagi domba-domba-Nya. Istilah atau kata “pintu” yang digunakan Tuhan
Yesus di sini, sungguhlah berbeda dengan pintu yang kita pahami. Kita pasti
mengenal banyak pintu, apakah itu pintu depan, pintu samping atau pintu
belakang. Akan tetapi istilah pintu yang digunakan Tuhan Yesus di sini merujuk
pada tradisi Yahudi, ketika para gembala menggembalakan domba-domba mereka di
padang jauh dari perkampungan dan di sana mereka bisa sampai berminggu-minggu
menjaga domba-domba mereka. Pada umumnya, para gembala akan membuat
shelter-shelter yang terbuat dari tanah-tanah liat, membangun semacam kandang
dan shelter tersebut hanya dilengkapi dengan sebuah pintu. Ada juga yang
memilih gua-gua yang terdapat di padang tersebut sebagai tempat tinggal, dan
gua tersebut hanya terdiri dari satu pintu atau mulut gua itu hanya satu
sebagai akses masuk dan keluar. Biasanya ketika senja tiba, seorang gembala
akan menggiring domba-dombanya untuk masuk ke dalam shelter yang dibuat atau ke
dalam gua tersebut, dengan cara menuntun domba-domba tersebut masuk di mana sang
gembala akan berdiri di muka pintu tersebut untuk memeriksa dan menghitung
domba-dombanya. Setelah semua domba-dombanya masuk ke dalam shelter atau ke
dalam gua tersebut, maka kemudian si gembala akan berjaga di muka pintu
tersebut sehingga tidak akan ada seekorpun dombanya yang akan keluar karena
sigembala menjaganya di pintu tersebut. Demikian juga dengan ancaman pencuri
atau binatang buas, si gembala akan menghalau dan menjaga supaya tidak sampai
dapat masuk ke dalam shelter atau gua tersebut. Kalau tradisi Israel kuno, kota
biasanya akan dibentengi dan di kelilingi tembok-tembok yang tinggi dan akan
dibuatkan sebuah pintu masuk dan keluar yang dijaga oleh para penjaga dan
dilengkapi menara jaga di sampingnya. Akan tetapi kota seperti ini, biasanya masih
memiliki pintu-pintu rahasia atau yang biasa disebut dengan lobang jarum, di
mana orang masih dapat keluar masuk ke kota secara sembunyi-sembunyi. Jika
Tuhan Yesus berkata bahwa Dia adalah pintu, memang ini dilatarbelakangi konteks
pintu dalam kehidupan para gembala, bukan pintu dalam konteks kota.
Keluarga Yang bersyukur, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Kristus
Mari kita
mendalami makna pernyataan Tuhan Yesus ini sehubungan dengan ibadah syukur saat
ini.
Ketika Tuhan Yesus berkata bahwa
Dia adalah Pintu, sesungguhnya pernyataan ini hendak menegaskan kepada semua
orang, termasuk kita sekalian bahwa keselamatan dan hidup yang terjamin hanya
ada di dalam Yesus Kristus. Setiap orang yang masuk dan keluar melalui Yesus
Kristus diberi jaminan keselamatan dan tuntunan untuk kemudian berjumpa serta
menikmati kehidupan yang digambarkan dengan perkataan “menemukan padang
rumput”. Maka jika Tuhan Yesus berkata:”Akulah pintu” itu berarti bahwa
siapapun yang hendak beroleh keselamatan dan jaminan kehidupan, ia harus
melalui pintu keselamatan dan kehidupan satu-satunya yakni Tuhan Yesus. Jika
demikian, siapakah yang akan diizinkan masuk dan keluar pintu tersebut? Yang
pasti adalah domba-dombaNya. Domba-dombaNya tentulah mengenal suara sang
gembalanya dan gembala mengenal domba-dombaNya. Pertanyaan berikutnya adalah
siapakah domba-domba sang Gembala Agung itu? Jawabnya adalah setiap orang yang
kepadanya telah diberikan meterai yang menandakan bahwa dia adalah Milik Sang
Gembala Agung. Jika kemarin kedua putri kekasih (Priscilia Rosalind Sihotang & Engelina Sihotang) telah
diteguhkan menjadi sidi jemaat, itu berarti perkara tentang meterai baptisan yang mereka terima pada waktu mereka kanak-kanak
kini telah menjadi tuntas dipahami, dimengerti dan dimaknai. Peneguhan sidi
dalam bingkai ajaran gereja kita adalah satu kesatuan dan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dengan sakramen baptisan kudus yang diterima ketika mereka
kanak-kanak dan kala itu tentu belum mengerti dan memahaminya. Maka ketika
peneguhan sidi diterima, itu berarti kini kedua anak ini telah menjadi dewasa
dalam iman, mengetahui Gembala Agungnya, mengenal SuaraNya, maka kemana mereka
melangkah, mereka tahu mengikuti Gembala Agungnya, dan Gembala Agung itu, yaitu
Tuhan Yesus Kristus telah dan akan terus menjadi pintu bagi mereka untuk keluar
masuk kepada keselamatan dan kepada kehidupan yang dijamin oleh Tuhan Allah.
Keluarga, Saudara-saudara Yang
Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Melalui
pernyataan Tuhan Yesus saat ini, kepada kita sekalianpun diingatkan bahwa
keselamatan dan kehidupan yang terjamin hanya tersedia ketika kita keluar dan
masuk melalui Yesus Kristus yang adalah pintu keselamatan dan kehidupan. Untuk
itu, jadikanlah Tuhan Yesus Kristus pintu supaya keselamatan dan jaminan hidup
senantiasa menjadi bahagian kita. terpujilah Kristus, Tuhan Yesus
menyempurnakan Syukur keluarga. Amin
Bacaan
Alkitab: Yesaya 61: 10-11
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi
Oleh Tuhan Yesus Kristus,
Sukacita
atau kegembiraan yang terjadi dalam diri hidup orang-orang percaya kepada Tuhan
Allah, sesungguhnya adalah sukacita iman, yakni sukacita yang didasari dan
diwarnai dengan sikap tunduk dalam kerendahan memuji Tuhannya. Sukacita seperti
ini jelaslah sangat berbeda dengan perasaan sukacita yang terjadi dan dialami
oleh orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Sukacita orang percaya
tersebut lahir dan diungkapkan atas dasar pengakuan bahwa Tuhan Allah telah,
sedang dan akan berkarya di tengah kehidupannya, itulah kemudian yang kita
kenal dan sebut sebagai ucapan syukur. Ucapan syukur selalu dan memang harus
diwarnai dengan sukacita iman, sehingga ditindakan bersyukur tersebut yang ada
adalah sukaria, kendatipun perjalanan dan tantangan hidup masih harus dihadapi
di depan. Melalui bacaan kita saat ini, dijelaskan bahwa Yesaya bersaksi bahwa
Roh Tuhan ada padaNya, kehadiran Roh Tuhan tersebut mengubah suasana dan
kondisi hidup. Umat Israel yang kala itu dalam pergumulan hidup yang berat,
yakni hidup di pembuangan di Babel diberikan janji penyelamatan. Yesaya
bersukacita di dalam Tuhan dan bersorak-sorai di dalam Allahnya. Apakah yang
terjadi sehingga Yesaya bersukaria dan bersorak-sorai? Karena Yesaya
mengaminkan sungguh bahwa Tuhan Allah memberikan kelepasan kepada umatNya di
perjalanan dan perjuangan hidup yang berat tersebut.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi
Oleh Tuhan Yesus Kristus,
Tahun rahmat
Tuhan yang merupakan pemberitaan Yesaya di akhir-akhir kitab ini merupakan
nubuatan bagi setiap umat Tuhan bahwa Tuhan Allah tidak selamanya membiarkan
umatNya berada di dalam lembah beban kehidupan. Tuhan Allah senantiasa setia
menyertai umatNya di segenap perjalanan hidup mereka. jika Yesaya berkata bahwa
dirinya bersukaria dan bersorak-sorai, itu semua terjadi di dalam dan oleh
Tuhan Allah. Nabi Yesaya bersaksi, bahwa sebab ia bersukaria dan bersorak-sorai
ialah karena Tuhan mengenakan pakaian keselamatan kepadanya dan menyelubungi
dia dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan
perhiasan di kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya.
Mengenakan Pakaian keselamatan dan jubah kebenaran menunjuk pada tindakan Allah
yang memberikan identitas baru kepada umatNya. Identitas baru yang Tuhan
berikan adalah umat yang ditebus dengan cara pembebasan mereka dari pembuangan
dan perbudakan. Mereka diubah, tidak lagi menjadi umat yang terbuang. Mereka
akan dibawa pulang ke negeri mereka dan menjadi umat yang merdeka. Mereka juga
menjadi umat yang dibenarkan oleh Tuhan Allah, maka mereka akan hidup dalam
kebenaran Allah. Pakaian keselamatan dan jubah kebenaran yang dikenakan Tuhan
kepada Yesaya disaksikan bagaikan laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala
dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya. Gambaran ini
menunjuk kepada besarnya sukacita yang terjadi di dalam hidup Yesaya.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi
Oleh Tuhan Yesus Kristus,
Suasana
sukacita pengantian, dalam tradisi umat Israel adalah suasana sukcita yang luar
biasa besarnya. Ketika pengantin laki-laki mengenakan perhiasan kepala, maka
saat itu dia akan seperti raja di kumpulan acara nikah tersebut. Dia akan
diistimewakan dan diberikan pelayanan yang luar biasa. Perhiasan di kepala
pengantin laki-laki menunjuk pada suasana kegirangan yang luar biasa, bahwa
ketika seorang laki-laki Israel telah mengenakan perhiasan kepala, maka saat
itu dia telah disahkan untuk mengambil mempelai perempuan untuk menjadi
istrinya, artinya bahwa mengenakan perhiasan kepala adalah tanda bahwa seorang
pengantin laki-laki telah diakui dan direstui untuk menerima mempelai/pengantin
perempuan.; demikian juga seorang pengantin perempuan, ketika ia mengenakan
perhiasannya, maka di sana akan lahir suasana hati yang luar biasa senangnya. Yesaya
menubuatkan suasana hidup seperti ini terjadi di kehidupan umat Tuhan. Seperti
bumi memancarkan tumbuh-tumbuhan dan seperti kebun menumbuhkan benih yang
ditaburkan demikianlah Tuhan Allah akan menumbuhkan kebenaran dan puji-pujian
di depan semua bangsa-bangsa. Artinya bahwa sukacita yang dialami umat Tuhan,
siapapun dia adalah sukacita yang besar, yakni bahwa kebenaran lahir atau
muncul dari suasana hidup yang mustahil untuk hal tersebut. Kebenaran Tuhan
akan lahir dan tegak, sebagai dasar pembenaran dan keselamatan bagi umatNya.
Kebenaran Tuhan tersebutlah kemudian yang harus dipahami dan diamini lahir,
tumbuh dan terus hidup di dalam kehidupan umat Tuhan. Inilah sukacita iman
orang percaya yang diwujudkan dalam ucapan syukur.
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi
Oleh Tuhan Yesus Kristus,
Ucapan
syukur mesti diwarnai sukaria dan sorak-sorai di dalam Tuhan, sembari
mengaminkan bahwa Tuhan Allah lah yang telah bertindak, mengenakan pakaian
keselamatan dan jubuh kebenaran kepada umatNya sehingga umat Tuhan adalah umat
yang menerima kasih karunia dari Tuhan, lewat penebusan dan pembenaran serta
penyertaanNya. Jika keluarga bersyukur saat ini di sini, ucapan syukur ini juga
harus diaminkan sebagai bentuk pengagungan kita kepada Tuhan Allah yang telah
dan senantiasa memberikan keselamatan dan membenarkan keluarga di perjalanan
hidup Rumah tangga mereka selama ini. Maka ingatlah, bahwa ketika Tuhan Allah
memberikan keselamatan, membenarkan dan menyertai serta memberikan sukacita
yang begitu besar, Dia pun mengingatkan kita bahwa kebenaran Allah tersebut
selalu dan harus senantiasa hidup di dalam hidup kita. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar