Bacaan Alkitab Kis. 5 : 26- 33
Takut Akan Allah Bukan Kepada
Manusia
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Penghambatan
terhadap Injil Yesus Kristus, ternyata tidak pernah berhenti walaupun Tuhan
Yesus telah berhasil dilenyapkan oleh orang-orang Yahudi yang tidak percaya
kepada-Nya. Penghambatan itu terus dialami oleh murid-murid Tuhan Yesus (para
Rasul), bahkan hingga saat inipun hal yang sama masih selalu dan selalu
terjadi, baik dengan cara yang sama maupun dalam kemasan yang baru, apakah itu
dalam bentuk kebijakan, peraturan atau bahkan undang-undang. Penghambatan
terhadap Injil tersebut dapat kita lihat, saksikan bahkan rasakan dalam
kehidupan pengikut-pengikut Kristus hingga saat ini, juga di negara kita
sendiri. Di beberapa wilayah di negeri kita masih terdengar berita pembakaran
gedung gereja, penutupan Gereja, pelarangan beribadah dan bahkan tindakan teror
yang ditujukan kepada pengikut-pengikut Kristus. Tetapi di pihak lain juga,
kita harus akui bahwa penghambatan Injilpun bisa terjadi di dalam gereja
sendiri, apakah karena keengganan para pelayan memberitakannya karena takut
membuat tersinggung mereka yang ditokohkan dalam gereja, atau yang berjasa
dalam pembangunan gereja. Kita harus mengakui hal itu. Sebab harus kita aminkan
bahwa Firman Tuhan tersebut bagaikan pedang bermata dua yang dapat menusuk
sampai ke dalam sum-sum kita. Sehingga pemberitaan Injil dikemas sedemikian
rupa hingga isi dan hakekat Injil tersebut tidak lagi seperti yang dikehendaki
Tuhan Yesus.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam
bacaan kita saat ini, dikisahkan bagaimana Rasul Petrus dan rasul lainnya
diperhadapkan pada penghambatan dari pihak Yahudi. Pelayanan mereka, termasuk
muzijat di dalamnya ternyata telah membuat pihak agama Yahudi menjadi resah,
sebab setiap hari semakin banyak yang menjadi percaya kepada Tuhan Yesus berkat
pemberitaan para rasul Kristus tersebut. Gerakan mereka seakan tak terbendung,
walaupun Petrus dan teman-temannya telah dipenjara, toh mereka dapat keluar
dengan cara yang luar biasa, Tuhan membebaskan mereka. Mereka tidak lari, malah
mereka semakin berani dan semangat memberitakan Injil Kristus sesuai perintah
yang mereka terima dari Tuhan Yesus. Setelah keluar dari penjara dengan cara
dan kuasa Tuhan, Petrus dan teman-temannya malah memasuki Bait Allah dan
memberitakan Injil di sana. Di tempat inilah mereka dijemput dan dihadapkan
kepada Mahkamah Agama Yahudi. Atas apa yang dikatakan oleh Mahkamah besar (28),
Petrus memberi jawaban yang luar biasa dan sangat menusuk hati Imam besar dan
kelompoknya. Petrus berkata :”...kita
harus lebih takut kepada Allah daripada kepada manusia”. Jawaban Petrus ini
menjadi pernyataan penting bagi semua pengikut Kristus dalam kehidupannya
sebagai umat yang dipanggil dan diutus untuk menyampaikan Injil (kabar baik) ke
dalam dunia ini.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Seperti
yang dikatakan diawal tadi, bahwa penghambatan terhadap Injil selalu saja
terjadi, termasuk di wilayah di mana kita hidup. Yang lebih disayangkan lagi
adalah bahwa hal tersebut juga mungkin terjadi di dalam kehidupan gereja
sendiri. Harus jujur kita akui bahwa karena ketakutan kita kepada manusialah
yang seringkali menjadi penyebab Injil terhambat. Maka dengan demikian,
sebenarnya penghambatan atas Injil di zaman sekarang ini bukanlah melulu dari
pihak luar saja, melainkan kita juga menghadapinya dari dalam gereja. Lihat
misalnya, akibat semangat oikumenis yang rendah, antar gereja sering terlibat
pertikaian, bahkan di dalam jemaat sendiri tak jarang kita mendengar adanya
berbagai bentuk konflik, apakah itu pelayan dengan pelayan dengan anggota
jemaat, atau antar anggota jemaat. Kita harus sadar bahwa ini juga adalah
bentuk penghambatan atas Injil Kristus. Apakah kita sadar bahwa akibat hal
seperti ini, kita tak bisa lagi bersaksi dengan benar kepada dunia ini? Apakah
kita sadar bahwa kesaksian kita atas Injil terutama melalui sikap hidup kita
sebagai gereja? Kita adalah surat Kristus, yang dibaca oleh orang lain, dan isi
surat itu adalah Injil, kabar baik, kabar keselamatan oleh Tuhan Yesus Kristus.
Maka pernyataan Petrus dalam bacaan kita saat ini sangat penting untuk
mengarahkan kembali pemaknaan kita sebagai umat Tuhan. Dengan takut akan Allah,
sesungguhnya Injil tak akan terhambat di dalam gereja. Demikian juga dengan
penghambatan dari luar yang kerapkali kita hadapi, harus ditanggapi dalam
konsep selalu Takut akan Allah. Sehingga kita akan cerdik seperti ular dan
tulus seperti merpati dalam kesaksian kita kepada dunia ini.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pengalaman
Petrus dan rasul Kristus lainnya dalam bacaan kita saat ini, harus dimaknai
sebagai kritik untuk membangun kita, sekaligus sebagai penguatan kepada kita
dalam mewujudnyatakan tugas panggilan kita sebagai gereja yang diutus ke dalam
dunia ini. Ingatlah bahwa dengan Takut akan Allah, maka apapun bentuk
penghambatan terhadap Injil, itu tidak akan pernah membatalkan kasih Allah akan
dunia ini, sebab Allah sendiri yang akan berperkara, seperti apa yang menjadi
pengalaman Rasul-rasul Kristus. Dengan Takut akan Allah, bukan kepada manusia,
maka Injil di dalam gerejapun tidak akan terhambat karena semua kita menyadari
siapa kita sesungguhnya di hadapan Allah. Percayalah saudara-saudara, bahwa
dengan Takut akan Allah Injil atau kabar baik akan menjadi bagian semua orang,
terutama kita sebagai gereja-Nya. Terpujilah Allah di dalam Yesus Kristus. Amin
Bacaan Alkitab: Hosea 1:2-10
Saudara-saudara,
Jemaat dan Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pengalaman
hidup Nabi Hosea tentulah sangat tidak menyenangkan. Bayangkan saja oleh karena
kenabiannya, ia harus mengawini seorang perempuan sundal sebagai bentuk
ketaatannya kepada Tuhan Allah yang berfirman kepadanya. Pengalaman Hosea
tersebut sesungguhnya hendak memberi gambaran kepada umat Tuhan bahwa seperti
itulah perbuatan mereka terhadap Allah, sekaligus hasil dari perbuatan tersebut
yakni dilahirkannya anak-anak yang diberi nama Yisreel, Lo-Ruhama dan Lo-Ami
merupakan bentuk sikap Tuhan Allah atas hidup yang demikian (hidup dalam
persundalan), yakni dengan membelakangi Tuhan Allah dan berpaling kepada berhala-berhala.
Hosea melakukan apa yang Tuhan Firmankan kepadanya dengan cara menuruti apa
yang Tuhan perintahkan. Hosea sebagai seorang Nabi menjadi simbol yang menunjuk
pada kesetiaan Tuhan Allah kepada umatNya mengawini perempuan sundal
(representasi dari umat yang menyembah berhala/meninggalkan Tuhannya). Dari
hasil perkawinan tersebut lahirlah anak-anak yang menunjukkan bagaimana sikap
Tuhan Allah terhadap kehidupan beriman yang ternodai oleh penghianatan dengan
cara mempertuhankan berhala-berhala dan melakukan perbuatan-perbuatan yang
melanggar perintah Tuhan Allah.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Nabi
Hosea tampil hampir bersamaan dengan nabi Amos ketika Yerobeam II berkuasa.
Saat itu kerajaan Israel sedang mengalami masa kejayaan dan kemakmuran,
demikian juga dengan kerajaan Yehuda (bagian Selatan). Kedua kerajaan ini
bahkan sedang dalam keadaan berdamai, sehingga negara-negara di sekitar mereka
tidak mampu bersaing dengan mereka. Akan tetapi, kemakmuran dan kejayaan
kerajaan Israel kemudian melahirkan du adampak sekaligus, yakni terjadinya
kemerosotan di bidang tata-masyarakat dan kemerosotan di bidang keagamaan.Di
bidang keagamaan terjadinya kemerosotan yang amat parah, yakni dalam ibadat
yang mereka selenggarakan.Betel yang digunakan sebagai pusat peribadatan
sangatlah laris dikunjungi oleh umat dibanding dengan Dan. Di Betel, tempat
umat itu memusatkan ibadatnya ternyata tercampur dengan patung lembu jantan,
sehingga selain mereka menyembah Tuhan Allah, mereka juga menyembah berhala
yang disertai dengan upacara-upacara kafir. Selebihnya di mana-mana dewa-dewi
setempat, dewa-dewi kesuburan, baal dan astarte dipuja dengan ibadat
kegila-gilaan dan mesum, misalnya sundal bakti (Hos. 4:13-14). Tindakan ini
sesungguhnya merupakan sikap yang menyamakan Tuhan Allah Israel sama dan setara
dengan dewa-dewi setempat. Inilah sesungguhnya yang terjadi pada zaman nabi
Hosea tampil menyampaikan Firman Tuhan Allah. Apa yang diperbuat Hosea melalui
perkawinannya dengan perempuan sundal itu demikianlah yang terjadi dalam
keberimanan umat Tuhan Allah. Demikian juga dengan tata-masyarakat, telah
terjadi ketimpangan sosial ekonomi yang amat parah. Penguasa dan orang-orang
kaya menyalahgunakan kedudukan dan kekayaan mereka dengan berpesta pora tanpa
menghiraukan sesama yang susah dan menderita.
Saudara-saudara,
Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sikap
Allah terhadap perbuatan yang memalukan ini sejujurnya, adalah hendak
memutuskan hubungan dengan umatNya. Nama-nama yang diberi kepada anak-anak Nabi
Hosea menunjukkan sikap Allah. Nama
Yizreel menunjuk pada Sebuah kota dekat Bukit Gilboa, tempat tanah milik Ahab
di dekat kebun anggur Nabot yang diperoleh Izebel, dan di kota itulah ia menemui
ajalnya. Lembah Yizreel memisahkan Galilea dengan Samaria. Demikian juga dengan
Lo-Ruhama yang berarti bahwa Allah tidak akan menyayangi lagi kaum Israel, dan
sama sekali tidak akan mengampuni mereka, dan Lo- Ami yakni” kamu ini bukanlah
umat-Ku dan Aku ini bukanlah Allahmu." Tetapi jika ditelusuri dengan baik,
dari segi bahasanya, bentuk yang digunakan di sini bukanlah berarti bahwa tidak
ada lagi kemungkinan perubahan sikap Tuhan Allah. Tetapi sebaliknya, apa yang
Tuhan Allah sampaikan dan maksudkan melalui pemberian nama-nama tersebut, sesungguhnya
belumlah harga mati, tetapi Tuhan Allah masih menunjukkan kasihNya yang amat
besar itu.
Saudara-saudara,
Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sekali
lagi bahwa melalui perikope bacaan ini, kepada kita diingatkan bagaimana
besarnya, dalamnya, tingginya kasih Allah kita itu. MurkaNya selalu dikalahkan
oleh KasihNya yang tak berkesudahan itu. Tuhan Allah malah terus berinisiatif
membaharui kehidupan umatNya. Perbuatan umatNya yang “bersundal” memang tak
bisa tidak melahirkan situasi dan kondisi hidup yang tidak menyenangkan. Tetapi
apapun bentuk penghajaran Tuhan kepada umatNya, sesungguhnya hanyalah untuk
satu tujuan, yakni lahirnya umat Allah yang benar-benar setia sebagaimana Allah
itu setia. Kerajaan Israel demikian juga Yehuda, memang di kemudian hari
mengalami kehancuran, tetapi bukan untuk selamanya, buktinya Tuhan Allah masih
terus memelihara mereka sehingga mereka masih terus eksis. Kalau demikian, apa
makna berita Firman Tuhan ini bagi kita?, saudara-saudara, keluarga Yang
Dikasihi Tuhan Yesus, yang pertama yang harus kita ingat ialah, bahwa sikap
yang menduakan Tuhan dalam hidup ini adalah bentuk persundalan rohani yang
sangat menjijikkan di mata Tuhan. Yang kedua ialah bahwa sebesar apapun
kesalahan dan perbuatan yang kita lakukan yang melanggar kehendak Tuhan Allah,
jika kita memberi diri untuk dibaharui/bertobat, Kasih Allah akan mengalahkan
murkaNya. Tuhan senantiasa menghendaki kehidupan yang penuh damai sejahtera
bagi kita umatNya. Untuk itu, kesetiaan dan kemurnian serta ketulusan beriman
kepada Tuhan Allah sesungguhnya adalah sikap yang harus dijaga dan dipelihara
oleh kita sekalian. Oleh karena besarnya kasih Allah, Ia telah mengaruniakan
AnakNya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal. Inilah bukti kasih Allah bagi kita, Yesus
Kristus telah mati dan bangkit supaya kita tidak binasa. Kita disebut umat
gembalaanNya dan anak-anak yang hidup.Tuhan memberkati kita. Amin
Bacaan Alkitab: Pengkhotbah 1:2,12-15;
2:10-23
Saudara-saudara,
Jemaat dan Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jujur harus dikatakan bahwa tidak sedikit umat Kristen yang
menghadapi kesulitan untuk mengerti dan memahami kitab pengkhotbah ini. Sebab
seakan-akan isi kitab ini sebagian besar memberi penekanan pada kesia-siaan
hidup di bawah kolong langit ini. Penulis yang mengkalim diri sebagai Raja atas
Israel di Yerusalem juga mengklaim diri sebagai orang yang berhikmat seakan
punya kesimpulan bahwa segala sesuatu di bawah matahari ini adalah kesia-siaan
belaka. Tak ada yang kekal,semua hal sepertinya telah tertata dengan baku dan
apapun tak ada yang dapat dikatakan baru. Barangkali hal seperti ini bisa
diterima,tetapi yang sulit untuk diterima adalah perihal nasib yang sama yang
dialami oleh semua orang yakni semuanya adalah kesia-siaan. Hasil refleksi
kritis penulis kitab pengkhotbah sebenarnya tak dapat dipungkiri. Refleksi
kritis atas kehidupan ini sesungguhnya adalah refleksi manusiawi yang menyadari
dirinya sebagai bagian dari ciptaan Tuhan Allah bersama dengan ciptaan
lainnya. Skeptis dan seakan tak
berpengharapan memang,tapi sungguh terbuka dan tak bertele-tele, penulis
mengakui dirinya maupun hikmat yang dimilikinya ternyata hanyalah ciptaan
belaka dan tidak berkuasa apa-apa untuk mengubah atau menentukan kehidupan ini.
Yang pada akhirnya diapun menyadari bahwa pekerjaan Allah tak akan dapat
diselami oleh manusia. Tuhan Allah telah dan menentukan segala sesuatu yang
diciptakanNya. Dia membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Manusia sebagai
makhluk yang fana sebaiknya dapat menikmati kesenangan sebagai upah atas jerih
payahnya di bawah langit ini.
Saudara-saudara, keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Kristus,
Membaca dan merenungkan kitab
pengkhotbah tanpa adanya pengakuan dan iman kepada Tuhan Allah bisa saja
menghantar seseorang pada skeptisisme yang negatif atau berlebihan. Seseorang
bisa saja putus asa menjalani kehidupan ini akibatnya adanya paham relativisme
yakni paham yang mengajarkan bahwa semua manusia bernasib sama seperti
binatang,yakni pada akhirnya mereka akan meninggalkan dunia ini dan segala yang
dimiliki. Itulah yang disebut dengan kesia-kesiaan.Pengkhotbah sempat mengambil
kesimpulan dari hidup yang di jalaninya, yakni (2:10)
“Aku
tidak merintangi mataku dari apapun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan
hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih
payahku. Itulah buah segala jerih payahku”. Akan tetapi pada ayat-ayat
selanjutnya, dia (pengkhotbah) tetap menyadari bahwa nasibnya sebagai manusia
adalah sia-sia. Bahkan ia sampai-sampai membenci hidup. Kenapa? Sekali lagi,
dia menggunakan seluruh kekuatannya merenungkan kehidupan ini dan pada akhirnya
ia tiba pada kesimpulan bahwa ternyata semuanya adalah kesia-siaan belaka.
Benar saudara-saudara, hidup di bawah langit ini sesungguhnya adalah sementara,
tidak ada yang kekal di sini, akan tetapi harus kita akui dan sadari bahwa
tanpa Tuhan, maka semuanya akan sia-sia. Oleh karena itu, bagi kita umat Tuhan,
penting untuk senantiasa memandang hidup ini sebagai anugerah dari Tuhan Allah
agar kita menghargainya, sehingga apapun yang kita alami di bawah matahari ini,
semuanya tidak akan sia-sia karena kita mempertanggungjawabkan hidup kita dalam
wujud hidup yang berguna bagi sesama demi kemuliaan Tuhan Allah. Membaca
kesaksian Pengkhotbah ini, sejujurnya kita sedang mendengarkan curahan hidup
orang yang sungguh-sungguh menyadari siapa dirinya di hadapan Tuhannya, yakni
begitu rendah dan tak berdaya. Maka sikap positif dan patut dipuji dari
Pengkhotbah ialah bahwa walaupun dia hampir-hampir saja memberi kesimpulan
tentang hidup di bawah matahari ini
sebagai hidup yang tiada guna, akan tetapi pada akhirnya, ia menunjukkan
pengakuannya atas kemahakuasaan Tuhan Allah. Manusia tak akan pernah mampu
menyelami semua karya Allah, manusia tak akan pernah mampu menyelami perbuatan
Allah yang telah menjadikan dunia dan segala isinya ini. Oleh karena itu, agar
manusia, termasuk kita sekalian tidak sampai jatuh pada skeptisisme dan
fatalisme semu (penuh keraguan dan selalu menjadikan Tuhan pelaku yang salah),
maka pengakuan iman percaya kita akan Tuhan Allah sangatlah penting. Di sinilah
akan nampak ciri kekhususan kita sebagai umat Tuhan. Selalu merendahkan diri di
hadapan Tuhan Allah yang maha kuasa dan penuh kasih Karunia. Ingatlah, hidup
ini sesungguhnya adalah indah, jika kita menghidupinya di dalam Tuhan Allah
kita yang hidup. Amin.
Bacaan Alkitab: Lukas 12:32-40
Saudara-saudara,Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Bacaan kita saat ini sudah tentu bukan lagi sesuatu yang asing
bagi kita sekalian. Isi perikop ini sesungguhnya sangatlah sensitiv karena
berbicara tentang harta/kepunyaan,sikap atas apa yang dipunyai dan juga hakekat
harta dalam keberimanan orang kristen. Tentulah tak sedikit umat atau juga
pengkhotbah yang enggan menyampaikan hal ini,apalagi kalau tidak disertai
pengetahuan teologi. Kenapa demikian? Sekali lagi,karena disini ditegaskan
tentang harta. Memang, ketika membaca ayat Alkitab ini kita sekalian pastilah
bertanya,bagaimana mungkin segala harta harus kita jual dan menjadikannya
sedekah? Bukankah kita mesti mempersiapkan kebutuhan kita di waktu yang akan
datang. Apakah menabung itu sesuatu yang salah?Lalu kenapa Tuhan Yesus malah
menyuruh murid-muridNya menjual harta milik dan memberikannya kepada orang
miskin (bersedekah)?
Saudara-saudara, Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Kristus
Jika Yesus memerintahkan para murid menjual segala harta benda
sesungguhnya perintah ini harus dipahami berdasarkan perkataan Yesus Kristus
sebelumnya. Yakni bahwa orang yang percaya kepada Kristus, harus memilih
perbedaan dalam konsep menjalani kehidupan dengan orang -orang yang tidak
percaya kepada Allah. Bahwa orang percaya harus tahu bahwa unsur yang terutama
dan pertama dalam kehidupan umat Tuhan adalah kerajaan Allah. Yaitu konsep
kehidupan yang di dalamnya Tuhan Allah menjadi pusat dan dasar hidup,kehendak
Allah yang berlaku dan Tuhan Allah sendiri yang memerintah. Maka jika ini yang
terjadi,sesungguhnya segala kebutuhan lainnya niscaya dijamin oleh Tuhan Allah.
Maka jikalau Tuhan Yesus memerintahkan untuk menjual harta benda,perintah ini
harus dimengerti sebagai kritik kepada semua pengikutNya supaya dalam hidup ini
Kerajaan Allah menjadi prioritas yang terutama. Sebab dengan demikian tak ada
lagi yang perlu diragukan dan dikuatirkan. Tuhan Allah di dalam Kristus Yesus,
sesungguhnya sungguh berkuasa atas seluruh hidup umatNya. Sebagai warga
kerajaaan Allah,sesungguhnya kita yang walaupun kawanan kecil,tetapi akan
berpengaruh besar di manapun kita hadir,sebab penyertaan Allah senantiasa
menjadi jaminan bagi kita.
Saudara -saudara,Keluarga Yang Dikasihi Kristus Yesus
Apa yang Tuhan Yesus perintahkan, juga harus dimengerti dalam
konsep parousia, yakni kedatanganNya kali kedua. Bahwa saat itu, segala harta
kekayaan yang dimiliki manusia tidak ada yang bermakna. Maka bersedekah, yakni
berbagi dalam kasih kepada orang-orang yang membutuhkan merupakan sikap atau
tindakan mengumpulkan harta di sorga, yakni buah-buah kasih. Harta seperti ini
tidak akan pernah dicuri pencuri, tak akan pernah dirusakkan oleh apapun. Maka
sungguhlah tak terbantahkan apa yang dikatakan Yesus,"di mana hartamu
berada, di sana hatimu berada". Maka tempat harta yang kita miliki
sangatlah menentukan di mana kita. Jika harta kita di bumi, maka kita akan
kehilangannya, tetapi jika harta kita di sorga kita akan menikmatinya bersama
Tuhan Allah kekal. Oleh karena itu kesetiaan dan kesiapan serta kelayakan
menyambut Tuhan datang lagi kali kedua adalah prinsip yang sangat penting untuk
dimiliki oleh setiap umatNya.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Walaupun kita masih hidup di dunia ini,akan tetapi semua kita
mesti ingat dan sadar bahwa dunia ini bukan tempat yang kekal bagi kita,kita akan
meninggalkan semua hal dan segala yang kita miliki ketika nanti,Tuhan Yesus
yang kita nantikan datang lagi untuk kali kedua.Dialah yang akan menyediakan
apapun yang kita perlukan di KerajaanNya itu. Maka berjuanglah selalu dalam
setiap bentuk perbuatan kasih,siap sedialah menyambut Kedatangan Kristus,
percayalah bahwa Jaminan hidup kekal menjadi milik kita. Amin
22-27 Mei Kenaikan
Bacaan
Alkitab: Efesus1:15- 23 dan Lukas 24:44-
53
Saudara-saudara,
Keluarga Yang Diaksihi Tuhan Yesus Kristus,
Siapapun di antara kita pastilah
akan bersyukur dan bersukacita, apabila kita mendengar berita yang baik
terutama tentang kehidupan yang sesuai dengan apa yang kita harapkan terjadi,
baik itu dalam hidup anak-anak kita, suami, istri dan kaum keluarga kita atau
kehidupan orang lain yang memiliki jalinan komunikasi dengan kita. Sukacita seperti ini sesungguhnya melebihi
sukacita yang lain. Kenapa demikian? Jawabannya ialah bahwa kerinduan terbesar
setiap kita tentulah menghendaki hidup orang-orang yang kita kasihi
sungguh-sungguh memiliki hidup yang bermakna dan berjalan dalam kebenaran.
Tetapi sebaliknya, kita akan merasa kecewa atau sedih jika kehidupan
orang-orang yang kita kasihi dan yang kita harapkan untuk melakukan apa yang
kita rindukan, ternyata malah sebaliknya. Kekecewaan dan rasa sedih tersebut
lahir karena kita berpikir bahwa kelangsungan kehidupan orang-orang yang kita
kasihi tersebut akan menjadi tidak selaras lagi dengan kehidupan kita yang
berakibat akan lahirnya jurang dan jarak yang jauh dengan hidup kita. Rasul
Paulus, yang mendengar perihal kehidupan jemaat Tuhan Di Efesus, mengungkapkan
rasa bangganya yang luar biasa, dia tak hentinya mengucap syukur kepada Tuhan
Allah, karena ia mendengar tentang iman jemaat dalam Yesus Kristus demikian
juga kasih mereka. Atas berita ini di dalam suasana syukur, Rasul Paulus
menaikkan doa syukur serta permohonannya kepada Tuhan Allah, agar jemaat Tuhan
di Efesus dikaruniakan Roh hikmat dan wahyu, menjadikan mata hati mereka
terang. Permohonan Rasul Paulus ini sesungguhnya didasari oleh pengakuannya
bahwa dalam rangka untuk mengenal Tuhan Allah dengan benar dan dalam rangka
mengerti pengharapan yang terkandung dalam panggilan Tuhan Allah. Itu pulalah
yang dilakukan Tuhan Yesus atas murid-muridNya, yakni membuka pikiran mereka
sehingga murid-murid itu mengerti segala sesuatu yang dinyatakan dan diperbuat
Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Saudara-saudara,
Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Iman dalam Yesus Kristus dan kasih
terhadap semua orang adalah pola hidup yang sungguh dikehendaki oleh Tuhan
Yesus dari hidup kita sekalian. Namun untuk mewujudkan hal ini bukanlah perkara
yang mudah. Sebab, dibutuhkan pengenalan akan Allah dengan benar, dibutuhkan
pula pengertian akan arti dan hakekat pengharapan dalam panggilan Tuhan Allah.
Pengenalan yang benar tentang Allah adalah inti atau muara dari keimanan setiap
orang. Sehebat apapun aktivitas peribadatan seseorang, sebaik apapun seseorang,
secerdas bagaimanapun seseorang, tetapi apabila pengenalannya akan Allah tidak
benar, maka sia-sialah semuanya. Iman kepada Tuhan Yesus dan kasih kepada semua
orang adalah kesimpulan kehidupan umat Allah. Bahwa setiap kasih yang perbuat
setiap orang percaya haruslah didasarkan atas Iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Sekali lagi tanpa iman, maka sia-sialah kasih yang kita berikan kepada orang
lain. Demikian juga sebaliknya, tanpa kasih, maka sia-sia pulalah iman yang
kita miliki. Untuk maksud inilah Tuhan Yesus membuka pikiran dan menerangi hati
murid-muridNya.
Saudara-saudara,
Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kita tahu bersama, bahwa dalam
peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga tidaklah sekedar peristiwa terangkatnya
Tuhan Yesus kepada kemuliaan BapaNya, tetapi juga dalam peristiwa itu ada
peristiwa yang juga penting yang mengingatkan semua muridNya untuk mengemban
tugas mulia, yakni bersaksi kepada dunia agar kabar keselamatan sampai hingga
ke ujung bumi. Sekaligus dengan itu, juga diterangkan bahwa dalam pengutusan
tersebut, Tuhan Yesus melengkapi murid-muridNya dengan kuasa Roh Kudus. Menjadi
saksi Kristus, itulah juga yang harus kita maknai dalam peristiwa kenaikan
tahun ini. Tuhan Yesus membuka pikiran, menerangi hati kita supaya kita mampu
mengaplikasikan kasih kepada semua orang yang didasarkan Iman kepada Tuhan
Yesus. Karena kasih haruslah didasari Iman, demikian juga iman haruslah
diaplikasikan dalam kasih, maka marilah kita mewujudkannya, mulai dari diri
kita, dari rumah tangga kita, sebab jika kita mampu mengaplikasikannya dari
lingkungan yang terdekat, maka niscaya kita mampu mengaplikasikannya pula
kepada orang lain. Percayalah saudara-saudaraku, percayalah keluarga, bahwa
dikala Tuhan Yesus membuka pikiran kita, menerangi hati kita, maka kitapun akan
mampu mewujudnyatakan perintahNya. Kita percaya bahwa kuasaNya akan senantiasa
menyertai kita, kebahagiaan di dalam Kristus menjadi milik kita. Amin
29 Mei – 3 Juni 2017
Bacaan
Alkitab:1 Pet 4:12- 14;5:6-11 Dan Yoh.17:1- 11
Saudara-saudara,
Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Seseorang yang disebut berhasil atau
sukses ialah mereka yang telah berhasil melewati ujian dalam hidupnya. Tidak
ada seorangpun yang disebut berhasil atau sukses apabila ia belum atau tidak
menghadapi apa yang disebut ujian. Demikian juga dalam hal beriman. Seorang
yang beriman adalah mereka yang telah mampu bertahan dan melewati ujian hidup
yang diperhadapkan pada keimanannya. Ujian hidup tersebut dapat dalam berbagai
bentuk peristiwa dan pengalaman hidup. Melalui kesaksian Alkitab dalam Surat
Petrus tadi jelas dikatakan bahwa penderitaan adalah bagian dari proses iman
bagi seorang percaya untuk dapat tiba pada iman yang dewasa. Tetapi penderitaan
yang dimaksud di sini ialah penderitaan di dalam dan karena nama Kristus. Bukan
penderitaan akibat ulah sendiri apalagi karena kejahatan yang dilakukan.
Seorang Kristen yang beriman ialah seorang yang telah menghadapi dan melewati
dengan tabah, serta dalam iman yang tulus, segala bentuk penderitaan karena
Kristus dan kebenaran Allah. Berdasarkan sejarah gereja, tercatat bahwa
penderitaan orang-orang percaya karena iman mereka kepada Kristus sangatlah
memilukan dan juga dalam waktu yang lama. Sejak abad pertama hingga di awal
abad ke empat, Gereja terus dibasmi, dianiaya dan diusahakan untuk dilenyapkan
dari semua wilayah kekaisaran Romawi, terlebih-lebih di Kota Roma. Memang tidak
sedikit orang percaya yang akhirnya murtad, tetapi semakin dibabat, gereja itu
semakin merambat. Orang-orang Kristen yang setia mengikut Yesus Kristus, malah
merasa bahagia dan bersukacita apabila mereka dihukum atau bahkan dibunuh
karena nama Tuhan Yesus Kristus. Sikap inilah yang kemudian membuat penguasa
Romawi menjadi heran dan akhirnya mengakui kekristenan sebagai agama yang
diizinkan (tahun 313 oleh Konstantinus Agung Kaisar Roma).
Saudara-saudara,
Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Di beberapa tempat di Negara kita
inipun masih terdengar penghimpitan terhadap orang-orang yang percaya kepada
Tuhan Yesus, terutama dalam hal pembangunan tempat ibadah maupun pelaksanaan
ibadah. Dan mungkin juga ada kasus-kasus yang lain yang berhubungan dengan iman
dan keyakinan yang intinya terjadinya diskriminasi. Bagaimana sesungguhnya kita
memaknai pengalaman hidup seperti ini? Surat Petrus ini memberi kita inspirasi
iman serta penguatan, yakni: Pertama, bahwa penderitaan karena iman kepada
Yesus Kristus adalah penderitaan yang benar, yang menghantar orang pada
kemurnian dan kedewasaan iman. Bahwa di balik penderitaan yang demikian
tersedia maksud dan rencana Tuhan yang luar biasa, yakni ditinggikan oleh Tuhan
Allah. Untuk menghadapi segala bentuk penderitaan karena iman, kita diarahkan
untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan yang Maha kuat, sebab hanya dengan
demikianlah kita akan mampu bertahan dan menjadi pemenang. Yang kedua ialah,
bahwa setiap orang percaya yang dilanda kekuatiran dalam menghadapi dan
menjalani hidup ini diingatkan untuk menyerahkan segala bentuk kekuatiran hidup
ke dalam tangan Tuhan, sebab Ia akan memelihara. Adakah seseorang yang mampu
menjamin kelangsungan hidupnya dengan kekuatiran hidup?. Ketiga ialah bahwa
setiap orang percaya harus senantiasa dalam kesadaran iman serta berjaga-jaga
untuk mengantisipasi ancaman siiblis yang terus mengancam hidupnya. Iblis telah
memasuki semua sendi dan bidang kehidupan, karena itu, di manapun, kapanpun,
dalam situasi dan kondisi apapun, orang percaya harus terus berjaga-jaga dan
sadar dalam iman. Kemudian bahwa orang percaya dengan persiapan pertahanan iman
yang demikian, diingatkan untuk melawan si iblis dengan iman yang teguh.
Keluarga,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Tuhan Yesus merindukan setiap
pribadi, setiap Rumah tangga yang percaya kepadaNya, untuk tetap setia dalam
iman dalam menghadapi segala bentuk pengalaman hidup di dunia ini. Yesus
Kristus dalam doanya sungguh memperhatikan kehidupan murid-muridNya agar
keberadaan hidup mereka terus dipelihara di tengah dunia ini. Dunia di mana
penderitaan melanda, menjadi dunia yang kita huni, tetapi kita harus percaya
bahwa penderitaan apapun yang kita hadapi jika penderitaan itu karena kebenaran
iman, maka semuanya akan berganti dengan sukacita. Tuhan Allah tak pernah
merancang kita untuk menerima kecelakaan, melainkan damai sejahtera.
Percayalah, berbahagialah, bersukacitalah, apabila kita menderita karena nama
Yesus, sebab itulah penderitaan yang benar, yang adalah ujian bagi kita untuk
menerima mahkota dari Tuhan Allah. Tuhan Allah memberkati kita. Amin
Pentakosta 5- 10 Juni
Bacaan
Alkitab: 1 Korintus 12: 3b-13 Dan
Yohanes 7: 37-39
Keluarga, Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kita yang
terhimpun dalam denominasi gereja Protestan arus utama, mungkin sering diklaim
sebagai gereja yang kepadaman roh terutama oleh beberapa dari mereka yang ada
di gereja kharismatik maupun pentakostal. Sikap eksklusif seperti ini,
sesunggunya lahir dari sikap dan pemahaman yang keliru terhadap Firman Tuhan.
Memelihara karunia Roh adalah keharusan bagi setiap gereja Tuhan, tetapi tidak
boleh jatuh pada pengagungan karunia tersebut. Pengagungan akan karunia roh
sadar atau tidak, akan membawa orang-orang pada persaingan penonjolan diri
dalam hidup persekutuan dan kahirnya jatuh pada kesombongan rohani. Dan sikap
seperti ini bukanlah ciri hidup persekutuan orang-orang percaya kepada Tuhan
Yesus.
Jemaat Korintus,
adalah jemaat perdana yang diperhadapkan pada persoalan tentang karunia roh.
Jemaat yang satu ini, berbeda dengan banyak jemaat mula-mula. Penekanan hidup
persekutuan dan persaingan dalam hal karunia roh, menjadi hal yang menarik
perhatian rasul Paulus akan jemaat ini. Dengan penuh kehati-hatian, Paulus
menjelaskan bahwa karunia roh pada
hakekatnya untuk kepentingan bersama. Tidak ada tempat bagi penonjolan diri,
kepentingan diri atau golongan dalam penggunaan karunia roh. Maka apapun bentuk
karunia Roh yang diterima seseorang dalam persekutuan orang percaya, semuanya
hanyalah untuk kemuliaan Tuhan Allah. Kesetaraan, dan kedudukan yang sama
adalah prinsip persekutuan orang percaya. Tidak ada yang lebih tinggi dan lebih
rendah antara seorang dengan yang lain dalam persekutuan. Walaupun terdapat
fungsi yang berbeda-beda, tetapi semuanya saling membutuhkan untuk tujuan yang
sama. Kesetaraan dan kedudukan yang sama dalam persekutuan tersebut mewujud
dalam kerendahan hati sebagai anggota Tubuh Kristus, dan Kristuslah kepalanya.
Keluarga dan
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Perayaan
Pentakosta dalam Gereja adalah perayaan sukacita yang mengingatkan setiap orang
percaya bahwa Tuhan Allah memberi karunia Roh kepada setiap saksiNya termasuk
kita sekalian. Karunia Roh, tidak boleh kita pahami dengan sempit, seperti yang
dipahami beberapa orang dalam kelompok gereja tertentu. Karunia roh, bukan lagi
sekedar kemampuan seseorang sebagaimana yang sering kita dengar terjadi di
ruang kebaktian. Lebih dari itu saudara-saudara, bahwa karunia Roh juga harus
dipahami juga dalam segala bentuk kemampuan yang Tuhan berikan kepada kita,
baik melalui kemampuan ekonomi kita, profesi atau pekerjaan kita, peran dan
tanggungjawab dan pelayanan kita. Semua ini, juga dimaksudkan untuk kepentingan
bersama, sehingga Tuhan dimuliakan. Dengan berpegang teguh pada prinsip
kesetaraan dan kebersamaan dalam persekutuan orang percaya, maka semua karunia
yang dimiliki oleh orang-orang dalam persekutuan seharusnya diaplikasikan dalam semangat
kebersamaan dan sikap kerendahan diri di hadapan Tuhan Allah.
Saudara-saudara,
Keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Karunia Roh, sesungguhnya adalah
karunia yang diperoleh setiap orang percaya, semata-mata berdasarkan kehendak
Tuhan. Maka siapapun dalam persekutuan tidak boleh menganggap bahwa karunia
yang dimilikinya adalah karena kemampuan atau usahanya sendiri. Tidak boleh
pula ada sikap merasa lebih tinggi dari orang lain. Kepelbagaian karunia yang
diterima umat Tuhan sesungguhnya adalah kekayaan persekutuan yang akan
mengarahkan hidup persekutuan yang lebih kokoh dan kuat, sehingga mampu
mengalirkan aliran-aliran air bagi dunia di sekitarnya. Hauslah akan karunia
Roh, dan percayalah kepada Tuhan Allah, sebab hanya dengan demikianlah dari
kita dapat mengalir aliran-aliran air hidup bagi orang lain. Dalam persekutuan
rumah tangga, mari berprinsip bahwa semua kita adalah anggota, Kristuslah
Kepala, pemimpin hidup rumah tangga kita. Maka setiap karunia yang dimiliki
oleh masing-masing anggota keluarga kita harus dihargai dan disetarakan dengan
yang lain, dan demi kepentingan bersama. Kristuslah sang Kepala atas semua kehidupan
ini. Mari, setiap anggota dalam rumah tangga, dalam persekutuan berjemaat, mari
kita yang haus datang kepada Dia Air hidup, yakni Yesus Kristus, mari tetap
percaya, maka Dia akan memuaskan hidup kita dan menjadikan hidup kita sebagai
berkat bagi sesama kita. Tuhan Yesus memberkati kita dan menuntun kita di dalam
Roh Kudus. Amin
Bacaan Alkitab Yohanes 20: 19- 31
Kehadiran Yesus Adalah Damai
Sejahtera
Saudara-saudara,
keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Berdasarkan
kesaksian Yohanes, penampakan diri Tuhan Yesus dalam bacaan kita saat ini
adalah peristiwa kedua setelah Dia menampakkan diri kepada Maria Magdalena di
kubur pada saat peristiwa kebangkitan-Nya. Peristiwa penampakan diri Tuhan
Yesus ini terjadi dalam situasi di mana murid-murid Tuhan Yesus sedang diliputi
ketakutan kepada orang-orang Yahudi yang berusaha melenyapkan mereka. Akibatnya
mereka harus bersembunyi dirumah yang pintu yang terkunci. Kita dapat bayangkan
bagaimana mereka dihantui rasa takut dan tentu merasa kalut sebab mereka kini
telah seorang diri tanpa Sang Guru mereka. Belum lagi ketika mereka menerima
berita yang tidak masuk akal dan menggentarkan dari Maria Magdalena, yakni
Tuhan Yesus telah bangkit. Tetapi sungguh mengagumkan, bahwa murid-murid tersebut
tetap bersama dan berkumpul dalam iman serta dalam pengharapan. Di saat mereka
dihantui ketakutan kepada orang-orang Yahudi, diliputi kecemasan dan
ketidaktentuan, dan dalam rasa was-was, Tuhan Yesus tiba-tiba hadir di tengah
perkumpulan mereka dan memberi Damai sejahtera bagi mereka. Serta merta hidup
mereka berubah, yang tadinya dilanda ketakutan, kecemasan, ketidakpastian, kini
berubah menjadi sukacita karena Yesus Kristus datang di sana dan memberkati
mereka.
Saudara-saudara,
keluarga Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Minggu-minggu paskah yang kita rayakan sebagai
murid-murid Tuhan Yesus menjadi moment penting dan berharga bagi kita. di
minggu-minggu ini kepada kita diingatkan kembali bagaimana Tuhan Yesus yang
bangkit telah memberi kita jaminan keselamatan kepada kita. Maka itu berarti
bahwa Tuhan Yesus yang bangkit dari kematian menjadi dasar iman kita dalam
menjalani kehidupan di dunia ini. Kita tahu dan kita sadar, bahwa selama di
dunia ini, hidup kita sering dibayang-bayangi ketakutan, kecemasan dan
ketidakpastian hidup. Di dalam rumah tangga pun demikian halnya. Tidak sedikit
rumah tangga kristen yang hidupnya terhimpit, tertekan, akibatnya dihantui
ketakutan, kecemasan dan ketidak pastian hidup. Bahkan akibat semua peristiwa
hidup yang demikian, tidak sedikit yang menutup pintu hidup dengan rapat-rapat,
dengan harapan apa yang ditakuti tak kan terjadi. Maka berita sukacita bagi
kita, bagi keluarga kekasih kita di rumah ini adalah bahwa dikala kita dihantui
ketakutan, kecemasan, ketidakpastian hidup akibat berbagai bentuk persoalan
yang kita alami, yang kita hadapi, ingatlah bahwa Yesus Kristus yang bangkit
selalu dan senantiasa menjumpai kita yang percaya kepada-Nya, yang tidak
meninggalkan Dia, Tuhan Yesus sangat mengasihi kita, kebangkitan-Nya dari
kematian sesungguhnya adalah jaminan bagi kita untuk mengalami Damai
sejahteraNya. Karena itu saudara-saudara, keluarga, percayalah bahwa Tuhan
Yesus selalu berdiri di depan pintu, maka ketika Dia mengetuk pintu dan barang
siapa yang membukakannya bagiNya, maka Tuhan Yesus akan masuk di dalam
hidupnya.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pengalaman
hidup seperti, disaksikan Yohanes kepada kita, bahwa murid-murid Tuhan Yesus
yang terkungkung dalam ketakutan, kecemasan dan ketidakpastian, dijumpai oleh
Tuhan Yesus, dan mereka diberikan Damai sejahtera sehingga hidup mereka berubah
menjadi hidup yang penuh sukacita. Ada tugas kita sebagai respon atas damai
sejahteraNya tersebut, yakni bahwa kita diutus ke dalam dunia ini untuk
bersaksi tentang KasihNya yang besar. Roh Kudus yang dianugerahkanNya menjadi
kekuatan utama bagi kita untuk menjalani hidup dan menjadi saksiNya. Maka
marilah, kita buka hidup kita, kita terima Dia yang selalu mengetuk pintu hati
kita, sebab kehadiranNya adalah Damai sejahtera. Setiap orang, setiap keluarga
yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, niscaya akan dijumpai Tuhan tatkala
mereka tetap setia, percaya dan membuka pintu hati, pintu hidup bagi-Nya, maka
segala ketakutan, kecemasan dan ketidakpastian akan berganti dengan sukacita
atas damai sejahtera Allah di dalam Yesus Kristu. Amin
Bacaan Alkitab: Amos 8:1- 12
Saudara-saudara,
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Kemiskinan
merupakan persoalan yang terus menerus mewarnai kehidupan sebagian besar umat
manusia di muka bumi ini. Bahkan di dunia ini, negara telah dibagi kelasnya
berdasarkan kekayaan dan kemiskinannya. Negara kita sendiri, disebut-sebut
telah menjadi negara berkembang, tetapi realitasnya bahwa ada jutaan masyarakat
miskin di negara ini. Kemiskinan sendiri telah menjadi bahan studi terutama
ilmu sosial dan juga teologi terutama mengenai penyebabnya. Beragam hasil
penelitian yang diperoleh, apakah akibat sistem sosial dan ekonomi atau
kebijakan, apakah karena sumber daya alam atau karena rendahnya sumber daya
manusia, atau juga karena etos kerja dan budaya hidup. Tetapi yang pasti ialah
bahwa kemiskinan selalu akan berakibat pada kesengsaraan. Kemiskinan dan
kesengsaraan selalu berjalan beriringan dan tak terpisahkan. Akibat kemiskinan
maka terjadi pulalah kesenjangan sosial dalam masyarakat. Tentulah hal ini
tidak sesuai dengan yang Tuhan kehendaki, sebab di mata Tuhan semua orang sama.
Tetapi apa yang terjadi? Manusia sendiri membuat kelas-kelas dalam masyarakat,
sehingga yang terjadi adalah ketidak merataan kesejahteraan hidup. Apalagi
zaman yang semakin kompetitif (Persaingan hidup) telah berakibat pada
terjadinya fenomena yang miskin selalu kalah, dan yang kaya selalu menang alias
semakin kaya. Bahkan yang sangat disayangkan adalah bahwa tidak sedikit
orang-orang kaya dan penguasa yang merampas bagian atau hak orang-orang miskin
dengan kuasa dan kekayaannya. Kita selalu menyaksikan terutama di negara ini,
hampir semua koruptor adalah orang-orang kaya dan penguasa. Jika demikian apa
sesungguhnya yang terjadi?
Saudara-saudara,
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Di zaman Amos tampil menyampaikan
suara kenabiannya ia mencela kejahatan-kejahatan di Israel, kerajaan Utara,
selama masa pemerintahan Yerobeam 11 (775-750 sM). Dari pedalaman dekat
Betlehem, Amos merasa muak atas kemewahan pedesaan yang dijumpainya (Am 3:15),
dan meramalkan malapetaka militer (Am 6:14) sebagai alat hukuman Allah. Amoslah
nabi pertama yang perkataannya ada dalam kitabnya sendiri. Pesannya mengenai
malapetaka ditolak oleh kalangan istana (Am 7:10-17) dan orang-orang kaya yang
menindas sesamanya sehingga melahirkan ketidakadilan dalam kehidupan umat.
Kesengsaraan yang lahir akibat perbuatan jahat, berupa penipuan, monopoli
ekonomi dan pemberlakuan sistem yang tidak adil bagi umat kecil dan miskin
ternyata sangat tidak dikehendaki oleh Tuhan Allah. Nabi Amos meneriakkan
ketidakadilan ini dengan menyampaikan ancaman hukuman Allah berdasarkan
penglihatan yang diterimanya. Amos menyampaikan Firman Allah yakni bahwa Tuhan
Allah sangat menentang perbuatan jahat mereka. Tuhan Allah menelanjangi niat
jahat mereka yakni yang terus berbuat dan merencanakan ketidakadilan bagi kaum
miskin dan rendah, padahal mereka adalah umat Allah. "Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan
bilakah hari Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan
mengecilkan efa, membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu, supaya
kita membeli orang lemah karena uang dan orang yang miskin karena sepasang
kasut; dan menjual terigu rosokan?" Pikiran dan niat kejahatan para
penguasa dan orang kaya ini jelas diketahui oelh Tuhan Allah. Pernyataan ini
menegaskan bahwa di satu pihak orang-orang ini memelihari peraturan keagamaan,
tetapi di pihak lain mereka merancang dan melakukan kejahatan. Mereka memeliha
bulan baru, yakni bulan masa raya dan sabat sebagai waktu kebebasan, tetapi
ketika waktu-waktu itu berlalu mereka melakukan tindakan ketidak adilan bagi
orang-orang miskin. Munafik, itulah julukan yang tepat bagi orang-orang seperti
ini.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jika
Allah sampai beriktiar menghukum umatNya yang berlaku curang dan melakukan
ketidakadilan dengan cara memutuskan relasi dan komunikasi (lapar dan haus akan
Firman Tuhan) dan tidak berkenan untuk dijumpai umat itu, maka sesungguhnya
Tuhan Allah menghendaki agar mereka bertobat dan kembali kepada kehidupan yang
Tuhan Allah kehendaki. Suara kenabian Amos ini, jelas sangatlah keras dan
menyakitkan. Sangat menusuk hati, sehingga wajar jika Amos sempat diusir oleh
Amazia. Tetapi sesungguhnya harus demikian. Bahwa apapun yang Tuhan Firmankan
harus disuarakan dengan lantang oleh setipa orang yang diutusNya. Sebab Tuhan
Allah sangat membenci perbuatan yang menjadikan sesama mengalami kesengsaraan.
Kita adalah orang-orang yang diutus ke dalam dunia ini, menjadi garam dan
terang, di utus untuk menegakkan keadilan dan memberi kemerdekaan kepada mereka
yang tertindas, miskin dan terasing. Jangan sampai malah kita yang menjadi
pelaku-pelaku ketidakadilan tersebut. Bagaimana caranya? Mari kita mulai dari
diri kita sendiri, dari persekutuan rumah tangga kita, persekutuan jemaat. Mari
berjuang bersama dan bersama berjuang menghilangkan segala bentuk
ketidakadilan, menghilangkan kesenjangan sosial ekonomi yang semakin tajam ini
dengan cara memberi diri kita menjadi orang yang senantiasa berguna bagi orang
lain di sekitar kita. Ingatlah apapun pekerjaan kita, sebesar apapun
penghasilan kita, jika hasilnya tak pernah dirasakan oleh orang lain, maka kita
sesungguhnya adalah orang-orang yang tidak berkenan kepada Tuhan Allah.
Kemudian bagi kita sekalian umat Tuhan, diingatkan untuk tidak sekali-kali
merampas atau mengambil yang bukan hak kita, yang bukan bagian kita, itu adalah
tindakan keji di mata Tuhan. Tuhan mengingatkan bahwa kepada orang-orang
seperti ini, akan terjadi kelaparan dan kehausan, bukan akan makanan dan air,
tetapi akan FirmanNya. Tuhan mengingatkan kita semua, bahwa Dia tidak berkenan
menemui orang-orang yang melakukan ketidakadilan. Jika Tuhan tak lagi bersama
kita, maka apakah yang akan terjadi? Hanya kehancuran dan kebinasaan. Maka
karena itu, melalui Firman Tuhan saat ini, kita diajak dan diberkati, bahwa
upaya iman kita mencari Tuhan melalui aktifitas keagamaan kita haruslah selalu
disertai dengan perbuatan yang membuat orang lain diberkati. Percaya dan
yakinlah saudara-saudara, bahwa ketika kita diberkati Tuhan, maka Tuhan
menghendaki kita menjadi berkat bagi orang lain di sekitar kita. Maka
berusahalah selalu menegakkan keadilan dan jadilah berkat bagi sesama. Tuhan
Yesus niscaya menjumpai kita. Jika Tuhan bersama kita, siapakah lagi lawan
kita? AMIN
(Kenaikan)
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 1:
1- 11
Saudara-saudara,
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Barangkali tidaklah terlalu keliru, jika
dikatakan bahwa salah satu hari raya gerejawi dalam kekristenan yang tidak
terlalu mendapat respon meriah dari jemaat boleh dikata adalah “Hari Kenaikan”.
Kenapa demikian? Apakah karena perayaannya biasanya “terjepit” di antara
hari-hari kerja atau karena memang gerejapun belum atau bahkan tidak memberi perhatian
khusus akan perayaan gerejawi yang satu ini, ini perlu mendapat penelitian
lebih lanjut. Tetapi kita patut bersyukur bahwa pemerintah kita di Republik ini
memberi respon positif terhadap hari raya gerejawi ini sehingga di dalam
kalender kita hari ini menjadi tanggal merah dan diberi catatan khusus sebagai
hari kenaikan Yesus Kristus. Pertanyaannya sekarang malah dikembalikan kepada
kita sebagai umat Tuhan, apakah kita memberikan perhatian serius terhadap
perayaan-perayaan agama kita dan memaknainya dengan benar sesuai dengan
kehendak Tuhan? Semogalah tidak ada di antara umat yang beralasan bahwa ia
tidak menghadiri ibadah kenaikan ini, karena ia berpikir:”Untuk apa pergi ke
Ibadah, kan Yesusnya sedang naik ke Sorga...”.
Sidang
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Peristiwa
Kenaikan Tuhan Yesus, sesungguhnya adalah sebuah peristiwa illahi yang
mengandung moment penting bagi semua pengikut Yesus Kristus yang masih hidup
dan berkarya di dunia ini. Melalui berita dari Lukas, yang dengan teliti dan merekam
secara lengkap apa saja yang dikerjakan dan diajarkan Yesus sampai pada Ia naik
ke Sorga, kita mengetahui apa saja sebenarnya yang terjadi dalam peristiwa
tersebut dan bagaimana kita harus memaknainya. Lukas menuliskan bahwa Yesus
Kristus berulangkali menunjukkan diriNya kepada murid-muridNya, sebagai bukti
bahwa Dia adalah Tuhan yang hidup, dengan satu pokok penting yang Dia dengungkan yakni “Kerajaan Sorga”. Dengan
kata lain bahwa sesungguhnya semua peristiwa dan pengalaman serta pengajaran
Tuhan Yesus, tak lain dan tidak bukan adalah dalam satu tujuan yakni perihal
terwujudnya Kerajaan Sorga. Tuhan Yesus menghendaki supaya semua orang yang
percaya kepadaNya betul-betul mengerti dan memahami arti, hakekat dan arah
hidup mereka sesungguhnya hanyalah demi “Kerajaan Sorga”. Untuk tujuan hadirnya Kerajaan Sorga itulah,
Tuhan Yesus melengkapi murid-muridNya dengan kuasa Roh Kudus, seperti yang
dijanjikan Bapa sebelumnya. Artinya ialah, bahwa Tuhan Yesus tidak dengan
begitu saja melepas murid-muridNya pergi memberitakan kabar keselamatan itu,
tetapi murid-murid itu dilengkapiNya dengan kuasa Roh Kudus. Lukas lebih lanjut
menguraikan detailnya peristiwa Kenaikan itu, dengan sikap murid-murid yang
menatap ke langit, dan hadirnya 2 sosok yang berpaikan putih yang menegor sikap
murid-murid tersebut; "Hai
orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang
terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama
seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Apakah
sesungguhnya makna teguran ini bagi gereja Tuhan, sehubungan dengan perayaan
Hari Kenaikan Yesus Kristus ini? Pertama-tama, kita harus ingat, bahwa
peristiwa Kenaikan Yesus Kristus ke Sorga adalah peristiwa yang tidak dapat
dipisahkan dari seluruh karya penyelamatan Allah akan dunia ini. Tuhan Yesus
adalah Tuhan yang hidup itu adalah Tuhan yang mengatasi langit di atas langit.
Dia adalah Tuhan Allah Yang Maha Tinggi, yang melebihi semua kuasa baik di
bumi, di bawah bumi, dan di Sorga. Yang berikut adalah bahwa peristiwa ini
adalah karya Allah dalam rangka penegasan bahwa kerajaan Sorga akan hadir di
bumi ini, sehingga dikatakan “…Yesus ini,
yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang
sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." Dengan demikian kepada kita diingatkan bahwa
akan tiba waktunya,bahwa Tuhan Yesus Kristus akan datang kali kedua ke dunia
ini untuk mewujudkan Kerajaan Sorga tersebut. Karena itulah kita sebagai Gereja
diutus ke dalam dunia supaya kita bekerja bagiNya untuk menghadirkan
tanda-tanda Kerajaan tersebut.
“ Mengapa Kamu
menatap ke langit…? Kalimat ini saudara-saudara harus
dipahami sebagai sebuah pertanyaan yang sesungguhnya hendak mengingatkan kita
bahwa hidup kita sebagai gereja tidak boleh hanya terfokus hidup ke Sorga, tapi
kita tidak menunaikan tugas panggilan kita di dunia ini. Tuhan Allah
menghendaki kita semua sebagai orang-orang yang percaya kepadaNya, sadar bahwa
kita di utus ke dalam dunia ini supaya kita memberi diri menggarami dunia ini
yang telah tawar dari segala rasa kasih, baik kepada sesama manusia dan sesama
ciptaan. Kita juga diharapkan mampu memberi terang di tengah gelapnya dunia
ini.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Maka
sesungguhnya, merayakan Hari Kenaikan Yesus Kristus adalah peristiwa yang
memperingatkan kita sekalian bahwa, kita masih hidup di dunia ini, dan sedang
menunaikan tugas panggilan kita yakni, membawa kabar baik, kabar keselamatan,
kabar damai sejahtera kepada dunia ini. Oleh karena itu saudara-saudara, kita
ditantang untuk merenungkan hidup kita masing-masing. Sudahkah kita dengan
benar hidup di dunia ini? Artinya telah sesuaikah dengan maksud dan tujuan Dia
yang mengutus kita ke dalam dunia ini?. Sebagai gereja, sudah sebesar apa rasa
yang kita beri kepada sesama kita, sudahkah cahaya kita bersinar bagi diri kita
dan bagi hidup orang lain? Ingat, saudara-saudara, Tujuan hidup kita
sesungguhnya bukanlah melulu Sorga, melainkan “Memuliakan Allah” sebab di mana
Allah dimuliakan di situlah sesungguhnya Sorga berada. Memuliakan Allah
tidaklah cukup hanya dengan kita rajin dan antusias melaksanakan kebaktian
setiap minggunya, tidaklah cukup hanya dengan ucapan doa dan sikap sujud
menyembah Allah, melainkan kita ditantang untuk bertanggung jawab atas
kehidupan semua orang, semua mahluk dan semua ciptaan Allah. Beribadah kepada
Allah sesungguhnya adalah ketika hidup kita berguna bagi orang lain, sehingga
mereka juga turut merasakan keselamatan dari Allah. Beribadah kepada Allah
sesungguhnya adalah ketika kita turut bertanggungjawab atas keutuhan
ciptaanNya. Beribadah kepada Allah adalah kita berani berkata dan bersikap
jujur, adil dan setia dalam hidup ini. Maka pola beriman Gereja haruslah
berbeda dengan pola hidup beriman orang lain.
Gereja tidak boleh merasa bahwa ia seakan-akan telah hidup di sorga lalu
tidak lagi peduli dengan dunia ini. “
Mengapa Kamu menatap ke langit…? Teguran ini juga hendak mengingatkan kita
sekalian supaya kita selama di dunia ini, melihat hidup orang lain di sekitar
kita dalam wujud kepedulian di mana kasih kita tebar. Teguran ini juga
bermaksud mengingatkan kita sekalian bahwa sebagai Gereja kita tidak boleh
hanya hidup untuk diri kita sendiri. Kita harus mengasihi, artinya bahwa kita
harus memberi hidup kita bagi hidup orang lain, sebab tidak ada kasih tanpa
memberi.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Mengakhiri
renungan ini, marilah kita mengambil komitmen iman, bahwa kita akan lebih giat
lagi memberi diri untuk menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah di dunia ini.
Mari kita mulai dari diri kita, rumah tangga, persekutuan kita hingga kepada
dunia ini. Ingatlah bahwa “…Yesus ini,
yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang
sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." KedatanganNya kali
kedua, adalah saat di mana kita dimintai pertanggungan jawab atas pengutusan
kita ke dalam dunia ini. Percayalah, saudara-saudara bahwa Damai Sejahtera
Allah niscaya menjadi bagian kita, juga orang lain di sekitar kita, ketika kita
menunaikan tugas panggilan kita. Kepada kita telah diberi Kuasa, maka mari kita
beri hidup kita dipimpin kuasaNya. Amin
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 1:
6- 14
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pada Minggu ini tentulah masih
terekam jelas di dalam diri kita bagaimana kita merenungkan peristiwa kenaikan
Tuhan Yesus ke Sorga yang kita rayakan pada hari Kamis yang silam. Sekarangpun
pemberitaan Alkitab untuk kita sekalian masihlah serangkaian dengan peristiwa
tersebut. Bahwa peristiwa kenaikan Yesus Ke Sorga adalah tanda illahi bagi kita
yang meneguhkan iman kita bahwa Tuhan Yesus yang kita puji dan muliakan adalah
Tuhan Yang hidup, yang bertahkta di Sorga dan yang akan datang kali kedua ke
dalam dunia ini untuk mewujudkan Kerajaan Sorga melalui tindakan penghakiman
atas yang hidup dan yang mati. Bahwa dalam peristiwa tersebut, kita juga
diingatkan bahwa Tuhan Allah memberi kuasa kepada semua murid-muridNya yang
diutus ke dalam dunia ini dengan maksud agar semua murid-muridNya itu menjadi
saksiNya sampai ke ujung dunia ini, yakni memberitakan perihal Kerajaan Sorga
melalui sikap hidup sesuai dengan kehendakNya.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Saat ini, mari
kita merenungkan kembali rangkaian kisah yang terjadi dalam peristiwa Kenaikan
Tuhan Yesus tersebut. Bahwa setelah Tuhan Yesus terangkat ke Sorga,
murid-muridNya diarahkan untuk mengambil satu sikap iman sehubungan dengan
janji Allah yang disampaikan kepada mereka. Pada ayat 4 diterangkan bahwa Tuhan
Yesus melarang murid-murid itu meninggalkan Yerusalem dan menyuruh mereka
mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa. Perintah inilah yang ditaati
murid-muridNya, sehingga setelah Yesus Kristus naik ke Sorga, merekapun
menantikan janji itu. Murid-murid Yesus kembali ke Yerusalem sesuai dengan
petunjuk Tuhan Yesus. Mari kita simak dengan seksama, apa dan bagaimana sikap
mereka menantikan janji Allah. Itulah yang hendak kita mengerti dan maknai
dalam-dalam. Dikatakan bahwa mereka setelah tiba di kota, mereka bersekutu
bersama. Persekutuan itu adalah persekutuan karena iman, hanya dengan satu
maksud yakni untuk menaati perintah Tuhan Yesus. Tidak ada yang motivasi lain,
selain hanya demi kemuliaan Tuhan Allah. Persekutuan tersebut adalah
persekutuan yang mananti kehendak Allah, yakni menantikan janji Allah. Kemudian
mari kita lihat, bahwa mereka mengambil sikap dan tindakan iman, yakni mereka
bersekutu dalam ketekunan, dalam kesatuan hati, dan dalam sikap berdoa
bersama-sama. Di sana jelas tergambar bagaimana sesungguhnya hakekat
persekutuan orang percaya.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Apa
yang disampaikan Lukas melalui berita ini, sesungguhnya sangat relevan untuk
mereformasi kembali hidup dan pola persekutuan kita sebagai gerejaNya. Pertama,
bahwa persekutuan kita, sesungguhnya adalah persekutuan yang sedang menanti.
Menantikan kedatangan Tuhan Allah kedua kalinya. Persekutuan kita bahkan hidup
kita juga adalah persekutuan dan hidup yang terus menerus menantikan rahmat dan
kasih karunia serta berkat Tuhan Allah. Oleh sebab itu, mari kita belajar dari
sikap murid-murid Tuhan Yesus ini. Kita melihat bahwa persekutuan tersebut
adalah persekutuan yang murni, yang semata-mata terarah pada kemuliaan Tuhan
Allah. Kita melihat bahwa tidak ada sedikitpun indikasi adanya pementingan diri
sendiri atau kelompok dalam persekutuan tersebut. Di sanapun tidak ada terlihat
sikap penonjolan diri, pemaksaan kehendak, atau sikap memerintah orang orang
lain dengan dalil apapun. Tidak ada pula sikap yang melahirkan perpecahan
karena mereka sehati dalam persekutuan tersebut. Tetapi marilah kita bersikap
jujur dengan pola persekutuan kita saat ini. Di sana sini terdengar berita
bahwa beberapa jemaat kita terpecah, bertikai, yang melibatkan banyak orang,
baik sebagai warga jemaat maupun pelayan. Sehingga muncul pertanyaan, ada apa
dengan persekutuan kita? Kita tidak perlu enggan membuka semua yang terjadi ini
sebagai perenungan kita bersama. Bahwa benar, beberapa masalah dalam
persekutuan adalah karena adanya orang yang menonjolkan diri, yang memaksakan
kehendak, yang menyalahkan wewenang yang mementingkan diri sendiri, karena
ketekunan semakin terkikis, demikian juga sikap sehati dan juga kehilangan
aktifitas berdoa bersama-sama.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Ketekunan,
sikap sehati dan tindakan berdoa bersama-sama adalah sikap iman yang harus
terus dipelihara oleh Gereja dalam persekutuannya. Sebab jika tidak demikian,
maka hakekat persekutuan akan menjadi tidak lagi sebagai persekutuan yang
menanti. Ingat, bahwa sebagai persekutuan umat yang percaya kita adalah
persekutuan yang menanti, menantikan janji Allah. Persekutuan umat Tuhan harus
menantikan kuasa Roh kudus, supaya dengan kuasa itu mereka melakukan segala
sesuatu, sehingga apapun tindakan apapun keputusan dan apapun aktivitas
persekutuan semuanya sesuai dengan kehendak Allah dan hanya untuk kemuliaan
Allah. Maka dengan demikian, tidak ada lagi tempat bagi kekuasaan pribadi,
kehendak pribadi, tidak ada lagi ruang bagi wewenang yang menghalangi umat
untuk memuliakan Tuhan Allah. Juga tidak ada lagi terdengar ketimpangan
ekonomi, social, pelayanan antara satu jemaat dengan jemaat lain, antara
pelayan yang satu dengan pelayan lain, tidak ada lagi korupsi dan
penyalahgunaan persembahan yang adalah milik Tuhan dalam persekutuan.
Persekutuan gereja harus tekun, artinya persekutuan yang harus bersungguh-sungguh
dan harus tetap berpegang teguh pada janji Tuhan Allah. Tidak ada motivasi lain
selain untuk kemuliaan Tuhan Allah. Tidak ada tempat bagi siapapun dalam
persekutuan untuk menaikkan stara sosialnya, tidak ada tempat bagi siapapun
untuk memperkaya dirinya sendiri, tidak ada tempat bagi siapapun untuk
memerintah, menguasai orang lain. Sebab persekutuan umat Tuhan adalah
persekutuan yang dalam satu hati memuliakan Tuhan Allah. Yang kedua, ialah
Persekutuan Gereja adalah persekutuan yang sehati. Artinya, tidak ada tempat
bagi siapapun yang boleh memaksakan kehendak hatinya sendiri, tidak ada tempat
bagi iri hati, sakit hati, dan mendua hati. Semua hati menjadi satu yakni
mengikuti dan melakukan kehendak hati Tuhan Allah. Sehati dalam persekutuan
juga berarti semua anggota persekutuan dalam hati yang sama, yakni dalam
kerendahan hati. Dengan demikian Tuhan Yesus Kristus sebagai kepala persekutuan
ditinggikan dan dimuliakan. Yang terakhir adalah, persekutuan Gereja adalah
persekutuan yang berdoa bersama, artinya mengambil sikap yang sama yakni
menggantungkan hidup dan pengharapannya hanya kepada Tuhan Allah. Karena itu,
tidak ada tempat bagi siapapun dalam persekutuan untuk menjadikan dirinya orang
yang paling berjasa, tidak ada tempat bagi siapapun yang berpikir bahwa kalau
bukan dia maka tidak ada yang jadi dan terlaksana, tidak ada tempat bagi
siapapun yang merasa dapat menjamin kehidupannya dan kehidupan persekutuan di
tangannya sendiri. Seluruh keberadaan hidup dan pengharapan hidup kita sebagai
persekutuan orang percaya hanyalah ditangan Tuhan semata-mata.
Saudara-saudara,
Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Melalui perenungan kita saat ini,
sesungguhnya iman dan pengharapan kita sedang dan akan terus disegarkan. Sebab
apa yang dilakukan murid-murid Tuhan Yesus sungguhlah sikap yang tidak akan
membuat kita menyesal dalam hidup persekutuan dengan Tuhan Yesus. Janji Tuhan
itu pasti dan senantiasa disertai bukti setiap hari dalam hidup kita. Maka
siapapun kita dalam persekutuan, mari untuk tidak mengundurkan diri dari
persekutuan, mari untuk selalu berkomitmen bahwa dan terus bersungguh-sungguh
bahwa kita bersekutu di dalam dan dengan Tuhan Allah semata-mata hanyalah untuk
kemuliaanNya. Maka jangan pernah ketekunan kita menjadi luntur hanya karena sikap
seseorang di tengah persekutuan. Kita mesti menyatukan hati, dalam wujud
kerendahan dengan hati orang lain. Mari satukan hati untuk memuliakan Tuhan dan
menantikan janjiNya. Jangan izinkan penyakit hati merasuki hidup kita.
Terkahir, naikkanlah doa bersama, agar kehendak Allah jadi di Bumi seperti di
Sorga. Terpujilah Tuhan Yesus Kepala Gereja. Amin.
Pentakosta
Bacaan
Alkitab Bilangan 11: 24- 30
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pertama-tama
kami mengucapkan “ Selamat Hari Pentakosta, Roh Kudus kiranya turun atas kita
sekalian”! saudara-saudara, sesungguhnya Perayaan pentakosta ini adalah
perayaan sukacita, perayaan kegembiraan iman dalam hidup kita sebagai Gereja
Tuhan. Bersukacita dan bergembira dalam iman menjadi pengalaman kita sebagai
gerejaNya, sebab di perayaan ini kita sekalian kembali diingatkan bahwa Roh
Kudus telah dan akan selalu membimbing kita dalam hidup ini. Dengan dan melalui
Kuasa Roh Kudus kita telah dan akan terus diberi kemampuan untuk menjalani
hidup ini dan terus berjuang dalam iman, menunaikan tugas dan tanggungjawab
kita dengan benar sesuai dengan kehendak Allah. Merayakan hari Pentakosta tak
lain dan tak bukan adalah untuk menegaskan kembali kesetiaan Tuhan Allah akan
janji penyertaanNya bagi umat yang dipilih, diselamatkan dan diutusNya ke dalam
dunia ini. Oleh karena itu, marilah kita kembali merenungkan makna perayaan ini
bagi hidup kita sebagai umat Tuhan Allah. Sebagaimana pengalaman umat Tuhan
dalam hal ini Musa dan tua-tua Israel tentang bagaimana Roh Allah menghinggapi
mereka. Sebab berbicara tentang Pentakosta adalah berbicara tentang Ketuangan
Roh Allah yakni Roh Kudus kepada umatNya sebagaimana pula pengalaman
orang-orang percaya ketika peristiwa Pentakosta berdasarkan kesaksian Alkitab
dalam Kisah Para Rasul Pasal 2.
Sidang Jemaat,
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kita
semua percaya, bahwa ketika seseorang dikuasai dan dipimpin Roh Kudus, maka
sesungguhnya akan tampak kuasa Illahi dalam seluruh aktivitas hidup yang
dijalaninya. Demikian juga dengan
Gereja, jika Gereja yakni kita dan persekutuan kita dipimpin dan dikuasai Roh
kudus, maka Gereja akan berkarya dan menjalankan seluruh pelayanannya sesuai
dengan kehendak Tuhan Allah. Gereja akan benar-benar hidup dan benar-benar
menghidupkan kehidupan di dunia di mana Tuhan mengutusnya. Tetapi, kemudian
fenomena yang terjadi di kalangan gereja-gereja adalah, adanya klaim yang
mengatakan bahwa “di dalam gerejanya lebih bernuansa Roh kudus dan gereja orang
lain Roh kudusnya telah hilang”. Klaim seperti ini sesungguhnya lahir dari
pemahaman yang keliru tentang Gereja dan bergereja. Bahwa jika klaim seperti
ini lahir dalam gereja, maka gereja tersebut telah jatuh dalam sikap beriman
yang eksklusif, di mana hanya diri, gerejanyalah yang benar, dan diri serta
gereja orang lain salah. Sikap ini tidak boleh berlaku dalam hidup kita sebagai
gereja. Bahwa melalui klaim seperti ini, kita juga mesti tertantang untuk
kembali merenungkan eksistensi atau keberadaan kita sebagai gereja, baik
pribadi maupun persekutuan dalam hubungannya dengan Kuasa Roh Kudus dalam hidup
kita, juga persekutuan kita. Benar, bahwa gereja berkarya dan melayani,
semata-mata haruslah berdasarkan Kharisma, yakni Karunia Roh Kudus. Maka gereja
haruslah merupakan gereja yang Kharismatik, yakni gereja yang melakukan seluruh
bentuk tugas dan tanggungjawabnya berdasarkan kuasa Roh Kudus. Maka karena itu,
harus dipahami dengan benar bahwa gereja yang kharismatik itu bukanlah sekedar gereja
yang mengekspresikan segala bentuk ibadahnya atau kebaktiannya dengan menggelar
karunia roh, seperti berbahasa lidah, bernubuat, atau yang lainnya, melainkan
juga terutama dalam pelayanannya kepada dunia ini, yakni melalui bentuk
pelayanan nyata dalam kasih dengan selalu dalam wujud yang benar sesuai dengan
dorongan Roh Kudus.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam
perayaan Pentakosta saat ini, sesuai dengan bacaan kesaksian Alkitab, marilah
kita kembali merenungkan dengan seksama bagaimana sesungguhnya kita memahami
dan memaknai peristiwa ini. Pertama-tama, Alkitab memberi kesaksian bahwa
perihal turunnya Roh Kudus kepada umatNya tidak dapat dipisahkan dari
pemberitaan Firman Allah. Itulah yang terjadi dalam pengalaman iman Musa dan
tua-tua Israel kala itu. Dikisahkan bahwa setelah Musa menyampaikan Firman
Tuhan yang diterimanya, maka kepenuhanlah tua-tua yang bersamanya. Tetapi bukan
mereka saja, melainkan ada lagi 2 orang yang saat itu berada diperkemahan,
yakni Eldad dan Medad. Nama “Eldad” berarti “Allah adalah Sahabat” dan “Medad”
artinya “Kasih” sesuai dengan asal kata dalam bahasa Ibrani. Kedua orang ini
juga kepenuhan walaupun mereka saat itu tidak sedang bersama-sama dengan Musa.
Tetapi Yosua sempat menegor Musa, agar kedua orang ini dicegah. Tetapi Musa
memberi jawaban yang mengejutkan, “….Ah, kalau seluruh umat TUHAN menjadi
nabi, oleh karena TUHAN memberi Roh-Nya hinggap kepada mereka!". Mari
kita memberi perhatian pada ungkapan hati dan kerinduan Musa ini. Apa
sesungguhnya yang dimaksudkan Musa dengan ungkapan ini? Apa yang akan terjadi
dan berlaku dan bagaimana jika seluruh umat Tuhan menjadi Nabi karena Tuhan
memberi RohNya hinggap kepada mereka? Mari kita belajar, siapa dan apa serta
bagaimana sesungguhnya nabi Tuhan itu sesuai dengan pernyataan Musa ini!. (Membahas
siapa dan bagaimana nabi sesuai kesaksian Alkitab tidaklah cukup kita uraikan
disini, karena itu, jika ingin membahasnya dengan lengkap kita bisa membahasnya
di kesempatan yang lain bersama dengan pelayan di jemaat kita masing-masing).
Seorang Nabi adalah Seorang hamba Tuhan yang dipanggil untuk menyampaikan
Firman Allah kepada manusia. Di dalam jemaat kristen jabatan kenabian merupakan
sebuah karya istimewa. Karya yang
digerakkan oleh karunia Kharismatis dari Roh yang dijanjikan dan diutus oleh
Yesus. Karunia dari waktu keselamatan
yang sudah dipenuhi itu terbuka bagi semua orang beriman, meskipun ada
perorangan yang dapat melakukannya dengan cara yang khusus. Di dalam Kisah para Rasul ada beberapa orang
yang menunjukkan penerimaan kurnia kenabian khusus tadi (Agabus, keempat puteri
penginjil Filipus). Paulus tidak menempatkan dirinya selaku nabi. Kebanyakan ia
tempatkan dirinya selaku Rasul, meskipun ia juga tahu, bahwa ia memiliki Rokh
Allah (band. 1Kor 7:40). Kelompok nabi di dalam PB jelas mempunyai tempat
semacam jabatan di dalam Gereja Purba.
Tulisan-tulisan itu di waktu kemudian menunjukkan, bahwa kenabian yang
benar itu mundur, dikarenakan keadaan Gereja yang semakin membentuk institusinya.
Seorang nabi Khususnya para nabi Israel yang bertindak selaku pembicara atas
nama Allah (seperti Musa, Elia, Amos, Yesaya dll.). Seringkali mereka harus
menentang raja atau rakyat Israel sendiri yang telah menyimpang dari kehendak
Tuhan.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
“Nabi” dalam Kata Yunani
"profetes": yakni pemberi keterangan orakel (nubuat atau pesan atas
petunjuk Tuhan Allah). Kata "nabi" dalam bahasa Yunani juga memiliki
arti dasar tersebut. Pada zaman yang terkuno nampaknya kata itu hanya dipakai
bagi orang tertentu dalam keadaan tak sadar yang memaklumkan pujian Tuhan
(band.1Sam 10:5,10). Mereka yang memaklumkan orakel Yahwe disebut
penglihat. (ro’eh atau hozeh), Nabi bahkan
menjadi sebuah nama ejekan, sehingga kebanyakan para nabi Alkitab menghindari
sebutan itu. –Selama sekitar lima abad lamanya kenabian itu ikut menentukan
hidup rohani Israel secara mendalam. Dari penjelasan singkat di atas, dan
kembali pada pernyataan sekaligus kerinduan Musa, dapat disimpulkan secara
sederhana bahwa seorang Nabi adalah seorang yang dihinggapi Roh Kudus dan yang
hidupnya berkarya berdasarkan kuasa Roh Kudus dan apapun yang dilakukananya
adalah demi kehendak Tuhan Allah. Berdasarkan pengertian ini juga, maka
sesungguhnya kita diingatkan bahwa kita adalah nabi Tuhan ketika Roh kudus
menghinggapi kita. Dan memang haruslah demikian halnya, sebab kita percaya,
bahwa sebagai gerejaNya kita tentulah telah diberiNya Roh Kudus. Maka karena
itu, apapun yang kita lakukan dalam hidup ini mestilah sesuai dengan kehendak
Tuhan Allah berdasarkan dorongan RohNya.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Ungkapan
yang merupakan kerinduan Musa sesuai dengan kesaksian Alkitab saat ini,
sesungguhnya juga memiliki arti dan makna yang luar biasa. Kerinduan ini,
adalah kerinduan illahi. Tuhan Allah juga merindukan kita semua menjadi
orang-orang yang menerima FirmanNya, kemudian juga memberitakan FirmanNya itu
kepada dunia ini, dengan kuasa Roh kudus. Kita adalah saksiNya, yang mestinya
menyadari bahwa kita semua, siapapun wajib berkarya memberitakan Firman Tuhan
yakni Kabar keselamatan kepada dunia ini dengan segala bentuk karya sesuai
dengan talenta kita masing-masing dan melalui profesi kita, status ekonomi,
pendidikan, social kita dan kemampuan serta seluruh keberadaan hidup kita. Jika
semua orang dalam persekutuan kita menyadari hal ini, maka terwujudlah
sesungguhnya apa yang dirindukan Musa tersebut. Jika semua kita dalam
persekutuan dihinggapi oleh Roh Kudus, maka sesungguhnya tidak akan ada lagi
ruang bagi pertikaian dan kebohongan serta segala bentuk kejahatan dalam hidup
persekutuan kita sebagai jemaat Tuhan. Pertanyaannya adalah, sudahkah kita
dihinggapi oleh Roh Kudus? Itu hanya akan terjawab “ Ya, sudah” melalui sikap
dan perilaku hidup dan keimanan kita!. Pertanyaan berikut adalah, sudahkah kita
memberi tempat dan ruang bagi orang lain, pendapat dan sumbangsih pemikiran
orang lain dalam persekutuan kita dalam pengambilan keputusan dalam gereja ini?
Ataukah kita seperti Yosua, yang menegor Musa agar mencegah Eldad dan Medad
berkarya oleh Kuasa Roh Allah?
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sekali lagi, Merayakan Pentakosta, seperti
yang kita lakukan saat ini, adalah momentum penting bagi kita sekalian untuk
mengintrospeksi hidup kita, persekutuan kita, sekaligus juga untuk menyadari
bahwa ternyata, Tuhan Allah sungguh merindukan semua kita umat yang percaya
kepadaNya menerima Kuasa Roh Kudus. Dan itu kita percaya sudah dan akan terus
berlaku. Tinggal sekarang, bagaimana kita membuktikannya, membuktikan bahwa
kita adalah Gereja yang dihinggapi dan dikuasai oleh Roh Kudus. Mari kita
camkan dengan benar, bahwa Gereja yang dipimpin oleh Roh Kudus adalah Gereja
yang membawa damai, di mana ada pertikaian, Gereja yang memberi rasa, di mana
hidup menjadi tawar, gereja yang memberi kehangatan di mana ada kelesuan.
Gereja yang hadir membawa damai sejahtera sesuai dengan kerinduan Allah. Karena
itu, mari saudaraku, kita buka hidup kita bagi Roh Kudus, hilangkan semua
keegoisan dalam hidup kita, mari kita hidup berdasarkan FirmanNya, dan
menjalani kehidupan ini berdasarkan tuntunan Roh Kudus. Percaya dan yakinlah
saudara-saudara, bahwa kita semua adalah hamba Tuhan yang senantiasa
disertaiNya dalam langkah, jerih juang di dunia ini menyampaikan kabar baik
melalui perbuatan kita berdasarkan kuasa Roh Kudus. Amin
Bacaan Alkitab: Mazmur 78: 32- 55;
Matius 6: 25- 34; 1 Petrus 5: 5- 11
KETEGUHAN IMAN YANG SEMPURNA
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kehidupan umat
Tuhan tidak dapat terpisahkan dalam tiga dimensi waktu, yakni masa silam, kini
dan nanti. Tiga dimensi waktu tersebut juga mempengaruhi keimanan umat Tuhan.
Di tiga dimensi waktu itu Tuhan berkenan hadir menyertai umat-Nya. Tuhan rela
hadir dalam sejarah umat-Nya, hadir di masa kini dan memberi pengharapan di
masa yang akan datang. Dan memang benar, Tuhan mengatasi segala waktu sehingga
Dia dapat hadir kapanpun dalam perjalanan hidup manusia. Inilah yang
pertama-tama yang harus diimani oleh kita sekalian, sehingga kita menyadari
bahwa Tuhan Allah ada disetiap dimensi waktu dalam kehidupan kita. Itu berarti,
dimensi waktu manapun menjadi waktu yang berharga bagi kita umat yang percaya
dalam rangka mengintrospeksi keimanan kita kepada Tuhan. Kehidupan kita di masa
silam menjadi pelajaran berharga bagi kehidupan kita di masa kini dan nanti.
Masa yang telah berlalu itu penting bagi kita untuk merenungkan seluruh
pengalaman hidup kita, bagaimana Tuhan Allah hadir di dalamnya sehingga
memungkinkan kita ada kini di sini meniti hari-hari hidup untuk masa depan kita
nanti. Pengalaman berdasarkan sejarah itu penting, sehingga apa yang tidak
berkenan kepada Allah yang pernah terjadi tidak lagi terulang kini dan nanti.
Pengalamana hidup di dalam sejarah itu penting, sehingga karya Tuhan terus
terngiang dan menjadi dasar kita melangkah ke masa yang akan datang. Intinya
adalah bahwa kehadiran Allah di masa silam itu menjadi pegangan hidup kita
bahwa kesetiaan Allah tidak akan pernah berubah sampai kapanpun, sehingga iman
kita tetap teguh hanya kepada Dia. Kegagalan seseorang dalam kesetiaannya
beriman, sangat dipengaruhi kesadarannya merenungkan karya Tuhan disepanjang
kehidupannya termasuk kehidupannya dimasa silam. Orang yang tidak menyadari
bagaimana Tuhan terlibat dalam seluruh perjalanan hidupnya tidak akan pernah
hidup teguh dalam keimanannya. Akibatnya, orang seperti ini akan selalu
dihantui oleh kekuatiran yang besar yang kemudian dapat berakibat pada kehilangan
pengharapan atau putus asa. Kekuatiran hidup, sebenarnya bukanlah melulu
disebabkan ketakutan akan apa yang terjadi di masa depan, tetapi juga
dipengaruhi oleh ketidaksadaran merenungkan hidup dimasa lampau. Jika seorang
beriman sadar dan mampu merenungkan karya kasih Tuhan Allah dalam hidupnya di
masa silam niscaya tidak akan dihantui kekuatiran akan hidup di masa depan.
Kenapa? Karena Tuhan itu hadir kapanpun dalam hidup umat-Nya. Kasih setia-Nya
untuk selama-lamanya.
Saudara-saudara, Sidang Jemaat Yang
Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam
kitab Mazmur yang menjadi bagian bacaan Alkitab saat ini dapat disimpulkan
bahwa umat Israel diajak untuk belajar dari sejarah bangsa mereka. Tuhan Allah
rela dijangkau oleh sejarah, Dia hadir dengan karya-Nya yang ajaib, Dia hadir
dengan hati-Nya yang penuh belaskasihan, Dia hadir dengan pengampunan, Dia
hadir memberi kelepasan dan kemenangan. Artinya bahwa Umat Israel harusnya
menyadari bahwa di masa pelik sekalipun, Tuhan Allah telah membuktikan
kesetiaan-Nya, walaupun umat itu sendiri sering memberontak kepada-Nya. Untuk
itu, harusnya tidak alasan bagi umat Tuhan untuk hidup dalam kekuatiran dimasa
kini dan nanti. Sekalipun umat Israel berulangkali mencobai dan memberontak
kepada Allah, sekalipun Allah sendiri telah berulangkali melakukan mujizat di
hadapan mereka, mereka selalu saja kehilangan kepercayaan kepada Allah, akan
tetapi Tuhan Allah tetap konsisten pada janji-Nya. Dia sendiri menuntun umat
itu dengan tenteram dan menghalau segala musuh mereka serta memberikan kepada
mereka tanah yang dijanjikan itu. Ini menjadi bukti yang harus diimani oleh
semua umat Tuhan, bahwa kasih setia itu nyata sampai kapanpun. Maka jika Tuhan
Yesus menegaskan umat-Nya seperti yang terdapat dalam bagian bacaan Alkitab
saat ini untuk tidak kuatir dalam hidup ini, itu berarti di mata Tuhan setiap
orang yang percaya kepada-Nya sangatlah berharga dan dikasihi-Nya. Kekuatiran
di mata Tuhan Yesus adalah bentuk ketegaran hati manusia yang tidak mengakui
dan menyadari dengan sungguh-sungguh kasih setia Tuhannya. Itu berarti kekuatiran merupakan bentuk pengingkaran
akan kemahakuasaan dan kasih setia Tuhan. Maka jelas, mengapa Tuhan Yesus
dengan tegas melarang umat-Nya untuk kuatir, yaitu agar umat-Nya teguh beriman
kepada-Nya. Kekuatiran umat Tuhan akan hidupnya akan menjadi pintu masuk bagi
iblis, sehingga seseorang itu pada akhirnya akan kehilangan imannya dan pada
akhirnya ia jatuh ke tangan iblis yang akan membinasakannya.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Berbicara
tentang kekuatiran, itu berarti kita berbicara tentang hilangnya keteguhan
iman. “Iman” dalam Perjanjian lama berasal dari kata kerja “aman” yang berarti “memegang teguh”. Kata ini bisa muncul dalam
bentuk yang bermacam-macam. Jika diterapkan kepada Tuhan Allah, maka kata iman
berarti “bahwa Allah harus dianggap sebagai “Yang Teguh dan Yang Kuat”. Orang
harus percaya kepada-Nya dan mengimani bahwa Allah teguh dan Kuat. Oleh karena
itu, beriman kepada Allah berarti mengimani bukan hanya dengan akalnya,
melainkan juga dengan segenap kepribadian dan cara hidupnya kepada segala janji
Allah yang telah diberikan dengan perantaraan Firman dan Karya-Nya. Demikian
juga jika pengertian iman diterapkan pada Perjanjian Baru, maka iman berarti
mengamini dengan segenap kepribadian dan cara hidupnya kepada janji Allah,
bahwa di dalam Kristus ia telah memperoleh kemenangan dan keselamatan atas
kuasa dosa. Maka umat yang percaya kepada Tuhan Allah, adalah umat yang tidak
lagi diliputi kekuatiran hidup. Tidak pula beriman situasional. Artinya bentuk
keimanan ditentukan oleh situasi hidup yang kita jalani. Di saat susah ingat
Tuhan, setelah senang lupa Tuhan. “iman situasional” bukanlah bentuk keimanan
yang benar dimata Tuhan. Akan tetapi kapanpun di manapun dalam situasi apapun,
iman kita harus tetap teguh hanya kepada Tuhan. Maka bagaimanapun situasi hidup
yang kita jalan baik di masa silam, kini dan nanti, kita tidak akan pernah
dikuasai kekuatiran hidup, kita tidak akan kehilangan iman kepada Tuhan. Ada
kalimat bijak berkata bagini: “Kekuatiran
hidup akan masa silam ditambah kekuatiran hidup akan masa yang akan datang akan
membuat hidup dimasa kini kehilangan arah dan harapan”. Kalimat ini hendak
menegaskan bahwa hidup dalam kekuatiran tidak akan pernah menghantar seseorang
untuk hidup pada kesuksesan dan kebahagiaan serta tidak akan tiba di tujuan.
Untuk itu berefleksi dari Bacaan saat ini, ada beberapa hal yang harus
dilakukan oleh setiap kita dalam rangka mewujudkan keteguhan iman yang
sempurna, yakni:
1. Renungkanlah
selalu Kasih dan kesetiaan Tuhan dalam kehidupan kita di masa lampau.
Ingatlah...! kasih dan kesetiaan-Nya itu tidak berkesudahan, dulu, kini
dan nanti. Pengalaman hidup dimasa silam bersama Tuhan niscaya membawa kita
pada keteguhan iman yang sempurna.
2. Jadikan Allah
dan segala pekerjaan-Nya menjadi yang terutama dan pertama dalam seluruh
perjuangan hidup. Maka, janji Tuhan jelas, yakni segala sesuatu akan
ditambahkan-Nya kepadamu. Artinya bahwa ketika Tuhan Allah menjadi yang
terutama dan yang pertama dalam hidup ini, maka segala hal yang kita perlukan
telah tersedia di dalam Dia. Dengan demikian jika Tuhan Allah di dalam hidup
kita, segala sesuatu yang kita perlukan dalam hidup ini ada dalam Dia. Dialah
sumber segala-galanya. Rendahkanlah diri di hadapan-Nya
3. Serahkanlah
kekuatiranmu kepada Tuhan. Melalui sikap seperti ini, maka jelas bahwa
kita mengakui dan mengamini
kemahakuasaan-Nya dan kesetiaan-Nya yang memelihara kita.
Percayalah
saudara-saudaraku, dengan memiliki iman yang teguh kepada
Tuhan, maka tidak ada yang mustahil untuk kita raih dalam hidup ini. Tidak
mustahil hasil ladang dan sawah kita berlimpah, tidak mustahil keutungan kita
bertambah-tambah dalam usaha kita, tidak mustahil karier atau jabatan kita
menanjak, tidak mustahil penyakit kita lenyap, tidak mustahil pula kita dapat
jodoh dan pekerjaan, tak mustahil rumah tangga kita pulih, tidak mustahil
anak-anak kita menjadi baik dan sukses, tak mustahil persekutuan kita menjadi
persekutuan yang kuat dan kokoh, semuanya yang tidak mungkin menjadi mungkin
jika Tuhan Allah berkenan. Amin
Bacaan Alkitab: Mazmur 78: 56-72;
Yohanes 11: 17- 27; 2 Timotius 1: 7- 10
KETEGUHAN DAN KETEKUNAN IMAN
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Jika minggu yang
lalu kita juga merenungkan ayat sebelumnya dari bagian Mazmur 78 ini, maka
kini, ayat selanjutnya yakni ayat 56-72 atau ayat-ayat terakhir juga menjadi
perenungan kita beserta dengan bacaan dari Perjanjian Baru yakni Injil Yohanes
dan 2 Timotius. Temanya juga berbicara tentang keteguhan dan ketekunan iman. Dua kata ini yakni
“Teguh” dan “Tekun” memiliki kesamaan, yakni sama-sama menunjuk pada sikap
seseorang dalam kesungguhan hatinya. “keteguhan” yang berasal dari “teguh”
berarti “kuat berpegang, atau “tetap tidak berubah”. Sedangkan Ketekunan yang
berasal dari kata” Tekun” berarti “”rajin, berkeras hati, bersungguh-sungguh”.
Maka keteguhan dan ketekunan iman dapat diartikan sebagai sikap seseorang yang
kuat berpegang atau tidak berubah dan rajin, bersungguh-sungguh dalam imannya
kepada Tuhan. Keteguhan dan ketekunan iman tidak lahir begitu saja dalam
kehidupan setiap orang. Akan tetapi keteguhan dan ketekunan iman lahir dari
sikap yang mampu merenungkan dan mengambil makna dari setiap pengalaman hidup
(baik susah maupun senang) yang dialaminya dalam seluruh kehidupannya dalam
persfektif keimanannya kepada Tuhannya. Dengan sikap seperti ini maka jelas
dapat disimpulkan bahwa pemaknaan dalam iman atas pengalaman hidup bersama
Tuhan akan melahirkan keteguhan dan ketekunan iman. Persoalannya sekarang
adalah apakah benar seluruh kehidupan kita, terlebih berbagai bentuk
pemberontakan kita kepada Allah terutama di masa silam akan melahirkan
keteguhan dan ketekunan kita dalam beriman? Saudara-saudara, inilah yang
terjadi dalam pengalaman hidup umat Israel. Mazmur 78 pada dasarnya hendak
mengajak semua orang agar jujur terhadap sejarahnya, mengaku dengan jujur bahwa
dalam sejarah tersebut terdapat perbuatan yang menyakiti hati Tuhan. Tetapi di
sisi yang lain juga kita harus sungguh-sungguh jujur dan mengaku bahwa ternyata
Tuhan Allah sangat mengasihani kita. kesaksian tentang kesetiaan Tuhan dan
pemberontakan umat kepada Tuhannya. Melalui kesaksian Pemazmur dalam bacaan
kita yang pertama tadi, jelas bahwa Tuhan Allah akhirnya memberi pembebasan
kepada umat-Nya Israel dengan cara-Nya sendiri. Cara yang tidak terpikirkan
oleh umat. Ia mengambil seorang Daud, seorang yang tidak diperhitungkan dalam
keluarganya. Bahkan Alkitab katakan (ay. 70-71)
“dipilih-Nya Daud, hamba-Nya, diambil-Nya dia dari antara
kandang-kandang kambing domba; dari tempat domba-domba yang menyusui
didatangkan-Nya dia, untuk menggembalakan Yakub, umat-Nya, dan Israel,
milik-Nya sendiri”. Tuhan Allah tidak mengambil seseorang dari medan perang,
Tuhan Allah malah tidak memilih seorang pejuang atau kesatria yang gagah
perkasa, tetapi malah seorang Daud yang parasnya elok, kemerah-merahan, yang
latarbelakangnya gembala kambing dombalah yang dipilih-Nya. Inilah cara Tuhan
yang tak terpikirkan manusia. Daudlah kemudian yang dipakai Tuhan Allah untuk
menggembalakan umat-Nya itu dengan ketulusan hati dan kecakapan tangannya.
Kesaksian pemazmur ini, menjadi bukti bagaimana Tuhan Allah sangat mengasihi
dan menyayangi umat-Nya dengan cara dan waktu Tuhan sendiri. Kesaksian ini
harusnya meneguhkan dan membuat kita tekun dalam iman, bahwasannya kasih setia
Tuhan sangatlah terbukti.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam bacaan kita yang kedua,
Yohanes menyampaikan sebuah peristiwa yang sulit dicernah oleh akal manusia.
Maka kisah ini sering digolongkan sebagai peristiwa mujizat yang Tuhan Yesus
lakukan, yakni membangkitkan orang mati. Dalam kisah ini, Tuhan Yesus terlibat
lagi berdialog dengan Maria dan Marta. Dari apa yang diucapkannya, tersirat
jelas bahwa ia memiliki kepercayaan yang besar kepada Tuhan Yesus, : "Tuhan, sekiranya Engkau ada di
sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan
memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya." (ay.
21-22). Walaupun Marta percaya kepada Tuhan Yesus, tapi jika disimak dari
percakapan ini jelas bahwa Marta percaya apa yang dikatakan Tuhan Yesus itu
akan terjadi di kehidupan berikutnya (ay. 24), bukan saat itu, saat mereka merindukan
saudara mereka hidup dari kematian. Apa yang terjadi? Tuhan Yesus dengan cara
dan waktu-Nya sendiri membuktikan kuasa dan kasih-Nya. Lazarus saudara Maria
dan Marta dibangkitkan. Memang jika dibaca sampai pada ayat-ayat selanjutnya
jelas bahwa keteguhan dan ketekunan iman Marta sedikit berbeda dengan Maria.
Maria lebih proaktif, ia malah menangis, tersungkur di kaki Yesus, sedang Marta
kelihatannya tidak demikian. Ini membuktikan bahwa keteguhan dan ketekunan iman
merupakan sikap yang sangat penting dalam rangka memperoleh kasih karunia
Tuhan. Dari kisah yang disaksikan Yohanes ini jelas bagi kita, bahwa Tuhan
Yesus, Tuhan yang kita sembah dan percayai itu adalah Tuhan yang berkuasa
mengatasi kematian sekalipun. Dia penghibur yang sejati, yang mengganti duka
menjadi suka, yang merobah derai air mata menjadi kegirangan yang luar biasa.
Kesaksian Yohanes ini juga menjadi bukti bagi kita sekalian bahwa cara dan
waktu Tuhan untuk menolong kita sungguh adalah cara dan waktu yang tak
terselami oleh kita. Dalam hal ini dari kita dituntut keteguhan dan ketekunan
iman. Sebab apa yang Tuhan lakukan dan hendak lakukan kepada kita, adalah
semata-mata hanya karena kasih karunia-Nya, bukan karena perbuatan kita.
Saudara-saudara,
Sidang Jemaat Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Berefleksi dari dua bagian bacaan
Alkitab di atas, maka sungguh jelas bagi kita bahwa kasih karunia Tuhan itu
sungguhlah luar biasa. Ia tidak mungkin bagi manusia, telah dibuat-Nya mungkin
terjadi. Israel diampuni dari pemberontakan mereka, dibebaskan-Nya dari
musuh-musuh mereka dan kemudian dipelihara-Nya. Demikian pula Maria dan Marta
dihiburkan-Nya dari duka nestapa mereka. Kesaksian ini haruslah menjadi bukti
bagi kita untuk terus berupaya menjadi umat yang memiliki keteguhan dan
ketekunan iman kepada Tuhan Yesus. Dalam suratnya kepada Timotius Rasul Paulus
juga menyaksikan hal ini, supaya kita jangan malu bersaksi tentang Tuhan kita,
Dialah yang menyelamatkan kita, memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan
berdasarkan perbuatan kita, melainkan dengan maksud dan kasih karunia-Nya
sendiri ( 2 Tim1: 9). Ini menunjukkan bahwa syarat untuk memperoleh kasih
karunia Tuhan itu dari kita dituntut keteguhan dan ketekunan iman. Tidak ada
upaya lain yang dapat kita lakukan untuk memperoleh kasih karunia Tuhan selain
kita teguh dan tekun beriman kepada-Nya.
Saudara-saudara,
tidak
dapat dipungkiri bahwa dalam sejarah perjalanan kehidupan ini, kita sudah dan
mungkin akan mengalami berbagai hal yang tidak menyenangkan, mungkin saja kita
memberontak kepada Allah, kita berduka amat dalam karena peristiwa yang terjadi
dalam hidup kita, bahkan kita menderita, terancam, dan diperhadapkan pada
persoalan pelik dan genting, tetapi ingatlah selalu bahwa Tuhan Allah sungguh
setia, Dia mengampuni kita jikalau kita berbalik kepada-Nya, Dia menghibur
kita, menolong kita dan merobah derita menjadi suka jika kita memiliki
keteguhan dan ketekunan iman kepada-Nya. Teruslah teguh dan tekun beriman
kepada-Nya, sebab Tuhan Allah kita itu sungguh luar biasa kuasa-Nya, tidak ada
yang mustahil bagi-Nya. Dia berkarya dengan cara dan waktu-Nya sendiri yang
bahkan tak terselami oleh kita. Percayalah saudara-saudaraku, pertolongan Tuhan
selalu tepat pada waktunya, Dia tidak pernah lalai dan terlambat menepati
janji-Nya kepada kita yang teguh dan tekun beriman kepada-Nya. Segala sesuatu
pasti indah pada waktunya, pada waktu Tuhan Allah menganugerahkan Kasih dan
karunia-Nya. Amin.
Bacaan Alkitab: Nehemia 8: 1-10
Tema Besar: Menjadi Jemaat Terpilih
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Nehemia
adalah seorang Nabi yang mempunyai andil besar dalam rangka karya kembalinya
umat Israel dari pembuangan. Ia pernah bertugas sebagai juru minuman raja,
yakni pada masa kekuasaan Raja Artahsasta. Di masa inilah Nehemia mendapatkan izin
dari raja untuk membangun kembali Yerusalem yang telah menjadi reruntuhan.
Setelah melewati tantangan berat dari orang-orang yang membenci umat Yahudi,
akhirnya Yerusalem dibangun kembali. Dan umat itupun akhirnya kembali dari
pembuangan. Nehemia. (Bhs. Ibr.: Yahwe menghibur). Pemilik utama nama itu
adalah putra Hakalya, juru minuman raja Persia di Susan. Ia termasuk salah seorang
organisator yang paling kuat dari masyarakat Yahudi yang pulang kembali setelah
pembuangan. Artahsasta I (464-424) memberi kuasa padanya untuk membangun
kembali tembok-tembok Yerusalem. Tugas itu dilakukannya dalam waktu 52 hari pada
atahun 445 seb. Mas., meskipun usaha pembanguan kembali dirintangi dengan
perlawanan dari pihak/bangsa Samaria dan musuh bangsa Yahudi lainnya. Ezra
adalah orang yang juga turut terlibat dalam peristiwa sejarah Israel dari
pembuangan. Ezra adalah seorang Imam dan guru hukum Taurat yang memimpin
orang-orang buangan kembali ke kampung halaman mereka. Itulah sebabnya umat
Israel dalam bacaan kita saat ini dikatakan meminta Ezra untuk membacakan
Taurat Musa kepada mereka. Taurat Musa sesungguhnya adalah pengajaran oleh Allah
yang diterapkan pada Kesepuluh Hukum, kemudian pada segala hukum dan peraturan
dari Tuhan, khususnya pada kelima kitab Musa atau kitab Taurat. Pembacaan
Taurat Musa ini dilaksanakan atas permintaan jemaah Israel dengan pengakuan
bahwa pembacaan Taurat Musa merupakan upaya mereka untuk memahami dan
menghargai karya kasih Allah atas hidup mereka. Sebenarnya tindakan Ezra bukan
sekedar membaca Taurat Musa, tetapi juga mengajarkan arti hukum itu kepada
jemaah Israel. Peristiwa pembacaan kitab hukum oleh Ezra dalam perikop ini juga
sebagai dirayakannya kembali hari raya pondok daun oleh umat Israel setelah
kembali dari pembuangan. Dibacakannya kitab Taurat dalam keyakinan umat Israel,
adalah salah satu bentuk perjumpaan Tuhan Allah dengan umat-Nya. Di dalam
peristiswa tersebut, ketetapan, hukum dan peraturan-peraturan Tuhan Allah
diperdengarkan kepada umat-Nya dengan maksud agar umat itu menyadari bahwa
Tuhan Allah sesungguhnya mengasihi mereka dan karena itu umat itu meresponnya
dengan penerimaan yang diwarnai sukacita. Itulah sebabnya Ezra melarang umat
Israel menangis ketika ia selesai membacakan kitab Taurat kepada mereka, tetapi
sebaliknya, Ezra meminta supaya mereka bersukacita, sebab telah nyata kesetiaan
Tuhan atas mereka.
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Perjumpaan
Tuhan dengan umat-Nya sesungguhnya telah berlangsung terus menerus dalam
sejarah kehidupan umat yang percaya kepada-Nya. Itulah yang selalu dan selalu
dialami oleh umat Israel di sepanjang sejarah mereka. Sejak mereka dibawa ke
pembuangan dan selama di pembuangan bahkan untuk kembali dari pembuangan
tersebut, Tuhan Allah terus setia menjumpai mereka. Perjumpaan tersebut terjadi
berulang-ulang melalui Firman-Nya yang disampaikan para nabi-nabi-Nya.
Sesungguhnya demikian pula yang terjadi dan mewarnai kehidupan kita umat yang
percaya kepada-Nya. Kehadiran Tuhan Allah dalam rangka menjumpai umat yang
dikasihi-Nya terus berlangsung dalam kehidupan kita. Pemberitaan-pemberitaan
Firman dan pembacaan Firman Tuhan dalam aktifitas peribadatan kita sesungguhnya
harus dimengerti dan bahkan harus diimani sebagai peristiwa bahwa Tuhan Allah
menjumpai kita dalam totalitas hidup kita. kehadiran Tuhan dalam hidup kita
adalah jaminan bagi kita untuk terus hidup dalam pengharapan dan keselamatan
dari-Nya. Maka di mana Firman Tuhan dibacakan atau dikhotbahkan, orang percaya
harus mengimani bahwa di sana Tuhan Allah hadir, menjumpai umat-Nya dan menyapa
umat-Nya. Firman Tuhan tersebut juga adalah pelita dan suluh yang harus
diyakini sebagai penerang bagi umat dalam rangka menjalani hidup di dunia ini
supaya sesuai dengan yang Tuhan kehendaki. Oleh karena itu sikap kita dalam mendengar
dan merespon pemberitaan Firman Tuhan atau pemberian diri kita dalam mendengar
atau membaca Firman Tuhan adalah bentuk sikap kita menerima Tuhan Allah dalam
hidup yang telah berkenan menjumpai kita demi damai sejahtera kita.
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kekhudusan
umat Tuhan sesungguhnya juga sangat ditentukan sikap dan respon mereka terhadap
Firman Tuhan. Jika Tuhan telah menjumpai umat Israel tatkala kitab taurat
dibacakan dan dikhotbahkan kepada mereka dan umat Israel menjadi sadar bahwa
kasih Allah luar biasa atas mereka, sehingga mereka dinasehati oleh Ezra untuk
tidak menangis dan berdukacita, itu menunjukkan bahwa kehadiran Allah dalam
menjumpai umat-Nya adalah berkat dan damai sejahtera. Melalui peristiwa
pembacaan kitab hukum oleh Ezra kepada umat Tuhan, maka sebagai umat yang
dikuduskan Allah di dalam Yesus Kristus, maka kita pun mesti memaknai bahwa
Firman Tuhan merupakan kebutuhan hidup yang paling azasi bagi kita. Pemberian
diri untuk mendengar Firman Tuhan dan membaca Firman Tuhan dan melakukan Firman
Tuhan menjadi bentuk pemberian diri kita untuk menyambut dan menerima Tuhan
yang menjumpai kita umat-Nya. Tuhan setia menjumpai kita dalam totalitas hidup
hidup ini, perjumpaan itu juga terjadi tatkala kita membaca, mendengar
Firman-Nya dalam persekutuan-persekutuan kita. Percayalah saudara-saudara,
bahwa ketika Tuhan menjumpai kita dan kita menyambut Dia dengan tulus ikhlas,
maka sesungguhnya kita tidak akan berdukacita dan menangis, melainkan kita akan
merasakan sukacita sorgawi sebab Tuhan Allah hadir dalam hidup kita dalam damai
sejahtera-Nya. Mari sambut Dia senantiasa melalui Firman-Firman-Nya, niscaya
kita menjadi jemaat terpilih bagi-Nya. Amin
Bacaan Alkitab: Yeremia 1: 4-10
Saudara-saudara Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus,
Kisah
pemanggilan Yeremia sebagai nabi Allah, merupakan kisah yang menarik dan sangat
populer dalam kehidupan kekristenan terutama mereka yang bergelut dengan dunia
pelayanan. Kisah ini juga menjadi populer untuk kalangan muda yang mau direkrut
dalam pelayanan tetapi merasa diri tidak layak karena mereka masih muda.
Yeremia boleh dikata nabi muda yang semula merasa tidak layak dan tidak sanggup
memenuhi pemanggilan dan pengutusannya sebagai nabi. Dari jawaban Yeremia
kepada Tuhan Allah perihal bahwa ia masih muda dan tidak pandai berbicara
sebenarnya menunjukkan bahwa ia sesungguhnya telah mengerti dan tahu apa dan
seperti apa nabi itu. Sesungguhnya Yeremia menyadari bahwa tugas sebagai
seorang nabi tidaklah mudah, sebab ia harus memiliki keberanian, ketegasan
dalam menyampaikan Firman Allah, ia harus memiliki mental yang kuat, keteguhan
hati, sebab ia bisa jadi akan dimusuhi raja, dimusuhi oleh orang banyak karena
kebenaran Firman Tuhan yang disampaikannya. Kemungkinan besar Yeremia menyadari
semua ini, itulah sebabnya ia mencoba menolak pemanggilan dan pengutusannya
dengan memanfaatkan usianya yang masih muda. Yeremia menolak dengan halus
pemanggilan dan pengutusan ini sesudah ia menerima Firman Tuhan yang mengatakan
bahwa “sesungguhnya Allah telah mengenal dia sebelum dia dibentuk dalam rahim
ibunya, Tuhan telah menguduskannya sebelum dia keluar dari kandungan, bahkan
Yeremia telah ditetapkan menjadi Nabi bagi bangsa-bangsa”. Alasan Yeremia yang masih muda dan tidak
pandai berbicara, ternyata tidak dapat membatalkan apa yang telah Tuhan Allah
tetapkan sebelumnya. Tuhan berkata kepada Yeremia: Jangan katakan aku ini masih
muda.....(ay. 6 b-8).
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Apa yang terjadi
dan dialami Yeremia berdasarkan berita Alkitab saat ini, menjadi bagian
perenungan hidup setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, termasuk
kita sekalian. Melalui pengalaman iman Yeremia ini, kita perlu merenungkan
bahwa sebagai umat Allah, kita adalah orang-orang yang dipanggil dan diutus
untuk menyampaikan kabar baik bagi dunia ini. Seperti Yeremia, Tuhanlah yang
membentuk, menguduskan, menetapkannya untuk menyampaikan Firman Tuhan kepada
segala bangsa, maka kita pun demikian. Tuhan Yesuslah yang memilih kita, bukan
sebaliknya, Dia pula yang menguduskan kita di dalam kematian dan
kebangkitan-Nya, Dia pula yang memanggil dan mengutus kita ke dalam dunia ini
agar menjadi garam dan terang dunia. Maka kita adalah umat yang kudus kepunyaan
Allah yang tak bisa tidak, harus menyampaikan kabar baik kepada segala mahluk
sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Tugas ini tentulah tidak mudah, sebagaimana
yang dialami oleh Yeremia, tentu kita akan berhadapan dengan orang-orang yang
tidak menyukai pemberitaan kita, apakah karena kepentingan atau apakah karena
kejahatan. Tetapi sebagaimana Tuhan Allah berjanji kepada Yeremia bahwa Tuhan
Allah menyertainya untuk melepaskannya, maka janji ini sesungguhnya masih terus
berlaku hingga kini dan bagi kita orang-orang yang dipanggil dan diutus-Nya
menyampaikan kabar baik kepada dunia ini.
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Sebagai Gereja, kita adalah orang-orang yang telah
dibentuk, dipanggil, dikuduskan dan ditetapkan untuk menyampaikan kabar baik di
sekitar kita. Sebagai Gereja, kita harus sadar, bahwa tidak cukup hanya datang
kepada Tuhan, tetapi harus juga pergi untuk Dia. Inilah hakekat dan tugas kita
sebagai gereja. Sebagai orang-orang yang dipanggil dan diutus oleh Tuhan, kita
harus mengimani dan percaya bahwa kita tidak diutus dan dibiarkan seorang diri,
melainkan Tuhan sendiri menyertai kita dalam mewujudnyatakan tugas panggilan
dan pengutusan tersebut. Sebagai umat yang dibentuk, ditetapkan dan dikuduskan
serta dipanggil dan diutus Tuhan, kita semua wajib melaksanakan tugas panggilan
kita. Tak ada alasan untuk menolak Tuhan, sebab Dia sendiri senantiasa
menyertai kita. Pemberian diri pada tugas panggilan sebagai gereja menjadi
sikap yang sangat berharga di hadapan Tuhan. Setiap orang diberikan-Nya karunia
berdasarkan kehendak-Nya, maka dari setiap orang pula Tuhan menantikan respon
untuk mau pergi demi kemuliaan-Nya.
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus
Sebagai
Gereja, sesungguhnya kita harus mengakui bahwa Tuhan Allah berdaulat penuh atas
hidup kita. Dia telah membentuk, Dia mengenal, menguduskan, menetapkan kita
serta memanggil dan mengutus kita ke dalam dunia untuk menyampaikan kabar baik
dan sukacita bagi dunia ini, sehingga Tuhan dimuliakan. Kita semua adalah
utusan-utusan Kristus itu, kita tak akan pernah memperoleh alasan untuk menolak tugas tersebut, sebab sekali lagi,
Tuhan sendiri menyertai kita dalam melaksanakan tugas tersebut. Maka jika Tuhan
menyertai kita, apalagi yang harus kita takuti...?Percayalah, datanglah
penuhilah panggilan Tuhan, dan pergilah, penuhilah pengutusan Tuhan, Dia
senantiasa menyertai engkau. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar