Bacaan Alkitab: Kejadian 22:1-14
Jehova Jireh
Bapak-bapak Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus
Siapapun di antara kita tidak akan ada
yang mau apalagi rela apabila anak sematawayang kita diminta dari kita untuk
dijadikan sebagai korban bakaran sekalipun itu untuk Tuhan. Ini adalah tindakan
yang tidak akan mungkin dapat dilakukan, kecuali otak kita telah dicuci
layaknya beberapa orang yang disebut sebagai teroris sekarang ini. Penolakan
kita terhadap praktek keagamaan seperti ini sesungguhnya lahir dari keyakinan
kita sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Konteks hidup
Abraham memang jauh berbeda dengan konteks kehidupan kita sekarang ini,
demikian pula dengan konsep keagamaan. Praktek mempersembahkan korban kepada
Tuhan Allah merupakan praktek biasa yang dilaksanakan di zaman Abraham.
Demikian pula halnya dengan nazar seorang yang bernama Yefta, ketika ia
menazarkan bahwa apabila ia pulang dengan selamat dari peperangan, maka apapun
yang menyambutnya yang pertama kali dari dalam rumahnya, akan dipersembahkannya
sebagai korban bakaran kepada Tuhan Allah. Ternyata yang menyongsongnya adalah
puteri semata wayangnya sendiri. Karena ini adalah nazar kepada Tuhan Allah,
maka ia pun harus melakukannya. Tindakan Abraham adalah tindakan yang diluar nalar
dan kemampuan kita. Tindakan Abraham ini sesungguhnya menghantar dia benar
disebut sebagai Bapa orang percaya, karena kepercayaannya adalah kepercayaan
yang sempurna. Apakah Abraham melupakan janji-janji Allah kepadanya, bahwa ia
diberkati dan keturunannya akan seperti pasir dan kersik? Bukankah dengan
mempersembahkan Ishak kepada Tuhan sebagai korban bakaran janji Tuhan Allah
tersebut menjadi tidak benar?
Bapak-bapak
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam kesaksian Alkitab
saat ini, ternyata Abraham tidak sekalipun mempertanyakan atau memberi komentar
tentang perintah Tuhan yang datang kepadanya. Yang dapat kita ketahui adalah
bahwa Abraham hanya menyahut dan menuruti segala yang Tuhan perintahkan
kepadanya. Abraham tidak sedikitpun mengetahui bahwa dirinya sedang diuji.
Abraham juga sesungguhnya adalah seorang ayah yang pasti sangat menyayangi
anaknya satu-satunya. Tetapi, sekali lagi, Abraham tidak memberikan sepatah
katapun menanggapi perintah Tuhan tersebut. Padahal Ishak adalah harta yang
paling mahal dihidupnya sebagai pewaris baginya dan meneruskan keturunannya
untuk menggenapi apa yang dikehendaki Tuhan Allah atasnya. Pada ayat 2 bacaan
kita saat ini, sangat jelas bahwa perintah Tuhan disampaikan kepada Abraham
untuk mempersembahkan Ishak anaknya yang tunggal di sebuah gunung di tanah
Moria sebagai korban bakaran kepada Allah. Tanpa pertimbangan dan tanpa
pertanyaan, Abraham memenuhi perintah tersebut dengan melakukan apa yang Tuhan
perintahkan.
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pertanyaan Ishak kepada
Abraham tentang domba yang hendak mereka persembahkan kepada Allah, ternyata
dijawab oleh Abraham dengan keyakinan yang luar biasa, bahwa Allah akan
menyediakannya. Apakah jawaban ini bukan jawaban yang membohongi Ishak anaknya?
ataukah jawaban ini merupakan jawaban iman ataukah pula jawaban ini merupakan
jawaban kepasrahan? Yang pasti jawaban Abraham ini adalah jawaban yang
benar-benar lahir dari keyakinannya bahwa memang Tuhan akan menyediakan sendiri
korban bakaran bagi-Nya. Ternyata ketika seluruh perintah Tuhan Allah itu
dilakukan Abraham dengan ketulusan, di sanalah kemudian terbuka, bahwa Abraham ternyata
sedang dalam ujian iman. Ujian ini merupakan puncak tertinggi untuk menguji
iman dan kepercayaan Abraham. Abraham lulus dan penyembahan korban bakaran anak
tunggal tidak terjadi, sebab Tuhan Allah sendirilah yang kemudian menyediakan
korban bakaran bagi-Nya sebagaimana yang diimani Abraham.
Bapak-bapak
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Apakah sesungguhnya yang
hendak disampaikan kepada kita berdasarkan kesaksian Alkitab ini? Yang pasti
bahwa Tuhan tidak akan pernah meminta kita mempersembahkan anak kita sendiri
sebagai korban yang dibakar kepada-Nya. Tetapi kesaksian Alkitab ini hendak
mengarahkan kita untuk mengetahui dan menyadari bahwa Tuhan Allah tidak meminta
yang tidak berharga dari kita sebagai persembahan bagi-Nya. Yang paling
berharga di dalam hidup ini sungguh dikehendaki oleh Tuhan Allah menjadi
persembahan bagi-Nya. Artinya walaupun Tuhan Allah kita adalah Allah yang Maha
murah, tetapi Dia tidak murahan dan tidak menghendaki yang murah dipersembahkan
kepada-Nya. Selanjutnya melalui kesaksian Alkitab ini, sesungguhnya kepada kita
diberitakan bahwa ukuran iman seseorang terletak pada ketaatannya kepada Tuhan
Allah. Ketaatan tersebut kemudian nyata dari pemberian diri atau respon pada
perintah Tuhan Allah. Itulah yang dilakukan Abraham. Tanpa protes, tanpa
bersikap kritis, tanpa bertanya dan tanpa menimbang-nimbang, ia melakukan
segala yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Pertanyaan kemudian yang mungkin
lahir di benak kita: apakah Tuhan masih menguji iman kita sampai saat ini,
kendatipun Tuhan Yesus Kristus telah menjadi korban bagi kita? Jawabannya
adalah ya. Selama kita masih hidup di dunia ini, iman kita akan terus di uji
dan ditempa hingga mencapai kemurniannya. Pengalaman hidup dan beriman Abraham
mesti dijadikan sebagai refleksi iman bagi kita, apakah kita telah dan akan
mampu mempersembahkan yang paling berharga bagi kemuliaan Tuhan? Di zaman
sekarang ini, setuju atau tidak, waktulah yang paling berharga bagi setiap
orang. Waktu adalah segala-galanya bagi orang yang hidup di zaman ini. Tidak
sedikit orang yang sangat tidak mau waktunya hilang. Persoalannya kemudian,
waktu itu sepertinya tidak disadari sebagai anugerah yang paling berharga dari
dan bagi Tuhan. Memberi waktu bagi Tuhan menjadi tantangan tersulit untuk
dilakukan saat sekarang ini. Terpujilah Tuhan.
Tuhan memberkati kita
amin.
Bacaan Alkitab: Matius 27:11-26
Bapak-bapak Yang Dikasihi
Tuhan Yesus Kristus
Proses pengadilan yang
dihadapi Tuhan Yesus, berdasarkan bacaan kita saat ini sesungguhnya adalah
pengadilan yang formalitas. Sebab sebelum vonis dijatuhkan kepada Yesus, sebenarnya
Dia telah divonis untuk dihukum mati oleh imam-imam kepala dan para ahli taurat
Yahudi. Walaupun Yesus Kristus dihadapkan kepada Pilatus sebagai wali negeri
kala itu, imam-imam kepala dan para ahli taurat sebenarnya hanya ingin
mendapatkan rekomendasi vonis mereka terhadap Yesus Kristus. Sebagai wali
negeri, Pilatus memiliki wewenang untuk memutuskan vonis terhadap seseorang
yang diduga bersalah atas kejahatan yang dilakukannya. Itulah sebabnya
imam-imam kepala dan para ahli taurat menghadapkan Yesus Kristus kepadanya.
Pilatus sesungguhnya tidak menemukan sedikitpun alasan untuk menghukum Yesus
Kristus, karena tidak ada kesalahan yang dilakukan Yesus Kristus. Itulah
sebabnya Pilatus sangat heran ketika Yesus Kristus hanya berdiam diri atas
segala tuduhan yang ditujukan kepadaNya. Ternyata sikap berdiam diri Yesus
Kristus tersebut merupakan jawaban atas apa yang terjadi. Yesus Kristus sungguh
mengetahui bahwa semua orang, termasuk imam-imam kepala, para ahli taurat dan
juga Pilatus mengetahui bahwa Yesus Kristus tidak bersalah. Tidak ada kejahatan
yang dilakukan Yesus Kristus.
Bapak-bapak
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pilatus kemudian berupaya
membebaskan Yesus Kristus melalui wewenangnya. Sesuai dengan tradisi pada
setiap hari raya Yahudi, bahwa wali negeri membebaskan seorang narapidana
sesuai dengan permintaan rakyat, maka Pilatus memberikan pilihan kepada rakyat
Yesus Kristus atau Yesus Barabas yang akan dibebaskan. Ternyata orang banyak
itu oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua lebih memilih Yesus Barabas yang
nota bena adalah seorang penjahat kelas kakap untuk dibebaskan. Massa yang
terhasut oleh perasaan dengki kemudian berteriak-teriak untuk disalibkan.
Pilatus sungguh berada di tengah dilema. Isterinyapun telah mengingatkan dia
supaya jangan mencampuri urusan Yesus Kristus yang adalah orang benar. Pilatus
pun sungguh yakin bahwa Yesus Kristus tidak bersalah. Tekanan massa yang
mengarah pada kerusuhan menjadi pertimbangan utama bagi Pilatus untuk kemudian
mengambil sikapnya. Dia cuci tangan dalam perkara ini. Pilatus tidak mampu
memberikan sikap tegas dan menanggung konsekwensi dari sebuah putusan. Akhirnya
Yesus Kristuspun disalibkan.
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Apa yang harus kita maknai
dari peristiwa ini dalam hubungannya sebagai orang-orang yang percaya kepada
Tuhan Yesus Kristus yang disalibkan itu? Yang pertama: Sikap Yesus Kristus yang
mengambil sikap berdiam diri atas segala tuduhan yang dialamatkan kepadaNya.
Yesus Kristus sungguh mengetahui bahwa mengkalrifikasi tuduhan atau fitnah yang
ditujukan kepadaNya di saat semua orang dikuasai rasa dengki adalah tindakan
yang tiada artinya. Yesus Kristus ingin membuktikan semua fitnah dan tuduhan
itu lewat proses hidup yang dihadapiNya oleh BapaNya. Maka kemudian kebangkitanNya
menjadi jawaban atas seluruh fitnah dan penghakiman yang dialamatkan kepadaNya.
sikap berdiam Yesus Kristus juga merupakan sikap yang menunjuk pada ketaatan
Yesus Kristus kendatipun harus disalibkan. Ketaatan itu ditunjukkan Yesus
Kristus kepada BapaNya, supaya segala hal yang dinubuatkan tentangNya
benar-benar tergenapi. Yang kedua, sikap imam-imam kepada dan tua-tua,
ahli-ahli taurat dan orang banyak yang terhasut penting untuk direnungkan
supaya kita jangan sampai terjebak pada sikap dengki kepada orang lain dalam
hidup ini. Mereka telah memilih yang salah dan salah memilih karena hidup
mereka diluasai oleh dengki. Seseorang yang dikuasa dengki akan jatuh pada
tindakan memilih yang salah dan salah memilih. Ingatlah bahwa hidup ini adalah
pilihan, maka supaya jangan sampai memilih yang salah dan salah memilih,
jauhkanlah hidup dari sikap dan perasaan dengki. Yang ketiga, sikap yang
ditunjukkan Pilatuspun juga menjadi kritik bagi kita supaya kita juga
menghindar dari sikap cuci tangan dari persoalan dan masalah yang sesungguhnya
menuntut tanggungjawab kita. Terlepas dari peristiwa yang harus digenapi oleh
Yesus Kritus tentang salib, sikap Pilatus bukanlah sikap yang benar untuk
dipraktekkan dalam hidup kita sebagai orang-orang yang bersekutu, berinteraksi
dan berjumpa dengan sesama kita. berani bertanggungjawab membela yang benar
harus menjadi sikap dan prinsip hidup setiap orang percaya. Yang terakhir,
melalui penyaliban Tuhan Yesus Kristus, kita sekalian diingatkan pada dua hal,
yakni bahwa kita telah ditebus dan lunas dibayar dari cengkeraman kuasa dosa.
Kita harus mengharga anugerah ini dengan kehidupan yang benar dan berguna bagi
Tuhan Allah. Yang kedua bahwa melalui penyaliban Yesus Kristus, kitapun diminta
untuk menyalibkan segala bentuk ego diri kita, menyalibkan segala kesombongan,
menyalibkan segala hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Yakinlah
dan percayalah bahwa penyaliban Yesus Kristus adalah anugerah bagi kita untuk
menjadi pemenang bersama Tuhan Yesus yang bangkit dan hidup. Tuhan memberkati
kita amin.
Bacaan Alkitab: Lukas 12:35-40
Siap Sedia Selalu
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pinggang dan Pelita adalah
perlengkapan yang melengkat dalam kehidupan orang-orang Yahudi. Setiap
laki-laki pasti memiliki ikat pinggang karena bentuk pakaian mereka membutuhkan
ikat pinggang sehingga mereka dapat beraktifitas dengan baik dan nyaman. Jika
seseorang Yahudi sedang melepas ikat pinggangnya, itu berarti dia sedang berada
di tengah waktu istirahat atau sedang tidak beraktifitas. Ikat pinggang kemudian
menjadi symbol bagi setiap laki-laki Yahudi yang menunjuk pada kesiapan mereka
dalam beraktifitas. Peralatan yang kedua adalah pelita. Setiap rumah orang
Yahudi pasti memiliki pelita, karena ini adalah kebutuhan penting bagi mereka
di waktu malam, baik dirumah maupun ketika mereka bepergian di waktu malam.
Pelita ini akan menjadi perhatian setiap orang Yahudi, supaya tetap terjamin
akan menyala ketika malam tiba. Pelita yang menyala juga menjadi symbol
kesiapsediaan seseorang dalam menyambut waktu yang baru, yakni malam hari.
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Ikat
pinggang dan pelita digunakan oleh Tuhan Yesus sebagai bahan penagajaran-Nya
menyangkut perihal “kewaspadaan” setiap orang menyambut kedatangan Tuhannya.
Dengan menganalogikan bagaikan tuan yang sedang bepergian ke tempat pesta
perkawinan dan akan kembali tanpa diketahui, maka hamba-hamba tuan tersebut
mesti siap sedia menyambut ketika tuannya pulang. Dalam tradisi orang Yahudi,
pesta perkawinan adalah acara yang dapat berlangsung berhari-hari. Acara pesta
dapat berlangsung lama dan tidak dibatasi waktunya. Pesta akan usai ketika para
tamu undangan telah kembali. Itulah sebabnya Yesus mengibaratkan kedatangan-Nya
bagaikan kedatangan seorang tuan yang pulang dari pesta perkawinan. Setiap tuan
pastilah akan bersukacita dan senang, apabila hamba-hamba-Nya senantiasa siap
sedia menyambut kedatangannya kapanpun waktunya. Berbahagialah hamba yang
berlaku demikian. Kedatangan Tuhanpun demikian.
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Berbicara kedatangan Tuhan,
sesungguhnya kita membicarakan bagaimana Tuhan hadir di tengah-tengah hidup
umat-Nya. Kedatangan-Nya akan menjadi jerat bagi setiap orang yang tidak
bersiapsedia dan tentu menjadi kebahagiaan bagi semua orang yang menyambut-Nya
dengan benar dan dalam kebenaran hidup, yakni hidup yang senantias siap sedia
untuk layak menyambut Tuhan datang. Firman Tuhan ini, sesungguhnya menegaskan
kepada kita bahwa, kedatangan Tuhan atau kehadiran Tuhan dalam kehidupan ini
menuntut kesiapsediaan kita. Pinggang yang terikat dan pelita yang menyala
menegaskan kepada kita bahwa kita mesti siap sedia menyambut Tuhan hadir dan
datang ke dalam kehidupan kita. Kedatangan Tuhan di sini harus dipahami dengan
lengkap, bahwasannya, kedatangan yang dimaksudkan bukan hanya berbicara nanti
ketika Dia datang kali kedua, tetapi juga menyangkut seluruh dimensi waktu,
yakni kedatangan-Nya kapanpun di dalam hidup kita. Siap dan sedia yang
disimbolkan dengan pinggang yang terikat dan pelita menjadi sikap yang dituntut
dari kita dalam hidup keberimanan kita. Kita tidak mengetahui kapan waktunya
Tuhan datang, tetapi yang pasti Dia datang ke dalam hidup kita semua.
Kedatangan Tuhan ke dalam hidup setiap orang menuntut tempat yang layak dan
penyambutan yang siap, maka ketika itu tersedia di hidup kita, maka di sanalah
kebahagiaan menjadi milik kita. Kenapa? Karena Tuhan Yesus, Tuhan kita niscaya
memberikannya karena kita didapati-Nya siap dan sedia.
Saudara-saudara,
dengan kesiap sediaan yang bagaimanakah kita menantikan kedatangan-Nya di dalam
hidup ini? Layaknya hamba, yang mempersembahkan hidupnya bagi tuannya, dan taat
serta setia kepada tuannya, karena dia hidup oleh dan di dalam tuannya, maka
demikianlah pula halnya kita sebagai hamba-hamba Tuhan di hidup ini. Kesetiaan,
ketaatan dan kesadaran bahwa hidup kita sepenuhnya di Tangan Tuhan, mestilah
menjadi prinsip hidup kita. Di dalam prinsip hidup seperti inilah sesungguhnya
kesiap sediaan akan terus terpancar dari hidup kita dan menjadi sikap dan
tindakan kita. Kapanpun Tuhan datang, kedatangan-Nya adalah sukacita dan
kemenangan bagi kita, sebab memang kita telah menanti Dia dengan kesiap
sediaan, Dia datang, hadir dan bersama kita karena hidup kita benar-benar layak
menjadi kediaman-Nya. Ketika Dia berdiam di dalam hidup kita, maka saat itulah
Damai sejahtera dan kebahagiaan menjadi milik kita. Terpujilah Dia, marilah
siap sedia senantiasa menyambut Dia. Amin
Amin
Bacaan Alkitab: Bacaan
Alkitab: Roma 12: 1
IBADAH
DAN PERSEMBAHAN YANG BENAR
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Persembahan,
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan setiap agama.
Persembahan tersebut memiliki tempat yang penting dalam setiap ritus keagamaan.
Namun hakekat dan maknanya tidaklah sama dengan unsur persembahan dalam
kehidupan kekristenan. Oleh beberapa agama, persembahan biasanya dipahami
sebagai sarana untuk memberikan kebutuhan atau memenuhi tuntutan dari yang
disembah (hal ini dapat kita lihat dalam kepercayaan agama suku), ada juga yang
memahaminya sebagai usaha atau upaya untuk mengumpulkan saldo amal atau
perbuatan supaya dikenan oleh yang disembahnya. Di pihak lain, persembahan juga
sering dipahami sebagai usaha umat untuk meredam kemarahan yang disembahnya
agar berhenti marah atau memberikan hukuman kepada umat.
Pemahaman
tentang persembahan seperti itu, sangatlah jauh berbeda dengan persembahan yang
dipahami oleh orang-orang Kristen. Bagi kehidupan orang Kristen, persembahan
merupakan tanda ungkapan syukur dan sukacita kepada Tuhan yang telah lebih
dahulu memberkati kehidupan umatNya. Persembahan tersebut juga menjadi tanda
terima kasih kepada Tuhan yang dengan setia memberkati umatNya. Jadi adalah keliru
jika persembahan dipahami sebagi upaya manusia untuk membujuk Tuhan agar Tuhan
memberkati, agar Tuhan tidak menjatuhkan hukuman kepada umatNya.
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Tidak
dapat dipungkiri bahwa ada sebagian orang Kristen yang keliru memahami apakah
persembahan itu. ada sebagian orang yang memahami bahwa persembahan itu
hanyalah berupa materi ataupun uang. Pemahaman seperti ini, sepertinya
dipengaruhi gaya hidup yang dipengaruhi materialism, sehingga persembahanpun
dipahami hanyalah dengan berupa materi. Tetapi tidaklah demikian dalam diri
Paulus. Persembahan yang benar bagi Paulus ialah pemberian totalitas hidup bagi
kemuliaan Allah. Paulus katakana “persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan
yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah, itu adalah ibadahmu yang sejati.
Perkataan Paulus ini hendak menegaskan bahwa persembahan yang benar bukanlah
melulu dengan pemberian materi, melainkan harus dengan totalitas hidup (tubuh).
Dalam hal ini segala sesuatu yang dimiliki seseorang dalam hidupnya wajib
dipersembahkan kepada Tuhan. bukan hanya berupa materi, tetapi juga kemampuan,
atau apapun yang dimiliki seseorang termasuk pikirannya, perasaannya bahkan
waktunya. Pemahaman tentang persembahan seperti ini, akan benar-benar berkenan kepada
Tuhan apabila segala totalitas hidup diberikan untuk kemuliaan Tuhan. Itu
berarti, persembahan bukanlah melulu diberikan kepada Tuhan dalam kegiatan
peribatan, atau dengan kata lain, persembahan bukanlah melulu hanya sebagai
salah satu unsur dalam liturgi ibadah.
Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Walaupun dengan kalimat singkat, Paulus
memberikan penjelesan tentang persembahan dan ibadah yang sejati dengan jelas
dan lengkap. Dengan kata lain, Paulus hendak menegaskan bahwa ibadah yang
sejati dan sesungguhnya ialah pemberian diri secara total bagi kemuliaan Allah.
Itu berarti persembahan menjadi inti dari ibadah. Persembahan baik berupa uang
ataupun bahan natura disaat kita mengikuti ibadah. Pengertian tentang
persembahan yang demikian tidaklah lengkap dan sempurna. Oleh karena itu, jika menyimak dengan seksama
pengajaran Paulus ini, maka jelaslah bagi kita bahwa persembahan yang benar itu
adalah memberi diri, hidup secara total (keseluruhan) hidup bagi kemuliaan
Tuhan. Pemberian diri secara total sebagai persembahan kepada Tuhan dapat
diwujudkan melalui perbuatan kita setiap hari, kapan dan dimanapun kita
berkarya. Amin
Bacaan Alkitab: 2 Tawarikh 26:1-5, 16 & 19
Bapak-bapak
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kita pasti pernah mendengar ucapan yang
berkata “manusia tidak pernah ada puasnya”. Kata-kata ini terucap ketika
manusia melihat manusia lainnya yang telah memiliki segala hal dalam hidupnya,
tetapi tokh masih merasa kurang dan tidak pernah merasa cukup. Memang tidak ada
tolok ukur yang baku bagi semua orang tentang yang bagaimana itu cukup atau
banyak, apabila berbicara tentang kepunyaan. Sikap takabur menjadi sikap yang
merasuki hidup orang-orang yang demikian. Seseorang yang memulai hidupnya dari
nol, yang terus berjuang sampai pada puncak kejayaan, tiba-tiba menjadi hancur
merupakan kisah hidup yang menyakitkan. Mungkin kita pernah mendengar atau
melihat hidup orang yang seperti ini. Inilah yang terjadi dan dialami oleh
seorang Raja Uzia, yakni seorang raja yang diangkat di masa mudanya ketika
berumur 16 tahun. Raja Uzia memerintah selama 25 tahun. Semula di awal
pemerintahannya, Raja Uzia adalah Raja yang melakukan apa yang benar di hadapan
Tuhan Allah. Selama 25 tahun dia untuk mencapai kejayaan kerajaan yang
dipimpinnya. Iapun berhasil dalam segala usahanya. Akan tetapi setelah semuanya
digapainya, ia menjadi merobah.
Sikapnya,
terutama rasa Takut akan Tuhan sirna dari dalam hidupnya. Setelah ia kuat, ia
menjadi tinggi hati. Sikap tinggi hati ini terlihat dari sikapnya yang tidak
lagi menghormati kekudusan Allah di dalam Bait suci. Raja Uzia melampaui batas
wewenangnya, ia merampas kemuliaan Tuhan Allah. Dia tidak menghormati ritual
suci di Bait Allah, dengan membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan.
Ritual ini, menurut peraturan Taurat, menurut hukum Allah hanya boleh dilakukan
oleh orang-orang yang dikuduskan untuk melayani di Bait Allah, yakni para imam.
Raja Uzia merasa bahwa dirinya berkuasa, dirinya hebat dan tidak ada lagi yang
dapat menandinginya, menjadi tinggi hati. Ia tidak lagi rendah hati. Walaupun
telah diperingati oleh para imam, namun Raja Uzia tidak peduli. Keberhasilannya
dalam segala usahanya meraih kejayaan kerajaan telah membuat raja Uzia tidak
lagi mau merendahkan dirinya di hadapan Tuhan Allah. Ia akhirnya mengalami hal
yang sama dengan ayahnya Amazia, yang juga bersikap yang sama.
Bapak-bapak
yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kisah hidup Raja Uzia ini, merupakan
peringatan dan kritik bagi setiap orang percaya kepada Tuhan Allah, untuk tidak
menjadi tinggi hati apabila telah meraih mimpi dan tiba pada puncak kejayaan.
Segala sesuatu yang dirindukan boleh saja tergapai, tetapi mesti sadar bahwa
ada batas yang harus dipatuhi sebagai umat yang percaya kepada Tuhan Allah.
Setiap orang percaya mesti sadar bahwa kemuliaan dan kekudusan Tuhan adalah hal
yang tidak mungkin untuk diklaim sebagai milik kepunyaan. Setinggi apapun
keberhasilan yang telah kita raih dan kesuksesan yang kita gapai, sikap rendah
hati harus tetap menjadi prinsip dan sikap hidup orang yang percaya kepada
Tuhan Yesus. Raja Uzia akhirnya harus kehilangan semuanya karena sikapnya yang
berobah. Dia tidak lagi merendahkan hatinya di hadapan Tuhan Allah. Penyakit
kusta yang diyakini sebagai kutukan Allah dalam tradisi keagamaan umat Israel
menjadi bagian Raja Uzia dan oleh karena itu, ia harus diasingkan dan
kekuasaanpun diambil darinya. Sekarang, apakah yang terjadi dengan orang
seperti Raja Uzia? Yang pasti adalah penyesalan yang amat dalam. Semua usaha
untuk menggapai keberhasilan menjadi sia-sia. Benarlah Firman Tuhan Yesus yang
mengatakan bahwa barang siapa yang meninggikan dirinya akan direndahkan (Matius
23:12).
Marilah
senantiasa berkomitmen untuk hidup konsisten merendahkan hati di hadapan Tuhan
Allah, melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan, maka damai sejahtera akan
senantiasa milik kita. Tinggi hati akan mendahului kejatuhan (Amsal 16:18)
karena setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan, sungguh, ia
tidak akan luput dari hukuman (Amsal 16:5).
Percayalah
saudara-saudara bahwa sikap merendahkan hati di hadapan Tuhan adalah sikap
hiudp yang mengarahkan kita untuk senantiasa menikmati keberhasilan hidup karena
Tuhan sendiri yang membuat kita berhasil di segenap perjuangan hidup kita..
Bacaan Alkitab: Kejadian 28:10- 22
Keluarga, Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus,
Kisah
hidup Yakub adalah kisah hidup yang sangat menarik karena penuh dengan
pengalaman hidup yang penting. Dalam pelariannya, Yakub seringkali berjumpa
dengan tantangan hidup yang berat. Arah dan tujuan hidupnya yang tidak dia
mengerti seringkali membuat Yakub merasa letih dalam perjalanan hidupnya,
ditambah lagi perasaan takut karena dikejar oleh kakak sendiri. dalam
perjalanan dari Bersyeba menju Haran, Yakub memiliki pengalaman iman yang
sungguh luar biasa, di tempat ini Yakub bermimpi, bahwa di bumi ada didirikan
tangga yang ujungnya sampai ke di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat turun
naik melalui tangga itu. Tuhan berdiri di sampingnya dan berbicara dengan Yakub
bahwa Tuhan Allah akan memberikan tanah tempat Yakub berbaring sebagai milik
kepunyaannya dan keturunannya, serta akan memberkati Yakub seperti debu tanah
banyaknya, dan mengembangkan kekayaan Yakub serta menjadikan Yakub menjadi
berkat.
Keluarga, Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dari mimpi ini, Yakub kemudian menyadari
bahwa Tuhan ada di tempat di mana dirinya berdiam. Maka dari pengalaman iman
ini kemudian, lahirlah panggilan iman untuk memberikan kesaksian tentang
kebaikan Tuhan, Yakub mendirikan tugu di tempat di mana dia berbaring, dengan
tujuan supaya di tempat itu Tuhan Allah dimuliakan. Betel, itulah kemudian Nama
yang diberikan Yakub kepada tempat itu. Dan di sinilah kemudian lahir nazar
dari Yakub, yakni persembahan persempuluhan. Pengalaman Yakub berjumpa dengan
Tuhan dan melihat suasana sorgawi melalui mimpi adalah pengalaman yang lumrah
terjadi dalam kehidupan bapak-bapak leluhur Israel. Di tengah pengembaraan
hidup dalam upaya menyelamatkan diri, kepada Yakub, Tuhan memberikan janji
bahwa Yakub akan dibawa kembali ke tempat asalnya dan akan memberikan jaminan
kehidupan serta keberlangsungan keturunan yang diberkati oleh Tuhan Allah.
Keluarga, saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Walaupun
kehidupan seorang Yakub merupakan kehidupan yang penuh dengan tanda tanya
karena dalam pelarian dari Esau kakaknya, akan tetapi Tuhan memberikan janji
dan jaminan keselamatan kepadanya. itu terjadi semata-mata oleh karena kasih
Tuhan Allah. Tuhanlah yang telah menetapkan apa yang harus terjadi dan dialami
oleh Yakub dalam perjalanan hidupnya. Janji dan berkat Tuhan tersebut direspon
dengan baik oleh Yakub, yakni bahwa Yakub bersaksi tentang kehadiran Tuhan,
Yakub memuliakan Tuhan, Yakun mengikrarkan janji iman (nazar) di hadapan Tuhan.
Semua yang dilakukan Yakub semata-mata adalah buah dari apa yang telah
diterimanya dari Tuhan Allah. janji Tuhan kepadanya: diberkati, disertai,
dilindungi, dibawa kembali, diyakinkan bahwa janji Tuhan pasti digenapi.
Saudara-saudara,
jika kita berefleksi dari pengalaman iman Yakub ini, maka kepada kita,
sesungguhnya diingatkan bahwa Tuhan Allah tidak pernah membiarkan seorangpun
anak-anak-Nya berjalan sendirian mengarungi kehidupan ini. Bahwa Tuhan Allah
senantiasa berdaulat ata segenap hidup orang-orang yang percaya kepada-Nya.
Bahwa setiap kita adalah orang-orang yang sedang melalukan ziarah kehidupan di
dunia ini. Maka kita ditantang untuk senantiasa peka mengenali kehadiran Tuhan
di kehidupan kita supaya lahir respon berupa kesaksian yang memuliakan Tuhan
Allah.
Janji Tuhan
kepada Yakub, adalah janji yang terus-menerus berlaku bagi setiap orang yang
percaya kepada Tuhan Allah. Maka percayalah kepada Tuhan Allah. Amin
Markus 6: 45- 52
Yesus Mampu Berjalan Di Atas Ketidakmungkinan
Saudara-saudara Yang Dikasihi Oleh Tuhan Yesus
Kristus
Cerita tentang Yesus
berjalan di atas air ternyata bukan sekedar mujizat yang hendak menunjukkan
kemahakuasaan Yesus sebagai Tuhan, melainkan kisah ini mengandung makna yang
amat penting bagi hidup setiap orang percaya dalam rangka mengarungi kehidupan
di dunia ini. Murid-murid Yesus yang telah mendahului- Nya menuju seberang
danau ketika malam tiba diperhadapkan pada ancaman angin sakal yang menerpa
perahu mereka. Murid-murid tersebut sangat bersusah payah menghadapi angin
sakal tersebut. Padahal sebagian besar dari mereka adalah nelayan handal yang
berpengalaman. Pada waktu mereka menghadapi angin sakal yang amat berbahaya
tersebut, Yesus tiba-tiba muncul dan menolong mereka. Kehadiran Yesus, sungguh
luar biasa, Dia berjalan di atas air, sehingga murid-murid- Nya sempat
ketakutan karena mengira Dia adalah hantu. Yesus berkata kepada
mereka:”Tenanglah, ini Aku! Yesuspun memasuki perahu tersebut mendapatkan
murid-murid- Nya, pada saat itu anginpun langsung reda dan teduh.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus kristus
Seperti yang dikatakan
tadi, Yesus berjalan di atas air, bukanlah hanya sekedar mujizat melulu,
melainkan apa yang dilakukan Yesus tersebut menunjukkan bahwa Yesus Tuhan mampu
dan berkuasa berjalan di atas ketidakmungkinan, Yesus mampu berkuasa
menyelesaikan masalah tanpa masalah. Perahu yang berlayar dilautan merupakan
gambaran kehidupan orang-orang percaya yang harus berjumpa dengan silih
bergantinya badai kehidupan, kadang teduh, terkadang juga dan seringkali
berjumpa dengan badai. Pengalaman tidak menjadi jaminan sebagaimana halnya yang
dialami murid-murid Yesus. Perjalanan hidup tidak bisa dijamin akan selalu
mulus dan berjalan lancar, selalu saja ada berbagai tantangan dan hambatan.
Namun di samping itu pula, sebagai orang percaya, kita harus percaya bahwa
selain tantangan dan hambatan, tersedia juga peluang dan harapan. Lihat, bahwa
tatkala Yesus melihat betapa payahnya murid-murid itu mendayung, Diapun hadir
dengan cara yang luar biasa, di luar dugaan manusia.
Saudara-saudara, demikian juga dalam hidup kita semua, lewat
bacaan kita saat ini, kita dikuatkan dan diyakinkan bahwa saat hidup kita
terancam bahaya, baik karena pergumulan berat maupun karena diperhadapkan pada
masalah berat, Yesus juga hadir dengan cara- Nya sendiri. Kita tak’an mampu
menyelami dan menduga cara Tuhan ketika Dia hendak menolong umat- Nya yang
sedang diperhadapkan pada bahaya yang di luar kemampuan manusia. Yesus mampu
berjalan di atas ketidakmungkinan, menyelasaikan masalah dan meneduhkan
suasana. Walaupun karena cara kehadiran- Nya kita merasa bingung dan kurang
percaya bahkan takut, akan tetapi Dia akan mendapatkan kita dan semua masalahpun
akan selesai.
Manusia, siapapun dia tak
bisa tidak, dalam hidupnya di dunia ini akan selalu menghadapi berbagai bentuk
proses hidup dalam suasana yang silih berganti. Ada suka, ada duka. Akan tetapi
seberat apapun pergumulan dan masalah yang kita hadapi jika Yesus melihat bahwa
kita telah bersusah payah dan tidak mampu lagi dengan kekuatan yang kita
miliki, maka Dia sendiri akan datang, hadir untuk menolong kita, Dia mampu
mengatasi semua masalah tanpa menimbulkan masalah, tinggal kita sekarang,
apakah kita siap dan sedia menyambut dan menerima Dia, yang kehadiran- Nya di
luar akal kita?, Apakah kita akan mengetahui dan mengenal- Nya jika Dia telah
sungguh-sungguh menolong kita?
AMIN
Bacaan Alkitab: Mzm 23:1-6
Tuhanlah Gembalaku
Keluarga, saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Mazmur 23 ini
merupakan salah satu pasal yang sangat sering didengar oleh kita, dan oelh
karena itu Mazmur yang satu ini sudah tidak asing bagi kita sekalian. Mazmur
yang berisi kesaksian tentang kasih dan pemeliharaan Tuhan atas orang yang
percaya kepada-Nya. Mazmur ini bukan sekedar kesaksian tentang kasih dan
pemeliharaan Tuhan, akan tetapi juga kesaksian yang diharapkan dapat meneguhkan
seseorang dalam menghadapi ancaman hidup. Selanjutnya Mazmur inipun juga dapat
dikategorikan sebagai Mazmur yang meyakinkan setiap orang percaya dalam
melanjutkan perjalanan hidupnya. Daud yang diyakini sebagai pencipta Mazmur
ini, sesungguhnya terinspirasi dari pengalaman hdiupnya yang dulu berperan
sebagai gembala kambing domba orangtuanya. Dia sungguh memahami dengan benar
siapa dan bagaimana seorang gembala yang baik itu. Daud tentu tidak sama dengan
gembala-gembala lainnya kala itu. Jika gembala-gembala lain menggembalakan
kambing domba tuan mereka atau domba mereka sendiri, Daud menggembalakan domba
orangtuanya. Itu berarti Daud bukanlah gembala upahan, Daud bukan pula pemilik
pribadi dari domba yang digembalakannya. Makanya, sebagai gembala, dari Daud
dituntut tanggungjawab penuh tentang kambing domba keluarga. kepada Daud
digantungkan nasib penyokong ekonomi keluarga. Ternyata, pengalaman ini
menghantar Daud pada pengakuannya tentang Tuhan Allah yang berperan sebagai
gembala baginya dan bagi seluruh umat-Nya.
Keluarga, saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Walaupun mazmur
ini sudah tidak asing bagi kita, kita tetap penting memahami mazmur ini dengan
benar sehingga, mazmur ini tidak sekedar sesuatu yang indah didengar dan kita
rasa sebagai penyejuk jiwa kita, melainkan supaya kita juga mengerti apa saja
kehendak Tuhan yang hendak disampaikan kepada kita.
Pertama, ketika
Daud katakan bahwa TUHAN adalah gembala baginya, maka dia yakin bahwa takkan
kekurangan dia. Apa arti ungkapan ini? Ketika TUHAN diyakini sebagai
Gembalanya, maka Daud sungguh-sungguh menggantungkan segenap kehidupannya
kepada Sang Gembala, yakni TUHAN Allah. Gembala pasti menuntun domba-Nya
menemukan sumber makanan dan minuman yang cukup. Dibaringkan di padang rumput
yang hijau dan dibimbing ke air yang tenang dan menyegarkan jiwanya, adalah
tindakan yang pasti dilakukan gembala kepada domba-domba-Nya. Gembala yang baik
tidak sekedar memberikan domba-domba-Nya makan dan minum, tetapi mereka juga
diberikan suasana hidup yang penuh kesempurnaan bahwa apa yang mereka makan dan
minum terasa nikmat dan benar-benar menyegarkan hidup mereka. jadi bukan
sekedar kenyang dan hilang rasa haus, tetapi jika Tuhan adalah gembala, maka
sang Gembala juga akan mengaruniakan suasana hidup yang penuh sukacita dalam
menikmati pemberian atau anugerah Tuhan Allah. apalah artinya hidup berlimpah
berkat, tetapi tidak ada damai dan sukacita? Apalah artinya rasa haus sirna
akan tetapi hidup gunda gulana? Dan apa pulalah artinya makan minum terjamin
tetapi hidup tidak berjalan ke masa depan?
Keluarga, saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Bahwa domba pasti digiring dari satu
tempat ke tempat yang lain, demikian juga kita umat Tuhan akan menjalani dan
meneruskan pengembaraan hidup kita di dunia ini, maka Tuhan Allah sebagai
Gembala menuntun umatNya untuk senantiasa berjalan di jalan yang benar.
Tuntunan Tuhan tersebut dilakukan dengan cara-Nya sendiri. dan harus dipahami
bahwa sebagai Gembala, Tuhan pun menggunakan cara gembala menuntun
domba-dombanya. Ada gada dan tongkat di tangan sang gembala. Dan kenapa Daud
berkata bahwa Gada dan tongkat-Mu itulah yang menghibur aku? Ada apa
sesungguhnya dengan Gada dan Tongkat di tangan gembala? Ini bukan sekedar
symbol kepemimpinan atas domba-domba dari gembala. Gada dan tongkat adalah alat
yang digunakan gembala sebagaimana fungsinya. Gada adalah sebuah benda menyerupai pentungan yang
diujungnya agak lebih besar, biasanya terbuat dari kayu besi yang keras yang
digunakan untuk memukul. Gada ini saudara-saudara digunakan sebagai alat atau
senjata pemukul oleh gembala. Biasanya untuk memukul bebatuan agar terpecah dan
dapat digunakan sebagai batu umban. Selain itu, gada ini juga dipakai sebagai
senjata pemukul dalam pertarungan jarak dengan dengan musuh termasuk dengan
binatang buas oleh gembala. Dan gada ini juga biasa dipakai untuk menghajar
domba yang sulit diarahkan. Tentu ini sangat menyakitkan, akan tetapi dengan
usaha seperti ini domba tidak akan tercerai dengan kumpulannya dan tidak
menyimpang dari jalan yang dipandu oleh sang gembala. Tongkatpun demikian
halnya, digunakan sebagai sebagai senjata oleh gembala dan juga alat untuk
memimpin dan mengarahkan domba-domba. Domba-domba yang terlatih dan terbiasa
sudah sangat mengerti gerakan tongkat yang dimainkan gembalanya. Maka dengan
suara dan gerakan tongkat sang gembala domaba akan mengetahui arah dan perintah
gembalanya. Tongkat juga dipakai untuk menghalau musuh, biasanya binatang buas,
tetapi juga mengahalau domba yang suka melenceng dari kumpulannya atau mencari
jalannya sendiri. bagai Daud, apapun fungsi dari gada dan tongkat sang Gembala,
baginya itu adalah sumber penghiburan, yang membuat dia bersukacita karena itu
berarti Tuhan Allah senantiasa peduli akan hidupnya, kendatipun Tuhan
seringkali menghajarnya dalam hidup ini melalui berbagai bentuk rasa sakit atau
dukacita. Jika Daud juga mengatakan bahwa Tuhan yang adalah gembala Agung
tersebut menyediakan hidangan baginya di hadapan musuhnya, kesaksian ini hendak
menegaskan bahwa walaupun Daud dikelilingi musuh, Tuhan Allah tetap memelihara
hidupnya dan menjamin kelangsungannya. Urapan di kepala Daud dari minyak dan
piala yang melimpah adalah bentuk pemberkatan Tuhan atas dirinya, bahwa Tuhan
memberikan dia berkat dan kemuliaan. Di suasana hidup yang demikian, Daud
meyakini sungguh bahwa kebajikan dan kemurahan akan mengikutinya sepanjang
hidupnya. Pengakuan ini adalah pengakuan yang didorong oleh keyakinan yang
lahir dari segenap kehidupan yang direnungkan Daud di hidupnya. Diam di rumah
Tuhan sepanjang masa adalah ikrar Daud atas semua yang Tuhan lakukan kepadanya
dihidup ini. Maka kesaksian Daud ini, sesungguhnya kesaksian yang hendak
mengarahkan semua orang percaya untuk menempatkan Tuhan Allah sebagai
pemelihara kehidupan, yang menjamin keberlangsungan hidup dan yang memimpin
kehidupan dengan cara Tuhan sendiri. mengakui bahwa apapun bentuk kepemimpinan
Tuhan sebagai Gembala Agung, mesti dijadikan sebagai bentuk dan cara
menghadirkan sukacita bagi domba gembalaan-Nya. Kemudian dari semua pemeliharaan Tuhan
tersebut, setiap domba gembalaan Tuhan, milik kepunyaanNya, mesti bertekat
untuk senantiasa tinggal di rumah Tuhan, yakni tinggal di kekudusan hidup,
tinggal di dalam tindakan kasih dan kebenaran. Terpujilah Kristus Tuhan. Amin
Bacaan
Alkitab: Galatia 3:15-29
Persekutuan Rumah Tangga, Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Salah
ciri ajaran kekristenan yang sangat membedakannya denagn banyak keyakinan atau
ajaran agama lainnya ialah bahwa hidup kekristenan adalah hidup yang telah
diselamatkan, hidup yang telah dikasihi, hidup yang telah diberi jaminan, hidup
yang telah dibebaskan. Maka segala sesuatu yang yang dihidupi oleh umat Tuhan
termasuk kita sekalian adalah hidup yang sudah lunas dibayar oleh Tuhan Yesus
Kristus. Sehingga segala aktifitas kehidupan beriman kita tidak lagi
dimaksudkan sebagai upaya untuk memperoleh keselamatan maupun kasih karunia
atau anugerah. Tetapi sebaliknya, hakekat dari semua yang kita lakukan dalam
hidup ini adalah swujud syukur dan ungkapan terimakasih karena Tuhan Allah
telah menganugerahkan keselamatan, kasih karunia dan jaminan hidup kekal kepada
kita. Dengan demikian, maka segala yang berhubungan dengan ketaatan dan
perbuatan kita dalam iman tidak lagi dimaksudkan supaya kita memperoleh
semuanya itu. Tuhan Allah di dalam dan melalui Yesus Kristus telah
berinisiatif, semata-mata oleh karena kasih-Nya menganugerahkan keselamatan
kepada kita, karena sesungguhnya kita tidak akan pernah dapat memperoleh
keselamatan tersebut baik dengan cara apapun dan melalui upaya apapun.
Selanjutnya kehidupan kita sebagai umat yang percaya kepada Tuhan, adalah hidup
berdasarkan janji-janji Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus.
Persekutuan Rumah Tangga, Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Selanjutnya,
pasti muncul pertanyaan dalam benak kita; Jika demikian apakah gunanya dan
apakah tujuan dari hukum-hukum Tuhan, peraturan, ketetapan dan
perintah-perintah Tuhan yang terdapat dalam Kitab suci kita? Apa pula gunanya
hukum-hukum Tuhan tersebut demikian juga dengan semua ajaran agama yang ada?
Dengan tegas harus dikatakan bahwa hakekat perjuangan kita dalam beriman supaya
anugerah keselamatan yang telah dikaruniakan kepada kita oleh dan di dalam
Yesus Kristus tidak hilang atau sirna. Maka hidup kita ini sesungguhnya adalah
ungkapan syukur kepada Tuhan Allah.
Persekutuan Rumah Tangga, Saudara-saudara
Yang Dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam suratnya kepada jemaat
di Galatia, Rasul Paulus memberikan uraian yang lengkap dan jelas bagaimana
kemudian hakekat hukum taurat dan hubungannya dengan janji Tuhan Allah dalam
kehidupan orang percaya. Hukum taurat adalah bagian yang tidak terpisahkan
dalam kehidupan agama kita, akan tetapi kemudian hakekat hukum taurat tersebut
seakan tidak menjadi jelas bagi sebagian orang percaya, karena Alkitab
menegaskan bahwa kita hidup bukan di bawah hukum taurat, tetapi di bawah kasih
karunia. Apakah maksudnya? Apakah Hukum taurat tidak berlaku dan tidak ada lagi
gunanya bagi kita? Persoalan tentang hal ini ternyata mengemuka dalam kehidupan
jemaat Tuhan di Galatia. Jemaat yang berlatar belakang Yahudi dengan semangat
yang kuat terus mengagungkan hukum taurat sebagai hukum yang mesti ditaati
dengan tujuan agar memperoleh keselamatan dan hidup kekal. Paulus kemudian
menjelaskan bahwa hukum taurat sesungguhnya adalah penuntun bagi kita sampai
Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman (ay.24). Pernyataan ini
dapat diartikan bahwa hukum taurat adalah penuntun dan bukan pemberi
keselamatan. Paulus menegaskan bahwa sebelum hukum taurat ada, Tuhan Allah
terlebih dahulu telah memberikan janji melalui Abraham. Oleh janjilah Allah
telah menganugerahkan kasih karunia-Nya kepada Abraham. Maka Abraham
sesungguhnya hidup berkat janji Allah, demikian juga keturunannya, sampai kita
saat ini. Kenapa kita kemudian termasuk dalam keturunan Abraham dan penerima
janji Allah? Alkitab memberikan jawaban
kepada kita saat ini bahwa kita telah menjadi anak-anak Allah, yakni keturunan
Abraham karena Iman di dalam Yesus Kristus. selanjutnya, kita termasuk dalam
keturunan Abraham, penerima janji Allah karena kita semua telah dibaptis dalam
Kristus dan mengenakan Kristus (26-27). Kita adalah milik Kristus, maka kita
adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah (29).
Saudara-saudara, sebagai penerima janji Allah, kita semua sesungguhnya
adalah orang-orang yang diberi wasiat, yakni janji keselamatan yang tidak dapat
dibatalkan, tidak dapat dikurangi dan ditambahi oleh apa dan siapapun. Itu
berarti apa dan bagaimanapun pengalaman hidup yang terjadi, janji Tuhan Allah
tidak akan pernah hilang dan usang bagi kita. Keyakinan seperti ini harus
dipegang teguh oleh setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Bahwa hidup
ini penuh dengan berbagai pergumulan, tantangan dan peluang, duka dan suka, sakit
dan sehat, dan segala kenyataan hidup di dunia ini, itu benar, tetapi bukan
berarti oleh semua itu janji Tuhan telah hilang. Agar janji itu tetap layak
untuk kita, maka hidup ini haruslah terus diperjuangkan agar senantiasa sesuai
dengan kehendak Tuhan Allah. Kesetiaan beriman dan terus taat kepada Tuhan
Allah adalah syarat yang mesti disanggupi oleh setiap orang percaya, bukan
supaya janji keselamatan Tuhan berikan, tetapi karena janji keselamatan telah
Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus telah dianugerahkan kepada kita. Kita adalah
anak-anak Allah, maka sebagai anak-anak-Nya, Bapa kita tidak akan perbah
membiarkan kita menjalani kehidupan ini, Bapa kita senantiasa memperhatikan
kita dan memelihara kita karena itu adalah janji-Nya. Maka marilah, jalani kehidupan
ini dengan penuh syukur di dalam kesetiaan kepada Tuhan Allah. Amin
Bacaan Alkitab: Matius 7:21
“Bukan setiap orang yang berseru
kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam kerajaan Sorga, melainkan dia yang
melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Sorga”
Keluarga, Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan Yesus
Kristus,
Memanggil Tuhan atau berseru kepada Tuhan
atau mengucapkan Nama Tuhan merupakan kebiasaan yang melekat dengan kehidupan
orang yang beriman. Tindakan ini sesungguhnya bukanlah hal yang salah dan
dilarang dalam kehidupan beriman. Tetapi, tidak jarang dalam kehidupan sehari-hari,
kita mendengar atau menyaksikan seseorang dengan mudahnya mengucapkan kata
“Tuhan” atau berseru kepada Tuhan dengan begitu gampangnya. Sehingga ucapan
“Tuhan” atau seruan “Tuhan” yang keluar dari mulut seseorang tersebut seakan
terucap tanpa sadar (spontan), akibatnya nilai kata “Tuhan” yang diucapkannya
seakan menjadi tidak berharga. Selanjutnya di berbagai ritual ibadah tidak
jarang juga dijumpai orang-orang yang begitu antusias menyebut atau menyerukan
Nama Tuhan, tetapi tindakan tersebut tidak dalam bentuk kesungguh-sungguhan.
Tuhan Yesus ternyata melihat dan menyaksikan pola hidup beriman seperti ini di
tengah pelayanan-Nya. Terutama yang dipraktekkan kaum Farisi dan para ahli
taurat kala itu. Kaum Farisi dan ahli-ahli taurat acapkali mempergunakan dan
mangatasnamakan Tuhan dalam rangka mendapatkan penghormatan dan pujian dari
umat dan kahalayak banyak. Padahal, dalam kenyataannya, mereka tidak taat pada
perintah dan ketetapan Tuhan Allah. Hidup seperti inilah yang menghantar mereka
dikelompokkan sebagai orang-orang munafik di Mata Tuhan Yesus.
Saudara-saudara
yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Penegasan
Tuhan Yesus tentang kerajaan Sorga sesungguhnya bukan sekedar menunjuk pada
masa nanti di kehidupan selanjutnya, tetapi juga menunjuk pada kehidupan masa
kini. Bahwa suasana kerajaan Sorga bukan sekedar suasana kehidupan nanti di
seberang kehidupan masa kini, kerajaan sorga harus dipahami sebagai kehidupan
yang di dalamnya kehendak Allah berlalku penuh dan Damai sejahtera terwujud
total. Maka yang dimaksudkan Tuhan Yesus tentang kerajaan Sorga ini menyangkut
dua dimensi kehidupan, yakni kehidupan masa kini dan nanti yakni kehidupan di
negeri kekal setelah berakhirnya penghakiman pada kedatangan-Nya yang kali
kedua. Maka pernyataan Tuhan Yesus ini mesti dipahami dengan benar, supaya
tercipta kesadaran dan aplikasi dalam hidup dengan benar. Jadi kerajaan Sorga
harus dipahami sebagai kehidupan yang penuh damai sejahtera Allah dan tidak ada
lagi tempat sedikitpun bagi hidup yang diwarnai segala bentuk kemelut hidup
keduniawian.
Saudara-saudara Yang Dikasihi Tuhan
Yesus Kristus,
Pernyataan Tuhan Yesus
sesuai bacaan kita saat ini menegaskan bahwa konsep beriman kepada-Nya adalah
hidup yang berintegritas dalam arti adanya kesesuaian kata dengan tindakan
nyata. Bahwa beriman kepada Tuhan Allah tidak melulu dalam untaian kata-kata,
atau seruan kosong tak bermakna. Tuhan Yesus menegaskan bahwa sesungguhnya, orang
yang layak menikmati Kerajaan Sorga, yakni kehidupan yang penuh damai sejahtera
Allah, kehidupan yang terbebas dari segala perkara yang menyengsarakan adalah
orang yang beriman kepada Tuhannya melalui tindakan aktif melakukan kehendak
Allah Bapa. Berbicara kehendak Allah yang begitu luas, dalam dan tinggi telah
disempurnakan oleh dan di dalam Yesus Kristus dengan satu kesimpulan atau muara
kehidupan, yakni KASIH. Semua kehendak Allah yang dijabarkan dalam berbagai
bentuk hukum, perintah, peraturan dan ketetapan Allah telah disimpulkan Yesus
dengan satu tindakan beriman, yakni mengasihi Tuhan Allah dan mengasihi sesama.
Maka jika dikaitkan dengan pernyataan Tuhan Yesus di atas, maka dapat
dimengerti bahwa orang yang layak menikmati kerajaan Sorga adalah mereka yang
mengasihi Tuhannya dan mengasihi sesamanya dengan tindakan dan perbuatan nyata.
Orang yang telah sampai ke titik inilah yang akan menikmati kehidupan yang
penuh damai sejahtera. Walaupun untaian kata tak dapat dipisahkan dalam
aktifitas beriman, akan tetapi untaian kata dan seruan tersebut harus sesuai
dengan tindakan dan perbuatan. Rasul Yohanes mengajak kita sekalian 1 Yohanes 3: 18
“Anak-anakku,
marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan
perbuatan dan dalam kebenaran”
Dengan mengasihi melalui perbuatan dan
dalam kebenaran, maka niscaya kita diperkenankan menikmati kehidupan di
kerajaan-Nya, yakni kehidupan yang diwarnai Damai Sejahtera Allah. Tuhan Yesus
memberkati. Amin